Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
AFIFATUL ISROLIYAH
26010116140083
Kata kunci: Bahan Organik Total (BOT), Biochemical Oxygen Demand (BOD5),
Waduk Ir. H. Djuanda
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik
Kerja Lapangan dengan judul “Metode Pengukuran Bahan Organik Total dan
Biochemical Oxygen Demand di Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan
(BRPSDI)”.
PKL ini bertujuan untuk mengetahui metode pengukuran parameter Bahan
Organik Total (BOT) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD5) sesuai dengan
prosedur yang dilakukan di Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini, yaitu:
1. Ibu Churun A’in S.Pi, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan;
2. Bapak Dr. Joni Haryadi D.,M.Sc, selaku Kepala Balai Riset Pemulihan
Sumber Daya Ikan yang telah mengizinkan melakukan Praktik Kerja
Lapangan;
3. Bapak Andri Warsa, S.P., M.Si, Dedi Sumarna, A.Md, Puji Purnama dan Ibu
Dyah Ika Kusumaningtyas, S.Si, yang telah mendampingi dalam Praktik
Kerja Lapangan;
4. Kedua orangtua dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan Praktik Kerja Lapangan ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini
masih banyak terdapat kekurangan. Segala saran dan kritik akan dijadikan
evaluasi yang sangat berharga bagi penulis. Penulis berharap Laporan Praktik
Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi pembaca.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Tujuan .............................................................................................. 2
1.3. Manfaat ............................................................................................ 3
1.4. Waktu dan Tempat........................................................................... 3
v
4.1.4. Metode Pengukuran BOD5 .................................................. 28
4.1.5. Data Sampling Lapangan ..................................................... 32
4.1.6. Kandungan BOT .................................................................. 33
4.1.7. BOD5 dengan Baku Mutu .................................................... 34
4.1.8. Hubungan Variabel BOT dengan BOD5.............................. 35
4.2. Pembahasan ..................................................................................... 35
4.2.1. Metode Sampling Lapangan ................................................ 35
4.2.2. Metode Pengukuran BOT .................................................... 36
4.2.3. Metode Pengukuran BOD5 .................................................. 37
4.2.4. Nilai BOT ............................................................................ 38
4.2.5. Nilai BOD5 dengan Baku Mutu ........................................... 39
4.2.6. Hubungan Variabel BOT dengan BOD5.............................. 40
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Alat yang Digunakan untuk Analisa BOT dan BOD5 ............................ 14
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Contoh Lokasi Pengambilan Air ............................................................... 6
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Lokasi Praktik Kerja Lapangan ......................................................... 46
ix
I. PENDAHULUAN
dan bersifat menggenang. Waduk Ir. H. Djuanda menjadi salah satu waduk
terbesar di Indonesia dengan luas total 8.300 hektar yang terletak di Kabupaten
Ir. H. Djuanda adalah sebagai prasarana air baku, penyedia air untuk irigasi,
mengakibatkan kualitas air waduk menurun. Oleh karena itu konsentrasi bahan
organik dan Biochemical Oxygen Demand (BOD5) pada Waduk Ir. H. Djuanda
rumah tangga dan kegiatan yang menghasilkan limbah organik ke dalam badan
organik dalam perairan sangat penting karena digunakan organisme untuk proses
pertumbuha terutama nitrat dan fosfat. Perlu adanya kontrol yang digunakan
untuk menjaga kualitas suatu perairan. Pengukuran BOT dan BOD5 perlu
1
2
organik dalam perairan dapat diketahui dan dapat dilakukan kontrol agar tidak
terjadi eutrofikasi.
