You are on page 1of 11

PENGARUH KONSENTRASI INOKULUM Acetobacter aceti DAN LAMA

FERMENTASI TERHADAP KARAKTERISTIK VINEGAR MURBEI


(Morus alba)
[Effect Of Concentration and Old Acetobacter aceti Inoculum Fermentation Characteristics Of
Mulberry Vinegar ( Morus alba )]

Aldia Januaresti A*, Dra. Ela Turmala Sutrisno M.Sc **, dan Dr. Ir. Yusman
Taufik MP**
Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Bandung.

ABSTRACT

The purpose of this research was to obtain the best inoculum concentration and
fermentation time best in the processing of vinegar so as to produce quality vinegar with
some characteristics that can attract people to cultivate mulberry vinegar to become
vinegar. The benefits of this research is to utilize products of Indonesia's vast land,
introduced to the public regarding food developed into vinegar mulberry, mulberry
efficacy introduced by the process into mulberry vinegar, and is expected to increase the
economic value, or develop processing into products mulberry vinegar which new in the
context of diversification, and can extend the shelf life.
The research method consists of two phases: a preliminary research and the main
research. Preliminary research conducted that determines the optimum time growth of
Saccharomyces cerevisiae and Acecobacter aceti and determine the best sugar
concentration. The main research conducted that determine Acetobacter aceti inoculum
concentration and fermentation time using RPT (Divided plot design). The response in
this research include chemical response (analysis of acetic acid and alcohol content) and
organoleptic (color, aroma, and flavor).
The results showed the production of mulberry vinegar with simultaneous
inoculation process produces acetic acid levels highest on day 7 with the addition of
inoculum concentration of 11 % , the lowest acetic acid levels at day 13 with the addition
of inoculum concentration of 7 % , and and panelists responded somewhat like the color
and flavor attributes , and panelists to respond rather not like to attribute sense .

Keywords : Fermentation , Mulberry , Vinegar

PENDAHULUAN
Buah murbei mengandung nutrisi dalam bidang industri makanan. Vinegar
penting yang dapat meningkatkan adalah suatu produk yang dihasilkan dari
kesehatan. Nutrisi dalam murbei perubahan alkohol menjadi asam asetat
meliputi protein, karbohidrat serta oleh bakteri asam asetat. Vinegar dapat
vitamin dan mineral seperti kalsium, dihasilkan dari sari buah apel, anggur,
fosfor, kalium, magnesium, potassium, ceri, pisang dan pir. Vinegar dapat
dan serat. Kandungan buah murbei segar digunakan sebagai bahan penyedap
dalam 112 gram yaitu energi 30 kkal, (untuk memperbaiki flavor) pada
kadar air 88%, serat 1%, karbohidrat 7 berbagai masakan atau sebagai minuman
gram, protein 1 gram, lemak 0 gram, Ca setelah dilakukan proses aging atau
27 mg, K 136 mg, dan F 27 mg. penuaan, yang memberikan
Vinegar atau lebih dikenal dengan keistimewaan tersendiri karena
istilah asam asetat banyak digunakan

