Professional Documents
Culture Documents
SPONDILITIS ANKILOSING
Oleh :
Mutiara, S.Ked
K1A2 13 077
Pembimbing :
KENDARI
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Mutiara
Bagian : Radiologi
Fakultas : Kedokteran
Menyetujui,
Pembimbing Penguji
dr. Albertus Varera, Sp. Rad dr. Albertus Varera, Sp. Rad
NIP. 19800229 200604 1 004 1004 NIP. 19800229 200604 1 004 1004
Mengetahui,
I. Pendahuluan
Spondilitis ankilosing adalah penyakit kronik inflamasi pada tulang
axial terutama sendi sakroiliaka.1Penyakit ini hampir selalu dimulai
dikedua dari kedua sendi sakroiliaka kemudian berlanjut ke dorsal
vertebra lumbal dan meluas ke dorsal dan regio servikal.2 Spondilitis
ankilosing merupakan kelompok dari Spondiloartropati Seronegatif yang
ditandai dengan beberapa gambaran seperti perubahan patologis yang
lebih sering bermula pada perlekatan ligamentum ke tulang daripada ke
sinovium, keterlibatan sendi sakroiliaka dengan atau tanpa atritis dalam
sendi perifer lainnya, tidak ditemukan RF(sehingga diberi nama
spondiloatropati “seronegatif”), dan berhubungan dengan HLA-B27.4
a. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher yang membentuk
daerah tengkuk.6
b. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung yang membentuk
bagian belakang torax atau dada.6
e. Empat vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging atau ekor yang
membentuk tulang ekor.6
a) Vertebra servikalis
Ruas tulang leher adalah yang paling kecil. Kecuali yang
pertama dan kedua, yang membentuk terbentuk istimewa, maka
ruas tulang leher pada umumnya mempunyai ciri sebagai
berikut :corpusnya kecil dan persegi panjang, lebih panjang
dari samping ke samping dari pada dari depan ke belakang.
Lengkungnya besar, prosesus spinosus atau taju duri di
ujungnya memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya
atau taju sayat berlubang – lubang karena banyak foramina
untuk lewatnya arterivertebralis.6
Vertebra servikalis ketujuh adalah ruas yang pertama yang
mempunyai prosesus spinosus tidak terbelah.Prosesus ini
mempunyai tuberkel (benjolan) pada ujungnya.Membuat
gambaran yang jelas di tengkuk dan tampak pada bagian bawah
tengkuk. Karena ciri khususnya ini maka tulang ini disebut
vertebra prominens.6
Gambar 2. Anatomi radiologi vertebra thorakalis.8
b) Vertebra thorakalis
Ruas tulang punggung lebih besar dari pada yang servikal
dan sebelah bawah lebih besar. Ciri khas vertebra torakalis
adalah sebagaiberikut:corpusnya berbentuk lebar – lonjong
(bentuk jantung) dengan faset atau lekukan kecil di setiap sisi
untuk menyambung iga, lengkungnya agak kecil, prosesus
spinosus panjang dan mengarah ke bawah. Sedangkan
prosesus tranversus, yang membantu mendukung iga adalah
tebal dan kuat serta memuat faset persendian untuk iga.6
Gambar 3. Anatomi radiologi vertebra thorakalis.8
c) Vertebra lumbalis
Ruas tulang pinggang adalah yang terbesar.Corpusnya
sangat besar dibandingkan dengan corpus vertebra lainnya dan
berbentuk seperti ginjal.Prosesus spinosusnya lebar dan
berbentuk seperti ginjal.Prosesus spinosusnya lebar dan
berbentuk seperti kapak kecil.Prosesus transversusnya
panjang dan langsing. Ruas kelima membentuk sendi dengan
sacrum pada sendi lumbo – sakral.6
Gambar 4. Anatomi radiologi vertebra lumbalis.8
V. Diagnosis
A. Gambaran Klinik
Gambaran klinis umumnya berupa kekakuan vertebra pada sendi
sakroiliaka dan spinal dengan osifikasi disekelilingnya, disertai
kelaianan sistemik ringan, penurunan berat badan dan sedikit
peningkatan suhu tubuh. Awalnya, timbul nyeri pinggang bawah yang
tidak menghilang dengan istirahat dan bertambah nyeri pada gerakan.
