You are on page 1of 24

PENGERTIAN KORUPSI SECARA UMUM SERTA MENURUT

PANDANGAN ISLAM DAN SANKSINYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam

Disusun oleh :

Kelompok 1

Eko Nugraha 220110180154


Devi Oktaviani Supendi 220110180190
Sherie Meiza Dania Lauren 220110180195
Isnan Ma’rifah 220110180200
Salwa Mawaddah 220110180205
Viola Meilinda Putri Prihastiwi 220110180210
Purna Jati Nugraha 220110180215
Siti Basiroh 220110180219

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PSDKU GARUT


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJDJARAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat
serta salam semoga tercurah limpah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah memberikan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Pengertian Korupsi Secara Umum serta Menurut Pandangan Islam dan
Sanksinya” sebagai salah satu pemenuhan Rencana Pembelajaran Studi (RPS) pada
mata kuliah Agama Islam di Fakultas Keperawatan.

Ucapan syukur dan terimakasih juga kami sampaikan kepada semua pihak
yang telah mendukung dan membantu dalam proses penyusunan makalah ini,
semoga Allah SWT, senantiasa melindungi dan memberkati kehidupan kita,
Aamiin.

Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna serta masih banyak
kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dan semoga makalah ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Garut, 08 November 2018

Kelompok

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2


DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 5
1.4 Sistematika Penulisan .............................................................. 5
BAB II............................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................ 6
2.1 Pengertian Korupsi secara Umum ............................................... 6
2.2 Pengertian Korupsi dalam Pandangan Islam ............................. 7
2.3 Sanksi dalam Pandangan Islam Mengenai Korupsi ................. 13
BAB III ........................................................................................................ 21
PENUTUP ................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan ................................................................................... 21
3.2 Saran ........................................................................................ 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin tingginya tingkat kejahatan di Indonesia, secara tidak


langsung menjadikan perkembangan penegakkan hokum di Indonesia pun
semakin meningkat. Salah satu.kejahatan yang “hampir” menjadi budaya
adalah korupsi, yang dalam bentuknya memiliki banyak macam dan jenis.
Ironis memang, di negeri yang “katanya” mayoritas beragama Islam dan
menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual ini pernah meraih peringkat pertama
sebagai Negara terkorup di Asia dan Negara paling lamban yang keluar dari
krisis dibandingkan ngara-negara tetangganya.
Adalah suatu hal yang naif apabila kenyataan ironis tersebut
ditimpakan kepada Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas
penduduk di Indonesia. Hal yang perlu dikritisi di sini ialah orientasi
keberagamaan kita yang menekankan kepada tingginya iman ritual-formal
dengan mengabaikan iman moral-individual dan sosial. Model beragama
seperti ini memang sulit untuk dapat mencegah pemeluknya dari perilaku-
perilaku buruk, seperti korupsi. Padahal dalam perspektif ajaran Islam,
korupsi merupakan perbuatan terkutuk, karena dampak buruk yang
ditimbulkannya bagi suatu masyarakat dan bangsa sangatlah menimbulkan
dosa yang sangat keji, seperti dalam ayat sebagai berikut:

‫اط ِل بَ ْينَ ُك ْم أ َ ْم َوالَ ُك ْم تَأ ْ ُكلُوا َو َل‬


ِ َ‫ِلتَأ ْ ُكلُوا ْال ُح َّك ِام ِإلَى ِب َها َوت ُ ْدلُوا ِب ْالب‬
‫اس أ َ ْم َوا ِل ِم ْن فَ ِريقًا‬
ِ َّ‫اْلثْ ِم الن‬
ِ ْ ِ‫ت َ ْعلَ ُمونَ َوأ َ ْنت ُ ْم ب‬
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui.´(Q.S Al-Baqarah 2:188)

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian korupsi secara umum ?
2. Bagaimana pengertian korupsi dalam pandangan islam ?
3. Bagaimana sanksi yang perlu ditegakkan dalam pandangan islam
mengenai tindak pidana korupsi ?
4. Bagaimana cara pemberantasan korupsi dalam pandangan islam ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian korupsi secara umum
2. Untuk mengetahui bagaimana pengertian korupsi dalam pandangan
islam
3. Untuk mengetahui bagaimana sanksi yang perlu ditegakkan dalam
pandangan islam mengenai tindak pidana korupsi
4. Untuk mengetahui bagaimana cara pemberantasan korupsi dalam
pandangan islam

