You are on page 1of 19

CBD

( Case Based Discussion )

ABORTUS IMINENS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Program Pendidikan


Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

Disusun oleh:
Ayu Vita Fitria Ningsih
30101306890

Pembimbing:
dr. Rini Aryani, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2017
STATUS ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
SMF KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
Nama Mahasiswa : Ayu Vita Fitria Ningsih

NIM :30101306890

Dokter Pembimbing :dr. Rini Aryani, Sp.OG

A. IDENTITAS PASIEN

No RM : 01-32-25-00
Nama : Ny. S
Usia : 26 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

Alamat : Desa Gemulak Dukuh Daleman RT 02/I Sayung, Demak

Ruang : Pasien Rawat Jalan

Kelas : BPJS Non PBI kelas III

Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis tanggal 21 Juli 2017 Pukul 14.00 WIB.

Keluhan utama
Pasien G2P1A0 usia 26 tahun hamil 7 minggu keluar lendir darah sejak 3
hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
 Keluhan utama : Keluar lendir
darah sejak 3 hari yang lalu.
 Kualitas : Keluar lendir darah
disertai dengan nyeri perut bagian
bawah.
 Onset : 3 hari yang lalu.
 Keluhan penyerta : Nyeri perut
bagian bawah seperti nyeri pada saat
menstruasi
 Kronologi : pasien mengeluh
keluar flek secara tiba-tiba disertai
dengan nyeri pada perut bagian
bawah semenjak 3 hari yang lalu dan
belum berhenti sampai hari ini
(tanggal anamnesis, 21 Juli 2017).
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Dismenorrhea : (+)
Leukorrhea : (-)
Menopause : (-)

Riwayat Perkawinan
- Pasien menikah sebanyak 1 kali.
- Menikah saat usia : 23 tahun
- Lama menikah : 3 tahun

Riwayat Kehamilan
G2P1A0
HPHT : 1-6-2017
HPL : 8-3-2018
UK : 7 minggu

G1 : Laki-laki, 1 tahun, 3200 gr, bidan, spontan.


Riwayat ANC
- Pemeriksaan kehamilan dilakukan di bidan. Pemeriksaan kehamilan
dilakukan 1 bulan sekali, terakhir dilakukan ANC pada 2 minggu yang
lalu, diberikan vitamin dan suplemen besi. Tidak ada pesan khusus dari
bidan mengenai keadaan kehamilannya.

Riwayat KB
- Riwayat KB :-

Riwayat Penyakit Dahulu


-
Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan seperti ini.
 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit darah tinggi, jantung,
asma, diabetes mellitus dan alergi.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, suami pasien bekerja sebagai
karyawan swasta . Biaya pengobatan ditanggung BPJS.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,8oC
BB : 55 kg

Status Internus
Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-
Telinga : Tidak tampak kelainan
Hidung : Tidak tampak kelainan
Mulut/gigi : Tidak tampak kelainan
Leher : Tidak tampak pembesaran KGB dan tiroid
Jantung : BJ I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)
Thorak : Suara napas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing
-/-
Abdomen : Nyeri tekan suprapubik (+)
Ekstremitas : Edema -/-

Status Obstetri
- Abdomen
Inspeksi : Perut sedikit cembung, striae gravidarum (+),
bekas operasi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Auskultasi : Belum didapatkan denyut jantung janin dengan
menggunakan fetal phone
- TFU : Belum teraba
- TBJ :-
Leopold I : belum dapat dilakukan

Leopold II : belum dapat dilakukan

Leopold III : belum dapat dilakukan

Leopold IV : belum dapat dilakukan

- His :-
- Status genitalis
 Genitalia Eksterna
Inspeksi : terdapat discharge yang keluar lendir darah (+),
massa (-)
 Genitalis Interna
VT : permukaan vagina licin, massa (-), nyeri goyang
portio (-), adneksa kanan dan kiri tidak teraba
perbesaran, cavum douglass tidak menonjol, ppv
(+)
Inspikulo : terlihat lendir darah keluar dari OUE, OUE
masih tertutup, permukaan dalam vagina licin,
massa (-).
- Pemeriksaan USG
Didapatkan janin tunggal hidup intrauterine usia kehamilan 7
minggu.
Pemeriksaan Penunjang
 Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HEMATOLOGY

