You are on page 1of 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ilmu adalah hal penting yang yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Tanpa
adanya ilmu maka kehidupan manusia tidak akan berjalan dengan baik. Di era
globalisasi saat ini menuntut setiap individu untuk mampu bersaing dalam
mempertahankan eksistensi dalam hal karir. Tidak hanya ilmu dalam bentuk teori
yang dibutuhkan namun ilmu dalam hal penerapan dilapangan juga diperlukan.
Pembekalan bagi seorang calon sarjana teknik sipil tidak cukup dengan
pembekalan teori di bangku kuliah saja. Ada berbagai pengetahuan penting lain
yang hanya bisa didapat dari pengamatan visual di lapangan secara langsung,
seperti pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses dan tahapan dalam
kegiatan konstruksi, keterampilan berkomunikasi, dan bekerja sama.
Kerja praktek adalah suatu kegiatan dimana mahasiswa memiliki
kesempatan untuk mengamati kegiatan konstruksi secara langsung serta
mengasah kemampuan interpersonal. Diharapkan, mahasiswa dapat lebih siap
untuk menjadi calon sarjana teknik sipil yang tidak hanya memiliki kemampuan
teoritis, namun juga pemahaman dan kemampuan praktis sebagai bekal memasuki
dunia kerja kelak.
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Maluku Utara mewajibkan peserta didik untuk mengikuti mata kuliah Praktik
Kerja, guna untuk menambah pengalaman mahasiswa dalam dunia lapangan.
Praktik Kerja dilaksanakan pada proyek konstruksi seperti gedung, waduk, jalan
raya, jembatan, dan bangunan sipil lainnya selama 60 hari kalender. Dimana
praktik kerja tersebut diharapkan mampu memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
para mahasiswa. Sehingga mahasiswa mampu memiliki ilmu dalam bidang teori
dan pengalaman sebagai daya saing dalam hal karir nantinya.

1
1.2.Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja adalah :

1) Untuk mengetahui volume pekerjaan pondasi


2) Untuk mengetahui volume pekerjaan sloof

1.3. Manfaat

Adapun manfaat yang didapat dari dilaksanakannya kerja praktek ini, yaitu;
1) Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam proses
belajar.
2) Mampu bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam proyek.
3) Dapat mempelajari teori-teori baru yang berbeda dari teori yang dijelaskan
pada kampus, sertamempelajari masalah-masalah yang dalam
penerapannya.

1.4.Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan terbatasnya waktu pelaksanaan Praktik Kerja yang
hanya 60 hari maka laporan ini diberikan beberapa batasan yaitu sebatas pada
bagian-bagian pekerjaan yang dipelajari selama proses Praktik Kerja, antara lain :
1. Tinjauan Umum
Mengenai gambaran umum Proyek Pembangunan Lanjutan Gedung Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas III Ternate Kota Ternate.
2. Tinjauan Khusus
Dalam hal ini membahas pekerjaan yang dapat diamati selama proses Praktik
Kerja berlangsung yaitu tentang Pekerjaan Pondasi dan Sloof

2
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK

2.1. Latar Belakang Proyek


Sebagai Provinsi yang terhitung baru, Provinsi Maluku Utara dituntut
memiliki fasilitas sarana dan prasarana pemerintahan sebagai penunjang
jalannya perkembangan pembangunan yang sedang giat-giatnya berjalan,
salah sataunya adalah di bidang Kesehatan. Sebagai langkah awal dalam
mempercepat perkembangan/pertumbuhan daerah dalam hal ini dalam
bidang Kesehatan, maka Provinsi Maluku Utara lewat Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
III Ternate harus meningkatkan mutu Kesehatan baik dari tingkat Kab/Kota
yang fungsinya untuk meningkatkan sumber daya manusia di daerah Provinsi
Maluku Utara. Dengan adanya Karantina Kesehatan Pelabuhan Udara dan
Pelabuhan Laut yang ada di Ternate dan Beberapa Kab/, maka Provinsi
Maluku Utara dapat bersaing dengan provinsi-provinsi lainnya yang ada
diindonesia dalam hal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang dari
dalam dan luar.
Kota ternate merupakan kawasan terpadat di Provinsi Maluku Utara.
Banyaknya pusat-pusat perbelanjaan dan universitas tinggi negeri maupun
swasta, telah menjadikan kawasan ini sebagai kawasan yang menarik
pendatang, baik sebagai mahasiswa, penghuni tetap, maupun pengunjung
yang berwisata. Hal itu menunjukkan bahwa banyaknya orang yang keluar
masuk dari dan menuju kota ternate, oleh karena itu salah satu factor yang
harus diperhatikan adalah factor kesehatan. Banyak nya orang yang datang ke
kota ternate maka besar risiko penyakit yang datang ke kota ternate.
Dengan adanya pembangunan kantor kesehatan pelabuhan diharapkan
dapat mengatasi factor-faktor tentang kesehatan yg datang ke kota ternate.
Serta dapat memberikan pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit
yang dapat muncul kembali.

3
Faktor inilah yang menarik pengembang untuk membangun
pembangunan kantor kesehatan pelabuhan di kota ternate. Dimana letak
kantor ini berada dekat dengan Bandar Udara Sultan Babullah kota ternate.
Yang merupakan tempat paling strategis, karena merupakan gerbang utama
orang-orang keluar dan datang ke kota ternate.

2.2. Deskripsi Proyek


2.2.1. Lokasi Proyek
Secara geografis letak proyek pembangunan lanjutan gedung kantor
kesehatan pelabuhan kelas III berlokasi di Kompleks Bandara Sultan
Babullah, Kec. Ternate Utara Kota Ternate yang berbatasan dengan beberapa
wilayah yaitu :
a. Sebelah Utara : Kel. Tabam
b. Sebelah Timur : Kel. Tafure
c. Sebelah Barat : Kel. Akehuda
d. Sebelah Selatan : Kel. Dufa-dufa

LOKASI PROYEK

Gambar 2.1. Peta Lokasi Proyek Pembangunan Lanjutan Gedung Kantor


Kesehatan Pelabuhan Kelas III Ternate (Sumber : Google Maps 2018)

4
2.2.2. Data-data Proyek
Apapun data-data proyek pekerjaan pembangunan lanjutan kantor kesehatan
pelabuhan kelas III ternate adalah sebagai berikut :
1. Nama proyek : Pembangunan Lanjutan Gedung Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas III Ternate
2. Lokasi Proyek : Kota Ternate
3. Kontraktor : CV. CENTURY PERMAI
4. Konsultan : CV. MEGA BINTANG ENGINEERING
5. Nilai kontrak : Rp. 1.742.081.200,00- (satu milyar tujuh ratus empat
puluh dua juta delapan puluh satu ribu dua ratus rupiah)
6. No/Tgl Kontrak : KN.01.03/1/1215/2018
7. Tahun Anggaran : 2018

