Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Disusun oleh :
Widiyaningsih
30101307099
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2018
KETUBAN PECAH DINI
I. Definisi
Ketuban pecah dini atau spontaneus/early/premature rupture of membrans
(PROM) merupakan pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum
menunjukkan tanda-tanda persalinan/inpartu (keadaan inpartu didefinisikan
sebagai kontraksi uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan
terjadinya efficement atau dilatasi serviks) atau bila satu jam kemudian tidak
timbul tanda-tanda awal persalinan atau secara klinis bila ditemukan pembukaan
kurang dari 3 cm pada primigravida dan kurang dari 5 cm pada multigravida.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada kehamilan aterm
maupun preterm. Saat aterm sering disebut dengan aterm prematur rupture of
membrans atau ketuban pecah dini aterm. Bila terjadi sebelum umur kehamilan 37
minggu disebut ketuban pecah dini preterm / preterm prematur rupture of
membran (PPROM) dan bila terjadi lebih dari 12 jam maka disebut prolonged
PROM.
II. Etiologi
Secara teoritis pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya
elastisitas yang terjadi pada daerah tepi robekan selaput ketuban dengan
perubahan yang besar. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat
kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh
infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada amnion
di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler
atau trofoblas, dimana sebagaian besar jaringan kolagen terdapat pada lapisan
penunjang (dari epitel amnion sampai dengan epitel basal korion).Sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas daninhibisi intrleukin-1
dan prostaglandin. Adanya infeksi dan inflamasi menyebabkan bakteri penyebab
infeksi mengeluarkan enzim protease danmediator inflamasi interleukin-1 dan
prostaglandin. Mediator ini menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi
depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion menyebabkan selaput ketuban
tipis, lemah dan mudah pecah spontan. Selain itu mediator terebut membuat
uterus berkontraksi sehingga membran mudah ruptur akibat tarikan saat uterus
berkontraksi.
Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara pasti, tetapi
ditemukan beberapa faktor predisposisi yang berperan pada terjadinya ketuban
pecah dini, antara lain:
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bias menyebabkan terjadinya
KPD.
Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh Karen
akelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh
beberapa ahli disepakati sebagai factor predisposisi atau penyebab terjadinya
KPD. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi.
Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah.
Keadaan social ekonomi
Faktor lain
o Faktor golongan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan
kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
o Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
o Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
o Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
III. Insidensi
Insidensi KPD berkis arantara 8 - 10 % dari semua kehamilan. Hal yang
menguntungan dari angka kejadian KPD yang dilaporkan, bahwa lebih banyak
terjadi pada kehamilan yang cukup bulan daripada yang kurang bulan, yaitu
sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada
kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran prematur.
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan
kurangbulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian
perinatal pada bayi yang kurang bulan.Pengelolaan KPD pada kehamilan
kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan
kemungkinan terjadinya prematuritas.
IV. Patofisiologi KPD
Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi
cairan dan janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam.
Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat disebelah luar disebut chorion.
Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan
ketuban initerdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan
organik. Cairan inidihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-
sel amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus.
Pada ibu hamil, jumlah cairan ketuban iniberagam. Normalnya antara 1 liter
sampai 1,5 liter. Namun bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih
hingga mencapai 3-5 liter. Diperkirakan janin menelan lebih kurang 8-10 cc
air ketuban atau 1 persen dari seluruh volume dalam tiap jam.
Manfaat air ketuban pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk
mempertahankan atau memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan
yang diakibatkan oleh‘lingkungannya’ di luar rahim. Selain itu air ketuban
bisa membuat janin bergerak dengan bebas ke segala arah. Tak hanya itu,
manfaat lain dari air ketuban ini adalah untuk mendeteksi jenis kelamin,
memerikasa kematangan paru-paru janin, golongan darah serta rhesus, dan
kelainan kongenital, susunan genetiknya, dan sebagainya. Caranya yaitu
dengan mengambil cairan ketuban melalui alat yang dimasukkan melalui
dinding perut ibu.
Infeksi
V. Diagnosis
Menegakkan diagnosis KPD secara tepat sangat penting, karena diagnosis
yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi terlalu
awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya
diagnosis yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai
resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh
karena itu, diperlukan diagnosis yang cepat dan tepat. Diagnosis KPD ditegakkan
dengan cara:
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari
orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri
ditekan, penderita diminta batuk, megejan atau megadakan manuver valsava, atau
bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan
terkumpul pada fornik anterior.
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan ketuban pecah dini adalah :
3. Pemeriksaan dalam
4. Pemeriksaan penunjang
I. Komplikasi
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi di dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34
minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.
Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin
terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering daripada
aterm. Secara umum, insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan
tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air
ketuban, janin semakin gawat.
NIM : 30101307099
A. IDENTITAS
Nama penderita : Ny. A
Umur : 35 tahun 4 bulan 15 hari
Jenis kelamin : Perempuan
No CM : 01009xxx
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : S1
Status : Menikah
Alamat : Wringin Jajar RT 3/3 Mranggen, Demak
Nama suami : Tn. R
B. ANAMNESA
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh keluar cairan ngepyok dari jalan lahir pada pukul
03.00 WIB tanggal 12 Maret 2018
Riwayat Obstetri :
G3P1A1
HPHT : 16 – 06 - 2017
HPL : 23 – 03 – 2018
Usia kehamilan: 38 minggu
1. laki-laki usia 2 th lahir aterm,spontan bidan BB : 3500 gr
2. Abortus, 3,5 bulan kuret
Riwayat ANC
Pemeriksaan kehamilan dilakukan di bidan. Pemeriksaan kehamilan
dilakukan 1 bulan sekali dan diberikan vitamin dan suplemen besi. Tidak
ada pesan khusus dari bidan mengenai keadaan kehamilannya.
Riwayat suntik TT (-)
Riwayat Menstruasi
- Menarche : 15 tahun
- Siklus mestruasi : teratur, 28 hari
- Lama menstruasi :7 hari
- Dismenore : (+)
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami yang sekarang.
Riwayat KB : (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat hipertensi disangkal.
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat penyakit paru disangkal.
- Riwayat DM disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat hipertensi disangkal.
- Riwayat penyakit jantung disangkal.
- Riwayat penyakit paru disangkal.
- Riwayat DM disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah ibu rumah tangga, pekerjaan suami wiraswasta, kesan
ekonomi : cukup, untuk biaya kesehatan ditanggung pemerintah (BPJS
NON PBI).
Riwayat Gizi
Selama kehamilan pasien terkadang mual dan tidak nafsu makan namun
tidak sampai muntah selama usia kehamilan trimester pertama sampai
pertengahan trimester kedua.
C. PEMERIKSAAN FISIK
HEMATOLOGY
IMUNOSEROLOGI
URINE
Warna Kuning
KIMIA
E. RESUME
Riwayat Obstetri :
G3P1A1
HPHT : 16 – 06 - 2017
HPL : 23 – 03 – 2018
Status Obstetri :
Status Obstetri
- Abdomen
Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (+),linea
nigra (+) bekas operasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), teraba bagian janin
Leopold I :Teraba bagian janin bulat, besar, dan lunak,
bokong
Pasien G3P1A1 usia 35 tahun hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup intrauterin,
letak kepala, punggung kiri, dengan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm.
G. TATALAKSANA
Rawat inap
Sikap : tunggu,
Pengawasan : KU, vital sign, PPV, his, DJJ, Kala II, bundle ring
Infus RL 20 tpm
Cefotaxim 2x1
H. EDUKASI
S Keluar cairan ketuban sejak pukul 03.00 WIB tanggal 12 maret 2018
O KU : Baik
Kesadaran : composmentis
TFU:33 cm
DJJ: 11.11.11
A G3P1A1 usia 35 tahun hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup intrauterin, letak
kepala, punggung kiri, periode laten dengan ketuban pecah dini pada kehamilan
aterm.
P Infus RL 20 tpm
Observasi VK pengawasan 10
O KU : Baik
Kesadaran : composmentis
A G3P0A0 usia 35 tahun hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup intrauterin, letak
kepala, punggung kiri , periode aktif dengan ketuban pecah dini pada kehamilan
aterm.
P Lanjut Observasi VK
O KU : Baik
Kesadaran : composmentis
DJJ: 12.11.12
A G3P1A1 usia 35 tahun hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup intrauterin, letak
kepala, punggung kiri , periode aktif dengan ketuban pecah dini pada kehamilan
aterm.
P Pimpin mengejan
S Keluhan lemas
O KU : Baik
Kesadaran : composmentis
TD: 110/70 mmHg, N:80x/menit, RR:20x/menit, suhu: 36,3°C, kontraksi uterus
kuat,
A
P2A1 spontan, lahir bayi tunggal perempuan BB 3450 gram, PB 46 cm, AS 9-10-
10
S Keluhan (-)
P Cefadroxil 3x1
1. Kementerian Kesehatan RI dan WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta :Kementerian Kesehatan RI. 2013 (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
2. Sarwono Prawirohardjo, 2009, Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat, Jakarta.