Professional Documents
Culture Documents
ANALISIS VEKTOR
DISUSUN OLEH :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat–Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah “Analisa
Vektor’’.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan Ibu Dr. Eva Marlina Ginting, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah Mekanika yang telah membimbing dalam
pembuatan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi pembaca.
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjumlahan dan pengurangan vektor.
2. Untuk mengetahui maksud dari vektor satuan.
1
3. Untuk mengetahui perkalian skalar dan vektor.
4. Untuk mengetahui kinematika partikel 2 dan 3 dimensi dalam koordinat
kartesis.
5. Untuk mengetahui aplikasi analisa vektor dalam kehidupan sehari-hari.
6. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan pelajar dalam menyelesaikan
vektor.
2
BAB. II
PEMBAHASAN
Matematika adalah bagian integral dari fisika, penting bagi kita untuk
memiliki pemahaman yang jelas tentang vektor dan mampu menggunakannya
secara teratur dan mudah. Untuk memastikan bahwa kita memahami terminologi
vektor dan simbolisme, kita mulai dengan tinjauan singkat analisis vektor. Vektor
adalah besaran yang mempunyai arah dan besar dalam ruang misalnya
perpindahan, kecepatan, percepatan, momentum dan medan listrik. Sedangkan
besaran lain yang hanya mempunyai besar dan tidak mempunyai arah seperti
jarak, kelajuan, massa, dan temperatur dinamakan skalar (Tipler, 1998). Vektor
biasanya diwakili oleh panah arah yang sama dengan kuantitas dan yang
panjangnya sebanding dengan kuantitas besarnya (Mueanploy, 2015).
3
b
r
a
Gambar 1.1 (Halliday dan Resnick, 1995)
P
Gambar 1.1(a) Gambar 1.1(b) Gambar 1.1(c)
4
A A
B C=A+B
B
A
C=A+B
B
Gambar 1.2
C
B
B
A
D D
C A
E = A + B +C +D
Gambar 1.3
4. Perbedaan vektor A dan B yang diwakili oleh A-B adalah vektor C yang
ketika ditambahkan ke B memberikan A, A-B dapat didefinisikan sebagai A +
(-B), jika A = B, maka AB didefinisikan sebagai nol atau zero vektor diwakili
oleh 0 ini memiliki besaran nol tetapi arahnya tidak didefinisikan.
5. Produk dari vektorA dengan skalarp adalah vektor pA atau Ap dengan
besarnya p kali besarnya A dan arah sama atau berlawanan dengan A menurut
sebagai p positif atau negatif, jika p = 0, pA = 0, vektor nol.
5
Penjumlahan dan Pengurangan Vektor Dua dan Tiga Dimensi
Z
Ay
𝐴 = 𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂𝐴 = 𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂
A
X
Ax
Y
Vektor satuan vektor memiliki satuan panjang disebut vektor satuan. Jika
A adalah vektor dengan panjangA > 0, maka A / A adalah vektor satuan yang
memiliki arah yang sama dengan A dan A = Aa.
Vektor satuan persegi panjang I, j, dan k adalah vektor satuan yang saling
tegak lurus memiliki arah x positif, y dan z sumbu sistem koordinat persegi
6
panjang (sesuai gambar 1.5), menggunakan tangan kanan persegi panjang sistem
koordinat kecuali ditentukan. Sistem tersebut berasal nama mereka dari kenyataan
bahwa hak berulir sekrup diputar melalui 900 dari Ox ke Oy akan maju dalam arah
z positif. Secara umum, tiga vektor A, B, dan C yang memiliki titik awal
bertepatan dan tidak Coplanar dikatakan membentuk sistem tangan kanan atau
sistem dextral jika hak berulir sekrup berputar melalui sudut kurang dari 1800 dari
A ke B akan maju n arah C (sesuai gambar 1.6).
A B
Komponen Vektor
khususnya, vektor posisi atau radius vektor atau vektor jari-jari r dari O ke titik
(𝒙, 𝒚, 𝒛) ditulis 𝒓 = 𝒙𝒊 + 𝒚𝒋 + 𝒛𝒌
7
dan memiliki magnitude𝒓 = |𝒓| = √𝒊𝟐 + 𝒋𝟐 + 𝒌𝟐
Dot atau skalar produk dari dua vektor A dan B, dilambangkan dengan
A.B (baca A dot B) didefinisikan sebagai produk dari besaran A dan B dan
cosinus sudut antara mereka, dalam simbol-simbol𝑨 . 𝑩 = 𝑨𝑩𝒄𝒐𝒔 𝜽, 𝟎 ≤ 𝜽 ≤ 𝝅
dicatat A . B yang merupakan skalar dan bukan vektor.
