You are on page 1of 15

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 41, NO. 1, JUNI 2014: 74 – 88

Perilaku Asertif dan Kecenderungan Kenakalan Remaja


Berdasarkan Pola Asuh dan Peran Media Massa
Sriyanto1, Aim Abdulkarim2, Asmawi Zainul, Enok Maryani
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Abstract. Theoretically the adolescent psychological development is a transition period which


is marked by changes in biological, psychological and social aspects. Empirically, the
increasing trend of juvenile delinquency is caused by the inability of the early adolescents to
be assertive so that their personality become weak and they can easily fall into negative things.
This study aimed at determining the extent to which environment and mass media have the
influence on assertive behaviour and juvenile delinquency trend in Junior High School in
West Java Province. The respondents of this research were 458 students of Junior High Schools
in West Java. Questionnaire was used to collect the data. Samples were chosen by using
stratified random sampling technique. Data analysis employed Structural Equation Modelling
(SEM) with two-stages testing: measurement model and structural model, using Analysis of
Moment Structure (AMOS). The results of this study revealed that all hypothetical statements
have significant effects. The findings showed that the increasing level of students’ assertive
behaviour can decrease the tendency of juvenile delinquency in them.
Keywords: assertive behaviour, parenting, mass media, juvenile delinquency trend

Abstrak. Penelitian ini secara teoretis dilandaskan pada perkembangan psikologi remaja
sebagai masa transisi yang ditandai perubahan aspek biologis, psikologis, dan sosial. Secara
empiris penelitian ini didasarkan atas meningkatnya fenomena kecenderungan kenakalan
remaja karena ketidakmampuan para remaja awal untuk bersikap asertif sehingga kepriba-
diannya menjadi lemah dan sering terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana lingkungan dan media massa berpengaruh terha-
dap perilaku asertif dan kecenderungan kenakalan remaja pada Sekolah Menengah Pertama
Negeri di Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner
terhadap 458 responden. Penentuan sampel menggunakan teknik stratified random sampling.
Data yang terkumpul dianalisis dengan Structural Equation Modelling (SEM) melalui pengujian
dua tahap yaitu measurement model dan structural model menggunakan aplikasi software
Analysis Moment of Structure (AMOS). Hasil penelitian bahwa semua pernyataan hipotetik
yang diajukan berpengaruh signifikan. Temuan dari penelitian adalah meningkatnya perilaku
asertif peserta didik ternyata dapat menurunkan kecenderungan kenakalan remaja.
Kata kunci: perilaku asertif, pola asuh, media massa, kecenderungan kenakalan remaja

Munculnya1 fenomena kecenderungan permasalahan yang mengkhawatirkan


kenakalan remaja (yang masih berstatus baik dari perspektif pendidikan, psikologi,
sebagai pelajar) akhir-akhir ini menjadi sosial, maupun budaya. Kehidupan remaja
yang ditandai oleh berbagai macam kena-
kalan remaja, adalah bukti lemahnya
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat dila- moralitas dan kepribadian usia remaja. Di
kukan melalui: sriyanto1907@gmail.com
2
Indonesia selama dasawarsa terakhir ini,
Atau melalui: aimpkn@yahoo.com;
perbo@indo.net.id; emaryani@yahoo.com menunjukkan adanya kecenderungan

JURNAL PSIKOLOGI 74
PERILAKU ASERTIF, KENAKALAN REMAJA, POLA ASUH DAN MEDIA MASSA

yang semakin serius tentang permasa- memengaruhi perkembangan berikutnya.


lahan remaja Indonesia khususnya masa- Kemudian dalam konteks sosio-budaya,
lah sosial, psikologi, budaya, dan mora- orang tua dengan sistem nilai-norma
litas. Sebagai contoh, gambaran tentang melaksanakan tugasnya menjalankan
banyaknya remaja Indonesia mengalami peran kedewasaan, termasuk menjadi
masalah sosial yang ditunjukkan dalam pendidik terhadap anak dengan mewakili
bentuk perbuatan kriminal, asusila, dan atau sebagai perantara (mediasi) dari
pergaulan bebas; masalah budaya dalam dunia makna-nilai (abstrak namun bersifat
bentuk kehilangan identitas diri, terpenga- imperatif-operasional) yang berwibawa
ruh budaya barat; dan masalah degradasi atas dirinya dan juga orang dewasa
moral yang diwujudkan dalam bentuk umumnya.
kurang menghormati orang lain, tidak Namun, kehidupan masyarakat mo-
jujur sampai ke usaha menyakiti diri dern saat ini yang serba kompleks sebagai
seperti mengkonsumsi narkoba, mabuk- hasil perkembangan teknologi modern,
mabukan dan bunuh diri (Puspitawati, industrialisasi, dan juga mekanisasi dapat
2009, 2010). berdampak terhadap kehidupan sosial.
Kenakalan remaja memiliki sifat Adaptabilitas masing-masing individu
psikis, interpersonal, antarpersonal, dan terhadap keadaan tersebut menjadi hal
kultural sebab perilaku kenakalan selalu yang tidak mudah sebab dapat memuncul-
berlangsung dalam konteks antarpersonal kan konflik, kecemasan, dan kebimbangan
dan sosio-kultural (Kartono, 2010). Indivi- jika individu tidak memiliki kontrol diri
du menjadi faktor utama dalam memilih yang baik. Konflik dalam diri individu
dan menentukan eksistensi dirinya dalam dapat berupa konflik eksternal yang terbu-
membentuk karakter agresif, asertif, atau ka, dan internal dalam batin yang tersem-
pasif. Pendidikan selayaknya menjadi sa- bunyi dan tertutup sifatnya. Timbulnya
rana yang efektif untuk mengembangkan konflik pada masyarakat modern didu-
kemampuan dan membangun karakter kung pula ketidaksiapan masyarakat
peserta didik, sebab pendidikan memberi dengan kemajuan teknologi informasi
pelajaran nilai-nilai kearifan dan budaya yang cepat, yang tidak diimbangi oleh
masyarakat. Selaras dengan hal itu maka, perkembangan pola fikirnya. Globalisasi,
pendidikan yang bermakna dan bermutu kemajuan teknologi informasi dan komu-
pada dasarnya harus selalu mengacu ke nikasi melalui internet, dan telepon seluler
masa depan. Pendidikan bermakna juga (ponsel) adalah fenomena masyarakat
harus bersifat komprehensif dan holistik, modern dengan segala kemudahan yang
untuk mempersiapkan masa depan peser- ditawarkan, tetapi juga berdampak luas
ta didik. Sebab peserta didik akan meng- bagi masyarakat baik positif maupun
hadapi kehidupan yang komplek karena negatif. Dunia modern yang ditandai oleh
tuntutan perkembangan ilmu pengeta- perkembangan teknologi informasi dan
huan dan teknologi. komunikasi yang semakin maju, berdam-
Berkaitan dengan pendidikan, keluar- pak signifikan terhadap tata kehidupan
ga menjadi faktor yang penting dalam manusia di berbagai aspek.
perkembangan psikologi dan sosial anak. Penelitian (Gillen, 2003; Uyun & Hadi,
Pola asuh dan komunikasi yang dilakukan 2005; Sert, 2003; Marini & Andriani, 2005;
orang tua dapat memberikan pengalaman Sikone, 2007; Puspitawati, 2009) menun-
pada masa kanak-kanak yang akan jukkan bahwa para remaja terjerumus ke