BOD5 dapat dipengaruhi oleh minimnya bahan organik yang dapat diurai oleh
organisme. Penguraian zat organik dapat menimbulkan bau busuk pada perairan
akibat dari peristiwa alamiah perombakan zat organik oleh bakteri yang dapat
beban pencemaran pada Waduk Jatiluhur akibat air buangan limbah yang masuk
perairan waduk. Pengukuran bahan organik dan BOD5 ini penting dilakukan
sebagai acuan dalam menjaga kualitas perairan, untuk menjaga kondisi perairan
perlu dilakukan kontrol kualitas perairan. Hasil dari pengujian bahan organik dan
BOD5 dapat dijadikan sumber data untuk melakukan pengelolaan perairan Waduk
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari Praktik Kerja Lapangan di Balai Riset
ekosistem buatan berupa bangunan penahan atau penimbun air yang memiliki
sifat perairan air diam (lentik), debit air yang fluktuatif, dengan pola relatif tetap
atau konstan dan umumnya berair sepanjang tahun. Waduk merupakan perpaduan
dari perairan lacustrine (lentik) dan riverine (lotik). Hal ini dikarenakan waduk
merupakan ekosistem yang dibuat dari membendung aliran sungai, namun waduk
dan sungai asal bendungan memiliki karakteristik fisika, kimia, dan biologi yang
berbeda.
tidak dapat diatur dan dikontrol. Waduk memiliki beberapa macam daerah yaitu
daerah litoral merupakan daerah yang dangkal sehingga sinar matahari dapat
menembus hingga dasar, daerah limnetik merupakan daerah air bebas yang jauh
dari tepian dan masih dapat ditembus oleh sinar matahari sedangkan darah
profundal merupakan daerah yang sangat dalam dari sebuah genangan air seperti
waduk. Berdasarkan sifat fisik, kimia dan biologisnya, waduk dibagi dalam zona
mengalir (riverine), zona transisi dan zona tergenang (lacustrine). Umumnya zona
mengalir mempunyai arus yang cukup deras, waktu tinggal pendek, ketersediaan
Lingkungan ini aerobik karena zona ini umumnya dangkal dan teraduk dengan
baik. Sementara itu, pada zona transisi terjadi sedimentasi yang nyata. Selanjutnya
4
5
perairan kurang subur (oligotrofik), perairan agak subur (mesotrofik), dan perairan
Ekosistem perairan waduk ini terdiri atas komponen biotik seperti plankton,
ikan, macrophyta dan lain sebagainya yang berhubungan dengan timbal balik
antara komponen abiotik seperti tanah, air dan sebagainya. Sebagian besar
keramba jaring apung (KJA) yang pesat berdampak positif terhadap peningkatan
produksi ikan air tawar. Peningkatan keramba jaring apung (KJA) yang tidak
Lokasi pengambilan contoh di air permukaan untuk pemantauan kualitas air pada
pada Gambar 1.
Keterangan gambar:
untuk perairan waduk dengan kedalaman < 10 m diambil pada permukaaan dan
dasar perairan. Waduk dengan kedalaman 10-30 m contoh air uji diambil
berdasarkan lapisan suhu secara vertikal dan untuk waduk dengan kedalaman 100
m pengambilan contoh air uji berdasarkan lapisan suhu secara vertikal dan dasar
Keterangan gambar:
d: kedalaman
dilakukan agar contoh air uji yang diambil tidak rusak maupun terkontaminasi,
7. Menentukan uji parameter lapangan (suhu, pH, DO, kekeruhan, DHL, TDS
12. Mencatat nama sumber air, tanggal dan jam pengambilan, keadaan cuaca,
mengalami proses dekomposisi oleh organisme pengurai, baik berupa humus hasil
tumbuhan, dan sisa organisme mati. Salah satu fungsi bahan organik di perairan
sumber nutrien penting yang dibutuhkan oleh organisme namun dalam jumlah
banyak dapat membahayakan biota. Bahan organik yang berasal dari alga
cenderung lebih berbahaya dan sulit untuk ditangani, karena kelimpahan bahan
organik yang berasal dari alga dapat berpotensi menyebabkan blooming algae
banyaknya bahan organik dalam suatu perairan, maka semakin tinggi pula
organik yang dihasilkan oleh organisme autotrof, yaitu organisme yang mampu
9
biota. Hal ini terjadi karena menurunnya kandungan oksigen terlarut. Bahan
sebagian besar dari zat pencemar yang menyebabkan oksigen terlarut berkurang
atau lebih elemen lainnya. Biasanya bahan organik tersebut tersusun atas
organik dalam perairan dapat dibagi atas dua bagian yaitu bahan organik terlarut
yang berukuran < 0.5 μm dan bahan organik tidak terlarut yang berukuran > 0.5
μm. Pada perairan jumlah bahan organik terlarut lebih banyak dibandingkan
bahan organik dalam bentuk tersuspensi atau koloid. Jumlah bahan organik yang
10
terlarul lebih banyak dikarenakan bahan organik terlarut berasal dari hasil
Menurut Santoso (2010) sebagian besar dari bahan organik yang terlarut
dalam perairan memiliki sifat yang sulit diurai karena memiliki material yang
2. Bahan organik mudah urai, diantaranya sampah rumah tangga, kotoran hewan
dan manusia, sampah, dan limbah pertanian dan berbagai jenis limbah industri
lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada
dalam air menjadi karbondioksida dan air. Proses oksidasi bio-kimia ini berjalan
sangat lambat dan dianggap lengkap (95-96%) selama 20 hari, namun penentuan
BOD selama 20 hari (BOD20) dianggap masih cukup lama sehingga penentuan
BOD ditetapkan selama 5 hari (BOD5) inkubasi. Dengan mengukur BOD5 akan
menjadi bentuk anorganik yang stabil. BOD5 merupakan parameter yang umum
dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran bahan organik pada air limbah.
