You are on page 1of 15

BAB II

PEMBAHASAN
A. Ibadah Haji
Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang
mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan disana-
sini.Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf,
sa'i, wukuf, dan melontar jumrah.Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak
sesuai lagi dengan syariat yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan
memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap menjalankan apa-apa yang telah
sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana yang diatur dalam al-Qur'an
dan sunnah rasul.
Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang
dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi Ibrahim (nabinya
agama Tauhid).Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan
oleh umat-umat sebelum nabi Ibarahim. Ritual sa'i, yakni berlari antara bukit
Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi satu
kesatuan Masjid Al Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual
istri kedua nabi Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail.
Sementara wukuf di Arafah adalah ritual untuk mengenang tempat bertemunya
nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari kelahiran seluruh
umat manusia.
Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya.
Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana hadis berikut
yang artinya:
Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam
tahun hajjatul wada. Diantara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah
dan ada pula yang berihram untuk haji.Orang yang berihram untuk umrah ber-
tahallul ketika telah berada di Baitullah.Sedang orang yang berihram untuk haji
jika iamengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai
dengan selesai dari nahar
Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud:
 Haji ifrad, berarti menyendiri.Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila
sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun
menyendirikan umrah.Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah
haji.Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut
berniat melaksanakan ibadah haji dahulu.Apabila ibadah haji sudah selesai, maka
orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.
 Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai
dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul.
Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji,
ditahun yang sama. Tamattu' dapat juga berarti melaksanakan ibadah didalam
bulan-bulan serta didalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke
negeri asal.
 Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau
menyekaliguskan.Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau
menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran
dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan
semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan
waktu lama. Menurut Abu Hanifah, melaksanakan haji qiran, berarti melakukan
dua thawaf dan dua sa'i.
B. Rukun Haji
Yang dimaksud rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah
haji yang jika tidak dikerjakan hajinya tidak syah. Adapun rukun haji adalah
sebagai berikut :
 Ihram
Ihram, Yaitu mengenakan pakaian ihram dengan niat untuk haji atau umrah di
Miqat Makani. Amalan umrah yang pertama adalah Ihram. Ihram adalah niat
memasuki manasik (upacara ibadah haji) haji dan umrah atau mengerjakan
keduanya dengan menggunakan pakaian ihram, serta meninggalkan beberapa
larangan yang biasanya dihalalkan.
a.Pakaian Ihram
-Untuk pria
Bagi laki-laki terdiri atas 2 lembar kain yang tidak dijahit, yang satu lembar
disarungkan untuk menutupi aurat antara pusat hingga lutut, yang satu lembar lagi
diselendangkan untuk menutupi tubuh bagian atas.Kedua lembar kain disunatkan
berwarna putih, dan tidak boleh berwarna merah atau kuning.
-Untuk wanita
Mengenakan pakaian yang biasa, yakni pakaian yang menutupi aurat. Adapun
tempat-tempat ihram, sebagai berikut:
1. Zul Hulaifah
2. Juhfah
3. Yalamlam
4. Qarnul Manjil
5. Zatu Irqin
6. Makkah
 Wukuf
Wukuf di Arafah, yaitu berdiam diri, zikir dan berdo'a di Arafah pada tanggal 9
Zulhijah. Setelah shalat subuh tanggal 9 Zulhijjah, jemaah haji berangkat dari
Mina ke Arafah sambil menyerukan Talbiyah, dan singgah dahulu di Namirah.
Para jemaah sampai di Padang Arafah tepat pada waktu Zuhur dan ashar dengan
jama’ taq’dim dan qasar dengan satu kali azan dan dua ikamah.Selesai shalat,
imam kemudian menyampaikan khutbah dari atas mimbar. Selama wukuf di
Arafah, para jemaah haji menghabiskan/mengisi waktunya untuk memahasucikan
Allah dengan meneriakan talbiyah, berzikir dan berdoa sebagai berikut:
Labbaika Allahumma labbaik (a), labbaika la syarika laka labbaik (a).Innal
hamda wannimata lak (a), wal mulka laka la syarika lak (a).
