You are on page 1of 18

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : An.Y.H.Y

Umur : 2 Tahun 1 bulan

BB : 15 kg

Jenis kelamin : perempuan

Pendidikan terakhir :-

Pekerjaan :-

Alamat : Padang bulan

Suku : Papua

Bangsa : Indonesia

2. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama :

Demam

2. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien diantar keluarganya ke IGD RSUD Abepura dengan keluhan demam ± 3

hari SMRS, demam hilang timbul diserati menggigil dan di beri obat penurun

panas oleh orang tuanya , namun tidak ada perubahan. Sebelumnya pasien juga

sempat batuk 4 hari lalu, mual (-), muntah (-), Pilek (-).Sesak disangkal ibu

pasien. Ibu pasien juga mengeluhkan pasien rewel dan mulai malas makan dan

minum.

1
3. Riwayat Penyakit Dahulu:

 TB paru (-)

 Malaria (-)

 Riwayat alergi (-)

 Batuk (+)

 Demam (+)

 Pilek (+)

 Diare (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang sama.

5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Selama kehamilan ibu pasien tidak mengalami emesis ataupun masalah

kesehatan lainnya. Ibu pasien melakukan pemeriksaan kehamilannya ke

puskesmas hedam ± 5x. ibu pasien mengaku baru 1x dilakukan suntik TT saat

kunjungannya itu. Dalam persalinan, ibu pasien di rumah sakit.

6. Riwayat Sosial Ekonomi:

 Pasien tinggal dengan orangtuanya, saudaranya dan pamanya.

 Ayahnya bekerja sebagai pegawai dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

 Tidak ada pengaturan khusus dalam membelanjakan penghasilan dan

sebagian besar hanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

2
7. Riwayat Kebiasaan:

 Pasien adalah anak yang aktif, dan tidak pernah rewel

 Pasien dan keluarga beragama Kristen Protestan dan fungsi religi pada

keluarga cukup baik.

8. Data imunisasi

Riwayat imunisasi tidak lengkap, pasien mendapatkan imunisasi Hepatitis B,

BCG, Polio, dan DPT. Hal ini dikarenakan orang tua kurang memahami

informasi mengenai pentingnya imunisasi.

3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak lemas

Kesadaran : Kompos mentis

Gizi : Gizi Baik (berdasarkan WHO)

Tanda vital :

 N :112 x/menit

 RR: 48 x/menit

 T : 37,5 ºC

 SpO2 : 99%

Kepala :

 Normocepal

 Rambut coklat kekuningan

 Mata Cowong (-/-)

 Konjungtiva : anemis (-/-)

 Sklera : Ikterik (-/-)

 Telinga : dalam batas normal

3
Leher : Pembesaran KGB (-)

Dada

Inspeksi : datar, simetris, (-), sikatrik (-), retraksi (-)

Palpasi : nyeri tekan (-), iktus kordis tidak teraba. Dalam batas normal

Perkusi : Sonor dikedua lapangan paru, batas jantung normal

Auskultasi: Paru :Bronkovesikuler (+/+) N/N, whezing (-/-), Ronkhi (-/-)

Jantung:BJ1 - BJII regular, gallop (-), Murmur (-)

Abdomen : Inspeksi : Datar, sikatrik (-),

Palpasi : supel, nyeri tekan/lepas (-), hati dan limpa

Tidak membesar.

Perkusi : tympani

Auskultasi: Bising usus (+) N

Anggota gerak :

Superior : Edema (-/-), reflek fisiologis (+/+), reflek patologis (-/-), akral

hangat(+/+).