1
2

flavornya (perpaduan antara rasa dan digunakan dalam analisis kadar alkohol
aroma) yang baik (Yusuf, 2004). yaitu aquades.
Vinegar (cuka) dibuat melalui 2 Alat yang digunakan dalam proses
tahapan fermentasi. Pertama, fermentasi pengolahan murbei adalah baskom
alkohol yaitu glukosa diubah menjadi untuk mencuci buah murbei, panci
alkohol oleh Saccharomyces cerevisiae berbahan stainless steel untuk merebus
secara anaerob. Kedua, yaitu fermentasi buah murbei, gelas ukur, labu
asam asetat oleh Acetobacter aceti yang erlenmayer untuk fermentasi, saringan,
mengoksidasi alkohol menjadi asam sendok, blander untuk menghancurkan
asetat secara aerob. Kedua fermentasi buah murbei dan timbangan. Alat yang
tersebut biasanya dilakukan secara digunakan dalam analisis kimia , untuk
terpisah (Desrosier, 2008). analisis kadar alkohol adalah labu
Perlakuan lama fermentasi erlenmeyer, alat destilasi yang berfungsi
mempengaruhi nilai total asam, dimana untuk memisahkan air dengan alkohol,
semakin lama waktu fermentasi maka kompor gas, pipet, gelas ukur dan
nilai total asamnya akan mengalami piknometer yang berfungsi untuk
peningkatan. Peningkatan nilai total mengukur BJ alkohol. Sedangkan untuk
asam terjadi akibat adanya produksi analisis kadar asam asetat alat yang
asam-asam organik selama fermentasi. digunakan yaitu labu erlenmeyer, pipet
Selama proses fermentasi, tetes, buret, statif dan klem.
Saccharomyces cerevisiae akan Metode penelitian terdiri dari
melakukan metabolisme terhadap penelitian pendahuluan dan utama.
sukrosa dan menghasilkan sejumlah Penelitian pendahuluan yang dilakukan
asam-asam organik seperti asam asetat, yaitu mencari waktu optimum
asam glukonat dan asam glukoronat pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae
(Sreeramulu, 2000 dan Frank, 1996). dan Acetobacter aceti selama 48 jam,
Tujuan dari penelitian ini untuk serta mencari konsentrasi gula terbaik
mendapatkan konsentrasi inokulum dalam pembuatan vinegar murbei,
terbaik dan lama fermentasi terbaik dimana konsentrasi gula yang digunakan
dalam proses pengolahan vinegar terdiri dari beberapa konsentrasi,
sehingga dapat menghasilkan kualitas diantaranya yaitu 10%, 15%, 20%, dan
vinegar dengan beberapa karakteristik 25%. Konsentrasi gula yang dipilih yaitu
yang dapat menarik minat masyarakat konsentrasi gula yang dapat
terhadap vinegar dengan mengolah buah menghasilkan kadar asam asetat terbaik
murbei menjadi vinegar. yang dilakukan dengan metode titrasi
alkalimetri. Konsentrasi gula yang telah
METODOLOGI
terpilih akan digunakan selanjutnya pada
Bahan yang digunakan dalam penelitian utama. Penelitian utama yang
proses pengolahan murbei adalah buah dilakukan yaitu lanjutan dari penelitian
murbei yang didapat dari daerah pendahuluan, dimana konsentrasi gula
cibodas, Lembang, gula, air, yang telah terpilih di penelitian
Sacharomyces cerevisiae dan pendahuluan akan digunakan dalam
Acetobacter aceti. Buah murbei yang penelitian utama dalam menentukan
digunakan yaitu buah murbei yang telah pengaruh konsentrasi inokulum dan
matang dengan ciri-ciri berwarna merah lama fermentasi terhadap karakteristik
kehitaman. Bahan yang digunakan vinegar murbei.
dalam analisis kimia dalam menentukan Penelitian utama dilakukan
kadar asam asetat vinegar adalah NaOH, dengan menggunakan Rancangan Petak
pp, dan aquades, sedangkan bahan yang Terbagi (RPT) yang terdiri dari 2 faktor.
Faktor pertama adalah konsentrasi