 Tawaf Ifadah
Tawaf Ifadah, Yaitu mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali, dilakukan sesudah
melontar jumrah Aqabah pada tanggal 10 Zulhijah
 Sa'i,
Sa'i, yaitu berjalan atau berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak 7
Kali, dilakukan sesudah Tawaf Ifadah. Adapun praktik pelaksanaan ibadah sa’i
adalah sebagai berikut:
 Dilakukan sesudah tawaf
 Berlari-lari kecil atau berjalan cepat dari bukit Safa menuju bukit Marwah.
 Dikerjakan sebanyak tujuh kali putaran: dari Safa ke Marwah satu putaran,
dan dari Marwah Sa’I hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang
mengerjakan haji atau umrah saja.
 Tahallul
Tahallul, yaitu bercukur atau menggunting rambut sesudah selesai
melaksanakan Sa'i. Setelah melontar Jumrah ‘Aqabah, jamaah kemudian
bertahallul (keluar dari keadaan ihram), yakni dengan cara mencukur atau
memotong rambut kepala paling sedikit tiga helai rambut. Laki-laki disunnahkan
mencukur habis rambutnya, wanita mencukur ujung rambut sepanjang jari, dan
untuk orang-orang yang berkepala botak dapat bertahallul secara simbolis
saja.Setelah melaksanakan tahallul, perkara yang sebelumnya dilarang sekarang
dihalalkan kembali, kecuali menggauli istri sebelum melakukan tawaf ifadah.
 Tertib
Tertib, yaitu mengerjakannya sesuai dengan urutannya serta tidak ada yang
tertinggal.
 Wajib Haji
Wajib Haji adalah rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji
sebagai pelengkap Rukun Haji, yang jika tidak dikerjakan harus membayar dam
(denda). Yang termasuk wajib haji adalah;
1. Niat Ihram, untuk haji atau umrah dari Miqat Makani, dilakukan
setelah berpakaian ihram
2. Mabit (bermalam) di Muzdalifah pada tanggal 9 Zulhijah (dalam
perjalanan dari Arafah ke Mina). Di Mudzalifah para jemaah haji menunaikan
shalat magrib dijamak dengan shalat isya dengan satu kali azan dan dua iqamah.
Kemudian, mereka bermalam lagi
3. Melontar Jumrah Aqabah tanggal 10 Zulhijah yaitu dengan cara
melontarkan tujuh butir kerikil berturut-turut dengan mengangkat tangan pada
setiap melempar kerikil sambil berucap, “Allahu Akbar. Allahummaj ‘alhu hajjan
mabruran wa zanban magfura(n)”. Setiap kerikil harus mengenai ke dalam jumrah
jurang besar tempat jumrah.
4. Mabit di Mina pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah).
Hukumnya adalah sunnah.
5. Melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah pada hari Tasyrik
(tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah).
6. Tawaf Wada', Yaitu melakukan tawaf perpisahan sebelum
meninggalkan kota Mekah.
7. Meninggalkan perbuatan yang dilarang waktu ihram
d. Pelaksanaan Ibadah Haji
1. BERIHRAM
Pakailah pakaian ihram pada hari ke-8 (delapan) bulan Dzulhijjah
di Mekkah dengan berdiri menghadap qiblat seraya mengucapkan,
“Labbaikallahumma hajjatan (Aku penuhi panggilan-Mu “Ya Allah” dengan
mengerjakan haji).”
2. MABIT DI MINA
Berangkatlah menuju Mina setelah matahari terbit dan
laksanakanlah shalat fardhu 5 (lima) waktu secara qashar (diringkas), yaitu
melakukan shalat Zhuhur, Ashar dan Isya dengan dua rakaat di setiap waktunya,
dan bermalamlah di Mina sehingga dapat melaksanakan shalat Shubuh di sana.
3. WUKUF DI ARAFAH
Berangkatlah menuju Arafah pada hari ke-9 (kesembilan) setelah
matahari terbit, sambil melakukan talbiyah dan takbir, dan dirikanlah shalat
Zhuhur dan Ashar secara qashar dan jam’u taqdim (mengumpulkan dua waktu
shalat tersebut di waktu shalat yang lebih awal (dzhuhur), pent.) dengan satu azan
dan dua iqamat tanpa ada shalat sunnahnya. Dan pastikan bahwa anda benar-benar
berada di dalam batas wilayah Arafah karena wukuf di Arafah merupakan rukun
penting dalam pelaksanaan haji, barangsiapa meninggalkannya maka hajinya
menjadi tidak sah.