Inferior : Edema(-/-), reflek fisiologis(+/+),reflek patologis (-/-), akral hangat

(+/+)

4
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan Lab : 11-05-2019

Hb 8,5 g/dl

leukosit 9.82 (10^3/uL)

eritrosit 3.62 (10^6/uL)

HCT 24,1 %

PLT 119 (10^3/uL)

DDR positive plasmodium vivax ++++

5. DIAGNOSIS

Malaria vivax ++++

6. TERAPI

- IVFD D5 1/4 NS 40 tpm micro

- Inj artesunat 28 mg (0,12,24)

- Paracetamol drip 3x110 mg k/p

- Primaquin 1x ¼ tab (14 hari)

7. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : bonam

5
8. PENGAMATAN RUMAH

Gambar 1. Rumah bagian belakang

Gambar 2. Ruang Tamu

6
Gambar 3. Bagian Dapur

Gambar 4 Kamar Mandi

7
Gambar 5. Rumah bagian belakang

Gambar 6 : Rumah tampak dari sisi samping

8
Gambar 7 : pasien dan ibunya

Rumah pasien terletak di padang bulan berupa perumahan kontrakan beratap seng

dengan dinding tembok dan berlantaikan semen halus dan terdapat ruang tamu, 2 kamar

tidur, dan dapur, pasien dan keluarga mempunyai kamar mandi di dalam rumah. Ventilasi

dan pencahayaan hanya bersumber dari 2 buah pintu bagian depan dan belakang serta 3

buah jendela kecil di bagian ruang tamu dan kamar. Sirkulasi udara dan pencahayaan

baik untuk ruang tamu, dapur serta salah satu kamar tidur 1, sedangkan salah satu kamar

tidur lainnya sirkulasi udara dan pencahayaan kurang, masih terkesan gelap dan lembab

serta sempit. Sumber air bersih keluarga diperoleh dari air sumur bor. Di rumah tidak

memiliki tempat pembuangan sampah sementara, biasanya keluarga pasien membuang

sampah dengan memasukkan sampah ke kantong plastik, yang nantinya dibuang ke

tempat pembuangan sampah di pinggir jalan dan akan di angkut oleh petugas kebersihan

kota menggunakan truc tiap pagi.

9
9. PENGAMATAN LINGKUNGAN

Untuk limbah rumah tangga langsung dialiri ke Got terdekat yang memiliki lebar 2

m yang nantinya got tersebut langsung mengalir ke sungai terdekat yang jaraknya sekitar

100 meter dari rumahnya.Di lingkungan sekitar rumah terdapat hewan piaraan yang bebas

berkeliaran. Namun tampak Tidak terdapat banyak kotoran hewan di sepanjang jalan dan

di sekitar rumah pasien. Kesan kebersihan lingkungan di sekitar rumah kurang baik .

10. HASIL WAWANCARA/PENGAMATAN KELUARGA/HUBUNGAN

KELUARGA

Pasien tinggal dirumah dengan jumlah anggota keluarga 9 orang, yaitu ke 4 orang

saudarnya, 2 orang keponakannya, serta apaknya dan ibunya. Di keluarga tersebut

tidak memiliki penyakit yang serius.

11. HASIL WAWANCARA/ PENGAMATAN PERILAKU KESEHATAN

Perilaku kesehatan dalam keluarga pasien, dapat dikatakan kurang baik, Adapun

perilaku kesehatan (PHBS) dalam keluarga dapat diniliai melalui 10 kriteria yaitu :

1. Persalinan

Dalam hal persalinan, ibu pasien melahirkan di RS

2. Memberi ASI ekslusif

Ibu pasien mengaku memberikan ASI ekslusif kepada anaknya .

3. Menimbang balita setiap bulan

Ibu pasien jarang menimbang pasien setiap bulan ke posyandu terdekat.

4. Menggunakan air bersih

10
Pasien dan keluarganya menggunakan sumber air dari sumur bor yang dulunya

merupakan tempat rawa ( bekas timbunan)

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Pasien kurang memahami tentang budaya mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun, pasien hanya mencuci tangan sekedarnya saja.

6. Menggunakan jamban sehat

Di keluarga ini menggunakan kamar mandi sendiri

7. Memberantas jentik rumah sekali seminggu

Keluarga menampung air di dalam ember, dan di aliri ketika mau mengunakan

air.

