Professional Documents
Culture Documents
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Data Kesehatan Lingkungan
dan sebagai Pengganti Ujian Akhir Semester
Dosen Pengampu : Rudatin Windraswara, S.T,. M.Sc.
Disusun oleh :
Brigita Eni Yuliastuti
NIM: 6411415104
Piramida populasi penduduk kabupaten Sleman yang tergamabr dalam grafik tersebut
termasuk dalam tipe ekspansive. Ini tercermin dari pola piramida yang melebar di bagian
bawah dan cembung di bagian tengah yang merupakan penduduk usia muda. Sementara di
bagian atas yang merupakan penduduk usia tua meruncing. Piramida tersebut disebut piramida
tipe expensive karena lebih banyak jumlah penduduk usia produktif. Dengan jumlah penduduk
laki-laki usia 20-24 tahun yang terbanyak, yakni mencapai 66.200 jiwa. Dan penduduk wanita
mencapai 58.700 jiwa.
Namun untuk populasi manusia usia lanjut, yang berumur lebih dari 80 tahun pada
piramida penduduk tersebut yang berjenis kelamin lali-laki tidak ada pada tahun 2016.
Sedangkan pada penduduk perempuan berusia diatas 80 tahun sejumlah 11.000 penduduk.
Sedangkan untuk jumlah penduduk usia 0-4 tahun yang berjenis kelamin laki-laki terdapat
sebnayak 46.200 jiwa dan untuk jumlah penduduk perepuan sebesar 43.800 jiwa. Populasi dari
hasil proyeksi dari data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Sleman
pada tahun 2016 menunjukkan jumlah penduduk sebanyak 1.246.662 jiwa. Angka tersebut
terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 629.090 jiwa, sementara penduduk wanita sebanyak
635.572 jiwa. Rasio jenis kelamin penduduk di kabupaten Sleman pada tahun 2016 sebesar
98,98 yang artinya diantara 100 perempuan terdapat 98-99 laki-laki.
Menurut BPS, populasi penduduk Indonesia saat ini lebih didominasi oleh kelompok
umur produktif yakni dari usia antara 15-34 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia
tengah memasuki era bonus demografi, dimana kelebihan penduduk usia produktif bisa
dimanfaatkan untuk peningkatan pembangunan. Diperkirakan, era bonus demografi ini akan
mencapai puncaknya pada periode 2025–2030. Hal ini sama juga yang dialami oleh penduduk
di kabupaten Sleman, jumlah penduduk usia produktif yakni pada rentang usia 15-64 tahun
lebih banyak jumlahnya daripada penduduk usia anak-anak dan usia tua. Artinya kabupaten
Sleman telah memulai memasuki masa bonus demografi, ditandai dengan semakin sedikitnya
angka ketergantungan penduduk anak-anak dan penduduk usai tua. Hal ini dapat terlihat dari
grafik pada gambar yang berwarna biru dimana grafik tersebut diproyeksikan memiliki
kecenderungan untuk terus mengalami kenaikan.
Interpretasi dan Analisis Data Proyeksi Sex Ratio Kabupaten Sleman
Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah suatu angka yang
menunjukkan perbandingan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya jumlah
penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam
banyaknya jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Data rasio jenis kelamin
ini berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender,
terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara
adil. Selain itu, informasi rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama
untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen.
Rasio diperoleh dari jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan di
daerah yang sama yang dihitung untuk suatu tahun tertentu. Perolehan data penduduk menurut
jenis kelamin didapat dari Sensus Penduduk, Supas atau Susenas dan lain lain.
Jumlah penduduk laki-laki menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Sleman
pada tahun 2016 adalah berjumlah 629.090 orang. Sedangkan jumlah penduduk perempuan
dari data yang sama adalah sebanyak 635.572 orang. Sehingga rasio jenis kelamin penduduk
di kabupaten Sleman pada tahun 2016 adalah 98,98. Artinya, tiap tiap 100 penduduk
perempuan terdapat sebanyak 98-99 penduduk laki-laki.
Jumlah penduduk laki-laki di kabupaten Sleman pada tahun 2016 lebih sedikit
dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Hal ini bisa terjadi dikarenakan berbagai faktor,
diantaranya kemungkinan penduduk laki-laki usia produktif yang lebih banyak merantau ke
daerah lain sehingga tidak tercatat saat dilakukan sensus karena ada kecenderungan kekurangan
pelaporan (under-reporting). Maupun karena daerah kabupaten Sleman yang notabenenya
merupakan kawasan perkebunan dan pertanian yang lebih banyak memerlukan tenaga
penduduk perempuan, sehingga kecenderungan pencatatan/pelaporan lebih banyak.