1. A . B = B . A
Hukum komutatif untuk dot produk
2. A . (B+C) = A . B + A . C
Hukum distributif
3. p(A . B) = (pA) . B = A . (pB) = (A . B) p
di mana p adalah scalar
4. 𝒊 . 𝒊 = 𝒋 . 𝒋 = 𝒌 . 𝒌 = 𝟏, 𝒊 . 𝒋 = 𝒋 . 𝒌 = 𝒌 . 𝒊 = 𝟎
5. Jika 𝑨 = 𝑨𝟏 𝒊 + 𝑨𝟐 𝒋 + 𝑨𝟑 𝒌 dan 𝑩 = 𝑩𝟏 𝒊 + 𝑩𝟐 𝒋 + 𝑩𝟑 𝒌, maka
𝑨 . 𝑩 = 𝑨𝟏 𝑩𝟏 + 𝑨𝟐 𝑩𝟐 + 𝑨𝟑 𝑩𝟑
𝑨 . 𝑨 = 𝑨𝟐 = 𝑨𝟐𝟏 + 𝑨𝟐𝟐 + 𝑨𝟐𝟑
𝑩 . 𝑩 = 𝑩𝟐 = 𝑩𝟐𝟏 + 𝑩𝟐𝟐 + 𝑩𝟐𝟑
6. Jika A . B = 0, A dan B tidak vektor nol, maka A dan B yang tegak lurus
Misalkan:
𝑨 = 𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂ dan 𝑩 = 𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂ , maka perkalian titik (dot)
dari kedua vektor tersebut adalah:
𝑨 . 𝑩 = (𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂) . (𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂)
𝑨 . 𝑩 = 𝐴𝑥 𝐵𝑥 𝑖̂ . 𝑖̂ + 𝐴𝑥 𝐵𝑦 𝑖̂ . 𝑗̂ + 𝐴𝑥 𝐵𝑧 𝑖̂. 𝑘̂ + 𝐴𝑦 𝐵𝑥 𝑗̂ . 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝐵𝑦 𝑗̂ . 𝑗̂ + 𝐴𝑦 𝐵𝑧 𝑗̂ . 𝑘̂
+ 𝐴𝑧 𝐵𝑥 𝑘̂ . 𝑖̂ + +𝐴𝑧 𝐵𝑦 𝑘̂ . 𝑗̂ + +𝐴𝑧 𝐵𝑧 𝑘̂ . 𝑘̂
8
z
𝑘⃗
𝑖 x
y
Gambar 1.8
Dari gambar 1.8 terlihat bahwa sudut yang dibentuk oleh dua vektor yang
sama adalah 00, sedangkan vektor yang berbeda membentuk sudut 900,
berdasarkan definisi vektor, maka:
𝑖̂ ∙ 𝑖̂ = |𝑖̂||𝑖̂| cos 0° = 1 ∙ 1 ∙ 1 = 1
𝑗̂ ∙ 𝑗̂ = |𝑗̂||𝑗̂| cos 0° = 1 ∙ 1 ∙ 1 = 1
𝑘̂ ∙ 𝑘̂ = |𝑘̂||𝑘̂| cos 0° = 1 ∙ 1 ∙ 1 = 1
𝑖̂ ∙ 𝑗̂ = |𝑨||𝑩| cos 90° = 1 ∙ 1 ∙ 0 = 0
𝑖̂ ∙ 𝑘̂ = |𝑨||𝑩| cos 90° = 1 ∙ 1 ∙ 0 = 0
𝑗̂ ∙ 𝑘̂ = |𝑨||𝑩| cos 90° = 1 ∙ 1 ∙ 0 = 0
Dapat disimpulkan:
𝑖̂ . 𝑖̂ = 𝑗̂ . 𝑗̂ = 𝑘̂ . 𝑘̂ = 1
𝑖̂ . 𝑗̂ = 𝑗̂. 𝑘̂ = 𝑘̂ . 𝑖̂ = 0
maka
𝑨 ∙ 𝑩 = 𝐴𝑥 𝐵𝑥 + 𝐴𝑦 𝐵𝑦 + 𝐴𝑧 𝐵𝑧
|𝑨 ∙ 𝑩| = |𝑨||𝑩| cos 𝜃
Contoh 1:
9
Jawab:
𝑨 ∙ 𝑩 = (𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2𝑘̂) ∙ (−2𝑖̂ + 3𝑗̂ − 𝑘̂ ) = −2 + 12 − 2 = 8
Contoh 2:
Jawab:
Perkalian Vektor
Cross atau produk vektorA dan B adalah vektorC= AxB (baca A cross B).
