You are on page 1of 26

Tugas Manajemen Farmasi Rumah Sakit

Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan


Kebijakan Pengelolaan Perbekalan Farmasi Rumah Sakit
Bersalin Ibu dan Anak “Kasih Ibu”

Oleh:

Widya Pratiwi Suryanti

180070600111010

Program Studi Profesi Apoteker


Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
Malang
2019
10. Tugas Tupoksi manajemen logistic obat (PKPA )

Sebagai Ka.Ins. Farmasi rumah sakit, buatlah Tugas pokok dan organisasi
managemen perbekalan farmasi ( PF ) di rumah sakit anda beserta sistem dan
kebijakannya. Data rumah sakit tersebut sebagai berikut

1. Status
a. Kepemilikan : Rumah sakit Yayasan
b. Type : Rumah sakit bersalin, ibu dan anak
c. Luas lahan :- Tanah : 31.500 m2
- Bangunan : 18.700 m2 ( 2 tingkat )
- Taman : 7.750 m2
- Jalan/parkir : 12.500 m2
2. Jenis pelayanan
a. Rawat darurat : kunjungan 1145 / bulan
b. Rawat Jalan :
- Poliklinik Umum/gigi : kunjungan
1450/540 per bulan
- Poliklinik Obgyn : kunjungan
1.256/bulan
- Poliklinik Anak : kunjungan
1.976/bulan
c. Rawat inap : 132 tempat tidur yang meliputi :
- Kelas utama : 21 TT, BOR 85 %
- Kelas I : 22 TT , BOR 79 %
- Kelas II : 34 TT, BOR 68 %
- Kelas III : 55 TT, BOR 54 %

d. Ruang Operasi : 2 kamar dengan : - Operasi besar : 67 /


bulan
- Operasi sedang
: 38/ bulan
- Operai kecil :
87/bulan

e. Ruang bersalin : 1 kamar dengan : jumlah persalianan :


94/bulan

f. Pelayanan penunjang

- Laboratorium - Radiologi
- Farmasi - Gizi
3. Ketenagaan
a. Dokter umum/gigi ; 7/2 e. Pekarya : 16
b. Dokter spesialis : 8 f. Radiografer : 2
c. Apoteker/AA : 2 /12 g.Administrasi : 18
d. Perawat/bidan : 24/25

Tugas ;

a. Buat struktur organisasi pengelolaan Perbekalan Farmasi ( PF) di


rumah sakit
b. Tugas pokok dan fungsi pengelolaan PF di rumah sakit
c. Kebijakan/system pengelolaan PF ( mulai seleksi s/d evaluasi )
d. Buat kebutuhan PF dasar ( obat dan alat kesehatan) rawat
inap yang diperlukan selama 6 bulan, berdasar pemakain yang
lalu
e. Berdasar kebutuhan ad d, buat analisa persediaan ( ABC
&VEN)Bagaimana upaya pelaksanaan patient savety dalam
pengelolaan PF ad d
Jawab:

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwasannya RS Bersalin Ibu dan


Anak “Kasih Ibu” ang merupakan RS pemerintah kota tergolong Rumah Sakit
khusus tipe D, berikut alasan yang mendasari RS khusus tipe D:

1. Rumah Sakit Tipe D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan


medik umum, gawat darurat, keperawatan, laboratorium, radiologi dan
farmasi
2. Pelayanan Umum terdiri dari Pelayanan medik umum, Pelayanan medik gigi
dasar, Pelayanan KIA KB
3. Pelayanan Gawat Darurat – IGD
4. Pelayanan Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan penyakit dalam, Pelayanan
bedah, Pelayanan anak dan Pelayanan obs gyn
5. Pelayanan penunjang klinik terdiri dari Pelayanan gizi pelayanan farmasi,
pelayanan rekam medis, pelayanan sterilisasi instrumen dn pelayanan darah
6. Jumlah tempat tidur lebih dari 30 buah dan sesuai dengan RSIA Cahaya
Matahari yang berjumlah 95 tempat tidur.
7. Rumah Sakit Kelas D minimal harus memiliki 4 (empat) orang dokter umum
dan 1 (satu) orang dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik di rumah
sakit tersebut.
1. Sturuktur Organisasi Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit Bersalin Ibu dan Anak “Kasih Ibu”

Kepala Instalasi Farmasi


RS “Kasih Ibu”
(Apoteker 1)

Admin IFRS
(SDM Administrasi)

