You are on page 1of 11

JURNAL REFLEKSI EDUKATIKA 8 (1) (2017)

p-ISSN: 2087-9385 e-ISSN: 2528-696X


http://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE

PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PELATIHAN


DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER
BERLOKUS PADEPOKAN KARAKTER

Maman Rachman, Masrukhi, Aris Munandar, dan Andi Suhardiyanto

Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstract


________________ _______________________________________________________________
Sejarah Artikel: This research develops a model of characteristic training and character education management to
Diterima 19 Okt 2017 produce academic, profession, and vocational (potential teacher and teacher) teachers who have
Disetujui 31 Okt 2017 superior competence in disseminating noble character of the nation. By using Researh &
Dipublikasikan Des 2017 Development approach, this research uses Padepokan Character locus PPKn FIS Unnes
____________________ Department. The subjects of the study were the newly graduated Unnes students, the young
Keywords: teachers in Semarang City and Central Java Province. The factual model of training management
Management training, and the development of character education that runs so far contains weaknesses in various
character education, aspects, from planning, implementation, to evaluation of activities. On the basis of the analysis of
padepokan karakter a number of weaknesses of the factual model is then carried out the reconstruction of the
____________________ conceptual model departs from the review of ethical factors and emotic factors. Conceptual model
is then refined again by accommodating the results of focus group discussion with the stake
holders and utilize the potential and resources owned by the character padepokan Unnes Political
Education and Citizenship. This model has incorporated various aspects of the training, from the
refinement of the factual model greed, the consideration of ethical factors and the emotional
factors, as well as the aspirations and needs of the stake holders, so it is feasible to experiment in
the wider domain.

Abstrak
Penelitian ini mengembangkan model manajemen pelatihan dan pendidikan karakter berlokus
padepokan karakter guna menghasilkan tenaga akademik, profesi, dan vokasi (calon guru dan
guru) yang memiliki kompetensi unggul dalam menyebarluaskan karakter luhur bangsa. Dengan
menggunakan pendekatan Researh & Development, penelitian ini menggunakan lokus Padepokan
Karakter Jurusan PPKn FIS Unnes. Subjek penelitian adalah para mahasiswa Unnes yang baru
lulus, para guru muda di Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah. Model factual manajemen
pelatihan dan pengembangan pendidikan karakter yang berjalan selama ini mengandung
kelemahan pada berbagai aspek, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi kegiatan.
Atas dasar analisis terhadap sejumlah kelemahan model factual tersebut kemudian dilakukan
rekonstruksi model konseptual berangkat dari penelaahan faktor-faktor etik dan faktor emik.
Model konseptual tersebut kemudian disempurnakan lagi dengan mengakomodasikan hasil focus
group discussion dengan para stake holders dan mendayagunakan potensi dan sumber daya yang
dimiliki oleh padepokan karakter Jurusan Pendidikan Politik dan Kewarganegaraan Unnes. Model
ini telah memadukan berbagai aspek pelatihan, mulai dari penyempurnaan dari kelamahan model
factual, pertimbangan faktor etik dan faktor emik, serta aspirasi dan kebutuhan para stake holders,
sehingga layak untuk dilakukan uji coba dalam ranah yang lebih luas.

© 2017 Universitas Muria Kudus



Alamat korespondensi: p-ISSN 2087-9385
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
e-ISSN 2528-696X
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus
Kampus UMK Gondangmanis, Bae Kudus Gd. L. lt I PO. BOX 53
Kudus
Tlp (0291) 438229 ex.147 Fax. (0291) 437198
E-mail: maman.rachman@mail.unnes.ac.id;
masrukhi@mail.unnes.ac.id
Rachman, M., Masrukhi., Munandar, A., Suhardiyanto, A./ Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