JURNAL PSIKOLOGI 75
SRIYANTO, DKK.

dalam hal negatif seperti tawuran, narko- pakan kemampuan untuk mengungkap-
ba, seks bebas, salah satunya disebabkan kan hak dan kebutuhan secara positif dan
oleh kepribadian yang lemah yaitu keti- konstruktif tanpa melanggar hak orang
dakmampuan para remaja untuk bersikap lain. Ciri seseorang yang memiliki perila-
asertif. Perilaku asertif bagi remaja ber- ku asertif adalah hubungan yang dilaku-
manfaat untuk memudahkan bersosialisasi kan merasa lebih percaya diri, mendapat-
dalam lingkungannya, menghindari kon- kan rasa hormat dari orang lain melalui
flik karena bersikap jujur dan terus terang, jalinan komunikasi secara langsung, terbu-
dan dapat menyelesaikan masalah yang ka, dan jujur. Asertivitas bermanfaat bagi
dihadapi secara efektif. Kondisi ini dalam individu untuk menjaga kejujuran dalam
pandangan Habermas, disebut distorsi komunikasi, mampu untuk mengen-
komunikasi yaitu ketidakmampuan para dalikan diri, dan meningkatkan kemam-
remaja memahami atau sengaja tidak mau puan dalam pengambilan keputusan.
untuk menyepakati aturan-aturan budaya, Pendidikan sejatinya dapat menjadi
masyarakat, dan komunitas, sehingga para wadah untuk mewariskan kebudayaan,
remaja terlibat dalam perilaku negatif. dalam membentuk kepribadian dan karak-
Padahal, dalam aturan-aturan tersebut ter generasi muda. Secara sistematis pen-
dapat ditelusuri latar belakang sosial dan didikan merupakan usaha sadar yang
kultural yang memberikan kemungkinan memiliki landasan filosofis, psikologis,
membayangkan dirinya dalam posisi sosiologis, dan kultural untuk mencapai
orang lain. tujuan yang diamksud. Apa yang tersirat
Filosofi asertivitas didasarkan pada dalam landasan tersebut bahwa pendidik-
satu premis bahwa setiap individu memi- an merupakan pilar utama untuk memba-
liki hak dasar yang sama sebagai pribadi ngun peradaban suatu bangsa di atas
dan sebagai bagian dari kelompok sosial. fondasi budaya masyarakat. Terkait erat
Asertivitas sebetulnya merupakan konsep dengan landasan tersebut, maka tujuan
yang agak samar untuk didefinisikan pendidikan mensyaratkan pengembangan
(Golden, 1978) sebab berada di antara dua kemampuan dan intelektual, keterampil-
perilaku ekstrim yang bertentangan yaitu an, dan nilai peserta didik seperti yang
perilaku pasif dan agresif (Wilson & tergambar dalam dimensi kemampuan
Gallois, 1993; Janda, 1996). Asertivitas me- kehidupan manusia. Dengan munculnya
rupakan kemampuan seseorang untuk fenomena kecenderungan kenakalan re-
mengekspresikan diri, pandangan-pan- maja (yang masih berstatus sebagai
dangan dirinya, dan menyatakan keingin- pelajar) akhir-akhir ini menjadi permasa-
an dan perasaan diri secara langsung, lahan yang mengkhawatirkan baik dari
jujur, dan spontan tanpa merugikan diri perspektif pendidikan, psikologi, sosial,
sendiri dan melanggar hak orang lain. maupun budaya. Dari perspektif pendi-
Asertivitas dalam perspektif pendidikan dikan persoalan tersebut sebetulnya
merupakan domain keterampilan sosial menjadikan ironi, di satu sisi pendidikan
(social skills) diantara kerja sama (coope- seharusnya dapat membangun kepriba-
ration), tanggung jawab (responsibility), dan dian, perilaku, dan karakter peserta didik,
self-control (Sivin-Kachala & Bialo, 2009), namun tidak sedikit kenakalan tersebut
empathy (Elliot & Gresham dalam Golden, justru dilakukan ketika mereka masih
2002), problem behavior (Chong & Li, Jen-Yi, berseragam sekolah.
2008). Dengan demikian, asertivitas meru-

