You are on page 1of 18

LAPORAN KASUS PSIKIATRI

GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF

Disusun Oleh :
Fathya Auliannisa
1710221066

Pembimbing :
Dr. Mardi Susanto Sp. KJ (K)
Dr. Tribowo Tuahta Ginting Sugihen Sp.KJ (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT UMUM PERSAHABATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA
PERIODE 4 MARET 2019 S/D 6 APRIL 2019
SURAT PERNYATAAN

Laporan kasus ini diajukan oleh :


Nama : Fathya Auliannisa
NIM : 1710221066
Program Studi : S1 Fakultas Kedokteran
Tahun Akademik : 4 Maret 2019 – 6 April 2019

Dengan ini menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiarism dalam
penulisan laporan kasus berjudul :

GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF

Apabila suatu saat terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan menerima sanksi
yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan benar-
benarnya.

Jakarta, 16 Maret 2019

Fathya Auliannisa
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. B
Usia : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Pendidikan : S2
Status : Belum kawin
Pekerjaan :-

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Pada hari Rabu tanggal 19 Maret 2019. Pasien datang sendiri ke Poliklinik
Jiwa RSUP Persahabatan Jakarta kemudian dilakukan autoanamnesis

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke poliklinik jiwa RSUP Persahabatan Jakarta, untuk
control obat habis.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien perempuan, dating ke Poliklinik Jiwa RSUP Persahabatan
dating dengan penampilan rapi, memakai baju lengan pendek, sopan,
sesuai usia, tidak ditemukan gerakan involunter.
Pasien merupakan pasien kontrol ke poliklinik jiwa RSUP
Persahabatan. Pasien kontrol rutin tiap bulan, sebelumnya pasien sempat
berobat ke Poliklinik Jiwa di beberapa Rumah Sakit. Diantaranya RS
Pelabuhan, RS Koja, RS Carolus, RS Mitra Keluarga dan RSPAD Gatot
Soebroto.
Pasien mempunyai keluhan sering memikirkan beberapa hal, dan
cenderung detail dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Saat pasien ingin
berangkat atau bepergian, pasien berulang kali mengecek apakah ada yang
tertinggal. Saat pasien mencuci tangan dan mandi, pasien merasa ada
beberapa bagian yang tidak terbasuh sabun, hingga ia harus mengulang
mencuci tangan dan juga mandi. Sebelumnya pasien sempat kerja di
bagian keuangan, pasien merasa waktu kerja yang ia gunakan sangat lama,
karena ia harus mengecek perhitungan keuangan perusahaan tempat ia
bekerja berulang kali. Hal ini ia lakukan karena takut ada yang terlewat
dan terlupa, dan jika pasien tidak melakukannya, ia merasa tidak tenang.
Pasien juga mengeluh terdapat gangguan tidur. Pasien sulit untuk masuk
tidur, dan juga menjaga tidurnya, menyebabkan kualitas tidur pasien