*Alumni Teknologi Pangan Universitas Pasundan


** Dosen Teknologi Pangan Universitas Pasundan
3

inokulum, antara lain: k1 (7%), k2 (9%), 7. Pencampuran


dan k2 (11%). masing-masing perlakuan Pencampuran dilakukan pada saat
diulang sebanyak 6 kali. Faktor kedua buah murbei yang telah direbus tadi
adalah lama fermentasi, antara lain: f1 dilakukan penghancuran. Penambahan
(7 hari), f2 (10 hari), dan f3 (13 hari) . gula ini berfungsi untuk memberi rasa,
masing-masing perlakuan dilakukan sebagai pengawet, serta sebagai media
sebanyak 3 kali ulangan. untuk mikroorganisme tumbuh.
Deskripsi percobaan yang 8. Pengukuran pH
dilakukan adalah sebagai berikut : Pengukuran pH dilakukan dengan
1. Sortasi dan Trimming menggunakan pH meter, dimana pH
Sortasi murbei dilakukan untuk yang diukur terhadap sari buah murbei
memisahkan bahan baku dari adanya yaitu 4,0.
pengotor, dimana sortasi ini dilakukan 9. Fermentasi
berdasarkan karakteristik fisiknya, Fermentasi dilakukan dengan
seperti ukuran, bentuk dan warna. bantuan Saccharomyces cerevisiae
Trimming dilakukan dengan dengan konsentrasi 5% dan Acetobacter
memisahkan buah murbei dari aceti dengan konsentrasi 7% secara
tangkainya. anaerob fakultatif, dimana dalam
2. Pencucian fermentasi ini terjadi proses perubahan
Pencucian buah murbei dilakukan gula menjadi alkohol oleh
dengan menggunakan air mengalir. Saccharomyces cerevisiae serta terjadi
Pencucian ini dilakukan untuk proses perombakan alkohol menjadi
menghilangkan residu pestisida yang asam asetat dengan bantuan Acetobacter
menempel dan mengering pada buah. aceti. Fermentasi ini dilakukan pada
3. Perebusan suhu 30oC dalam inkubator dengan
Perebusan buah murbei dilakukan bantuan shaker untuk proses aerasi.
selama 45 menit dalam panci. Perebusan 10. Penyaringan II
ini dilakukan untuk melunakkan atau Penyaringan II dilakukan untuk
melayukan jaringan bahan, memperoleh sari buah yang jernih,
menonaktifkan enzim dalam bahan, serta karena sari buah yang diperoleh dari
menurunkan jumlah mikroba yang hidup fermentasi ini biasanya mengandung
pada buah murbei. endapan sisa fermentasi oleh
4. Tempering Saccharomyces cerevisiae, sehingga
Sari buah yang telah dilakukan perlu dilakukan penyaringan agar
penyaringan kemudian didinginkan mendapatkan sari buah yang jernih.
hingga suhunya mencapai ± 27oC 11. Analisis Kadar Asam Asetat
dengan cara didiamkan di suhu ruang. Analisis kadar asam asetat yang
5. Penghancuran dilakukan yaitu dengan metode titrasi
Penghancuran dilakukan dengan dengan NaOH. Dimana kadar asam
menggunakan blander, dimana asetat yang dihasilkan minimal 4
penghancuran buah murbei ini dilakukan gram/100 ml.
untuk mendapatkan bubur buah murbei. HASIL DAN PEMBAHASAN
6. Penyaringan I
Penyaringan dilakukan untuk Hasil Penelitian Pendahuluan
memperoleh sari buah yang jernih,
karena sari buah yang diperoleh Pertumbuhan Optimum
biasanya masih mengandung partikel Saccharomyces cerevisiae dan
padat, sehingga perlu dilakukan Acetobacter aceti
penyaringan agar mendapatkan sari Sebelum dibuat starter vinegar
buah yang jernih. murbei dilakukan terlebih dahulu

*Alumni Teknologi Pangan Universitas Pasundan


** Dosen Teknologi Pangan Universitas Pasundan
4

pembuatan kurva pertumbuhan mikroba Sacccharomyces cerevisiae dan


dalam suatu kultur dengan Acetobacter aceti terbaik medium
menggunakan metode counting aktivasi sebelum dimasukkan ke dalam
chamber, dimana pengecekan jumlah sel medium fermentasi. Pada gambar 5.
dilakukan 2 jam sekali selama 48 jam. dapat dilihat kurva pertumbuhan
Pembuatan kurva tumbuh ini dilakukan Sacccharomyces cerevisiae dan
untuk menentukan umur inokulum Acetobacter aceti.

25

20
sel/ml (106)

15
A. Aceti
10
Saccser
5

0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 t (jam)

Gambar 5. Kurva Pertumbuhan Sacccharomyces cerevisiae dan Acetobacter aceti.

Pada jam ke-28 pertumbuhan lingkungan baru. Setelah periode


Sacccharomyces cerevisiae mencapai adaptasi, sel dapat mengganda dengan
titik tertinggi. Sehingga waktu optimum cepat dan jumlah sel serta densitas sel
yang terpilih untuk Sacccharomyces meningkat secara eksponensial. Pada
cerevisiae tumbuh yaitu pada jam ke-28 fase stasioner, dimana pertumbuhan
dengan jumlah sel 14x106 sel/ml. mikroorganisme terhambat. Hal ini
Sedangkan pertumbuhan Acetobacter disebabkan karena nutrisi mulai habis,
aceti dapat dilihat mencapai puncak sehingga tidak terjadi pembelahan oleh
pada jam ke-32 dengan jumlah sel mikroorganisme. Fase pertumbuhan
19,2x106 sel/ml yang selanjutnya akan terlihat pada jam ke- 30, 32, 34, dan 36.
digunakan untuk proses pembuatan Fase stasioner terjadi pada jam ke-38
starter vinegar murbei. dan mengalami fase kematian pada jam
Penurunan jumlah sel ke- 42.
mikroorganisme pada hari ke 2 terjadi Saccharomyces cerevisiae
karena Saccharomyces cerevisiae melakukan adaptasi (fase log) yang
mengalami kematian. Hasil ini cukup singkat karena media untuk
membuktikan teori Shuler (1989) yang starter sama dengan media fermentasi
menyatakan bahwa kultur yang dan sebelumnya telah dilakukan
diinokulasi akan melalui beberapa fase beberapa kali pemindahan starter
yaitu fase lag, fase log, fase stasioner dengan waktu inkubasi masing-masing
dan fase kematian. Fase lag terjadi sekitar 20 jam sehingga usia sel relatif
dengan cepat setelah inokulasi dan ini seragam. Saccharomyces cerevisiae
adalah masa penyesuaian sel dengan dipanen pada jam ke-20 inkubasi
lingkungan. Fase lag ini terjadi pada jam (pertengahan fase log), dimana jumlah
ke- 18, 20, dan 22. Selama fase ini, selnya sekitar 6 x 107 sel/ml. Diatas 30
jumlah massa meningkat sedikit tanpa jam, Saccharomyces cerevisiae telah
peningkatan densitas sel. Pada fase log, memasuki fase stasioner. Hal ini sesuai
sel sudah menyesuaikan diri dengan dengan yang dikemukakan oleh Sen