8. Makan buah dan sayur setiap hari

Berhubung keadaan perekonomian keluarga ini tergolong rendah, untuk makan

buah dan sayur setiap hari jarang terlaksana

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Aktivitas fisik setiap hari dilakukan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan rumah

dan diluar rumah.

10. Merokok di dalam rumah

Di anggota keluarga ada yang merokok yaitu bapaknya pasien

12. ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK

a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah

Pada dasarnya rumah yang merupakan tempat tinggal adalah hal yang

sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar hanya

sebagai tempat tinggal untuk beristirahat, untuk melepas lelah setelah bekerja

seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat

11
untuk membangun kehidupan keluarga yang sehat dan sejahtera. Rumah yang

sehat dan layak untuk dijadikan tempat tinggal tidak harus rumah yang mewah

dan besar, namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat

dan layak di tempati bagi kehidupan keluarga. Rumah sehat adalah kondisi

fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan

penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal dan

baik. Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap

beberapa aspek yang sangat mempengaruhi terwujudnya rumah sehat, antara

lain :

 Tipe rumah

 Ventilasi

 Pencahayaan rumah

 Saluran pembuangan limbah

 Sumber air bersih

 Jamban memenuhi syarat

 Tempat sampah tertutup

 Rasio luas bangunan rumah dengan jumlah anggota keluarga

8m2/orang

Pada kasus ini, keadaan rumah pasien masih tergolong kurang dari kriteria

rumah sehat, karena pencahayaan dan pertukaran udaranya masih kurang

mencukupi untuk syarat rumah sehat. Dimana syarat rumah sehat yaitu :

- Memenuhi syarat kebutuhan fisik dasar penghuninya, seperti : temperatur,

penerangan, ventilasi dan kebisingan,

- Memenuhi syarat kebutuhan kejiwaan dasar penghuninya: health is begun at

home

12
- Memenuhi syarat melindungi penghuninya dari penularan penyakit: air bersih,

pembuangan sampah, terhindar dari pencemaran lingkungan dan lain-lain

- Memenuhi syarat melindungi penghuni dari kemungkinan bahaya dan

kecelakaan: kokoh, tangga tak curam, bahaya kebakaran, listrik, keracunan dan

lain-lain

Selain itu pada kasus ini ukuran luas rumah tidak memenuhi syarat rumah

sehat, keadaan dan kondisi rumah sangat mempengaruhi atau memperberat

penyakit yang diderita oleh pasien saat ini.

b. Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar

Pada kasus ini, Diagnosis penyakit pada pasien ini dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan sekitar tempat tinggalnya, dikarenakan penyakit pada pasien ini

termasuk ke dalam penyakit berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh lingkungan

sekitar dan keadaan rumah yang tidak bersih. Pada kasus penyakit ini dapat

berulang jika tidak diikuti dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih serta pola

hidup atau perilaku hidup yang sehat.

c. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga

Diagnosis penyakit pada pasien ini sangat berhubungan dengan kondisi pasien

dalam lingkungan.

d. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan

sekitar

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya

adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu

mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,

13
berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti

berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan

kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh

organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut

dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum

dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari

perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Dari pernyataan diatas, dapat

disimpulkan bahwa perilaku hidup sehat dan lingkungan yang bersih sangat

diperlukan dalam pencegahan diagnosis penyakit ini.

e. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis

Hubungan kausal pada diagnosis penyakit pasien ini karena kondisi pasien selama

pertumbuhannya kurang diperhatikan asupan gizi dalam masa menyusui. Saat

pasien lahir lingkungan dimana tempat pasien dibesarkan sangat tidak mendukung

pertumbuhan dan perkembangan anak.

f. Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko atau etiologi

Untuk mencapai status gizi yang baik maka harus ditunjang oleh tingkat

pengetahuan gizi yang baik serta pendapatan orang tua yang memadai untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena dengan pengetahuan tentang gizi yang

baik akan membuat orang tua dapat memilih dan memberikan makanan yang tepat

sesuai dengan asupan gizi yang dibutuhkan oleh anak agar gizinya menjadi

tercukupi.Serta juga harus diperhatikan faktor-faktor yang dapat memperberat

terjadinya gizi buruk terhadap anak.