2.2.3. Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek


Ruang lingkup pekerjaan proyek meliputi, tata cara untuk menentukan
waktu proyek dimulai dari perencanaan lingkup proyek yang akan dikerjakan,
pendefinisian ruang lingkup proyek, verifikasi proyek serta, control atas
perubahan yang mungkin terjadi pada saat proyek tersebut dimulai.
Kegiatan proyek biasanya dilakukan untuk berbagai bidang antara lain sebagai
berikut :
1. Pembangunan fasilitas baru, artinya merupakan kegiatan yang benar-benar
baru dan belum ada sebelumnya.
2. Perbaikan fasilitas yang sudah ada. Merupakan kelanjutan dan usaha yang
ada sebelumnya, namun perlu dilakukan tambahan atau perbaikan yang
diinginkan.
3. Penelitian dan pengembangan. Merupakan kegiatan penelitian yang
dilakukan untuk suatu fenomena yang muncul di masyarakat, lalu
dikembangkan sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

5
2.3. Persiapan pelaksanaan Proyek
1. Pekerjaan persiapan
a. Pekerjaan Uitzet dan bowplank
b. Pembuatan kantor proyek (direksi keet)
c. Pekerjaan administrasi
d. Pekerjaan tanah
e. Pekerjaan P3K, Keselamatan Kerja dan Air Kerja
2. Pekerjaan Tanah
a. Galian Tanah
b. Urugan Tanah
c. Urugan Pasir
3. Pekerjaan Pondasi
a. Galian Tanah Pondasi
b. Pasangan Pondasi batu gunung
c. Pengecoran
d. Urugan tanah Pondasi
e. Lantai Kerja
4. Pekerjaan Struktur
a. Pekerjaan Balok dan Plat Beton
b. Pekerjaan Kolom
c. Pekerjaan Sloof
d. Pekerjaan Bongkar Bekisting
5. Pekerjaan Atap
a. Pekerjaan kuda-kuda baja
b. Pekerjaan penutup atap
6. Pekerjaan Finishing
a. Pekerjaan Plesteran
b. Pasang Kaca rayband
c. Kusen pintu dan jendela
d. Pekerjaan plafond dan langit-langit
e. Pekerjaan dinding bata

6
f. Pasang daun pintu dan jendela
g. Pekerjaan cat dan keramik
h. Pekerjaan mekanikal & elektronikal
i. Pekerjaan sanitasi
j. Pekerjaan drainase
k. Pekerjaan plumbing
l. Jalan paving block
m. Tamanisasi (Landscaping)

2.4. Organisasi Proyek


Dalam pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik, diperlukan
suatu organisasi pelaksanaan yang baik pula. Struktur organisasi pelaksanaan
proyek harus ditata sedemikian rupa sehingga setiap unsur yang terlibat akan
terlihat batas wewenang dan tanggung jawabnya. Unsur-unsur tersebut harus
melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing sesuai yang terdapat
dalam kontrak agar pelaksanaan proyel sesuai dengan rencana dan
memperoleh hasil yang baik.
Adapun hubungan kerja, fungsi serta tugas dari unsur-unsur yang
terlibat dalam proyek pekerjaan lanjutan kantor kesehatan pelabuhan kelas III
ternate adalah sebagai berikut :

2.4.1. Pemilik Proyek (Owner)


Pemilik proyek (owner) adalah seseorang atau badan hukum atau
instansi yang memiliki proyek dan menyediakan dana untuk
merealisasikannya.
Pemilik proyek mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
1) Mengendalikan proyek secara keseluruhan untuk mencapai sasaran
segi kualitas fisik proyek maupun batas waktu yang telah di
tetapkan.
2) Mengadakan kontrak dengan kontraktor yang membuat tugas dan
kewajiban sesuai prosedur.

7
3) Menunjuk kontraktor pemenang tender untuk melaksanakan
proyek tersebut.
4) Menyediakan dana yang diperlukan untuk merealisasikan proyek.
5) Membuat surat perintah kerja (SPK)
6) Mengeluarkan semua instruksi dan menyerahkan semua dokumen
pembayaran kepada kontraktor.
7) Menerima hasil hasil pekerjaan dari pelaksanaan proyek atau
kontraktor.

Pemilik Proyek Pembangunan Lanjutan Kantor Karantina Kesehatan


Pelabuhan Kelas III Ternate adalah Satuan Kerja Kementrian Kesehatan
RI.

2.4.2. Perencanaan Proyek (Konsultan)


Perencana adalah badan yang menyusun program kerja, rencana
kegiatan dan pelaporan serta ketatalaksanaan sesuai ketentuan yang
berlaku.
Perencana proyek (konsultan) mempunyai tugas dan kewajiban
sebagai berikut :
1) Membuat perencanaan lengkap meliput gambar bestek, Rencana
Kerja dan Syarat (RKS), perhitungan struktur, serta perencanaan
anggaran biaya.
2) Memberikan usulan, saran dan pertimbangan kepada pemberi tugas
(owner) tentang pelaksanaan proyek.
3) Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-
hal yang kurang jelas dari gambar bestek dan RKS.
4) Membuat gambar revisi jika ada perubahan.
5) Menghadiri rapat koordinasi pengelola proyek.
6) Mempelajari petunjuk-petunjuk teknis, Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.
7) Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika
terjadi kegagalan konstruksi.

8
Pada proyek ini pihak yang bertindak sebagai perencanaan adalah CV.
Mega Bintang Engineering.

2.4.3. Pengawasan proyek


Pengawasan proyek adalah perseorang atau badan hukum yang diberi
tanggung jawab setelah melalui proses tender. Bertanggung jawab
terhadap mutu pekerjaan yang dihasilkan sehingga dapat memenuhi
syarat dalam kontrak atau bestek.

2.4.4. Pelaksana proyek (Kontraktor)


Pelaksana proyek (kontraktor) adalah pihak yang diserahi tugas untuk
melaksanakan pembangunan proyek oleh owner melalui prosedur
pelelangan. Pekerjaan yang dilaksankan harus sesuai kontrak (Rencana
Kerja dan Syarat-syarat serta Gambar-gambar kerja) dengan biaya yang
telah disepakati.
Kontraktor mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
1) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat
yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak.
2) Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum memulai
pelaksanaan pekerjaan.
3) Membuat dokumen tentang pekerjaan yang telah dilaksanakan dan
diserahkan kepada owner.
4) Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan kemajuan proyek.
5) Mengasuransikan pekerjaan dan kecelakaan kerja bagi tenaga
kerja.
6) Melakukan perbaikan atas kerusakan atau kekurangan pekerjaan
akibat kelalaian selama pelaksanaan dengan menanggung seluruh
biayanya.
7) Menyerahkan hasil pekerjaan setelah pekerjaan proyek selesai.