(dihitung selama waktu 5 hari pada suhu 20 0C). Pengukuran BOD5 dianggap
medium untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2 dan H2O. Peranan
mikrobiologis tidak teratur sehingga akurasi dari pengukuran BOD5 akan rendah.
tersuspensi dalam air menjadi bahan organik yang lebih sederhana. Aktifnya
yang rendah, oleh karena itu banyak oksigen terlarut di dalam perairan. Air alami
yang tidak tercemar akan memiliki kandungan BOD5 sebanyak 5 mg/L atau
12
Semakin besar BOD5 semakin cepat oksigen habis untuk proses perombakan,
berarti akan ada lebih sedikit oksigen yang tersedia untuk kehidupan biota di
perairan. Akibat dari tingginya kandungan BOD5 yang tinggi maka oksigen
terlarut dalam perairan rendah, hal ini dapat menyebabkan organisme akuatik
Air dan Pengendalian Pencemaran air, baku mutu air adalah ukuran batas atau
kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada
dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Mutu air
adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-
undangan yang berlaku. Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :
a. Kelas I, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum;
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan air untuk
mengairi pertanaman;
pertanaman.
13
Air dan Pengendalian Pencemaran air, baku mutu air untuk Biochemical Oxygen
Demand (BOD5) kelas I adalah 3 mg/L, kelas II adalah 6 mg/L, kelas III adalah 6
3.1. Materi
Bahan Organik Total dan Biochemical Oxygen Demand (BOD5) perairan Waduk
sampel air yang berasal dari 7 stasiun, yaitu pada stasiun Penyingkiran (kode P),
Sodong (kode S), Pulau Aki (kode PA), Astap (kode A), Pasir Canar (kode PC),
Pasir Jangkung (kode PJ), dan Cilalawi (kode C). Sampel air yang digunakan
Waduk Ir. H. Djuanda pada tanggal 17-18 Desember 2018. Adapun peralatan dan
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan untuk analisa BOT dan BOD5 yaitu sebagai berikut:
14
15
Tabel 1. (Lanjutan)
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk analisa BOT dan BOD5 yaitu sebagai
berikut:
No Bahan Kegunaan
1 KMnO4 Larutan titran BOT
2 H2SO4 8N Pereaksi analisa BOT
16
Tabel 2. (Lanjutan)
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah
mengamati berbagai proses atau prosedur kerja. Tahapan kegiatan Praktik Kerja
diijinkan adanya kegiatan PKL. Lokasi yang disurvei adalah lokasi yang
konsultasi kepada dosen pembimbing dan pihak Balai Riset Pemulihan Sumber
kegiatan yang berjalan di Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan, dalam proses:
setiap hari dan pemilihan hasil dokumentasi yang sesuai dengan kegiatan PKL.
4.1.1. Hasil
Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Pada tahun 2011, balai ini bernama
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (BP2KSI) hingga
tahun 2017 berubah nama menjadi Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan
(BRPSDI). Dalam PKL ini sampel yang digunakan berasal dari waduk Ir. H.
Lampiran 1.