.Gambaran rasio jenis kelamin di kabupaten Sleman sama dengan gambaran rasio jenis
kelamin secara nasional dimana lebih banyak penduduk perempuan dibanding penduduk laki-
laki. Secara biologis hal ini dapat dijelaskan karena jumlah kelahiran bayi laki-laki pada
umumnya lebih besar dibanding dengan kelahiran bayi perempuan, namun bayi laki-laki lebih
rentan terhadap kematian dibanding bayi perempuan. Selain itu, secara ilmu biologi terdapat
teori yang menyatakan bahwa umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan umur
harapan hidup laki-laki, sehingga bukan menjadi hal yang mengherankan jika rasio jenis
kelamin lebih banyak didominasi oleh jumlah perempuan yang lebih banyak daripada jumlah
laki-laki.
Interpretasi dan Analisis Data Proyeksi Total Fertility Rate (TFR)
Fertilitas dalam istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut
banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan
penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan
reproduksi manusia. Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti
bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas
merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita.
Salah satu masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan
distribusi yang tidak merata. Hal itu dibarengi dengan masalah lain yang lebih spesifik, yaitu
angka fertilitas dan angka mortalitas yang relatif tinggi. Kondisi ini dianggap tidak
menguntungkan dari sisi pembangunan ekonomi.. Hal itu diperkuat dengan kenyataan bahwa
kualitas penduduk masih rendah sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai beban daripada
modal pembangunan. Masalah kependudukan yaitu jumlah penduduk yang besar serta
distribusi yang tidak merata di kabupaten Sleman, dikarenakan banyaknya warga yang memilih
tempat tinggal pada daerah-daerah tertentu yang memiliki potensi perkembangan ekonomi
yang cepat di wilayahnya, seperti dekat daerah wisata ataupun dipinggiran kota perbatasan
dengan kotamadya Yogyakarta. Sehingga hal ini mengakibatkan tidak terdistribusinya
kepadatan penduduk yang ada yang kemudian membuat pemerintah kabupaten Sleman harus
membuat kebijakan untuk menganggulanngi masalah kependudukan yang semakin banyak dan
tidak merata distribusinya tersebut.
Selain itu, salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia adalah
masalah kemiskinan. Tingginya persentase penduduk miskin dapat menyebabkan tingginya
tingkat fertilitas pula. Selain itu, masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah
(masyarakat miskin), menyebabkan mereka kesulitan untuk membeli alat kontrasepsi. Dari sisi
pemerintahan, krisis ekonomi telah menyebabkan kesulitan untuk memberikan subsidi
terhadap harga alat kontrasepsi sehingga harganya menjadi tidak terjangkau oleh golongan
menengah ke bawah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan peran pemerintah
dalam memperlancar pembangunan sosial ekonomi di Indonesia. Pemerintah harus bisa
memainkan perannya dalam hal stabilitas, alokasi, dan distribusi. Pemerintah harus berpihak
pada rakyat karena satu dari beberapa tugasnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi harus disusun untuk lebih memacu pertumbuhan
ekonomi, memperluas lapangan kerja, serta berpihak pada kaum miskin untuk mengurangi
kemiskinan.
KABUPATEN SLEMAN
Fertility
Mortality
Migration
Vital Rates
Population
Sex ratio, suatu angka yang menunjukkan perbandingan banyaknya jumlah penduduk
laki-laki dan banyaknya jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu
tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk
perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk di kabupaten Sleman pada tahun 2016 sebesar 98,98
yang artinya diantara 100 perempuan terdapat 98-99 laki-laki.
Migration, jumlah penduduk baik yang keluar maupun masuk ke suatu daerah tertentu.
Dari data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Sleman pada tahun 2016
menunjukan bahwa total migrasi yang terjadi sebanyak 116.620 jiwa dengan 54.740
dianatranya penduduk laki-laki dan 63.870 lainnya penduduk perempuan. Proyeksinya
diprediksi akan mengalami tren menurun hingga tahun 2036.
Mortality, jumlah angka kematian yang terjadi pada daerah dan pada suatau waktu
tertentu. Dari data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Sleman pada
tahun 2016 menunjukan bahwa total angka kematian sebanyak 60.860 jiwa.