PENDAHULUAN karakter Dikti (jujur, cerdas, tangguh, dan


Pembangunan bangsa dan pembangunan peduli) perlu dibangun korelasinya dengan
karakter merupakan persoalan mendasar bagi budaya akademik, mimbar akademik, dan
keberlangsungan sebuah bangsa. Bagi bangsa hakekat pendidikan. Selanjutnya dikemukakan
Indonesia pembangunan karakter ini memiliki bahwa nilai-nilai dasar, budaya akademik,
panduan yang sudah jelas yaitu berdasarkan mimbar akademik, dan harkat pendidikan
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan diarahkan agar Dikti mampu mewujudkan
dasar negara. Ideologi Pancasila merupakan dirinya sebagai pusat keilmuan dan kebudayaan,
keseluruhan pandangan, cita-cita, maupun dan juga juga agar Dikti mampu memandu
keyakinan dan nilai-nilai bangsa Indonesia perubahan yang terjadi dalam masyarakat untuk
secara normatif perlu diwujudkan dalam tata menyelesaikan persoalan bangsa. Implmentasi
kehidupan berbangsa dan bernegara guna pendidikan karakter dalam perspektif budaya
mewujudkan tercapainya suatu keadilan sosial akademik, pendidikan karakter tidak ditempatkan
bagi seluruh rakyat Indonesia. berdiri sendiri, namun ditempatkan asimilatif.
Dalam dinamika perjalanannya, Artinya pendidikan karakter ini digabungkan
pendidikan karakter bangsa ini mengalami masa- dengan pendidikan akademik, kemudian
masa suram, terutama ketika bangsa Indonesia memberikan pemahaman baru. Selanjutnya,
memasuki awal-awal era reformasi. Euforia strategi implementasi pendidikan karakter di
sebagai dampak pengiringnya menjadikan lingkungan perguruan tinggi dapat dibagi atas
tatanan pendidikan karakter bangsa kehilangan tiga sektor, yaitu kelembagaan, kegiatan
arah. Pada satu sisi nilai-nilai lama dalam kurikuler, dan kegiatan non-kurikuler.
kehidupan berbangsa dan bernegara ingin Adapun program nyata untuk penguatan
ditinggalkan, pada sisi lain nilai-nilai baru yang pendidikan karakter di Perguruan tinggi, antara
bersumber dari reformasi masih dirasakan belum lain: (1) menyusun desain induk pendidikan
ada wujudnya. Pancasila sebagai ideologi karakter, (2) hibah penulisan buku best practices
nasional dan acuan nation and character pendidikan karakter, (3) rintisan pusat
building meredup. Karakter Pancasila kehilangan pengembangan pendidikan karakter, (4) hibah
roh sejatinya apalagi ditunjang oleh arus program pendidikan karakter, (5) pelatihan dosen
teknologi dan informasi terbuka vulgar tanpa Mata Kuliah Pembinaan Kepribadian (MPK) dan
batas dan tak terkendali. Hal itu semua pasti Mata Kuliah Berkehidupan Berbangsa (MBB),
mengganggu terciptanya pertahanan negara (6) pengiriman dosen PKn Perguruan Tinggi ke
NKRI luar negeri dalam rangka penyegaran Civic
Upaya bangsa dan negara Indonesia untuk Education, (7) deklarasi anti nyontek dan anti
mencapai tujuan nasional, khususnya dalam plagiat, (8) Deklarasi Penguatan Pilar-pilar
dunia pendidikan telah banyak dilakukan, sejak Kebangsaan, Semiloka Penguatan Wawasan
awal kemerdekaan sampai sekarang. Upaya- Kebangsaan bagi Dosen dan Mahasiswa (Dirjen
upaya yang dilakukan dalam pembentukan Dikti, 2014).
karakter, akhir-akhir ini sebagai berikut. Dengan tidak menafikan keberhasilan
Pertama, Pemerintah Republik Indonesia yang diraih, belakangan ini terjadi maraknya
telah mengeluarkan Kebijakan Nasional kekerasan di kalangan pelajar dan mahasiswa,
Pembangunan karakter Bangsa Tahun 2010-2025 mulai dari nyontek, tidak mengerjakan pekerjaan
(Pemerintah RI, 2013). Kebijakan Nasional rumah, tawuran, perkelahian, korban sodomi,
Pembangunan Karakter Bangsa ini disusun penganiayaan, pengeroyokan, kekerasan seksual,
sebagai pelaksanaan amanat Rencana ketagihan narkoba, sampai pembunuhan, dan
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun sebagainya (Hadisaputro, 2004; Borba, 2008;
2005-2025. Kebijakan Nasional Pembangunan Shintanindya, 2011; Aditya, 2015). Kejadian-
Karakter Bangsa ini juga dimaksudkan sebagai kejadian kekerasan seperti itu, menunjukkan
panduan dalam merancang, mengembangkan, penyimpangan moral dan karakter pada generasi
dan melaksanakan Rencana Aksi Nasional muda, khususnya. Isyarat lain menunjukkan
Pembangunan Karakter Bangsa dengan bahwa perlunya upaya yang lebih keras,
mendorong partisipasi aktif dari berbagai berkelanjutan dan berkesinambungan dilakukan
komponen bangsa. oleh semua pihak dalam penguatan karakter.
Kedua, Departemen Pendidikan dan Pada dunia pendidikan formal, dosen/guru
Kebudayaan telah menyusun Naskah Akademik memegang peran penting dalam keikutsertaan
Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi (Dirjen menanggulangi perilaku menyimpang pada
Dikti, 2013). Pada Bab III dari Naskah mahasiswa/siswa. LPTK dipandang perlu
Akademik Pendidikan Karakter di Perguruan memberi tambahan kompetensi menyemai nilai-
Tinggi dikemukakan bahwa nilai-nilai dasar nilai karakter. Oleh karena itu, pelatihan para