Darah Rutin 1

Hemoglobin 13.2 11.7-15.5 g/dl

Hematokrit 39.3 33-45 %

Leukosit 11.7 3.6-11.0 Ribu/uL

Trombosit 307 150-440 Ribu/Ul

Golongan Darah/Rh O/Positif

IMUNOSEROLOGI

HbsAg Kualitatif Reaktif Non Reaktif -

KIMIA

GDS 139 76-110 mg/dL

URINE

Urine Lengkap

Warna Kuning

Kejernihan Jernih

Protein Negatif < 30 (Negatif) mg/dL

Reduksi Negatif < 15 (Negatif) mg/dL

Bilirubin Negatif < 1 (Negatif) mg/dL

Reaksi/pH 6.0 4.8-7.4 -

Urobilinogen 0.2 <2 mg/dL

Benda Keton 5 < 5 (Negatif) mg/dL

Nitrit Negatif Negatif -

Berat Jenis 1.005 1.015 – 1.025 -

Blood Negatif < 5 (Negatif) Eri/uL

Leukosit Negatif < 10 (Negatif) Leu/uL


Mikroskopis

Epitel sel 1-2 5 - 15 /LPK

Erytrosit 0-1 0-1 /LPB

Leukosit 0-2 3-5 /LPB

Silinder 0 0 – 1 (Hialin) /LPK

Parasit Negatif Negatif -

Bakteri Negatif Negatif -

Jamur Negatif Negatif -

Ringkasan/Resume
Pasien G2P1A0 datang ke poliklinik RSI Sultan Agung dengan keluhan
keluar lendir darah sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan flek muncul
tiba-tiba saat pasien berada di rumah dan sedang tidak melakukan pekerjaan
apapun. Lendir darah yang keluar berwarna merah segar dengan jumlah yang
sedikit. Keluhan disertai nyeri pada perut bagian bawah seperti nyeri pada saat
menstruasi. Lendir darah yang keluar tidak disertai dengan “prongkolan”,
selama keluar lendir darah tidak meminum obat apapun, pasien hanya istirahat
biasa, pasien menyangkal “bed rest” total, pasien masih melakukan pekerjaan
rumah tangga seperti biasa. Pada kehamilan sebelumnya, pasien tidak
mengalami hal seperti ini. Riwayat pusing dan demam disangkal. Riwayat
trauma disangkal.

Diagnosis
Wanita G2P1A0 hamil 7 minggu dengan abortus iminens

Sikap
 Tirah baring
 Pengawasan : KU, vital sign, Hb, nyeri abdomen.
 Infus RL 20 tpm
 Inj. Kalnex 2x500gr (iv)
 Paracetamol tab 2x500mg
 Asam folat 1x1tab
 SF, Vitamin C, Vitamin B kompleks
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI ABORTUS
- Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar
(Bagian Obgyn Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di dunia luar
kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28
minggu.
- Pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram
atau kurang dari ibunya yang kira – kira berumur 20 sampai 22
minggu kehamilan (Hacker and Moore, 2001).

B. DEFINISI ABORTUS IMMINENS


- Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan vaginal pada
setengah awal kehamilan.
- Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih
dalam uterus dan viabel, dan serviks tertutup.
- Abortus imminens adalah wanita yang mengandung bayi hidup dengan
usia kehamilan kurang dari 24 minggu yang mengalami perdarahan
vaginal dengan atau tanpa nyeri abdomen ketika kondisi serviks masih
tertutup.