Kepala Penanggung Jawab Kepala Penanggung Jawab Manajemen Mutu


Pengelola Perbekalan Farmasi Pelayanan Farmasi Klinis (Prospektif, konkuren
(Apoteker 1) (Apoteker 2) dan retrospektif)

Bidang Pengelolaan
Sediaan Farmasi Rawat Inap Rawat Jalan
(1 TTK)

Bidang Pengelolaan
Alat Kesehatan &
BMHP Apoteker 1 dibantu Apoteker 2 + 9 TTK
(2 TTK)
Pada Instalasi Farmasi RS Bersalin Ibu dan Anak “Kasih IBu” terdapat 2
Apoteker (dimisalkan Apoteker 1 dan Apoteker 2). Apoteker 1 menjabat kepala
instalasi farmasi (merangkap kepala penanggung jawab pengelola perbekalan farmasi
yang dibantu oleh 3 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dengan pertimbangan karena
sebelumnya Apoteker 1 pernah bekerja di instalasi farmasi lebih dari 3 tahun .
Sedangkan Apoteker 2 menjabat sebagai kepala penanggung hawab pelayanan
farmasi klinis dibantu oleh Apoteker 2 beserta 9 TTK.

Hal ini dibuat dengan pertimbangan, rasio jumlah apoteker dibandingkan


dengan jumlah pasien di rawat inap adalah 1 apoteker untuk 30 pasien, sedangkan 1
apoteker untuk 50 pasien untuk di rawat jalan. Karena ketersediaan sumber daya
apoteker hanya 2, kedua apoteker tersebut merangkap dengan pertimbangan
banyaknya pekerjaan farmasi klinis yang dilakukan di rawat inap dan rawat jalan.
Kegiatan di rawat inap meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat
penggunaan obat, rekonsiliasi, konseling, visite, Pemantauan Terapi Obat (PTO)
kasus tertentu (terutama pada critical care seperti ICU dan HCU), Monitoring Efek
Samping Obat (MESO), evaluasi penggunaan obat, serta dispensing sediaan steril.
Sedangkan kegiatan di rawat jalan meliputi pengkajian resep, penyerahan obat,
pencatatan penggunaan obat (PPP) serta konseling.

Bentuk manajemen mutu yang dilaksanakan Instalasi Farmasi berdasarkan


waktunya dibedakan menjadi prospektif, konkuren, dan retrospektif. Prospektif
merupakan program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan, contoh: pengkajian
standar prosedur operasional (SPO), dan pedoman. Konkuren adalah program
dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan, contoh : memantau kegiatan
konseling Apoteker, peracikan resep oleh Asisten Apoteker. Retrospektif merupakan
program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan dilaksanakan, contoh:
survei konsumen, laporan mutasi barang dan audit internal. Pengkajian mutu ini
dilakukan secara berkala untuk menjamin mutu pelayanan.
2. Tugas Pokok dan Fungsi Pengelolaan Perbekalan Farmasi di RS Bersalin Ibu
dan Anak “Kasih IBu”

a. Pengelolaan PF (Perbekalan Farmasi):


Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang
dimulai dari perencanaan hingga kegiatan monitoring dan evaluasi yang saling terkait
satu dengan yang lainnya. Kegiatan dalam perbekalan farmasi meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan/dokumentasi, dan pelaporan, penghapusan, serta monitoring dan evaluasi.

1) Tugas pokok pengelolaan PF


a. Melakukan pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan kepada pasien
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian
d. Mewujudkan sistem informasi manajemen berdaya guna dan tepat
guna
e. Menerapkan keadilan pada mutu pelayanan
f. Berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi.

g. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan


pelayanan kefarmasian.

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan


formularium rumah sakit.

2) Fungsi pengelolaan PF
a. Melakukan pemilihan perbekalan farmasi yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit
b. Melakukan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi di Rumah
Sakit secara optimal
c. Melakukan pengadaan perbekalan kefarmasian yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
d. Melakukan produksi perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
e. Melakukan penerimaan perbekalan farmasi yang sesuai dengan
spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
f. Melakukan penyimpanan perbekalan farmasi yang sesuai dengan
spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
g. Melakukan pendistribusian perbekalan farmasi ke unit–unit
pelayanan yang ada di Rumah Sakit
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan terkait persediaan perbekalan
farmasi di Rumah Sakit
i. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap perbekalan farmasi di
Rumah Sakit.