17
Rachman, M., Masrukhi., Munandar, A., Suhardiyanto, A./ Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

calon guru dan para guru diasumsikan dapat seorang pendidik harus kreatif dalam
memberi kontribusi preventif menyemai nilai- mengembangkan pembelajaran, terutama yang
nilai karakter dalam kerangka mengurangi berbasis dan bersifat kontekstual. Sebab, dengan
perilaku menyimpang para mahasiswa/siswa di mengkaitkan dengan masalah-masalah
persekolahan dan perguruan tinggi khususnya. kontekstual akan mampu meningkatkan
Padepokan karakter FIS Unnes adalah sebuah keterlibatan peserta. Selanjutnya, jika pemikiran
wadah yang dapat digunakan sebagai tempat dan hati telah menyatu dalam mengikuti
memberi tambahan strategi penguatan karakter pelatihan dan pengembangan, maka pemahaman
dan penguasaan kompetensi nilai-nilai karakter komprehensif telah terjadi. Kedua hal tersebut,
bagi para calon guru dan para guru. pelatihan pendidikan global dan pendidikan
Kajian ini memiliki makna strategis. komprehensif akan dapat diperoleh dan
Secara teoretis-strategis, kajian penelitian ini ditemukenali pada wadah yang disebut
akan menambah khasanah ilmu pengetahuan, pedepokan karakter, seperi dirancang dalam
terutama mengembangkan teori yang terkait penelitian ini.
dengan model pelatihan dan pengembangan Sedangkan secara praktis-operasional,
pendidikan karakter. Di samping itu, pelatihan penelitian ini meneguhkan konsekuensi dan
pendidikan berwawasan karakter bersifat komitmen semua pihak dalam melaksanakan
sistemik organik, dengan ciri-ciri fleksibel- pendidikan karakter, khususnya Unnes mulai dari
adaptif dan kreatif-demokratis. Bersifat sistemik- hilir sampai ke hulu, mulai dari para calon guru
organik berarti lokus pelatihan dan dan para guru di sekolah. Caranya antara lain
pengembangan pendidikan karakter merupakan ialah dengan memberi kondisi kearah
tempat, proses yang bersifat interaktif dari terciptanya peningkatan kompetensi profesional,
keseluruhan interaksi yang ada. Fleksibel- personal, sosial, dan pedagogi para calon guru
Adaptif, berarti pelatihan dan pengembangan dan para guru. Sehubungan dengan hal tersebut,
pendidikan karakter lebih ditekankan sebagai untuk merealisasikan pendidikan karakter perlu
suatu proses pembelajaran dari pada mengajar. dilakukan secara utuh melalui berbagai program,
Peserta pelatihan (calon guru dan guru) metode, dan pendekatan. Selain itu, kurikulum di
dirangsang memiliki motivasi untuk mempelajari perguruan tinggi dan sekolah harus
sesuatu yang harus diperbaharui dan diterapkan dikembangkan secara progresif dalam rangka
dalam pembelajaran yang berkelanjutan. Materi membantu generasi muda untuk dapat mencapai
pelatihan dan pengembangan bersifat terpadu, kehidupan yang secara pribadi lebih memuaskan
kontekstual, dan berkelanjutan.Kreatif- dan secara sosial lebih konstruktif (Zuchdi,
demokratis, berarti pelatihan senantiasa 2001). Oleh karena itu, tersedianya para guru
menekankan pada suatu sikap mental untuk muda yang baru lulus dan para guru yang terlatih
senantiasa menghadirkan sesuatu yang baru dan berbasis pelatihan dan pengembangan karakter
orisinil. Secara pedagogis dan andragogis, pada Padepokan Karakter FIS Unnes akan
kreativitas dan demokrasi merupakan dua sisi mengimbas kepada keterampilan mengelola
dari mata uang. Tanpa demokrasi tidak akan ada kelas dengan mengintegrasikan karakter secara
proses kreatif, sebaliknya tanpa proses kreatif utuh, komperhensif, dan berkesinambungan.
demokrasi tidak akan memiliki makna.
Selain itu, menambah model pelatihan METODOLOGI
dan pengembangan komprehensif dan Penelitian ini menggunakan pendekatan
berkelanjutan terkait dengan pendidikan penelitian dan pengembangan (Researh &
karakter. Berbagai macam metode pelatihan yang Development) yang dimodifikasi dari Borg and
dilakukan para instruktur, pada dasarnya Gall (1983), yang kemudian disederhanakan
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan menjadi tiga langkah inti dari sepuluh langkah.
kompetensi keterampilan peserta yang Ketiga langkah tersebut yaitu studi pendahuluan,
diharapkan mengimbas pada pembelajaran pengembangan model, dan validasi model
dosen/guru-siswa/mahasiswa di kelas. pelatihan dan pengembangan pendidikan
Keterlibatan para peserta secara non fisik atau karakter. Mengacu kepada kelemahan pelatihan
dalam pemikiran dan hati, hal inilah yang harus pendidikan karakter saat ini, pelatihan dan
menjadi perhatian para peserta. Sebab, banyak pengembangan pendidikan karakter dapat
para peserta yang tidak memperhatikan hal ini dioptimalkan dengan menggunakan lokus
dan menyalahkan siswa/mahasiswa di kelas, padepokan karakter pada Padepokan Karakter
ketika mereka tidak kreatif dalam merespon FIS Unnes.
materi yang diberikan. Untuk mencegah adanya Lokus atau lokasi penelitian ini dilakukan
pemikiran yang menyalahkan siswa/mahasiswa, di Padepokan Karakter FIS Unnes dengan subjek
peserta pelatihan dan pengembangan sebagai penelitian para calon guru mahasiswa lulusan

