You are on page 1of 14

LUPUS

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Farmakoterapi Lanjut
Dosen : Dytha Andri Deswati, M.Si., Apt

Disusun Oleh :
Kelompok IV
Ovi Puspa Dewi D1A130669
Deliana Senia D1A130808
Firdaus Nur Rohmat D1A130686
Rima Cahyani D1A130841

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS AL – GHIFARI
BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit lupus adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker.
Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi
penyandang penyakit lupus mencapai 5 juta orang, dan lebih dari 100 ribu kasus
baru terjadi setiap tahunnya.
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap
sehat. Namun, apa jadinya jika kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang
sehat. Penyakit lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih.
Penyakit ini tergolong misterius. Dokter kadang bingung mendiagnosis penyakit
ini. Jumlah penderita lupus ini tidak terlalu banyak. Menurut data pustaka, di
Amerika Serikat ditemukan 14,6 sampai 50,8 per 100.000. Di Indonesia bisa
dijumpai sekitar 50.000 penderitanya. Sedangkan di RS Ciptomangunkusumo
Jakarta, dari 71 kasus yang ditangani sejak awal 1991 sampai akhir 1996 , 1 dari 23
penderitanya adalah laki-laki. Saat ini, ada sekitar 5 juta pasien lupus di seluruh
dunia dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 pasien baru, baik usia anak,
dewasa, laki-laki, dan perempuan.
Penyakit lupus masih sangat awam bagi masyarakat. Penyakit Lupus
biasanya menyerang wanita produktif. Meski kulit wajah penderita Lupus dan
sebagian tubuh lainnya muncul bercak-bercak merah, tetapi penyakit ini tidak
menular. Terkadang kita meremehkan rasa nyeri pada persendian, seluruh organ
tubuh terasa sakit atau terjadi kelainan pada kulit, atau tubuh merasa kelelahan
berkepanjangan serta sensitif terhadap sinar matahari. Semua itu merupakan
sebagian dari gejala penyakit Lupus.
Faktor yang diduga sangat berperan terserang penyakit lupus adalah faktor
lingkungan, seperti paparan sinar matahari, stres, beberapa jenis obat, dan virus.
Oleh karena itu, bagi para penderita lupus dianjurkan keluar rumah sebelum pukul
09.00 atau sesudah pukul 16.00. Saat bepergian, penderita memakai sun block atau
sun screen (pelindung kulit dari sengatan sinar matahari) pada bagian kulit yang
akan terpapar.
B. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian penyakit lupus.
2. Mendiskripsikan gejala-gejala yang timbul akibat penyakit lupus.
3. Mendiskripsikan penyebab timbulnya penyakit lupus.
4. Mendiskripsikan cara pencegahan penyakit lupus.
5. Mendiskripsikan cara pengobatan penyakit lupus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Lupus dalam bahasa Latin berarti "anjing hutan". Istilah ini mulai dikenal
sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan
kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi. Bercak-bercak merah di bagian
wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok,
persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang
kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh.
Dr. Rahmat Gunadi dari Fak. Kedokteran Unpad/RSHS menjelaskan,
penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh
dianggap benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ
tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler,
paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun
pembuluh darah dan sel-sel darah, (Anonim, 2009). Buku kecil Care for Lupus
(Syamsi Dhuha) menjelaskan, lupus adalah sebutan umum dari suatu kelainan yang
disebut sebagai Lupus Erythematosus. Dalam istilah sederhana, seseorang dapat
dikatakan menderita penyakit Lupus Erythematosus saat tubuhnya menjadi alergi
pada dirinya sendiri. Lupus adalah istilah dari bahasa Latin yang berarti Serigala,
(Anonim, 2009).
Penyakit lupus adalah penyakit inflamasi kronik yang diperantarai oleh
sistem imun, dimana seharusnya sistem ini melindungi tubuh dari berbagai penyakit
justru sebaliknya menyerang tubuh itu sendiri. Penyakit Lupus terjadi akibat
produksi antibodi berlebihan. Antibodi tersebut bukannya menyerang virus, kuman
atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh, justru menyerang sistem kekebalan sel
dan jaringan tubuh sendiri. Untuk mendiagnosis penyakit ini dengan pasti,
diperlukan pemeriksaan darah atau biopsi kulit. Keduanya untuk memeriksa
antibodi-antibodi yang muncul ketika lupus sedang aktif.
Ada tiga jenis lupus, yaitu :
1. Lupus Eritematosus Sistemik (LES), dapat menimbulkan komplikasi seperti
lupus otak, lupus paru-paru, lupus pembuluh darah jari-jari tangan atau kaki,
lupus kulit, lupus ginjal, lupus jantung, lupus darah, lupus otot, lupus retina,
lupus sendi, dan lain-lain.
2. Lupus Diskoid, lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis kelainan kulit.
Termasuk paling banyak menyerang.
3. Lupus Obat, yang timbul akibat efek samping obat dan akan sembuh sendiri
dengan memberhentikan obat terkait. Umumnya berkaitan dengan
pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (untuk
mengobati detak jantung yang tidak teratur), (Aulawi, 2008).