Besarnya AxB didefinisikan sebagai produk dari besaran A dan B sinus dari sudut
antara mereka. Arah vektor C = AxB tegak lurus terhadap bidang A dan B
sehingga A, B dan C dari sistem tangan kanan, dalam simbol-simbol, 𝑨 × 𝑩 =
𝑨𝑩 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝒖, 𝟎 ≤ 𝜽 ≤ 𝝅, di mana u adalah vektor satuan yang menunjukkan
arah AxB, jika A = B atau jika A sejajar dengan B, maka sin 𝜃 = 0 dan kita
mendefinisikan AxB = 0
1. AxB = BxA
(hukum komutatif untuk produk saling silang gagal)
2. Ax (B+C) = AxB + AxC hukum distributif
3. p(AxB) = (pA)xB = Ax(pB) = (AxB) p
di mana p adalah skalar
4. 𝒊 × 𝒊 = 𝒋 × 𝒋 = 𝒌 × 𝒌 = 𝟎, 𝒊 × 𝒋 = 𝒌, 𝒋 × 𝒌 = 𝒊, 𝒌 ×𝒊=𝒋
𝒊 × 𝒌 = −𝒋, 𝒌 × 𝒋 = −𝒊, 𝒋 × 𝒊 = −𝒌
5. Jika 𝑨 = 𝑨𝟏 𝒊 + 𝑨𝟐 𝒋 + 𝑨𝟑 𝒌dan 𝑩 = 𝑩𝟏 𝒊 + 𝑩𝟐 𝒋 + 𝑩𝟑 𝒌, maka
𝑖 𝑗 𝑘
𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪) = |𝐴1 𝐴2 𝐴3 |
𝐵1 𝐵2 𝐵3
10
6. |𝑨 × 𝑩| daerah genjang dengan sisi A dan B
7. Jika AxB = 0 dan A dan B tidak vektor nol, maka A dan B sejajar
Misalkan:
𝑨 = 𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂ dan 𝑩 = 𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂ , maka perkalian titik (dot)
dari kedua vektor tersebut adalah:
𝑨 . 𝑩 = (𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂) . (𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂)
𝑨 . 𝑩 = 𝐴𝑥 𝐵𝑥 𝑖̂ . 𝑖̂ + 𝐴𝑥 𝐵𝑦 𝑖̂ . 𝑗̂ + 𝐴𝑥 𝐵𝑧 𝑖̂. 𝑘̂ + 𝐴𝑦 𝐵𝑥 𝑗̂ . 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝐵𝑦 𝑗̂ . 𝑗̂ + 𝐴𝑦 𝐵𝑧 𝑗̂ . 𝑘̂
+ 𝐴𝑧 𝐵𝑥 𝑘̂ . 𝑖̂ + +𝐴𝑧 𝐵𝑦 𝑘̂ . 𝑗̂ + +𝐴𝑧 𝐵𝑧 𝑘̂ . 𝑘̂
axb
b
𝑘̂
𝑗̂ y
a x 𝑖̂
Gambar 1.9
Aturan
Jika arah perkalian searah putaran jarum jam maka bertanda negatif (-)
Jika arah perkalian melawan arah putaran jarum jam bertanda positif (+)
Dengan menggunakan definisi, maka diperoleh:
𝑖̂ ∙ 𝑖̂ = |𝑖̂||𝑖̂| sin 0° = 0
𝑗̂ ∙ 𝑗̂ = |𝑗̂||𝑗̂| sin 0° = 0
𝑘̂ ∙ 𝑘̂ = |𝑘̂||𝑘̂| sin 0° = 0
𝑖̂ ∙ 𝑗̂ = |𝑖̂||𝑗̂| sin 90° = 1 ∙ 1 ∙ 1 ∙ 𝑘̂ = 𝑘̂
11
𝑖̂ ∙ 𝑘̂ = |𝑖̂||𝑘̂ | sin 90° = 1 ∙ 1 ∙ 1 ∙ (−𝑗̂) = −𝑗̂