1.4 Sistematika Penulisan

Makalah ini dibagi kedalam tiga bab. Pada BAB I berupa pendahuluan
berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan. Pada
BAB II berupa pembahasan yang berisi Pengertian Korupsi secara umum,
Pengertian Korupsi dalam pandangan Islam, Sanksi dalam pandangan Islam
Mengenai Tindak Korupsi, dan Cara mengatasi Tindak Korupsi menurut
pandangan Islam. Terakhir, BAB III yaitu Penutup, yang berisi kesimpulan dan
saran.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi secara Umum


Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, yaitu Corruptio-Corrumpere yang
artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Jadi korupsi
merupakan tindakan yang sangat buruk. Hal sekecil apapun seperti menyogok,
penyuapan dan lain sebagainya adalah tindakan dari pada seorang koruptor, lebih
lagi jika ia mencuri dan menggunakan uang negara. Adapun pengertian korupsi
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta) adalah sebagai
perbuatan curang, dapat disuap, dan tidak bermoral. adapun menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara
atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi maupun orang lain
sedangkan di dunia internasional pengertian korupsi berdasarkan Black Law
Dictionary adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
memberikan keuntungan yang tidak resmi dengan menggunakan hak-hak dari pihak
lain, yang secara salah dalam menggunakan jabatannya atau karakternya di dalam
memperoleh suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain, yang
berlawanan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.

Adapun pengertian Korupsi jika ditinjau dari segi Undang-Undang yang


berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Korupsi Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2001


Pengertian Korupsi Menurut UU No. 20 Tahun 2001 adalah tindakan melawan
hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang
berakibat merugikan negara atau perekonomian negara.

6
2. Pengertian Korupsi BerdasarkanUU No 24 Tahun 1960
Pengertian Korupsi Menurut UU No.24 Tahun 1960 adalah perbuatan
seseorang, yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau dilakukan
dengan menyalah gunakan jabatan atau kedudukan.

3. Pengertian Korupsi Berdasarkan UU No.31 Tahun 1999


Pengertian Korupsi Menurut UU No.31 Tahun 1999 adalah setiap orang yang
dengan sengaja dengan melawan hukum untuk melakukan perbuatan dengan tujuan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang mengakibatkan
kerugian keuangan wnegara atau perekonomian negara.

2.2 Pengertian Korupsi dalam Pandangan Islam


Seperti yang kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang sangat
menjunjung tinggi kedamaian serta kemashlahatan penganutnya. Tidak heran
bahwasanya, ajaran hukum Islam yang sangat menjunjung tinggi
pemeliharaan akan kesucian baik lahir maupun bathin, menghendaki agar
manusia (umat islam) dalam melakukan sesuatu harus sesuai fitrahnya, yakni
apa yang telah dtentukan dalam al-Quran dan As Sunnah yang merupakan
sumber hukum tertinggi. Pemeliharaan akan kesucian begitu ditekankan
dalam hukum Islam, agar manusia (umat Islam) tidak terjerumus dalam
perbuatan kehinaan atau kezaliman baik terhadap dirinya maupun terhadap
orang lain. Adapun tujuan pokok hukum Islam tersebut adalah memelihara
keselamatan agama, jiwa, akal, harta dan keturunan. Dan salah satu tujuan
pokok hukum Islam ialah memelihara keselamatan (kesucian) harta, sebab
harta merupakan rezeki dalam arti material, karena dalam bahasa agama
rezeki meliputi rezeki material dan rezeki spiritual.