kurang baik. Pasien merasa keluhan ini sangat mengganggu dan menyita
pikirannya. Pasien tidak bisa mengerjakan pekerjaan dengan tenang, hal
ini membuat pasien ingn menceritakan keluh kesahnya.
Namun disayangkan, komunikasi antara pasien dengan ibunya yang ia
percayai kurang baik. Ibu pasien tidak bisa menyimak dan memberikan
advice kepada pasien sesuai keinginan pasien. Ibu pasien cenderung
memikirkan keadaan kakak pasien yang menjadi korban kekerasan rumah
tangga oleh suaminya, dan keadaan ayahnya yang sudah meninggal tahun
2013 silam. Pasien merasakan keluhan ini sejak 20 tahun yang lalu.
Pasien memiliki riwayat penyakit tumor payudara, dan fistula ani.
Pasien di diagnosis penyakit tersebut sejak 3 tahun yang lalu. Penyakit
tumor payudara pasien sudah selesai di tangani dan di biopsi dengan hasil
jinak. Sedangkan untuk penyakit fistula, sampai sekarang pasien masih
dalam masa pengobatan ke Poliklinik Bedah Digestif.
Pasien saat ini tinggal dirumah bersama ibu dirumah milik keluarga.
Ayah pasien sudah meninggal tahun 2013. Pasien merupakan anak kedua
dari 2 saudara. Kakak pasien sudah menikah dan tinggal bersama
suaminya.
Pasien mulai diberikan pertanyaan untuk mencari apakah terdapat
gangguan mental organik, yang dinilai dari fungsi kognitif, memori serta
orientasi. Pasien diberikan soal hitungan sederhana, 100 – 7 pasien
menjawab 93, kemudian 93 – 7 pasien menjawab 86, kemudian 86 – 7
pasien menjawab 79. Pasien menjawab dengan benar, menandakan fungsi
kognitif masih baik. Kemudian pasien diberi pertanyaan untuk mengetes
daya ingat jangka panjang. Pertanyaan pertama dimanakah pasien sekolah
SD, SMP, SMA dan kuliah, pasien menjawab di Marsudi Rini, dan pasien
kuliah di Kwik Kian Bisnis School. Untuk mengetahui daya ingat jangka
menengah pasien diberi pertanyaan kegiatan apa yang di lakukan saat
Natal kemarin pasien menjawab jalan-jalan bersama keluarga. Untuk
mengetahui daya ingat jangka pendek pasien diberi pertanyaan dengan
apakah pasien sarapan sebelum berangkat ke RSUP Persahabatan, dan
pasien menjawab sarapan. Untuk mengetahui daya ingat segera pasien
diberi 3 kata benda yaitu meja kursi pulpen, pasien dapat mengingat dan
mengulangnya dengan baik. Pasien diberi pertanyaan siapa ibu presiden
Indonesia wanita pasien menjawab Megawati Soekarnoputri. apa ibukota
Jepang pasien menjawab Tokyo. Lalu pasien diberi pertanyaan sekarang
sedang berada dimana, waktunya pagi, siang atau sore hari, sedang
bersama siapa, dan sedang melakukan apa. Pasien menjawab sedang di
RSUP Persahabatan Poliklinik Jiwa, siang hari menjelang sore, sedang
bersama dokter dan koas, sedang berkonsultasi. Hal ini menandakan
fungsi kognitif, pengetahuan umum, daya ingat, orientasi waktu, orang,
tempat, dan situasi pasien masih bagus.

