Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Disusun oleh :
30101307093
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2018
STATUS ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
SMF KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
NIM : 30101206658
A. IDENTITAS
Nama penderita : Ny. I
Umur : 40 tahun 3 bulan 15 hari
Jenis kelamin : Perempuan
No CM : 01.33.43.XX
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Status : Menikah
Alamat : Ngablak RT 11/ RT 04 Semarang
Nama suami : Tn. W
B. ANAMNESA
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh keluar air merembes dari jalan lahir sejak 2 hari
SMRS.
Riwayat Obstetri :
G3P2A0
HPHT : 10 – 04 - 2017
HPL : 17 – 01 – 2017
C. PEMERIKSAAN FISIK
Superior Inferior
Anogenitalia :
Inspeksi : lendir (-), darah (-), air ketuban (+), luka parut (-),
varices(-), oedem vagina (-). Anus : hemoroid (-)
Interna / Vagina Toucher
o Vulva : tenang
o Pembukaan : 1 cm
o Penipisan : 25%
o Portio : tebal
o Kulit ketuban : (-)
o Bagian bawah janin :-
o POD :-
o Hodge :I
o Sarung tangan : lendir (-), darah (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
E. RESUME
Pasien G3P2A0 usia 40 tahun hamil 32 minggu datang dengan keluhan keluar air
dari jalan lahir dan sekarang masih merembes sejak 2 hari SMRS. Cairan yang
keluar berwarna bening, lengket, berbau, dan terdapat lendir. Belum keluar darah.
Cairan merembes kurang lebih setiap 5 menit dan pasien mengatakan tidak terasa
saat keluarnya cairan tersebut. Pasien mengaku merasa kenceng-kenceng namun
masih jarang. Keluhan adanya demam disangkal oleh pasien. Pasien masih
merasakan adanya gerakan janin.
Riwayat Obstetri :
G3P2A0
HPHT : 10 – 04 - 2017
HPL : 17 – 01 – 2017
Status Obstetri :
Inspeksi : Perut tampak membesar, striae gravidarum (+), linea nigra (+),
bekas operasi (-)
Palpasi :
Leopold I : teraba bagian janin besar, bulat dan lunak.
Leopold II : teraba tahanan memanjang di sebelah kanan dan bagian
kecil-kecil di sebelah kiri.
Leopold III : bagian bawah janin teraba bulat, besar, dan keras. Tidak
bisa digoyang
Leopold IV : konvigurasi kedua telapak tangan divergen
TFU : 28 cm
TBJ : (28-11) x 155 = 1677 gram
His : jarang
Auskultasi : DJJ 12-11-12
Anogenitalia :
Inspeksi : air ketuban (+)
Interna / Vagina Toucher
o Vulva : tenang
o Pembukaan : 1 cm
o Penipisan : 25%
o Portio : tebal
o Kulit ketuban : (-)
o Bagian bawah janin :-
o POD :-
o Hodge :I
o Sarung tangan : lendir (-), darah (-)
F. DIAGNOSA
Pasien G3P2A0 usia 40 tahun hamil 32 minggu, janin tunggal, hidup intrauterin,
letak kepala, punggung kanan, periode laten, dengan ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur.
G. TATALAKSANA
Rawat inap
Pengawasan : KU, vital sign, PPV, his, DJJ.
Infus RL 20 tpm
Cefotaxim 2x1
Observasi inpartu
Bedrest total
H. EDUKASI
I. Definisi
Ketuban pecah dini atau spontaneus/early/premature rupture of membrans
(PROM) merupakan pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum
menunjukkan tanda-tanda persalinan/inpartu (keadaan inpartu didefinisikan
sebagai kontraksi uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan
terjadinya efficement atau dilatasi serviks) atau bila satu jam kemudian tidak
timbul tanda-tanda awal persalinan atau secara klinis bila ditemukan pembukaan
kurang dari 3 cm pada primigravida dan kurang dari 5 cm pada multigravida.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada kehamilan aterm
maupun preterm. Saat aterm sering disebut dengan aterm prematur rupture of
membrans atau ketuban pecah dini aterm. Bila terjadi sebelum umur kehamilan 37
minggu disebut ketuban pecah dini preterm / preterm prematur rupture of
membran (PPROM) dan bila terjadi lebih dari 12 jam maka disebut prolonged
PROM.
