Professional Documents
Culture Documents
BAB 2. ATMOSFIR________________________________________________11
2.1. Pendahuluan______________________________________________________________________11
iii
3.9. Contoh Persoalan__________________________________________________________________39
iv
BAB 1. UNIT DAN DIMENSI
Kegiatan pengukuran dan perhitungan akan selalu diperlukan di semua bidang ilmu
sains. Untuk pelaksanaan kegiatan tersebut suatu sistem yang menyatakan besaran sangat
dibutuhkan. Saat ini sudah ada satu sistem yang bisa digunakan disemua cabang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sistem tersebut dikenal dengan Systeme International
d’Unites, atau biasa dikenal dengan singkatan sistem SI.
Dalam sistem perhitungan, perlu dibedakan antara Dimensi dan Unit (satuan). Unit
(satuan) menyatakan sejumlah ukuran kuantitas, sedangkan Dimensi menunjukkan
kualitas ukuran. Dengan konsep ini untuk menunjukkan perpindahan benda dari satu
tempat ke tempat lain, biasanya dalam x meter. Disini meter merupakan unit (satuan)
karena menunjukkan ukuran kuantitas sedangkan kualitas yang diukur merupakan
panjang, yaitu sebesar x meter.
Dimensi mempunyai 4 dasar yang bisa digunakan untuk menunjukkan besaran fisik.
Keempat dimensi dasar tersebut yaitu: massa [M], panjang [L], waktu [T] dan suhu [].
kg menyatakan kilogram,
m menyatakan meter,
s untuk detik,
O
C untuk derajat Celsius, serta
K menyatakan Kelvin.
1.2. Pembagi dan Pengali dari Satuan
Seringkali unit dasar yang sudah dituliskan diatas kurang sesuai apabila untuk
menyatakan ukuran yang terlalu besar atau yang terlalu kecil. Pada kasus-kasus yang
demikian, satuan bisa diberikan simbol pembagi atau pengali. Pengali atau pembagi
dituliskan didepan satuan dasar.
Sebagai ilustrasi, dibawah ini diberikan beberapa pengali dan pembagi satuan.
Pengali:
Pembagi:
contoh:
1 MW = 1000000 W
1 mm = 0.001 m
Untuk mencari unit dan dimensi kuantitas yang lebih kompleks, harus menerapkan
prinsip homogenitas dimensi, yaitu dimensi di kedua suku persamaan harus sama.
Sebagai contoh untuk menemukan dimesi Gaya (Force), persamaannya ditulis terlebih
dahulu:
6
Dari dimensi ini kemudian bisa dituliskan satuannya yaitu kg m s-2.
Oleh karena gaya satuannya biasa dinyatakan dalam N (Newton) maka dapat disimpulkan
1 N = 1 kg m s-2
7
Jawab:
Sebagai awal memerlukan suatu anggapan yang masuk akal tentang parameter yang
memperngaruhi periode osilasi bandul.
Asumsi: osilasi bandul dipengaruhi oleh panjang tali bandul, l, percepatan gravitasi, g,
dan massa bandul, m. Anggapan ini bisa ditulis dengan cara matematika
Langkah berikutnya adalah fungsi diatas (Pers. UNIT DAN DIMENSI-1) dianggap dapt
dinyatakan dalam bentuk pangkat perubah bebas (indepentdent variables). Disamping itu
Pers. UNIT DAN DIMENSI-1 dikalikan dengan suatu konstanta. Persamaan yang baru
menjadi:
P = k. l g m , Pers. UNIT
DAN DIMENSI-2
dimana , , dan merupakan perubah bebas dan k adalah konstanta.
Langkah selanjutnya menyamakan dimensi suku kiri dan suku kanan dari Pers. UNIT
DAN DIMENSI-2. Periode osilasi sudah diketahui yaitu dalam detik (second) dengan
dimensi T.
8
= -½ dan = ½.
l
P k l1/2 g 1 / 2 k Pers. UNIT
g
DAN DIMENSI-8
Dari contoh ini bisa memberikan gambaran bahwa analisis dimensional sangatlah
penting untuk menemukan hubungan antara parameter-parameter yang mempengaruhi
suatu besaran fisik.
9
Bab 1. Unit dan Dimensi Mesin-UMS
Jawab:
n = k d v . Pers. UNIT
DAN DIMENSI-10
Dari persamaan ini baru dilakukan analisis dimensional
=0
10
Bab 1. Unit dan Dimensi Mesin-UMS
=1-
= -1 -
Selanjutnya dimasukkan ke Pers. UNIT DAN DIMENSI-10 menjadi:
nd vd
g , Pers. UNIT
v
DAN DIMENSI-19
dimana g merupakan fungsi pengganti k dan indeks yang masih belum diketahui.
11
BAB 2. ATMOSFIR
2.1. Pendahuluan
Perilaku suatu benda aerodinamik dalam fluida yang mengalir dipengaruhi oleh sifat
fisik dari fluida itu sendiri. Pesawat, sebagai benda aerodinamik, beroperasi dalam massa
fluida yang berada disekeliling dan diatas permukaan bumi. Massa udara diatas
permukaan bumi inilah yang disebut Atmosfir. Oleh karena itu, sebelum mempelajari
benda aerodinamik, perlu terlebih dahulu mengenal sifat-sifat atmosfir sebagai media
operasi dari pesawat.
Atmosfir pada dasarnya merupakan suatu campuran gas yang unsure utamanya berupa
Oxygen dan Nitrogen. Selain kedua unsur gas tersebut juga mengandung gas lain
termasuk hydrogen, helium, argon, krypton, dan neon. Dalam perhitungan aerodinamika,
sampai ketinggian tertentu, campuran gas tersebut variasinya sangat kecil sehingga
dianggap campuran gas homogen dengan komposisi seragam.
12
Atmosfir dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu Troposfir dan Stratosfir. Troposfir
merupakan lapisan atmosfir yang rendah dan dekat permukaan bumi sampai 11 km. Pada
lapisan bawah ini, suhu udara akan turun secara linier sebanding dengan kenaikan
ketinggian. Diatas lapisan bawah merupakan lapisan stratosfir (diatas 11 km). Pada
lapisan ini suhu udara tidak banyak mengalami perubahan, bahkan bisa dikatakan
konstan. Batas kedua lapisan tersebut dikenal dengan Tropopause. Ilustrasi pembagian
atmosfir dapt dilihat pada Gbr. ATMOSFIR-1.
b. Tekanan. Terminologi tekanan menyatakan gaya per satuan luas yang ditimbulkan
udara ke benda pada keadaan statik tetapi bukan karena adanya gerakan benda.
Tekanan lain akibat adanya gerak akan digunakan terminology secara spesifik seperti
teanan dinamik. Oleh karena itu apabila disebut tekanan selalu berarti tekanan statik.
c. Massa jenis. Massa jenis yaitu jumlah massa per satuan volume.
d. Viskositas. Berupa tegangan tangensial terdistribusi yang terjadi pada fluida saat ada
gerakan relatif terhadap fluida.
Untuk membantu para perancang dan operator pesawat terbang, satu persetujuan
tentang sifat-sifat atmosfir dituangkan dalam ISA 1976 (International Standard
Atmosphere). ISA ini didefinisikan menggunakan perhitungan referensi tekanan dan
suhu di permukaan laut, kemudian dihitung variasinya sebagai fungsi ketinggian. Data
dalam ISA merupakan data rata-rata yang diambil sepanjang tahun.