Pada proyek ini pihak yang bertinfak sebagai kontraktor adalah CV.
Century Permai.

9
2.4.5. Hubungan Kerja
Hubungan antara pihak dalam penyelenggara pembangunan dapat
diskemakan dalam bagan alir sebagai berikut:

Keterangan :
Garis Perintah
Garis Koordinasi

Gambar 2.2. Bagan Alir Hubungan Kerja antara Bagian-bagian pekerjaan


Proyek

2.4.6. Struktur Organisasi Proyek

Strktur organisasi pada proyek Pembangunan Lanjutan Kantor Karantina


Kesehatan Pelabuhan Kelas III Ternate, dapat dilihat dalam gambar 2.3 dibawah ini.

10
Gambar 2.3. Bagan Struktur Organisasi Proyek

2.5. Rencana Pelaksanaan


2.5.1. Rencana Anggaran Biaya
Yang dimaksud dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah
perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta
biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek
tersebut
Anggaran Biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung
dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan
yang sama akan berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah yang lain. Hal
ini disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja.( H.
Bachtiar Ibrahim, 1993; 3).
Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan
proyek. Pada taraf pertama dipergunakan untuk mengetahui berapa besar
biaya yang diperlukan untuk membangun proyek atau investasi, selanjutnya

11
mempunyai fungsi dengan spectrum yang amat luas yaitu merencanakan dan
mengendalikan sumber daya seperti: material, tenagakerja, pelayanan,
maupun waktu. Meskipun kegunaannya sama, namun untuk masing-masing
organisasi peserta proyek mempunyai penekanannya yang berbeda-beda atau
fungsi estimasi antara lain sebagai berikut :
 Bagi Owner: adalah angka yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya
yang akan menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelanjutan suatu
investasi. Secara praktis di lapangan disebut dengan Ouwner Estimation
(OE).
 Bagi Konsultan: adalah angka yang diajukan kepada pemilik proyek
(Owner) sebagai usulan biaya yang terbaik untuk berbagai keguanaan
sesuai perkembangan proyek dan sampai derajat ketelitian tertentu,
kredibilitasnya terkait dengan kebenaran atau ketepatan angka-angka
yang diusulkan. Harga estimasi yang diajukan oleh konsultan disebut
dengan Bill of Quantity (BQ).
 Bagi Kontraktor: adalah angka finansial yang diajukan dalam proses
lelang guna memperoleh pekerjaan dan memperhitungkan keuntungan,
dimana angka tersebut tergantung kepada seberapa kecakapannya
dalam membuat perkiraan biaya. Bila penawaran yang diajukan didalam
proses lelang terlalu tinggi, kemungkinan besar kontraktor yang
bersangkutan akan mengalami kekalahan dalam lelang. Sebaliknya, bila
memenangkan lelang dengan harga yang terlalu rendah akan mengalami
kesulitan di belakang hari. Harga yang diajukan oleh kontraktor ini
disebut dengan Estimate Engineering (EE).

2.5.2. Time Schedule


Time berarti waktu, schedule ialah memasukkan ke dalam
daftar. Time schedule adalah waktu yang ditentukan.
Jadi yang dimaksud dengan Time Schedule adalah mengatur
rencana kerja dari satu bagian atau unit pekerjaan. Time schedule
meliputi kegiatan antara lain sebagai berikut :

12
- Kebutuhan tenaga kerja
- Kebutuhan material atau bahan
- Kebutuhan waktu
- Dan transportasi atau pengangkutan
Dari tim schedule/rencana kerja, kita akan mendapatkan
gambaran lama pekerjaan yang dapat diselesaikan, serta bagian-
bagian pekerjaan yang saling terkait antara satu dan lainnya.
Sebelum menyusun rencana kerja, harus diperhatikan
bagian-bagian pekerjaan yang terkait satu sama lain tersebut, serta
pekerjaan yang dapat dimulai tanpa menunggu pekerjaan yang lain
selesai.
Data yang diperlukan untuk menyusun time schedule adalah
sebagai berikut:
1) Gambar konstruksi dan arsitekturnya.
2) Peraturan dan syarat sesuai bestek.
3) Waktu yang tersedia.
4) Jenis pekerjaan.
5) Material dan alat yang tersedia serta jumlah tenaga kerja dan
ahlinya.

Data pelaksanaannya memiliki dua time schedule yang didalamnya


terdapat diagram kurva S :
1) Diagram kurva S rencana, yaitu diagram kurva S dari prosentase
pekerjaan yang direncanakan untuk dicapai setiap minggunya.
2) Diagram kurva S pelaksanaan, yaitu diagram kurva S dari prosentase
pekerjaan yang dilaksanakan setiap minggunya.
Faktor yang harus diperhatikan dalam menyusun time schedule, yaitu
1) Kemampuan untuk kebutuhan tenaga manusia.
2) Peralatan dan fasilitas.
3) Urut-urutan pekerjaan dan waktu pelaksanaan.
4) Material yang dibutuhkan.

13
5) Biaya yang tersedia
6) Manpower schedule.

Adapun tujuan dari pembuatan time schedule adalah:

1) Untuk mencapai waktu pelaksanaan yang telah diatur dengan efektif


dan efisien.

2) Untuk mencapa iurut-urutan pekerjaan dan penyediaan tenaga dan


bahan secara sistematis.

3) Untuk mencapai hasil fisik.

Sedangkan fungsi time schedule adalah:

1) Sebagai pegangan bagi kontraktor.

2) Sebagai sarana pengaturan pelaksanaan pekerjaan.

3) Sebagai sarana pengontrol /pengendali terhadap pencapaian prestasi


dan penentuan sanksi.

2.5.3. Volume Pekerjaan


Yang dimaksud dengan volume suatu pekerjaan adalah menghitung
jumlah banyaknya volume pekerjaan dalam satu satuan. Volume juga
disebut sebagai kubikasi pelerjaan.Volume (kubikasi) yang dimaksud
dalam pengertian ini bukanlah merupakan volume (isi sesungguhnya),
melainkan jumlah volume bagian pekerjaan dalam satu kesatuan.
Sebelum menghitung volume masing-masing pekerjaan, lebih
dahulu harus membaca gambar bestek berikut gambar-gambar detail
(penjelasannya). Penguasaan dalam membaca gambar bestek dan gambar
penjelasan akan sangat mempengaruhi tingkat ketelitian dalam
menghitung volume masing-masing pekerjaan.
Tahapan yang perlu dilakukan dalam menghitung volume
pekerjaan adalah antara lain menguraikan masing-masing volume
pekerjaan (uraian volume pekerjaan) dan dari uraian tersebut masing-
masing harus dihitung volume pekerjaanya.