18
Rachman, M., Masrukhi., Munandar, A., Suhardiyanto, A./ Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

Unnes yang akan diwisuda (Tahun ke-1), para narkoba, sampai pembunuhan, dan sebagainya.
guru muda Kota Semarang (Tahun ke-2), dan Melihat realita demikian, menunjukan perlunya
para guru Provnsi Jawa Tengah (tahun ke-3). penyempurnaan model pelatihan dan
Untuk memperoleh produk model dan pengembangan pendidikan karakter.
perangkat yang efektif akan dilakukan uji Studi terhadap pelaksanaan pelatihan dan
validasi dan uji coba kepada: (1) para ahli dan pengembangan pendidikan karakterselama ini
praktisi, (2) uji coba kelompok, dan (3) uji coba ditunjukkan masih adanya kekurangan di sana
lapangan terbatas. sini, yang memerlukan penyempurnaan secara
Alat penjaring data: wawancara, komprehensif. Hal ini sangat terasakan sejak
dokumentasi, observasi, dan angket. Instrumen analisis kebutuhan dan kegunaan pelatihan yang
pengumpul data: pedoman wawancara, catatan dirasakan kurangnya perencanaan secara
lapangan, lembar observasi, dan anket terbuka. komprehensif. Demikian juga dalam hal materi,
Dalam melakukan analisis data, dilakukan peserta, dan instruktur secara berjenjang dan
langkah-langkah berikut. Pertama, menganalisis berkelanjutan juga masih dirasakan lemah.Selain
kebutuhan, tujuan, materi, persiapan hal tersebut di atas perencanaan dalam hal tata
pelaksanaan, dan evaluasi pelatihan dan kelola juga belum terorganisasikan dengan baik.
pengembangan pendidikan karakter dilakukan Belum ada keterpaduan berbagai komponen,
melalui analisis interaktif dengan langkah sehingga terkesan berjalan sendiri-sendiri.
pengumpulan data, reduksi data, display data, Evaluasi kegiatan pendidikan karakter
dan simpulan. Kedua, menganalisis keefektifan belum dilakukan secara komprehensif.Sesuai
model pelatihan dan pengembangan dilakukan dengan hakekat pendidikan karakter, pengukuran
dengan menggunakan “one-group pretest keberhasilan pembelajarannya tidak hanya
posttest design”. berkenaan dengan aspek kognitif saja, melainkan
keterpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN psikhomotorik. Oleh karena itu evaluasi kegiatan
Pelatihan dan pengembangan pendidikan haruslah merupakan kegiatan yang evaluasi yang
karakter merupakan upaya yang harus dilakukan komprehensif.
secara kontinyu dan sistematis, agar diperoleh Dalam hal pengelolaan waktu pendidikan
hasil yang maksimal. Hal ini dikandung maksud pelatihan dan pengembangan pendidikan
agar proses pendidikan karakter dapat karakter, juga belum terjadi pengelolaan yang
dilaksanakan dengan efektif, baik di lingkungan efektif. Artinya waktu yang ada dapat
kampus maupun di sekolah. Upaya pemerintah dimanfaatkan secra maksimal untuk
saat ini dalam melatih dan mengembangkan penyelenggaraan pelatihan dan pengembangan
pendidikan karakter sudah berjalan dengan baik, pendidikan karakter dengan target out come yang
mulai dari tataran regulasi, kebijakan, maupun maksimal. Salah satu penyebab belum efektifnya
praksisnya di lapangan. Beberapa aksi yang pengelolaan pelatihan dan pengembangan
dilakukan oleh kemeenterian diantaranya adalah pendidikan karakter adalah faktor sumber
menyusun desain induk pendidikan karakter, pengayaan dalam proses pembelajaran yang
hibah penulisan buku best practices pendidikan masih sangat terbatas.
karakter, rintisan pusat pengembangan Dalam hal pelaksanaannya selama ini,
pendidikan karakter, hibah program pendidikan dirasakan bahwa materi yang disajikan belum
karakter, pelatihan dosen Mata Kuliah terfokus pada esensi pendidikan karakter serta
Pembinaan Kepribadian (MPK) dan Mata Kuliah penyajiannya pun dirasakan belum
Berkehidupan Berbangsa (MBB), pengiriman komprehensif. Materi masih disajikan secara
dosen PKn Perguruan Tinggi ke luar negeri parsial dan lebih banyak menyajikan aspek
dalam rangka penyegaran Civic Education, kognisinya, atau pengetahuan tentang pendidikan
deklarasi anti nyontek dan anti plagiat, deklarasi karakter. Hal ini menjadikan proses pendidikan
Penguatan Pilar-pilar Kebangsaan, Semiloka karakter yang ada selama ini belum mencapai
Penguatan Wawasan Kebangsaan bagi Dosen sasaran substansialnya. Selain itu,
dan Mahasiswa, dan sebagainya. kontekstualisasi materi juga belum terjadi.
Terlepas dari berbagai hasil yang capai, Artinya materi yang disajikan dalam pelatihan
sampai saat ini di kalangan pelajar dan belum dikaitkan dengan fakta atau pengalaman
mahasiswa masih kerapkali terjadi tindakan- nyata sehari-hari.Agar lebih mudah dicerna oleh
tindakan kekerasan. Beberapa fenomena yang para peserta, mestinya sajian materi dikaitkan
sering dijumpai adalah perbuatan nyontek, tidak dengan kehidupan sehari-hari para peserta.
mengerjakan pekerjaan rumah, tawuran, Terkait dengan materi sajian yang kurang
perkelahian, korban sodomi, penganiayaan, komprehensif, yang hanya berkenaan dengan
pengeroyokan, kekerasan seksual, ketagihan aspek kognitif, demikian juga dengan