Tekanan, massa jenis dan suhu udara di permukaan laut yang digunakan standard adalah:
13
Khusus untuk suhu udara dibagi menjadi 7 lapisan berdasarkan tingkat penurunan
suhunya (lapse rate). Di lapisan pertama (0 sampai 11 km) terjadi penurunan suhu
dengan tingkat penurunan sebesar 6.5 K/km. Dilapisan kedua (11 sampai 20 km) tidak
ada penurunan suhu, sedangkan di lapisan ketiga justru ada kenaikan suhu. Adapun data
lengkap penurunan suhu (lapse time) di ketujuh lapisan dapat dilihat di Tabel
ATMOSFIR-2.
Sebagai gambaran variasi suhu dari ketinggian 0 km sampai 16 km menurut ISA dan
dua standard lainnya (Tropical Maximum Atmosphere Standard dan Arctic Minimum
Atmosphere) dapat dilihat pada Gbr. ATMOSFIR-1.
14
Gbr. ATMOSFIR-2. Variasi suhu menurut ISA, Tropical Maximum Atmosphere Standard
dan Arctic Minimum Atmosphere.
Dengan menganggap suatu benda dalam keadaan kesetimbangan di media fluida yang
valumenya sangat besar, dapat digambarkan sebagai sebuah silinder kecil. Diameter
benda silinder A dan tingginya h.
(p+p)A
h
gAh
pA
Oleh karena silinder tersebut dalam keadaan kesetimbangan, maka hubungan persamaan
gaya-gaya yang bekerja
(p p)A A h g - p A 0 . Pers.
ATMOSFIR-20
p
g . Pers.
h
ATMOSFIR-21
dp
g , Pers.
dh
ATMOSFIR-22
yang menunjukkan bahwa tekanan bervariasi dengan berubahnya ketinggian dalam fluida.
15
dp g dh . Pers.
ATMOSFIR-23
Untuk mencari perbedaan tekanan di dua ketinggian maka dapat langsung
diintegralkan
2 2
2 dp 1 g dh , Pers.
ATMOSFIR-24
sehingga diperoleh persamaan umum pengukuran tekanan
p1 p 2 g (h 2 h 1 ) Pers. ATMOSFIR-25
Variasi tekanan dan massa jenis dalam lapisan stratosfir mengikuti persamaan
p2 2 g (h h 2
exp 1 Pers.
p1 1 RT s
ATMOSFIR-26
dimana
g /(g LR )
p2 2
Pers.
p1 1
ATMOSFIR-27
L : Lapse rate di daerah troposfir,
16
standard atmosfir, dapat menggunakan satu program komputer yang dilampirkan di
Lampiran A (dalam Fortran 90) dan Lampiran B (dalam FORTRAN 77).
Pada Tabel ATMOSFIR-3, merupakan table umum yang mencakup ketinggian mulai –
2 km sampai 86 km dengan data dimunculkan setiap 2 km. Pada Tabel ATMOSFIR-4,
dapat dilihat sifat-sifat atmosfir mulai 0 sampai 20 km dengan penulisan data setiap 0.5
km.
17
Bab 2. Atmosfir Mesin-UMS
Note:
alt : geometric altitude
sigma : density/sea-level standard density
delta : pressure/sea-level standard pressure
theta : temperature/sea-level standard temperature
temp : temperature
press : pressure
dens : density
a : speed of sound
visc : viscosity /10-6
kvisc : kinematic viscosity
18
Bab 2. Atmosfir Mesin-UMS
-0.5 1.0489 1.0607 1.0113 291.4 107478 1.285 342.2 18.05 1.40E-5 24.36
0.0 1.0000 1.0000 1.0000 288.1 101325 1.225 340.3 17.89 1.46E-5 23.30
0.5 0.9529 0.9421 0.9887 284.9 95461 1.167 338.4 17.74 1.52E-5 22.27
1.0 0.9075 0.8870 0.9774 281.7 89876 1.112 336.4 17.58 1.58E-5 21.28
1.5 0.8638 0.8345 0.9662 278.4 84559 1.058 334.5 17.42 1.65E-5 20.32
2.0 0.8217 0.7846 0.9549 275.2 79501 1.007 332.5 17.26 1.71E-5 19.39
2.5 0.7812 0.7372 0.9436 271.9 74691 0.957 330.6 17.10 1.79E-5 18.50
3.0 0.7422 0.6920 0.9324 268.7 70121 0.909 328.6 16.94 1.86E-5 17.64
3.5 0.7048 0.6492 0.9211 265.4 65780 0.863 326.6 16.78 1.94E-5 16.81
4.0 0.6689 0.6085 0.9098 262.2 61660 0.819 324.6 16.61 2.03E-5 16.01
4.5 0.6343 0.5700 0.8986 258.9 57752 0.777 322.6 16.45 2.12E-5 15.24
5.0 0.6012 0.5334 0.8873 255.7 54048 0.736 320.5 16.28 2.21E-5 14.50
5.5 0.5694 0.4988 0.8760 252.4 50539 0.697 318.5 16.12 2.31E-5 13.78
6.0 0.5389 0.4660 0.8648 249.2 47217 0.660 316.5 15.95 2.42E-5 13.10
6.5 0.5096 0.4350 0.8535 245.9 44075 0.624 314.4 15.78 2.53E-5 12.44
7.0 0.4816 0.4057 0.8423 242.7 41105 0.590 312.3 15.61 2.65E-5 11.80
7.5 0.4548 0.3780 0.8310 239.5 38299 0.557 310.2 15.44 2.77E-5 11.19
8.0 0.4292 0.3519 0.8198 236.2 35651 0.526 308.1 15.27 2.90E-5 10.61
8.5 0.4047 0.3272 0.8085 233.0 33154 0.496 306.0 15.10 3.05E-5 10.05
9.0 0.3813 0.3040 0.7973 229.7 30800 0.467 303.8 14.93 3.20E-5 9.51
9.5 0.3589 0.2821 0.7860 226.5 28584 0.440 301.7 14.75 3.36E-5 8.99
10.0 0.3376 0.2615 0.7748 223.3 26499 0.414 299.5 14.58 3.53E-5 8.50
10.5 0.3172 0.2422 0.7635 220.0 24540 0.389 297.4 14.40 3.71E-5 8.02
11.0 0.2978 0.2240 0.7523 216.8 22699 0.365 295.2 14.22 3.90E-5 7.57
11.5 0.2755 0.2071 0.7519 216.6 20984 0.337 295.1 14.22 4.21E-5 7.00
12.0 0.2546 0.1915 0.7519 216.6 19399 0.312 295.1 14.22 4.56E-5 6.47
12.5 0.2354 0.1770 0.7519 216.6 17933 0.288 295.1 14.22 4.93E-5 5.99
13.0 0.2176 0.1636 0.7519 216.6 16579 0.267 295.1 14.22 5.33E-5 5.53
13.5 0.2012 0.1513 0.7519 216.6 15327 0.246 295.1 14.22 5.77E-5 5.12
14.0 0.1860 0.1398 0.7519 216.6 14170 0.228 295.1 14.22 6.24E-5 4.73
14.5 0.1720 0.1293 0.7519 216.6 13100 0.211 295.1 14.22 6.75E-5 4.37
15.0 0.1590 0.1195 0.7519 216.6 12111 0.195 295.1 14.22 7.30E-5 4.04
15.5 0.1470 0.1105 0.7519 216.6 11197 0.180 295.1 14.22 7.90E-5 3.74
16.0 0.1359 0.1022 0.7519 216.6 10352 0.166 295.1 14.22 8.54E-5 3.46
16.5 0.1256 0.0945 0.7519 216.6 9571 0.154 295.1 14.22 9.24E-5 3.19
17.0 0.1162 0.0873 0.7519 216.6 8849 0.142 295.1 14.22 9.99E-5 2.95
17.5 0.1074 0.0808 0.7519 216.6 8182 0.132 295.1 14.22 1.08E-4 2.73
18.0 0.0993 0.0747 0.7519 216.6 7565 0.122 295.1 14.22 1.17E-4 2.52
18.5 0.0918 0.0690 0.7519 216.6 6994 0.112 295.1 14.22 1.26E-4 2.33
19.0 0.0849 0.0638 0.7519 216.6 6467 0.104 295.1 14.22 1.37E-4 2.16
19.5 0.0785 0.0590 0.7519 216.6 5979 0.096 295.1 14.22 1.48E-4 2.00
20.0 0.0726 0.0546 0.7519 216.6 5529 0.089 295.1 14.22 1.60E-4 1.85
Note:
alt : geometric altitude
sigma : density/sea-level standard density
delta : pressure/sea-level standard pressure
theta : temperature/sea-level standard temperature
temp : temperature
press : pressure
dens : density
a : speed of sound
visc : viscosity /10-6
kvisc : kinematic viscosity
vratio : (ratio of speed of sound to kinematic viscosity) /106
19
Bab 2. Atmosfir Mesin-UMS
20
BAB 3. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN
INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI
Sebagai dasar ilmu Aerodinamika dimulai dari aliran satu dimensi ideal dengan media
udara yang mempunyai karakteristik: aliran inviscid, steady dan incompressible.