7
Sehingga bagi agama yang sangat menjunjung tinggi nilai kesucian
ini, sangatlah rasional jika ada upaya yang dilakukan untuk memelihara
keselamatan (kesucian) harta yang sebelumnya telah dijelaskan dimana yang
termasuk menjadi tujuan pokok hukum (pidana) Islam, karena mengingat
harta mempunyai dua dimensi, yakni dimensi halal dan dimensi haram.
Perilaku korupsi adalah harta berdimensi haram karena perilaku korupsi
adalah suatu tindakan yang menghalalkan sesuatu yang diharamkan, dan
korupsi merupakan wujud manusia yang tidak memanfaatkan keluasan
dalam memproleh rezeki Allah SWT

Didalam agama Islam pun, ada beberapa pembagian korupsi yaitu


Islam membagi Istilah Korupsi kedalam beberapa Dimensi, seperti risywah
(suap), saraqah (pencurian), al gasysy (penipuan) dan khianat
(penghianatan). Yang pertama, korupsi dalam dimensi risywah (suap) dalam
pandangan hukum Islam merupakan perbuatan yang tercela dan juga
merupakan dosa besar serta Allah sangat melaknatnya. Islam tidak
menentukan apa hukuman bagi pelaku suap, akan tetapi menurut fuquha bagi
pelaku suap-menyuap ancaman hukumanya berupa hukuman ta’zir (jarimah
ta’zir) yang disesuaikan dengan peran masing-masing dalam kejahatan. Suap
adalah memberikan sesuatu kepada orang penguasa atau pegawai dengan
tujuan supaya yang menyuap mendapat keuntungan dari itu atau
dipermudahkan urusanya. Jika praktek suap itu dilakuakan dalam ruang
lingkup peradilan atau proses penegakkan hokum maka hal itu merupakan
kejahatan yang berat atau sejahat-jahatnya kejahatan. Abu Wail mengatakan
bahwa apabila seorang hakim menerima hadiah, maka berarti dia telah makan
barang haram, dan apabila menerima suap, maka dia sampa pada kufur.

Yang kedua, Korupsi dalam dimensi pencurian (saraqah). Saraqah


(pencurian) menurut etimologinya berarti melakukan sesuatu tindakan
terhadap orang lain secara tersembunyi. Sedangkan menurut Abdul Qadir
‘Awdah yang mendefinisikan bahwa pencurian adalah sebagai suatu

8
tindakan yang mengambil harta orang lain dalam keadaan sembunyi-
sembunyi, artinya mengambil tanpa sepengetahuan pemiliknya. Jadi sariqah
adalah mengambil barang milik orang lain dengan cara melawan hukum atau
melawan hak dan tanpa sepengetahuan pemiliknya. Seperti halnya korupsi
yang mengambil harta dengan cara melawan hak dan tanpa sepengetahuan
pemiliknya (rakyat atau masyarakat). Dalam syariah ancaman terhadap
pelaku sariqah (pencurian) ditentukan dengan jelas sebagaimana yang
disebutkan dalam surat Al Maidah: 38, yang mana Allah SWT berfirman
sebagai berikut:

‫ار ُق‬
ِ ‫س‬َّ ‫ارقَةُ َوال‬
ِ ‫س‬ َ ‫سبَا ِب َما َجزَ ا ًء أ َ ْي ِديَ ُه َما فَا ْق‬
َّ ‫طعُوا َوال‬ َ ‫ّللاِ ِمنَ نَ َك ًال َك‬
َّ ۗ
َّ ‫َح ِكيم َع ِزيز َو‬
ُ‫ّللا‬
Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, maka
potomglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS. Al-
Maidah:38)

Namun, sehubungan dengan hukuman potong tangan dalam Jarimah Sariqah


(Pencurian) terdapat perbedaan pendapat apakah juga berlaku terhadap
koruptor karena berdasarkan Hadits. Nabi Muhammad SAW bersabda
sebagai berikut:

“Tidak dipotong tangan atas pengkhianatan harta (koruptor), perampok dan


pencopet”

9
Yang ketiga, Korupsi dalam dimensi Penipuan ( Al Gasysy ), secara
tegas berdasarkan sabda Rasulullah SAW, Allah SWT sangat mengharamkan
surge bagi orang-orang yang melakukan penipuan. Terlebih penipuan itu
dilakukan oleh seorang pemimpin yang mempencundangi rakyatnya.