*Alumni Teknologi Pangan Universitas Pasundan


** Dosen Teknologi Pangan Universitas Pasundan
5

(1989), dimana pertumbuhan Penelitian pendahuluan yang dilakukan


Saccharomyces cerevisiae memasuki yaitu menentukan konsentrasi gula
fase stasioner setelah 30 jam inkubasi. terbaik dalam pembuatan vinegar
Menurut Ahmad Sarifuddin (2007), murbei. Dalam penelitian pendahuluan
pertumbuhan terbaik Acetobacter aceti ini konsentrasi gula yang digunakan
dalam pembuatan vinegar dari limbah adalah 10%, 15%, 20%, dan 25%. Kadar
cair Nata de Coco yaitu pada jam ke-12. asam asetat yang dihasilkan berdasarkan
masing-masing konsentrasi gula dapat
Penentuan Konsentrasi Gula
dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Penelitian Pendahuluan Konsentrasi Gula


Konsentrasi % Asam
V NaOH (ml) N NaOH BM Cuka
Gula Asetat
10% 3 0,144 60 2,4453
15% 3,8 0,144 60 2,7360
20% 4,5 0,144 60 3,6
25% 5,1 0,144 60 4,0426

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan ditambahkan maka kinerja bakteri


hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi merombak gula menjadi alkohol pun
gula yang ditambahkan maka asam semakin besar, maka alkohol yang
asetat yang dihasilkannya pun semakin dihasilkannya tinggi dan semakin
tinggi. Seperti pada gambar 6 gula banyak alkohol yang dihasilkan maka
merupakan media untuk tumbuhnya asam asetat yang dihasilkan akan
mikroorganisme, sehingga semakin semakin banyak.
tinggi konsentrasi gula yang

6
% Asam Asetat

4
2 % Asam Asetat
0
10 15 20 25 Konsentrasi Gula (%)

Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Gula Dengan Kadar Asam Asetat

Kadar asam asetat yang dihasilkan Acetobacter aceti 15% dengan


pada konsentrasi gula 10% dengan penambahan gula awal 10%. Menurut
konsentrasi inokulum Sacccharomyces Ari Susilowaty (2001), penambahan
cerevisiae 5% dan Acetobacter aceti 7% sukrosa 5% dan 10% dengan konsentrasi
adalah 4,075%, sedangkan menurut inokulum 20% menghasilkan kadar
Rosdiana (2004), produksi vinegar asam asetat 3, 744% dengan waktu
melalui fermentasi bertahap pada nanas fermentasi 72 jam.
menghasilkan kadar asam asetat 5,75% Menurut Wood dan Lass (1985),
pada konsentrasi inokulum asam asetat mencapai puncaknya setelah
Sacccharomyces cerevisiae 5% dan 5 sampai 6 hari kemudian akan