Yang dimaksud aliran inviscid disini adalah udara dianggap coefisien viskositasnya
nol. Anggapan ini akan benar untuk kondisi tertentu saja. Sebagai contoh apabila ada
aliran udara melewati suatu benda, maka udara dapat dianggap tidak mempunyai
viskosistas di daerah yang jauh dari permukaan benda. Akan tetapi di sekitar permukaan
benda dan dibelakang benda dimana kemungkinan terjadi pusaran viskositas jelas tidak
bisa diabaikan.
Pada aliran steady yaitu pola aliran di seluruh bidang aliran tidak pernah berubah
sebagi fungsi waktu, dengan kata lain kecepatan lokal di setiap titik pada bidang aliran
selalu konstan. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Gbr. ALIRAN COMPRESSIBLE
DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-4, parameter aliran yang diukur di lokasi
P(x,y) tidak akan berubah, walupun aliran terus menerus relatif terhadap aerofoil tetap.
y
P(x,y)
Satu ilustrasi lain diberikan pada . Aerofoil sekarang dianggap yang bergerak
sedangkan udara tetap dengan koordinat x’ dan y’. Parameter aliran diukur pada lokasi
P’(x’,y’) relatif terhadap udara tetap. Pada saat t 1 sayap masih berada di A1. Saat itu P’
jaraknya masih jauh terhadap sayap sehingga pengaruhnya sangat kecil. Pada saat t 2 di
21
A2, sayap berada di bawah P’ sehingga pengaruh sayap terhadap pengukuran di lokasi P’
jauh lebih besar dibanding A1. Pada saat t3 pengaruhnya kembali mengecil karena sudah
jau dari P’. Dari contoh sederhana ini bisa diambil kesimpulan bahwa hasil pengukuran
di P’ tidaklah konstan dengan demikian merupakan persoalan tidak steady (unsteady).
Apabila koordinat referensi diubah dari relatif terhadap udara menjadi relatif terhadap
sayap maka menjadi aliran steady seperti yang terjadi di . Persoalan dengan mengubah
referensi koordinat sehingga menyederhanakan dari unsteady ke steady seringkali diberi
istilah persoalan quasi-steady.
y’
P’(x’,y’)
A2
A3
t2 A1
t3
t1
x’
Q P
22
udara yang juga bergerak dengan arah sama dengan arah aliran tetapi dengan kecepatan
lebih rendah. Daerah dibelakang silinder ini (lokasi P) disebut terjadi wake. Di daerah
ini parameter aliran berubah dengan cepat sehingga disebut unsteady. Di lokasi Q,
meskipun sebenarnya terjadi wake, namun sangat kecil sehingga masih bisa dianggap
steady.
Untuk menjelaskan aliran udara ada beberapa terminologi yang sering digunakan:
Streamline, Particle Path, Stream Tube dan Stream filament.
Streamline didefinisikan sebagai suatu garis imajiner yang melalui setiap titik pada
bidang aliran. Oleh karena juga berarti batas benda pejal, maka bisa diartikan batas
permukaan yang dilewati aliran.
Particle path merupakan lintasan yang dilalui setiap partikel aliran udara (fluida).
Pada aliran steady vektor kecepatan selalu tangensial dari particle path ini, sehingga
partcle path akan sama dengan steamline.
Stream tube merupakan permukaan tertutup melalui bidang aliran, sedangkan stream
filament merupakan stream tube yang kecil sekali untuk tiap-tiap partikel aliran.
23
3.2. Persamaan Kontinuitas
Oleh karena tidak ada fluida yang keluar dinding dalam media fluida kontinyu maka
aliran massa di kedua lokasi akan sama.
1 V1 A1 = 2 V2 A2 Pers. ALIRAN
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-28
2
2 V2
A2
A1
1
V1
Aliran Incompressible:
24
Aliran Compressible
p2
V1t 2
2 V2
A2
V1t
1
A1
1 h2
V1
p1
h1
1
p V 2 gh konstan. Pers. ALIRAN
2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-33
25
Untuk perhitungan pesawat terbang yang melayang di atmosfir, harga gh angkanya
sangat kecil dibanding dengan dua suku lainnya. Oleh karena itu bisa diringkas menjadi:
1
p V 2 konstan. Pers. ALIRAN
2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-34
26
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
Jawab:
Vair = 0 km/h
VA = 60 m/s
A
Vw =150km/h (relatif terhadap sayap)
1000 m Pengamat
Pengamat
VA = 60 m/s
A
Vw=Vair =150km/h (relatif terhadap sayap)
1000 m
27
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
1
p V 2 konstan
2
1 2 1
p air Vair p A VA2 Pers. ALIRAN
2 2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-35
Untuk mengetahui tekanan dan massa jenis udara di ketinggian 1000 m, digunakan ISA
dari Tabel ATMOSFIR-4.
p
air 0.8870 0.9075
po o
1
2
p A p air Vair
2
VA2
sehingga akan diperoleh pA = 88.6 kPa.
Pada saat kecepatan nol akan terjadi tekanan terbesar. Dengan menghubungkan ke
persamaan Bernoulli, maka akan diperoleh
28
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
1
p V 2 po. Pers. ALIRAN
2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-36
Pada lokasi dimana kecepatannya nol disebut titik stagnasi, tekanan di lokasi ini juga
disebut tekanan stagnasi.