B. Gejala-Gejala
Penyakit lupus adalah penyakit sistem daya tahan, atau penyakit autoimun,
artinya tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ
tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit.
Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk
ke dalam tubuh. Karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda antara pasien
yang satu dan yang lain, maka gejalanya juga sering kali berbeda, misalnya
pasien yang satu dengan kaki dan perut bengkak akibat kerusakan di ginjal,
pasien yang lain bisa dengan anemia berat atau jumlah trombosit yang amat
rendah Umumnya penderita lupus mengalami gejala seperti. kulit yang mudah
gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan, penderita
sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal - pegal.
Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi
(nonaktif) menghilang. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang
di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash).
Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh,
menonjol dan kadang-kadang bersisik. Gejala-gejala penyakit lupus dikenal
sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik (LES). Eritomatosus artinya kemerahan,
sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya
disebut LES atau Lupus.
Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan
pencernaan.
2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan,
demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif,
sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip
kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah
menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan
kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka
wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai
mengidap Lupus.
4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh
penyakit lupus ini.
5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan, (Dahlan
Iskan,2007).

Menurut American College Of Rheumatology 1997, diagnosis SLE harus


memenuhi 4 dari 11 kriteria yang ditetapkan. Adapun penjelasan singkat
dari 11 gejala tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Ruam kemerahan pada kedua pipi melalui hidung sehingga seperti ada
bentukan kupu-kupu, istilah kedokterannya Malar Rash/Butterfly Rash.
2. Bercak kemerahan berbentuk bulat pada bagian kulit yang ditandai
adanya jaringan parut yang lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya.
3. Fotosensitif, yaitu timbulnya ruam pada kulit oleh karena sengatan sinar
matahari
4. Luka di mulut dan lidah seperti sariawan (oral ulcers).
5. Nyeri pada sendi-sendi. Sendi berwarna kemerahan dan bengkak. Gejala
ini dijumpai pada 90 % odapus.
6. Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput pembungkusnya terisi
cairan.
7. Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein di dalam urine.
8. Gangguan pada otak atau sistem saraf mulai dari depresi, kejang, stroke,
dan lain-lain.
9. Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah putih dan
trombosit berkurang. Dan biasanya terjadi juga anemia.
10. Tes ANA (Antinuclear Antibody) positif.
11. Gangguan sistem kekebalan tubuh, (Kusnandari, 2008).

