You are on page 1of 13

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Oleh:
Nama : Wiwi Meilani
NIM : B1A017101
Rombongan :I
Kelompok :2
Asisten : Siti Masrifah

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem ekskresi adalah suatu proses pengeluaran zat-zat sisa berupa urin,
keringat dan air yang tidak digunakan lagi. Kegunaan dari sistem ekskresi ini adalah
menjaga konsentrasi ion-ion, kandungan osmotik, dan keseimbangan cairan dalam
tubuh, serta membuang sisa metabolisme (Dahelmi, 1991). Sistem ekskresi terdiri
dari ginjal, ureter, kantong kemih dan uretra, dengan menghasilkan urin yang
membawa berbagai produk sisa metabolisme untuk dibuang (Juncquiera, 1997).
Ginjal merupakan suatu kelenjar yang terletak di belakang dari kavum
abdominalis di belakang peritonium. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-
zat toksis atau racun, mempertahankan suasana racun (keseimbangan racun),
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh,
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari produksi ureum, kreatinin dan
amoniak. Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi. Kapsula bowman berfungsi
untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Urin berasal dari darah yang dibawa
arteri renalis masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel
darah dan plasma darah (Dahelmi, 1991).
Ginjal terletak di belakang rongga perut (retroperitoneal), berada di bawah
sekat rongga dada belakang (diafragma). Ginjal sebelah kanan umumnya sedikit
lebih rendah dari yang kiri. Hal ini disebabkan adanya bagian bawah lobus kanan
hati yang menjorok ke bawah. Dalam setiap ginjal terdapat lebih kurang satu juta
unit nefron yang terdiri dari jaringan pembuluh darah yang bergelung dengan ujung
awal (arteriole afferent) dan ujung akhir (arteriole efferent) tempat lalunya aliran
darah dan zat makanan. Gelungan ini dikenal sebagai glomerolus. Glomerolus
dibungkus oleh satu lapisan sel disebut kapsula Bowman yang akan menjadi tempat
filtrasi atau penyaring bahan-bahan yang dibawa dalam peredaran darah (Syaifuddin,
2000). Ginjal mampu menyaring 120 ml darah dalam satu menit pada kedua ginjal
sehingga dalam waktu 24 jam akan tersaring 172,8 liter darah setiap hari. Proses
penyaringan tersebut akan menghasilkan 1,5 liter urin sehingga cairan yang diserap
kembali mencapai 177,3 liter. Ginjal merupakan organ terpenting untuk
mempertahankan homeostasis cairan tubuh yaitu dengan cara mengatur volume
cairan, keseimbangan osmotik, asam basa, filtrasi, ekskresi sisa metabolisme, sistem
pengaturan hormonal dan reabsorbsi bahan-bahan yang masih dibutuhkan oleh
tubuh. Ginjal kiri lebih panjang dari ginjal kanan. Berat ginjal pada pria dewasa
adalah 150-170 gram dan wanita dewasa 115-155 gram (Syaifuddin, 2000).
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan sebagai indeks fungsi ginjal yang
dapat diukur secara tidak langsung dengan meggunakan perhitungan kliners ginjal.
Kliners adalah volume plasma dan mengandung semua zat yang larut melalui
glomerulus serta dibersihkan dari plasma dan diekskresikan kedalam urin. Nilai
klirens mewakili fungsi glomerulus (Sennang et al., 2005). Alat ekskresi pada
manusia terdiri dari ginjal, kulit, hati, dan paru – paru. Air dapat diekskresikan
melalui semua organ tersebut, tetapi setiap organ ekskresi mengeluarkan zat sisa
metabolisme yang berbeda. Ginjal merupakan organ utama dalam tubuh manusia
yang melakukan proses ekskresi. Ginjal menerima suply darah sekitar 25% dari
darah yang dikeluarkan jantung melewat artari renalis (Saritha et al., 2013).
Setiap hari lebih kurang 1500 liter darah melewati ginjal untuk disaring dan
terbentuklah kurang lebih 150- 170 liter urin primer. Meskipun demikian hanya 1 -
1,5 liter urin yang kita keluarkan setiap hari. Banyak sedikitnya urin seseorang yang
dikeluarkan setiap harinya dipengaruhi oleh zat-zat diuretik seperti kopi dan alkohol
yang akan menghambat reabsorsi ion Na+ sehingga reabsorsi terhambat dan volume
air meningkat, urin yang dikeluarkan menjadi lebih banyak. Suhujuga akan
memepengaruhi volume urin yang dikeluarakan, makin tinggi suhu makaakan
menurunkan volume air dalam tubuh, aliran darah dalam filtrasi menurun sehingga
mengurangi volume urin (Kimball, 1996).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menganalisis senyawa yang dapat
melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia.
I. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Alat–alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi,


