You are on page 1of 24

MAKALAH PENELITIAN

ANALISIS AGENDA MEDIA TERHADAP KREDIBILITAS


METRO TV DALAM PEMBERITAAN PILPRES TAHUN 2019
diajukan untuk memenuhi salah satu nilai tugas
mata kuliah Teori Komunikasi yang diampu oleh
Wahyu Utamidewi, S.I.Kom., M.I.Kom.

oleh:
MUHAMAD IMAM SOBARI
1710631190099
4C

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian ini. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada umatnya hingga akhir
zaman, aamiin. Penulisan makalah penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah
satu nilai mata kuliah Teori Komunikasi yang diampu oleh ibu Wahyu Utamidewi,
S.I.Kom., M.I.Kom. Judul penelitian yang penulis ajukan adalah “Analisis Media
Terhadap Kredibilitas Metro TV Dalam Pemberitaan Pilpres Tahun 2019”.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah penelitian ini, penulis sadar betul
bahwa dalam melakukan penelitian dan menyusun makalah ini masih terdapat
kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran untuk
memperbaiki segala kesalahan dan kekurangan yang ada dalam penyusunan
makalah penelitian ini agar lebih baik lagi kedepannya. Semoga makalah ini dapat
menjadi bahan pembelajaran yang bermanfaat untuk orang banyak.

Karawang, 08 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Identifikasi Masalah .................................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
1.6 Metode Penelitian ..................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
2.1 Agenda Media ........................................................................................... 5
2.2 Kredibilitas ................................................................................................ 6
2.3 Analisis Kasus dari Kredibilitas Metro TV dalam melakukan Pemberitaan
Pilpres tahun 2019..................................................................................... 9
2.3.1 Masihkah Kita Percaya Metro TV?................................................... 9
2.3.2 Responden Mahasiswa .................................................................... 16
2.3.3 Analisis Kasus ................................................................................. 17
BAB III ................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................. 19
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 19
4.2 Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1 – Surya Paloh menghadiri Syukuran HUT Metro TV pada Desember


2018 (Foto: Medcom) ...................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Komunikasi massa merupakan sumber kajian potensial yang
memiliki bidang bahasan yang cukup luas dan mendalam, dan juga
didukung oleh teori yang lumayan banyak jumlahnya. Hal ini bisa dipahami
sebab ilmu komunikasi yang kita kenal sekarang ini, merupakan proses
evaluasi panjang dari ilmu komunikasi massa, yang awalnya hanya dikenal
sebagai ilmu media massa atau ilmu pers yang juga merupakan hasil
elaborasi dari ilmu publisistik (ilmu persurat-kabaran) yang berpusat di
Jerman dan ilmu Jurnalistik yang berbasis di AS (Arifin, 2006: 10). Baru
dinamakan ilmu komunikasi pasca Perang Dunia II oleh para ilmuan Barat,
tujuan utamanya adalah untuk mencover semua bidang kajian dalam
komunikasi yang semakin luas dan berkembang.
Komunikasi massa sendiri kerap didefinisikan sebagai komunikasi
melalui media massa (modern) pada awalnya hanya mencakup media cetak
(surat kabar, majalah atau tabloid) dan media elektronik (TV dan radio),
baru belakangan termasuk kajian multimedia yang juga sering disebut
media dot com (internet). Pada era ini, kajian komunikasi massa
berkembang menjadi semakin luas, selain mencakup tiga jenis media
(media cetak, media elektronik, dan multimedia), peran dan proses
komunikasi massa, juga efek media bagi masyarakat dan budaya, sehingga
semakin banyak dijadikan sebagai objek studi (Mc Quail, 1987: 3).
Dalam tinjauan komunikasi massa, paling tidak teori-teori yang
muncul dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang, yaitu teori-teori
awal komunikasi massa, pengaruh komunikasi massa terhadap individu,
pengaruh komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya, dan audiens
pengaruhnya terhadap komunikasi massa (Liliweri, 2011: 884-892).