C. Penyebab
Faktor yang diduga sangat berperan untuk seseorang terserang penyakit
lupus adalah faktor lingkungan, seperti paparan sinar matahari, stres, beberapa
jenis obat, dan virus. Faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor
kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat - obatan,
terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres. Penyakit ini
kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun namun ada juga
pria yang mengalaminya. Oleh karena itu diduga penyakit ini berhubungan
dengan hormon estrogen.
Pada kehamilan dari perempuan yang menderita lupus, sering diduga
berkaitan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan
perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang
berkebalikan juga mungkin atau bahkan memperburuk gejala lupus. Sering
dijumpai gejala Lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap
sehat. Namun, dalam penyakit ini kekebalan tubuh justru menyerang organ
tubuh yang sehat. Penyakit Lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi
yang berlebih. Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi
menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh.
Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul
berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh
yang sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas . Antibodi yang berlebihan ini,
bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua cara yaitu :
a. antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh, seperti pada
sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur. Inilah yang
mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.
b. antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan
antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun. Gabungan
antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut
dipembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan
normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi,
dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik.
Sel-sel radang tersebet bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim,
yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks. Hasilnya, proses
peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh dan
mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala
penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ
tubuh akan terganggu, (Anonim, 2009).

D. Pencegahan
Dalam melakukan pencegahan ada berbagai masalah yang dihadapi
pengidap lupus. Masalah pertama adalah seringnya penyakit pasien terlambat
diketahui dan diobati dengan benar karena cukup banyak dokter yang tidak
mengetahui atau kurang waspada tentang gejala penyakit lupus dan dampak
lupus terhadap kesehatan.
Di Indonesia, rendahnya kompetensi dokter untuk mendiagnosis penyakit
secara dini dan mengobati penyakit lupus dengan tepat tercermin dari pendeknya
survival 10 tahun yang masih sekitar 50 persen, dibandingkan dengan negara
maju, yang 80 persen. Biasanya paramedis akan melakukan pemeriksaan ANA
(Anti Nuclear Antibodi) bisa positif, di laboratorium dan patologi. Bila sudah
diketahui diagnosanya lupus, maka pihak medis akan memberikan pengobatan
berupa terapi, theraphy sintomatik (penghilangan gejala), kortikortiroid
(antipenurun kekebalan tubuh), serta menekan daya tahan tubuh berlebihan,
dengan pemberian obat demam dan penghilang rasa sakit. Hanya saja, untuk
terapi yang dilakukan berbeda-beda dengan setiap penderita. Penyembuhannya
pun bisa memakan waktu berbulan-bulan, itupun dengan catatan penderita rajin
memeriksakan diri. Bahkan tak jarang, terkadang diagnosa baru didapat justru
setelah penderita meninggal. Atau penyakit lupusnya tiba-tiba sembuh sendiri.
Karena itulah, fokus pengobatan dokter adalah dengan melakukan pencegahan
dengan meminimalisir meluasnya penyakit sehingga tidak menyerang organ
vital tubuh lainnya.
Oleh karena itu, untuk melakukan upaya preventif terhadap penyakit lupus
perlu ditingkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia, baik oleh pemerintah
maupun semua pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Selain itu,
peningkatan kompetensi petugas-petugas pelayan kesehatan juga harus di
tingkatkan agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang akan membahayakan
jiwa pasien. Pengembangan metode pengobatan yang lebih baik dan efisien juga
perlu dilakukan. Pasien juga harus diberi penyuluhan tentang apa itu lupus, apa
bahayanya dan bagaimana gejalanya agar pasien bisa turut berperan aktif dalam
upaya pencegahan penyakit lupus.
Masalah berikutnya adalah belum terpenuhinya kebutuhan pasien lupus dan
keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukungan yang terkait dengan
lupus. Dirasakan penting sekali meningkatkan kewaspadaan masyarakat tentang
dampak buruk penyakit lupus terhadap kesehatan. Masalah lupus tidak hanya
berdampak buruk pada kesehatan pasien, namun juga mempunyai dampak
psikologi dan sosial yang cukup berat untuk pasien maupun keluarganya. Dalam
hal ini peran sarjana kesehatan masyarakat selaku tenaga kesehatan yang
berorientasi pada upaya preventif dan promotif sangat diperlukan. Masyarakat
harus secara intensif diberi penyuluhan tentang apa itu lupus, gejala yang
ditimbulkan, dampak yang ditimbulkan,serta bagaimana cara pencegahannya.
Kebersiahan dan kesehatan lingkungan juga harus diperhatikan karena, seperti
yang telah dijelaskan dalam subbab “penyebab” bahwa faktor yang diduga
menyebabkan lupus ada berberapa macam diantaranya faktor lingkungan.
Masalah lain adalah kurangnya prioritas di bidang penelitian medik untuk
menemukan obat-obat penyakit lupus yang baru, yang aman dan efektif,
dibandingkan dengan penelitian penyakit-penyakit lain, yang sebanding besaran
masalahnya. Upaya preventif yang harus dilakukan adalah berusaha
mengembangkan penelitian-penelitian mengenai penyakit lupus mengingat
bahaya dan dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh penyakit ini.
Hal yang harus dilakukan penderita lupus (odipus) agar penyakit lupusnya
tidak kambuh adalah :
 Menghindari stress
 Menjaga agar tidak langsung terkena sinar matahari
 mengurangi beban kerja yang berlebihan
 menghindari pemakaian obat tertentu.
Odipus dapat memeriksakan diri pada dokter-dokter pemerhati penyakit ini,
dokter spesialis penyakit dalam konsultasi hematologi, rheumatology, ginjal,
hipertensi, alergi imunologi, jika lupus dapat tertanggulangi, berobat dengan
teratur, minum obat teratur yang di berikan oleh dokter (yang biasanya diminum
seumur hidup), odipus akan dapat hidup layaknya orang normal, (Anonim, 2009).
Dukungan keluarga juga sangat dibutuhkan, mengingat keluarga adalah orang yang
paling dekat dan yang selalu berinteraksi dengan odipus. Dukungan (social support)
dalam teori ilmu psikologi merupakan salah satu media bertahan dari stress (coping
stress) yang mampu memberi pengaruh besar.