*Alumni Teknologi Pangan Universitas Pasundan


** Dosen Teknologi Pangan Universitas Pasundan
6

mengalami penurunan. Asam asetat alkohol menjadi asam asetat secara


lebih banyak diproduksi pada maksimal. Menurut Wood dan Lass
konsentrasi gula yang tinggi. Jumlah (1985) asam asetat mencapai
asam asetat yang diproduksi selama puncaknya setelah 5-6 hari kemudian
fermentasi adalah kecil, biasanya lebih akan mengalami penurunan. Menurut
kecil dari 0,030 g/100 ml, tergantung Hardoyo (2007), waktu optimum proses
pada jenis fermentasi dan kondisi asetifikasi yaitu 11 hari, dimana
fermentasi. Jumlah asam asetat yang mengalami peningkatan kadar asam
tinggi dapat terjadi akibat kegiatan asetat pada hari ke-1 sampai hari
bakteri sebelum, selama dan sesudah ke-11 dengan kadar asam asetat 6% dan
fermentasi. Bertambahnya asam asetat mengalami penurunan dihari ke-12. Ini
ini karena terjadinya oksidasi alkohol disebabkan karena beberapa faktor
dan perombakan bakteri terhadap gula, seperti konsentrasi inokulum yang
asam sitrat, gliserol dan lainnya ditambahkan, bahan baku yang
(Oxtoby, 2003). digunakan, dan suhu fermentasi.
Konsentrasi inokulum Acetobacter aceti
Hasil Penelitian Utama
juga sangat berperan penting terhadap
Asam Asetat berlangsungnya proses asetifikasi,
Berdasarkan pada lampiran 5 dimana Acetobacter aceti ini berperan
menunjukkan bahwa interaksi lama merombak alkohol menjadi asam asetat.
fermentasi (F) dan konsentrasi Sehingga semakin banyak konsentrasi
inokulum Acetobacter aceti (K) inokulum Acetobacter aceti yang
berpengaruh terhadap kadar asam asetat ditambahkan maka alkohol yang
vinegar murbei. Berdasarkan pada tabel dirombaknya pun akan semakin banyak
6 menunjukan bahwa semakin tinggi sehingga menghasilkan asam asetat yang
konsentrasi Acetobacter aceti yang tinggi.
ditambahkan ke dalam vinegar murbei, Menurut Pingkan (2003),
maka semakin banyak asam asetat yang penambahan inokulum 10%
dihasilkan. Kinerja bakteri Acetobacter menghasilkan asam asetat tertinggi
aceti untuk merombak alkohol menjadi dibandingkan dengan penambahan
asam mengalami penurunan kadar asam konsentrasi inokulum 5% dan 15%. Hal
asetat pada hari ke-10 dan ke-13 yang ini disebabkan karena pada konsentrasi
disebabkan oleh laju pembentukan inokulum 5%, enzim yang dihasilkan
produk yang semakin tinggi, dimana oleh mikroorganisme yang berperan
produk yang dihasilkan dapat aktif dalam fermentasi jumlahnya tidak
menghambat reaksi penguraian alkohol mencukupi untuk mengubah substrat
menjadi asam asetat karena waktu yang ada, sehingga laju pertumbuhan
optimum bakteri Acetobacter aceti yaitu asam asetat rendah. Sedangkan pada
pada hari ke-7, sehingga mengalami konsentrasi 15% laju pembentukan asam
penurunan di hari ke-10 dan ke-13. asetatnya pun rendah, karena terjadi
Semakin lama waktu fermentasi, kadar kompetisi antara mikroorganisme dalam
asam yang dihasilkan semakin kecil. Ini memanfaatkan nutrisi (substrat) yang
disebabkan karena bakteri Acetobacter ada.
aceti sudah tidak mampu menguraikan

*Alumni Teknologi Pangan Universitas Pasundan


** Dosen Teknologi Pangan Universitas Pasundan
7

Tabel 6. Pengaruh Konsentrasi Inokulum Acetobacter aceti dan Lama Fermentasi


Terhadap Kadar Asam Asetat Vinegar Murbei
Konsentrasi Inokulum A. aceti (K)
Lama
Fermentasi (F) k1 k2 k3
(7%) (9%) (11%)
f1 3,50 C 3,94 C 4,22 C
(7 hari) a b c
f2 3,23 B 3,43 B 3,78 B
(10 hari) a b c
f3 2,97 A 2,96 A 3,95 A
(13 hari) a a a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
dibaca secara horizontal dan angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata dibaca secara vertikal pada taraf 5%.
Berdasarkan pada lampiran 6 beralkohol sebagian besar akan
menunjukkan bahwa hasil kadar alkohol dioksidasi menjadi asam asetat oleh
pada interaksi lama fermentasi (F) dan Acetobacter aceti dan yang lainnya
konsentrasi inokulum Acetobacter aceti menjadi alkohol sisa karena menurut
(K) berpengaruh terhadap kadar alkohol Daulay (1992) disebutkan bahwa
vinegar murbei. Seperti pada tabel 7 alkohol merupakan medium bakteri
menunjukan bahwa semakin tinggi asam asetat untuk hidup dan
konsentrasi inokulum Acetobacter aceti mengubah alkohol menjadi asam
yang ditambahkan, maka kadar alkohol asetat. Kadar alkohol pada vinegar
yang dihasilkan semakin sedikit, murbei menurut SNI maksimal 10%,
sehingga dapat dikatakan substrat dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 7. Pengaruh Konsentrasi Inokulum Acetobacter aceti dan Lama Fermentasi
Terhadap Kadar Alkohol Vinegar Murbei
Konsentrasi Inokulum A. Aceti
Lama Fermentasi (F) k1 k2 k3
(7%) (9%) (11%)
f1 5,03 C 4,47 C 4,19 C
(7 hari) c b a
f2 3,81 B 3,46 B 3,18 B
(10 hari) c b a
f3 3,46 A 3,09 A 2,18 A
(13 hari) c b a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
dibaca secara horizontal dan angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama menunjukan tidak
berbeda nyata dibaca secara vertikal pada taraf 5%.
Lama fermentasi yang dilakukan Menurut Abdul Aziz (1995),
seperti pada tabel 7 akan mempengaruhi kadar alkohol terbaik dihasilkan pada
kadar alkohol sisa yang dihasilkannya. pH 4 awal, karena pada kondisi tersebut
Dimana penurunan kadar alkohol sisa merupakan kondisi terbaik untuk
fermentasi yang terjadi disebabkan Saccharomyces cerevisiae tumbuh.
karena alkohol digunakan oleh Dalam proses fermentasi glukosa
Acetobacter aceti sebagai sumber dirombak untuk menghasilkan asam
energi untuk menghasilkan asam piruvat. Asam piruvat dalam kondisi
asetat serta CO2. anaerob akan mengalami penguraian