Pasien diberi pertanyaan lagi apakah pasien menggunakan NAPZA


atau zat psikoaktif lain selama 12 bulan terakhir, pasien menjawab pasien
tidak pernah mengonsumsi zat Psikoaktif apapun.

Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya gangguan dalam penilaian


realita. Pasien tidak merasakan melihat, mendengar, mencium, merasakan
sesuatu yang tidak ada wujud atau sumber stimulusnya. Pasien juga tidak
memiliki gangguan isi pikiran berupa keyakinan yang salah atau waham.

Pasien ditanya apakah pasien merasa sedih berlebihan seperti


perasaan murung, frustasi yang disertai perasaan kehilangan minat dan
mudah lelah selama 2 minggu ini. Pasien mengaku tidak pernah
mengalami rasa sedih yang berlebihan selama 2 minggu terakhir. Pasien
juga tidah pernah mengalami kegembiraan yang berlebih. Pasien saat
senang atau gembira hanya sewajarnya saja, tidak ada aktifitas mental
maupun psikomotor berlebihan.
Pasien kemudian ditanya mengenai adanya keluhan cemas. Pasien
mengaku beberapa kali sempat cemas memikirkan pekerjaan dan karirnya.

Pasien mempunyai keluhan sering memikirkan beberapa hal, dan


cenderung detail dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Saat pasien ingin
berangkat atau bepergian, pasien berulang kali mengecek apakah ada yang
tertinggal. Saat pasien mencuci tangan dan mandi, pasien merasa ada
beberapa bagian yang tidak terbasuh sabun, hingga ia harus mengulang
mencuci tangan dan juga mandi. Sebelumnya pasien sempat kerja di
bagian keuangan, pasien merasa waktu kerja yang ia gunakan sangat lama,
karena ia harus mengecek perhitungan keuangan perusahaan tempat ia
bekerja berulang kali. Hal ini ia lakukan karena takut ada yang terlewat
dan terlupa, dan jika pasien tidak melakukannya, ia merasa tidak tenang.
Pasien juga mengeluh terdapat gangguan tidur. Pasien sulit untuk masuk
tidur, dan juga menjaga tidurnya, menyebabkan kualitas tidur pasien
kurang baik. Pasien merasa keluhan ini sangat mengganggu dan menyita
pikirannya. Pasien merasa bahwa dirinya termasuk orang yang
perfeksionis yang harus melakukan sesuatu sesuai dengan prosedur dan
tidak boleh ada yang terlupa, ataupun salah.

Menurut ibu pasien, pasien lahir normal. Semenjak kanak-kanak awal


dan akhir pasien hanya mempunyai sedikit teman. Menurut ibunya,
tumbuh kembang pasien sama dengan anak seusianya. Status pendidikan
pasien, pasien merupakan tamatan S2. Saat SMP pasien pernah menjadi
korban bullying oleh teman-temannya. Ketika masa sekolah, Pasien tidak
pernah tinggal kelas, memiliki teman dan dapat mengikuti permainan
teman-teman sekolahnya. Pasien dapat bersosialisasi dan bekerja sama
dalam pekerjaan. Pasien belum menikah. Saat ini pasien tidakbekerja.
Selama 2 minggu belakangan ini pasien merasa hampa, kosong.
Pasien masih bisa tertawa akan hal lucu dan sedih jika teringat ayahnya.
Pasien ditanyakan arti dari kiasan kepala batu. Arti kiasan tersebut
mampu diartikan dengan benar oleh pasien, sehingga dapat disimpulkan
daya abstraksi pasien baik. Pasien juga di beri pertanyaan jika melihat
seorang anak kecil sedang menyebrang apa yang akan dilakukan.
Kemudian pasien mengatakan jika dirinya akan membantu anak tersebut
menyebrang hal ini menandakan daya nilai pasien masih baik.
Saat ditanyakan 3 harapan yang diinginkan pasien:
1. Kesembuhan
2. Dapat kerja
3. Bahagia

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatri


Pasien tidak ada riwayat gangguan psikiatri lain
2. Riwayat Gangguan Medik
Fistula ani, tumor payudara
3. Riwayat Penggunaan NAPZA
Tidak ada
4. Riwayat Gangguan Neuorologi
Pasien tidak ada riwayat cedera pada kepala.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal :
Normal
2. Riwayat masa kanak-kanak awal :
Pasien dapat bersosialisasi, tumbuh dan berkembang sama dengan anak
seusianya
3. Riwayat masa kanak-kanak akhir :
Pasien dapat bersosialisasi, tumbuh dan berkembang sama dengan anak
seusianya, pasien pernah menjadi korban bullying
4. Riwayat masa remaja :
Pasien memiliki beberapa teman dan dapat bersosialisasi dengan baik
5. Riwayat pendidikan :
Pendidikan terakhir pasien S2.
6. Riwayat pekerjaan :
Pekerjaan sebagai akuntan di Perusahaan Pelayaran
7. Riwayat pernikahan :
Belum menikah
8. Riwayat Beragama:
Pasien beragama Katolik
9. Hubungan dengan keluarga
Hubungan pasien dengan ibunya kurang komunikasi, pasien ingin
mengungkapkan keluhannya kepada ibunya, namun ibunya lebih memikirkan
keadaan kakak pasien
10. Riwayat Keluarga:
Pasien mengaku di keluarganya tidak ada yang memiliki keluhan yang sama
dengan pasien
11. Situasi sosial sekarang:
Pasien perempuan, 36 tahun. Pasien tinggal dirumah keluarga sendiri bersama
dengan ibunya. Untuk ekonomi dan kebutuhan hidup sehari-hari dari hasil
tabungan dan pensiunan almarhum ayahnya. Pasien mengaku tidak memiliki
masalah ekonomi. Pasien merupakan pasien BPJS.
12. Persepsi pasien tentang dirinya dan kehidupannya:
Keinginan pasien saat ini: Ingin kesembuhan, dapat bekerja kembali, dan
bahagia

