System (QMS)”. Karena latar belakang beliau yang berada di bidang industri pesawat, maka materi yang disampaikan adalah manajemen kualitas yang berkaitan dengan industri pesawat. Dasar dari kualitas dalam industri penerbangan adalah Safety. Dari Safety tersebut akan muncul reliability, dan dari reliability itulah “Quality of Service” dari industri penerbangan muncul. Quality of Service dari dunia penerbangan diibaratkan dengan ilustrasi Nenek Nenek yang meletakkan vas bunga di jendela. Satu nenek berada di lantai satu, sedangkan nenek lainnya berada di lantai tiga. Kedua nenek itu sama sama tidak sengaja menjatuhkan vas bunga tersebut. Ukuran vas bunga tersebut sama, namun ternyata risiko yang ditimbulkan dari kedua ilustrasi tersebut sangat berbeda. Hal itu menggambarkan bahwa penyebab dan konsekuensi kesalahan operasional tidak selalu linier dalam besarnya. Proses yang sam mungkin menghasilkan output yang mirip, namun dampak yang ditimbulkan akan sangat berbeda. Sistem manajemen mutu (QMS) dalam industri penerbangan dimaksudkan untuk secara sistematis memastikan kecukupan prosedur perusahaan, mendorong peningkatan operasional yang berkelanjutan, dan menjamin tingkat keselamatan dan kelaikan terbang dalam level paling tinggi. Karena pentingnya QMS ini, maka laporan atas penerapan QMS dan Safety dalam dunia penerbangan ini selalu dilakukan kepada CEO. Kualitas yang penting dijaga oleh dunia penerbangan antara lain: a. Operationally Excellent b. Commercially Excellent c. Financially Excellent Ketiga hal tersebut harus dimiliki oleh industri penerbangan yang bergerak terutama di era disrupsi sekarang. Hal itu diadopsi oleh PT. Airfast Indonesia yang kemudian dicantumkan ke dalam nilai nilai perusahaan seperti Excellence, Customer Focus, Integrity, Teamwork, Safe, dan Legal. Menurut Bapak Arif, Kualitas adalah secara konsisten melampui ekspektasi pelanggan, secara berkelanjutan menurunkan cacat produk dan ketidak-efisienan pada proses, serta secara berkelanjutan mengurangi variabilitas hasil. Intinya, kualitas adalah kekonsistenan. Dalam dunia penerbangan, Quality Management System (QMS) erat hubungannya dengan Safety Management System (SMS). Berikut adalah matriks antara QMS dan SMS SMS QMS
•Quality Assurance •Safety Assurance
•Quality Control •Hazard Identification and Risk •Quality Culture Control •Compliance with Requirements •Safety Culture •Perspective •Acceptance level of safety •Standards & Spesifications performance •Reactive greater than Proactive •Performance-based •Organizational and human factors •Proactive greater than predictive Dalam manajemen kualitas, tentu saja bisa dijumpai kesalahan. Di dalam industri penerbangan kesalahan operasional sering dihubungkan dengan kesalahan manusianya. Seperti yang diketahui bersama industri penerbangan adalah industri yang mengutamakan faktor keselamatan dan sistem yang digunakan dalam pesawat sudah diperhitungkan dan selalu memiliki sistem cadangan bila terjadi kegagalan pada sistem utama. Kesalahan manusia dianggap sebagai faktor yang berkontribusi paling besar dalam sebagian besar kecelakaan atau kegagalan dalam penerbangan. Bahkan personel yang berkompeten dan berpengalaman tinggi juga bisa melakukan kesalahan. Kesalahan harus diterima sebagai komponen normal dari sistem apa pun di mana manusia dan teknologi berinteraksi. Beberapa kesalahan yang melibatkan manusia sehingga menyebabkan kegagalan dalam dunia penerbangan antara lain: kurangnya komunikasi, perhatian yang teralih, kurangnya sumber daya, stres, kepuasan atas diri sendiri yang menyebabkan kelalaian, kurangnya kerja sama, tekanan pekerjaan, kurangnya kewaspadaan, kurangnya pengetahuan, kelelahan, kurangnya ketegasan, norma. Sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan kontrol dan penjaminan atas kualitas. Dua hal tersebut lazim disebut dengan Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC). Jaminan kualitas (QA merupakan fungsi audit internal, yang fungsinya adalah untuk memastikan semua proses operasional telah sesuai untuk memenuhi persyaratan yang diberikan. QA dilakukan oleh orang atau organisasi yang secara fungsional independen (berdiri sendiri) yang bukan merupakan bagian dari proses teknis yang dievaluasi.