1
2

Teori Agenda Setting misalnya, masih saja sangat relevan hingga


saat ini sekalipun dengan catatan-catatan tertentu harus dibubuhkan di sana,
seperti pada masyarakat dan budaya seperti apa, atau pada kondisi kapan,
dan seterusnya.
Indonesia adalah negara demokrasi. Demokrasi sebagai dasar hidup
bernegara memberi pengertian bahwa rakyat turut membantu memberikan
kontribusi dalam menilai kebijakan yang nantinya akan menentukan
kehidupan rakyat untuk kedepannya. Singkat kata, demokrasi adalah
kekuasaan rakyat atau government by the people. Negara Demokrasi adalah
negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat,
jika ditinjau dari sudut organisasi berarti suatu pengorganisasian negara
yang dilakukan oleh rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.
Wujud dari demokrasi sendiri adalah diadakan nya pemilihan umum yang
saat ini dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Saat ini, Indonesia tengah
bersiap untuk menyambut pesta demokrasi lima tahun sekali tersebut, yakni
pemilu serentak tahun 2019 yang di dalamnya tidak hanya memilih presiden
dan wakil presiden, namun juga memilih DPRD Kabupaten atau Kota,
DPRD Provinsi, DPD RI, dan DPR RI.
Di tengah gempita pesta demokrasi ini, ternyata rentan sekali terjadi
perpecahan bangsa diantaranya terbaginya negara ini menjadi dua kubu
pendukung presiden dan wakil presiden, antara paslon 01 dan paslon 02.
Terbaginya menjadi dua kubu tersebut diyakini adanya campur tangan dari
pemberitaan di lini media, khususnya televisi. Media televisi tersebut dinilai
sebagai pemicu utama dalam terciptanya dua kubu paslon, dengan kata lain
memihak ke paslon tersebut. Hal terebut dapat menurunkan rating dari
stasiun televisi tersebut, sehingga perlahan akan kehilangan kepercayaan
dari masyarakat. Media sejatinya memang harus bersikap netral dalam
melakukan pemberitaan di televisi dalam hal pilpres, tidak memihak salah
satu paslon, dan tidak pula menjatuhkan paslon yang lainnya.
Pilpres tahun 2019 ini terlihat bahwa media televisi d Indonesia
dapat dikatakan memihak mendukung salah satu paslon, yakni Metro TV.
3

Masyarakat sudah mempercayai Metro TV sejak dulu, karena sejak awal


berdirinya adalah sebagai televisi yang berlabel kan acara berita. Namun
saat ini, pemberitaan pilpres terkesan berat sebelah. Ketika media selalu
dikaitkan dengan politik, terlebih saat ini Metro TV adalah milik Surya
Dharma Paloh yang sekaligus ketua umum Partai Nasdem yang merupakan
pendukung salah satu paslon capres dan cawapres tahun 2019. Pemberitaan
tersebut kerap kali selalu menjadi bola liar pilpres yang sedang panas-
panasnya. Maka dari itu, penulis melakukan sebuah mini riset yang berjudul
“Analisis Media Terhadap Kredibilitas Metro TV Dalam Pemberitaan
Pilpres Tahun 2019”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan latar belakang penelitian di atas, maka dapat
ditariklah beberapa rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini.
1. Apa yang dimaksud dengan Agenda Media dalam Teori Agenda
Setting?
2. Apa yang dimaksud dengan kredibilitas?
3. Bagaimana analisis kasus dari kredibilitas Metro TV dalam melakukan
Pemberitaan Pilpres tahun 2019?

1.3 Identifikasi Masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat penulis identifikasikan
sebagai berikut.
1. Bagaimana tanggapan mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan Tahun
2017 dan 2018 di Universitas Singaperbangsa Karawang menilai
kredibilitas Metro TV dalam melakukan Pemberitaan Pilpres tahun
2019?
4

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan memahami Teori Agenda Setting.
2. Untuk mengetahui dan memahami kredibilitas.
3. Untuk mengetahui dan memahami analisis kasus mengenai kredibilitas
Metro TV dalam melakukan Pemberitaan Pilpres tahun 2019.

1.5 Manfaat Penelitian


Penulis berharap penelitian ini bisa berguna bagi banyak pihak
dikemudian hari. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagi akademis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan, terutama
terkait dengan masalah dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini
juga dapat dijadikan bahan bacaan atau literatur tambahan bagi para
peneliti selanjutnya yang tertarik terhadap bidang kajian ini.
2. Bagi media yang terkait, dapat dijadikan bahan evaluasi untuk media
nya agar lebih baik lagi di kemudian hari.

1.6 Metode Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
metode penelitian diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Literatur berupa Jurnal-jurnal (.pdf) Ilmu Komunikasi dan buku Teori
Komunikasi karya Morissan, karya Stephen W. Litlejohn dan Karen A.
Foss.
2. Wawancara kepada beberapa responden, baik berupa obrolan langsung
maupun tidak langsung yakni menggunakan sosial media seperti
Instagram dan WhatsApp untuk mengutarakan pandangan dan
pendapatnya mengenai kasus dalam penelitian ini.
3. Analisis kasus dan agenda media dalam kasus penelitian ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Agenda Media