Apabila ada aliran udara ke suatu benda akan selalu terjadi fenomena di suku sebelah
kiri Pers. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-36
dan di setiap lokasi mempunyai tekanan konstan. Tekanan ini merupakan tekanan total
yang terjadi karena tekanan statik karena ketinggian dan tekanan dinamik karena adanya
aliran udara. Tekanan statik umumnya hanya disebut tekanan saja.
1
p V 2 tekanan total (konstan)
2
Tekanan dinamik
Tekanan statik (tekanan)
p p
Cp 1
1
v 2
Pers. ALIRAN
2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-37
dimana
29
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
1
p1 p ( v 2 q 2 ) , Pers. ALIRAN
2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-38
Memasukkan Pers. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU
DIMENSI-38 ke Pers. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU
DIMENSI-37, koefisien tekanan menjadi:
Cp
1
2
v2 q2
1 , Pers. ALIRAN
v 2
2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-39
atau
2
q
Cp 1 . Pers. ALIRAN
v
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-40
Dari kedua persamaan kefisien tekanan (Pers. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN
INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-40 dan Pers. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN
INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-37) dapat diambil beebrapa kesimpulan:
30
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
throat
A1 A2
V1 Vt At V2
pt p2
p1
Kecepatan di bagian penampang terkecil (throat) adalah yang tercepat dan tekanannya
terendah.
Penerapan tabung Venturi ini pada terowongan angin (Wind Tunnel) untuk mencapai
kecepatan tinggi, atau untuk mengkontrol kecepatan aliran.
Kecepatan pesawat terbang diukur dengan alat pitot-static tube (Gbr. ALIRAN
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-12) yang merupakan
gabungan pitot tube dan static tube. Kedua tabung dijadikan satu dalam satu sumbu
aksial. Static tube ada dibagian luar sedangkan pitot tube di bagian dalam. Kedua ujung
31
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
tabung digabungkan menjadi satu untuk mengukur perbedaan tekanan statik dari static
tube dan tekanan total dari pitot tube.
Instrument pitot-static tube, atau pengukur kecepatan (air speed indicator) dipasang di
aliran udara dengan ujung lubang mengarah langsung ke aliran.
1 1
pA VA2 = p B V 2 Pers. ALIRAN
2 2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-43
Oleh karena VA = 0, maka kecepatan aliran udara bisa dihitung
2 p A p B
V Pers. ALIRAN
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-44
atau
2p
V Pers. ALIRAN
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-45
Contoh Soal ALIRAN COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI- 4
Seorang mahasiswa Teknik Mesin UMS di pedesaan diminta untuk mengukur
kecepatan aliran air yang mengalir dalam suatu pipa. Oleh karena tidak mempunyai air-
speed indicator (pitot-static tube) dia memutuskan untuk membuat cara pengukuran
sendiri dengan prinsip pitot-static tube menggunakan satu rangkaian pipa kecil yang diisi
air raksa. Satu ujung ditempatkan ditengah aliran air yang diukur, ujung lainnya dipasang
di dinding (lihat Gbr. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU
DIMENSI-13). Setelah dilakuan pengukuran, terjadi perubahan ketinggian air raksa
32
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
setinggi 40 mm. Berapakah kecepatan aliran air tersebut. Spesifik gravity air raksa SG Hg
= 13.6, percepatan gravitasi g = 9.81 m/s2.
Jawab:
40 mm
Air raksa
2p
INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-45: V
2 air gh (SG Hg 1)
V 2gh (SG Hg 1)
air
Alat pengukur kecepatan dengan pitot-static tube yang digunakan di labboratorium dan
di pesawat terbang mempunyai perbedaan. Di laboratorium biasanya digunakan
manometer dengan media zar cair. Untuk pesawat terbang, sistem manometer dengan zat
cair tidak bisa diterapkan, sebagai gantinya biasa menggunakan aneroid barometric
capsule atau menggunakan pressure transducer.
33
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
Aneroid barometer capsule berupa suatu kapsul berlubang. Oleh karena adanya
perbedaan tekanan total dan statik, akan menyebabkan kapsul tersebut akan mengembang.
Expansi kapsul kemudian dihubungkan ke mekanisme jarum penunjuk kecepatan.
Kecepatan ini merupakan kecepatan yang terbaca atau Indicated Air Speed (IAS).
Pressure transducer merupakan sensor elektronik pembaca perbedaan tekanan yang
kemudian bisa dikalibrasi ke penunjuk kecepatan aliran udara.
1
p = V 2 . Pers. ALIRAN
2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-46
Misalnya indicator pengukur kecepatan yang dipasang di pesawat terbang dibuat
dengan baik sekali sehingga bisa dikatakan perbedaan tekanan yang diukur dan
dikonversi ke jarum penunjuk kecepatan sangat akurat. Kecepatan yang terbaca bisa di
kalibrasi menjadi kecepatan ekivalen VE atau Equivalent Air Speed (EAS) menggunakan
asumsi udara mempunyai masa jenis standar o = 1.225 kg/m3, melalui persamaan
1
p = o VE2 . Pers. ALIRAN
2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-47
Dari Pers. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-46
dan Pers. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-46
diperoleh hubungan EAS (VE) dari TAS (V).
VE V V , Pers. ALIRAN
o
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-48
dimana = /o, yaitu rasio massa jenis udara sekitar terhadap massa jenis di permukaan
laut.
34
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
a. Indicated Air Speed (IAS) merupakan yang ditunjukkan indikator kecepatan udara yang
masih mengandung kesalahan-kesalahan karena ketidak akuratan alat.
b. Equivalent Air Speed (EAS) merupakan kecepatan yang ditunjukkan oleh alat
pengukur kecepatan yang tidak mempunyai kesalahan dan sudah dikalibrasi.
c. True Air Speed (TAS) merupakan kecepatan pesawat terbang sesungguhnya relatif
terhadap udara.
3.8.1. Rasio panas spesifik, kecepatan suara dalam gas dan angka Mach
Untuk kecepatan tinggi ada beberapa definisi yang sering digunakan dalam
perhitungan aerodinamika berkecepatan tinggi yaitu rasio panas spesifik (the ratio of
specific heats1), kecepatan sura dalam gas (acoustic speed) dan angka Mach (Mach
number).
Rasio panas spesifik merupakan perbandingan panas spesifik pada tekanan konstan
terhadap panas spesifik volume konstan.
cp
. Pers. ALIRAN
cv
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-49
Harga rasio panas spesifik tergantung pada suhu, namum demikian dalam
perhitungan aerodinamika biasa dianggap konstan sebesar 1.4, yaitu harga teoritis untuk
gas ideal.
Panas spesifik (cp dan cv) bisa juga dinyatakan dalam konstanta gas R yang besarnya
1
Seringkali juga disebut adiabatic index of the gas
35
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
R = cp - cv . Pers. ALIRAN
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-50
Dalam satuan SI, besarnya R sama dengan 287.26 J/kg oK atau 287.26 J/kg oC.
cp R , Pers. ALIRAN
1
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-51
1
cv R . Pers. ALIRAN
1
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-52
Kecepatan suara dalam gas (acoustic speed) a
Kecepatan suara dalam gas dinyatakan dalam fungsi rasio panas spesifik, tekanan dan
massa jenis.
p
a RT 1 c p T . Pers. ALIRAN
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-53
Angka Mach (Mach number) M
Angka Mach2 merupakan suatu angka yang menunjukkan kelipatan kecepatan terhadap
kecepatan suara.
v
M= . Pers. ALIRAN
a
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-54
Pada alairan dengan kecepatan tinggi yang terjadi adalah aliran compressible. Salah
satu aliran compressible yang penting dalam cabang ilmu aerodinamika adalah aliran
yang disebut isentropik (isentropic flow). Aliran isentropik ini merupakan aliran
compressible yang tidak ada gesekannya dan tidak terjadi perpindahan panas.