14
Yang dimaksud dengan uraian volume pekerjaan adalah
menguraikan secara rinci besar volume suatu pekerjaan. Menguraikan,
berarti menghitung besar volume masing-masing pekerjaan sesuai dengan
gambar bestek dan gambar detail.
Penyusunan uraian volume pekerjaan tersebut diurutkan
berdasarkan urutan (kronologis) pelaksanaan pekerjaan. Volume
pekerjaan disusun sedemikian rupa secara sistematis dengan lajur-lajur
tabela, dengan sistem pengelompokan mulai dari pekerjaan pondasi
sempai dengan pekerjaan perlengkapan luar.

15
BAB III

PERENCANAAN DAN TEKNIS KERJA PRAKTEK

3.1. Landasan Teori

Pelaksanaan adalah merupakan realisasi dari perencanaan yang telah


dilakukan sebelumnya, yang meliputi berbagai macam pekerjaan, mulai dari
pekerjaan persiapan sampai dengan pekerjaan finishing. Sumber daya yang harus
dimanfaatkan seefektif mungkin agar tercapainya keberhasilan proyek.

Sebelum melaksanakan pekerjaan dibuat gambar kerja (Shop Drawing),


tujuannya adalah untuk memperjelas gambar agar dengan mudah dapat
dimengerti pelaksana pekerjaan. Pada shop drawing diberi penjelasan tambahan
untuk hal-hal yang tidak termasuk pada gambar rencana dan diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan atau jika ternyata ada perubahan maka perubahan tersebut
dicantumkan dalam shop drawing tersebut atau shop drawing yang telah direvisi
sesuai dengan perubahan yang telah disetujui.

Selama pelaksanaan kerja praktek pada proyek Pekerjaan pembangunan


lanjutan kantor karantina kesehatan pelabuhan kelas III ternate. Proyek tersebut
telah berjalan kurang lebih 25.55%, maka penyusunan laporan ini hanya pada
pekerjaan struktur Pondasi dan Sloof.

3.2. Pekerjaan Pondasi

Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban


bangunan ke tanah atau batuan yang ada di bawahnya. Terdapat dua klasifikasi
pondasi, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal
didefinisikan sebagai pondasi yang mendukung bebannya secara langsung,
seperti : pondasi telapak, pondasi memanjang dan pondasi rakit. Pondasi dalam
dapat didefinisikan sebagai pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah
keras atau batuan yang terletak relative jauh dari permukaan, contohnya pondasi
sumuran dan pondasi tiang.

16
Pekerjaan Pondasi dilakukan secara bertahap, mulai dari pekerjaan
pondasi pagar, pekerjaan pondasi pos jaga, pekerjaan pondasi workshop, dan
pekerjaan pondasi ruang genset.

Jenis – jenis pondasi.

1) Pondasi Tiang pancang


Pondasi tiang pancang memilik pengertian seperti biasanya dipergunakan
untuk jenis-jenis tanah yang lembek, tanah yang berawa dengan jenis kondisi daya
dukung tanah yang kecil.

Gambar 3.1. Pondasi Tiang Pancang


2) Pondasi batu kali
Pondasi tiang batu kali merupakan jenis pondasi yang digunakan untuk jenis-
jenis bangunan yang sederhana, biasanya jenis pondasi ini digunakan untuk jenis
bangunan yang berlantai satu, dimana tanah tersebut merupakan jenis kondisi yang
keras yang terletak sangat dekat ditambah lagi tanah tersebut susah digali karena
kondisinya berbatuan.

17
Gambar 3.2. Pondasi Batu Kali

3) Pondasi batu bata


Jenis Pondasi Batu Bata ini memiliki persamaan dengan jenis pondasi batu
kali, dimana pondasi ini biasanya digunakan untuk jenis-jenis bangunan berlantai
satu, dimana tanah yang menggunakan jenis pondasi ini adalah jenis tanah yang
keras.

Gambar 3.3. Pondasi Batu Bata

18
4) Pondasi Telapak
Pondasi telapak merupakan pondasi yang sering digunakan untuk bangunan-
bangunan yang bertingkat. Jenis pondasi telapak ini yang digunakan pada jenis-
jenis bangunan yang sederhana misalnya jenis bangunan yang satu lantai.

Gambar 3.4. Pondasi Telapak

5) Pondasi sumuran
Pondasi sumuruan ini merupakan salah satu dari jenis pondasi yang seriing
digunakan untuk jenis bangunan yang bertingkat. Jenis ini memliki kedalaman
dibawah tanah lebih dari 2 meter.

19
Gambar 3.5. Pondasi Sumuran

3.3. Pekerjaan Sloof

Sloof merupakan struktur bangunan rumah tinggal yang ada di atas


pondasi bangunan. Jenis dari konstruksi beton bertulang ini umumnya dibuat
pada bangunan rumah tinggal atau pun gedung serta posisinya ada pada lantai 1
atau pun orang-orang yang biasa menyebutnya sebagai lantai dasar. Sloof
merupakan jenis konstruksi beton bertulang yang memang sengaja di desain
khusus luas penampang dan juga jumlah pembesiannya yang disesuaikan dengan
kebutuhan beban yang akan dipikul oleh sloof nantinya.

20
Gambar 3.6. Site Plan

Dari semua permasalahan yang terjadi diatas, dibutuhkan pengertian dan kerja
sama yang baik antara pihak perencanaan dan pihak pengawasan untuk bisa
mengatasi permasalahan yang sering terjadi di lokasi proyek, sehingga kedepan bisa
lebih baik lagi.

Sering terjadi keterlambatan bahan material yang dibutuhkan di lapangan,


karena jarak angkut yang cukup jauh dapat diatasi dengan menyediakan material
lebih dulu sebelum pekerjaan dimulai.

21
3.4. Perhitungan Volume Pekerjaan Pondasi dan Sloof

- Pos Jaga
Perhitungan Volume Pekerjan Pondasi sepanjang 17 m

Gambar 3.7. denah pondasi pos jaga

Gambar 3.8. detail pondasi pos jaga

22
- Untuk mengitung luas pondasi batu gunung

Volume = (Lebar atas + Lebar bawah)/2 x Tinggi x Panjang

= (0.3 + 0.8)/2 x 0.7 x 17


= 6.545 m3
- Perhitungan Pasangan Batu Kosong
Volume = Lebar x Tinggi X Panjang
= 0.9 x 0.1 x 17
= 1.53 m3

Perhitungan volume Pekerjaan sloof sepanjang 17 m.