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Perempuan usia 36 tahun, datang sendiri ke RS Persahabatan. Berpakaian
kurang rapih, sesuai usia, tenang dan sopan.
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Kontak Psikis : Kontak psikis dan komunikasi baik
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Cara berpakaian : Baik, kurang rapih
b. Cara berjalan : Pasien dapat berjalan dengan baik tanpa bantuan
c. Aktivitas psikomotor: pasien gelisah, kooperatif, menjawab pertanyaan
dengan baik, tidak ada gerakan involunter.
3. Pembicaraan
a. Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter, dapat
mengungkapkan isi hatinya dengan jelas, meski sedikit berputar-
putar
b. Kualitas : Bicara spontan, volume cukup, artikulasi jelas, pembicaraan
terarah dan isi pembicaraan dapat dimengerti.
4. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : kosong, hampa
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Mood dan afek serasi
4. Empati : Pemeriksa dapat merabarasakan apa yang dirasakan pasien
C. Fungsi Intelektual dan Kognitif
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Pendidikan terakhir pasien adalah S2. Pengetahuan umum dan kemampuan
berhitung pasien baik.
2. Daya konsentrasi
Daya konsentrasi pasien baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik
dari awal sampai akhir. Pasien dapat menjawab hitungan aritmatika dengan
benar. Pasien juga dapat mengulang kembali 3 nama benda yang diucapkan
pemeriksa.
3. Orientasi
a. Waktu : Baik, pasien dapat mengetahui waktu saat berobat yaitu siang
hari
b. Tempat : Baik, pasien dapat mengetahui sedang berada di Rumah Sakit
Persahabatan
c. Personal : Baik, pasien mengetahui sedang berbicara dengan dokter
d. Situasi : Baik, pasien menyadari sedang berkonsultasi dengan dokter dan
tujuan datang adalah untuk berobat atas masalahnya
4. Daya ingat
a. Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih mengingat tentang kehidupannya dan jenjang
pendidikannya
b. Daya ingat jangka menengah
Baik, pasien masih mengingat kegiatan saat natal kemarin.
c. Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien masih ingat tadi pagi sebelum berangkat sarapan terlebih
dahulu
d. Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengulang menyebutkan 3 kata yang disebutkan.
5. Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat mengerti beberapa arti kiasan.
6. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien masih mampu mengerjakan segala sesuatu dan mengurus diri
sendiri tanpa bantuan orang lain.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
a. Halusinasi Auditorik : Tidak Ada
b. Halusinasi Visual : Tidak Ada
c. Halusinasi Taktil : Tidak Ada
d. Halusinasi Olfaktorik : Tidak Ada
e. Halusinasi Gustatorik : Tidak Ada
2. Depersonalisasi dan Derealisasi
a. Depersonalisasi : Tidak ada
b. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : Baik, pasien dapat menjawab spontan
b. Kontuinitas : Pasien menjawab semua pertanyaan dengan baik dan
kohern.
2. Isi Pikiran
a. Preokupasi : Ada. Pasien memikirkan beberapa pekerjaan berulang
kali
b. Gangguan pikiran : Waham tidak ada
F. Pengendalian Impuls
Selama melakukan tanya jawab pasien tenang, kooperatif, tidak terdapat
gerakan involunter.
G. Daya Nilai
1. Nilai Sosial
Pasien dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang sekitar dengan
baik.
2. Uji Daya Nilai
Daya nilai pasien baik. Ketika pasien diberi pertanyaan jika ada anak kecil yang
ingin menyebrang, ia akan membantunya
3. Penilaian Realitas
Pasien tidak memiliki gangguan dalam menilai realita berupa waham dan
halusinasi.
H. Persepsi Pemeriksa terhadap Diri dan Kehidupan Pasien
Pasien menyadari dirinya sakit dan ingin sembuh. Pasien datang kontrol atas
kemauan diri sendiri untuk sembuh.
I. Tilikan
Pasien ini memiliki tilikan derajat 6 karena pasien menyadari situasi yang
terjadi pada dirinya bahwa dirinya sakit dan tahu penyebabnya disertai motivasi
untuk mencapai perbaikan dengan cara berobat ke dokter.
J. Taraf dapat Dipercaya
Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban pasien dapat
dipercaya karena pasien menjawab dengan konsisten terhadap pertanyaan yang
diberikan dari awal hingga akhir.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
▪ Keadaan Umum/Kesadaran : Baik, compos mentis
▪ Tanda Vital
• TD : 140/100 mmHg
• Nadi : 87 x/menit
• RR : 24 x/menit
• Suhu : 36.4
▪ Sistem Kardiovaskuler : Tidak ada kelainan
▪ Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada kelainan
▪ Sistem Gastrointestinal : Fistula ani
▪ Sistem Urogenital : Tidak ada kelainan
▪ Gangguan Khusus : Tumor payudara
B. Status Neurologis
▪ Saraf Kranial : Kesan dalam batas normal
▪ Saraf Motorik : Kesan dalam batas normal
▪ Sensibilitas : Kesan dalam batas normal
▪ Susunan Saraf Vegetative : Tidak ada kelainan
▪ Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan
▪ Gangguan khusus : Tidak ada kelainan

