You are on page 1of 3

LAPORAN KESIMPULAN BACA JURNAL

RESIDEN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

NAMA : Novaria Puspita


SEMESTER : VI
JUDUL : Aerobic training decreases bronchial
hyperresponsiveness and systemic inflammation in
patients with moderate or severe asthma:
a randomised controlled trial
SUMBER : Respiratory research BMJ
TAHUN PUBLIKASI : 2017
DISAMPAIKAN KEPADA :
SUBDIVISI : Respirasi
TANGGAL : 02 Maret 2018
PEMEGANG : dr. Tri Damiati Pandji, Sp. KFR(K)
MODUL
PEMBIMBING : dr. Dian Marta Sari, Sp. KFR, M. Kes.

ANALISIS KESIMPULAN
PENDAHULUAN
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan karakteristik
obstruksi saluran nafas dan hiperresponsif bronkial dan berhubungan dengan episode mengi
berulang, kesulitan bernafas, dada sesak dan batuk.
Manfaat latihan aerobik terhadap karakteristik utama asma yaitu hiperresponsif bronkial dan
inflamasi masih belum banyak diketahui. Efek latihan pada hiperresponsif bronkial masih
kontroversial. Penelitian-penelitian hiperresponsif bronkial sebelumnya belum menggunakan
doubling dose yang merupakan metode standar baku emas yang direkomendasikan oleh guideline
terbaru dan sudah sering digunakan dalam clinical trials.

1
Tujuan
Untuk meneliti efek latihan aerobik pada hiperresponsif bronkial (BHR) (primary outcome),
serum inflamasi sitokin (secondary outcome), clinical control and asthma quality of life (Asthma
Quality of Life Questionnaire (AQLQ)) (tertiary outcome).

Desain Penelitian:
Randomized, Controlled, single-blinded Trial

Metode:
Lima puluh delapan pasien berusia 20-59 tahun yang didiagnosa asma persisten sedang dan
berat direkrut dari University Hospital dan dirandomisasi menjadi kelompok kontrol (CG) dan
kelompok yang diberikan latihan aerobic (TG). Pasien CG diberikan program edukasi dan latihan
pernafasan (sham) dan TG diberikan program yang sama dengan CG dan ditambah dengan latihan
aerobik selama 3 bulan. Hiperresponsif bronkial (BHR), serum sitokin, clinical control, AQLQ,
induced sputum dan fractional exhale nitric oxide (FeNO) dinilai sebelum dan sesudah intervensi.

Outcome Measures
a. Hiperrresponsif Bronkial
Test Provokasi Bronkial dengan histamin yang mengacu pada American Thorax Society
(ATS) guideline. Hasil positif bila konsentrasi histamine turun > 20% pada forced expiratory
volume dalam 1 detik (FEV1, PC20)
b. Serum Sitokin dan total IgE
The cytometric bead array method (BD Biosciences, San Jose, California, USA) digunakan
untuk menganalisa level of IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, tumour necrosis factor (TNF)-α, IL-
12p70, IL-8/CXCL8, MCP-1/CCL2 and RANTES/CCL5. Total serum IgE diukur dengan
nephelometry menggunakan commercially available kits (Dade Behring/Siemens, Deerfield,
Illinois, USA).
c. Fractional exhaled nitric oxide (FeNO)
Semua pengukuran menggunakan chemiluminescence (Sievers 280) berdasarkan
rekomendasi ATS. FeNO disebut memiliki arti apabila meningkat >26 ppb.
d. Induced sputum
Sputum dikumpulkan dan diproses dengan metode standar. Eosinophil memiliki arti apabila
terjadi peningkatan >3%.

2
e. Asthma symptoms and exacerbation
Gejala dan eksaserbasi asma dievaluasi dengan menggunakan diari gejala harian.
Eksaserbasi asma didefinisikan sebagai peningkatan gejala yang berhubungan dengan
kriteria yaitu penggunaan medikasi > 4 puff per 24 jam selama periode 48 jam,
membutuhkan kortikosteroid sistemik, medical appointment yang tidak terjadwal dan
masuk ruang gawat darurat atau dirawat di rumah sakit.
f. Asthma control questionnaire (ACQ)
ACQ-7 terdiri atas 7 pertanyaan yang berhubungan dengan gejala asma, pemggunaan short-
acting β2-agonist and FEV1 pada persentase predicted value.
g. Asthma Quality of Life (AQLQ)
AQLQ terdiri dari 4 domain yaitu pembatasan aktivitas, gejala, fungsi emosional dan
stimulus lingkungan. Semakin tinggi AQLQ menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik.
h. Cardiopulmonary exercise test and pulmonary function
Pemeriksaan menggunakan treadmill dengan ramp protocol, sesuai rekomendasi the
American College of Cardiology/American Heart Association. Test fungsi paru mengacu
pada guideline ATS/European Respiratory Society.
i. Atopi
Pasien disebut atopi bila ada riwayat kilinis mengarah pada alergi pernafasan dan IgE
spesifik pada in vivo (skin prick test) dan/atau pada in vitro (Phadiatop test).

Hasil:
Empat puluh tiga pasien (21 CG dan 22 TG) menyelesaikan studi selama 12 minggu dan
dianalisis. Group TG mengalami perbaikan pada hiperresponsif bronkial dengan menggunakan
doubling dose (95% CI 0,5 menjadi 1,7), penurunan IL-6 dan monocyte chemoattractant protein 1
(MCP-1) dan peningkatan AQLQ and perbaikan eksaserbasi asma ( p<0.05). Tidak terdapat efek
pada IL-5, IL-8, IL-10, selularitas sputum, FeNO or Asthma Control Questionnaire 7 (ACQ-7;
p>0.05).

Kesimpulan:
Latihan aerobik menurunkan hiperresponsif bronkial (BHR) dan serum proinflammatory
cytokines dan meningkatkan kualitas hidup serta memperbaiki eksaserbasi pada pasien asma sedang
dan berat. Dari hasil tersebut disarankan latihan dapat dijadikan sebagai terapi tambahan bagi terapi
farmakologis untuk perbaikan asma.

You might also like