Gambar 3.9. detail sloof pos jaga


- Perhitungan Pembesian
a) Tulangan Pokok 4 Ø 10 dan panjang total sloof 17 meter,
Maka besi beton yang diperlukan:
4 x 17 = 68 meter dibagi 12 meter (panjang 1 batang besi beton standar 12
meter) = 5.6 staf ~ 6 staf
b) Tulangan begel Ø 6 – 15 dan panjang total sloof 17 meter
Maka jumlah begel yang diperlukan :
17/0.15 = 113.3 ~ 113 buah.
Selimut Beton = 2 cm dan pembengkokan ujungnya = 5 cm
Jumlah 1 buah begel :
15 – 4 = 11 cm *(4 adalah jumlah selimut beton kanan dan kiri)
(11 + 11 + 11 + 11) + 5 = 49 cm

23
Total kebutuhan panjang besi untuk begel 113 buah x 0.49 m =
55.37 meter/12 = 4.6141 staf ~ 5 staf
- Perhitungan Bekisiting
Jumlah papan yang diperlukan = (Panjang total sloof /panjang papan) x 2 sisi
= ( 17 / 3 ) x 2
= 11 lembar

- Workshop
Perhitungan volume pekerjaan pondasi sepanjang 101.75 m

Gambar 3.10. denah workshop

24
Gambar 3.11. detail pondasi workshop

- Untuk mengitung luas pondasi batu gunung


Penyelesaian :
Volume = (Lebar atas + Lebar bawah)/2 x Tinggi x Panjang
= (0.3 + 0.8)/2 x 0.7 x 101.75
= 39.174 m3
- Perhitungan Pasangan Batu Kosong
Volume = Lebar x Tinggi X Panjang
= 0.9 x 0.1 x 101.75
= 9.158 m3

25
Perhitungan volume pekerjaan sloof sepanjang 101,75 m.

Gamabr 3.12. detail sloof workshop


- Perhitungan Pembesian
a) Tulangan Pokok 4 Ø 10 dan panjang total sloof 101.75 meter,
Maka besi beton yang diperlukan:
4 x 101.75 = 407 meter dibagi 12 meter (panjang 1 batang besi beton
standar 12 meter) = 33.916 staf ~ 34 staf

b) Tulangan begel Ø 6 – 15 dan panjang total sloof 101.75 meter


Maka jumlah begel yang diperlukan :
101.75/0.15 = 678.3 ~ 678 buah.
Selimut Beton = 2 cm dan pembengkokan ujungnya = 5 cm
Jumlah 1 buah begel :
15 – 4 = 11 cm *(4 adalah jumlah selimut beton kanan dan kiri)
(11 + 11 + 11 + 11) + 5 = 49 cm
Total kebutuhan panjang besi untuk begel 678 buah x 0.49 m =
332.22 meter/12 = 27.69 staf ~ 28 staf

- Perhitungan Bekisiting

Jumlah papan yang diperlukan = (Panjang total sloof /panjang papan) x 2 sisi

= ( 101.75 / 3 ) x 2

= 68 lembar

26
- Ruang Genset
Perhitungan volume pekerjaan pondasi sepanjang 14,8 m

Gambar 3.13. denah ruang genset

Gambar 3.14. detail pondasi ruang genset


- Untuk mengitung luas pondasi batu gunung
Penyelesaian :
Volume = (Lebar atas + Lebar bawah)/2 x Tinggi x Panjang
= (0.3 + 0.8)/2 x 0.7 x 14.8
= 5.7 m3

27
- Perhitungan Pasangan Batu Kosong
Volume = Lebar x Tinggi X Panjang
= 0.9 x 0.1 x 14.8
= 1.332 m3

Perhitngan volume pekerjaan sloof sepanjang 14,8 m.

Gambar 3.15. detail sloof ruang genset


- Perhitungan Pembesian
a) Tulangan Pokok 4 Ø 10 dan panjang total sloof 14.8 meter,
Maka besi beton yang diperlukan:
4 x 14.8 = 59.2 meter dibagi 12 meter (panjang 1 batang besi beton
standar 12 meter) = 4.983 staf ~ 5 staf
b) Tulangan begel Ø 6 – 15 dan panjang total sloof 14.8 meter
Maka jumlah begel yang diperlukan :
14.8/0.15 = 98.6 ~ 99 buah.
Selimut Beton = 2 cm dan pembengkokan ujungnya = 5 cm
Jumlah 1 buah begel :
15 – 4 = 11 cm *(4 adalah jumlah selimut beton kanan dan kiri)
(11 + 11 + 11 + 11) + 5 = 49 cm
Total kebutuhan panjang besi untuk begel 99 buah x 0.49 m =
48.51 meter/12 = 4.0425 staf ~ 5 staf

28
- Perhitungan Bekisiting

Jumlah papan yang diperlukan = (Panjang total sloof /panjang papan) x 2 sisi

= ( 14.8 / 3 ) x 2

= 10 lembar

- Pagar
Perhitungan volume pekerjaan pondasi sepanjang 166.25 m.

Gambar 3.16. denah pondasi pagar

29
Gambar 3.17. detail pondasi pagar
- Untuk mengitung luas pondasi batu gunung
Penyelesaian :
Volume = (Lebar atas + Lebar bawah)/2 x Tinggi x Panjang
= (0.3 + 0.8)/2 x 0.7 x 166.25
= 64.01 m3
- Perhitungan Pasangan Batu Kosong
Volume = Lebar x Tinggi X Panjang
= 0.9 x 0.1 x 166.25
= 14.96 m3

Perhitungan volume pekerjaan sloof sepanjang 166,25 m

Gambar 3.18. detail sloof pagar


- Perhitungan Pembesian

30
a) Tulangan Pokok 4 Ø 10 dan panjang total sloof 166.25 meter,
Maka besi beton yang diperlukan:
4 x 166.25 = 665 meter dibagi 12 meter (panjang 1 batang besi beton
standar 12 meter) = 55.41 staf ~ 56 staf
b) Tulangan begel Ø 6 – 15 dan panjang total sloof 166.25 meter
Maka jumlah begel yang diperlukan :
166.25/0.15 = 1108.3 ~ 1108 buah.
Selimut Beton = 2 cm dan pembengkokan ujungnya = 5 cm
Jumlah 1 buah begel :
15 – 4 = 11 cm *(4 adalah jumlah selimut beton kanan dan kiri)
(11 + 11 + 11 + 11) + 5 = 49 cm
Total kebutuhan panjang besi untuk begel 1108 buah x 0.49 m =
542.92 meter/12 = 45.243 staf ~ 46 staf

- Perhitungan Bekisiting

Jumlah papan yang diperlukan = (Panjang total sloof /panjang papan) x 2 sisi

= ( 166.25 / 3 ) x 2

= 68 lembar

31
BAB IV
PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN

4.1. Bahan
Dari bahan yang akan dipakai di proyek melalui persetujuan pengawas
sehingga sesuai dengan di isyaratkan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
dan dapat menjamin mutu pekerjaan di lapangan, Bahan yang akan dipakai
hendaknya menggunakan bahan yang masih baru dan terjaga mutunya.