19
Rachman, M., Masrukhi., Munandar, A., Suhardiyanto, A./ Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

pelaksanaan evalasinya. Instrument evaluasi elektronik, yang kerapkali isinya kontra


yang ada kurang konsisten dengan produktif dengan pendidikan karakter yang
karakteristikpendidikan karakter, karena lebih diajarkan di kelas. Selain itu beberapa tradisi di
banyak berkenaan dengan aspek pengetahuan masyarakat pun masih kuran mendukung
saja. Itulah sebabnya pelaksanaan pendidikan terhadap pelaksanaan pendidikan karakter,
karakter selama ini kurang memperoleh hasil ditambah lagi dengan fenomena bahwa instruktur
yang maksimal. pendidikan karakter kerapkali pula belum
Hal lain yang tidak kalah penting terkait menjiwai dirinya untuk menjadi teladan bagi
dengan pelaksanaan pendidikan karakter ini para peserta didik dengan baik.
adalah suasana di luar kelas. Di era digital Secara visual dapat digambarkan model
sekarang ini, instruktur dan buku pelatihan bukan factual pelaksanaan pelatidan dan pengembangan
satu-satunya sumber belajar. Para peserta akan pendidikan karakter seperti terlihat pada gambar
dengan mudah mengakses informasi dari luar 4.1 seperti berikut.
kelas melalui media baik cetak maupun

PERENCANAAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN


DI KELAS DI LUAR KELAS
 Perencanaan analisis kebutuhan
dan kegunaan belum direncanakan  Pelaksanan sajian materi belum  Instruktur belum menjiwai sebagai
secara komprehensif fokus dan tidak komperhensif modeling
 Perencanaan materi, peserta, dan  Belum ada perbedaan pentahapan  Banyaknya informasi di luar yang
instruktur secara berjenjang dan sesuai pengalaman peserta tidak selaras dengan materi yang
berkelanjutan masih lemah  Pelaksanaan kegiatan belum sesuai diajarkan di kelas
 Perencanaan tata kelola belum dengan harapan peserta  Terdapat beberapa kebiasaan
terorganisasi dengan baik  Pelaksanaan evaluasi masih masyarakat yang kurang
 Perencanaan sistem evaluasi belum terbatas pada pengetahuan mendukung pendidikan karakter
belum menyeluruh  Instrumen tidak konsisten dan  Terbatasnya prasarana penguatan
 Pengelolaan waktu kurang efektif, kurang mengena karakter
sehingga tidak sempat  Kesulitan menentukan metode dan  Inkonsistensi dalam pemberian
menyampaikan apa yang akan media yang efektif sanksi
diintegrasikan  Tidak konsisten antara materi  Lingkungan fisik sekolah kurang
 Terbatasnya sumber pengayaan dengan metode dan media kondusif
pembelajaran karakter  Terbatasnya sarana penunjang  Kondisi keluarga yang kurang
pembelajaran mendukung

EVALUASI ANALISIS KELEMAHAN MODEL FAKTUAL

 Belum dilaksanakan secara komprehensif  Analisis kebutuhan tidak dilakukan


(kognitif, afektif, dan psikomotorik)  Belum dilakukan perencanaan dan evaluasi kegiatan
 Belum dilakukan pembimbingan dan pelatihan komperhensif
pendampingan  Belum ada perangkat pendukung pelatihan (buku
 Penguatan reward and punishment panduan pelatihan & modul
 Belum ada perangkat evaluasi progres siswa  Tidak ada tata kelola dan standar kerja instruktur
 Belum ada evaluasi berupa feedback dari
dan peserta
keluarga
 Evalusi terhadap penyelenggara, peserta, dan  Rasa tanggungjawab, integritas, dan komitmen
materi / bahan tidak dilaksanakan kurang tajam
 Perlu adanya evaluasi holistik dan berkelanjutan  Belum ada data lingkungan sekolah yang
 Database tentang profil siswa mendukung pendidikan karakter
 Belum ada database profil siswa

(Gambar 4.1 model factual Manajemen Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Karakter)

20
Rachman, M., Masrukhi., Munandar, A., Suhardiyanto, A./ Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

Pada model factual seperti Hasil penyempurnaan model pelatihan ini


tervisualisasikan pada gambar 4.1 di atas, pun masih merupakan model hipotetik yang
tampak beberapa kelemahan yang cukup kelak harus dilakukan uji coba keterterapannya
substansial; mulai dari perencanaan, pelaksanaan di lapangan. Hasil penyempurnaan model
baik di dalam kelas maupun di luar kelas, sampai Manajemen Pelatihan dan Pengembangan
evaluasi pelaksanaan. Pendidikan Karakter yang berlokus padepokan
Atas dasar kelemahan-kelemahan yang karakter ini, terlihat pada gambar 4.2 berikut di
ada pada model factual mengenai manajemen bawah ini.
pelatihan dan pengembangan pendidikan
karakter,dengan mempertimbangkan pula
potensi-potensi yang dimiliki oleh padepokan
karakter Jurusan Pendidikan Politik dan
Kewarganegaraan Unnes, maka dilakukan
pemodelan pelatihan yang lebih sempurna
dengan mendayagunakan potensi lokus
padepokan karakter.

PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI

Tuntutan Mengembangkan jejaring


implementasi Kebutuhan kerjasama
Pelatihan para calon
Pend. Karakter Model Pelatihan
guru dan guru
dan Pengebangan
Pend Karakter.