“Dari Abu Ya’la Ma’qal Ibn Yasar berkata : “Aku mendengar Rasulullah
SAW , bersabda : “ Seorang hamba yang dianugerahi Allah SWT jabatan
kepemimpinan, lalu dia menipu rakyatnya ; maka Allah SWT akan
mengharamkannya untuk masuk ke surga.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Yang keempat, korupsi dalam dimensi khianat (pengkhianatan),


dalam agama disebutkan bahwa pengertian korupsi yang sebenarnya adalah
khianat (pengkhianatan), khianat berkecenderungan mengabaikan,
menyalahgunakan, dan penyelewengan terhadap baik tugas, wewenang, dan
kepercayaan yang telah diamanahkan kepada dirinya. Khianat adalah
pengingkaran atas amanah yang telah dibebankan kepada dirinya atau
mengingkari kewajiban-kewajiban yang seharusnya ia penuhi. Perialku
khianat akan menyebabkan permusuhan diantara sesame manusia sebab
orang yang berkhianat akan selalu memutar balikkan fakta, dan juga
berakibat terjadinya Destruksi baik secara moral, sosial, maupun secara
politik-ekonomi. Islam sangat melarang keras bagi orang-orang yang
beriman terhadpa perbuatan khianat baik terhadap Allah SWT, Rasul, serta
kepada sesama umat manusia seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an
surah Al-Anfal Ayat 27, sebagai berikut:

‫ّللاَ ت َ ُخونُوا َل آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها يَا‬


َّ ‫سو َل‬ َّ ‫َوأ َ ْنت ُ ْم أ َ َمانَاتِ ُك ْم َوت َ ُخونُوا َو‬
ُ ‫الر‬
َ‫ت َ ْعلَ ُمون‬

10
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”

Dari apa yang telah dijelaskan diatas, kita ketahui bahwa korupsi
(dengan berbagai nama) dalam Islam digolongkan sebagai suatu perbuatan
yang sangat keji dan juga tercela yang mana pelakunya dikualifikasikan
sebagai orang-orang yang munafik, dzalim, fasik dan kafir, serta merupakan
orang yang telah berbuat dosa yang sangat besar dengan ancaman
hukumannya adalah neraka Jahannam. Seperti yang telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an bahwa sebagai berikut:

‫ف بِ َم ْقعَ ِد ِه ْم ْال ُمخَلَّفُونَ فَ ِر َح‬


َ ‫سو ِل ِخ ََل‬ ِ َّ ‫بِأ َ ْم َوا ِل ِه ْم يُ َجا ِهد ُوا أ َ ْن َو َك ِر ُهوا‬
ُ ‫ّللا َر‬
‫س ِبي ِل فِي َوأ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬ ِ َّ ‫َار قُ ْل ۗ ْال َح ِر فِي ت َ ْن ِف ُروا َل َوقَالُوا‬
َ ‫ّللا‬ َ َ ‫َل ْو ۚ َح ًّرا أ‬
ُ ‫شدُّ َج َهنَّ َم ن‬
‫يَ ْفقَ ُهونَ َكانُوا‬

Artinya: “Api Neraka Jahanam itu amatlah panas jika saja mereka
mengetahuinya.” (QS at-Taubah [9]: 81).

َ‫سيَ ْح ِلفُون‬ َّ ِ‫ضوا إِلَ ْي ِه ْم ا ْنقَ َل ْبت ُ ْم إِذَا لَ ُك ْم ب‬


َ ِ‫اّلل‬ ُ ‫ع ْن ُه ْم ِلت ُ ْع ِر‬ ُ ‫ع ْن ُه ْم فَأَع ِْر‬
َ ۖ ‫ضوا‬ َ ۖ ‫إِنَّ ُه ْم‬
‫َي ْك ِسبُونَ َكانُوا بِ َما َجزَ ا ًء َج َهنَّ ُم َو َمأ ْ َوا ُه ْم ۖ ِر ْجس‬

Artinya: “Tempat mereka adalah Neraka Jahanam sebagai balasan atas apa
yang telah mereka kerjakan” (QS at-Taubah [9]: 95).

11
Dalil Islam Mengenai Perilaku Korupsi

Hadits Sahih mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,


“Rasulullah melaknat penyuap dan penerima suap dan yang terlibat di
dalamnya.”

Pendapat lainnya dari para Sahabat Nabi Mengenai Korupsi adalah sebagai
berikut:

a. Ibnu Mas’ud

Ibnu Mas’ud berkata,

“Suap itu adalah apabila seorang memiliki keperluan pada yang lain dan
memberinya hadiah dan hadih itu diterima.”

b. Umar Bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz berkata,

“Hadiah pada zaman Nabi adalah hadiah. Pada zaman sekarang adalah
suap.”