Penyimpanan bahan matrial perlu di perhatikan, agar bahan material yang


dipakai dalam kondisi yang layak pakai apabila selama penyimpanan bahan menjadi
tidak layak dipakai, maka pengawas akan meminta pelaksana selaku penanggung
jawab agar menganti bahan yang sesuai syarat yaitu bahan yang sesuai dengan
peraturan-peraturan standar yang berlaku secara nasional. Bahan-bahan yang
digunakan dalam proyek ini adalah :

a. Semen Tonasa
1. PersyaratanUmum.
a). Semua semen harus Cement Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam
peraturan Portland Cement Indonesia.

b). Mutu semen yang memenuhi syarat & dapat dipakai adalah yang memenuhi
persyaratan .Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk
seluruh pekerjaan.

c). Penyimpanan semen sebelum digunakan harus terlindung dari pengaruh cuaca
sepanjang waktu dan perletakannya harus terangkat dari lantai untuk menghindari
dari kelembaban.

2. Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang
pada setiap waktu sebelum dipergunakan.Kontraktor harus bersedia untuk memberi
bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan contohcontoh

32
tersebut.Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan
Pengawas, harus tidak dipergunakan atau diafkir.Jika semen yang dinyatakan tidak
memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka Konsultan Pengawas
dapat memerintahkan membongkar beton tersebut dan diganti dengan memakai
semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor.Kontraktor harus menyediakan
semua semen-semen

3. Tempat Penyimpanan Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan


yang sesuai untuk semen,

Gambar 4.1. Semen Tonasa

b. Pasir

Pasir yang digunakan adalah pasir yang memenuhi syarat menurut PBI 1971
(NI-2) pasal 3.3, 3.4 dan 3.5 atau SNI atau Peraturan Beton Indonesia tahun 1989.
Agregat harus memenuhi syarat.

Syarat-syarat pasir yang harus digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tidak mengandung bahan yang merusak beton dan ketahanan tulang terhadap
karat. Pasir laut tidak boleh digunakan.
2. Bersih dari kotoran yang dapat menghalangi ikatan dengan semen, jika agregat
yang datang ternyata kotor, maka sebelum dipakai harus dicuci terlebih dahulu.

33
3. Pasir yang digunakan harus berbutir kasar, sedangkan yang ukuran kerikil
mengikuti persyaratan dalam PBI (Peraturan Beton Indonesia)

Gambar 4.2 pasir

c. Air
Air merupakan zat cair yang mana dapat berfungsi sebagai penetralisir agregat
yang sudah di campurkan atau sudah di kombinasikan dalam satu kesatuan yang di
sebut campuran, dan manfaat air sebagai berikut:
1. Air berasal dari Perusahan Daerah Air Minum( PDAM).
2. Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi/mortar dan spesi injeksi
harus bebas dari lumpur, minyak asam, bahan organic basah, garam dan
kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah air tersebut diuji di Laboratorium
pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk menetapkan sesuai
tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam PBI-1971 untuk bahan
campuran beton.

Gambar 4.3 Air

34
d. Baja/Besi Tulangan
Baja atau besi tulangan yang dipakai pada Proyek Pembangunan Lanjutan
Gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Ternate Kota Ternate
menggunakan baja tulangan Ø 10 mm.

Gambar 4.4. Besi tulangan

e. Kawat Bendrat
Kawat bendrat berfungsi sebagai pengikat antar baja tulangan agar dapat
membentuk struktur seperti yang dikehendaki. Kawat bendrat yang digunakan
berdiameter 1 mm dan dalam pemakaiannya digunakan tiga lapis kawat agar
lebih kuat dalam mengikat baja tulangan. Agar baja tulangan saling terikat
dengan kuat maka kawat yang digunakan harus mempunyai kualitas yang baik
dan tidak mudah putus.

Gambar 4.5. Kawat Bendrat

35
f. Kayu
Kayu yang dimaksud disini adalah yang digunakan sebagai bahan bangunan.
Kayu digunakan sebagai bahan penunjang dalam pekerjaan beton bertulang yang
berfungsi sebagai perancah ataupun bekisting.

Gambar 4.6. Kayu


g. Batu gunung

Batu gunung atau disebut juga dengan nama lain sebagai batu belah tentunya
batu berasal dari gunung. Batu gunung itu sendiri biasanya untuk membangun
bangunan gedung, jalan raya, waduk, talud dan bangunan sipil lainya.
Sebenarnya bayak fungsi dari batu gunung itu sendiri.

Gambar 4.7. Batu Gunung

36
4.2. Peralatan
a. Tinjauan umum
Alat kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam menciptakan
hasil kerja yang memuaskan. Kontraktor harus menggandakan semua peralatan atau
perlengkapan kerja yang lengkap untuk melaksanakan pekerjaan. Pemilihan dari
jumlah kebutuhan ditetapkan berdasarkan macam pekerjaan, rencana kerja, keadaan
lapangan, dan volume pekerjaan yang akan dikerjakan. Alat kerja tersebut harus
cukup memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, agar dalam pelaksanaan
pekerjaan tidak terjadi saling pinjam akibat kurangnya alat serta harus memperbaiki
alat terlebih dahulu karena alat tersebut rusak.

Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan proyek, baik itu alat berat
maupun ringan bertujuan menunjang kelancaran pekerjaan proyek, beberapa secara
umum :
a. Mempercepat penyelesaian pekerjaan.
b. Meningkatlan kualitas dan kuantitas pekerjaan.
c. Meningkatkan efisiensi dan produktifitas pekerjaan.
d. Menghemat biaya.
Dalam pemilihan alat yang akan digunakan dalam pelaksanaan proyek harus
disesuaikan dengan besar volume pekerjaan yang ada, dengan kata lain harus ada
keseimbangan antara jumlah pekerjaan yang ada dengan alat yang akan dioperasikan
dengan hasil yang optimal.

b. Pengaduk Beton (Sekop Dan Cangkul)


Sekop dan cangkul merupakan satu alat juga sangat di perlukan dalam satu
pekerjaan yang menyangkut dengan masalah penangananmaterial, baik itu sudah
menjadi campuran maupun belum,dan pengoperasian sekop dan cangkul juga masih
dengan cara manual yang bisa berfungsi jika di gerakkan oleh manusia Sekop juga
merupakan alat yang sangat di butuhkan jika alat seperti Mikser Molen dan concrete
mixer truck tidak ada.