3. Kebijakan/system pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Bersalin


Ibu dan Anak “Kasih Ibu”
Sistem pengelolaan PF, meliputi:
a. Menyediakan dan memberikan pelayanan akan obat-obatan yang bermutu
dengan harga terjangkau oleh masyarakat dengan mengutamakan pemberian obat
generik berlogo
b. Menyediakan alat kesehatan yang bermutu baik dengan harga yang
terjangkau bagi masyarakat terutama pasien di rumah sakit.
1. Pemilihan
Proses kegiatan dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah
sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria
pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga
dan memperbaharui standar obat.
2. Perencanaan
Proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi
yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan
obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan
dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan
dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan berdasarkan DOEN,
formularium nasional, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit,
JKN, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa
persediaan, data pemakaian periode yang lalu, dan rencana pengembangan.
Perencanaan dilakukan setelah adanya rekapitulasi permintaan setiap poli yang
ada kemudian dianalisis dan disesuaikan anggaran yang dimiliki. Selanjutnya,
pemesanan obat dilakukan melalui salah satunya dari e-catalogue sesuai dengan
kebutuhan dan alokasi anggaran. Kemudian distributor/sub distributor (apabila
terdapat kekosongan obat / bahan sediaan habis pakai di distributor) akan
menyetujui dan barang akan dikirim ke gudang farmasi. Perencanaan ini
dilakukan tiap bulan, tepatnya pada akhir bulan.
3. Pengadaan
Kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui, melalui pembelian secara tender (oleh panitia pembelian barang
farmasi) dan secara langsung dari pabrik/ distributor/ pedagang besar farmasi/
rekanan, dan melalui sumbangan/droping/hibah. Setelah dilakukan perencanaa,
dilakukan pengadaan. PJ Pengelolaan Perbekalan Farmasi (PJ Gudang)
mengajukan usulan kebutuhan kepada Ka. IFRS. Ka.IFRS mengoreksi usulan
yang diajukan PJ Gudang. Usulan yang sudah disetujui Ka.IFRS disampaikan
kepada PPTK dan diteruskan kepada pejabat pengadaan. Pejabat pengadaan
menerima softcopy usulan kebutuhan IFRS yg telah ditandatangani Ka.IFRS dan
PPTK, serta mengecek kebenaran dari softcopy tersebut. Petugas pengadaan
mencetak usulan dan dikelompokkan sesuai sumber pembelian (e-catalog dan
non e-catalog). Tiap sumber pembelian dikelompokkan berdasarkan Distributor
masing-masing obat/alkes. Pejabat pengadaan melakukan pemesanan dengan
menerbitkan Surat Pesanan (SP) kepada masing-masing distributor. Perbekalan
farmasi yg masuk e-catalogue dilaksanakan secara e-purchasing sedangkan yang
non e-catalog secara manual. Distributor mengirim perbekalan farmasi sesuai SP
yang ditandatangani oleh pejabat pengadaan.
4. Penerimaan
Kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai
dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinasi atau
sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi yaitu pabrik harus
mempunyai sertifikat analisa, barang harus bersumber dari distributor utama,
harus mempunyai material safety data sheet (MSDS), khusus untuk alat
kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin, dan expire date
minimal 2 tahun.
Berdasarkan Direktorat Jenderal Binakefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, penerimaan adalah kegiatan untuk
menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan
kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, atau sumbangan. Penerimaan
perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab.
Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih baik dalam tanggung
jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti sifat penting dari perbekalan
farmasi. Dalam tim penerimaan farmasi harus ada tenaga farmasi.
Alur penerimaan barang di RS Bersalin Ibu dan Anak ”Kasih Ibu”
adalah sebagai berikut:
1. Distributor memberikan faktur dan barang yang akan
diserahterimakan yang kemudian akan di cek kesesuaiian barang
dengan SP dan faktur oleh petugas penerimaan
2. Petugas penerimaan juga mengecek jumlah barang yang diterima,
tanggal kadaluarsa dan kondisi barang saat diterima
3. Jika semuanya telah sesuai maka barang akan disimpan dan faktur
akan dientri dalam sistem
4. Jika ada ketidaksesuaian dengan barang, faktur dengan SP maka
petugas penerimaan berhak mengembalikan barang dan tidak
menanda tangani faktur
5. Penyimpanan
Kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang
ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya, mudah
tidaknya meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya terhadap cahaya, disertai dengan
sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan.
Penyimpanan obat dibedakan berdasarkan jenis sediaan serta kondisi-kondisi
khusus yang harus diperhatikan agar kestabilan obat terjamin. Oleh karenan itu
penyimpanan dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu :
1. Obat dan alkes
a. Disusun berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis
b. Menggunakan prinsip FEFO dan FIFO
c. Apabila jumlah persediaan cukup banyak maka perbekalan
farmasi tetap diletakkan dalam box dan ditata rapi diatas pallet
d. Perbekalan farmasi untuk penggunaan luar harus dipisah dengan
perbekalan farmasi untuk penggunaan dalam
e. nama masing-masing item dicantumkan dengan rapi di depan rak
tempat barng disimpan dengan keadaan mudah terbaca
2. Produk Nutrisi
a. Simpan produk nutrisi pada suhu yang tertera di kemasan biasanya
15-250C
b. Hindarkan produk dari sinar matahari langsung
c. Produk diletakkan dalam karton yang terletak di atas pallet dengan
jarak ± 5 cm dari dinding
d. Jauhkan produk dari bahan berbahaya dan beracun
3. Obat High Alert
Obat dipisahkan dalam ruangan khusus dengan penandaan stiker
warna merah dengan tulisan (HIGH ALERT, DOUBLE CHECK). Obat
ini sangat diperlukan kewaspadaan tinggi dalam pendistribusiannya
karena kesalahan pemberian akan menyebabkan kejadian yang tidak
diinginkan sampai kejadian sentinel. Contoh obat high alert adalah :
elektrolit pekat (D40, PZ >0,9%) serta beberapa daftar obat high alert
4. Obat kondisi khusus
a. Obat dengan ketentuan penyimpanan pada suhu tertentu:
- Suhu kamar terkendali : 15-250
- Suhu dingin: ≤80C
- Lemari pendingin: 2-80C
- Lemari pembeku: (-20)- (-10)0C
- Sejuk : 8-150C
b. Petugas wajib mengontrol suhu penyimpanan minimal 2 kali
dalam sehari (pagi dan sore)
c. Untuk obat yang sudah dibuka harus disimpan dan
diperhatikan kestabilannya
d. Apabila ada obat rusak (berubah warna, bau) maka harus
segera dilaporkan untuk dilakukan penarikan