Definisi agenda dalam konsep agenda media memiliki arti yaitu
sebuah daftar hal-hal yang disusun berdasarkan urutan kepentingannya,
dengan yang paling penting berada di tempat paling atas. Sedangkan media
atau kepanjangan dari media massa memiliki arti alat atau sarana
komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, atau internet yang berfungsi
untuk menyebarkan berita atau informasi kepada khalayak.
Konsep mengenai agenda media ini diambil melalui Teori Agenda
Setting yang diperkenalkan oleh McCombs dan Shaw. Teori Agenda Setting
adalah teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat
penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer
dua elemen, yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan
mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang
dianggap penting oleh media massa.
Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang
penentuan agenda setting adalah sebagai berikut.
1. Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan,
mereka menyaring dan membentuk isu.
2. konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat
untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu
lain.
McCombs dan Shaw mengatakan bahwa pembaca tidak hanya
mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi
juga mempelajari seberapa besar arti penting yang diberikan pada suatu isu
atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik
tersebut. Ide dasar dari teori ini bahwa media memberikan perhatian atau
penekanan berbeda untuk setiap isu yang muncul di suatu media massa. Dari
berbagai isu yang mengemuka, ada isu yang diberitakan dengan porsi besar

5
6

dan ada juga yang diberitakan dengan porsi kecil. Perbedaan perhatian yang
diberikan oleh media massa ini akan berpengaruh terhadap efek kognitif
(pengetahuan dan citra) khalayak yang membacanya. Begitu juga dengan
pengulangan berita yang diangkat oleh media massa akan menimbulkan
efek bahwa suatu berita itu dianggap penting dan ini merupakan
kemampuan media massa yang berfungsi sebagai penentu agenda. Fungsi
penentuan agenda media mengacu pada kemampuan media, dengan liputan
berita yang diulang-ulang, untuk mengangkat pentingnya sebuah isu dalam
benak publik.
Dalam agenda setting terdapat tiga macam agenda, yaitu agenda
media, agenda publik, dan agenda kebijakan. Ketiga agenda tersebut
memiliki dimensi yang berkaitan seperti yang dikemukakan Mannheim
dalam Nurudin (2009) sebagai berikut:
a. Agenda media terdiri dari dimensi visibility (jumlah dan tingkat
menonjolnya berita), audience salience (relevansi isi berita dengan
kebutuhan khalayak), dan valensi (cara pemberitaan suatu peristiwa).
b. Agenda publik terdiri dari dimensi familiarity (keakraban), personal
saliance (penonjolan pribadi), dan favorability (kesenangan).
c. Agenda kebijakan terdiri dari dimensi support (dukungan), likelihood of
action (kemungkinan kegiatan), dan freedom of action (kebebasan
bertindak).
Agenda media merupakan hasil proses pemilahan tentang berita
mana yang akan dimuat serta ditonjolkan melalui halaman pertama suatu
surat kabar. Surat kabar yang memberikan suatu isu dalam jumlah besar,
dengan halaman panjang, dan ditempatkan pada tempat yang mencolok
mencerminkan agenda yang dibawa oleh media kepada publik.

2.2 Kredibilitas
Berbicara tentang kredibilitas dalam kajian ilmu komunikasi
sebenarnya bukanlah merupakan sesuatu hal yang baru, karena pada abad
keempat sebelum masehi pun, Aristoteles telah menggunakan istilah
7

“ethos” untuk menyebut sifat-sifat pribadi seseorang komunikator yang


memengaruhi khalayak. Lebih jauh tentang hal ini Aristoteles mengatakan
bahwa:
“Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara,
yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya
dapat dipercaya. Kita lebih cepat percaya pada orang-orang baik
daripada orang lain. Ini berlaku umumnya pada masalah apa saja dan
secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat
terbagi. Tidak benar, anggapan sementara penulis retorika bahwa
kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak terpengaruh apa-
apa pada kekuatan persuasinya, sebaliknya, karakternya hampir bisa
disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya”.
(Rakhmat, 2005: hlm.255)

Pendapat dari Aristoteles di atas, juga diyakini oleh Onong Uchjana Effendy
yang mengatakan bahwa:

“Dalam bentuk proses komunikasi seorang komunikator akan


sukses apabila ia berhasil menunjukkan source of credibility, artinya
menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan kepada komunikator
ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang pekerjaannya serta
dapat tidaknya dipercaya”. (Effendy, 2000: hlm.305)

Selanjutnya Onong Uchjana Effendy (2003 : hlm.43) menyebutkan


bahwa faktor penting pada komunikator pada saat melakukan kegiatan
komunikasi adalah sumber daya tarik (source attractiveness) dan sumber
kepercayaan (source credibility), yaitu sebagai berikut:
a. Sumber daya tarik Seorang komunikator akan berhasil dalam
berkomunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini dan perilaku
komunikan melalui mekanisme daya tarik jika komunikan bersedia taat
pada isi pesan yang dilancarkan komunikator.
8

b. Sumber kepercayaan Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi


berhasil adalah kepercayaan komunikan pada komunikator.
Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian
yang dimiliki seorang komunikator.