76 JURNAL PSIKOLOGI
PERILAKU ASERTIF, KENAKALAN REMAJA, POLA ASUH DAN MEDIA MASSA

Berdasarkan latar belakang yang telah melanggar hukum sangat berhubungan


diuraikan, peneliti ingin mengetahui dengan teman-teman sebaya (peers group)
pengaruh pola asuh orang tua, media yang mengalami masalah, pengasuhan di
massa terhadap perilaku asertif dan kecen- rumah yang problematik, situasi pendi-
derungan kenakalan remaja. Bandura dikan, dan masalah yang terjadi di seko-
(1989) dalam studinya menjelaskan bahwa lah. Model pengasuhan orang tua sering-
keluarga, kelompok masyarakat, dan me- kali sebagai antitesa dari perilaku anak
dia massa secara sistematis dapat mem- sendiri, dimana anak dapat memancing
bentuk pola ingatan yang tergambar cara pengasuhan tertentu pada orang tua
dalam kebiasaan bertingkah laku individu yang selanjutnya justru dapat memper-
melalui peniruan (imitating) dan pemodel- dalam permasalahan.
an (modeling). Keluarga menjadi faktor Dunia modern yang ditandai oleh
yang penting dalam perkembangan psiko- perkembangan teknologi informasi dan
logi anak. Orang tua juga memberikan komunikasi yang semakin maju, berdam-
dasar kehidupan emosi dan dasar kehi- pak signifikan terhadap tata kehidupan
dupan moral anak. Kehidupan emosional manusia di berbagai aspek. Tidak dapat
keluarga dapat menjamin perkembangan dihindari, arus ini menyeret setiap orang
emosional anak dalam pembentukan pri- ke dunia digital, dengan terminilogi yang
badinya. Demikian juga dengan ketela- sering disebut dengan virtual (Shields,
danan orang tua dalam bertutur kata dan 2012). Salah satu bentuk dunia digital
berperilaku sehari-hari akan menjadi wa- terelaborasi dalam komunikasi melalui
hana pendidikan moral bagi anak untuk media massa. Bagian terpenting dari
membentuk manusia susila. Keluarga me- perkembangan media massa ini adalah
rupakan peletak dasar pendidikan akhlak jaringan internet, yang sudah masuk
dan pandangan hidup keagamaan. Sifat hingga ke pelosok daerah. Komunikasi
dan tabiat anak sebagian besar diambil melalui jaringan internet atau komunikasi
dari kedua orang tua dan anggota keluar- virtual merupakan cara berkomunikasi
ga yang lainnya. dimana penyampaian dan penerimaan
Namun pada kenyataannya, orang tua pesan dilakukan dengan melalui cyber-
seringkali memberikan model agresif seca- space. Bentuk komunikasi ini sangat digan-
ra fisik melalui hukuman fisik pada anak- drungi oleh kalangan remaja karena dapat
nya. Hal ini dilakukan dengan dalih untuk ditemukan di mana saja dan kapan saja.
mendisiplinkan anaknya, padahal sejati- Media komunikasi ini dengan berbagai
nya secara bersamaan orang tua juga kemudahan yang ditawarkan menjadikan
memberikan contoh agresif kepada anak komunikasi lebih efektif dan efisien de-
(Myers, 2012). Studi Bandura dan Walter ngan layanan fasilitas web, chatting, email,
(1963) menemukan bahwa hukuman fisik facebook, friendster, twitter, whats app dan
yang dilakukan oleh para orang tua, akan fasilitas lainnya. Begitu banyak fasilitas
berlanjut pada anak yang mendapatkan yang ditawarkan dalam dunia maya untuk
perlakuan kekerasan ketika anak tersebut melakukan komunikasi, dan keberadaan-
telah menjadi orang tua. Hasil penelitian nya semakin membuat manusia tergan-
Scholte (1991) dalam Mönks, Knoers, dan tung. Siebert, dkk. (1963) mengemukakan
Haditono (2006) juga menemukan remaja bahwa empat teori media massa pada
berusia 15 tahun yang terlibat perkelahian, dasarnya mengacu pada satu pengertian
mencuri, dan bentuk perilaku yang media massa sebagai forum yang me-

JURNAL PSIKOLOGI 77
SRIYANTO, DKK.