𝑗̂ ∙ 𝑖̂ = |𝑗̂||𝑖̂| sin 90° = 1 ∙ 1 ∙ 1 ∙ (−𝑘̂) = −𝑘̂
𝑗̂ ∙ 𝑘̂ = |𝑗̂||𝑘̂ | sin 90° = 1 ∙ 1 ∙ 1 ∙ 𝑖̂ = 𝑖̂
𝑘̂ ∙ 𝑖̂ = |𝑘̂||𝑖̂| sin 90° = 1 ∙ 1 ∙ 1 ∙ 𝑗̂ = 𝑗̂
𝑘̂ ∙ 𝑗̂ = |𝑘̂||𝑗̂| sin 90° = 1 ∙ 1 ∙ 1 ∙ (−𝑖̂) = −𝑖̂
Misalkan:
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂ 𝐴𝑦 𝐴𝑧 𝐴 𝐴𝑧 𝐴𝑥 𝐴𝑦
𝐴
𝑨×𝑩= | 𝑥 𝐴𝑦 𝐴𝑧 | = 𝑖̂ | | − 𝑗̀ | 𝑥 | + 𝑘̂ | |
𝐵𝑦 𝐵𝑧 𝐵𝑥 𝐵𝑧 𝐵𝑥 𝐵𝑦
𝐵𝑥 𝐵𝑦 𝐵𝑧
|𝑨 × 𝑩| = |𝑨||𝑩| sin 𝜃
Contoh 1:
Jawab:
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂ 3 −1 −2 −1 −2 3
𝑩 × 𝑪 = |−2 3 −1| = 𝑖̂ |1 | − 𝑗̀ | | + 𝑘̂ | |
1 1 1 1 1
1 1 1
Contoh 2:
Jawab:
12
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂ 3 4 1 4 1 3
𝑨 × 𝑩 = |1 3 4| = 𝑖̂ | | − 𝑗̀ | | + 𝑘̂ | |
−1 4 2 4 2 −1
2 −1 4
Triple Produk
Perkalian(𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪))
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂ 𝐵𝑦 𝐵𝑧 𝐵𝑥 𝐵𝑦
𝐵 𝐵𝑧
𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪) = 𝑨 ∙ |𝐵𝑥 𝐵𝑦 𝐵𝑧 | = 𝑨 ∙ (𝑖̂ | | − 𝑗̂ | 𝑥 | + 𝑘̂ | |)
𝐶𝑦 𝐶𝑧 𝐶𝑥 𝐶𝑧 𝐶𝑥 𝐶𝑦
𝐶𝑥 𝐶𝑦 𝐶𝑧
𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪) = (𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂)
Contoh 1:
Contoh 2:
13
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂ 4 2 1 4
1 2
𝑪 ∙ (𝑨 × 𝑩) = 𝑪 ∙ | 1 4 2 | = 𝑪 ∙ (𝑖̂ |3 −1| − 𝑗̂ |−2 −1| + 𝑘̂ |−2 3
|)
−2 3 −1
𝑪 ∙ (𝑨 × 𝑩) = 𝑪 ∙ (𝑖̂(−4 − 6) − 𝑗̂(−1 + 4) + 𝑘̂(3 + 8))
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂
𝑨× (𝑩 𝐵
× 𝑪) = 𝑨 × | 𝑥 𝐵𝑦 𝐵𝑧 |
𝐶𝑥 𝐶𝑦 𝐶𝑧
𝐵𝑦 𝐵𝑧 𝐵 𝐵𝑧 𝐵𝑥 𝐵𝑦
= 𝑨 × (𝑖̂ | | − 𝑗̂ | 𝑥 | + 𝑘̂ | |)
𝐶𝑦 𝐶𝑧 𝐶𝑥 𝐶𝑧 𝐶𝑥 𝐶𝑦
𝑨 × (𝑩 × 𝑪) = (𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂)
Contoh:
14
𝑨 × (𝑩 × 𝑪) = 𝑖̂(−22) − 𝑗̀(−13) + 𝑘̂(−15) = −22𝑖̂ + 13𝑗̂ − 15𝑘̂
Perkalian Tripel
𝐴1 𝐴2 𝐴3
𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪) = |𝐵1 𝐵2 𝐵3 |
𝐶1 𝐶2 𝐶3
Di mana 𝑨 = 𝑨𝟏 𝒊 + 𝑨𝟐 𝒋 + 𝑨𝟑 𝒌, 𝑩 = 𝑩𝟏 𝒊 + 𝑩𝟐 𝒋 + 𝑩𝟑 𝒌,
Kita peroleh 𝐴 ∙ (𝑩 × 𝑪) = 𝑩 ∙ (𝑪 × 𝑨) = 𝑪 ∙ (𝑨 × 𝑩) 𝑨 × (𝑩 × 𝑪) =
(𝑨 ∙ 𝑪)𝑩 − (𝑨 ∙ 𝑩)𝑪 , kemudian 𝑨 × (𝑩 × 𝑪) = (𝑨 ∙ 𝑪)𝑩 − (𝑨 ∙ 𝑩)𝑪, 𝑨 ×
(𝑩 × 𝑪) ≠ (𝑨 × 𝑩) × 𝑪.