5. Narkotika dan psikotropika


a. Disimpan di dalam lemari yang terbuat dari bahan kuat dengan
model kunci ganda dan berukuran kurang lebih 40 x 80 x 100 cm
b. Lemari tidak boleh menyimpan barang lain selain narkotika dan
psikotropika
c. Lemari harus tersimpan rapi dan tidak terlihat oleh umum
d. Setiap membuka dan menutup lemari petugas harus menulis pada
buku stok terkait jam membuka, nama obat yang
diambil/disimpan, jumlah, ttd dan nama petugas
e. Penerimaan dan penggunaan harus dilaporkan sesuai ketentuan
UU
6. Distribusi
Kegiatan menyalurkan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan
individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk
menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan
untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas
sumber daya yang ada, metode sentralisasi atau desentralisasi, dan sistem floor
stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.
Distribusi obat dan alat kesehatan merupakan fungsi utama pelayanan
farmasi RS yang dipimpin oleh apoteker. Hal terpenting yang harus
diperhatikan adalah menjamin pemberian obat yang benar dan tepat kepada
pasien sesuai dengan dosisi dan jumlah yang tertulis pada resep atau kartu obat.
Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap dilakukan berdasrkan resep perorangan. Untuk pasien rawat inap umum
dilakukan berdasarkan pada kartu obat, sedangkan untuk pasien rawat inap
berdasarkan Unit Dose Dispensing (UDD) mengingat dengan sistem ini tingkat
kesalahan pemberian dapat diminimalkan.
Namun untuk memenuhi perbekalan farmasi pada sore dan malam hari
(emergency) dilakukan sistem floor stock. Floor stock dikendalikan dengan
cara memasukkan obat-obatan floor stock di dalam box yang diberi kunci di
mana kunci ini memiliki seri dan hanya bisa dipakai sekali. Selain itu,
penggunaan obat-obatan floor stock akan dimonitor berdasarkan logbook floor
stock yang disertakan di samping troli floor stock yang mana logbook ini harus
diisi dengan ketentuan: nomor seri kunci, waktu pemakaian, nama obat yang
dipakai, nama pasien yang membutuhkan, petugas yang menggunakan, tanda
tangan petugas yang menggunakan dan tanda tangan penanggungjawab floor
stock box.
7. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan pada seluruh kegiatan pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara
periodik dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau
pertahun). Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan
yang berlaku. Pencatatan dilakukan untuk persyaratan Kementerian
Kesehatan/BPOM, dasar akreditasi Rumah Sakit, dasar audit Rumah Sakit, dan
dokumentasi farmasi. Pelaporan dilakukan sebagai bentuk komunikasi antara
level manajemen.
8. Pengendalian
Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian dilakukan terhadap kegiatan yang
sedang berjalan maupun yang sudah berlalu. Bertujuan menjamin pelayanan
kefarmasian yang sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan upaya
perbaikan kegiatan yang akan datang. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian
harus terintegrasi dengan program pengendalian mutu pelayanan kesehatan
Rumah Sakit, dan dilaksanakan secara berkesinambungan.
9. Monitoring dan Evaluasi
Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan perbekalan
farmasi di rumah sakit adalah dengan melakukan kegiatan monitoring dan
evaluasi (monev). Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai masukan guna
penyususnan perencanaan dan pengambilan keputusan. Pelaksanaan monev daapt
dilakukan secara periodik dan berjenjang. Indikator yang dapat digunakan dalam
melakukan monev pengelolaan perbekalan farmasi yaitu aokasi dana pengadaan
obat, biaya obat per kunjungan kasus, Biaya obat per kunjungan resep, ketepatan
perencanaan, prosentase dan nilai obat rusak, dan prosentase penggunaan
antibiotik.
10. Pemusnahan
Pemusnahan ini dibedakan menjadi pemusnahan obat dalam bentuk cair
dan dalam bentuk padat. Untuk obat atau produk cair yang berasal dari
bangsal, lab, dan area lainnya di rumah sakit ini dikumpulkan pada satu
bagian yang kemudian diolah melalui serangkaian sistem pengolahan air. SPA
ini dilakukan untuk memastikan bahwa limbah sudah tidak berbahaya bagi
lingkungan dan masyarakat saat dibuang ke lingkungan. Untuk pengolahan
obat atau produk yang berbentuk padat, pengolahan dilimpahkan ke pihak
ketiga yang sudah tersertifikasi dan melalui rekomendasi dari dinas
lingkungan hidup. Sedangkan untuk pemusnahan narkotika dan psikotropika
dilakukan berdasarkan peraturan yang berlaku.
4.Buat Kebutuhan PF Dasar (Obat dan Alat Kesehatan) Rawat Inap yang diperlukan selama 6 bulan, berdasar
pemakaian yang lalu

Jumlah
Jumlah Pemakaian Pemakaian Rata- Jumlah
Kebutuhan
Nama Obat yang lalu (selama 6 rata Lead Time Kebutuhan
(selama 6
bulan) (/Hari) (/Hari)
bulan)
Ampicilin 1 g injection 330 1 5 3 540
Lidokain 40 mg injeksi 654 3 5 9 1620
Gentamisin 40 mg/2ml inj 360 2 5 4 720
Ceftriaxone 1 g injection 450 4 5 8 1440
Ringer Dextrose 5% 327 9 5 18 3240
Masker NRBM 500 3 5 6 1080
Cefazoline injeksi 200 2 5 4 720
Metoclorpramide 10 mg injeksi 350 3 5 6 1080
Iv cath 18/iv20 540 2 5 4 720
Ringer Lactat 900 5 5 30 5400
NaCl 0,9% 900 5 5 30 5400
Dextrose 20% 540 3 5 18 3240
Infus set 1800 10 5 60 10800
Ca Gluconas injeksi 540 3 5 6 1080
Dopamin injeksi 400 4 5 8 1440
Metronidazol infus 500 mg 360 2 5 4 720
Dextrose 10% 540 5 5 10 1080
Nebulizer masker dewasa 360 2 5 12 2160
Asering 620 4 5 8 1440
Aquadest/WFI 500 2 5 12 2160
Catheter no. 16 540 3 5 18 3240
Urobag 1800 10 5 60 10800
Disposible spuit 3 ml 3600 20 5 120 21600
Disposible spuit 10 ml 3000 15 5 110 24600
Disposible spuit 5 ml 3300 10 5 100 20600
Disposible spuit 1 ml 3100 12 5 105 19500
Underpad 550 4 5 18 3240
Methyl ergometrin injeksi 650 8 5 16 2880
Suction no. 6 300 2 5 12 2160
Masker nebulizer 180 1 5 6 1080
Epinephrin injeksi 400 4 5 8 1440
Asam Traneksamat 500 mg injeksi 450 5 5 10 1080
NRBM dewasa 300 3 5 6 1080
Tracheostomy NGT 16 300 3 5 6 1080
Disposible spuit 1 ml 1800 10 5 60 1080
Ranitidin 50 mg injeksi 360 2 5 12 2160
MgSO4 40% injeksi 360 2 5 12 2160
Stomach tube 250 2 5 4 720
Atropin injeksi 400 2 5 4 720
Suction Catheter 540 3 5 18 3240
Three way 360 2 5 12 2160
Vitamin K 10 mg injeksi 360 2 5 12 2160
Furosemid 10 mg/ml injeksi 300 2 5 12 2160
Dexamethason 5 mg injeksi 540 3 5 18 3240
Ketorolac 100 mg injeksi 540 3 5 18 3240
5.Berdasar kebutuhan ad d, buat analisa persediaan (ABC & VEN)