12
2.3 Sanksi dalam Pandangan Islam Mengenai Korupsi

Allah SWT sendiri tidak melarang sesuatu hal tanpa alasan tertentu,
sehingga dibalik dilarangnya sesuatu oleh Allah SWT pastilah
terkandung hal buruk serta mudharat atau bahaya bagi pelakunya.
Begitu juga halnya dengan korupsi tidak luput dari keburukan dan juga
mudharat yang bisa mendatangkan sanksi di dunia terlebih di akhirat
kelak yang diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pelaku korupsi (koruptor) Akan Dibelenggu

Pelaku korupsi (koruptor) akan dibelenggu atau akan membawa


hasil dari korupsi di hari kiamat seperti yang ditunjukkan pada ayat ke-
161 Surat Ali Imran, yang menjelaskan yaitu:

َ َ ‫ان ْالتَقَى يَ ْو َم أ‬
‫صابَ ُك ْم َو َما‬ ِ ‫ّللاِ فَبِإ ِ ْذ ِن ْال َج ْم َع‬
َّ ‫ْال ُمؤْ ِمنِينَ َو ِليَ ْعلَ َم‬

Artinya: “Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan,
maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah
mengetahui siapa orang-orang yang beriman.”

Dan juga hadits ‘Adiy bin ‘Amirah Radhiyallahu ‘anhu.


Sedangkan dalam hadits Abu Humaid as Sa’idi Radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah SAW bersabda, yang berbunyi sebagai berikut:

“Demi (Allah), yang jiwaku berada di tanganNya. Tidaklah


seseorang mengambil sesuatu daripadanya (harta zakat), melainkan
dia akan datang pada hari Kiamat membawanya di lehernya. Jjika
(yang dia ambil) seekor unta, maka (unta itu) bersuara. Jika (yang dia
ambil) seekor sapi, maka (sapi itu pun) bersuara. Atau jika (yang dia
ambil) seekor kambing, maka (kambing itu pun) bersuara …”

13
2. Korupsi Penyebab Kehinaan dan Siksa Api Neraka

Korupsi juga menjadi penyebab dari kehinaan serta siksa api


neraka di hari kiamat. Pada hadits Ubadah bin ash Shamit Radhyyallahu
‘anhu, jika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dengan arti,
“(karena) sesungguhnya korupsi itu adalah kehinaan, aib dan api neraka
bagi pelakunya”.

3. Mati Saat Korupsi Akan Terhalang Masuk Surga

Seseorang yang mati saat membawa harta korupsi maka ia tidak


mendapat jaminan atau terhalang masuk surga. Hal tersebut juga
dipahami dari sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa
berpisah ruh dari jasadnya (mati) dalam keadaan terbebas dari tiga
perkara, maka ia (dijamin) masuk surga. Yaitu kesombongan, ghulul
(korupsi) dan hutang”.

4. Allah Tidak Menerima Shadaqah Korupsi

Allah SWT juga tidak akan menerima shadaqah seseorang dari hasil
harta ghulul atau korupsi.

14
5. Hasil Korupsi Adalah Haram

Harta yang didapatkan dari hasil korupsi merupakan haram


sehingga ia akan menjadi salah satu dari penyebab yang bisa
menghalangi terkabulnya doa seperti yang dipahami pada sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

”Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima


kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-
orang yang beriman dengan apa yang Allah perintahkan kepada para
rasul.”

Allah berfirman,

”Wahai para rasul, makanlah dari yang baik-baik dan kerjakanlah


amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian
kerjakan“.

Dia (Allah SWT) juga berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari


yang Kami rizkikan kepada kamu,” kemudian beliau (Rasulullah)
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan seseorang yang lama
bersafar, berpakaian kusut dan berdebu. Dia menengadahkan
tangannya ke langit (seraya berdo’a): “Ya Rabb…, ya Rabb…,”

tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan


dirinya dipenuhi dengan sesuatu yang haram. Maka, bagaimana
do’anya akan dikabulkan?. Sehingga kita ketahui bahwa harta dari
korupsi merupakan harta haram yang bagi pelakunya jangankan
beribadah berdo’a pun tidak akan dikabulkan.