Jika untuk setiap nilai dinilai variabel skalar u sesuai arah vektor𝑨(𝑢) atau
disingkat A, kemudian 𝑨(𝑢) disebut fungsi dari vektor u. Turunan dari u adalah
𝑑𝑨 𝑨(𝑢 + ∆𝑢) − 𝑨(𝑢)
= 𝑙𝑖𝑚∆𝑢→0
𝑑𝑢 ∆𝑢
Ada batas limit, jika 𝐴(𝑢) = 𝐴1 (𝑢)𝑖 + 𝐴2 (𝑢)𝑗 + 𝐴3 (𝑢)𝑘
Demikian pula diketahui lebih tinggi turunannya, misalnya contoh kedua yang
𝑑2 𝐴 𝑑2 𝐴1 𝑑2 𝐴2 𝑑2 𝐴3
𝑨(𝑢) jika diberi 𝑑𝑢2 = 𝑖+ 𝑗+ 𝑘
𝑑𝑢2 𝑑𝑢2 𝑑𝑢2
Misalnya apakah Φ(𝑢) adalah skalarfungsi dan 𝑨(𝑢) dan 𝑩(𝑢) adalah vektor,
kemudian,
𝑑 𝑑𝐴 𝑑𝜙
(𝚽𝑨) = 𝚽 + 𝑨
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢
15
𝑑 𝑑𝐵 𝑑𝐴
(𝐀. 𝐁) = 𝐀 + ∙𝑩
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢
𝑑 𝑑𝐴 𝑑𝐴
(𝐀 × 𝐁) = 𝐀 + ×𝑩
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢
Sebuah vektor fungsi dari u. Kita mendefinisikan integral tak tentu dari
𝑨(𝑢)seperti ∫ 𝑨(𝑢)𝑑𝑢 = 𝑖 ∫ 𝐴1 (𝑢)𝑑𝑢 + 𝑗 ∫ 𝐴2 (𝑢)𝑑𝑢 + 𝑘 ∫ 𝐴3 (𝑢)𝑑𝑢.
𝑑
Jika ada perantara fungsi 𝑩(𝑢) yang 𝑨(𝑢) = 𝑑𝑢 {𝑩(𝑢)} kemudian
𝑑
∫ 𝑨(𝑢)𝑑𝑢 = ∫ {𝑩(𝑢)}𝑑𝑢 = 𝑩(𝑢) + 𝑪
𝑑𝑢
Di mana C adalah sebuah aturan vektor tetap tidak tergantung dari u. Yang
terpenting dari limits yaitu 𝑢 = 𝛼 dan 𝑢 = 𝛽 adalah dalam seperti di kalkulus
dasar, diperoleh
𝛽 𝛽
𝑑
∫ 𝑨(𝑢)𝑑𝑢 = ∫ {𝑩(𝑢)}𝑑𝑢 = 𝑩(𝑢) + 𝑪]𝛽𝛼 = 𝑩(𝛽) − 𝑩(𝛼)
𝑑𝑢
𝛼 𝛼
Integral taktentu bisa juga didefinisikan sebagai sebuah limit dari yang sama
seperti di kalkulus dasar.
16
A. Posisi
Diamati gerak sebuah titik massa dan posisinya pada saat t ditulis dalam
vektor posisi r(t). Titik bergerak dari sebuah titik acuan tetap O ke posisi P, yaitu
posisi titik massa pada saat t. Jika titik massa bergerak, r akan berubah terhadap
waktu, sehingga gambaran titik-titik yang dibentuk oleh titik massa mempunyai
vektor posisi r(t) merupakan sebuah kurva lintasannya dalam waktu t (Musback,
1995).
Posisi dari suatu partikel di dalam suatu sistem koordinat pada gambar 1.10,
dapat di nyatakan dengan vektor posisi dalam dua dimensi r = xi + yj .
