Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Agri Azizah Amalia (220120180056)
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
REFLECTIVE PRACTICE IN NURSING
Pengalaman Perawat Melakukan Terapi Inhalasi Nebulizer
Pada Pasien Dengan Pneumonia
Reflective Case
Pembahasan kasus menurut siklus refleksi Gibbs (1988), siklus ini ada 6 langkah:
Description
(What happenned? )
Feelings
Action plan
(What were you
(If it arose again
thinking and
what would you do?)
feeling?)
Evaluation
Conclusion
(What was good and
(What else could
bad about the
you have done?)
experience?)
Analysis
(What sense can
you make of the
situation?)
1. Description
Pada saat praktek klinik keperawatan di ruang anak rawat inap Rumah Sakit
Umum Kab. Sumedang saya melakukan tindakan pemberian terapi inhalasi nebulizer
pada seorang pasien An. R laki-laki berusia 2 tahun 3 bulan dengan diagnosa medis
Pneumonia. Saat itu saya bersemangat dalam melakukan tindakan karena untuk
mencapai semua target di log book. Kemudian saya menghampiri pasien anak yang
anak dilakukan terapi inhalasi nebulizer, saya menjelaskan terlebih dahulu tindakan
yang akan dilakukan pada ibu pasien, dan setelah disetujui oleh ibu pasien saya
langsung melakukan tindakan. Saya memulai tindakan untuk melakukan terapi inhalasi
nebulizer pada pasien An. R. Pada saat saya datang ketika An. R melihat saya dia
langsung rewel dan terlihat gelisah tetapi lama-lama An. R menangis histeris karena
sudah mulai tahu akan dilakukan tindakan. Saya pun mulai melakukan tindakan terapi
inhalasi nebulizer tapi pada saat dilakukan tindakan tidak ada maskernya dan hanya
ada nebulizer jar saja kemudian saya bertanya pada teteh perawat di ruangan, mereka
mengatakan katanya “tidak usah menggunakan masker langsung nebulizer jar nya
saja”. perasaan bingung dan bertanya-tanya di dalam hati “apakah tindakannya akan
efektif tindakan terapi inhalasi nebulizer tidak menggunakan maskernya?” hanya
menggunakan nebulizer jar karena sebagian anak ada yang rewel dan histeris ketika
dilakukan terapi inhalasi nebulizer. Ibu pasien menceritakan anaknya selalu ketakutan
dan menangis bila melihat orang menggunakan pakaian berwarna putih di rumah sakit,
karena anaknya sudah tahu orang itu akan melakukan tindakan sama seperti pertama
kali dia dibawa ke IGD.
2. Feelings
Saya merasa bingungan dan kecewa, karena tindakan pemberian terapi inhalasi
nebulizer tanpa menggunakan masker dan hanya menggunakan nebulizer jar itu kurang
efektif apalagi dilakukan pada pasien anak yang tidak kooparatif. Perasaan kecewa pun
ada ketika mengetahui respon teteh perawat melakukan tindakan tidak sesuai sop,
seharusnya semua tindakan yang akan dilakukan pada pasien anak perawat benar-benar
dengan teliti mengecek semua persiapan alat untuk melakukan tindakan. Perasaan takut
pun muncul bila kebiasaan ini akan terulang kepada mahasiswa praktekan lain dan
tindakan ini bisa mereka bawa hingga bekerja nanti karena mendapatkan pelajaran yang
salah.
3. Evaluation
Banyak hal yang bisa diambil dari kejadian tersebut. Termasuk hal positif dan
hal negatif. Hal positif yang bisa diambil dari kejadian tersebut adalah tindakan tersebut
memang sangat berguna bagi pasien anak agar mengencerkan secret supaya mudah
dikeluarkan sehingga jalan nafas menjadi longgar. Sedangkan hal negatif yang bisa
diambil dari kejadian tersebut adalah tindakan yang dilakukan kurang maksimal karena
pasien anak selain tidak kooperatif juga tidak menggunakan masker sungkupnya
sehingga obat yang di berikan tidak maksimal. Respon perawat ruangan juga
seharusnya tidak dapat merugikan pasien dan tidak memenuhi hak pasien dari segi
prinsip etik beneficence karena melakukan tindakan terapi inhalasi nebulizer
seharusnya memakai masker dan sungkupnya juga agar lebih efektif bukan hanya
nebulizer jar nya saja.