Jumlah Pemakaian
Pemakaian Rata- rata Jumlah
Jumlah
Kebutuhan Harga %
Nama Obat Kebutuhan Total Harga % ABC VE
yang lalu (/Hari) (selama 6 Satuan Kumulatif
(/Hari)
(selama 6 bulan)
bulan)
11,0
Ampicilin 1 g injection 330 1 3 540 Rp240.000 Rp129.600.000 11,05% A E
5%
3,49
Lidokain 40 mg injeksi 654 3 9 1620 Rp25.300 Rp40.986.000 14,54% A V
%
1,83
Gentamisin 40 mg/2ml injection 360 2 4 720 Rp29.880 Rp21.513.600 16,38% A E
%
3,67
Ceftriaxone 1 g injection 450 4 8 1440 Rp29.880 Rp43.027.200 20,05% A E
%
2,81
Ringer Dextrose 5% 327 9 18 3240 Rp10.158 Rp32.911.920 22,85% A E
%
0,77
Masker NRBM 500 3 6 1080 Rp8.367 Rp9.036.360 23,62% A
%
0,71
Cefazoline injeksi 200 2 4 720 Rp11.525 Rp8.298.000 24,33% A E
%
0,77
Metoclorpramide 10 mg injeksi 350 3 6 1080 Rp8.327 Rp8.993.160 25,10% A E
%
0,47
Iv cath 18/iv20 540 2 4 720 Rp7.630 Rp5.493.600 25,57% A
%
3,15
Ringer Lactat 900 5 30 5400 Rp6.840 Rp36.936.000 28,71% A V
%
1,47
NaCl 0,9% 900 5 30 5400 Rp3.200 Rp17.280.000 30,19% B E
%
2,86
Dextrose 20% 540 3 18 3240 Rp10.351 Rp33.537.240 33,05% B V
%
5,67
Infus set 1800 10 60 10800 Rp6.160 Rp66.528.000 38,72% B E
%
0,92
Ca Gluconas injeksi 540 3 6 1080 Rp9.984 Rp10.782.720 39,64% B V
%
1,19
Dopamin injeksi 400 4 8 1440 Rp9.705 Rp13.975.200 40,83% B V
%
0,88
Metronidazol infus 500 mg 360 2 4 720 Rp14.271 Rp10.275.120 41,71% B E
%
0,59
Dextrose 10% 540 5 10 1080 Rp6.448 Rp6.963.840 42,30% B E
%
1,87
Nebulizer masker dewasa 360 2 12 2160 Rp10.158 Rp21.941.280 44,17% B
%
0,68
Asering 620 4 8 1440 Rp5.500 Rp7.920.000 44,85% B E
%
0,30
Aquadest/WFI 500 2 12 2160 Rp1.613 Rp3.484.080 45,14% B N
%
0,22
Catheter no. 16 540 3 18 3240 Rp800 Rp2.592.000 45,36% B
%
4,60
Urobag 1800 10 60 10800 Rp5.000 Rp54.000.000 49,97% B
%
3,02
Disposible spuit 3 ml 3600 20 120 21600 Rp1.639 Rp35.402.400 52,99% C
%
12,5
Disposible spuit 10 ml 3000 15 110 24600 Rp6.000 Rp147.600.000 65,57% C
8%
Disposible spuit 5 ml 3300 10 100 20600 Rp11.400 Rp234.840.000 20,0 85,59% C
2%
2,34
Disposible spuit 1 ml 3100 12 105 19500 Rp1.408 Rp27.456.000 87,93% C
%
0,60
Underpad 550 4 18 3240 Rp2.190 Rp7.095.600 88,54% C
%
2,57
Methyl ergometrin injeksi 650 8 16 2880 Rp10.454 Rp30.107.520 91,10% C V
%
1,92
Suction no. 6 300 2 12 2160 Rp10.400 Rp22.464.000 93,02% C
%
0,09
Masker nebulizer 180 1 6 1080 Rp1.000 Rp1.080.000 93,11% C
%
0,56
Epinephrin injeksi 400 4 8 1440 Rp4.550 Rp6.552.000 93,67% C V
%
Asam Traneksamat 500 mg 0,35
450 5 10 1080 Rp3.796 Rp4.099.680 94,02% C E
injeksi %
0,31
NRBM dewasa 300 3 6 1080 Rp3.410 Rp3.682.800 94,33% C
%
0,31
Tracheostomy NGT 16 300 3 6 1080 Rp3.328 Rp3.594.240 94,64% C
%
0,19
Disposible spuit 1 ml 1800 10 60 1080 Rp2.100 Rp2.268.000 94,83% C
%
0,36
Ranitidin 50 mg injeksi 360 2 12 2160 Rp1.950 Rp4.212.000 95,19% C E
%
0,32
MgSO4 40% injeksi 360 2 12 2160 Rp1.740 Rp3.758.400 95,51% C V
%
0,11
Stomach tube 250 2 4 720 Rp1.735 Rp1.249.200 95,62% C
%
0,07
Atropin injeksi 400 2 4 720 Rp1.097 Rp789.840 95,69% C V
%
0,30
Suction Catheter 540 3 18 3240 Rp1.089 Rp3.528.360 95,99% C
%
0,55
Three way 360 2 12 2160 Rp2.976 Rp6.428.160 96,53% C
%
0,70
Vitamin K 10 mg injeksi 360 2 12 2160 Rp3.796 Rp8.199.360 97,23% C E
%
1,93
Furosemid 10 mg/ml injeksi 300 2 12 2160 Rp10.454 Rp22.580.640 99,16% C E
%
0,54
Dexamethason 5 mg injeksi 540 3 18 3240 Rp1.950 Rp6.318.000 99,70% C E
%
0,30
Ketorolac 100 mg injeksi 540 3 18 3240 Rp1.097 Rp3.554.280 100,00% C E
%
Rp1.172.935.800 100%
6. Bagaimana Upaya Pelaksanaan Patient Safety dalam Pengelolaan PF di unit
tersebut