II. Etiologi
Secara teoritis pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya
elastisitas yang terjadi pada daerah tepi robekan selaput ketuban dengan
perubahan yang besar. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat
kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh
infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada amnion
di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler
atau trofoblas, dimana sebagaian besar jaringan kolagen terdapat pada lapisan
penunjang (dari epitel amnion sampai dengan epitel basal korion).Sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas daninhibisi intrleukin-1
dan prostaglandin. Adanya infeksi dan inflamasi menyebabkan bakteri penyebab
infeksi mengeluarkan enzim protease danmediator inflamasi interleukin-1 dan
prostaglandin. Mediator ini menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi
depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion menyebabkan selaput ketuban
tipis, lemah dan mudah pecah spontan. Selain itu mediator terebut membuat
uterus berkontraksi sehingga membran mudah ruptur akibat tarikan saat uterus
berkontraksi.
Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara pasti, tetapi
ditemukan beberapa faktor predisposisi yang berperan pada terjadinya ketuban
pecah dini, antara lain:
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bias menyebabkan
terjadinya KPD.
Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh
Karen akelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh
beberapa ahli disepakati sebagai factor predisposisi atau penyebab
terjadinya KPD. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD
karena biasanya disertai infeksi.
Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membrane bagian bawah.
Keadaan social ekonomi
Faktor lain
o Faktor golongan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan
kulit ketuban.
o Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
o Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
o Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
III. Insidensi
Insidensi KPD berkis arantara 8 - 10 % dari semua kehamilan. Hal yang
menguntungan dari angka kejadian KPD yang dilaporkan, bahwa lebih banyak
terjadi pada kehamilan yang cukup bulan daripada yang kurang bulan, yaitu
sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada
kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran prematur.
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan
kurangbulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian
perinatal pada bayi yang kurang bulan.Pengelolaan KPD pada kehamilan
kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan
kemungkinan terjadinya prematuritas.
IV. Patofisiologi KPD
Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi
cairan dan janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam. Sedangkan,
bagian kedua, yang terdapat disebelah luar disebut chorion.
Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan
ketuban initerdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan
organik. Cairan inidihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel
amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus. Pada ibu
hamil, jumlah cairan ketuban iniberagam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5
liter. Namun bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5
liter. Diperkirakan janin menelan lebih kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen
dari seluruh volume dalam tiap jam.
Manfaat air ketuban pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk
mempertahankan atau memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan
yang diakibatkan oleh‘lingkungannya’ di luar rahim. Selain itu air ketuban bisa
membuat janin bergerak dengan bebas ke segala arah. Tak hanya itu, manfaat lain
dari air ketuban ini adalah untuk mendeteksi jenis kelamin, memerikasa
kematangan paru-paru janin, golongan darah serta rhesus, dan kelainan
kongenital, susunan genetiknya, dan sebagainya. Caranya yaitu dengan
mengambil cairan ketuban melalui alat yang dimasukkan melalui dinding perut
ibu.
Infeksi
V. Diagnosis
Menegakkan diagnosis KPD secara tepat sangat penting, karena diagnosis
yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi terlalu
awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya
diagnosis yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai
resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh
karena itu, diperlukan diagnosis yang cepat dan tepat. Diagnosis KPD ditegakkan
dengan cara:
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari
orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri
ditekan, penderita diminta batuk, megejan atau megadakan manuver valsava, atau
bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan
terkumpul pada fornik anterior.
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan ketuban pecah dini adalah :
3. Ferning : Cairan dari fornix posterior di tempatkan pada objek glass dan
didiamkan dan cairan amnion tersebut akan memberikan gambaran seperti daun
pakis.
3. Pemeriksaan dalam
4. Pemeriksaan penunjang
Aktif
I. Komplikasi
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi di dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34
minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.
Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin
terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering daripada
aterm. Secara umum, insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan
tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air
ketuban, janin semakin gawat.
Sindroma deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan
anggota badan janin, serta hipoplasia pulmonal.