mikropipet skala 100-1000 µl, kertas filter sartorius, rak tabung reaksi, tabung
erlenmeyer, pipet tetes, dan corong gelas.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah adalah akuades,
larutan biuret, larutan benedict, larutan KI, larutan protein 1%, larutan glukosa 1%,
dan larutan amilum 1%.
B. Cara Kerja

1. Otak katak ditusuk dengan jarum preparat.


2. Masing-masing tabung reaksi diisi 1 mL larutan uji (protein, glukosa,
amilum, dan akuades) sebagai kontrol.
3. Tabung reaksi yang berisi protein dan akuades ditambahkan larutan biuret 1
mL dan di amati.
4. Tabung reaksi yang berisi glukosa ditambahkan larutan benedict 1 mL,
kemudian tabung reaksi ditempatkan dalam air mendidih selama 5 menit lalu
dihomogenkan, dan diamati.
5. Tabung reaksi yang berisi amilum ditambahkan larutan lugol 1 tetes,
kemudian diamati.
6. Selanjutnya untuk pengujian setelah disaring digunakan empat tabung,
corong gelas dan kertas saring.
7. Keempat larutan uji lalu di filter pada empat tabung reaksi menggunakan
corong yang telah dilengkapi dengan kertas filter, masing-masing sebanyak 2
mL.
8. Tabung reaksi yang berisi protein dan akuades yang telah disaring
ditambahkan larutan biuret 1 mL dan diamati.
9. Tabung reaksi yang berisi glukosa yang telah disaring ditambahkan larutan
benedict 1 mL, kemudian tabung reaksi ditempatkan dalam air mendidih
selama 5 menit lalu dikocok dan diamati.
10. Tabung reaksi yang berisi amilum yang telah disaring ditambahkan larutan
lugol, kemudian di amati.
11. Kemudian hasil dari uji kontrol dan uji filter dibandingkan dan dicatat.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Analisis Filtrasi Ginjal


Intensitas
Larutan
Kontrol Perlakuan
Protein +++ ++
Glukosa +++ +++
Amilum +++ ++
Akuades +++ ++

Keterangan:
+ = No changing
+ = Low color changing
++ = Moderate color changing
+++ = Strong color changing

Gambar 3.1 Larutan Kontrol Gambar 3.2 Perbandingan


Larutan Glukosa Kontrol
dengan Perlakuan

Gambar 3.3 Perbandingan


Larutan Protein Kontrol
dengan Perlakuan
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa terjadi perubahan warna pada