4. Analysis
Kasus kurang efektifan tindakan pemberian terapi inhalasi nebulizer mungkin
banyak terjadi di ruang perawatan anak di berbagai rumah sakit. Saat melakukan
tindakan pemberian terapi inhalasi nebulizer hendaknya perawat melakukannya dengan
menggunakan masker sungkup agar obat yang diberikan masuk kesaluran pernapasan
dan dapat mengencerkan secret. Hasil penelitian Norlani, Zainab, dan Agustin Ramie
tahun 2016 menjelaskan ibu pasien tergolong cenderung mengalami kecemasan sedang
tapi pada ibu yang pernah ada riwayat nebulizer dengan kategori sering pada anaknya
mengalami kecemasan ringan. Kepada tenaga keperawatan di ruang anak diharapkan
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang maksimal khususnya meminimalkan
kecemasan yang dirasakan ibu dengan menjelaskan prosedur dan kegunaan tindakan
nebulizer agar kecemasan ibu dapat diminimalkan. Hasil penelitian Iqmh, Nuraeni, dan
Waluyanti tahun 2016 menunjukan ada hubungan antara caring perawat dengan
keberhasilan proses inhalasi pada anak balita (p=0,000). Rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya untuk melihat jenis alat inhalasi yang digunakan dengan keberhasilan
inhalasi. Hasil penelitian Sutiyo dan Nurlaila tahun 2017 menjelaskan Setelah
dilakukan penerapan terapi inhalasi, terjadi penurunan RR dari 68 x/menit, suara nafas
ronkhi, dan tidak ada tarikan dinding dada kedalam. Hasil penelitian Mahfudzoh dan
Herawati tahun 2016 menjelaskan pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi sesak
nafas. Setelah dilakukan terapi 4 kali didapat hasil penilaian sesak nafas pada sesak
(T0): 5 (severe) menjadi (T4): 2 (slight). Pengeluaran sputum yaitu pada awal terapi
(T1): sputum berada pada upper lobus pulmo dextra dan upper lobus pulmo sinitra
segmen posterior disertai dengan ronkhi halus (crackles), menjadi (T4): Sputum berada
pada upper lobus pulmo dextra dan upper lobus pulmo sinitra segmen posterior disertai
dengan ronkhi halus (crackles) berangsur menuju normal. Peningkatan ekspansi thoraks
(T0): axilla 1 cm, ICS V 1,5 cm dan prosessus xypoideus 1 cm menjadi (T4): axilla 1,5
cm, ICS V 2 cm dan prosessus xypoideus 1,5 cm. Peningkatan kemampuan aktivitas
fungsional dari awal fisioterapi (T0) hingga akhir fisioterapi (T4) pada aktivitas leisure
dan psycal. nebulizer, infra red, chest therapy dapat mengurangi sesak napas,
mengurangi nyeri, meningkatkan ekspansi thorak, mengurangi sputum dan
meningakatkan aktivitas fungsional. Tindakan fisioterapi dada terbukti dapat mengatasi
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
5. Conclusion
Terhadap kejadian ini dapat diambil kesimpulan dalam tindakan pemberian
terapi inhalasi nebulizer harus menggunakan masker sungkup. Kasus diatas
mengajarkan kita banyak hal tentang bagaimana caranya kita melakukan tindakan yang
benar pada pasien anak tidak kooperatif dengan menggunakan masker sungkup agar
obat yang diberikan masuk ke saluran pernapasan dan dapat mengencerkan secret. Obat
yang diberikan dalam nebulizer jar masuk dan sputum dapat keluar dengan maksimal
dan jalan nafas bersih tidak ada sumbatan.
6. Action plan
Berdasarkan hal ini saya berhadap harus benar dalam melakukan tindakan,
terutama pada pasien anak, semua harus berdasarkan sop di rumah sakit, dengan
menggunakan masker sungkup berarti menjalankan tindakan berdasarkan sop di rumah
sakit, bukan hanya pada pasien dewasa tetapi juga pada pasien anak. Agar lebih efektif
juga dalam melakukan tindakan dan memaksimalkan kerja obat dan hal-hal seperti
kasus diatas tidak kembali terulang lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Gibbs, graham (1988). Reflective Practice In Nursing Using Gibbs Reflective Cycle.
Iqomah, Muhammad Khabib Burhanuddin, Nani Nurhaeni, and Fajar Tri Waluyanti.
"HUBUNGAN CARING PERAWAT DENGAN PROSES INHALASI PADA
BALITA." Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal 6.1 (2016): 28-36.