Penerapan aliran isentropik sangat luas dan cukup valid meskipun untuk hal-hal
khusus perlu modifikasi untuk memperhitungan pengaruh gesekan.
36
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
dp 1 2
v konstan
2
Pers. ALIRAN
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-55
dp
Untuk menghitung
terlebih dahulu diperkirakan bahwa tekanan p akan berbanding
p c , Pers. ALIRAN
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-56
1/
1 c
Pers. ALIRAN
p
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-57
dimana c adalah suatu konstanta.
1 1 2
c1 / dp v konstan Pers. ALIRAN
1/ 2
p
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-58
1 1
c1 / p1 (1 / ) v 2 konstan Pers. ALIRAN
1 (1 / ) 2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-59
akhirnya akan diperoleh:
p 1 2
v konstan . Pers. ALIRAN
1 2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-60
Persamaan ini bukan hanya bisa digunakan pada aliran isentropik tetapi juga aliran
adiabatik seperti misalnya untuk shock waves.
p
Oleh karena
= a2 , maka Pers. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN
a2 1
v 2 konstan , Pers. ALIRAN
1 2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-61
atau apabila menggunakan angka Mach M2 = v2/a2 bisa ditulis
37
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
2
M 2 a 2 konstan . Pers. ALIRAN
( 1)
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-62
3.8.3. Rasio tekanan, rasio massa jenis dan rasio suhu pada aliran isentropik
p1 1 2 p2 1 2
v1 v2 , Pers. ALIRAN
1 1 2 1 2 2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-63
p ( 1) /
v 2 2 v12 p1 p 2 p2
1 1 . Pers. ALIRAN
2 1 1 2 1 2 p 2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-64
p 2 p 2
Akhirnya dengan menggunakan 1 1 dan a 2 , diperoleh hasil akhir
p 2 2 2
/( 1)
p1 1 v 22 v12
1 . Pers. ALIRAN
p 2 2 a 22
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-65
Pada titik stagnasi v1=0, p1 = po , p2 = p
/( 1) 3.5
po 1 2 M 2
1 M 1 untuk udara (=1.4). Pers. ALIRAN
p 2 5
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-66
Pers. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-65 dapat dinyataan ke dalam persamaan
massa jenis :
1/ 1 /( 1)
1 p1 1 v2 v2
1 2 1 Pers. ALIRAN
2 p 2
2 a 2
2
38
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
2.5
o M2
1 , untuk udara (=1.4). Pers. ALIRAN
5
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-69
5
Ratio
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2
Mach Num ber
39
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
Ratio (secondary)
100
Ratio (primary)
2,5
80
2
60
1,5
40
1
20 0,5
0 0
2 2,2 2,4 2,6 2,8 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4
Mach Num ber
Untuk mencari rasio suhu, digunakan hubungan bahwa T berbanding lurus dengan p/,
sehingga bisa langsung menggunakan perbandingan
( 1) / 1 v 22 v12
T1 p1
1 Pers. ALIRAN
T2 p 2
2 a 2
2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-70
Rasio temperatur menjadi
To 1 2
1 M Pers. ALIRAN
T 2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-71
To M 2
1 , untuk udara (=1.4). Pers. ALIRAN
T 5
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-72
Kurva rasio tekanan, massa jenis dan suhu untuk kecepatan 0 s/d 2 Mach dapat dilihat
pada Gbr. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-14,
sedangkan untuk kecepatan 2 sampai 4 Mach dilukiskan pada Gbr. ALIRAN
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-15.
40
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
1 2 1 1 v2
v pv 2 p , Pers. ALIRAN
2 2 p 2 a2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-73
atau bisa juga dituliskan dalam angka Mach.
1 2 1
v pM 2 0.7 p M 2 . Pers. ALIRAN
2 2
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-74
Koefisien tekanan stagnasi kemudian bisa dituliskan dalam fungsi angka Mach
po p po
1
C po 1 Pers. ALIRAN
2 2
0.7 p M 0.7 M p
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-75
Menurut Pers. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-
66, rasio tekanan po/p pada kecepatan tinggi
7/2
po M 2
1 ,
p 5
7 M 2 7 5 1 M2 7 5 3 1 M2
7 5 3 1 1 M2
Pers. ALIRAN
1
2 5 2 2 2! 5 2 2 2 3! 5
2 2 2 2 4! 5
7M 2 7M 4 7M 6 7M 8
1
10 40 400 16000
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-76
41
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
1 7M 2 7M 4 7M 6 7M 8
C po
2 10 40 400 16000
0.7 M
Pers. ALIRAN
2 4 6
M M 7M
1
4 40 1600
COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-77
Dari sini bisa dilihat dengan jelas kesalahan koefisien tekanan pada kecepatan tinggi.
Untuk titik stagnasi, koefisien apabila aliran dianggap incompressible hasilnya akan
selalu satu (lihat 3.5). Namun demikian Pers. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN
INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-77 jelas memperlihatkan bahwa koefisien tekanan
mempunyai harga lebih dari satu dan cenderung meningkat makin tinggi angka Mach.
Harga Cpo menurut Pers. ALIRAN COMPRESSIBLE DAN INCOMPRESSIBLE SATU
DIMENSI-77 dapat dilihat pada Tabel ALIRAN COMPRESSIBLE DAN
INCOMPRESSIBLE SATU DIMENSI-5.
Seperti pengukuran aliran kecepatan rendah (lihat bab 3.7), peralatan yang digunakan
tetap sama yaitu pitot-static tube untuk mengukur tekanan dinamiknya. Namun demikian
42
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
apabila kalibrasi alat ukur untuk kecepatan rendah, maka bila digunakan mengukur
kecepatan tinggi akan membaca lebih tinggi.
1 M2 M4
Tekanan dinamik = v 2 1
2 4 40
seringkali disederhanakan
1 M 2 1 v 2
Tekanan dinamik = v 2 1 = v 2 1
2 4 2 4a 2
Flow
inlet outlet
Jawab:
1 2
43
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
v 183
M1 1 0.5
a 1 366
Persamaan umumnya:
7/2
po M 2
1 .
p 5
Saluran masuk 1:
7/2
p o1 M 2
1 1
p1 5
7/2 3.5
M 2 0.5 2
p o1 1 1 p1 1 350 415 kPa
5 5
M 2 0.5 2
To1 1 1 T1 1 ( 273 60) 350 o K
5 5
Saluran keluar 2:
7/2
p o 2 M 2 2
1
p 2 5
3.5
M 2 385
p 2 1 2 p o2 kPa 139 kPa
5 2.77
1
M 2 350 o K
T2 1 2 To 2 262 o K
5 1.338
44
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
Jawab:
a. Oleh karena alat ukur sudah dikalibrasi dan tidak ada kesalahan instrumen, maka angka
yang ditunjuk sudah merupakan EAS
1
po p v E 2
2
Karena kalibrasi menganggap udara incompressible pada massa jenis dan tekanan
udara standard, maka =1.226 kg/m3 dan p=101325 N/m2.