Kebijakan pengelolaan Perbekalan Farmasi dalam rangka patient safety:

1. Pengelolaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh instalasi


farmasi.Perbekalan farmasi, sebagian besar berupa obat dan sisanya adalah
alkes dan bmhp. Farmasilah yang mengerti dan mendapatkan ilmu terkait
mutu, dan stabilitas penyimpanan perbekalan tersebut.
2. Pelayanan perbekalan farmasi harus dilakukan sistem satu pintu
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan
formularium, pengadaan, dan pendistribusian perbekalan farmasi yang
bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi
Farmasi. IFRS bertanggung jawab beredarnya PF di Rumah Sakit, sehingga
tidak ada pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit yang dilaksanakan
selain oleh IFRS. Hal ini juga dapat memudahkan terjadinya telusur apabila
terdapat kejadian atau kesalahan dalam pengelolaan perbekalan farmasi.

Manfaat Pelayanan satu Pintu :

a. mendapatkan manfaat dalam pengawasan dan pengendalian


penggunaan perbekalan farmasi, standarisasi, penjaminan mutu dan
pengendalian harga perbekalan farmasi.
b. dapat dilaksanakan pemantauan terapi Obat sehingga menurunkan
risiko kesalahan terkait penggunaan PF(keselamatan pasien)
c. Kemudahan akses data persediaan farmasi yang akurat, peningkatan
mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit
d. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit serta peningkatan kesejahteraan
pegawai.
3. Pengelolaan perbekalan farmasi harus dilaksanakan secara
multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk
menjamin kendali mutu dan kendali biaya.
4. Rumah sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk
meningkatkan keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai
(high-alert medication),
Rumah sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan obat yang sering
menyebabkan kesalahan (sentinen event) dan beresiko menyebabkan efek yang tidak
diinginkan ( ROTD) yang tergolong obat high alert