*Alumni Teknologi Pangan Universitas Pasundan


** Dosen Teknologi Pangan Universitas Pasundan
8

oleh piruvat dekarboksilase menjadi merubah alkohol menjadi asetaldehid


asetaldehid, selanjutnya asetaldehid dan air, yang selanjutnya asetaldehid
dirubah oleh alkohol dehidrogenase akan dirubah menjadi asam asetat
menjadi etanol dan karbondioksida, (Madigan, 2002).
dimana bakteri Acetobacter akan

Tabel 8. Kualitas Vinegar Murbei Berdasarkan SNI


Kualitas
No Kriteria Satuan Persyaratan Vinegar Keterangan
Murbei
Keadaan :
Cairan Encer Cairan Encer
1 -Bentuk - Memenuhi
Khas asam Khas asam
-Bau - Memenuhi
asetat asetat
2 Kadar asam asetat % bb Min 4 4,22 Memenuhi
3 NaCl % bb Min 30 - -
4 Sisa Alkohol % bb Maks 10 4,19 Memenuhi
5 Padatan Terlarut % bb Maks 1,5 - -
6 Total Gula % bb Min 15 - -
Cemaran Logam :
-Timbal (Pb) mg/kg Maks 1 - -
7
-Tembaga (Cu) mg/kg Maks 5,0 - -
-Seng (Zn) mg/kg Maks 2,0 - -
8 Cemaran Mikroba Koloni/g Maks 50 - -
9 Cemaran Arsen mg/kg Maks 0,4 - -

Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan suka terhadap warna vinegar murbei.
dengan metode Hedonik untuk Menurut Kumalaningsih (2006), bahwa
mengetahui apakah produk fermentasi antosianin dalam media asam, tampak
vinegar murbei dapat diterima merah, saat pH meningkat menjadi lebih
dimasyarakat atau tidak sebagai biru. Menurut Mudanifah (2007),
penyedap rasa. Uji organoleptik produk produksi hasil fermentasi akan
“vinegar murbei” dilakukan terhadap 15 berpengaruh terhadap kestabilan
orang panelis yang memenuhi antosianin, sebab antosianin bersifat
persyaratan untuk uji organoleptik lebih stabil pada pH 1 sampai 4.
dengan metode Hedonik. Antosianin dalam medium cair berada
dalam keseimbangan antara empat
Warna
bentuk utama antosianin yang masing-
Berdasarkan pada lampiran 7 masing berbeda struktur dan
menunjukkan tidak adanya pengaruh penampakan warnanya pada larutan
pada lama fermentasi, konsentrasi dan sangat tergantung pada pH.
inokulum Acetobacter aceti, dan Bentuk kation (ion flavilium) yang
interaksi dari keduanya terhadap warna berwarna merah adalah bentuk yang
yang dihasilkan oleh vinegar murbei. paling stabil dan dominan pada pH
Pada uji organoleptik atribut warna rendah.
terhadap vinegar murbei menghasilkan
Aroma
warna merah kehitaman. Nilai rata-rata
secara keseluruhan terhadap warna Berdasarkan pada lampiran 8
vinegar murbei menunjukan nilai 4,2, menunjukkan tidak adanya pengaruh
dimana panelis memberikan respon agak pada lama fermentasi, konsentrasi