14
13. EDUKASI PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA PASIEN DAN KEPADA

KELUARGA

 Memberikan penjelasan mengenai pentingnya kasih sayang ibu terhadap

anaknya, sehingga ibu mampu memberikan pola asuh dan stimulasi pada

pasien sehingga dapat memperbaiki tumbuh kembang pasien.

 Memberikan penjelasan kepada ibu tentang pentingnya perilaku hidup bersih

dan sehat.

 Memberikan penjelasan kepada Ibu pasien untuk rutin memeriksakan pasien

ke layanan kesehatan, dan segera melaporkan jika terdapat keluhan pada

pasien.

14. RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA

KELUARGA

 Memberi saran untuk melakukan tindakan pencegahan. Tindakan ini


mencakup upaya untuk menghindari frekuensi gigitan nyamuk, penggunaan
pakaian yang menutupi seluruh permukaan kulit, dan pemakain obat pengusir
nyamuk, pemasangan kawat nyamuk, penggunaan kelambu khususnya
kelambu yang sudah diberikan insektisida, dan pemberian kemoprofilaksis
pada kelompok berisiko tinggi (perempuan hamil, pelancong yang tidak
memiliki kekebalan, anggota ABRI, serta pekerja-pekerja proyek yang bekerja
di daerah endemis).
 Menjelaskan tentang penyakit, tanda-tanda, dan bahayanya.

 Menjelaskan tentang pentingnya memberikan makanan dengan teratur.

 Menjelaskan tentang penting memeriksakan ke sarana kesehatan bila terdapat

tanda bahaya umum

 Pentingnya memenuhi asupan gizi pada anak.

 Menjelaskan tentang pola asuh anak yang baik.

15
 Penanganan yang dilakukan pada pasien

 Hygiene perorangan, keluarga dan lingkungan

 Pentingnya menjaga kebersihan lingkungan

 Konsultasikan anak terkait imunisasi di puskesmas atau posyandu

15. ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG DAPAT

MEMBERI SEMANGAT ATAU MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN PADA

PASIEN

Cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:

1. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein,

lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal

10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya

karbohidrat.

2. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.

Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai,

segera konsultasikan hal itu ke dokter.

3. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada

petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah

sakit.

4. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang

tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya

bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu

meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting

lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi

yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan

16
secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang

permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

17
KESIMPULAN

Dalam penulisan ini didapati pentingnya menjaga lingkungan agar tetap bersih

untuk mencegah terjadinya Malaria . Demam merupakan masalah utama dalam kasus

ini, sehingga perlu untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dan konsumsi

makanan yang dimasak dengan bersih dan matang. Keadaan rumah yang sehat harus

memiliki standar-standar tertentu seperti air bersih, jamban yang layak, ventilasi udara

dan pecahayaan sinar matahari yang cukup, sehingga dapat terhindar dari penyakit.

dan memberi saran untuk melakukan tindakan pencegahan. Tindakan ini mencakup

upaya untuk menghindari frekuensi gigitan nyamuk, penggunaan pakaian yang

menutupi seluruh permukaan kulit, dan pemakain obat pengusir nyamuk, pemasangan

kawat nyamuk, penggunaan kelambu khususnya kelambu yang sudah diberikan

insektisida, dan pemberian kemoprofilaksis pada kelompok berisiko tinggi.

Terapi antimalaria yang diberikan artesunat 28 mg pada jam ke 0-12-24, DHP

1x 1/2 tablet selama 3 hari setelah pemberian artesunat sebanyak 3 kali dan pasien

mampu makan minum, dan primakuin 1x ¼ tab selama 14 hari .Pasien diedukasi

untuk mematuhi cara minum obat antimalaria yang benar dan mencegah gigitan

nyamuk saat pulang ke rumah.

18

You might also like