Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
(P07120216017
B. TANDA GEJALA
Menurut Handayani & Haribowo (2008) tanda-tanda Anemia meliputi:
Manifestasi klinis
(Bakta, 2003:15)
C. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi
terutama dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama
dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang
terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan
meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ;
kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
(Smeltzer & Bare. 2002 : 935 ).
D. PATWAY
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi anemia menurut faktor morfologi :
a. Anemia hipokromik mikrositer : MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg
Sel darah merah memiliki ukuran sel yang kecil dan pewarnaan yang
berkurang atau kadar hemoglobin yang kurang (penurunan MCV dan
penurunan MCH)
1) Anemia defisiensi besi
2) Thalasemia major
3) Anemia akibat penyakit kronik
4) Anemia sideroblastik
b. Anemia normokromik normositer : MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
Sel darah merah memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung
jumlah hemoglobin dalam batas normal.
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia aplastik
3) Anemia hemolitik didapat
4) Anemia akibat penyakit kronik
5) Anemia pada gagal ginjal kronik
6) Anemia pada sindrom mielodisplastik
7) Anemia leukemia akut
c. Anemia normokromik makrositer : MCV > 95 fl
Sel darah merah memiliki ukuran yang ukuran yang lebih besar dari
pada normal tetapi tetapi kandungan hemoglobin dalam batas normal
(MCH meningkat dan MCV normal).
1) Bentuk megaloblastik
- Anemia defisiensi asam folat
- Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
2) Bentuk non-megaloblastik
- Anemia pada penyakit hati kronik
- Anemia pada hipotiroidisme
- Anemia pada sindrom mielodisplastik
Klasifikasi anemia menurut faktor etiologi :
a. Anemia karena produksi eritrosit menurun
1. kekurangan bahan unuk eritrosit (anemia defisiensi besi, dan
anemia deisiensi asam folat/ anemia megaloblastik)
2. gangguan utilisasi besi (anemia akibat penyakit kronik, anemia
sideroblastik)
3. kerusakan jaringan sumsum tulang (atrofi dengan penggantian
oleh jaringan lemak:anemia aplastik/hiplastik, penggantian oleh
jaringan fibrotic/tumor:anemia leukoeritoblastik/mielopstik)
4. Fungsi sumsum tulang kurang baik karena tidak diketahui.
(anemia diserotropoetik, anemia pada sindrom mielodiplastik)
b. Kehilangan eritrosit dari tubuh.
1. Anemia pasca perdarahan akut.
2. Anemia pasca perdarahan kronik
c. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis)
1. Faktor ekstrakorpuskuler
- Antibody terhadap eritrosit: (Autoantibodi-AIHA,
isoantibodi-HDN)
- Hipersplenisme
- Pemaparan terhadap bahan kimia
- Akibat infeksi
- Kerusakan mekanik
2. Factor intrakorpuskuler
- Gangguan membrane (hereditary spherocytosis, hereditary
elliptocytosis)
- Gangguan enzim (defisiensi piruvat kinase, defisiensi G6PD)
- Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati structural,
thalasemia)
(Bakta, 2003:15,16)
Anemia yang terjadi akibat menurunnya produksi SDM antara lain :
Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan
hipokromik (konsentrasi Hb kurang), mikrositik yang disebabkan oleh
suplai besi kurang dalam tubuh. kurangnya besi berpengaruh dalam
pembentukan Hb sehingga konsentrasinya dalam SDM berkurang, hal
ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen
keseluruh jaringan tubuh. Pada keadaan normal kebutuhan besi orang
dewasa adalah 2- 4 gm. Pada laki-laki kebutuhan besi adalah 50
mg/kgBB dan pada wanita 35 mg/kgBB ( Lawrence M Tierney, 2003)
dan hamper 2/3 terdapat dalam Hb. Absorbsi besi terjadi dilambung,
duodenum dan jejunum bagian atas adanya erosi esofagitis, gaster, ulser
duodenum, kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi absobsi
besi.
Anemia megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena rusaknya sintesis DNA yang
mengakibatkan tidak sempurnanya SDM. Keadaan ini disebabkan
karena defisiensi vitamin B12 dan asam folat.karakteristik SDM ini
adalah adanya megaloblas abnormal, Prematur dengan fungsi yang
tidak normal dan dihancurkan semasa dalam sumsum tulang sehingga
terjadinya eritropoeisis dengan masa hidup eritrosit yang lebih
pendek.yang akan mengakibatkan leucopenia, trombositopenia .