Berdiri menghadap qiblat sambil mengangkat kedua belah tangan
untuk berdoa hanya kepada Allah semata, dan dilarang untuk berdoa kepada
selain-Nya. Seraya melakukan talbiyah dan ucapan :
4. MABIT DI MUZDALIFAH
Bertolaklah secara tenang dari Arafah setelah matahari terbenam
menuju Muzdalifah, dan shalatlah Maghrib dan Isya secara qashar dan jam’u
ta`khir (mengumpulkan dua waktu shalat tersebut di waktu shalat yang lebih akhir
(Isya), pent.) dengan satu azan dan dua iqamat tanpa ada shalat
sunnahnya.Bermalamlah (mabit) di Muzdalifah sebagai kewajiban haji hingga
anda melaksanakan shalat Fajar.Selanjutnya berzikir di Masy’aril Haram dengan
menghadap qiblat sambil mengangkat kedua belah tangan anda untuk berdoa,
bertahmid, bertahlil mentauhidkan Allah dan (tempat mana saja di) Muzdalifah
semuanya adalah Masy’aril Haram. Diperkenankan bagi orang yang lemah
(seperti wanita dan orang tua renta, pent) untuk meninggalkan Muzdalifah setelah
lewat tengah malam.
5. MELONTAR
Bertolaklah dari Muzdalifah sebelum matahari terbit menuju Mina
pada hari ‘Iedul Adhha sambil mengucapkan talbiyah.Dan hendaklah anda
kerjakan secara tenang. Lakukankanlah lontaran ke Jamrah Kubra (yaitu Jamrah
terakhir yang paling dekat dari Mekkah, pent.) setelah terbit matahari, sekalipun
sampai malam –jadikanlah posisi Mekkah (qiblat) di sebelah kiri anda dan posisi
Mina di sebelah kanan anda- dengan 7 (tujuh) kerikil yang anda ambil sejak di
Muzdaliah, seraya melakukan takbir pada setiap batu kerikil yang dilontarkan.
Pastikan anda mengetahui bahwa kerikil tersebut telah jatuh ke dalam cawan
tempat lontaran (al-marma).Seandainya lontarannya tidak ada yang meleset, maka
hentikanlan bacaan talbiyah pasca pelaksanaan pelontaran berakhir.
Kenakanlah pakaian anda dan pakailah wangi-wangian , maka
dihalalkan bagi anda segala (yang dilarang waktu berihram) kecuali bersetubuh.
6. SEMBELIH HEWAN QURBAN
Sembelih dan kulitilah hewan qurban di Mina atau di Mekkah pada
hari-hari “Ied.Dari sembelihan tersebut, makanlah dan berilah makan orang-orang
faqir.Diperkenankan untuk mewakilkannya.Maka anda dapat membayar harga
hewan qurban kepada orang yang anda percayai untuk melaksanakannya, baik
kepada personal-personal atau lembaga-lembaga tertentu yang dipercaya.
Seandainya ia tidak berkemampuan untuk membayar harga hewan qurban, maka
berpuasalah selama 3 (tiga) hari pada masa haji dan 7 (tujuh) hari jika ia telah
kembali ke keluarganya. Dan bagi wanita berlaku hukumnya seperti pria.Dan ini
hukumnya adalah wajib untuk haji tamattu’ dan qiran.

7. MENCUKUR
Cukurlah habis rambut anda seluruhnya atau potong pendeklah
sekalian semuanya, dan mencukur habis lebih utama (afdhal) dari sekedar
memendekkan.Sedangkan bagi wanita, dipotong rambutnya sedikit saja. Jangan
merasa puas dengan apa yang dilakukan oleh banyak orang dengan memendekkan
sebagian rambut kepalanya, bahkan seharusnya dipotong pendek seluruh
bagiannya. Karena memotong pendek menempati posisi mencukur, sementara
cukuran berlaku untuk seluruh rambut dibagian kepala.