E. Pengobatan
Pengobatan Lupus tergantung dari :
1. Tipe Lupus.
2. Berat ringannya Lupus.
3. Organ tubuh yang terkena.
4. Komplikasi yang ada.
Tujuan pengobatan Lupus adalah :
 Mengurangi peradangan pada jaringan tubuh yang terkena.
 Menekan ketidaknormalan sistem kekebalan tubuh.
Pada pengobatan Lupus digunakan dua kategori obat :
1. Kortikosteroid. Golongan ini berfungsi untuk mencegah peradangan dan
merupakan pengatur kekebalan tubuh. Bentuknya bisa salep, krem, pil atau
cairan. Untuk Lupus ringan, digunakan dalam bentuk tablet dosis rendah.
Jika kondisi sudah berat, digunakan kortikosteroid bentuk tablet atau
suntikan dosis tinggi. Bila kondisi teratasi maka penggunaan dosis
diturunkan hingga dosis terendah untuk mencegah kambuhnya penyakit.
2. Nonkortikosteroid. Kegunaan obat ini adalah untuk mengatasi keluhan
nyeri dan bengkak pada sendi dan otot, (Stephanie, 2007). Kongres
Internasional Lupus di New York melaporkan beberapa obat baru untuk
lupus. Salah satu obat baru adalah LymphoStat-B, bekerja menghambat
protein yang menstimulasi limfosit B (BLyS= B lymphocyte stimulator).
Limfosit B adalah sel yang berkembang menjadi sel plasma yang
memproduksi antibodi, antibodi yang salah arah pada pasien
lupus.LymphoStat-B termasuk obat golongan antibodi monoklonal, yang
mengenal secara khusus aktivitas biologis protein BLyS yang menstimulasi
limfosit B , kemudian menghambat aktivitas protein tersebut sehingga
limfosit B tidak bisa berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi
antibodi. Berkurangnya produksi antibodi menyebabkan aktivitas penyakit
lupus mudah dikontrol.