C. ETIOLOGI
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin
atau cacat, penyebabnya antara lain:
a. Kelainan kromosom, misalnya trisomi, poliploidi dan kelainan
kromosom seks.
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil
saat usia tua, dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau
sindroma ovarium polikistik.
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan
sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut teratogen.
2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia
berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit
menahun seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa,
toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri,
atau kelainan bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi
inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting.
Sebab lain keguguran dalam trimester dua ialah serviks inkompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas
yang tidak dijahit.

D. KLASIFIKASI ABORTUS
1. Abortus imminens (keguguran mengancam)
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens
ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui
ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama
sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum
membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil
dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya
datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh
penembusan villi koreales ke dalam desidua, pada saat implantasi
ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah,
cepat berhenti, dan tidak disertai mules-mules.

2. Abortus insipiens (keguguran berlangsung)

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20


minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules
menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.

3. Abortus incompletus (keguguran tidak lengkap)

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan


sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan
dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang - kadang sudah
menonjol dari ostium uteri eksternum.

4. Abortus complet (keguguran lengkap)

Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil


konsepsi telah di keluarkan dari kavum uteri. Seluruh buah
kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat di permudah
apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa
semuanya sudah keluar dengan lengkap.

5. Missed abortion (retensi janin mati)

Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin


yang mati tertahan di dalam kavum uteri tidak dikeluarkkan selama
8 minggu atau lebih. Missed abortion biasanya didahului oleh
tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara
spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan
menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak
membesar lagi malah mengecil, dan tes kehamilan menjadi negatif.
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah
mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.

6. Abortus habitualis
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut -
turut tiga kali atau lebih.

E. PATOGENESIS

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis,


diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan
hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan
benda asing didalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya, karena vili
koreales belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, telah masuk agak dalam, karena plasenta
tidak dikeluarkan secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila kantong ketuban
pecah maka disusul dengan pengeluaran janin dan plasenta yang telah
lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak terjadi jika plasenta terlepas
dengan lengkap.

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu


singkat, maka ovum akan dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isi
uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karneosa
apabila pigmen darah diserap sehingga semuanya tampak seperti daging.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi: janin mengering dan menjadi agak gepeng atau fetus
compressus karena cairan amnion yang diserap. Dalam tingkat lebih
lanjut janin menjadi tipis seperti kertas perkamen atau fetus papiraseus.
Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang meninggal tidak
dikeluarkan dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit terkupas,
tengkorak menjadi lembek, dan seluruh janin berwarna kemerah-
merahan.
Hasil konsepsi pada abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk.
Ada kalanya janin tidak tampak didalam kantong ketuban yang disebut
blighted ovum, mungkin pula janin telah mati lama disebut missed
abortion.

F. MANIFESTASI KLINIS ABORTUS IMMINENS

Tanda dan gejala dari abortus imminens adalah:

1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu


2. Perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, hasil konsepsi
masih berada dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks.
3. Perdarahan melalui ostium uteri eksternum
4. Uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka,
tes kehamilan positif.
5. Perdarahan implitasi biasanya sedikit warnanya merah dan cepat
berhenti dan tidak disertai mules-mules.

a. Perdarahan : Berlangsung ringan sampai dengan berat.


Perdarahan pervaginam pada abortus imminens biasanya ringan
berlangsung berhari-hari dan warnanya merah kecoklatan.
b. Nyeri : "Cramping pain", rasa nyeri seperti pada waktu
haid di daerah suprasimfiser, pinggang dan tulang belakang yang
bersifat ritmis.
c. Febris : Menunjukkan proses infeksi intra genital, biasanya
disertai lokia berbau dan nyeri pada waktu pemeriksaan dalam.
(Fitria.2007)

- Pemeriksaan dalam: serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari


ostium, tidak ada kelainan pada serviks, tidak terdapat nyeri goyang
serviks atau adneksa.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, hematokrit, golongan darah,
serta reaksi silang analisis gas darah, kultur darah, terresistensi.
2. Tes kehamilan: positif jika janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus.
3. Pemeriksaan dopler
4. USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
5. Pemeriksaan kadar fibrinogen.