Kelompok Obat High Allert yang perlu diwaspadai


a. Nama obat yang terlihat mirip, kedengaran mirip (NORUM) atau Look a like
sound a like (LASA)
b. Obat elektrolit pekat : Injeksi KCl 7,46% atau 2meq/ml, Na Cl 3 % dan NaBic
8,4 %
c. Obat High Risk .
Kebijakan dalam pengelolaan Perbekalan farmasi untuk mencapai patient
safety

1. Pemilihan
KFT harus mempunyai dasar pemilihan obat yang dapat masuk dalam
formularium RS dituangkan dalam kebijakan
a. Ada mekanisme Proses Review obat yang masuk
b. Usulan dari SMF ditunjang dengan data safety dan efikasi
(Jurnal/PPK/Clinical Pathway)
c. Mutu dan Harga
Kriteria Pemilihan Obat :
a. Telah memiliki no registrasi untuk obat dan ijin edar untuk BMHP
b. Mengutamakan penggunaan obat generik
c. Perbandingan antara obat generik, original dan generik bermerek
(x:y:z)
d. Memiliki rasio manfaat dan risiko yang paling menguntungkan pasien
e. Memiliki rasio manfaat dan biaya yang paling menguntungkan pasien
f. Efektif, aman dan efisien
g. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
h. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
i. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
j. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;

2. Perencanaan
Berdasarkan FORNAS, Formularium Rumah Sakit, PDT, CP
a. Menggunakan data konsumsi, epidemiologi, atau kombinasikeduanya
Tujuan :
a. Tidak terjadi kekosongan obat
b. Tidak terjadi Over stock
Pertimbangan :
a. Anggaran
b. Stok yang ada
c. Data konsumsi periode lalu
d. Rencana Pengembangan
e. Stok pengaman
3. Pengadaan
Memperhatikan kriteria mutu dan keselamatan pasien
Persyaratan obat yang harus dilampirkan oleh distributor :
a. Memiliki izin edar obat yang masih berlaku
b. Memiliki Expire date Obat minimal 1 tahun
c. Produsen farmasi memenuhi cara pembuatan obat yang baik
(CPOB) untuk obat yang ditawarkan : ada COA

Persyaratan kualifikasi penyedia / vendor / distributor :


a. Memiliki surat izin usaha perdagangan (SIUP)
b. Memiliki izin Pedagang Besar Farmasi (PBF)
c. Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya tidak masuk dalam
daftar hitam (terkait kasus hukum)
d. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa
pengiriman Menunjukkan surat penunjukan dari produsen farmasi sebagai
distributor
4. Penerimaan Barang
a. Tertuang dalam SPO untuk hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menerima barang :
b. Spesifikasi obat / BMHP sesuai dengan yang ada pada PO
c. Memastikan obat/alkes asli ada no registrasi
d. Kondisi pengiriman : suhu selama perjalanan.
e. Harga dan diskon sesuai
f. Expired date minimal 2 tahun, atau dimungkinkan untuk kondisi
khusus
g. Lakukan dokumentasi penerimaan barang dengan baik
h. Penerimaan barang harus dilakukan/disaksikan oleh Apoteker atau
TTK yang bertanggung jawab pada logistik farmasi
5. Penyimpanan
a. Akuntabilitas persediaan obat/BMHP : jumlah barang masuk dan keluar
harus sesuai.
b. Kondisi penyimpanan : suhu, cahaya, kelembaban dilakukan monitoring
setiap hari.
c. Dalam SOP ada mekanisme bagaimana mengatasi jika ada pemadaman
listrik
d. Kriteria aman : tidak hilang, tidak salah (label seperti High Alert, LASA,
Narkotika, dll dan penandaan lain
e. (akses terbatas)
f. Penyusunan berdasarkan FEFO untuk Menghindari expired.
g. Penyimpanan Narkotika dengan “double lock”
6. Pendistribusian
Sistem pendistribusian yang dipakai di RS :
a. Unit Dose Dispensing
b. Floor stock
c. Individual prescribing
d. Penyimpanan obat di ruangan disertai pengawasan untuk menghindari
kehilangan dan kerusakan
e. Kebijakan peresepan obat hanya untuk pemakaian dilingkungan RS,
kecuali jika ada ijin apotik

You might also like