8. TAWAF DAN SA’I
Bertolaklah menuju Mekkah, lalu bertawaflah mengelilingi Ka’bah
sebanyak 7 (tujuh) putaran.Bersa’ilah antara Shafa dan Marwah sebanyak 7
(tujuh) kali sebagaimana yang dijelaskan dimuka pada “Rangkaian Pelaksanaan
Umrah”.Setelah melakukan tawaf dan sa’i, maka bagi anda dihalalkan istri anda
setelah sebelumnya dilarang untuk “didekati”. Seandainya tidak memungkinkan
bagi anda untuk melakukan tawaf dan sa’i pada hari ini, maka dapat dilakukan
pada hari-hari Tasyriq (11-13 Dzulhijjah, pent). Jika belum bisa juga, maka di
hari-hari Dzulhijjah.
Sunnah untuk melaksanakan rangkaian amal secara tertib di Hari
‘Ied, sebagai berikut :
a.Melontar Jumrah Al-Aqabah (qubra), lalu
b.Menyembelih hewan qurban, lalu
c.Mencukur rambut, lalu
d.Bertawaf Ifadhah, lalu
e. Melakukan sa’i bagi haji tamattu’.
9. MABIT DI MINA DAN MELONTAR
1.Kembalilah ke Mina pada hari-hari ‘Ied dan bermabitlah di sana sebagai wajib
hukumnya.
2.Melontar, waktunya setelah Zhuhur hingga terbenam matahari dan dapat
diperpanjang hingga malam hari pada kondisi-kondisi yang darurat.
3.Lakukanlah lontaran di 3 (tiga) Jamrah secara tertib, dimulai dari ash-Shughra
(yang kecil), dengan 7 (tujuh) butir kerikil (yang dipungut dari Mina) di setiap
Jamrah, seraya bertakbir di setiap batu yang dilontarkan. Serta berdirilah
menghadap qiblat setelahnya sambil mengangkat kedua belah tangan untuk
berdoa sebanyak-banyaknya kepada Allah semata.
4.Kemudian lakukanlah lontaran Jamrah al-Wushtha persis seperti yang dilakukan
di ash-Shugra dan berdirilah setelahnya untuk berdoa.
5.Kemudian lakukanlah lontaran Jamrah al-Kubra dengan menjadikan posisi Mina
di sebelah kanan anda dan Mekkah (qiblat) di sebelah anda. Dan tidak berdiri
untuk berdoa setelahnya.
6. Lakukanlah lontaran ke 3 (tiga) Jamrah pada hari ketiga dari hari ‘Ied, persis
seperti yang anda lakukan di hari ke-2 (dua)nya dari hari ‘Ied. Dan bertolaklah
dari Mina sebelum terbenamnya matahari –jika situasi menuntut anda untuk
menyegerakan- namun jika tidak maka wajib bagi anda untuk mabit di Mina dan
melontar ke-3 Jamrah di hari ke-4.Yang demikian itu adalah lebih utama (afdhal).
7.Diperbolehkan bagi orang yang beruzur syar’i (al-ma’dzur) untuk mengakhirkan
lontaran di hari ke-2 (dua) dari hari ‘Ied ke hari ke-3 (tiga)nya. Dan dari hari ke-3
(tiga) ke hari ke-4 (empat)nya. Dan diperbolehkan pula untuk mewakilkan
pelaksanaan lontaran bagi wanita yang lemah, orang yang sakit, orang-orang yang
renta, juga anak-anak.
10. TAWAF WADA’
Hukumnya wajib kepada selain wanita yng haid dan nifas, dan
menjadualkan acara perjalanan (as-safar) setelahnya.Maka wajib untuk
menyembelih binatang bagi yang meninggalkannya, atau meninggalkan
pelaksanaan lontar, atau tarkib mabit di Mina.
-Tempat Istimewa dalam Ibadah Haji
1. Makkah Al Mukaromah
Di kota inilah berdiri pusat ibadah umat Islam sedunia, Ka'bah, yang berada di
pusat Masjidil Haram. Dalam ritual haji, Makkah menjadi tempat pembuka dan
penutup ibadah ini ketika jamaah diwajibkan melaksanakan niat dan thawaf haji.
2. Arafah
Kota di sebelah timur Makkah ini juga dikenal sebagai tempat
pusatnya haji, yiatu tempat wukuf dilaksanakan, yakni pada tanggal 9 Dzulhijjah
tiap tahunnya. Daerah berbentuk padang luas ini adalah tempat berkumpulnya
sekitar dua juta jamaah haji dari seluruh dunia. Di luar musim haji, daerah ini
tidak dipakai.