37
Gambar 4.8. Pengaduk campuran (Sekop Dan Cangkul)

c. Ember
Ember adalah suatu alat yang terbuat dari bahan plastik yang fungsinya untuk
memindahkan material yang sudah menjadi campuran dari tempat pengadukan
campuran ke tempat item pekerjaan yang di kerjakan

Gambar 4.9. ember

d. Cetok (Tropol)
Cetok digunakan untuk pekerjaan pasangan batu, batu bata, cor beton,
plesteran, acian dan sejenisnya.

Gambar 4.10. cetok

38
4.3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Ada beberapa tenaga kerja yang berperan penting dalam penyelesaian proyek ini
yaitu:

a. Konsultan Perencanaan
Konsultan perencanaan adalah sekelompok orang yang bertugas membuat
perencanaan secara keseluruhan meliputi : arsitektur, struktur serta mekanikal dan
elektrikal.Konsultan perencana menerima pendelegasian pekerjaan dari
pemilik/owner dengan dua tahap, yaitu :

1. Rekayasa dan desain awal

Rekayasa dan desain meletakkan penekanan pada :

a) Konsepsi arsitektur.
b) Pengevaluasian alternatif-alternatif proses teknologi.
c) Keputusan-keputusan mengenai ukuran serta kapasitas
d) Studi komperatif ekonomi.
e) Tahap konsepsi dan kelayakan.
2. Rekayasa dan desain detail/perincian
Kegiatan-kegiatan konsultan perencanaan dalam pelaksanaan dalam tahap
rancang bangun meliputi :
a) Perencanaan anggaran dan biaya.
b) Konsep dan kriteria perencanaan.
c) Analisis perekayasaan.
d) Metode dan rancangan pelaksanaan.
e) Finalisasi perijinan.
f) Gambar detail dan gambar kerja.
g) Rencana kerja dan spesifikasi pelaksanaan.
Supaya mendapatkan hasil perencanaan seperti yang diharapkan, maka
perencanaan harus mempunyai tenaga ahli dari berbgai disiplin ilmu dengan
kemampuan dan pengalaman yang cukup memadai dalam bidangnya masing-masing.

39
b. Konsultan Manajemen Kontruksi

Konsultan manajemen kontruksi adalah badan hukum yang ditunjuk secara


tertulis oleh pemilik proyek untuk mengawasi secara keseluruhan terhadap jalannya
pelaksanaan proyek agar sesuai dengan harapan.Penerapan pengawasan adalah
meminta pertanggung jawaban aspek perencanaan dalam pelaksanaan
pekerjaan.Konsultan Manajemen konstruksi pada proyek pelaksanaan pekerjaan
penataan bangunan kawasan pusaka ngara lamo ternate.

Tugas dan kewajiban Konsultan Manajemen Konstruksi :

1. Meneliti dan memeriksa isi dokumen kontrak.


2. Memberi saran-saran dan pertimbangan-pertimbangan kepada pemilik
serta melanjutkan sesuai instruksi pemilik kepada pemborong.
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kuantitas/kualitas
pekerjaan dilapangan serta menjaga kepentingan-kepentingan pemilik.
4. Mengantisipasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan
merugikan, akibat kesalahan/ketidak sempurnaan pelaksanaan.
5. Menyetujui atau menolak dokumen pembayaran yang diajukan
kontraktor.
6. Memeriksa gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh yang
dipersiapkan kontraktor.
7. Melakukan pemeriksaan dan merekomendasikan untuk serah terima
pekerjaan, menerima surat-surat jaminan dari kontraktor yang ditentukan
dalam dokumen kontrak dan menerbitkan berita acara pembayaran.

c. Pelaksanaan Proyek
Pelaksanaan merupakan unsur yang sangat penting didalam sebuah
proyek.Apabila suatu proyek tersebut berskala besar maka keberadaan kontraktor
pelaksanalah yang dibutuhkan, untuk jenis proyek ini berskala besar dan pelaksanaan
proyeknya dengan keterlibatan langsung dari pemberi tugas dan tanpa adanya sistem
pelelangan terlebih dahulu tugas dan kewajiban pelaksana adalah sebagai berikut :

40
1. Bertanggung jawab penuh terhadap owner atas pelaksanaan proyek sesuai
dengan peraturan-peraturan yang berlaku dan syarat-syarat serta waktu
yang ditetapkan.
2. Mengadakan konsultasi dengan pengawas mengenai pelaksanaan
pekerjaan.
3. Menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan bersifat khusus dalam bentuk
time schedule.
4. Memberi laporan atau daftar mengenai jumlah buruh, bahan-bahan
bangunan ditempat pekerjaanmaupun yang belum dipergunakan dan
laporan mengenai volume pekerjaan.

d. Mandor / Kepala Tukang


Umumnya pelaksana sudah mempunyai rangkaian dalam penyelesaian tenaga
kerja, mekanisme umum yang dilaksanakan dalam penyediaan tenaga kerja tukang
adalah sistem borong. Bos borong mengajukan tawaran harga borongan pervolume
pekerjaan pada pelaksanaan, dan bos borongan atau mandor akan menyediakan
tenaga tukang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang diperlukan. Beberapa
keuntungan sistem borongan yaitu pengadaan tenaga kerja, baik tukang maupun
pekerjaan menjadi tanggung jawab Bos borong dan kecepatan pekerjaan dapat
ditentukan secara optimal.

e. Jenis Tenaga Kerja


Tenaga kerja yang dipakai pada proyek ini ialah tenaga kerja harian dan
borongan. Ruang lingkup pekerjaan untuk tenaga kerja harian bersifat ringan, artinya
tidak memerlukan waktu lama untuk melaksanakan pekerjaannya, sedangkan tenaga
kerja borongan sifat pekerjaannya bertahap sehingga untuk menyelesaikan
pekerjaannya memerlukan waktu yang lama.

f. Status Tenaga Kerja


Pada proyek ini, status tenaga kerja adalah tetap dan tidak tetap. Status tetap
artinya tenaga kerja tersebut akan selalu dipakai dari tahap awal hingga tahap akhir

41
proyek, sedangkan status tidak tetap artinya tenaga kerja hanya mengerjakan sebagian
dari status suatu pekerjaan.

g. Keselamatan Kerja.
Usaha yang dilakukan tim swakelola pelaksana untuk menjaga keselamatan
baik pekerja pada proyek ini adalah sebagai berikut :

1. Menyediakanobat-obatan standar dan kotak PPPK ( Pertolongan Pertama


Pada Kecelakan ) di proyek. Pengobatan di proyek ini adalah sebagai
pertolongan pertama.
2. Menentukan jenis asuransi senilai proyek pada asuransi yang
ditunjuk,danAsuransiTenagaKerja (ASTEK) bagi pekerja diproyek yang
berlaku sejak mulai melaksanakan hingga selesai pemeliharaan.

3. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat pelindung diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya
para pekerja atau buruh bangunan yang bekerja disebuah proyek atau
pembangunan sebuah gedung, diwajibkan menggunakannya. Kewajiban itu
sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen tenaga Kerja
Republik indonesia. Alat-alat pelindung diri yang demikian harus
memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan
perlindungan efektif terhadap jenis bahaya yang akan terjadi.
Alat Pelindung diri (APD) berperan penting terhadap Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.Dalam pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki
peranan dan kedudukan yang penting sebagai pelaku
pembangunan.Sebagai pelaku pembangunan perlu dilakukan upaya-upaya
perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis, dan medis
dalam mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja.
Bahaya yang mungkin terjadi pada proses produksi dan diprediksi akan
menimpa tenaga kerja adalah sebagai berikut:
a. Tertimpa benda keras dan berat

42
b. Tertusuk atau terpotong benda tajam
c. Terjatuh dari tempat tinggi
d. Terbakar atau terkena aliran listrik
e. Terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan.
f. Pendengaran menjadi rusak karena suara kebisingan
g. Penglihatan menjadi rusak diakibatkan intensitas cahaya yangtinggi
h. Terkena radiasi dan gangguan lainnya.
4. Macam-Macam APD
a. Masker
Masker digunakan untuk pada tempat-tempat kerja tertentu dan
seringkali udaranya kotor yang diakibatkan oleh bermacam-macam hal
antara lain :
1) Debu-debu kasar dari penggerinderaan atau pekerjaan sejenis
2) Racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan atau asap
3) Uap sejenis beracun atau gas beracun dari pabrik kimia
4) Gas beracun seperti CO2 yang menurunkan konsentrasi oksigen
diudara.
b. Kacamata
Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu
kayu, batu, atau serpihan besi yang beterbangan di tiup angin.
Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil dan halus yang
terkadang tidak terlihat oleh kasat mata.

Gambar 4.11. Alat Pelindung Muka

43
c. Sepatu Pengaman
Sepatu pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap
kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa
kaki, paku-paku atau benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam
pijar, larutan asam dan sebagainya. Biasanya sepatu kulit yang buatannya
kuat dan baik cukup memberikan perlindungan, tetapi terhadap
kemungkinan tertimpa benda-benda berat masih perlu sepatu dengan
ujung bertutup baja dan lapisan baja didalam solnya. Lapisan baja dalam
sol sepatu perlu untuk melindungi pekerja dari tusukan benda runcing
khususnya pada pekerjaan bangunan.

Gambar 4.12. Alat Pelindung Kaki

d. Sarung Tangan
Sarung tangan harus disediakan dan diberikan kepada tenaga kerja
dengan pertimbangan akan bahaya-bahaya dan persyaratan yang
diperlukan. Antara lain syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan
tangan. Macamnya tergantung pada jenis kecelakaan yang akan dicegah
yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas, terkena bahan kimia,
terkena aliran listrik, terkena radiasi dan sebagainya.

Gambar 4.13. Sarung tangan

44
e. Topi Pengaman
Topi pengaman (helmet) harus dipakai oleh tenaga kerja yang
mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh atau melayang atau
benda-benda lain yang bergerak. Topi pengaman harus cukup keras dan
kokoh, tetapi ringan.Bahan plastik dengan lapisan kain terbukti sangat
cocok untuk keperluan ini

Gambar 4.14. Topi Pengaman

4.4. Tahapan Pelaksanaan

a. Penentuan Kerja Praktek


Kerja praktek ini dilakukan dikawasan kesultanan ternate lapangan Salero
kelurahan Soasio ternate tengah.

b. Waktu pelaksanaan Kerja Praktek


Kuliah praktek ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada tanggal 30 Juli
sampai dengan 30 September 2018 dan dilanjutkan dengan membuat laporan
kuliah praktek (KP)

c. Metode kuliah praktek


Metodologi kuliah praktek yang digunakan untuk membangun aplikasi ini
menggunakan metode analisis deskriptif yaitu suatu metode yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diperlukan melalui tahap
pengumpulan data dan tahap pembangunan.

45
1. Tahap pengumpulan data
Tahap pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

a. Studi Literatur
Studi literatur adalah pengumpulan data dengan cara mengumpulkan literatur,
jurnal, paper dan bacaan-bacaan yang ada kaitannya dengan judul penelitian.

b. Studi Lapangan
Studi lapangan adalah pengumpulan data dengan cara meneliti permasalahan
yang ada dilapangan, studi lapangan terdiri dari observasi.

- Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelitian


peninjauan langsung terhadap permasalahan yang diteliti.

2. Tahap pembangunan
Tahapan-tahapan pembangunan yang dilakukan dalam metode penelitian ini
yaitu menggunakan pendekatan model waterfal

46
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dengan berakhirnya kerja praktek pada Proyek Pembangunan Lanjutan Gedung


Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Ternate Kota Ternate, Adapun waktu
pelaksanaan Kerja Praktek dimulai tanggal 30 Juli sampai dengan 30 September 2018
maka kami menarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Volume pekerjaan pondasi dan sloof pos jaga


- Pondasi batu gunung = 6.545 m3
- Pasangan batu kosong = 1.53 m3
- Besi beton = 6 staf
- Jumlah begel = 113 buah
- Kebutuhan panjang besi untuk begel = 5 staf
b. Volume pekerjaan pondasi dan sloof workshop
- Pondasi batu gunung = 39.174 m3
- Pasangan batu kosong = 9.158 m3
- Besi beton = 34 staf
- Jumlah begel = 678 buah
- Kebutuhan panjang besi untuk begel = 28 staf
c. Volume pekerjaan pondasi dan sloof ruang genset
- Pondasi batu gunung = 5.7 m3
- Pasangan Batu kosong = 1.332 m3
- Besi beton = 5 staf
- Jumlah begel = 99 buah
- Kebutuhan panjang besi untuk begel = 5 staf
d. Volume pekerjaan pondasi dan sloof pagar
- Pondasi batu gunung = 64.01 m3
- Pasangan batu kosong = 14.96 m3
- Besi beton = 56 staf

47
- Jumlah begel = 1108 buah
- Kebutuhan panjang besi untuk begel = 46 staf

5.2. Saran

Setelah melakukan kerja praktek pada proyek Pembangunan Lanjutan Gedung


Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Ternate Kota Ternate maka berdasarkan
pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki, maka dapat diberikan beberapa saran
antara lain :

a) Perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan K3 (Keselamatan dan


Kesehatan Kerja) seperti, Pemakaian helm, sabuk pengaman, sarung tangan dan
lain-lain.
b) Perlu perhatikan agar tidak terjadi keterlambatan bahan material yang dibutuhkan
di lapangan.

48

You might also like