nyampaikan pandangannya tentang ba- efektif sebagai model untuk berperilaku


nyak hal yang terjadi di masyarakat. agresif. Teori belajar sosial dari Bandura
Media massa juga harus sebagai kontrol mendasarkan pada asumsi bahwa perilaku
sosial, dan guru bagi masyarakat. Dengan pada dasarnya ditentukan oleh lingkung-
demikian, media massa sebetulnya memi- an dan dapat dipelajari dengan memben-
liki peran yang penting dalam memba- tuk asosiasi yang terjadi karena kebiasaan,
ngun kepercayaan dan kredibilitas konsu- refleksi, atau hubungan antara respon
men. Namun, hal ini berbeda dengan dengan penguatan yang memungkinkan
perkembangan media massa saat ini. dalam lingkungan (Kurniadi, 2001). Berda-
Seperti dilaporkan Myers (2012) bahwa sarkan asumsi ini, jika perilaku agresif
media berdampak pada perilaku terdapat dipelajari, maka ada harapan untuk me-
tiga dasar pemikiran, yaitu (1) keterbang- ngendalikannya (Myers, 2012).
kitan fisik (arousal) yang dimunculkan Berdasarkan uraian di atas maka
karena melihat kekerasan, sebagai satu pengajuan pernyataan hipotesis yaitu:
bentuk untuk menyalurkan tenaga pada terdapat pengaruh signifikan positif pola
perilaku lain; (2) penelitian juga menun- asuh orangtua terhadap perilaku asertif,
jukkan bahwa melihat kekerasan bersifat terdapat pengaruh signifikan negatif
membebaskan; dan (3) melihat kekerasan media massa terhadap perilaku asertif,
memicu perilaku agresif dengan mengak- terdapat pengaruh signifikan pola asuh
tifkan pikiran yang berhubungan dengan orangtua terhadap kecenderungan kena-
kekerasan (violence-related). Tayangan di kalan remaja, terdapat pengaruh signifi-
televisi juga menimbulkan imitasi, yaitu kan media massa terhadap kecenderungan
mengulangi perilaku yang disaksikan kenakalan remaja, dan terdapat pengaruh
melalui media. signifikan negatif perilaku asertif terhadap
Permasalahan tentang perilaku remaja kecenderungan kenakalan remaja.
dalam perspektif teori belajar meyakini
bahwa lingkungan (keluarga dan kelom-
Metode
pok) memberikan kontribusi yang penting
dalam perkembangan perilaku menyim- Paradigma penelitian dibangun di
pang pada remaja. Bandura (1989) sebagai atas landasan pendekatan kuantitatif
penggagas teori belajar sosial (social learn- dengan desain survei untuk menjelaskan
ing theory) mengemukakan bahwa agresi- hubungan variabel yang memengaruhi
vitas tidak hanya berasal dari dampak me- perilaku asertif dan kecenderungan kena-
rasakan perbuatannya, tetapi juga dengan kalan remaja. Penelitian dilakukan di
mengamati seseorang. Ide pokok Bandura Provinsi Jawa Barat di 17 kabupaten dan
merupakan pengembangan pemikiran sembilan wilayah kota. Subjek penelitian
dari Miller dan Dollard tentang perilaku adalah siswa Sekolah Menengah Pertama
meniru (imitative behavior) (Hergenhahn & (SMP) Negeri, sampel penelitian tersebar
Olson, 2010). Bandura berhasil mengelabo- di 13 sekolah. Data dikumpulkan menggu-
rasi proses belajar sosial dengan faktor nakan angket ke 458 responden, dengan
kognitif dan perilaku, sehingga dapat teknik stratified random sampling.
memengaruhi seseorang. Menurut
Uji coba instrumen dilakukan di dua
Bandura (1989), model yang terpampang
sekolah dengan jumlah responden masing-
dalam keluarga, kelompok masyarakat,
masing sekolah 25 siswa dan 27 siswa.
dan media massa merupakan sarana yang
Operasionalisasi variabel pola asuh seba-

78 JURNAL PSIKOLOGI
PERILAKU ASERTIF, KENAKALAN REMAJA, POLA ASUH DAN MEDIA MASSA

gai alat ukur dalam pengumpulan data kuran, yaitu (a) persamaan pengukuran
berdasarkan pada penjabaran konsep (measurement model), dan (b) persamaan
tentang bentuk dan proses interaksi antara struktural (structural model). Measurement
orang tua dan anak dalam menanamkan model menggambarkan hubungan antara
nilai untuk memengaruhi perkembangan variabel laten dengan indikator-indikator-
kepribadian yang terbentuk dari demand- nya, sedangkan structural model menggam-
ingness dan responsiveness terdiri dari barkan hubungan antar variabel-variabel
aspek kasih sayang, tuntutan kedewasaan, laten atau antar variabel eksogen dengan
komunikasi, dan kontrol. Data dikumpul- variabel laten (Maruyama, 1998; Schu-
kan menggunakan angket untuk mengeta- macker & Lomax, 2004; Santoso, 2007,
hui pengasuhan orang tua yang authori- Marcoulides & Kyriakides, 2010). Lang-
tative, authoritarian, permissive, dan unin- kah-langkah dalam analisis ini meliputi:
volved. Pengukuran dilakukan dengan (1) Pengembangan diagram jalur; (2)
skala Likert dengan rentang skor 1 – 5. Membuat persamaan struktural; (3)
Instrumen variabel media massa diguna- Memilih matrik input dan estimasi model;
kan untuk menjaring jenis media massa (4) Uji asumsi statistik (kriteria sampel
yang dimanfaatkan oleh responden, dengan Maximum Likelihood (ML) harus
intensitas frekuensi pemanfaatan, dan besar, data terdistribusi normal dengan
konsumsi media massa oleh responden, signifikansi 0,01; tidak terdapat data
dengan menggunakan skor 1 – 5. Pengem- outlier, dan tidak terdapat hubungan varia-
bangan instrumen variabel perilaku asertif bel secara multikoliniaritas dan singulari-
diungkap dengan menggunakan skala tas); dan (5) Pengujian model pengukuran
asertivitas yang merupakan gabungan (measurement model), melalui confirmatory
skala yang disusun dan diadaptasi dari factor analysis (CFA), analisis hubungan
The Rathus Assertiveness Schedule (RAS) indikator dengan konstruk (convergent vali-
yang juga digunakan oleh Afiatin (2003) dity: variance extracted, construct reliability;
untuk mengukur asertivitas pada remaja. dan discriminate validity); dan structural
Sedang variabel kecenderungan kenakalan model. Hubungan kausalitas antar variabel
remaja dikembangkan menjadi empat dapat digambarkan dalam diagram jalur
subvariabel yaitu kenakalan yang mela- (Gambar 1).
wan status, kenakalan sosial yang tidak
menimbulkan korban pihak lain, kenakal-
Hasil
an yang menimbulkan korban fisik, dan
kenakalan yang menimbulkan korban Instrumen yang sudah diuji validitas
materi (Puspitawati, 2009). Pengukuran dan reliabilitas, disebarkan ke 458 respon-
variabel kecenderungan kenakalan remaja den yang menjadi sampel penelitian.
menggunakan skala Likert dengan rentang Penyebaran kuesioner dilakukan dengan
skor 1 – 5. cara personally administrered questionnaire.
Data dianalisis dengan menggunakan Teknik ini digunakan dengan tujuan agar
analisis jalur (path analysis) model persa- kuesioner yang disebarkan dapat kembali
maan struktural (structural equation model) 100%, sebab responden mengisi langsung
dengan bantuan software IBM SPSS AMOS kemudian dikembalikan. Setelah seluruh
20.0 dan IBM SPSS Statistic 20.0. Model kuesioner terkumpul, langkah selanjutnya
persamaan struktural merupakan model adalah mengecek kelengkapan pengisian
analisis yang menggunakan dua pengu- kuesioner oleh responden. Hasil seleksi
data yang memenuhi syarat kelengkapan