Jatiluhur.. Sumber air Waduk Ir. H. Djuanda berasal dari Daerah Aliran Sungai
(DAS) Citarum sebagai masukan utama dan sungai-sungai kecil lain sebagai
perairan tawar dan laut, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
sumberdaya ikan perairan tawar dan laut yang meliputi riset pemulihan
19
20
kualitas air. Analisis parameter kualitas air di Balai Riset Pemulihan Sumberdaya
Ikan (BRPSDI) dilakukan guna mengetahui kualitas air di Waduk Ir. H. Djuanda.
yaitu Pasir Jangkung, Cilalawi, dan Pulau Aki. Namun sampel tersebut hanya
digunakan untuk pengujian logam, sedangkan sampel untuk pengujian BOT dan
Djuanda. Stasiun yang diambil pada sampling lapangan pada tanggal 17-18
yang dikakuakan merupakan metode yang sesuai dengen pengambilan sampel air
SNI 6989.57-2008. Variabel yang diukur di lapangan antara lain adalah suhu
udara, suhu air, pH, DO, CO2, kekeruhan, DHL, TDS, kedalaman, intensitas
Penentuan lokasi
Bahan
Persiapan sampling
Alat
Sampling
Pengawetan sampel
Analisis
Gambar 4. Tahapan Proses Metode Sampling
a. Penentuan Lokasi
Astap, Penyingkiran, Sodong, Pulau Aki, Pasir Canar, Pasir Jangkung, dan
diruangan terbuka yang tidak terhalang tembok maupun pohon tunggu hingga
Hari dan tanggal, waktu, dan cuaca saat sampling dicatat. Penentuan cuaca
sampling.
22
b. Pengambilan Sampel
permukaan perairan, dasar perairan dan kolom perairan. Hal tersebut ditentukan
berdasarkan kedalaman setiap stasiun, terdapat satu stasiun yang hanya diambil
menurut kedalaman pada waduk dilakukan berdasarkan pada lapisan suhu secara
tali untuk menaikkan Water sampler Kemmerer ke atas kapal, alat ini dapat
menampung air hingga 1.200 ml. Putar keran di ujung Water sampler
Kemmerer masukkan air ke dalam botol sampel yang telah diberi kode khusus.
2. Botol sampel di masukkan ke dalam cool box yang telah diisi es batu agar
1. Suhu udara
2. Suhu air.
Alat yang digunakan untuk mengukur Water quality checker, tekan tombol
3. Kecerahan air.
Alat yang digunakan untuk mengukur Secchi disk. Secchi disk dimasukkan
dan tidak terlihat, kedua hasil tersebut dijumlahkan kemudian dibagi dua.
4. Kedalaman
catat hasilnya.
5. Intensitas cahaya.
Lux Meter dengan cara bohlam Lux Meter dimasukkan ke dalam perairan,
hasilnya.
7. Kekeruhan.
alat ini dengan cara memasukkan air sampel ke dalam tabung sampel
24
enter.
1. Pengukuran pH.
2. Pengukuran alkalinitas.
tetes metil oranye kemudian titrasi dengan HCL 0,01 N hingga bening.
Homogenisasi
Pembuatan larutan
Pembuatan blangko
KMnO4 dilarutkan sebanyak 0,316 gram ke dalam labu ukur 1000 ml,
H2SO4 dilarutkan sebanyak 222,2 gram pekat ke dalam labu ukur 1000 ml,
H2SO4 dilarutkan sebanyak 222,2 gram pekat ke dalam labu ukur 1000 ml,
reaksi larutan.
6. Larutan dititrasi dengan KMnO4 0,01 N hingga warna larutan berubah dari
250 ml
pengoksidasi.
larutan ini berfungsi sebagai pengikat air yang nantinya akan dipanaskan.
6. Larutan dipanaskan diatas hot plate hingga larutan berubah warna dari
mempercepat reaksi.
larutan titran.
28
BOD5, yang meliputi prosedur analisa BOD5 dengan menggunakan metode Titrasi
Ingkubasi
Pembuatan larutan
Standarisasi Na2S2O3
Natrium Tiosulfat dilarutkan sebanyak 6,205 gram ke dalam labu ukur 1000
magnetic stirrer.