Selain dari kedua pendapat di atas pengertian kredibilitas juga


dikemukakan beberapa pakar komunikasi. Jalaluddin Rakhmat (2005 :
hlm.257) dalam sebuah bukunya yang berjudul “Psikologi Komunikasi”,
mengartikan kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikasi atau
khalayak mengenai sifat-sifat komunikator. Dalam hal ini menurut Rakhmat
menegaskan bahwa kredibilitas mengandung dua hal: Pertama, kredibilitas
merupakan persepsi khalayak jadi dalam konteks ini kredibilitas tidak
inhern atau melekat dalam diri komunikator. Kedua, kredibilitas berkenaan
dengan sifat-sifat komunikator.
Dari berbagai pendapat pakar komunikasi, dalam kredibilitas
terdapat tiga komponen kredibilitas sumber, yakni keahlian (expertise) yang
merupakan kesan yang dibentuk penerima tentang kemampuan sumber
komunikasi persuasi berkaitan dengan topik yang dibicarakan, dapat
dipercaya (trustworthiness) yang merupakan kesan penerima tentang
sumber komunikasi yang berkaitan dengan wataknya seperti kejujuran,
ketulusan, bersikap adil, bersikap sopan, berperilaku etis atau sebaliknya
serta faktor daya tarik komunikator (attractiveness) yang meliputi daya tarik
fisik maupun non-fisik dari komunikator.
Faktor keahlian adalah tingkat penguasaan sumber yang dipersepsi
khalayak mengetahui jawaban yang benar dan tepat pada pokok
permasalahan. Keahlian bergantung pada keterlatihannya, pengalamannya,
kemampuannya dan status sosialnya, jadi seorang sumber dikatakan ahli
adalah seorang yang pengetahuannya diakui dan dipercaya tentang pokok
permasalahan. Sedangkan menurut McCroskey dalam Tubbs dan Moss
(1996 : hlm.61) mengatakan bahwa keahlian itu sama artinya dengan
keotoritarifian, yaitu keahlian komunikator mengenal subjek yang
9

disajikan, bagaimana pendapat khalayak mengenai kecerdasan


komunikator. Informasi yang dimilikinya, kompetensinya dan
kewibawaannya.
Kemudian mengenai faktor keterpercayaan dapat diartikan sebagai
tingkat pengakuan sumber yang dipersepsi sebagai yang memotivasi untuk
mengkomunikasikan pendiriannya tanpa prasangka. Oleh sebab itu sumber
yang dipercaya adalah suatu sumber yang objektif, suatu sumber yang
terpercaya dipersepsi juga oleh khalayak yaitu yang tidak memiliki maksud
untuk memanipulasi dan tidak mengambil keuntungan bila khalayak
menerima rekomendasi pesan. Berkaitan dengan faktor keterpercayaan
Effendy (2003:4344) mengatakan bahwa kepercayaan terhadap
komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya,
lebih dikenal dan disenangi komunikator oleh komunikan, lebih cenderung
komunikan untuk mengubah kepercayaannya ke arah yang dikehendaki
oleh komunikator. Kepercayaan pada komunikator mencerminkan bahwa
pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai dengan
kenyataan.

2.3 Analisis Kasus dari Kredibilitas Metro TV dalam melakukan


Pemberitaan Pilpres tahun 2019
2.3.1 Masihkah Kita Percaya Metro TV?

Gambar 2 1 – Surya Paloh menghadiri Syukuran HUT


Metro TV pada Desember 2018 (Foto: Medcom)
10

Kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menyampaikan


keberatan atas dilibatkannya Metro TV sebagai salah satu
penyelenggara Debat Capres pada 30 Maret 2019 nanti. Keberatan
itu didasari pada anggapan atas tidak berimbangnya stasiun televisi
berita tersebut.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-
Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak membenarkan bahwa pihaknya
telah melayangkan surat kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU)
mengenai keberatan BPN atas posisi Metro TV yang menjadi salah
satu penyelenggara debat ketiga Pilpres nanti.
Dahnil menjelaskan bahwa keberatan tersebut didasarkan
pada anggapannya bahwa Metro TV merupakan media yang bias
dalam Pemilu 2019 karena lebih dominan memberitakan Joko
Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin. Dahnil pun mendasarkan anggapan
tersebut pada evaluasi tahunan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
pada Metro TV yang mengingatkan agar media tersebut tetap
mengedepankan keberimbangan dan independensi. KPU sendiri
menyatakan telah menerima surat keberatan tersebut. Komisioner
KPU Hasyim Asy’ari menjelaskan bahwa keberatan tersebut akan
dibahas secara lebih lanjut dalam rapat.
Surat keberatan BPN tersebut juga ditanggapi oleh pihak
Metro TV. Menurut Pemimpin Redaksi televisi berlambang kepala
burung itu, Don Bosco, tuduhan biasnya media yang ia pimpin tidak
benar karena pihaknya sudah berulang kali mengundang kubu BPN
dalam program-program siarannya, tetapi sering kali tidak digubris.
Tentu pertanyaanya adalah mengapa kubu Prabowo-Sandi
mengkritik dan menolak Metro TV untuk menyelenggarakan Debat
Capres akhir Maret nanti? Lalu, apa dampak dari keberpihakan
media dalam Pilpres 2019 nanti?
11