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


a. Pasien usia 36 tahun datang untuk berobat.
b. Pasien mempunyai keluhan terlalu memikirkan banyak hal. Mengecek kerjaan
berulang, cuci tangan berulang, melakukan beberapa hal berulang
c. Pasien juga menderita gangguan tidur
d. Pasien mengatakan keluhannya berkurang semenjak berobat ke Poliklinik Jiwa
RSUP Persahabatan
e. Perasaan sering memikirkan banyak hal berulang, mengerjakan berulang,
kurang lebih dirasakan sejak 20 tahun yang lalu, saat pasien masih duduk
dibangku kuliah
f. Mood pada pasien kosong, hampa dan afeknya luas
g. Kesadaran, orientasi, fungsi kognitif, pengetahuan umum, daya ingat jangka
panjang, pendek dan segera baik.
h. Pasien tidak konsumsi NAPZA, alkohol dan rokok selama 12 bulan terakhir.
i. Pasien tidak memiliki gangguan dalam menilai realitas berupa halusinasi dan
waham.
j. Pasien tidak mengalami sedih, frustasi, kehilangan minat, cepat lelah, dalam
dua minggu terakhir. Pasien juga tidak pernah mengalami kegembiraan yang
berlebihan serta aktivitas yang berlebihan
l. Pasien pernah mengalami cemas namun tidak terus menerus dan tidak disertai
keluhan ketegangan motorik dan overaktivitas otonom
m. Pasien mempunyai keluhan terlalu memikirkan banyak hal. Hal tersebut berada
di pikirannya, membuatnya harus mengecek kerjaan berulang, cuci tangan
berulang, melakukan beberapa hal berulang. Hal ini jika tidak dilakukan
membuatnya tidak tenang
n. Pasien mengeluh kesulitan memasuki waktu tidur apabila tidak minum obat
o. Saat remaja pasien tidak ada masalah dalam bersosialisasi. Pasien bisa bergaul
dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan serta tidak mempunyai musuh.
p. Pasien menempuh pendidikan sampai S2. Selama pendidikan pasein mampu
dalam menerima pelajaran sehingga tidak terdapat retardasi mental.
q. Pasien memiliki penyakit fistula ani dan tumor payudara
r. Hubungan pasien dengan ibunya kurang komunikasi.
s. Pasien tinggal di rumah pribadi bersama ibunya. Ekonomi dan kebutuhan
sehari-hari dari tabungan dan dana pension almarhum ayahnya, Pasien
merupakan ekonomi baik
t. Pada pasien ini gejala dan disabilitas ringan. Pasien dalam kondisi baik, dapat
melakukan aktivitas sehari-hari sendiri tanpa bantuan orang lain.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK


Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada pasien
ini terdapat sekumpulan gejala atau perilaku yang menimbulkan penderitaan dan yang
berkaitan dengan dissabilitas, yaitu adanya gangguan mood yaitu depresi.
Berdasarkan hasil tersebut, pasien dikatakan menderita Gangguan Jiwa.
A. Diagnosis Aksis I
▪ Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak terdapat penyakit primer di
otak (intracerebral) atau sekunder di luar otak (ekstracerebral) yang
menyebabkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran, fungsi
kognitif, daya ingat, konsentrasi serta orientasi yang masih baik, sehingga
pasien ini bukan penderita Gangguan Mental Organik (F.0).
▪ Dari anamnesis didapatkan pasien tidak memiliki riwayat penggunaan NAPZA,
alkohol ataupun merokok selama 12 bulan terkahir . Maka dari itu pasien
bukan penderita Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif
atau Alkohol (F.1).
▪ Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita berupa
halusinasi dan waham. Karena pada pasien tidak terdapat gangguan menilai
realita berupa halusinasi dan waham, maka pasen ini bukan merupakan
penderita Gangguan Psikotik (F.2).
▪ Pada pasien ini tidak ditemukan adanya mood depresi dengan afek depresi
(sedih, murung, frustasi) kehilangan minat, terdapat gangguan tidur, dapat
disimpulkan bahwa pasien ini bukan penderita depresi. Pada pasien tidak
ditemukan adanya elevasi afek berupa senang berlebihan atau iritable, aktivitas
mental dan psikomotorik yang berlebihan sehingga dapat disimpulkan pasien
ini bukan penderita gangguan manik. Karena pada pasien tidak mengalami
depresi dan manik, maka pasien ini tidak menderita gangguan mood (F.3)
 Pada pasien ini ditemukan adanya keluhan terlalu memikirkan banyak hal. Hal
tersebut berada di pikirannya, membuatnya harus mengecek kerjaan berulang,
cuci tangan berulang, melakukan beberapa hal berulang. Hal ini jika tidak
dilakukan membuatnya tidak tenang. Pada pasien didapatkan pikiran
pengulangan yang disadari sebagai impuls diri sendiri, tidak berhasil dilawan,
tidak menyenangkan, maka pasien menunjukan gejala obsesif. Pada pasien juga
ditemukan suatu tindakan, yang dilakukan berhubungan dengan kebersihan,
memeriksa berulang untuk meyakinkan suatu situasi yang dianggap berpotensi
bahaya tidak terjadi, masalah kerapihan dan keteraturan maka pada pasien
ditemukan ritual kompulsif. Karena pada pasien ditemukan obsesif dan
kompulsif yang sama-sama menonjol, maka pada pasien ini menderita
gangguan obsesif kompulsif (F.42)

B. Diagnosis Aksis II
▪ Pasien mampu berkomunikasi dengan baik, dapat bersosialisasi, memiliki
teman banyak, pasien tidak memiliki kepribadian dan prilaku yang tidak
fleksibel dan maladaptif, sehingga pasien tidak menderita gangguan
kepribadian. Pendidikan terakhir pasien adalah S2. Selama pendidikan pasien
mampu menerima pelajaran dengan baik. Pasien tidak pernah tinggal kelas,
dapat mengikuti pelajaran seusianya, fungsi kognitif pasien baik, sehingga
pada pasien tidak terdapat gangguan retardasi mental. Karena tidak
terdapat gangguan kepribadian dan tidak terdapat gangguan retardasi mental,
maka diagnosis pada Aksis II adalah tidak ada diagnosis.