Obat baru ini telah mendapat persetujuan FDA, melalui jalur cepat, karena
dianggap amat potensial sebagai obat penyakit SLE. Uji klinik telah
membuktikan manfaat dan keamanan obat ini untuk mengobati penyakit lupus.
Aktivitas penyakit lupus menurun. Obat tersebut juga memulihkan aktivitas
auto imun kembali ke normal. Pada uji klinik tersebut juga dijumpai
pengurangan jumlah limfosit B sebesar 12 persen-40 persen serta pengurangan
kadar anti-dsDNA (double-stranded DNA); anti-dsDNA adalah salah satu
kriteria penting untuk penyakit lupus. Obat lain yang serupa LymphoStat B
yang dilaporkan hasil uji kliniknya adalah rituximab (antilimfosit B) dan
infliximab, yang mempunyai aktivitas anti-TNF (Tumor Necrosing Factor).
Peneliti lain melaporkan dehydroepiandrosterone (DHEA) dapat mengurangi
keperluan dosis prednisone untuk pasien lupus. Khusus untuk pasien lupus
dengan gangguan di ginjal (lupus nefritis), setelah mendapat obat siklofosfamid,
sekarang ada 2 pilihan untuk obat pemeliharaan (maintenance), yaitu azatioprin
atau mycophenolate mofetil yang ternyata hasilnya lebih baik dibandingkan
dengan siklofosfamid. Masih dalam penelitian awal adalah pengobatan lupus
dengan cangkok sumsum tulang, yang hasilnya cukup memberi harapan,
(Djoerban, 2002).

F. Etika Keperawatan
Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada
metode penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku
manuia; yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik
adalah suatu aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu
mengenai perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan
standar perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat). Etika
berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan
hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi.
Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan.
Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang
merupakan “standar perilaku” dan nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila
seseorang menjadi anggota masyarakat di mana ia tinggal. Etiket atau adat
merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi suatu
kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk
perbuatan yang nyata.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit lupus adalah penyakit inflamasi kronik yang diperantarai oleh
sistem imun, dimana seharusnya sistem ini melindungi tubuh dari berbagai
penyakit justru sebaliknya menyerang tubuh itu sendiri atau, penyakit lupus
adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda
asing (terjadi autoinfeksi). Penyakit Lupus terjadi akibat produksi antibodi
berlebihan. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh
seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler,
paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun
pembuluh darah dan sel-sel darah. tiga jenis lupus, yaitu :
 Lupus Eritematosus Sistemik (LES), dapat menimbulkan komplikasi seperti
lupus otak, lupus paru-paru, lupus pembuluh darah jari-jari tangan atau kaki,
lupus kulit, lupus ginjal, lupus jantung, lupus darah, lupus otot, lupus retina,
lupus sendi, dan lain - lain.
 Lupus Diskoid, lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis kelainan kulit.
Termasuk paling banyak menyerang.
 Lupus Obat, yang timbul akibat efek samping obat dan akan sembuh sendiri
dengan memberhentikan obat terkait. Umumnya berkaitan dengan
pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (untuk
mengobati detak jantung yang tidak teratur), (Aulawi, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Apa Itu Lupus?? http://DokterSehat.com. Diakses tanggal 17


November 2016.

http://www.academia.edu/7114932/Makalah_penyakit_lupus. Diakses tanggal 17


November 2016.

http://kuliahiskandar.blogspot.co.id/2012/05/makalah-sistemik-lupus-
eritematosus.html. Diakses tanggal 17 November 2016.

https://www.anggaputra.com/penyebab-penyakit-lupus-dan-gejala-lupus/. Diakses
tanggal 17 November 2016.

You might also like