NaOH dilarutkan sebanyak 365 gram dan 37,5 gram KI ke dalam labu ukur
4. Indikator Amilum
b. Standarisasi Na2S2O3
sebanyak 10 ml
muda
dalam rumus
N Na2S2O3 = N2 x (V2-V1)
Keterangan:
N Na2S2O3 : Normalitas Na2S2O3
V1 : Volume Na2S2O3 (ml)
V2 : Volume K2Cr2O7 (ml)
N2 : Normalitas K2Cr2O7
2. Sampel dimasukkan pada botol winkler 125 ml gelap dan terang hingga
endapan.
31
25 ml ke erlenmeyer.
titran.
Keterangan :
10. Sampel DO5 yang telah di inkubasi selama 5 hari diukur dengan cara
11. Hasil perhitungan DO0 dan DO5 dimasukkan ke dalam rumus BOD5
sebagai berikut:
Kedalaman suhu
kode Kedalaman suhu
Stasiun pengukuran udara pH
sampel max (m) air 0C
(m) 0C
Data diatas merupakan data hasil sampling lapangan yang telah dilakukan
oleh pihak peneliti Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRPSDI).
setiap stasiun berbeda hal tersebut bertujuan agar sampel yang diambil dapat
mewakili perairan waduk Ir. H. Djuanda. Cuaca saat pengambilan sampel cerah
dengan suhu udara berkisar 30-34 0C dan pH perairan berkisar antara 6,5-7,5.
sebagai berikut:
dilihat bahwa nilai BOT berbeda-beda pada setiap stasiun dan kedalaman. Nilai
BOT dipengaruhi oleh banyaknya bahan organik yang masuk ke dalam perairan,
semakin banyak bahan organik yang masuk ke dalam perairan maka nilai BOT
semakin tinggi. Nilai BOT terendah yang diperoleh yaitu 4,47 mg/L yang terdapat
34
pada Stasiun Pasir Canar kedalaman 43,8 m dan cilalawi kedalaman 0 m. Nilai
BOT tertinggi yaitu 18,1849 mg/L yang terdapat pada Stasiun cilalawi 2 m.
Hasil perbandingan antara nilai BOD5 dan baku mutu adalah sebagai
berikut:
Nilai Baku Mutu kelas I dengan peruntkan sebagai air minum adalah 2
(mg/L) hasil uji menujukan bahwa hamper semua sampel memiliki kandungan
BOD5 diatas baku mutu hanya 5 sampel yang menunjukan nilai BOD5 dibawah
Pasir Canar 30 m dan 43,8 m. sedangkan menurut Baku Mutu kelas II dengan
peruntukan sarana rekreasi air, budidaya ikan tawar, peternakan, dan pengairan
tanaman. Hasil menunjukan bahwa terdapat 15 sampel yang telah melebihi batas
Mutu kelas III sendiri diperuntukan sebagai budidaya ikan air tawar, peternakan,
dan pengairan tanaman. Didapatkan data bahwa hanya terdapat satu sampel yang
Hasil hubungan antara variabel BOT dan BOD5 adalah sebagai berikut:
karena mereka memiliki pola hubungan yang positif. Namun pada Grafik 10.
menunjukan adanya beberapa hasil pada titik sampling yang tidak selaras.
4.2. Pembahasan
pengambilan contoh air uji, pengambilan air sampel yang dilakukan telah sesuai
36
standar SNI. Air sampel yang diuji telah memenuhi syarat Lokasi pengambilan
dengan kedalaman 0-10 m, 10-20 m, dan 20-100 m hal ini dikarenakan kedalaman
dari Waduk Ir. H. Djuanda bervariasi sehingga pengambilan sampel pada setiap
sampler Kemmerer dimana alat tersebut sudah memenuhi standar SNI yang
dilakukan untuk sampel BOT dan BOD5 merupakan jenis pengawetan fisika,
dimana dalam proses pengawetan ini dilakukan dengan cara pendinginan air
difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan
bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 telah dikenal lebih dari seratus tahun,
kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi
seperti Fe+ , asam atau garam oksalat yang dapat larut dan lain sebagainya. Zat
oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
metode Winkler. Metoda Winkler lebih analitis, teliti dan akurat apabila
selain itu sebagaimana alat digital pada mumnya, kalibrasi sangatlah berpengaruh
terhadap akuransi hasil. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah
metode Winkler lebih akurat dengan mengikuti prosedur yang tepat dan
Harjanto, 2017).