1 1 N
po v E 2 p (1.226)263.9 101315 144016
2 2 m2
Bila dibagi dengan p maka diperoleh rasio tekanan po/p
po
1.421
p
2
1 M 1.4212 / 7 , akhirnya akan diperoleh
5
M = 0.728
45
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
Pesawat “Garuda” DC-9 sedang terbang di atas UMS. Altimeter pesawat tersebut
menunjukkan ketinggian 9 km. Kecepatan sesungguhnya (TAS) pesawat DC-9 tersebut
270 m/s.
a. Berapakah tekanan, massa jenis dan suhu udara menurut ISA, gunakan Tabel
ATMOSFIR-4.
b. Hitunglah kecepatan suara pada ketinggian tersebut.
c. Hitunglah kecepatan TAS menurut angka Mach.
d. Hitunglah kecepatan ekivalen EAS dengan anggapan udara incompressible.
e. Hitunglah kecepatan ekivalen EAS dengan anggapan udara compressible.
Jawab:
a. Menurut ISA (Tabel ATMOSFIR-4) pada ketinggian 9 km
Tekanan p = 30800 N/m2
Suhu T = 229.7 oK = -43.3 oC
Massa jenis = 0.467 kg/m3
b. Kecepatan suara pada ketinggian 9 km dapat dihitung dari informasi suhu
a 20.05 T 20.05(229.7) 303.9 m/s
Tekanan stagnasi:
p o 1.673 p 1.673 (30800) N/m2
Perbedaan tekanan:
p o p 1.673(30800) 30800 20728 N/m 2
46
Bab 3. Dasar Aliran Satu Dimensi Mesin-UMS
dapat dilihat dari Tabel ATMOSFIR-4, yaitu 0.3813
o
47
BAB 4. FENOMENA ALIRAN UDARA
Pada bab sebelumnya sudah diberikan dasar-dasar aliran satu dimensi baik aliran
incompressible maupun compressible khususnya aliran isentropik. Dalam bab ini akan
dibahas fenomena fisik bagaimana aliran udara melalui benda diam. Disini akan
dijelaskan bagaimana gambaran aliran melalui benda, mekanisme terjadinya gaya
aerodinamik serta berbagai fenomena aliran udara. Walaupun perhitungan matematik
dibalik penjelasan sangat diperlukan, namun dalam bab ini tinjauan matematika belum
diberikan.
Ada sesuatu anggapan yang perlu diketahui yaitu aliran udara mempunyai arah
horisontal dengan pertimbangan pesawat pada keadaan terbang datar (level flight).
4.1. Sirkulasi
Apabila ada sembarang benda yang berpenampang kurva C (lihat Gbr. FENOMENA
ALIRAN UDARA-18), maka kecepatan di titik P besarnya q dengan sudut .
qs . s = q cos s Pers.
FENOMENA ALIRAN UDARA-78
Sirkulasi didefinisikan sebagai integral hasil perkalian persamaan diatas ke seluruh
kurva C
q
C
s ds q cos ds
C
Pers.
FENOMENA ALIRAN UDARA-79
48
Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-16. Vektor kecepatan di kurva sembarang
Contoh paling sederhana mengenai aliran sirkulasi adalah aliran mengitari lingkaran
sempurna (free vortex). Aliran mengitari lingkaran juga beripa garis-garis lingkran yang
kecepatannya berbanding terbalik dengan jarak dari pusat lingkaran (lihat Gbr.
FENOMENA ALIRAN UDARA-18)
q=k/r
Sirkulasi dapat dihitung dengan sangat sederhana yaitu perkalian tangensial kecepatan
ke seluruh kurva.
k
2r 2k Pers.
r
FENOMENA ALIRAN UDARA-80
dimana k suatu konstanta dan r jarak ke pusat lingkaran.
Untuk menjelaskan teori sirkulasi, yang paling mudah dipahami adalah dengan
mengamati aliran melalui tabung berpenampang lingkaran penuh (circular), seperti
terlihat pada Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-18.
49
Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-18. Aliran melalui tabung berpenampang lingkaran
penuh
Garis ABCD disebut garis streamline pembagi karena memisahkan aliran yang
melewati bagian atas dan bagian baah lingkaran. Titik B dan C merupakan titik
stagnasinya.
Garis-garis streamline dibagian atas dan bawah lingkaran mempunyai jarak antara
yang saling berdekatan, sedangkan di depan dan belakang lingkaran jarak antaranya lebih
renggang. Hali ini menunjukkan kecepatan dibagian atas dan bawah lebih tinggi
dibandingkan kecepatan di depan dan belakang.
Pada kasus ini, pola garis-garis streamline simetri terhadap subu vertikal (garisEF) dan
horisontal (garis BC).
Suatu silinder bersirkulasi searah jarum jam berada pada aliran udara. Aliran udara
yang terjadi akan seperti yang dilukiskan di Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-19.
50
Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-19. Aliran udara pada silinder bersirkulasi
Dengan adanya siirkulasi maka akan terjadi beberapa karekateristik sebagai berikut:
a.Kedua titik stagnasi akan bergeser ke bawah. Tingkat pergeseran tergantung dari
besarnya sirkulasi dan kecepatan aliran bebasnya, atau tergantung dari rasio /V.
c. Bagian bawah silinder terjadi kenaikan tekanan sedangkan bagian atasnya ada
penurunan tekanan, sehingga timbul lift, yaitu gaya angkat terhadap benda.
51
Sedangkan yang digunakan sebagai pembeda daerah kecepatan adalah kecepatan aliran
bebas (free-stream) V dalam skala menurut angka Mach (M).
V
M , Pers.
a
FENOMENA ALIRAN UDARA-81
V
M , Pers.
a
FENOMENA ALIRAN UDARA-82
dimana indeks menunjukkan aliran bebas (jauh dari benda), sedangkan yang tanpa
indeks menunjukkan aliran disekitar benda.
Daerah kecepatan aliran dapat dibedakan menjadi 4 kelompok aliran yaitu aliran
subsonic, aliran transonic, aliran supersonic dan aliran hypersonic.
Aliran subsonic dapat didefinisikan dengan ilustrasi pada Gbr. FENOMENA ALIRAN
UDARA-20. Apabila kecepatan aliran udara bebas yang jauh dari benda (M ) kurang
dari 0.8 maka kecepatan aliran di semua tempat disekitar aerofoil (M) akan kurang dari 1.
Pada aliran subsonic, streamline mempunyai karakteristik garis yang halus dan terbagi
secara merata. Diadaerah bagian atas aerofoil akan mempunyai kecepatan lebih tinggi
dari kecepatan bebas, tetapi tetap tidak melebihi 1 Mach.
Dengan demikian aliran subsonic bisa didefinisikan sebagai aliran yang semua
kecepatan sekitar benda aerodinamik (aerofoil) tidak melebihi 1 Mach.