Anemia defisiensi vitamin B12
Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya faktor intrinsik
yang diproduksi di sel parietal lambung sehingga terjadi gangguan
absobsi vitamin B12 .
Anemia defisiesi asam folat
Kebutuhan folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang kurang
makan sayuran dan buah-buahan, gangguan pada pencernaan, alkolik
dapat meningkatkan kebutuhan folat, wanita hamil, masa pertumbuhan.
Defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan sindrom malabsobsi
Anemia aplastik
Terjadi akibat ketidak sanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel
– sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan oleh kerusakan primer atau
zat yang dapat merusak sumsum tulang (Mielotoksin).
G. KOMPLIKASI
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang
terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus
memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani
dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi
lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-
organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat, gagal jantung kongesti dapat terjadi karena
otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang
meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas
jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen (Price &Wilson,
2006)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
ruangan.
kerjasama klien-perawat.
cepat.
perlu dijaga.
a. Pengkajian Standar
Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan
b. Keluaran
c. Proses
Kaji :
- Distress pernafasan
laring
Kaji :
C = Circulation
Kaji :
- Tekanan darah
D = Disability
Kaji :
- Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
E = Eksposure
Kaji :
rumah sakit
(nyeri)
Metode pengkajian :
- Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien
A (Allergis) klien
diderita klien
: keluhan
klien
- Tekanan darah
- Suhu tubuh
1. Pengkajian dada
- Nadi femoralis
- Distensi abdomen
3. Pengkajian Ekstremitas
- Nyeri
- Pergerakan
- Warna kulit
mengkaji
- Deformitas
- Jejas
- Laserasi
- Luka
5. Pengkajian Psikosossial
Meliputi :
Data objektif
- Airway
Tidak ada sumbatan jalan napas (obstruksi)
- Breathing
Sesak sewaktu bekerja, dipsnea, takipnea, dan orthopnea
- Circulation
CRT > 2 detik, takikardi, bunyi jantung murmur, pucat pada
kulit dan membrane mukosa (konjunctiva, mulut, faring, bibir)
dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu-abuan), kuku mudah patah, berbentuk
seperti sendok (clubbing finger), rambut kering, mudah putus,
menipis, perasaan dingin pada ekstremitas.
- Disability (status neurologi)
Sakit/nyeri kepala, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi, insomnia, penglihatan kabur, kelemahan,
keletihan berat, sensitif terhadap dingin.
b) Sekunder Assessment
- Eksposure
Tidak ada jejas atau kontusio pada dada, punggung, dan
abdomen.
- Five interventionHipotensi, takikardia, dispnea, ortopnea,
takipnea, demam, hemoglobin dan hemalokrit menurun, hasil
lab pada setiap jenis anemia dapat berbeda. Biasnya hasil lab
menunjukkan jumlah eritrosit menurun, jumlah retikulosit
bervariasi, misal : menurun pada anemia aplastik (AP) dan
meningkat pada respons sumsum tulang terhadap kehilangan
darah/hemolisis.
- Give comfort
Adanya nyeri kepala hebat yang bersifat akut dan dirasakan
secara tiba-tiba, nyeri yang dialami tersebut hilang timbul.
- Head to toe
Daerah kepala :
konjunctiva pucat, sclera jaundice.
Daerah dada :
tidak ada jejas akibat trauma, bunyi jantung murmur, bunyi
napas wheezing.
Daerah abdomen :
splenomegaliDaerah ekstremitas : penurunan kekuatan otot
karena kelemahan, clubbing finger (kuku sendok), perasaan
dingin pada ekstremitas.
- Inspect the posterior surface
Tidak ada jejas pada daerah punggung.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia meliputi :
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan dipsneu, takikardia
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan gaya hidup kurang
gerak ditandai dengan perubahan karakteristik kulit ( warna, elastisitas),
waktu pengisisan kapiler >3 detik
3. Ketidakseimbangan nutris kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya asupan makanan ditandai dengan kurang minat ppada
makanan dan membran mukosa bibir kering
4. Nyeri akut berhungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan
keluhan tentang karakteristk nyeri dengan menggunakan standar instrumen
nyeri dan mengeskpresikan prilaku seperti glisah, meringis dan prilaku
waspada
5. Intolaransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
supalai darah dan kebutuhan oksigen
6. PK Anemia
DAFTAR PUSTAKA
USA:Lipipincott Williams
Jakarta : EGC