Metode Winkler atau biasa disebut teknik iodometri adalah metode analisis
ini melibatkan pengisian sampel botol hingga penuh tanpa menyisakan udara.
Metode ini sebaiknya dilakukan untuk sampel air yang bening, bila tidak zat-zat
asing seperti misalnya pewarna, suspended solid, sulfide, klorin, dan besi bisa
kandungan bahan organik yang dapat diterima oleh suatu perairan adalah 20-50
mg/L. Nilai kandungan BOT yang diperoleh berkisar antara 4,47-18,18 mg/L. hal
ini menunjukan bahwa nilai BOT pada waduk Ir. H. Djuanda belum melampaui
ambang batas baku mutu. Nilai BOT terendah yang diperoleh yaitu 4,47 mg/L
yang terdapat pada Stasiun Pasir canar kedalaman 43,8 m dan cilalawi kedalaman
0 m. Nilai BOT tertinggi yaitu 18,18 mg/L yang terdapat pada Stasiun cilalawi 0
tinggi sedangkan pada Cilalawi kedalaman 0 m rendah hal ini dikarenakan bahan
organk telah mengendap pada dasar perairan selain itu cilalawi merupakan daerah
inlet pada waduk jatiluhur sehingga aliran air membawa bahan organik yang
berasal dari sungai cilalawi. Semakin tinggi tingkat pemukiman di daerah inlet
maka limbah yang masuk ke perairan semakin tinggi, hal itu mengakibatkan
berkisar antara 0,16–6,68 mg/L. Nilai BOD5 tertinggi yaitu 6,68 mg/L yang
terdapat pada Stasiun Astap pada kedalaman 4 m. Nilai BOD5 terendah yaitu 0,16
mg/L terdapat pada stasiun Astap kedalaman 40 m. Perbedaan nilai BOD5 dari
setiap stasiun dan kedalaman dipengaruhi oleh variabel yang lainya. Variabel
yang mempengaruhi nilai BOD5 diantaranya adalah salinitas, pH, suhu, dan
kandungan DO. Hubungan BOD5 dengan salinitas, pH, suhu, dan kandungan DO
adalah berbanding terbalik, apabila nilai salinitas, pH, suhu, dan kandungan DO
(2001), nilai baku mutu kelas I dengan peruntkan sebagai air minum adalah 2
(mg/L) hasil uji menujukan bahwa hamper semua sampel memiliki kandungan
BOD5 diatas baku mutu hanya 5 sampel yang menunjukan nilai BOD5 dibawah
Pasir Canar 30 m dan 43,8 m. Hasil tersebut menyatakan bahwa perairan Waduk
Ir. H. Djuanda tidak layak untuk dijadikan sebahgai air konsumsi. sedangkan
menurut baku mutu kelas II dengan peruntukan sarana rekreasi air, budidaya ikan
sampel yang telah melebihi batas baku mutu diantaranya sampel Pulau Aki
pada Cilalawi 0 m, dan 2 m. Lebih dari 50% perairan di wilayah Waduk Ir. H.
Djuanda telah melampaui baku mutu kelas II. Baku mutu kelas III sendiri
40
tanaman. Didapatkan data bahwa hanya terdapat satu sampel yang melabihi baku
mutu yaitu pada stasiun Astap kedalaman 4 m. Menurut baku mutu kelas III
kegiatan budidaya ikan air tawar, pengairan pertanian, dan peternakan hal tersebut
ditunjukan dengan hanya adanya satu sampel yang melebihi baku mutu yaitu pada
Hubungan antara BOT dengan BOD5 secara linier berbanding lurus dengan
nilai R2 (tingkat keeratan) sebesar 0,05 dengan nilai koefisien determinasi sebesar
0,27%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat keeratan antara variabel BOT
dengan BOD5 rendah. Adanya keeratan hubungan linier yang rendah antara BOT
dengan BOD5 menyatakan bahwa pengaruh BOT terhadap variabel BOD5 rendah.