Biasnya Media
Isu biasnya media dalam politik media juga beberapa kali
menjadi polemik, baik di Indonesia maupun negara-negara lain.
Anggapan keberpihakan media dalam politik berangkat dari
kepemilikan media-media di tangan tokoh atau kelompok yang
punya kepentingan politik, seperti tokoh dalam partai politik atau
yang beraliansi dengan identitas politik tertentu. Konteks ini pun
pada akhirnya sering berdampak pada bias pemberitaan jelang
kontestasi elektoral.
Ross Tapsell dari Australian National University pernah
menjelaskan mengenai penguasaan media oleh tokoh-tokoh politik
di Indonesia dalam tulisannya yang berjudul Indonesia’s Media
Oligarchy and the “Jokowi Phenomenon”.
Dalam tulisan tersebut, Tapsell menjelaskan bahwa
kekuasaan oligarki masih berlanjut dengan penguasaan media-media
di Indonesia, seperti Metro TV yang dimiliki oleh Surya Paloh dari
Partai Nasdem dan tvOne yang dimiliki oleh Aburizal Bakrie dari
Partai Golkar.
Nyatanya, konteks kepemilikan media yang dekat dengan
tokoh dan partai politik ini tidak hanya terjadi di Indonesia.
Beberapa negara juga mengalami persoalan yang sama.
Malaysia, misalnya. Beberapa media di negara tetangga
Indonesia itu dalam sejarahnya juga dimiliki oleh tokoh-tokoh partai
politik, seperti Utusan Malaysia dan Kosmo yang memiliki
hubungan dengan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO),
serta Berita Harian dan Harian Metro, The New Straits Times, TV3,
8TV, dan TV9 yang memiliki hubungan dengan Barisan Nasional
(BN).
Selain Malaysia, isu biasnya media juga pernah mencuat di
India. Cobrapost – sebuah media non-prot investigatif –
membongkar perusahaan-perusahaan media lain yang memiliki
12

kedekatan dengan partai yang berkuasa di India, yaitu Partai


Bharatiya Janata. Cobrapost pun menyerang media-media besar di
India, seperti The Times of India, The New Indian Express, dan India
Today Group yang dianggap memiliki kedekatan tersebut.
Di Nigeria yang baru saja melaksanakan Pilpres pada
Februari lalu, terdapat juga narasi tuduhan biasnya media. Kandidat
presiden Omoyele Sowore dari Partai Kongres Aksi Afrika (AAC)
mempertanyakan media yang jarang membahas kegiatan-kegiatan
kampanyenya.
Sowore pun menuduh media terlalu sering menghabiskan
waktunya untuk membahas dua kandidat terpopuler lainnya, yaitu
Muhammadu Buhari dari Partai Kongres Seluruh Orang Progresif
(APC) dan Atiku Abubakar dari Partai Demokratis Rakyat (PDP).
Pendukung-pendukung Sowore pun pernah berdemonstrasi
pada Channels TV – salah satu media di negara tersebut – akibat
tidak dilibatkannya Sowore dalam Debat Capres di Nigeria oleh
Nigeria Elections Debate Group (NEDG) dan Broadcasting
Organisations of Nigeria (BON). Debat Capres tersebut hanya
mengundang lima capres dari 78 kandidat yang ada.
Selain di Nigeria, salah satu media bias lain yang hingga saat
ini masih ramai dibicarakan adalah Fox News di Amerika Serikat
(AS). Media ini sering kali dianggap sebagai media yang sangat pro
kepada Partai Republik AS dan kepada Presiden Donald Trump.
Dalam konteks Pemilu AS 2016, Fox News sering kali
dianggap banyak menyudutkan Partai Demokrat dan Hillary Clinton
– kandidat lawan Trump kala itu. Clinton pun sempat menyebut Fox
News sebagai propaganda besar. Media milik perusahaan 20 Century
Fox itu juga dianggap masih terus memberitakan Clinton meskipun
telah kalah dalam Pemilu 2016.
Dengan demikian, jika berkaca dari contoh-contoh
keberpihakan media di berbagai negara, bisa jadi keberatan kubu
13