JURNAL PSIKOLOGI 79
SRIYANTO, DKK.

Keterangan: PA = Pola Asuh; MM = Media Massa; PAs = Perilaku Asertif; KKR = Kecenderungan
Kenakalan Remaja

Gambar 1. Pengembangan Diagram Jalur

sebanyak 446 responden (97,38%), dan determinan matriks covarian jauh lebih
data sisanya didrop. besar dari nol, hal ini mengindikasikan
Hasil uji persyaratan dalam SEM variabel tidak terdapat multikoliniaritas
dengan bantuan software IBM SPSS AMOS sempurna.
20.0 adalah nilai multivariate critical ratio Tahap pengujian kelayakan model
(CR) sebesar 2,393. Nilai ini berada pada dilakukan melalui dua tahap yaitu pengu-
rentang -2,58 sampai dengan 2,58 pada jian measurement model dan structural model.
taraf signifikansi 0,05, sehingga dapat Pengujian validitas measurement model,
disimpulkan data terdistribusi normal pengujian melalui goodness of fit (GOF)
secara multivariat. Evaluasi outliers data dilakukan untuk mengetahui seberapa
berdasarkan hasil observation farthers from besar variabel manifest (indikator) membe-
the centroid (Mahalanobis distance) terdapat rikan dukungan terhadap variabel latent
data yang lebih besar dari nilai χ2 = 62,487 (konstruk), dengan kata lain seberapa fit
yaitu observation number 52, sehingga data model dengan data yang diperoleh dalam
tersebut didrop. Sedangkan untuk mende- penelitian. Berdasarkan hasil uji statistik
teksi multikoliniaritas yaitu melalui statis- menggunakan IBM SPSS AMOS 20.0 uji
tik condition number (CN) matriks cova- kesesuaian model goodness of fit hasil revisi
riance yaitu sebagai rasio nilai eigenvalue maka nilai critical ratio (CR) dari masing-
maksimal dan eigenvalue minimal. Berda- masing variabel pola asuh orangtua, me-
sarkan teks output diperoleh koefisien dia massa, perilaku asertif, dan kecende-

80 JURNAL PSIKOLOGI
PERILAKU ASERTIF, KENAKALAN REMAJA, POLA ASUH DAN MEDIA MASSA

rungan kenakalan remaja memberikan Tabel 1


nilai >2,58. Nilai regression weigths untuk Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan
masing-masing variabel ini dapat disim- Pengaruh Total
pulkan bahwa masing-masing indikator Pengaruh
MM PA PAs KKR
atau variabel manifest memberikan du- Langsung
kungan terhadap variabel laten (konstruk). PAs -.136 .159 .000 .000
Sedangkan uji signifikansi bobot faktor KKR .187 -.316 -.181 .000
setelah di standardized regression weights Pengaruh tidak langsung
estimasi nilai loading factor dari konstruk KKR .025 -.029 .000 .000
pola asuh orang tua, media massa, perila-
Pengaruh total
ku asertif, dan kecenderungan kenakalan
PAs -.136 .159 .000 .000
remaja lebih besar dari 0,50, maka dapat
KKR .212 -.345 -.181 .000
disimpulkan bahwa indikator signifikan
Sumber: Diolah dari Data Primer dengan IBM
menyusun variabel laten pola asuh orang
SPSS AMOS Graphic 20
tua, media massa, perilaku asertif, dan
kecenderungan kenakalan remaja. Keterangan:
PAs = Perilaku Asertif
Setelah model pengukuran dianalisis KKR = Kecenderungan Kenekalan Remaja
melalui confirmatory factor analysis, dan MM = Media Massa
hasil analisis menunjukkan bahwa ma- PA = Pola Asuh orang tua
sing-masing variabel dapat digunakan
untuk mendefinisikan sebuah konstruk digambarkan bahwa orang tua menjadi
laten, maka sebuah full-model SEM dapat faktor penting dalam pembentukan kepri-
dianalisis. Berdasarkan hasil uji kesesuaian badian anak, yang akan menentukan
model maka belum didapat model yang perkembangan selanjutnya. Kepribadian
fit, sehingga perlu dilakukan revisi (penye- orangtua, sikap dan cara hidupnya meru-
suaian model). Setelah model diketahui pakan unsur pendidikan yang secara lang-
kriteria standar dengan nilai chi-square, sung dan tidak langsung menjadi model
probability, GFI, CFI, AGFI, RMSEA, bagi anak yang sedang tumbuh. Hubung-
CMIN/DF, TLI memenuhi kriteria cut an antara pengasuhan orang tua dengan
value, maka dapat dikatakan model fit. dampak perkembangan kepribadian se-
Kriteria ini dapat juga digunakan untuk perti dijelaskan oleh Baumrind (Shafer &
menguji pengaruh langsung (direct effect), Kipp, 2010) bahwa gaya pengasuhan otori-
pengaruh tidak langsung (indirect effect), tatif memberikan dampak terhadap
dan pengaruh total (total effect). Hasil uji perkembangan kognitif dan kompetensi
analisis pengaruh langsung, pengaruh sosial yang tinggi. Untuk masa remaja
tidak langsung, dan pengaruh total, tertera gaya pengasuhan ini dampak yang ditim-
pada Tabel 1. bulkan adalah sikap percaya diri, keteram-
Tabel 1 menunjukkan hubungan antar pilan sosial yang baik, moral yang kuat
variabel terdapat hubungan yang negatif (sikap sosial yang konsisten) dan prestasi
dan positif. Dari hasil uji statistik, maka akademik yang tinggi. Pengasuhan model
hasil uji hipotesis dengan taraf signifikansi otoritarian berdampak pada anak-anak
0,05 dapat disimpulkan bahwa pola asuh terhadap perkembangan pengetahuan dan
orang tua berpengaruh signifikan positif kompetensi sosial yang sedang. Hasil gaya
terhadap perilaku asertif. Pengaruh positif pengasuhan ini untuk usia remaja biasa-
pola asuh terhadap perilaku asertif dapat nya adalah prestasi akademik dan