3. Mina
Tempat berdirinya tugu jumrah, yaitu tempat pelaksanaan kegiatan
melontarkan batu ke tugu jumrah sebagai simbolisasi tindakan nabi Ibrahim ketika
mengusir setan. Dimasing-maising tempat itu berdiri tugu yang digunakan untuk
pelaksanaan: Jumrah Aqabah, Jumrah Ula, dan Jumrah Wustha. Di tempat ini
jamaah juga diwajibkan untuk menginap satu malam.
4. Muzdalifah
Tempat di dekat Mina dan Arafah, dikenal sebagai tempat jamaah haji
melakukan Mabit (Bermalam) dan mengumpulkan bebatuan untuk melaksanakan
ibadah jumrah di Mina.
5. Madinah
Adalah kota suci kedua umat Islam. Di tempat inilah panutan umat
Islam, Nabi Muhammad SAW dimakamkan di Masjid Nabawi. Tempat ini
sebenarnya tidak masuk ke dalam ritual ibadah haji, namun jamaah haji dari
seluruh dunia biasanya menyempatkan diri berkunjung ke kota yang letaknya
kurang lebih 330 km (450 km melalui transportasi darat) utara Makkah ini untuk
berziarah dan melaksanakan salat di masjidnya Nabi. Lihat foto-foto keadaan dan
kegiatan dalam masjid ini.
-Tempat Bersejarah
1. Jabal Nur dan Gua Hira
Jabal Nur terletak kurang lebih 6 km di sebelah utara Masjidil Haram. Di
puncaknya terdapat sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Hira. Di gua
inilah Nabi Muhammad saw menerima wahyu yang pertama, yaitu surat Al-'Alaq
ayat 1-5.
2. Jabal Tsur
Jabal Tsur terletak kurang lebih 6 km di sebelah selatan Masjidil
Haram. Untuk mencapai Gua Tsur ini memerlukan perjalanan mendaki selama 1.5
jam. Di gunung inilah Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar As-Siddiq
bersembunyi dari kepungan orang Quraisy ketika hendak hijrah ke Madinah.
3. Jabal Rahmah
Yaitu tempat bertemunya Nabi Adam as dan Hawa setelah keduanya
terpisah saat turun dari surga. Peristiwa pentingnya adalah turunnya wahyu yang
terakhir pada Nabi Muhammad saw, yaitu surat Al-Maidah ayat 3.
4. Jabal Uhud
kurang lebih 5 km dari pusat kota Madinah. Di bukit inilah terjadi
perang dahsyat antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin Mekah. Dalam
pertempuran tersebut gugur 70 orang syuhada di antaranya Hamzah bin Abdul
Muthalib, paman Nabi Muhammad saw. Kecintaan Rasulullah saw pada para
syuhada Uhud, membuat beliau selalu menziarahinya hampir setiap tahun. Untuk
itu, Jabal Uhud menjadi salah satu tempat penting untuk diziarahi.
5. Makam Baqi'
Baqi' adalah tanah kuburan untuk penduduk sejak zaman jahiliyah
sampai sekarang.Jamaah haji yang meninggal di Madinah dimakamkan di Baqi',
letaknya di sebelah timur dari Masjid Nabawi. Di sinilah makam Utsman bin
Affan ra, para istri Nabi, putra dan putrinya, dan para sahabat dimakamkan. Ada
banyak perbedaan makam seperti di tanah suci ini dengan makam yang ada di
Indonesia, terutama dalam hal peletakan batu nisan lihat Hikmah Ziarah ke
Makam Baqi'.