larutan uji dibandingkan dengan larutan kontrol dari masing-masing larutan uji.
Larutan kontrol berwarna lebih pekat dibandingkan larutan uji yang telah disaring,
hal ini menunjukan adanya penyaringan yang terjadi dalam percobaan tersebut. Hasil
tersebut sesuai dengan pendapat Mashudi (2011), yang menyatakan bahwa warna
larutan uji yang disaring lebih muda karena larutan uji tersebut mengendap pada
kertas saring. Protein yang disaring berwarna biru muda, glukosa yang disaring
berwarna oranye dan akuades yang disaring berwarna biru muda, begitu pula amilum
yang disaring warnanya tidak lebih pekat daripada kontrol.
Ginjal merupakan salah satu organ pengeluaran (ekskresi) yang dimiliki oleh
manusia. Ginjal manusia jumlahnya sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ginjal
terdiri dari 3 bagian utama, yaitu: korteks (bagian luar), medulla (sumsum ginjal),
dan pelvis renalis (rongga ginjal). Korteks mengandung kurang lebih 100 juta nefron
sehingga permukaan kapilernya luas dan dengan demikian menambah kapasitas
perembesan zat buangan. Setiap nefron terdiri dari badan malpighi dan tubulus
(saluran) yang panjang. Badan malpighi terdapat kapsul Bowman yang berupa
selaput sel pipih berbentuk mangkuk. Kapsul Bowman terdapat glomerulus yang
berupa jalinan kapiler arterial. Tubulus yang dekat dengan badan malpighi
dinamakan tubulus kontortus proksimal (Ridwanaz, 2012).
Ginjal mempertahankan komposisi cairan ekstraseluler yang menunjang
fungsi semua sel tubuh. Kemampuan ginjal untuk mengatur komposisi cairan
ekstraseluler merupakan fungsi per satuan waktu yang diatur oleh epitel tubulus,
untuk zat yang tidak disekresi oleh tubulus, pengaturan volumenya berhubungan
dengan laju filtrasi glomerulus (LFG). Seluruh zat yang larut dalam filtrasi
glomerulus dapat direabsorpsi atau disekresi oleh tubulus. Laju filtrasi glomerulus
telah diterima secara luas sebagai indeks terbaik untuk menilai fungsi ginjal.
Pengukuran LFG merupakan hal yang penting dalam pengelolaan pasien dengan
penyakit ginjal, selain untuk menilai fungsi ginjal secara umum, banyak kegunaan
penting pengukuran LFG, seperti untuk mengetahui dosis obat yang tepat yang dapat
dibersihkan oleh ginjal. Mendeteksi secara dini adanya gangguan ginjal dapat
mencegah gangguan ginjal lebih lanjut, mengelola pasien dengan transplantasi ginjal
dan dalam penggunaan kontras media radiografik yang berpotensi nefrotoksik,
karena itu diperlukan pemeriksaan LFG yang mempunyai nilai akurasi yang tinggi
(Yaswir & Maiyesi, 2012).
Pembentukan urin dimulai dari filtrasi oleh badan malpighi. Badan Malpighi,
glomerulus dikelilingi oleh kapsula bowman. Zat-zat seperti air, garam, gula dan
urea yang terlarut dalam darah yang masuk ke glomerulus disaring oleh kapsula
bowman. Zat hasil penyaringan ini disebut urin primer atau filtrate glomerulus.
Proses penyaringan ini dikarenakan adanya tekanan darah dan dipengaruhi pula oleh
pengembangan dan penyempitan arterioleaveren (Mashudi, 2011). Urin primer masih
banyak mengandung zat yang bermanfaat bagi tubuh. Didalam tubulus kontortus, zat
yang masih berguna direbsorbsi oleh darah dari pembuluh yang mengelilingi tubulus
oleh sebeb itu, cairan yang terdapat dalam tubulus kontortus mengandung kadar uri
yang lebih tinggi, disebut irun sekunder atau filtrate tubulus (Kindersley, 2007).
Filtrat tubulus ini terus mngalir ke tubulus kontortus distal. Tubulus ini pembuluh
darah melepaskan zat sisa yang tidak berguna serta mneyerap kelebihan air, sehingga
terbentuklah urin yang sesungguhnya. Proses ini dikenal sebagai augmentasi.
Selanjutnya, masuk ke tubulus kolektifus, terus menuju ke pelvis renis. Disini telah
terbentuk urin yang sesungguhnya. Dalam ginjal orang dewasa, setiap menitnya
dipompakan darah sebanyak 1,2 L. Setiap 1 menit terjadi filtrasi terhadap darah
sebanyak itu (Kindersley, 2007). Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah ukuran fungsi