52
4.2.2. Aliran Transonic
Apabila kecepatan aliran bebas (M) kurang dari 1 Mach tetapi sangat dekat dengan 1
(lebih besar dari 0.8 Mach), maka sebagian aliran diatas aerofoil akan mempunyai
kecepatan dikatas 1 Mach, seperti terlihat pada Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-
21(a). Meskipun kecepatan aliran tidak melebihi 1 Mach namun sangat memungkinkan
terjadi kecepatan lokal disekitar aerofoil yang melebihi 1 Mach. Hal ini sangat mungkin
terjadi karena keceptan diatas aerofoil mempunyai kecepatan diatas kecepatan aliran
bebasnya.
Biasanya daerah kecepatan yang lebih dari 1 M dilingkupi dengan shock wave dimana
terjadi diskontinuitas dan terjadi perubahan sifat-sifat udara.
Apabila kecepatan aliran bebas lebih dari 1 M tetapi kurang dari 1.2 M, pola lonjakan
(shock wave) akan bergeser ke belakang (trailing edge) aerofoil, sedangkan di bagian
depan (leading edge) akan muncul lonjakan kecepatan yang kedua yang biasa disebut
bow shock. Ilustrasi aliran keceptan ini dapat dilihat pada Gbr. FENOMENA ALIRAN
UDARA-21(b).
Di depan bow shock, aliran udara masih tetap paralel terhadap aliran bebas. Setelah
melewati bow shock yang mempunyai bidang normal terhadap arah aliran bebas, aliran
udara kemudian menjadi lebih kecil dari 1 M, kemudian akan kembali supersonic hapir
diseluruh lokasi yang diakhiri dengan trailing-edge shock.
53
a
Didepan oblique shock, streamlines merupakan garis-garis lurus yang paralel terhadap
aliran bebas, sedangkan dibelakangnya streamlines juga berupa garis-garis lurus tetapi
arahnya sejajar dengan permukaan benda tajam.
54
4.2.4. Aliran Hypersonic
Apabila aliran udara bebas tinggi sekali (diatas 5 M), kenaikan suhu, udara, tekanan
dan massa jenis disepanjang oblique shock benar-benar menimbulkan suatu ledakan.
Oblique shock juga akan sangat dekat dengan permukaan benda tajam, seperti terlihat
pada Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-23.
Pada kondisi ini suhu udara di permukaan benda akan sangat tinggi, bahkan karena
tingginya akan menyebabkan terjadinya ionisasi udara.
Suatu penampang sayap pesawat (aerofoil) berada di suatu ketinggian tertentu dengan
aliran seragam dan inviscid dan tanpa adanya sirkulasi, pola streamline akan seperti yang
terlukis pada Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-24. Pada kondisi ini terjadi dua titik
stagnasi di depan dan belakang, serta tidak ada lift dan drag di aerofoilnya.
Apabila terjadi sirkulasi (searah jarum jam), maka pola streamline akan berubah sesuai
dengan seberapa besar sirkulasi yang terjadi. Pola streamline dengan berbagai variasi
sirkulasi dapat dilihat pada Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-25. Pada saat sirkulasi
kecil polanya akan seperti gambar Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-25(a), akan
tetapi dengan meningkatnya sirkulasi akan diikuti dengan turunnya kedua titik stagnasi
bagian depan dan belakang aerofoil, lihat Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-25(b).
Dari sini maka dapat dipahami bahwa pada suatu sirkulasi tertentu, garis aliran
dibelakang aerofoil akan tepat berada diujung aerofoil, seperti terlukis pada Gbr.
FENOMENA ALIRAN UDARA-25(c). Kondisi ini yang disebut dengan kondisi Kutta
(Kutta condition).
55
Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-24. Aliran udara melewati aerofoil
Pada semua Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-25 sirkulasi arahnya searah jarum
jam yang berarti diatas aerofoil terjadi peningkatan kecepatan dan penurunan tekanan,
sedangkan dibawah aerofoil terjadi penurunan kecepatan karena adanya kenaikan
tekanan. Dengan adanya perbedaan tekanan ini maka timbul gaya keatas (lift) terhadap
aerofoil.
56
Kondisi Kutta menganggap bahwa sama sekali tidak ada gesekan sehingga sliran
meninggalkan aerofoil dengan mulus sekali. Namun demikian dalam prakteknya hal ini
jarang sekali mendapatkan aerofoil yang benar-benar sangat mulus. Yang terjadi adalah
sedikit turbulensi dibelakang aerofoil (Gbr. FENOMENA ALIRAN UDARA-26) sampai
pada jarak tertentu baru hilang. Daerah ini dinamakan wake yaitu daerah turbulensi
akibat pengaruh gesekan tidak bisa diabaikan.
Pengaruh adanya wake ini akan mengurangi besarnya sirkulasi dari yang
diperkirakan sebagai harga kondisi Kutta, sehingga tidik stagnasi berada diatas aerofoil
dan mengurangi lift.
Biasanya besarnya pengurangan lift sekitar 10% dibawah harga yang diperoleh dari
teori sirkulasi.
57
Namun demikian, pada kasus aliran bukan inviscid, terjadinya boundary layer perlu
diperhitungkan oleh karena di model yang satu boundary layernya laminar tetapi di model
lainnya yang berbeda skala sudah terjadi boundary layer turbulen. Apabila transisinya
boundary layer terjadi di lokasi sepertiga dari ukuran aerofoil (lihat Gbr. FENOMENA
ALIRAN UDARA-27), maka masih tetap dianggap mempuinyai keserupaan dinamik.
Pada kondisi ini angka Reynold besarnya masih tetap sama.
Dari penjelasan diatas kemudian diberikan suatu definisi keserupaan dinamik yaitu
harus memenuhi keserupaan geometri serta mempunyai angka Reynold sama.
58
BAB 5. STANDARD PENAMAAN AIRFOIL
Airfoil atau seringkali dikenal dengan nama Aerofoil merupakan hal yang penting
dipelajari dalam aerodinamika oleh karena sebagian besar analisis akan berkisar di sekitar
airfoil ini. Airfoil adalah suatu bentuk geometri yang apabila ditempatkan di suatu aliran
fluida akan memproduksi gaya angkat (lift) lebih dari gaya hambatan (drag).
Saat ini bentuk geometri yang sangat bervariasi sudah mempunyai standard penamaan
tertentu. Salah satu yang paling sering digunakan di dunia internasional adalah standard
airfoil menurut National Advisory Committee for Aeronautics (NACA).
Agar tujuan mendapatkan gaya angkat (lift) lebih besar dari gaya hambatan (drag),
penampang benda dibentuk dengan geometri seperti dilukiskan pada Gbr. STANDARD
PENAMAAN AIRFOIL-28. Dengan geometri seperti ini maka aliran menjadi streamline.
X c
t Y
V d
Y
X
Dibagian depan (leading edge), bentuknya berupa kurva sehingga udara akan mengalir
dengan halus. Dibagian belakang (trailing edge), mempunyai geometri runcing agar
kondisi Kutta bisa terpenuhi, dan wake yang terjadi dibelakang airfoil menjadi minimal
atau sangat tipis.
Untuk mendefinisikan geometri airfoil, ada beberapa ukuran yang sering digunakan
sebagai acuan, yaitu:
Merupakan garis lurus yang menghubungkan pusat kelengkungan leading edge dan
trailing edge.
b. Chord length, c
Merupakan jarak dari titik di kurva leading edge ke titik di trailing edge yang
diperoleh dari perpanjangan garis XX (chord line).
Merupakan ketebalan maksimum yang diukur tegak lurus terhadap chord line.