6. Masjid Qiblatain
Pada masa permulaan Islam, kaum muslimin melakukan shalat dengan
menghadap kiblat ke arah Baitul Maqdis di Yerussalem, Palestina. Pada tahun ke-
2 H bulan Rajab pada saat Nabi Muhammad saw melakukan shalat Zuhur di
masjid ini, tiba-tiba turun wahyu surat Al-Baqarah ayat 144 yang memerintahkan
agar kiblat shalat diubah ke arah Kabah Masjidil Haram, Mekah. Dengan
terjadinya peristiwa tersebut maka akhirnya masjid ini diberi nama Masjid
Qiblatain yang berarti masjid berkiblat dua.
e. Haji Mabrur
Ibadah haji termasuk ibadah yang paling utama dan ketaatan yang
paling agung, ia adalah salah satu rukun Islam yang diturunkan oleh Allah Ta’ala
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sehingga tidak sempurna
agama seorang hamba kecuali dengannya. Sementara itu ibadah yang dilakukan
untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla tidak menjadi sempurna dan
tidak dapat diterima, kecuali dengan dua perkara yaitu
- Ikhlash karena Allah Azza wa Jalla dengan mengarahkan maksud ibadah hanya
semata-mata kepada Allah dan kampung akhirat. Ibadah yang dilakukan tidak
bermaksud untuk dipamerkan (riya’) dan digembar-gemborkan (sum’ah) dan tidak
ada tendensi kepentingan duniawi.
- Ittiba’un Nabiy (mengikuti Nabi) Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam berujar
dan bersikap. Sedangkan upaya untuk ittiba’un Nabiy tidak mungkin terealisasi
kecuali dengan mengetahui sunnah beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Karenanya menjadi wajib bagi siapa saja yang hendak melaksanakan ibadah
kepada Allah untuk mempelajari petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
mengenai tuntunannya, sehingga amalnya bersesuaian dengan sunnah beliau
Shallallahu ‘Alaihi wa Sala.
a Indikator Saat Ibadah Haji
1,Motivasi atau niat Ibadah Haji, ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah
SWT.
2. Proses pelaksanaan sesuai dengan contoh ibadah Rasulullah saw. dimana
syarat, rukun wajib (bahkan sunat) ibadah tersebut terpenuhi.
3.Biaya untuk ibadah tersebut diperoleh dengan cara yang halal
Dampak dari ibadah haji positif bagi pelakunya, yaitu adanya
perubahan kualitas perilaku ke arah yang lebih baik dan lebih terpuji
b. Indikator Setelah Ibadah Haji.
1.Patuh melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, patuh
melaksanakan sholat, konsekuen membayar zakat, sungguh-sungguh membangun
keluarga sakinah mawaddah dan wa rahmah, selalu rukun dengan sesama umat
manusia, sayang kepada sesama makhluk Allah SWT
2.Konsekuen meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah SWT, terutama dosa-
dosa besar, seperti syirik, riba, judi, zina, khamr, korupsi, membunuh orang,
bunuh diri, bertengkar, menyakiti orang lain, khurafat, bid'ah dsb..
3 .Gemar melakukan ibadah wajib, sunat dan amal shalih lainnya serta berusaha
meninggalkan perbuatan yang makruh dan tidak bermanfaat.
4 .Aktif berkiprah dalam memperjuangkan, menda'wahkan Islam dan istiqamah
serta sungguh-sungguh dalam melaksanakan amar ma'ruf dengan cara yang
ma'ruf, melaksanakan nahi munkar tidak dengan cara munkar.
5. Memiliki sifat dan sikap terpuji seperti sabar, syukur, tawakkal, tasamuh,
pemaaf, tawadlu dsb.
6. Malu kepada Allah SWT utk melakukan perbuatan yang dilarang-Nya.
7.Semangat dan sungguh-sungguh dalam menambah dan mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama ilmu-ilmu Islam.
8.Bekerja keras dan tekun untuk memenuhi keperluan hidup dirinya, keluarganya
dan dalam rangka membantu orang lain serta berusaha untuk tidak membebani
dan menyulitkan orang lain
9.Cepat melakukan taubat apabila terlanjur melakukan kesalahan dan dosa, tidak
membiasakan diri proaktif dengan perbuatan dosa, tidak mempertontonkan dosa
dan tidak betah dalam setiap aktivitas berdosa.
10.Sungguh-sungguh memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk
menolong orang lain dan menegakkan "Izzul Islam wal Muslimin".

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuaan
dan pengalaman bagi para pembaca,untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk maupaun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupaun pengalaman penuli,yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini,oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangaun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar,31 oktober 2016


Penyusun
TUGAS MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA
DENGAN MATERI, HAJI

1.SYAFARUDDIN
20162105055

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan


Komputer AKBA
2016/2017

You might also like