ginjal. Hal ini biasanya diperkirakan dari konsentrasi serum cystatin C atau kreatinin
walaupun sudah ada perdebatan dalam literatur tentang persamaan terbaik untuk
menggunakan dan variabilitas dalam korelasi antara konsentrasi kreatinin dan
cystatinC (Brown, 2011).
Menurut Yanti (2012), ginjal merupakan organ yang bertugas menyaring
darah. Dalam setiap jam, ginjal menyaring darah sebanyak 7 liter. Proses ini
menghasilkan urin yang mengandung zat-zat yang beracun bagi tubuh dan harus di
keluarkan dari dalam tubuh. Berikut ini adalah tahapan-tahapan proses penyaringan
darah di dalam ginjal, yaitu:
1. Fitrasi (tahap penyaringan). Proses filtrasi berlangsung di badan Malpighi,
tepatnya di glomerulus, menghasilkan urine primer, yaitu urine yang masih
mengandung zat yang di butuhkan tubuh, seperti air, glukosa, ion Na+, dan Ca+.
2. Reabsorpsi (tahap penyerapan kembali). Proses reabsorpsi terjadi pada saluran
pengumpul yang berasal dari kapsula bowman. Pada tahap ini, zat-zat gula dan
asam amino dibawa ke darah, sedangkan urea, garam, vitamin dan zat lain yang
bercampuran dengan air membentuk urin.
3. Augmentasi (tahap pembuangan). Tahap ini, zat-zat masuk ke pembuluh ginjal.
Tahap ini terjadi di piramida pada medula ginjal. Kemudian di salurkan ke
rongga ginjal masuk ke ureter kemudian masuk ke kandung kemih dan yang
terakhir urine keluar tubuh melalui uretra.
Fungsi dari setiap reagen berbeda-beda. Reagen biuret berperan sebagai
indikator pengujian protein yang memberikan hasil positif pada senyawa-senyawa
yang memiliki dua buah ikatan peptide (Sutresna, 2007). Metode biuret sering
digunakan karena bahan yang digunakan relatif murah. Metode ini juga memiliki
kelemahan, yaitu sensitivitas yang rendah terhadap bahan yang diidentifikasi.
Aktifitas spesifik enzim pada fraksi yang diisolasi menggambarkan keefektifan
prosedur yang telah dilakukan (Redin & Campbell, 1985). Reagen biuret
mengandung tembaga (II) sulfat (CuSO4). Biuret dibentuk dengan pemanasan urea
dan mempunyai struktur mirip dengan struktur peptida dari protein (Routh, 1969).
Prinsip reaksi biuret adalah reaksi antara tembaga sulfat dalam alkali dengan
senyawa yang berisi dua atau lebih ikatan peptida seperti protein yang memberikan
warna ungu biru yang khas. Fungsi reagen biuret adalah untuk membentuk kompleks
sehingga yang dikandung dapat diidentifikasi. Reaksi biuret ini bersifat spesifik,
artinya hanya senyawa-senyawa yang mengandung ikatan peptida saja yang akan
bereaksi dengan pereaksi biuret (Albert et al., 1994). Uji benedict bertujuan untuk
mengetahui adanya gula pereduksi dalam suatu larutan dengan indikator yaitu
adanya perubahan warna khususnya menjadi warna merah bata. Benedict digunakan
untuk menguji atau memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam suatu cairan, menguji
kualitas, secara kasar juga berlaku secara kuantitatif, karena semakin banyak gula
dalam larutan maka semakin gelap warna endapan (Poedjiadi, 1994). Senyawa yang
seharusnya tersaring dalam filtrasi ginjal yaitu urea, asam amino, glukosa, asam urat
dan garam-garam organik. Senyawa yang tidak tersaring yaitu air dan koloid lain.
Lugol atau biasa disebut KI digunakan untuk menguji apakah suatu zat
mengandung karbohidrat (amilum) atau tidak. Bila suatu zat yang ditetesi lugol
menghitam, maka makanan tersebut mengandung karbohidrat. Semakin hitam berarti
zat tersebut banyak mengandung karbohidratnya. Hal ini disebabkan karena interaksi
antara iodine dengan polisakarida. Selain itu senyawa ini juga akan bereaksi dengan
zat amilase yang terkandung dalam tepung-tepungan yang berasal dari tumbuhan,
sehingga dapat digunakan untuk uji amilum (Gilvery & Goldstein, 1996).
Menurut Regular (2013), banyak sedikitnya urin yang dihasilkan dalam
proses ekskresi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, hormon anti diuretik, jumlah
air yang diminum, saraf ginjal, dan jumlah hormon insulin. Faktor pertama yang