Prabowo-Sandi terhadap Metro TV merupakan hal yang wajar


karena media sendiri memiliki pengaruh dalam menentukan
preferensi pemilih dalam Pilpres. Dalam studi yang ditulis oleh
Junze Sun, Arthur Schram, dan Randolph Sloof, dijelaskan bahwa
bias media tentu memiliki dampak pada hasil jumlah suara dalam
Pemilu.
Sisi Lain Bias Media
Persoalan hubungan kandidat dengan media dalam kasus
BPN dan Metro TV ini sebenarnya bisa juga dilihat dari sisi
sebaliknya. Di AS misalnya, Trump nyatanya juga sering mengkritik
media lain dalam kampanye-kampanye politiknya.
Pria yang kini menjadi Presiden AS ke-45 itu pun berkali-
kali menyebut berbagai pemberitaan media tentang dirinya sebagai
berita palsu (fake news), musuh masyarakat, dan sumber yang tidak
dapat dipercaya. CNN adalah salah satu media yang kerap dicap fake
news oleh Trump.
Kritik Trump pun tidak hanya terbatas pada narasi. Beberapa
kali, jurnalis-jurnalis media berita diusir dan tidak diperbolehkan
masuk ke kegiatan-kegiatan kampanyenya, seperti yang terjadi
dalam kampanyenya di Iowa pada Juli 2016.
Nyatanya, upaya Trump untuk menegasikan media berita
yang sering kali memberitakan hal buruk tentang dirinya merupakan
cara yang cukup efektif dalam kampanye. Tentunya, penegasian
media ini cukup menguntungkan Trump.
Dalam polling yang dilakukan oleh CBS News, didapatkan
sekitar 91 persen pendukung kuat Trump mengatakan bahwa
kandidat dari Partai Republik itu memberi mereka informasi yang
akurat. Hal ini menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan Trump
terhadap media dapat membuat pendukungnya imun terhadap berita-
berita dari media yang mengkritiknya.
14

Kecenderungan pendukung Trump tersebut juga didukung


oleh penjelasan Jack Shafer dalam tulisannya di Politico. Shafer
menjelaskan bahwa penyerangan Trump terhadap media membuat
media kesulitan untuk memberikan framing isu terhadap
pendukung-pendukungnya.
Selain membuat pendukungnya imun terhadap berita-berita
negatif, Trump juga mendapatkan panggung melalui kritik-kritiknya
terhadap media dengan meningkatkan perhatian media itu sendiri
kepada dirinya. Jonathan Stray dari Columbia University dalam
tulisannya di NiemenLab, menjelaskan bahwa perhatian yang
meningkat terhadap kandidat di media juga dapat meningkatkan
jumlah dukungan suara. Stray melihat bahwa ketika ada peningkatan
penyebutan Trump di media dan hasil polling Trump juga turut
meningkat.
Selain itu, strategi Trump terhadap media ini juga
menguntungkan dalam beberapa hal lain. Shafer menjelaskan bahwa
kritik-kritik Trump terhadap media membuat perhatian media tidak
terfokus pada substansi-substansi tertentu – seperti isu lingkungan,
isu Laut Tiongkok Selatan, dan Perang Afghanistan – yang bukan
merupakan medan elektoral yang ingin dijamah olehnya.
Jika kita kaitkan kembali dalam konteks Pilpres 2019 dengan
berkaca pada strategi Trump, bisa jadi kubu Prabowo-Sandi
menggunakan cara yang sama seperti Trump. Menciptakan citra
media sebagai sumber yang tidak dapat dipercaya dapat membuat
pendukung-pendukung kuat Prabowo-Sandi menjadi imun terhadap
berita dari mediamedia tertentu, salah satunya Metro TV.
Media yang Seharusnya
Biasnya media mungkin dapat berdampak buruk bagi
pemilih. Berdasarkan analisis dan penghitungan dalam tulisan
Stephane Wolton yang berjudul “Are Biased Media Bad for
Democracy?”, dijelaskan bahwa pemilih dalam Pemilu lebih
15

mendapatkan informasi lengkap dalam lingkungan media yang tidak


bias, sedangkan akan menjadi kurang informasi apabila berada
dalam lingkungan media yang bias. Pemilih pun menjadi rentan
terperangkap dalam manipulasi informasi di media.
Selain itu, biasnya media juga memiliki konsekuensi politik.
Dalam kontestasi politik seperti Pilpres 2019, media yang bias dapat
membantu politisi-politisi untuk memperoleh suara lebih banyak
dalam Pemilu.
Mungkin, pengaruh media dalam Pemilu inilah yang
menyebabkan kubu Prabowo-Sandi mengkritik Metro TV. Strategi
kritik media milik Trump bisa saja digunakan juga oleh Prabowo-
Sandi untuk melindungi basis suaranya dari berita-berita negatif di
media-media yang kerap menyerang mereka.
Namun, kritik kubu Prabowo-Sandi ini bisa juga menjadi
cara untuk mendapatkan perhatian media. Dengan banyaknya
perhatian di media, Prabowo-Sandi dapat menaikkan suara untuk
memenangkan Pilpres 2019 tanpa menghabiskan banyak biaya
untuk iklan dan sejenisnya, meskipun petahana Jokowi memiliki
dukungan dari berbagai media besar seperti Metro TV atau MNC
Group milik Hary Tanoesoedibjo.
Mungkin, Metro TV perlu memutar otak kembali apabila
ingin menghapus citra yang sudah terlanjur terbentuk. Cara lain yang
bisa dilakukan mungkin dengan berhenti menjadi media bias agar
tidak rentan terhadap strategi serang media ala Trump.
Bagi pemilih, mungkin benar juga apa yang dikatakan oleh
legenda Hip-Hop Tupac Shakur di awal tulisan, bahwasannya di
tengah-tengah biasnya media, ada baiknya akal sehat kita sebagai
pemilih tidak terperangkap pada trik-trik kotor politisi di media.
(A43)
Bagi pemilih, mungkin benar juga apa yang dikatakan oleh
legenda Hip-Hop Tupac Shakur di awal tulisan, bahwasannya di
16