Nyeri dirasakan setempat dengan pada sendi sakroiliaka, diikuti
spasme otot vertebra dan hilangnya lordosis lumbal normal. Penderita
juga dapat mengeluh nyeri pada insersi tendo Achilles di kalkaneus.
Dalam setahun atau lebih, penyakit ini biasanya sudah menyebar
sepanjang vertebra, menyebabkan kekakuan punggung dan kerusakan
kostovertebra sehingga timbul nyeri sewaktu penderita bernapas
dalam.10
Pemeriksaan fisik tidak menemukan adanya skoliosis,
berkurangnya kemampuan gerak yang simetris, nyeri difus, dan tes
mengangkat kaki dalam posisi lurus negatif. System saraf perifer
biasanya tidak mengalami perubahan. Dengan semakin beratnya
penyakit, maka lordosis normal lumbal menjadi hilang, fusi tulang
punggung dorsal menimbulkan kifosis, dan pengembangan toraks
yang terbatas. Pada tahap yang lanjut terdapat fusi vertebra yang dapat
menyebabkan kontraktur fleksi panggul, sehingga pasien harus
menfleksikan lututnya untuk mempertahankan posisi tubuh agar tetap
tegak.3
B. Gambaran Radiologi
Pencitraan pada spondilitis ankilosing telah dapat dinilai selama
beberapa dekade dengan radiolografi konvensional. Namun,
perkembangan computed tomography (CT), dan khususnya magnetic
resonance imaging (MRI) secara dramatis meningkatkan jumlah dan
ruang lingkup informasi yangdiperoleh dengan pencitraan.11
Perubahan awal berupa sakrolitis bilateral ( inflamasi pada sendi
SI. Tahapan sakrolitis adalah sebagai berikut12:
Mulanya mempengaruhi bagian bawah dan sepertiga
tengah sendi SI dengan sisi iliaka lebih berpengaruh
daripada sakral.12
Osteoporosis periartikular, erosi dan sklerosis
subkondral.12
Erosi lebih lanjut mengarah ke pelebaran sendi.12
Berkembang menjadi ankilosing tulang.12
1. Radiografi konvensional
Radiografi konvensional sangat baik untuk menunjukkan
struktur skeletal karena dapat menilai semua trauma dan susunan
tulang dengan sangat baik.3Proyeksi yang sering digunakan adalah
foto pelvis Anteroposterior , foto lumbal Anteroposterior dan
lateral, dan foto servikal.
Gambar foto X-Ray dinilai dengan menggunakan skor
BASRI (Bath Ankylosing Spondilitis Radiology Index). Skor
BASRI merupakan jumlah dari skor rata-rata pada sendi
sakroiliaka kiri dan kanan, veretbra lumbal , dan servikal. Sendi
sakroiliaka diklasifikasikan berdasarkan ketetapan kriteria New
York yang membagi sakroilitis menjadi lima tingkat yaitu1:
0=tidak ada kelainan.1
1=curiga ada kelainan 1
2=kelainan minimal 1
3=kelainan sedang 1
4=kelainan berat.1
2. CT-Scan
Ct scan dapat memperlihatkan kerusakan yang sama seperti pada
X-Ray (erosi, osteoporosis/sklerosis, dan perubahan
tulang/ankilosis). Ct-scan dapat menilai osteoporosis atau
osteosklerosis cukup baik tetapi perubahannya tidak sangat
spesifik. Susunan tulang baru dapat terlihat baik pada bentuk dari
sindesmofit , osifikasi ligamentum, periartikular , dan intra-
artikular ankilosis namun masih terbatas pada pemeriksaan Ct-
scan. Nilai utama dari Ct-scan pada spondilitis ankilosing adalah
untuk mendeteksi dan mendefinisikan secara jelas erosi tulang
pada sendi atau enthesis dan melihat fraktur.11
VII. Komplikasi
Komplikasi neurologis pada spondilitis ankilosing dapat terjadi
akibat fraktur, persendian vertebra yang tidak stabil, serta kompresi atau
inflamasi. Subluksasi persendian atlanto-aksial dan atlanto-osipital dapat
terjadi akibat inflamasi pada persendian tersebut sehingga tidak stabil.