JURNAL PSIKOLOGI 81
SRIYANTO, DKK.

keterampilan sosialnya kurang begitu Diskusi


menonjol, namun lebih baik jika diban-
dingkan dengan pengasuhan permisif Hasil uji statitik menyatakan bahwa
(permissive). Pengasuhan permissive ber- hipotesis pola asuh orang tua berpengaruh
dampak pada perkembangan kognitif dan signifikan positif terhadap perilaku asertif,
kompetensi sosial rendah pada anak-anak, sementara pola asuh orang tua berpenga-
sedang ketika memasuki masa remaja ruh signifikan negatif terhadap kecende-
pengasuhan ini mengakibatkan prestasi rungan kenalan remaja. Hal ini berlaku
akademik dan kontrol diri yang rendah. sebaliknya dengan variabel media massa
yang berpengaruh signifikan negatif terha-
Hasil pengujian hipotesis menunjuk-
dap perilaku asertif, namun berpengaruh
kan bahwa pola asuh berpengaruh positif
signifikan positif terhadap kecenderungan
terhadap perilaku asertif peserta didik,
kenakalan remaja. Pernyataan hipotesis
sebaliknya pola asuh berpengaruh secara
terakhir membuktikan bahwa perilaku
signifikan (negatif) terhadap kecenderung-
asertif berpengaruh signifikan negatif ter-
an kenakalan remaja. Secara statistik be-
hadap kecenderungan kenakalan remaja.
sarnya pengaruh variabel pola asuh terha-
dap perilaku asertif peserta didik menca- Keluarga merupakan kelompok sosial
pai 0,159, sedangkan besarnya pengaruh terkecil dan bersifat abadi, yang dikukuh-
langsung variabel pola asuh terhadap kan oleh pernikahan untuk memberikan
kecenderungan kenakalan remaja -0,316. pengaruh keturunan dan lingkungan seba-
Hasil uji hipotesis dapat dikemukakan gai dimensi penting bagi anak. Keluarga
bahwa pengaruh pola asuh orangtua ber- juga menjadi tempat penting di mana anak
pengaruh negatif dan signifikan terhadap memperoleh dasar dalam membentuk
kecenderungan kenakalan remaja. Semen- kemampuan agar mampu bertahan dan
tara itu pengaruh media massa terhadap beradaptasi dengan lingkungan yang lebih
perilaku asertif secara statistik sebesar - besar yaitu masyarakat (Gunarsa &
0,136. Sebaliknya media massa berpenga- Gunarsa, 2011). Di dalam keluarga hubu-
ruh positif dan signifikan terhadap kecen- ngan antar anggota keluarga dan kehidup-
derungan kenakalan remaja yaitu sebesar an emosi saling berpengaruh. Berkaitan
0.187. Hasil uji hipotesis variabel perilaku dengan hal tersebut maka fungsi dari
asertif terhadap kecenderungan kenakalan keluarga menurut Gunarsa dan Gunarsa
remaja dapat dibuktikan dengan angka (2011) adalah mendapatkan keturunan
statistik mencapai -0,181. Adanya hubung- dan membesarkan anak; memberikan
an yang negatif ini berarti jika perilaku afeksi atau kasih sayang, dukungan dan
asertif pada peserta didik tinggi maka keakraban; mengembangkan kepribadian;
kecenderungan kenakalan remaja akan mengatur pembagian tugas, menanamkan
rendah, sehingga perilaku asertif dapat kewajiban, hak dan tanggung jawab;
dijadikan sebagai mediator untuk mengu- mengajarkan dan meneruskan adat istia-
rangi kenakalan remaja. Dengan demikian dat, kebudayaan, agama, dan sistem moral
kelima pernyataan hipotesis dalam pene- kepada anak. Oleh karena itu suasana
litian ini dapat diterima, sebab hasil uji keluarga yang harmonis dan sejahtera
statistik memberikan nilai CR≥1,96 untuk dalam suasana keakraban akan menum-
taraf signifikansi 0,05%. buhkan pribadi-pribadi yang mantap dan
baik.