Gambar 1.10
Partikel bergerak dari posisi pertama r1 ke posisi kedua r2 melalui lintasan
sembarang (tidak harus lurus).Pergeseran merupakan suatu vektor yang
menyatakan perpindahan partikel dari posisi pertama ke posisi kedua melalui garis
lurus. Pergeseran didefenisikan : Δr = r2 – r1. Jika partikel bergerak dari posisi
pertama r1 ke posisi kedua r2 melalui lintasan sembarang (tidak harus lurus),
partikel dapat dikatakan pergeseran/ perpindahan.Seperti pada gambar 1.11.
Gambar 1.11
Posisi dari suatu partikel didalam ruang tiga dimensi pada koordinat
kartesis dapat dinyatakan dengan vektor posisi yaitu:
̂
r = x𝑖̂+ y𝒋̂ + z𝒌
17
perbedaan vektor posisi antara waktu t1 dan t2adalah pergeseran titik massa
pada saat tersebut:
Δr = rt2 – rt1
Dengan besar vektor r adalah :
r = √𝑥1 + 𝑦 2 + 𝑧 3
Contoh :
sebuah partikel bergerak dari titik D (2,4,2) ke titik N (4,6,8). Tentukan vektor
posisi partikel tersebut ketika berada di D dan di N. Hituglah vektorr perpindahan
dari D ke N serta besar vektor perpindahan tersebut?
Jawab :
Vektor posisi titik D, rD = 2𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2k dan vektor posisi titik N, rN = 4𝑖̂ + 6𝑗̂ + 8k
adalah:
rD = 2𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2k
rN = 4𝑖̂ + 6𝑗̂ + 8k
vektor pepindahan dari D ke N adalah ∆𝑟 yang diperoleh dari:
∆𝑟 = rN - rD
∆𝑟 = (4𝑖̂ + 6𝑗̂ + 8k) – (2𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2k)
∆𝑟 = 2𝑖̂ + 2𝑗̂ + 6k
Besar vektor ∆𝑟 adalah:
∆𝑟 = √22 + 22 + 62
∆𝑟 = √44
∆𝑟 = 2 √11 meter
B. Kecepatan
Menurut Ganijanti (2002), kecepatan artinya jarak yang ditempuh dalam
∆𝑟
satuanwaktu, secara vektor dapat ditulis 𝑣 = ∆𝑡 . Karena 𝑟 besaran vektor dan ∆𝑡
∆𝑟
besaran skalar maka v adalah besaran vektor, dinamakan juga kecepatan rata-
∆𝑡
rata, 𝑣 rata-rata mempunyai arah sama dengan arah ∆𝑟. Jika dibuat vektor satuan
𝑢̂ pada garis P0 P1, pada gambar 1.12 maka:
18
Gambar 1.12 Vektor Pergeseran ∆𝑟.
∆𝑟 = |∆𝑟|𝑢̂ = ∆𝑟𝑢̂
∆𝑟 ∆𝑟
= 𝑢̂ = 𝑣 𝑢̂ = 𝑣
∆𝑡 ∆𝑡
∆𝑟
Jadi 𝑣 = = 𝑣𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
∆𝑡
19
Maka kecepatan partikel dalam ruang dua dan tiga dimensi adalah:
∆𝑟
v = ∆𝑡
∆𝑥𝑖+ ∆𝑦𝑗
v= ∆𝑡
∆𝑥𝑖+ ∆𝑦𝑗+ ∆𝑧𝑘
v= ∆𝑡
Kecepatan Relatif
Bila suatu partikel bergerak dalam suatu kerangka P1 dan kerangka
tersebut juga bergerak terhadap kerangka lain P2 dengan kecepatan masing-
masing v1 dan v2, maka secara vektor ditulis :
V P1/P2 = v2 – v1 kecepatan relatif P2 terhadap P1
Contoh :
Dua partikel mempunyai vektor posisi r1 = 2 t 𝑖̂ – t2𝑗̂ + (3t2 – 4t) k dan r2 = (5t4 –
12t + 4) 𝑖̂ + t3 𝑗̂ – 3tk. Tentukanlah kecepatan relatif kedua partikel pada t=3
sekon?