seperti salinitas, pH, suhu, kandungan DO, dan bakteri perombak. Bakteri
5.1. Kesimpulan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 82 tahun 2001 yang menyatakan bahwa nilai
BOD5 kelas III menujukkan bahwa dari 7 stasiun terdapat 1 titik yang sudah melebihi
baku mutu yaitu pada daerah Astap dengan kedalaman 4 meter, sedangkan baku mutu
3. Hubungan antara BOT dengan BOD5 secara linier berbanding lurus dengan
5.2. Saran
1. Sebaiknya pada saat pengukuran BOT dan BOD5 titrasi dilakukan lebih teliti
41
42
Hawari, A., B. Amin dan Efriyeldi. 2014. Hubunga Antara Bahan Orgaik
Sedimen dengan Kelimpahan Makrozoobenthos di Perairan Pantai Pandan
Provinsi Sumatra Utara. JOM Bidang Perikanan dan Ilmu Kelautan., 1(2):
1-11.
Koeshendrajana, S., R.A. Wijaya dan F.N. Priyatna. 2009. Kajian Eksternalitas
dan Keberlanjutan Perikanan di Perairan Waduk Jatiluhur. Bijak dan Riset
Sosek KP., 4(2):137-156.
Santoso, A.D. 2010. Bahan Organik Terlarut Dalam Air Laut.JRL., 6(2): 139-143.
43
44
Sembiring, S. M., Melki dan F. Agustriani. 2012. Kualitas Perairan Muara Sungai
ditinjau dari Konsentrasi Bahan Organik Pada kondisi Pasang Surut.
MASPARI journal., 4(2): 238-247.
Spellman, F.R. 2008. Handbook of Water and Waste Water Treatment Plant
Operations. NW/; CRC. Doi: 13: 978-1-4200-7530-4.
46
47
Kelas
No Parameter Satuan
I II III IV
FISIKA
0
1 Temperatur C ±3 ±3 ±3 ±3
2 Residu terlarut mg/ml 1.000 1.000 1.000 2.000
3 Kekeruhan NTU 5 5
KIMIA
1 pH 6-9 6-9 6-9 5-9
2 BOD mg/L 2 3 6 12
3 COD mg/L 10 25 50 100
4 DO mg/L 6 4 3 0
5 Phospat mg/L 0,2 0,2 1 5
-
6 NO3 mg/L 10 10 20 20
7 NH3 mg/L 0,5 - - -
8 Arsen mg/L 0,05 1 1 1
9 Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
10 Barium mg/L 1 - - -
11 Boron mg/L 1 1 1 1
12 Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
13 Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
14 Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
15 Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
16 Besi mg/L 0,3 - - -
17 Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1
18 Mangan mg/L 1 - - -
19 Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
20 Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
21 Klorida mg/L 1 - - -
22 Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 -
23 Flourida mg/L 0,5 1,5 1,5 -
24 Sulfat mg/L 400 - - -
25 Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 -
26 Belerang mg/L 0,002 0,002 0,003 -
Sumber: Permen LHK NO. 82, 2001
48
Vol.