Kompresi, termasuk proses osifikasi pada ligamentum longitudinal
posterior akan mengakibatkan terjadinya mielopati kompresi; lesi detruksi
pada diskus intervertebra dan stenosis spinal. Sindrom kauda ekuina
merupakan komplikasi yang jarang terjadi, tetapi merupakan keadaan
yang serius. Sindrom ini akan menyerang saraf lumbosakral dengan
gejala-gejala incontinentia urine et alvi yang berjalan perlahan-lahan,
impotens, saddle anesthesia, dan kadang-kadang refleks tendon Achilles
menghilang. Gejala motorik biasanya jarang timbul atau sangat ringan.
Sindrom ini dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan CT-Scan dan
MRI. Apabila tidak ditemukan lesi kompresi, maka perlu dipikirkan
kemungkinan adanya araknoiditis atau perlengketan pada selaput
araknoid.18
Nefropati (IgA) telah banyak dilaporkan sebagai komplikasi
spondilitis ankilosing. Keadaan ini khas ditandai oleh kadar IgA yang
tinggi pada 93% kasus disertai dengan gagal ginjal 27%.18
VIII. Penatalaksaan
Penatalaksaan spondilitis ankilosing bersifat multifokal dan
berkaitan dengan tahap penyakit. Intervensi terarah bertujuan untuk
meningkatkan pengertian tentang penyakit yang baik oleh pasien sendiri
maupun keluarganya. Perubahan pola kerja mungkin diperlukan karena
membungkuk, mengangkat, dan posisi static yang lama akan terasa sulit
oleh paisen. Pemberian obat bertujuan untuk mengurangi sinovitis dan
nyeri yang ditimbulkannya. OAINS tertutama yang memiliki kemampuan
hambat prostaglandin yang tinggi dan waktu paruh yang lama.
Indometasin sering menjadi obat pilihan. Kortikosteroid, obat-obat yang
bekerja lambat, dan relaksan otot yang tidak banyak manfaatnya.
Seringkali suatu program fisik aktif dapat membantu, difokuskan pada
latihan pernapasan, memperkuat otot, mempertahankan atau memperbaiki
posisi tubuh, dan latihan jangkauan gerakan. Penopang atau bidai dapat
dipakai untuk jangka waktu terbatas untuk mengurangi nyeri dan spasme
otot.3
Antagonis TNF juga digunakan untuk terapi Spondilitis
Ankilosing(SA)berdasarkan fakta bahwa TNF-α banyak diekspresikan
pada sendi sakroiliaka pasien . Infliksimab dan etanercept dilaporkan
memberikan perbaikan klinis dan gambaran radiologis yang bermakna
pada pasien. Pasien spondilitis ankilosing yang mendapat etanercept
selama 3 bulan menunjukkan respons klinis dan perbaikan mobilitas
spinal yang kebih baik dibandingkan dengan plasebo. Terapi infliksimab
selama 12 minggu pada pasien juga menujukkan perbaikan klinis yang
bermakna dibandingkan dengan plasebo. Disamping juga memperbaiki
status fungsional dan kualitas hidupnya. Pemeriksaan MRI pada vertebra
menujukkan perbaikan pada pasien spondilitis ankilosing yang mendapat
terapi infliksimab.19
IX. Prognosis
Sekitar 20% pasien spondilitis ankilosing berkembang ke tingkat
penyakit yang berat sehingga menjadi cacat. Sekitar setengah dari pasien
ini mengalami perjalanan penyakit yang berjalan perlahan dan dapat
berlangsung selama berpuluh-puluh tahun. Sejumlah pasien lainnya dapat
berhasil diobati dengan suatu program penyuluhan, pemberian obat, dan
fisioterapi. Pasien-pasien ini dapat memiliki pola hidup dalam
keterbatasan yang disebabkan oleh penyakitnya. Kurang dari 5% pasien
mengalami manifestasi fatal dari perkembangan penyakitnya.3
Daftar Pustaka