*Alumni Teknologi Pangan Universitas Pasundan


** Dosen Teknologi Pangan Universitas Pasundan
9

inokulum Acetobacter aceti, dan Acetobacter aceti, dan interaksi dari


interaksi dari keduanya terhadap aroma keduanya pada rasa yang dihasilkan oleh
yang dihasilkan oleh vinegar murbei. vinegar murbei. Nilai rata-rata secara
Nilai rata-rata secara keseluruhan keseluruhan terhadap rasa vinegar
terhadap aroma vinegar murbei murbei menunjukan nilai 3,35, dimana
menunjukan nilai 3,77, dimana panelis panelis memberikan respon agak tidak
memberikan respon agak suka terhadap suka terhadap rasa vinegar murbei. Rasa
aroma vinegar murbei. Uji organoleptik yang dihasilkan oleh vinegar murbei
terhadap atribut aroma ini menghasilkan yaitu rasa yang kecut. Hal ini terjadi
aroma asam khas cuka, dimana aroma karena Acetobacter aceti telah
ini dihasilkan dari alkohol yang merombak alkohol menjadi asam asetat
dirombak menjadi asam asetat oleh sehimgga produk vinegar murbei yang
Acetobacter aceti. Semakin lama dihasilkan memiliki rasa yang kecut.
fermentasi hingga hari ke-7 aroma Menurut Natalina (2011), rasa asam
vinegar murbei semakin meningkat, yang dihasilkan semakin meningkat dari
karena semakin lama fermentasi vinegar hari ke-1 sampai hari ke-6 dan
murbei akan bercita rasa asam dan mengalami penurunan pada hari ke-7.
menghasilkan aroma yang menyengat, Hal ini disebabkan karena bakteri
tetapi pada hari ke-8 aroma mengalami pengurai alkohol bekerja secara
penurunan. Menurut Yusuf (2004), optimum dan gula yang terdapat
selama proses fermentasi akan diperoleh didalamnya akan mengalami penurunan
enzim-enzim yang memberi aroma khas selama proses fermentasi berlangsung.
pada vinegar murbei yang dihasilkan. Menurut Sir Ossiris (2009), selama
proses fermentasi berlangsung
Rasa
Saccharomyces cereviciae akan
Berdasarkan pada lampiran 9 mengurai gula menjadi O2 dan asam-
menunjukkan adanya pengaruh pada asam organik serta komponen lain yang
lama fermentasi, tetapi tidak adanya dapat memberikan cita rasa yang khas.
pengaruh terhadap konsentrasi inokulum

KESIMPULAN DAN SARAN tidak berpengaruh terhadap warna,


aroma, dan rasa vinegar murbei.
Kesimpulan 4. Berdasarklan pengujian kadar asam
Berdasarkan hasil penelitian, asetat dan kadar sisa alkohol dengan
dapat diambil kesimpulan sebagai lama fermentasi 7 hari dan konsentrasi
berikut : inokulum 11%, dapat disimpulkan kadar
1. Konsentrasi inokulum Acetobacter aceti asam asetat dan kadar sisa alkohol
yang ditambahkan berpengaruh terhadap vinegar murbei memenuhi syarat SNI
kadar asam asetat dan kadar alkohol, vinegar.
serta tidak berpengaruh terhadap warna, Saran
aroma, dan rasa dari vinegar murbei.
Berdasarkan penelitian yang telah
2. Lama fermentasi berpengaruh terhadap
dilakukan, dapat dikemukakan saran
kadar asam asetat, kadar alkohol, rasa
sebagai berikut :
vinegar murbei, serta tidak berpengaruh
1. Dengan alat yang lebih canggih dapat
terhadap warna, dan aroma dari vinegar
mempermudah dalam melakukan
murbei.
perhitungan jumlah sel agar didapat
3. Interaksi konsentrasi inokulum
hasil yang lebih akurat.
Acetobacter aceti dan lama fermentasi
2. Perlu dilakukan proses fermentasi
berpengaruh terhadap kadar asam asetat,
dengan menggunakan fermentor
kadar alkohol dari vinegar murbei, tetapi

*Alumni Teknologi Pangan Universitas Pasundan


** Dosen Teknologi Pangan Universitas Pasundan
10

dengan adanya agitasi selama 3. Perlu dilakukan pengujian lanjut


fermentasi berlangsung sehingga terhadap cemaran mikroba dan logam
asam asetat yang dihasilkannya pun pada vinegar murbei agar produk
lebih baik. lebih aman lagi untuk dikonsumsi.