Panduan-panduan pelatihan Pend.


Karakter

Melatih dan
mengembang Pengelolaan
kan Pend. SDM yang Penguatan Karakter
berdaya guna Strategi pelatihan
Karakter yang
tepat
Penilaian kinerja
instruktur
Pelatihan berbasis Padepokan
Karakter
Analisis kebutuhan

Program
pelatihan dan
pengem-
bangan Penetapan
penddikan tujuan Penilaian kinerja guru
Karakter Nilai-nilai Karakter

Pelaporan kegiatan

Penetapan materi,
instruktur, strategi Penilaian dampak
pelatihan

Umpan Balik

(Gambar 4.2 Model Hipotetik Manajemen Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Karakter Berlokus
Padepokan Karakter

21
Rachman, M., Masrukhi., Munandar, A., Suhardiyanto, A./ Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

Pada model hipotetik seperti terlihat pada memperoleh masukan penyempurnaan kembali,
gambar 4.2 di atas tampak adanya upaya untuk melalui focus group discussion.
melakukan rekonstruksi pemodelan pelatihan dan Hasil focus group discussion terhadap
pengembangan pendidikan karakter, yang model hipotetik tersebut menunjukkan
kontekstual dengan berloku spada padepokan keberterimaan dari para peserta terhadap model
karakter. Padepokan karakter di Jurusan model pelatihan dan pengembangan pendidikan
Pendidikan Politik dan Kewaganegaraan sangat karakter berlokus padepokan karakter.Semua
potensial untuk pengembangan model pelatihan peserta FGD memberikan apresiasinya yang
pendidikan karakter, oleh karena keberadaanya sangat positif dengan harapan untuk dapat
dikandung maksud sebagai pusat informasi, secepatnya diterapkan di lapangan.
pendidikan, penyajian dan promosi berbagai hal Beberapa catatan penting dari hasil FGD
yang menyangkut tujuan padepokan, pusat guna penyempurnaan model hipoteti. Pertama,
berbagai kegiatan yang berhubungan dengan materi yang dilatihkan terkadang kurang jelas
upaya pelestarian, pengembangan, penyebaran sehingga pelatihan kerapkali dirasakan hanya
dan peningkatan citra dan nilai-nilai yang yang untuk mengejar keterlaksanaannya saja, tanpa
dikembangkan pada padepokan terkait. Selain itu bisa mengetahui hasil pelatihannya. Kedua,
padepokan ini juga dimaksudkan sebagai sarana aspek spiritual seperti yang selama ini menjadi
untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan tuntutan di dalam Kurikulum 2013, kurang
masyarakat sesuai tujuan padepokan terkait, memperoleh porsi yang maksimal. Hal ini
sarana mempererat persahabatan di antara menjadikan pelatihan pendidikan karakter yang
masyarakat padepokan sesuai visi dam misi selama ini diikuti para guru kurang bisa
padepokan, serta sarana memasyarakatkan kode memberikan jawaban terhadap guru di lapangan.
etik dan ikrar padepokan terkait. Ketiga, kontekstualisasi materi pelatihan juga
Kelemahan-kelamahan substansial yang dirasakan sangat kurang, karena pada umumnya
ada pada model factual disempurnakan materi yang disajikan sangat normative dan
sedemikan rupa, sejak perencanaan, pelaksanaan, kurang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari.
sampai pada evaluasi kegiatan. Dengan demikian Keempat, masih dirasakan kurangnya buku-buku
pada model hipotetik ini, sudah dilakukan dan referensi untuk mengembangkan pendidikan
perpaduan antara penyempurnaan model karakter, termasuk juga pada saat pelatihan
pengembangan berangkat dari kelemahan- pendidikan karakter.
kelamahan model factual dengan pemberdayaan Hasil FGD dengan para guru tersebut
segala potens yang ada pada padepokan karakter, kemudian dielaborasi ke dalam model hipotetik
sehingga model yang tercipta adalah manajemen yang ada, sehingga terbangunlah model akhir
pelatihan dan pengembangan pendidikan manajemen pelatihan dan pengembangan
karakter yang terencana secara sistematis, pendidikan karakter berlokus padepokan
kontekstual, dengan memberdayakan potensi karakter, seperti terpolakan pada gambar 4.3
yang ada pada padepokan karakter. berikut ini.
Model hipotetik yang tercipta ini
kemudian dimajukan kepada para guru serta
lulusan jurusan PPKn tahun 2016 untuk

22
Rachman, M., Masrukhi., Munandar, A., Suhardiyanto, A./ Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI

Tuntutan Mengembangkan
implementasi Kebutuhan jejaring kerjasama
Pend. Karakter Model Pelatihan
Pelatihan
dan Pengebangan
para calon
Pend Karakter. A
Panduan-panduan guru dan
guru K
pelatihan Pend. P T
Karakter O U
T A
Melatih dan E L
mengembang Pengelolaan N I
SDM yang Strategi pelatihan S Penguatan S
kan Pend.
Karakter yang berdaya guna I Karakter A
tepat S
I
Pelatihan berbasis Penilaian kinerja
B
Padepokan Karakter instruktur
E
R
Analisis kebutuhan K
E K
M A
Program B R
pelatihan dan A A
pengem- N K
bangan Penetapan G Penilaian kinerja T
penddikan tujuan guru E
Karakter Nilai-nilai Karakter R

Pelaporan kegiatan

Penetapan materi,
instruktur, strategi
pelatihan Penilaian dampak

Umpan Balik

Gambar 4.3 Model Akhir Manajemen Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Karakter Berlokus
Padepokan Karakter.