Vol.Titrasi Vol. Kandungan
Kode Titrasi BOT Faktor
No Akhir KMnO4 BOT
Unik Awal Titrasi Pengeceran
(mL) (mL) (mg/L)
(mL)
1 P.0 0 2.6 2.6 5.9623 1 5.96
2 P.2 2 5 3 7.1547 1 7.15
3 P.3 5 8 3 7.1547 1 7.15
4 S.0 23.3 29.2 5.9 15.8000 1 15.80
5 PA.0 8 13.2 5.2 13.7132 1 13.71
6 PA.2 13.2 16.5 3.3 8.0491 1 8.05
7 PA.4 16.5 19.4 2.9 6.8566 1 6.86
8 PA.6 19.4 22.4 3 7.1547 1 7.15
9 PA.8 22.4 25.2 2.8 6.5585 1 6.56
10 A.0 25.5 28 2.5 5.6642 1 5.66
11 A.2 28 30.5 2.5 5.6642 1 5.66
12 A.4 30.5 33.3 2.8 6.5585 1 6.56
13 A.6 33.3 36.4 3.1 7.4528 1 7.45
14 A.7 36.4 39.1 2.7 6.2604 1 6.26
15 A.9 39.1 41.6 2.5 5.6642 1 5.66
16 A.11 41.6 44.4 2.8 6.5585 1 6.56
17 PC.0 44.4 48.4 4 10.1358 1 10.14
18 PC.2 48.4 51.5 3.1 7.4528 1 7.45
19 PC.4 0 3.3 3.3 8.0491 1 8.05
20 PC.6 3.3 5.5 2.2 4.7698 1 4.77
21 PC.7 5.5 7.8 2.3 5.0679 1 5.07
22 PC.10 29 31.1 2.1 4.4717 1 4.47
23 PJ.0 7.8 10.5 2.7 6.2604 1 6.26
24 PJ.2 10.5 13 2.5 5.6642 1 5.66
25 PJ.4 13 15.7 2.7 6.2604 1 6.26
26 PJ.5 15.7 18.5 2.8 6.5585 1 6.56
27 C.0 18.5 20.6 2.1 4.4717 1 4.47
28 C.1 20.6 27.3 6.7 18.1849 1 18.18
Sumber: Data Praktik Kerja Lapangan BRPSDI 2019
49
Diketahui :
- Vol. KMnO4 = 2,6 ml
- N KMnO4 = 0,0094
Ditanyakan :
- Kadar BOT (mg/L)
Perhitungan :
= 0,0185 x 316
= 5.85 (mg/L)
50
Kode
No Titrasi DO0 Titrasi DO5 BOD5
Unik
1 P.0 2.5 8.032787 1.65 5.301639 2.73
2 P.2 2.35 7.55082 1.65 5.301639 2.25
3 P.3 2.25 7.229508 1.5 4.819672 2.41
4 S.0 2.1 6.747541 1.25 4.016393 2.73
5 PA.0 2.3 7.390164 0.7 2.24918 5.14
6 PA.2 2.4 7.711475 0.6 1.927869 5.78
7 PA.4 2.25 7.229508 1.2 3.855738 3.37
8 PA.6 2.4 7.711475 1.7 5.462295 2.25
9 PA.8 2.75 8.836066 1.25 4.016393 4.82
10 A.0 2.6 8.354098 0.8 2.570492 5.78
11 A.2 3.45 11.08525 1.4 4.498361 6.59
12 A.4 3.2 10.28197 1.45 4.659016 5.62
13 A.6 2.4 7.711475 1.95 6.265574 1.45
14 A.7 2.45 7.872131 1.8 5.783607 2.09
15 A.9 2.35 7.55082 2.3 7.390164 0.16
16 A.11 2.4 7.711475 2.1 6.747541 0.96
17 PC.0 2.55 8.193443 1.25 4.016393 4.18
18 PC.2 2.45 7.872131 1.2 3.855738 4.02
19 PC.4 2.45 7.872131 1.25 4.016393 3.86
20 PC.6 2.3 7.390164 1.45 4.659016 2.73
21 PC.7 2.25 7.229508 1.75 5.622951 1.61
22 PC.10 2.25 7.229508 1.7 5.462295 1.77
23 PJ.0 2.3 7.390164 1.3 4.177049 3.21
24 PJ.2 2.35 7.55082 1.45 4.659016 2.89
25 PJ.4 2.6 8.354098 1.6 5.140984 3.21
26 PJ.5 2.8 8.996721 1.15 3.695082 5.30
27 C.0 2.55 8.193443 1 3.213115 4.98
28 C.1 2.5 8.032787 1.55 4.980328 3.05
Sumber: Data Praktik Kerja Lapangan BRPSDI 2019
51
Diketahui :
- ml Na2S2O3 : 2,5 ml
- N Na2S2O3 : 0,0098
- ml sampel : 25 ml
- vol botol BOD : 125 ml
- ml reagen terpakai : 3 ml
- DO0 : 8,04 mg/L
Ditanyakan :
- DO5
- Kandungan BOD5
Perhitungan :
DO5 (mg/L) =
= 4,82 (mg/L)
= 8,04 – 4,82
= 3,22 (mg/L)
52
Lampiran 7. (Lanjutan)
55
Lampiran 7. (Lanjutan)
56