tengah-tengah biasnya media, ada baiknya akal sehat kita sebagai


pemilih tidak terperangkap pada trik-trik kotor politisi di media.
(A43)

2.3.2 Responden Mahasiswa


Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa metode penelitian antara lain yakni literatur pdf,
wawancara, dan analisis kasus.
1. Achmad Ramdhany Irdiansyah (1810631190034 – Mahasiswa
Ilmu Komunikasi Unsika 2018)
Sangat terlihat jelas sekarang juga keberpihakkan
tersebut. Surya Paloh jugakan musuh wartawan bagi Aliansi
Jurnalis Independen (AJI). KPI juga sudah menyatakan
bahwa mereka “tidak netral”. So, apalagi alasan untuk
percaya dengan mereka?
2. Mirvana Alfiyana (1810631190034 – Mahasiswa Ilmu
Komunikasi Unsika 2018)
Sebenarnya tidak hanya Metro TV saja yang memihak,
namun tv lain juga demikian, kecuali TVRI yang saat ini
masih netral. Jika bicara tentang Metro TV, untuk akhir-
akhir ini sangat disayangkan. Masyarakat itu butuh jawaban
informasi dari media. Namun Metro TV sendiri tidak bisa
menyuguhkan apa yang gamblang. Masih percaya atau tidak,
saya pribadi masih 50%-50%. Percaya nya karena mereka
selalu menyuguhkan informasi petinggi-petinggi mereka
dari sisi positif. Tidak percaya nya kadang dibalik
bermutunya suatu informasi terkesan ada sesuatu yang
dirahasiakan. Saya pikir, mungkin hal ini yang menyebabkan
Najwa Shihab keluar dari Metro TV.
17

3. Ady Triyuliansyah (1710631190019 – Mahasiswa Ilmu


Komunikasi Unsika 2017)
Kembali lagi kepada sebuah pertanyaan, “apakah media
harus netral?”. Perihal kredibilitas suatu media menurut
saya, semua media tidak akan sepenuhnya netral. Masalah
percaya atau tidak, itu bagaimana kita nya dalam menerima
informasi. Melihat media lain yang sekiranya bertolak
belakang itu penting untuk menimbang suatu informasi
sebelumnya.
4. Maulana Naseem Alwi (1710631190090 – Mahasiswa Ilmu
Komunikasi Unsika 2017)
Metro TV udah bukan rahasia umum tidak netral.
Pemiliknya juga ketua umum partai Nasdem, Surya Paloh.
Pemberitaan nya tidak hanya Nasdem terus, namun yang
pasti berpihak ke 01 terus, 02 nya kurang, dan juga tidak
sebagus 01 nya. Lalu, Metro TV paling sering menyudutkan
umat islam, memfitnah. Sehingga Metro TV menjadi salah
satu stasiun televisi yang saya tidak suka.

2.3.3 Analisis Kasus


Berdasarkan kasus dan tanggapan dari beberapa responden
yang telah penulis paparkan di atas, maka dapat terciptanya
beberapa analisis diantaranya adalah sebagai berikut.
• Dikutip dari CNN Indonesia, terbukti bahwa benar paslon 01
memasang lebih banyak iklan di Metro TV dibanding dengan
paslon 02. Hal ini dipaparkan oleh Anwari Natari, Program
Manager SatuDunia. Dengan demikian, maka visibility (jumlah
tingkat menonjolnya suatu berita) paslon 01 lebih dominating
dibanding paslon 02.
• Berbicara tentang audience salience (relevansi isi berita dengan
kebutuhan khalayak), dapat dianalisiskan bahwa berita-berita
18