Total fertility rate, angka kelahiran total adalah jumlah anak rata-rata yang akan
dilahirkan oleh seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya. TFR dihitung dengan cara
menjumlahkan angka kelahiran menurut umur (ASFR) kemudian dikalikan dengan interval
kelompok umur. Dari hasil perhitungan data kependudukan yang diperoleh dari BPS kabupaten
Sleman pada tahun 2016 diketahui angka fertilitas total 1,58 per wanita, ini berarti bahwa rata-
rata setiap perempuan di kabupaten Sleman akan mempunyai anak antara 1 sampai dengan 2
orang selama masa reproduksinya. Dan angka fertilitas ini diproyeksikan akan tersu menurun
hingga pada tahun 2031 menjadi hanya 1 anak selama masa reproduksi perempuan, hal ini
dapat dipengaruhi oleh berbagai hal termasuk keberhasilan program pembatasan kelahiran
pemerintah yaitu Keluarga berencana (KB).
Crude birth rate, angka kelahiran kasar adalah banyaknya kelahiran dalam satu tahun
tertentu per seribu penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Dari hasil perhitungan data
kependudukan yang diperoleh dari BPS kabupaten Sleman pada tahun 2016 menunjukkan
bahwa jumlah penduduk 1.246.662 jiwa dan jumlah kelahiran 16.120 kelahiran, sehingga CBR
sebesar 12,53 berarti bahwa dari setiap 1.000 penduduk di kabupaten Sleman terdapat 12
kelahiran hidup pada tahun 2016.
Child women ratio, rasio anak wanita adalah perbandingan antara jumlah anak di
bawah lima tahun (0-4 tahun) dengan jumlah penduduk perempuan usia reproduksi. Jumlah
anak usia di bawah lima tahun sebagai pembilang merupakan jumlah kelahiran selama lima
tahun sebelum pencacahan. Jumlah perempuan usia reproduksi sebagai penyebut dapat berasal
dari kelompok umur 15-44 atau 15-49 tahun. Dari hasil perhitungan data kependudukan yang
diperoleh dari BPS kabupaten Sleman pada tahun 2016 dilaporkan ada sekitar 43.800 anak usia
0-4 tahun. Pada saat yang sama, banyaknya perempuan pada kelompok umur 15-49 tahun
adalah 324.800 orang. Dengan demikian, ukuran CWR dapat diketahui sebesar 741 anak per
1.000 perempuan usia 15-49 tahun.
Gross reproductive rate, angka reproduksi bruto adalah banyaknya bayi perempuan
yang akan dilahirkan oleh perempuan selama usia reproduksi mereka. Dengan hasil
perhitungan data kependudukan yang diperoleh dari BPS kabupaten Sleman pada tahun 2016
dapat diketahui bahwa GRR adalah 0,78 perempuan. Artinya setiap perempuan akan digantikan
oleh 1 orang anak perempuan yang akan menggantikan ibunya melahirkan, tanpa
memperhitungkan kenyataan bahwa banyak bayi perempuan yang lahir, yang meninggal dan
tidak sempat mengalami usia reproduksi.
Netto reproductive rate, angka reproduksi neto adalah angka fertilitas yang telah
memperhitungkan faktor mortalitas, yaitu kemungkinan bayi perempuan meninggal sebelum
mencapai akhir masa reproduksinya. Asumsi yang dipakai adalah bayi perempuan tersebut
mengikuti pola fertilitas dan pola mortalitas ibunya. Dari data hasil perhitungan data
kependudukan yang diperoleh dari BPS kabupaten Sleman pada tahun 2016 diperoleh nilai
NRR 0,65. Angka 0,65 tersebut berarti bahwa 100 orang perempuan di kabupaten Sleman pada
tahun 2016 akan digantikan oleh 65 orang anak perempuan yang akan tetap hidup sampai
seumur ibunya waktu melahirkan mereka. Dari proyeksi yang didapat, diketahui bahwa NRR
terus merus menurun hingga menjadi 0,08 pada tahun 2031.
Depedency Ratio, adalah perbandingan antara jumlah penduduk berusia 0-14 tahun +
65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun.Dari data BPS
kabupaten Sleman pada tahun 2016 diperoleh rasio ketergantungan adalah 0,51%. Sekitar
6,358 penduduk usia tidak produktif di kabupaten Sleman bergantung pada sekitar 1.246.662
juta penduduk pada usia produktif (15—64 tahun). Rasio ini adalah satu indicator demografi
ekonomi yang jika kian tinggi, beban yang ditanggung penduduk produktif untuk membiayai
penduduk tidak produktif kian tinggi. Dan sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
http://dispendukcapil.surakarta.go.id/20XIV/index.php/en/beritadanagenda/item/66-
penduduk-demografi/66-penduduk-demografi (diakses tanggal 20 Juni 2018, 14.14
WIB)
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=253696&val=6845&title=Alumni%20M
ahaiswa%20Program%20Doktor%20Ilmu%20Ekonomi%20%20Pascasarjana%20Unt
ag%201945%20Surabaya (diakses tanggal 20 Juni 2018, 14.41 WIB)