H. KRITERIA DIAGNOSIS

Ada terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu.


Perdarahan pervaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsepsi. Rasa
sakit atau keram perut di daerah atas simpisis.

1. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil


terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mules
sedikit atau tidak sama sekali , uterus membesar sebesar tuanya
kehamilan, servik masih menutup, dan test kehamilan positif.
2. Juga didukung dengan pemeliksaan USG untuk membedakan
dengan kasus blighted ovum.

I. PENATALAKSANAAN

Dalam penatalaksanaan abortus imminens dipakai cara konservatif,


meliputi:

1. Istirahat baring
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanis.

2. Coitus dilarang selama 2 minggu setelah perdarahan berhenti .


3. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. Berikan
preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.
4. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
5. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak
panas dan tiap empat jam bila pasien panas.
6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik
untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan
coklat.
7. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin
sudah mati.
8. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
(Mansjoer Arif, 1999)

Medikamentosa :

1. Progestogen
Merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau
memiliki efek progesteron,diresepkan pada 13-40% wanita dengan
abortus imminens.Progesteron merupakan produk utama korpus
luteum dan berperan penting pada persiapan uterus untuk implantasi,
mempertahankan serta memelihara kehamilan.Sekresi progesteron
yang tidak adekuat pada awal kehamilan diduga sebagai salah satu
penyebab keguguran sehingga suplementasi progesteron sebagai terapi
abortus imminens diduga dapat mencegah keguguran,karena fungsinya
yang diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum
gravidarum dan membuat uterus relaksasi.
2. hCG (human chorionic gonadotropin)
hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam
mempertahankan kehamilan. Karena itu, hCG digunakan pada abortus
imminens untuk mempertahankan kehamilan. Namun, hasil tiga
penelitian yang melibatkan 312 partisipan menyatakan tidak ada cukup
bukti tentang efektivitas penggunaan hCG pada abortus imminens
untuk mempertahankan kehamilan. Meskipun tidak terdapat laporan
efek samping penggunaan hCG pada ibu dan bayi, diperlukan
penelitian lanjutan yang lebih berkualitas tentang pengaruh hCG pada
keguguran.
3. Antibiotik hanya jika ada tanda infeksi
Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada
usia awal trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang (65%) memiliki
flora abnormal vagina. Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin
ditambah klindamisin dan tiga dari tujuh wanita tersebut mengalami
perbaikan, tidak mengalami nyeri abdomen dan perdarahan vaginal
tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa antibiotik dapat digunakan sebagai
terapi dan tidak manimbulkan anomali bayi.

J. KOMPLIKASI
1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-


sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada


uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini,
penderita pelu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu
segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.

Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang


awam menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus biasanya
luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.
Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk
selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi
komplikasi.

3. Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap


abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan
lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih
jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan
diikuti oleh syok.

4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dan infeksi berat (syok endoseptik).

Daftar pustaka

1. Sastrawinata S. Ilmu kesehatan reproduksi obstetri patologi. Edisi ke-2.


Jakarta: EGC; 2004.h.1-9.

2. Hadijanto B. Dalam ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo: Pendarahan pada


kehamilan muda. Edisi ke-4. Cetakan ke-4. Jakarta: Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.h.461-74.
3. Sucipto N. Abortus imminens: upaya pencegahan, pemeriksaan, dan
penatalaksanaan. CDK-206. Volume 40 no.7; 2013. Diunduh
http://www.kalbemed.com/Portals/6/06_206Abortus%20Imminens-Upaya
%20Pencegahan%20Pemeriksaan%20dan%20Penatalaksanaan.pdf . 29
October 2014.

4. Manuaba IBG. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC; 2007.h. 396-400.

You might also like