23
Rachman, M., Masrukhi., Munandar, A., Suhardiyanto, A./ Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

Model akhir seperti yang disajikan pada berbagai sumber belajar di era digital ini mudah
gambar 4.3 tersebut merupakan manajemen diperoleh melalui internet, akan tetapi dalam
pelatihan dan pengembangan pendidikan konteks pendidikan karakter peran guru tidak
karakter berlokus padepokan karakter, yang telah dapat tergantikan oleh sumber daya apa pun.
memadukan model factual, yang setelah Oleh karena itu guru profesional yang memiliki
dianalisis akan kelemahan-kelamahannya kompetensi unggul dalam menyebarluaskan
kemudian dilakukan rekonstruksi, dengan hasil karakter luhur bangsa sangat penting
focus group discussion, dengan para guru SD keberadaannya di tengah-tengah peserta didik. Di
SMP SMA di kota Semarang. tangan guru professional inilah akan terjadi
Sejak perencanaan kegiatan, model proses pembelajaran dan pembinaan karakter
manajemen ini telah memulainya dengan analisis melalui upaya kreatif dan inovatif dalam
kebutuhan, dilanjutkan dengan penetapan tujuan mengembangkan model-model pembelajaran
akan manajemen pelatihan dan pengembangan agar dapat terjadi internalisasi nilai-nilai karakter
pendidikan karakter, penetapan instruktur, lebih efektif.
materi, dan strategi pelatihan. Semua aspek
terkait dengan pelaksanaan kegiatan pelatihan PENUTUP
telah dirancang secara sistematis. Selanjutnya Pengembangan pendidikan karakter di
dalam tahap palaksanaan kegiatan pelatihan telah lembaga pendidikan harus terus diupayakan
disiapkan buku panduan pelatihan, buku materi untuk lebih berkualitas. Pelatihan dan
pelatihan, dan media pelatihan yang tepat pengembangan pendidikan karakter kepada para
sehingga memudahkan peserta pelatihan untuk guru menjadi sangat penting artinya, sebagai
menyerap materi kegiatan pelatihan. Dalam hal upaya secara sistematis bagi pembinaan karakter
penyusunan buku panduan kegiatan pelaksanaan, oleh para guru di sekolah masing-masing.
buku materi pelatihan, serta media pelatihan, Padepokan karakter di Jurusan Pendidikan
didasarkan atas potensi dan sumber daya yang Politik dan Kewaganegaraan sangat potensial
dimiliki oleh padepokan karakter Jurusan PPKn untuk pengembangan model pelatihan
FIS Unnes. pendidikan karakter, oleh karena keberadaanya
Selanjutnya untuk keperluan evaluasi, dikandung maksud sebagai pusat informasi,
model ini pun menawarkan seperangkat pendidikan, penyajian dan promosi berbagai hal
instrument penilaian, mulai dari perangkat yang menyangkut tujuan padepokan, pusat
penilaian instruktur, instrument kinerja guru, berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
instrument pelaporan, sampai pada instrumen upaya pelestarian, pengembangan, penyebaran
penilaian dampak kegiatan. Perangkat instrumen dan peningkatan citra dan nilai-nilai yang yang
ini mengacu kepada substansi pendidikan dikembangkan pada padepokan terkait. Selain itu
karakter secara komprehensif, baik kognitif, padepokan ini juga dimaksudkan sebagai sarana
afektif, maupun psikhomotor. untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan
Model akhir manajemen pelatihan dan masyarakat sesuai tujuan padepokan terkait,
pengembangan pendidikan karakter berlokus sarana mempererat persahabatan di antara
padepokan karakter ini memiliki kebaruan masyarakat padepokan sesuai visi dam misi
berupa akomodasi berbagai anasir dalam padepokan, serta sarana memasyarakatkan kode
pendekatan pendidikan karakter, yang disusun etik dan ikrar padepokan terkait.
secara sistematis sejak perencanaan, pelaksanaan Keunggulan dari model akhir manajemen
sampai evaluasi kegiatan pelatihan. Lima pelatihan dan pengembangan pendidikan
pendekatan pendidikan karakter/nilai karakter berlokus padepokan karakter ini adalah
terakomodir dalam model tersebut, adalah adanya dimilikinya kebaruan berupa
pendekatan penanaman nilai (inculcation diintegrasikannya berbagai anasir dalam
approach), pendekatan perkembangan moral pendekatan pendidikan karakter, yang disusun
kognitif (cognitive moral development secara sistematis secjak perencanaan,
approach), pendekatan analisis nilai (values pelaksanaan sampai evaluasi kegiatan pelatihan.
analysis approach), pendekatan klarifikasi nilai
(values clarification approach), dan pendekatan DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran berbuat (action learning approach)
(Superka, et. al. 1976, Zakaria, 2000; Rachman, Aditya, Kreshna. 2015. Kekerasan Anak Pelajar.
2001, 2002). Tersedia pada www.bincangedukasi.com
Dari lima pendekatan pendidikan nilai
tersebut, peran guru menjadi sangat strategis oleh Asmawi, J.M. 2011. Buku Panduan Internalisasi
karena berhubungan langsung dengan proses Pendidikan Karakter di Sekolah.
pembelajaran di dalam kelas. Kendatipun Jogyakarta: DIVA Press.