DAFTAR PUSTAKA Kumalaningsih. 2006. Dalam Jurnal


Mudanifah 2007 “Proses Pembuatan
Abdul, Aziz Darwis. 1995. Pengaruh Lama Kombucha Murbei Kajian Jenis
Fermentasi Terhadap Kadar Gula dan Lama Fermentasi”.
Alkohol. Jurnal Penelitian Proses Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.
Pembuatan Anggur dari Buah Fakultas Teknologi Pertanian.
Rambutan. Jurusan Teknik Kimia. Universitas Brawijaya. Malang.
Fakultas Teknik. Universitas
Madigan, M.T. 2002. Dalam Jurnal
Diponogoro. Tembalang.
Mudanifah 2007 “Proses Pembuatan
Ahmad Sarifuddin. 2007. Pembuatan Kombucha Murbei Kajian Jenis
Vinegar Dari Limbah Cair Nata de Gula dan Lama Fermentasi”.
Coco dengan Inokulum Acetobacter Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.
aceti dan Penambahan Tape Ketan. Fakultas Teknologi Pertanian.
ITB. Bandung. Universitas Brawijaya. Malang.
Ari Susilowati. 2001. Kajian Awal Mudanifah. 2007. Proses Pembuatan
Pembuatan Vinegar dari Air Kombucha Murbei Kajian Jenis
Kelapa dan Limbah Cair Gula dan Lama Fermentasi. Jurusan
Pembuatan Nata de Coco dengan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas
Metode Quick Process. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Brawijaya. Malang.
Alam. Jurusan Biologi. Universitas
Nathalina, S. 2011. Pengaruh Konsentrasi
Sebelas Maret. Surakarta.
Gula dan Lama Fermentasi
Daulay. 1999. Kajian Perbedaan Kondisi Terhadap Mutu Teh Kombucha.
Fermentasi Alkohol dan Fakultas Pertanian. Universitas HKBP
Konsentrasi Inokulum Pada Nomensen. Medan.
Pembuatan Cuka Salak. Fakultas
Oxtoby, et al. 2003. Dalam Jurnal
Teknologi Pertanian. Jurusan
Ferawalden Erlangga 2009 “Studi
Teknologi Hasil Pertanian.
Pembuatan Serat Makanan Dari
Universitas Barawijaya. Malang.
Tongkol Jagung”. Departemen
Dersroiser, N.W. 1988. Teknologi Teknologi Pertanian. Fakultas
Pengawetan Pangan. Universitas Pertanian. Universitas Sumatera
Indonesia. Press. Jakarta. Utara. Medan.
Frank, G.W. 1995. Kombucha-Healthy Pingkan Aditiwati. 2003. Kultur
Beverage and Natural Remedy from Campuran dan Faktor Lingkungan
the far east 8th Ed. Publishing Mikroorganisme yang Berperan
House Ennsthaler. Austria. dalam Fermentasi “Tea-Cider”.
Hardoyono. 2007. Kondisi Optimum Departemen Biologi. FMIPA ITB.
Bandung.
Fermentasi Asam Asetat
Menggunakan Acetobacter aceti. Rosdiana. 2004. Vinegar Kulit Pisang.
Balai Besar Teknologi Pati. Badan Universitas Pendidikan Indonesia.
Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Bandung.
Lampung.

*Alumni Teknologi Pangan Universitas Pasundan


** Dosen Teknologi Pangan Universitas Pasundan
11

Shuler. 1989. Dalam Jurnal Putra Asga 2006


“Produksi Etanol Menggunakan
Saccharomyces cerevisiae yang
Diimobilisasi dengan Agar Batang”.
Jurusan Kimia FMIPA. ITS.
Surabaya.
Sir Ossiris. 2009. Dasar-dasar Fermentasi.
ITP-UB. Malang.
Sreeramulu, G., Y. Zhu and W. Knol. 2000.
Kombucha Fermentation and it’s
Antimicrobial Activity. Journal
Agriculture Food Chemistry.
Wood dan Lass . 1985. Jurnal Martiana
Andriani “Studi Kinetika
Fermentasi Pada Teh Kombucha”.
Fakultas Pertanian. Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian.
Yusuf, H., Sardjimah, A., dan Poernomo, A.
2004. Pengaruh Waktu Terhadap
Pembentukan Alkohol Secara
Enzimatis. Majalah Farmasi
Airlangga. Bagian Kimia Farmasi.
Fakultas Farmasi. Universitas
Airlangga.

*Alumni Teknologi Pangan Universitas Pasundan


** Dosen Teknologi Pangan Universitas Pasundan

You might also like