82 JURNAL PSIKOLOGI
PERILAKU ASERTIF, KENAKALAN REMAJA, POLA ASUH DAN MEDIA MASSA

Orang tua dalam pengasuhan memi- dengan pemilihan rubrik yang dibaca.
liki peran yang sangat penting terhadap Penelitian Wijayanti (2008) membuktikan
perkembangan kepribadian dan perilaku bahwa variabel tingkat pandangan terha-
anak. Para ahli psikologi perkembangan dap tayangan sinetron mempunyai
(Shaffer & Kipp, 2010; Benson & Haith, hubungan yang positif dan signifikan
2009; Weiner, 2003; Santrock, 2007; dengan variabel tingkat perilaku asertif
Hurlock, 1998) menjelaskan bahwa dalam remaja. Penelitian ini sejalan dengan pene-
keluarga terjadi hubungan perkawinan, litian Arslan (2012), Malamuth dan Check
pengasuhan, dan perilaku anak yang (1981), Muslich (2008), Bennett (1982)
saling memengaruhi baik secara langsung bahwa peran media massa berpengaruh
maupun tidak langsung. Beberapa pene- terhadap perilaku remaja, dan salah satu-
litian menemukan bahwa keluarga yang nya adalah faktor ekspos berlebihan
perkawinannya bahagia akan lebih peka, terhadap kekerasan di media.
responsif, hangat, dan penyayang terha- Media massa pada dasarnya jika bera-
dap anak-anaknya, dibandingkan dengan da di tangan yang benar dapat memberi-
keluarga yang perkawinannya tidak baha- kan informasi untuk mengembangkan
gia. Perilaku asertif yang memiliki karak- ilmu dan pengetahuan, tetapi jika berada
teristik tegas, jujur, terbuka, dan menghar- di tangan yang salah dapat berdampak
gai hak-hak orang lain, dapat dibentuk negatif bagi penggunanya. Kemajuan ilmu
melalui pola asuh orang tua otoritatif. dan teknologi berperan sangat penting
Secara empiris pengaruh pola asuh terha- terhadap perkembangan media massa, da-
dap perilaku anak juga didukung hasil lam waktu yang relatif singkat informasi
penelitian Martinez, Garcia, dan Yubero tentang berbagai peristiwa di belahan
(2007) bahwa pola asuh dapat mempenga- dunia dapat dihadirkan langsung dalam
ruhi tingkat kepercayaan diri (self esteem) waktu yang bersamaan dengan kejadian,
dan prestasi akademik anak – anak usia 11 dan di tempat yang berbeda dari tempat
– 15 tahun di Brazil. Penelitian Turner, kejadian. Media massa saat ini memiliki
Chandler, dan Heffer (2009) bahwa pola peran yang sangat penting sebagai proses
asuh berpengaruh terhadap masalah psi- transformasi nilai dan norma baru bagi
kologi anak (bersikap agresif) dan prestasi remaja. Hasil interpretasi penelitian
akademik. Sehingga dapat disimpulkan Elizabeth Noelle-Nuemann (Littlejohn &
bahwa dalam keluarga yang hubungannya Foss, 2008), menunjukkan bahwa media
terjalin dengan baik memengaruhi perila- memiliki efek yang sangat kuat dalam
ku, perkembangan kepribadian, dan emosi membentuk opini publik.
anak.
Bloom dkk. (1985) menjelaskan bahwa
Hasil penelitian sebelumnya yang di- individu yang tingkat asertivitasnya tinggi
lakukan oleh Astiwi (2007) menunjukkan dapat menjadi pertahanan diri yang efektif
bahwa terdapat perubahan pada diri dan adaptif, mampu mengenal diri sendiri
remaja yang meliputi aspek kognitif, dengan baik, mengetahui kekurangan dan
afektif, dan behavioral setelah para remaja kelebihan dirinya, sehingga mampu me-
membaca media. Aspek kognitif berhu- rencanakan tujuan hidupnya, mempunyai
bungan dengan faktor durasi membaca, rasa percaya diri, dan mampu mengambil
aspek afektif berhubungan dengan pemi- keputusan. Penelitian sebelumnya secara
lihan rubrik yang dibaca oleh remaja, empirik (Lumley, 2001; Trudeau dkk.,
sedang aspek behavioral berhubungan 2003; Sert, 2003; Sipayung, 2007; Gillen,

JURNAL PSIKOLOGI 83
SRIYANTO, DKK.