24
Rachman, M., Masrukhi., Munandar, A., Suhardiyanto, A./ Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

Mondy, R.W. 2008. Manajemen Sumber Daya


Banks, J.A. 1985. Teaching Strategies for the Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan).
Social Studies. New York: Longmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Borba, M. 2008. Membangun Kecerdasan Mulyasa, Enco. Manajemen Pendidikan


Moral: Tujuh Kebijakan Utama agar Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Anak Bermoral Tinggi. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. PnPSI.2011. Padepokan Pencak Silat Indonesia.
Jakarta: PnSPI.
Borg, W.R. and Gall, M.D. 1983. Educational
Research: An Introduction. London: Puskur. 2010. Pedoman Pengembangan
Longman, Inc. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
bagi Sekolah. Jakarta: Kementerian
Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral Pendidikan Nasional
Berpijak pada Karakteristik Siswa dan
Budayanya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rachman, Maman. 2009. Model Pemberdayaan
Masyarakat Menuju Perilaku Tanggap
Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data Penelitian: Diri pada Daerah Rawan Bencana
Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Banjir. Penelitian Srategis Nasional.
Arah Penguasaan Model Aplikasi. Semarang: Universitas Negeri semarang.
Jakarta: Rajawali Press.
Rachman, Maman. 2010. Filsafat Ilmu dan
Garcia, T. 2005. Organization and Management. Manajemen Pendidikan. Semarang: PPS
Pholiines: Stanfilco. Unnes.

Craig. 1976. Training and Development Rachman, Maman. 2001. Reposisi, Reevaluasi
Handbook: A Guid Resource dan Redefinisi Pendidikan Nilai bagi
Development. New York: Longman Inc. Generasi Muda Bangsa. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan 7 (028),
Hadisaputro, P. 2004. Studi Tentang Makna hlm: 1-11.
Penyimpangan Perilaku Di Kalangan
Remaja. Jurnal Kriminologi Indonesia 3 Rachman, Maman. 2002. Implementasi
(3), hlm: 9-18. Pendidikan Budi Pekerti dalam
Keterpaduan Pembelajaran. Jurnal
Hasan, S. Hamid. 2012. Pendidikan Sejarah Pendidikan dan Kebudayaan 8 (036),
untuk Memperkuat Pendidikan Karakter. hlm: 376-387..
Paramita Jurnal Sejarah dan
Pembelajaran Sejarah. Raths, L.E., Harmin, M. & Simon, S.B. 1978.
Values and Teaching: Working with
Kusdiyah, Rachmawati. 2008. Manajemen Values in the Classroom. Second Edition.
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Columbus: Charles E. Merrill Publishing
Andi. Company.

Kusuma, Doni A. 2007. Pendidikan Karakter, Rest, J.R. 1992 Komponen-komponen Utama
Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Moralitas. Dlm. Kurtines, W.M.&
Jakarta: Grasindi. Gerwitz, J.L. (pnyt.). Moralitas, perilaku
moral, dan perkembangan moral: 37-60.
Latif , Yudi. 2009. Menyemai Karakter Bangsa, Terj. Soelaeman, M.I. & Dahlan, M.D.
Budaya Kebangkitan Berbasis Jakarta: PenerbitUniversitas Indonesia.
Kesastraan. Jakarta: Penerbit Kompas.
Superka, D.P. 1973. A typology of valuing
LP2M Unnes. 2016. Rencana Strategis 2015- theories and values education approaches.
2019. Semarang: LP2M Unnes. Doctor of Education Dissertation.
University of California, Berkeley.
LPPKB. 2007. Membangun karakter bangsa
dengan jalan Memperkokoh Jati diri Superka, D.P., Ahrens, C., Hedstrom, J.E., Ford,
Bangsa. Jakarta: LPPKB. L.J. & Johnson, P.L.
1976. Values education sourcebook.

25
Rachman, M., Masrukhi., Munandar, A., Suhardiyanto, A./ Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

Colorado: Social Science Education


Consortium, Inc.

Suryana, Yoyon. 2008. Pengembangan Sumber


Daya Manusia. Yogyakarta: Gama
Media.

Sastroatmodjo, Sudijono. 2010. Wisuda


Universitas Negeri Semarang. Semarang:
Unnes Pres

Zakaria, Teuku Ramli. 2000. Pendekatan-


pendekatan Pendidikan Nilai dan
Implementasi. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan 6 (026).

Zuchdi.Darmiyati. 2001. “Pendekatan


Pendidikan Nilai Secara Komprehensif
Sebagai Suatu Alternatif Pembentukan
Akhlak Bangsa”. Makalah Seminar.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian UNY,
11 Juni 2001.

Zuchdi, D. dkk. 2010. Pendidikan Karakter


dengan Pendekatan Komprehensif:
Terintegrasi dalam Pengembangan
Kultur Universitas. Yogyakarta: UNY
Press.

26

You might also like