15
2.4 Cara Pemberantasan Korupsi dalam Pandangan Islam

Korupsi merupakan tindak pidana yang tergolong kedalam


kejahatan luar biasa. Banyaknya korupsi yang terjadi di Indonesia
disebabkan oleh adanya penyalahgunaan wewenang, rendahnya moral,
serta tingkat kejujuran yang minim dari aparat negara. Oleh sebab itu,
pemerintah Indonesia telah memikirkan bagaimana cara untuk
memberantas tindak korupsi tersebut bahkan mereka membuat satu tap
MPR yang membahas tentang pemberantasan KKN, akan tetapi hal
tersebut belum kunjung berhasil. Dapat dilihat bahwa pananganan
korupsi tidak dilakukan secara sungguh-sungguh sebagaimana
ditunjukkan oleh syariat islam beberapa cara yang dapat ditempuh
untuk bisa menanggulangi pemberantasan korupsi adalah sebagai
berikut:

1. Sistem penggajian yang layak.


Aparat pemerintah harus bekerja dengan sebaik-baiknya. Hal itu
sulit berjalan dengan baik bila gaji tidak mencukupi. Para birokrat
tetaplah manusia biasa yang mempunyai kebutuhan hidup serta
kewajiban untuk mencukup nafkah keluarga. Agar bisa bekerja dengan
tenang dan tidak mudah tergoda berbuat curang, mereka harus
diberikan gaji dan tunjangan hidup lain yang layak. Berkenaan dengan
pemenuhan kebutuhan hidup aparat pemerintah, Rasul dalam hadis
riwayat Abu Dawud berkata, “Barang siapa yang diserahi pekerjaan
dalam keadaan tidak mempunyai rumah, akan disediakan rumah, jika
belum beristri hendaknya menikah, jika tidak mempunyai pembantu
hendaknya ia mengambil pelayan, jika tidak mempunyai hewan

16
tunggangan (kendaraan) hendaknya diberi. Adapun barang siapa yang
mengambil selainnya, itulah kecurangan”.
2. Larangan menerima suap dan hadiah.

Hadiah dan suap yang diberikan seseorang kepada aparat


pemerintah pasti mengandung maksud agar aparat itu bertindak
menguntungkan pemberi hadiah. Tentang suap Rasulullah berkata,

“Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap” (HR Abu


Dawud).

Tentang hadiah kepada aparat pemerintah, Rasul berkata,

“Hadiah yang diberikan kepada para penguasa adalah suht


(haram) dan suap yang diterima hakim adalah kufur” (HR Imam
Ahmad).”

Suap dan hadiah akan berpengaruh buruk pada mental aparat


pemerintah. Aparat bekerja tidak sebagaimana mestinya. Di bidang
peradilan, hukum ditegakkan secara tidak adil atau cenderung
memenangkan pihak yang mampu memberikan hadiah atau suap

3. Teladan pemimpin.

Khalifah Umar menyita sendiri seekor unta gemuk milik


putranya, Abdullah bin Umar, karena kedapatan digembalakan bersama
di padang rumput milik Baitul Mal Negara. Hal ini dinilai Umar sebagai
bentuk penyalahgunaan fasilitas negara. Demi menjaga agar tidak
mencium bau secara tidak hak, Khalifah Umar bin Abdul Azis sampai
menutup hidungnya saat membagi minyak kesturi kepada rakyat.
Dengan teladan pemimpin, tindak penyimpangan akan mudah
terdeteksi sedari dini. Penyidikan dan penyelidikan tindak korupsi pun

17
tidak sulit dilakukan. Tapi bagaimana bila justru korupsi dilakukan
oleh para pemimpin? Semua upaya apa pun menjadi tidak ada artinya
sama sekali.

4. Hukuman setimpal.

Pada umumnya, orang akan takut menerima risiko yang akan


mencelakaan dirinya. Hukuman dalam Islam memang berfungsi
sebagai zawajir (pencegah). Artinya, dengan hukuman setimpal atas
koruptor, diharapkan orang akan berpikir sekian kali untuk melakukan
kejahatan itu. Dalam Islam, tindak korupsi bukanlah seperti pencurian
biasa yang pelakunya dipotong tangannya seperti dalam hadits sebagai
berikut:

“Perampas, koruptor, dan pengkhianat tidak dikenakan


hukuman potong tangan” (HR Ahmad, Ashabus Sunan, dan Ibnu
Hibban).