yang ditayangkan oleh Metro TV dapat dikatakan masih


memenuhi kebutuhan khalayak tentang pilpres tahun 2019.
Kerap kali stasiun televisi tersebut menayangkan berita terkini
ataupun iklan campaign dari oposisi, meski kita tahu bahwa
Metro TV sedikit condong kepada petahana. Khalayak butuh
informasi politik yang sehat, tidak monoton, tidak hanya 1 topik
saja, maka dari itu seharusnya stasiun televisi tersebut
menyiarkan segala informasi politik yang ada.
• Lalu berikutnya ada valensi, yang menjelaskan tentang cara
pemberitaan suatu peristiwa. Metro TV dinilai cukup baik
dalam valensi atau cara pemberitaan suatu peristiwa nya.
Mereka punya newsacnhor handal dan berpengalaman, namun
sekali lagi itu tidak cukup bila isi pemberitaan nya masih
monoton karena tuntutan pimpinan. Dulu mereka punya acara
unggulan yakni Mata Najwa, dengan Najwa Shihab sebagai host
acara tersebut. Namun sekarang, kemana? Justru pindah ke
stasiun televisi sebelah.
Mengenai kredibilitas Metro TV, saya pikir benar bahwa
suatu kredibilitas dipengaruhi oleh agenda media suatu stasiun
televisi tersebut. Saat ini sepertinya publik sudah menunjukan
penurunan kredibilitasnya terhadap stasiun televisi tersebut,
mungkin dapat dikatakan menjadi 50% percaya - 50% tidak percaya.
Di luar politik, mungkin Metro TV masih dapat diterima dan
dipercaya publik. Namun ketika pemberitaan politik, terutama
pilpres, publik seolah ingin menolak mentah-mentah berita tersebut.
Karena agenda media yang dibuat oleh Metro TV telah menciptakan
suatu opini publik dalam masyarakat yang menggiring mereka untuk
perlahan tidak percaya terhadap kredibilitas stasiun televisi sekelas
Metro TV.
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Teori Agenda Setting adalah teori yang menyatakan bahwa media
massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan
media massa untuk mentransfer dua elemen, yaitu kesadaran dan informasi
ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta
perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Teori
Agenda Setting memiliki beberapa agenda di dalamnya, salah satunya
adalah konsep agenda media memiliki arti yaitu sebuah daftar hal-hal yang
disusun berdasarkan urutan kepentingannya, dengan yang paling penting
berada di tempat paling atas.
Agenda Media dibuat oleh media itu sendiri, agenda media juga
dapat membentuk sebuah opini publik dalam masyarakat yang nantinya
akan menggiring sikap masyarakat terhadap kredibilitas suatu media.

4.2 Saran
Adapun beberapa saran dari penulis untuk para pembaca mengenai
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Semoga media-media yang lainnya dapat menciptakan agenda media
yang baik, agar mendapat feedback yang baik dari publik.
2. Media harus netral? Tentu saja. Hal ini untuk menunjukan kualitas dan
mendapatkan kepercayaan atau kredibilitas dari publik.
3. Bersikap kritis dan selektif terhadap pemberitaan di televisi atau media
lainnya, terutama terkait pemberitaan politik. Hal ini juga agar kita tidak
termakan hoax.

19
DAFTAR PUSTAKA

A43, Pinter Politik. 2019. Masihkah Kita Percaya Metro TV?


(https://pinterpolitik.com/masihkah-kita-percaya-metro-tv/, diakses pada
tanggal 08 April 2019 pada pukul 21.18 WIB.
CNN Indonesia. 2019. Jokowi Lebih Banyak Beriklan di TV Ketimbang Prabowo,
(https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190410170958-32-
385035/jokowi-lebih-banyak-beriklan-di-tv-ketimbang-prabowo, diakses
pada tanggal 12 April 2019 pada pukul 23.41 WIB).
Fadillah, Katherine Eva. 2015. Agenda Media Dalam Yellow Newspaper, [pdf],
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32160/1/KATH
ERINE%20EVA%20FADILLAH-FDK1.pdf, diakses pada tanggal 09
April 2019 pada pukul 05.21 WIB).
Morissan. 2013. Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Bogor: Prenadamudia
Grup.
Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi, edisi 9. Jakarta:
Salemba Humanika.
Rahayu, Tri. 2014. Analisis Isi Kecenderungan Agenda Media Pemberitaan Jokowi
Sebagai Calon Pemimpin Autentik di Harian Umum Solopos Edisi 10 Mei-
8 Juli 2014, [pdf],
(http://eprints.ums.ac.id/39611/1/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf,
diakses pada tanggal 09 April 2019 pada pukul 20.38 WIB).
Ritonga, Elfi Yanti. 2018. Teori Agenda Setting dalam Ilmu Komunikasi, [pdf],
(http://ojs.uma.ac.id/index.php/simbolika/article/view/1460, diakses pada
tanggal 08 April 2019 pada pukul 19.33 WIB).
Unila, Digilib. 2014. Jurnal pdf, (http://digilib.unila.ac.id/9265/14/BAB%20I.pdf,
diakses pada tanggal 08 April 2019 pada pukul 22.10 WIB).
Winoto, Yunus. 2015. The Application of Source Credibility Theory in Studies
about Library Service, [pdf],
(http://ejournal.upi.edu/index.php/edulib/article/download/4393/3101,
diakses pada tanggal 09 April 2019 pada pukul 23.42 WIB).

20

You might also like