Jawab:
𝑑𝑟1
V1 = 𝑑𝑡
𝑑
V1 = 𝑑𝑡 (2 t 𝑖̂ – t2𝑗̂ + (3t2 – 4t) k)
V1 = 2 𝑖̂ – 2t 𝑗̂ + (6t – 4) k
Pada saat t= 3 sekon, v1 = 2 𝑖̂ – 2(3) 𝑗̂ + (6(3) – 4) k = 2 𝑖̂ – 6 𝑗̂ + 14 k
20
𝑑𝑟2
V2 = 𝑑𝑡
𝑑
V2 = 𝑑𝑡 (5t4 – 12t + 4) 𝑖̂ + t3𝑗̂ – 3tk)
C. Percepatan
Menurut Tipler (1998), Percepatan adalah perubahan kecepatan persatuan
waktu.
Percepatan Rata-rata
jika partikel bergerak dalam bidang ruang tiga dimensi, maka percepatan
rata-rata partikel adalah :
∆𝑣𝑥 ∆𝑣𝑦 ∆𝑣𝑧
a= 𝑖+ 𝑗̂ + 𝑘
∆𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡
21
𝑑2 𝑟 𝑑2 𝑥 𝑑2 𝑦 𝑑2 𝑧
a= 𝑑𝑡 2 = 𝑑𝑡 2 𝑖 + 𝑑𝑡 2 𝑗 + 𝑘
𝑑𝑡 2
Contoh :
Persamaan kecepatan sebuah partikel adalah v (t) = 2ti + (1+3t2) j + 3t2k.
Tentukan percepatan rata-rata dalam selang waktu t=0 sampai t = 2?
Jawab :
V (0) = 2 (0) i + (1+3(02)) j + 3(02) k = j m/s
V (2) = 2 (2) i + (1+3(22)) j + 3 (22) k = 4 i + 13 j + 12 k m/s
∆𝑣 = v2 – v1 = (4i + 13 j + 12k) – j = 4 i + 12j + 12k m/s
∆𝑡 = t2 – t1 = 2-0 = 2 sekon
∆𝑣 4i+12j+12k
a = ∆𝑡 = = 2 i + 6 j +6 k m/s2
2
Percepatan Relatif
Jika dua partikel P1 dan P2 bergerak masing-masing dengan percepatan a1
dan a2 , maka secara vektor dinyatakan :
a P2/P1 = a2 – a1 percepatan relatif terhadap P1
Contoh :
Dua partikel mempunyai percepatan a1 = 2𝑖̂ – 2 + 𝑗̂ + (6t – 4) k dan a2 =
(20t3 – 12)𝑖̂+ 3t2𝑗̂ – 3 k. Tentukan percepatan relatif kedua partikel pada
saat t = 0 ?
Jawab :
Pada t = 0
A1 = 2𝑖̂ – 2 (0) 𝑗̂ + (6(0)- 4) k
A1 = 2𝑖̂ – 4k m/s2
A2 = (20(03) – 12)𝑖̂ + 3 (02)𝑗̂ – 3k
A1 = - 12𝑖̂ – 3k m/s2
a P2/P1 = a2 – a1
a P2/P1 = (-12𝑖̂ -3k) – (2𝑖̂ - 4)
a P2/P1 = -14𝑖̂+ k m/s2
22
2.5. Aplikasi Analisa Vektor dalam Kehidupan Sehari-hari
Banyak sekali aplikasi vektor dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya
sebagai berikut:
Ketika penerjun menjatuhkan diri
dari kapal, tempat ia jatuh tidak
tepat di bawah kapal, tetapi jauh
melenceng karena adanya dua
vektor gaya yaitu gaya gravitasi
dan gaya dorong angin.
Saat perahu menyebrangi sebuah sungai, maka kecepatan gerak perahu yang
sebenarnya merupakan kecepatan gerak perahu dan kecepatan air.
Saat seorang pemuda mendorong
sebuah piano menggunakan
lengannya dengan membentuk
vektor, maka akan mempermudah
piano tersebut terdorong.
23
Metode vektor juga diaplikasikan
terhadap orang yang sedang
bermain layang-layang. Sehingga
arah layang-layang yang sedang
terbang tidak lurus terhadap
orang yang memegang tali
layangan. Dengan demikian
orang tersebut dapat melihat
layangan lebih jelas karena ada
pengaruh vektor.
24
Penggunaan mesin pemotong
rumput menggunakan aplikasi
analisa vektor.
25
Aplikasi vektor ini juga digunakan dalam energi listrik yang dapat
dikonversikan melalui matlab.