C. Diagnosis Aksis III


▪ Sebelumnya pasien telah didiagnosis dokter spesialis bedah digestif menderita
fistula ani, dan spesialis bedah onkologi menderita tumor payudara. Maka pada
aksis III pasien adalah fistula ani dan tumor payudara.

D. Diagnosis Aksis IV
▪ Pasien sulit untuk menceritakan masalahnya pada ibunya, karena ibunya terlalu
memikirkan dan terfokus pada keadaan kakak pasien yang menjadi korban
kekerasan oleh suaminya. Maka pada aksis IV pasien ini adalah komunikasi
dengan ibu yang kurang

E. Diagnosis Aksis V
▪ Pada pasien ini didapatkan gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi yang secaa umum masih baik. Maka pada aksis V didapatkan GAF scale
70-61.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL


▪ Aksis I : Gangguan obsesif-kompulsif
▪ Aksis II : Tidak ada diagnosis
▪ Aksis III : fistula ani dan tumor payudara
▪ Aksis IV : komunikasi dengan ibu yang kurang.
▪ Aksis V : GAF Scale 70-61
VIII. DAFTAR PROBLEM
▪ Organobiologik : fistula ani dan tumor payudara
▪ Psikologis : Pasien mengalami gangguan obsesif-kompulsif
▪ Sosio ekonomi : Ekonomi pasien cukup, pasien membiayai hidupnya dan ibunya
dengan dana pension almarhum ayahnya, pasien merupakan pasien BPJS.

IX. PROGNOSIS
A. Prognosis ke Arah Baik
• Pasien datang berobat atas keinginan sendiri
• Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh
• Pasien rutin minum obat
• Respon terapi baik
 Pasien merupakan pasien BPJS

B. Prognosis ke Arah Buruk


• Gejala akan muncul jika pasien tidak meminum obat
 Pasien tidak memiliki partner yang dipercaya untuk membagi masalahnya

Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pada pasien ini adalah
▪ Ad Vitam : bonam
▪ Ad Functionam : dubia ad bonam
▪ Ad Sanationam : dubia ad bonam

X. TERAPI
A. Psikofarmaka :
 Sertraline 2x50 mg
 Clozapin 1x25 mg
B. Psikoterapi
• Pasien bisa menulis hal-hal yang menjadi perhatiannya, dan memberi checklist
untuk meyakinkan dirinya bahwa hal tersebut sudah dilakukan dan di
perhatikan
 Pasien bisa mengurangi kepeduliannya yang berlebih terhadap suatu hal
 Edukasi mengenai penyakit pasien, mulai dari penyebab, gejala, dan upaya
untuk mengatasi permasalahan
 Edukasi pasien untuk meminum obat secara teratur, serta kontrol pada saat yang
sudah di jadwalkan, jika ada keluhan atau obat habis.
• Mendekatkan diri kepada Tuhan, rajin beribadah dan berdoa
• Ceritakan masalah-masalahnya kepada orang- orang yang menurut pasien
dapat dipercaya seperti teman dekatnya, atau keluarga lain jika ibu pasien tidak
bisa memberi perhatian cukup kepada pasien
• Melakukan hal-hal yang disenangi seperti membaca buku, bernyanyi, tetap aktif
melakukan kegiatan, dan menjalankan perilaku hidup sehat.

You might also like