Akan tetapi, termasuk jarîmah (kejahatan) yang akan terkenai


ta’zir. Bentuknya bisa berupa hukuman tasyh’ir (berupa pewartaan atas
diri koruptor – dulu diarak keliling kota, sekarang bisa lewat media
massa). Berkaitan dengan hal ini, Zaid bin Khalid al-Juhaini
meriwayatkan Rasulullah SAW pernah memerintahkan para sahabat
untuk menshalati seorang rekan mereka yang gugur dalam pertempuran
Hunain. Mereka, para sahabat, tentu saja heran, karena seharusnya
seorang yang syahid tidak disembahyangi. Rasul kemudian
menjelaskan, “Sahabatmu ini telah berbuat curang di jalan Allah.”
Ketika Zaid membongkar perbekalan almarhum, ia menemukan
ghanimah beberapa permata milik kaum yahudi seharga hampir 2 Atau,
bisa juga sampai hukuman kurungan. Menurut Abdurrahman al-Maliki

18
dalam kitab Nidzamul ‘Uqubat fil Islam (hlm. 190), hukuman kurungan
koruptor mulai 6 bulan sampai 5 tahun. Namun, masih dipertimbangkan
banyaknya uang yang dikorup. Bila mencapai jumlah yang
membahayakan ekonomi negara, koruptor dapat dijatuhi hukuman
mati.

5. Kekayaan keluarga pejabat yang diperoleh melalui penyalahgunaan


kekuasaan diputihkan oleh kepala negara (Khalifah) yang baru.

Caranya, kepala negara menghitung kekayaan para pejabat lama lalu


dibandingkan dengan harta yang mungkin diperolehnya secara resmi.
Bila dapat dibuktikan dan ternyata terdapat kenaikan yang tidak wajar,
seperti dilakukan Umar, kepala negara memerintahkan agar
menyerahkan semua kelebihan itu kepada yang berhak menerimanya.
Bila harta kekayaan itu diketahui siapa pemiliknya yang sah, maka harta
tersebut–katakanlah tanah–dikembalikan kepada pemiliknya.
Sementara itu, apabila tidak jelas siapa pemiliknya yang sah, harta itu
dikembalikan kepada kas negara (Baitul Mal). Namun, bila sulit
dibuktikan, seperti disebut di dalam buku Tarikhul Khulafa, Khalifah
Umar bin Khaththab membagi dua kekayaan mereka bila terdapat
kelebihan dari jumlah semula, yang separuh diambil untuk diserahkan
ke Baitul Mal dan separuh lagi diberikan kepada mereka.

19
6. Pengawasan masyarakat. Masyarakat dapat berperan menyuburkan
atau menghilangkan korupsi.
Masyarakat yang bermental instan akan cenderung menempuh
jalan pintas dalam berurusan dengan aparat dengan tak segan memberi
suap dan hadiah. Adapun masyarakat yang mulia akan turut mengawasi
jalannya pemerintahan dan menolak aparat yang mengajaknya berbuat
menyimpang. Demi menumbuhkan keberanian rakyat mengoreksi
aparat, Khalifah Umar di awal pemerintahannya menyatakan, “Apabila
kalian melihatku menyimpang dari jalan Islam, maka luruskan aku
walaupun dengan pedang”. Dengan pengawasan masyarakat, korupsi
menjadi sangat sulit dilakukan. Bila ditambah dengan teladan
pemimpin, hukuman yang setimpal, larangan pemberian suap dan
hadiah, serta dengan pembuktian terbalik dan gaji yang mencukupi,
insya Allah korupsi dapat diatasi dengan tuntas.