Dalam teknik listrik, khususnya dalam Sistem Tenaga Listrik, bilangan
kompleks digunakan secara luas sepanjang. Lebih khusus dalam
Konversi Energi Listrik ada konsep yang disebut "bergulir medan
magnet ”, yang hanya menggambarkan bagaimana stator dari mesin
listrik menghasilkan putaran Medan gaya. Konsep ini dimodelkan
dengan seperangkat persamaan diferensial dan dengan beberapa
manipulasi kita sampai pada satu set vektor. Vektor-vektor ini pada
gilirannya menunjukkan bidang berputar di ruang angkasa
(Osorno:2002).
26
bahwa siswa yang menyelesaikan kursus listrik dan magnet (kursus pengantar
terakhir di lembaga ini) masih mengalami kesulitan dengan perkalian skalar
negatif dari vektor. Menurut Jana (2018) kesulitan mahasiswa terdapat pada
pemahaman konsep dalam vektor yang cukup kompleks.
Penelitian Suharti dan Ismet (2017) menyimpulkan ada 3 kesalahan.
Kesalahan siswa dalam melakukan penjumlahan vektor secara geometri
disebabkan karena belum memahami dengan baik vektor dan anti vektor.
Kesalahan siswa dalam melakukan penjumlahan vektor secara analitis
disebabkan karena siswa tidak dapat menggambarkan penguraian semua
vektor ke dalam komponenkomponennya, dan juga kesalahan dalam
melakukan operasi matematika. Kesalahan siswa dalam melakukan operasi
perkalian titik disebabkan karena siswa sering memperlakukan perkalian titik
(dot product) antara dua buah vektor sama dengan perkalian skalar sehingga
tidak memperhitungkan sudut antara kedua vektor.Penelitian oleh Sari dkk
(2017) menunjukan bahwa hasil pemahaman siswa dalam katagori baik.
Muzaky dan Handhika (2015) menyatakan bahwa alat peraga sederhana
berbasis teknologi daur ulang dapat meningkatkan pemahaman konsep vektor
kepada siswa. Selanjutnya Suwandi (2015) mengemukakan ada beberapa
pengembangan yang dirinya lakukan mengenai hasil kali titik dan hasil kali
silang pada vektor di ruang dimensi dua dan tiga yaitu sebagai berikut:
1. Menginterpretasikan secara geometri perkalian titik dan silang pada
vektor.
2. Membuktikan formula selisih sudut cosinus dan jumlah sudut
cosinus dengan pendekatan hasil kali titik pada vektor.
3. Mengaitkan hasil kali titik dan silang dengan determinan
27
BAB III
KESIMPULAN
3.1. KESIMPULAN
1. Vektor adalah besaran yang mempunyai arah dan besar dalam ruang.
2. Vektor satuan vektor memiliki satuan panjang disebut vektor satuan.
3. Perkalian Skalar dan Vektor terdiri dari dua jenis yaitu perkalian dot dan
cross.
4. Kinematika adalah ilmu yang mempelajari geometri gerak dan digunakan
untuk menghubungkan perpindahan, kecepatan, percepatan dan waktu tanpa
mengetahui penyebab geraknya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Barniol, Pablo., & Zavala, Genaro. 2012. Students' Difficulties with Unit Vectors
and Scalar Multiplication of a Vector.
Four, R.De., & Wadi, T. 2014. Vector Analysis and Equivalent Circuit of a
Three-Phase Motor Stator. International Journal of Advanced Research in
Electrical,Electronics and Instrumentation Engineering, 3(8), 10931 - 10938
Muzaky, Ahmad Furqon., & Handhika, Jeffry. 2015. Penggunaan Alat Peraga
Sederhana Berbasis Teknologi Daur Ulang Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Materi Vektor Dalam Kelas Remedial Smkn 1
Wonoasri Tahun Pelajaran 2014/2015, 6(1), 129-134
iii
Sari, Witri Puspita., Suyanto, Eko., & Suana, Wayan. 2017. Analisis Pemahaman
Konsep Vektor Pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06(2), 159-168
Susiharti & Ismet. 2017. Studi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal
Vektor Di Sma Negeri 1 Inderalaya. Jurnal Inovasi Dan Pembelajaran
Fisika, 99-105
Suwandi. 2015. Pengajaran Hasil Kali Titik Dan Hasil Kali Silang Pada Vektor
Serta Beberapa Pengembangannya. Jurnal Ilmiah Edu Research, 4(1), 1-8
Tipler, P.A. 1998. FISIKA Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
iv