Ketebalan airfoil dinyatakan sebagai rasio ketebalan terhadap chord, t/c. Biasanya
untuk kecepatan subsonic besarnya t/c sekitar 12-14%, sedangkan untuk kecepatan
supersonic sangat tipis, sekitar 3-4%.
Apabila geometri airfoil tidak simetris terhadap garis chord, XX, maka ada tambahan
informasi untuk menjelaskan ketidak simetrisan.
Garis ini diperoleh dengan menghubungkan titik-titik tengahan antara bagian atas dan
bawah airfoil.
b. Camber, d
Merupakan jarak maksimum camber line yang diukur dari garis chord. Biasanya
dinyatakan sebagai rasio terhadap chord, d/c. Untuk airofoil kecepatan subsonic, harga
d/c sekitar 2-3%, sedangkan untuk keceptan supersonic bentuknya simetris sehingga
tidak memiliki camber. Rasio d/c seringkali diberi simbol p.
Memberikan informasi posisi airfoil terhadap aliran udara, diukur berdasarkan sudut
garis chord terhadap aliran bebas.
Nama atau kode penulisan airfoil dapat secara langsung memberikan informasi utama
mengenai bentuk geometri airfoil. Cara pemberian nama airfoil sudah distandardkan
secara internasional menggunakan cara penamaan menurut NACA (National Advisory
Committee for Aeronautics). Berbagai variasi geometri airfoil kemudian bisa dituliskan
dengan kode-kode tertentu menurut NACA.
Ada tujuh jenis cara penamaan menurut NACA yaitu: NACA 4-digit, 4digit modified,
5-digit, 5-digit modified, 16-series, 6-series dan 6A-series.
Secara garis besar akan dijelaskan bagaimana membaca informasi NACA airfoil.
Cara penamaan dengan pemberian kode 4 angka (digit) merupakan cara yang paling
sederhana dan palingmudah.
Dua digit pertama digunakan untuk memberikan kesimetrisan airfoil sedangkan dua
digit terakhir digunakan sebagai informasi kerampingan penampang airfoil.
Dinyatakan dalam ukuran tidak berdimensi yaitu rasio ketebalan maksimum airfoil
terhadap panjang chord, t/c, yang dinyatakan dalam persen.
Ketidaksimetrisan:
Apabila Airfoilnya simetris, maka tidak mempunyai camber, sehingga p=0 dan m=0.
Jawab:
a. Merupakan airfoil yang simetris antara bagian bawah dan atas chord. Ukuran
ketebalan maksimal airfoil sebesar 14 persen dari panjang chord.
b. Airfoil ini merupakan airfoil yang tidak simetris. Ukuran ketebalan maksimal besarnya
12 persen dari panjang chord. Ukuran camber (d) sebesar 2 persen panjang chord,
sedangkan lokasi camber terbesar ada di 3 persepuluh (0.3) chord.
Empat digit pertama sama seperti yang sudah dijelaskan si bab sebelumnya (5.2.1).
Angka pertama setelah garis tengah (i) merupakan nomor indeks untuk menjelaskan
radius kelengkungan leading edge. Indeks ini akan digunakan radius leading edge, yang
merupakan fungsi nomor indeks:
2
( t / c) i
R le 0.5 0.2969 Pers.
0.2 6
STANDARD PENAMAAN AIRFOIL-83
Apabila nomor indeks i=0 menunjukkan bahwa radiusnya 0 atau di leading edge runcing.
Untuk penggunaan normal indeksnya sama dengan 6.
Angka kedua setelah garis tengah (k) memberikan informasi letak ketebalan (t)
maksimum diukur dari leading edge, dinyatakan dalam persepuluh chord.
Jawab:
Airfoil ini merupakan airfoil yang tidak simetris. Ukuran ketebalan maksimal besarnya
12 persen dari panjang chord. Lokasi ketebalan maksimal berada pada jarak 0.3 chord,
dari leading edge.
Ukuran camber (d) sebesar 2 persen panjang chord, sedangkan lokasi camber terbesar ada
di 3 persepuluh (0.3) chord.
Pada sistem NACA 4-digit ukuran ketidaksimetrisan airfoil dinyatakan dengan camber
2-digit, yang kodenya dituliskan di dua angka pertama. Pada sistem NACA 5 digit,
ketidak simetrisan airfoil dinyatakan dengan sistem 3 digit, oleh karena itu kodenya
terderi 3 digit untuk ketidak simetrisan dan 2 digit tetap sama untuk kerampingan.
Angka pertama menunjukkan dua pertiga dari koefisien angkat (corfficient of lift),
yang dinyatakan dalam persepuluh. Biasanya angkanya 2.
Angka kedua menunjukkan lokasi camber (d) maksimal yang dinyatakan dalam
persepuluh chord, dari leading edge.
Angka ketiga menunjukkan reflex trailing edge. Apabila harganya 0, nonreflex traling
edge, sedangkan 1 berarti reflex trailing edge. Pada sistem reflex terjadi pembalikan
radius camber line menjelang trailing edge. Apabila radius kurva garis camber negatif,
maka menjelang akhir airfoil di trailing edge akan membalik menjadi positif.
Dua angka terakhir menunjukkan kerampingan airfoil yang dinyatakan dalam rasio t/c
(dalam persen).
Airfoil yang umum dalam NACA 5-digit mempunyai 3 digit pertama seperti pada
Jawab:
Airfoil mempunyai design lift coefficient 0.2. Lokasi camber maksimal (d) pada jarak 0.3
chord dari leading edge. Kerampingan airfoil itu ketebalannya (t) sebesar 12 % ukuran
chord.
Pada NACA 5-digit modified mempunyai tambahan garis tengah dan dua digit
tambahan dibelakangnya, seperti pada NACA 4-digit modified (lihat 5.2.2).
NACA 16-series pada dasarnya sama dengan NACA 4-digit modified dengan kasus
khusus, yaitu mempunyai nomor indeks untuk radius leading edge sama dengan 4 dan
lokasi ketebalan maksimal (t) pada jarak 0.5 chord.
Jawab:
Profil ketebalan dinyatakan dengan kode mulai 63 sampai 67. Kemudian tiga angka
terakhir penjelasannya sama dengan dengan NACA 16-series. Data mengenai profil
ketebalan tidak dimunculkan dalam sistem ini, tetapi hanya diganti dengan kode 63
sampai 67.
Profil ketebalan dinyatakan dengan kode 63A, 64A dan 65A. Kemudian tiga angka
terakhir penjelasannya sama dengan dengan NACA 16-series dan NACA 6-series. Pada
sistem ini garis tengan (dash) diganti dengan huruf A.
Salah satu diantaranya adalah yang ditulis oleh Ralph Carmichael dari PDAS (Public
Domain Aeronautical Software). Program ini baik sekali bagi yang mempelajari Airfoil
tingkat dasar karena data masukannya benar-benar harus dikontrol oleh pemakainya,
artinya pemakai harus mengerti benar parameter-parameter untuk menggambarkan airfoil.
Sebagai salah satu contoh masukan yang diperlukan untuk menggambarkan airfoil
NACA 23012-64 dapat dilihat dibawah ini:
CAMBER = '3-DIGIT',
CMB = 15.957,
CM = 0.2025,
&END
Hasil visualisasi geometri NACA 23012-64 dapt dilihat pada Gbr. STANDARD
PENAMAAN AIRFOIL-29.