20
BAB III

PENUTUP

3 .1 Kesimpulan
Korupsi termasuk kedalam kejahatan luar biasa. Korupsi juga sangat
diharamkan dalam islam. Tidak ada satu dalil pun yang membenarkan
perilaku korupsi dalam islam. Dan segala macam bentuknya haram menurut
islam. Oleh sebab itu, Al Qur’an melarang tindak korupsi secara tegas karena
didalamnya mengandung unsur pencurian, penyalahgunaan jabatan, suap,
dan perampokan. Islam pun memandang korupsi sebagai suatu perbuatan
yang dapat merugikan masyarakat, mengganggu kepentingan umum, dan
menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat serta sangat merugikan bangsa
Indonesia.
Dimana Islam memandang korupsi sebagai perbuatan yang dapat
merugikan masyarakat, mengganggu kepentingan publik, dan menimbulkan teror
terhadap kenyamanan dan ketertiban masyarakat. Hukum Islam memberikan sanksi
yang tegas terhadap perilaku korupsi seperti hukuman terhadap jiwa, hukuman
terhadap badan, hukuman terhadap harta benda, dan hukuman terhadap
kemerdekaan seseorang. Untuk itu karena korupsi mendatangkan kemudhorotan
serta sangat tidak disukai oleh Allah SWT sebab termasuk kedalam perilaku yang
sangat keji dan dapat menimbulkan dosa yang sangat besar serta ancaman baik di
dunia terlebih di akhirat bagi para pelakunya, sebab segala perbuatan yang kita
lakukan terlebih perbuatan haram pasti akan mendapat pembalasan di akhirat kelak
seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:

َ‫س َي ْح ِلفُون‬ َّ ‫ضوا ِإلَ ْي ِه ْم ا ْنقَ َل ْبت ُ ْم ِإذَا لَ ُك ْم ِب‬


َ ِ‫اّلل‬ ُ ‫ع ْن ُه ْم ِلت ُ ْع ِر‬ ُ ‫ع ْن ُه ْم فَأَع ِْر‬
َ ۖ ‫ضوا‬ َ ۖ ‫ِإنَّ ُه ْم‬
‫َي ْك ِسبُونَ َكانُوا ِب َما َجزَ ا ًء َج َهنَّ ُم َو َمأ ْ َوا ُه ْم ۖ ِر ْجس‬

Artinya: “Tempat mereka adalah Neraka Jahanam sebagai balasan atas apa
yang telah mereka kerjakan” (QS at-Taubah [9]: 95).

21
3.2 Saran
Seharusnya pemerintah bisa lebih tegas didalam menindaklanjutin Tindak
Korupsi, agar kedepannya Korupsi di Indonesia tidaklah lagi menjadi suatu
kegiaytan yang “membudaya” terlebih untuk generasi penerus bangsa.
Dengan berbagai upaya baik dari segi pencegahan, penanggulangan, dan
penghakiman. Dimana terdapat filosofi Islam yang menganjurkan agar
dilakukan pencegahan secepat mungkin. Sebagaimana adagium “mencegah
suatu penyakit lebih baik daripada mengobatinya”. Disamping salah satu
upaya yang bisa ditempuh untuk meminimalisir terjadinya korupsi salah
satunya adalah dengan cara meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengawasan dan menanamkan pendidikan anti korupsi secara dini bagi
generasi penerus bangsa.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://thamrin.wordpress.com/2006/07/14/korupsi-dalam-dimensi-sejarah-
indonesia-bagian-keempat-penutup/. Diakses pada tanggal
8 November 2018

Munawar Fuad Noeh, Islam dan Gerakan Moral Anti Korupsi, (Jakarta,
Zikrul Hakim, 1997)

A.Hanafi, Azas-azas Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1993)

Wahab Afif, Hukum Pidana Islam, Banten ( Yayasan Ulumul Quran, 1988)

Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta, Bumi Aksara,


1992)

http://www.fahmina.or.id/artikel-a-berita/mutiara-arsip/630-korupsi-
pandangan-dan-sikap-islam.html. Diakses pada tanggal 8
November 2018

http://bagindams.blogspot.com/2009/11/korupsi-dalam-perspektif-
islam_23.html . Diakses pada tanggal 8 November 2018

http://ganimeda.wordpress.com/2010/12/07/perspektif-islam-terhadap-
korupsi/. Diakses pada tanggal 8 November 2018

http://hukum.kompasiana.com/2012/04/23/filsafat-pemidanaan-islam-
dalam-pemberian-hukuman-bagi-koruptor/. Diakses pada
tanggal 8 November 2018

http://zulchizar.wordpress.com/2010/07/10/cara-pemberantasan-korupsi-
dalam-perspektif-islam/. Diakses pada tanggal 8 November

http://alquran.babinrohis.esdm.go.id. Diakses pada tanggal 8 November


2018

23
24

You might also like