mempengaruhi produksi air kencing (urin) adalah hormon anti diuretik (ADH) yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Jika tubuh menghasilkan banyak ADH
maka penyerapan air pada tubulus juga banyak, sehingga volume urin sedikit dan
dalam kondisi pekat. Sebaliknya, jika ADH berada dalam jumlah sedikit maka
penyerapan air juga sedikit sehingga ginjal menghasilkan urin dalam volume banyak
dan kondisinya encer. Kelenjar hipofisis tidak berfungsi sehingga tidak bisa
menghasilkan ADH, maka urin akan menjadi sangat encer. Kondisi demikian
dinamakan penyakit diabetes insipidus. Semakin banyak volume air yang diminum,
maka urin yang dihasilkan juga semakin banyak. Sarankan agar setiap hari kita
minum air putih 6 gelas. Konsumsi air putih bisa membersihkan racun-racun tubuh
yang masuk ke dalam ginjal dan memberi manfaat menjaga kelembaban pada kulit.
Rangsangan pada saraf ginjal akan mengakibatkan penyempitan duktus eferen
sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang dan mengakibatkan proses filtrasi
kurang efektif. Kondisi demikian mengakibatkan volume urin yang dihasilkan
jumlahnya sedikit. Begitu juga sebaliknya. Jika hormon insulin jumlahnya sedikit,
misalnya pada penderita diabetes melitus, maka kadar gula dalam darah akan
dikeluarkan lewat tubulus distal. Hal ini akan mengganggu proses penyerapan
kembali air sehingga orang tersebut akan lebih banyak mengeluarkan urin. Proses
produksi urin akan terganggu bila seseorang menderita salah satu penyakit akibat
kelainan fungsi ginjal. Penyakit kelainan ginjal yang sering terjadi pada manusia
antara lain: nefritis, diabetes melitus (kencing manis), diabetes insipidus,
albuminuria, dan batu ginjal.
Menurut Wariyono & Muharomah (2008) penyakit pada ginjal yang
berhubungan dengan proses filtrasi diantaranya adalah Hematuria (darah didalam
urin), dapat menyebabkan urin berwarna merah atau coklat, tergantung kepada
jumlah darah, lamanya darah berada di dalam urin dan keasamaan urin. Hematuria
tanpa disertai nyeri bisa terjadi akibat kanker kantung kemih atau kanker ginjal.
Hematuria ini biasanya hilang timbul, dan perdarahannya berhenti secara spontan
meskipun kankernya masih ada. Proteinuria (protein di dalam urin), bisa terjadi
terus-menerus atau hilang timbul, tergantung kepada penyebabnya. Proteinuria bias
any merupakan pertanda dari suatu penyakit ginjal, tetapi bisa juag terjadi secara
normal setelah olah raga berat misalnya marathon. Proteinuria juga bisa terjadi pada
proteinuria ortostik, dimana protein baru muncul di dalam urin setelah penderitannya
berdiri cukup lama, dan tidak akan ditemukan di dalam urin setelah penderitanya
berbaring. Jika gula tetap ditemukan di dalam urin setelah kadar gula normal, maka
penyebabnya adalah kelainan di ginjal. Ketonuria (keton di dalam urin), bisa
disebabkan oleh kelaparan, diabetes yang tidak terkontrol dan keracunan alkohol.
Keton merupakan hasil pemecahan lemak oleh tubuh. Nitrituria (nitrit di dalam urin),
biasanya menunujukkan adanya infeksi, karena kadar nitrat meningkat jika terdapat
bakteri. Beberapa penyakit lain dapat juga memicu terjadinya penyakit pada ginjal
hingga menunjukkan indikasi komplikasi, salah satunya adalah sepsis. Sepsis sebagai
respon sistemik terhadap infeksi dapat mempengaruhi beberapa sistem organ. Gagal
ginjal akut merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita sepsis (Hidayati
et al., 2016). Penelitian terbaru menunjukkan ada peranan dari methylonic acid pada
gangguan ginjal. Hal tersebut terjadi karena akumulasi dari asam metilonik pada
jaringan atau cairan tubuh merupakan salah satu tanda adanya kerusakan pada ginjal.
Meskipun pola kerusakannya belum diketahui secara pasti, tapi pada penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa bukan hanya ginjal yang mengalami merusakan
bila terdapat penimbunan asam metilonik, terdapat pula kerusakan pada otak
(Andrade et al., 2014).
III. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa


larutan glukosa, amilum, dan akuades dapat melewati filter sedangkan protein tidak
dapat melewatinya sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia didasarkan pada
perbandingan kepekatan atau intensitas warna larutan antara larutan kontrol dengan
uji. Semakin rendah intensitas warna setelah difiltrasi maka semakin mudah senyawa
tersebut melewati ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Albert, B. D., Lewis, B. J., Raff, M., Robert, K., & Watson, J. D., 1994. Biologi
Molekuler Sel. 2nd Edition. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Andrade, V. M., Pont, D., Leffa, H. S., Damiani, D. D., Scaini, A. P., Hainzenreder,
G., & Schuck, P. F., 2014. Methylmalonic Acid Administration Induces DNA
Damage in Rat Brain and Kidney. Molecular and Cellular
Biochemistry, 391(1), pp. 137-145.
Hidayati, Arifin, H., & Raveinal, 2016. Kajian Penggunaan Antibiotik pada Pasien
Sepsis dengan Gangguan Ginjal. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis, 2(2), pp.
129-137.
Brown, S. 2011., Error Estimates for Calculated Glomerular Filtration Rates. World
Academy of Science, Engineering and Technology, 57(1), pp. 1021-1026.
Dahelmi, 1991. Fisiologi Hewan. Padang: UNAND.
Gilvery & Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional Edisi 3.
Surabaya: Airlangga University Press.
Juncquiera, L. C., 1997. Histologi Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Kimball, J. W., 1996. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Kindersley, D., 2007. The Human Body Book. London: WC2R ORL.
Mashudi, S., 2011. Anatomi dan Fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Poedjiadi, A., 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Redin, B. & Campbell, W. H., 1985. Adaptation of The Dye-bind-ing Protein Assay
to Microtiter Plates. Analytical Biochemistry.
Regular, 2013. Ginjal II (Sekresi, Eksresi dan Miksi). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Ridwanaz, 2012. Ginjal Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Rival, H., 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press.
Routh, J. F., 1969. Essential of General Organic and Biochemistry. Philadelphia: W.
B Sounders Company.
Saritha, S., Naga, J., Praveen, K & Supriya, G. 2013. Cadaveric study of accessory
renal arteries and its surgical correlation. International Journal of Research in
Medical Sciences. 1(1), pp. 19-22.
Sennang, N., Badji, S., & Hardjoeno, A., 2005. Laju Filtrasi Glomerulus pada Orang
Dewasa Berdasarkan Tes Klirens Kreatin menggunakan persamaan
cockroftgault and modification of diet in renal disease. Jurnal media
nusantara 24(2), pp.80-84.
Sherwood, 2000. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Sutresna, N., 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Syaifuddin. 2000. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta, Widya Medika.
Wariyono, S. & Muharomah, Y., 2008. Belajar Ilmu Alam Sekitar untuk SMA.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Yanti, 2012. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
Yaswir, R. & Maiyesi, A., 2012. Pemeriksaan Laboratorium Cystatin C Untuk Uji
Fungsi Ginjal. Jurnal Kesehatan Andalas, 1(1), pp. 10-14.

You might also like