2003; Schwartz, 2006; Amat & Mahmud, gai hasil reinforcement maupun motivasi
2009; Afiatin, 2003) mendukung penelitian intrinsik itu sendiri.
ini. Adanya pengaruh negatif dari pola Kedua, pola hubungan dan komuni-
asuh orang tua terhadap kecenderungan kasi orang-tua dengan anak didasarkan
kenakalan remaja dalam penelitian ini pada hubungan yang mendorong anak
menunjukkan bahwa semakin baik penga- untuk mandiri dan diperlakukan secara
suhan orang tua yang dirasakan oleh anak sejajar oleh seluruh keluarga, tetapi masih
maka semakin rendah tingkat kenakalan menerapkan batas tertentu dan kendali
remaja pada peserta didik. Temuan ini pada tindakan anak. Seringkali karena
sejalan dengan hasil penelitian yang dila- pengetahuan dan otoritas yang dimiliki
kukan oleh Cohen dan Rice (1997), orangtua, interaksi orangtua dengan anak
Kusmierski, Nichols, dan McDonell (2001), terjadi dominasi orangtua untuk mengajar
Afiatin (2003), menyatakan bahwa hu- anak bagaimana menyesuaikan diri de-
bungan diadik yang baik dalam keluarga ngan peraturan dan regulasi. Perbedaan
berpengaruh terhadap meningkatnya per- hubungan dan komunikasi di dalam dan
kembangan psikologi remaja, dan dapat di luar keluarga, dapat menimbulkan per-
menurunkan perilaku agresif. Penelitian sepsi negatif terhadap keluarga. Remaja
ini juga mendukung hasil studi empirik cenderung belajar memformulasikan dan
yang dilakukan oleh Astuti (2004), menyatakan pendapat mereka, menghar-
Puspitawati (2006), yang menunjukkan gai sudut pandang teman sebaya, menego-
bahwa pengasuhan yang dilakukan orang siasikan solusi atas perselisihan secara
tua berpengaruh signifikan terhadap kooperatif, dan mengubah standar perila-
kecenderungan kenakalan remaja. Sum- ku yang dapat diterima secara bersama.
bangan terbesar terhadap kecenderungan Hubungan dalam lingkungan seperti ini
kenakalan remaja, dalam penelitian Astuti tentu saja dapat bersifat negatif maupun
(2004), diberikan oleh pengasuhan orang positif.
tua yang menjalankan gaya pengasuhan
Ketiga, media massa berpengaruh ter-
permisif, yaitu terlalu membiarkan dan
hadap perilaku asertif dan kecenderungan
memberikan kebebasan secara berlebihan
kenakalan remaja. Pesatnya perkembang-
kepada anak. Sedangkan sumbangan yang
an teknologi informasi, menempatkan me-
paling lemah adalah gaya pengasuhan
dia massa sebagai bagian penting dalam
demokratis.
kehidupan anak modern. Hal ini sejalan
dengan teori yang dikemukakan oleh
Kesimpulan McQuail bahwa media memiliki pengaruh
yang kuat terhadap pembentukan perila-
Berdasarkan hasil analisis dan pemba-
ku. Melalui media seseorang mendapat-
hasan terhadap hasil penelitian dapat
kan informasi dan pengetahuan yang
disimpulkan pertama, bahwa pembentukan
membentuk persepsi.
sikap dan perilaku asertif sangat penting
pada diri remaja sebab masa ini merupa-
kan masa yang menentukan bagi perkem- Kepustakaan
bangan kepribadian selanjutnya. Perilaku
Afiatin, T. (2003). Pengaruh Program Kelom-
asertif memiliki pengaruh yang signifikan
pok AJI dalam Peningkatan Harga Diri,
negatif terhadap kecenderungan kenakal-
Asertivitas, dan Pengetahuan Mengenai
an remaja. Perilaku dibentuk melalui kon-
NAPZA untuk Prevensi Penyalahgunaan
teks sosial yang dapat dipelajari baik seba-

84 JURNAL PSIKOLOGI
PERILAKU ASERTIF, KENAKALAN REMAJA, POLA ASUH DAN MEDIA MASSA

NAPZA pada Remaja. (Disertasi tidak Benson, J. B., & Haith M. M. (2009). Social
dipublikasikan). Fakultas Psikologi and Emotional Development in Infancy
Universitas Gadjah Mada, Yogya- and Early Childhood, Oxford: Elsevier.
karta. Bloom, L. Z., Coburn, K., & Pearlam, J.
Amat, S., & Mahmud, Z. (2009). (1985). The Assertive Woman, New
“Hubungan antara Ketegasan Diri dan York: Dell Publishing Co. Inc.
Kepuasan Hidup dalam Kalangan Chong, J. Y., & Li, Jen-Yi. (2008). Social
Pelajar Institusi Pengajian Tinggi (The Skills in Children with Special Needs,
Relationship between Assertiveness With and Without Mainstream Education
and Satisfaction with Life Among in Singapore, Singapore: National
Students at a Higher Learning Insti- Institute of Education, Nanyang
tution)”, Jurnal Pendidikan Malaysia, Technological University.
34(2), 49 – 65.
Cohen, D. A., & Rice, J. (1997). Parenting
Arslan, D. O. (2012). Perbedaan Perilaku Styles, Adolescent Substance Use, and
Asertif dan Konformitas Antara Etnis Academic Achievement. Journal of
Cina dengan Etnis Jawa (Penelitian Pada Drug Education, 27, 199 – 211.
Siswa SMA Sedes Sapentiae Semarang,
Gillen, T. (2003). Assertiveness, London:
(Tesis tidak dipublikasikan). Univer-
Management Shapers, Chartered Insti-
sitas Negeri Semarang.
tute of Personnel and Development
Astiwi, H. (2007). Pola Membaca Majalah (CIPD).
Remaja dan Pengaruhnya Terhadap Peri-
Golden, L. (2002). Evaluation of the Efficacy
laku Remaja (Kasus Siswa Sekolah Mene-
of a Cognitive Behavioral Program for
ngah Umum Negeri 2 Bogor, Propinsi
Offenders on Probation: Thinking for a
Jawa Barat). (Skripsi tidak
Change, Dallas: University of Texas
dipublikasikan). Prodi Komunikasi
Southwestern Medical Center.
dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Pertanian IPB. Golden, M. (1978). A Suggested Measure of
Cognition Within the Context of
Bandura, A. (1989). Social cognitive theory.
Assertion, A Thesis of Department of
In R. Vasta (Ed.), Annals of Child Deve-
Psychology, Presented in Partial
lopment. Vol. 6. Six Theories of Child
Fulfillment of the Requirements for
Development, 1-60.
the Degree of Doctor of Philosophy at
Bandura, A., & Walters, R. H. (1963). Social Concordia University, Montreal,
Learning and Personality Development, Quebec: Concordia University:
New York: Holt Rinehart Sr Winston. unpublished.
Baran, S. J., & Davis, D. K. (2009). Mass Gunarsa, S., & Gunarsa, Y. S. (2011).
Communication Theory: Foundations, Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan
Ferment, and Future, 5th Edition, Keluarga. Jakarta: PT BPK Gunung
Boston: Wadsworth Cengage Mulia.
Learning.
Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2008).
Bennett, T. (1982). “Theories of The Media, Theories of Learning, Terjemahan,
Theories of Society”, in Michael Jakarta: Kencana.
Gurevitch, eds., Culture, Society and
The Media, London: Methuen.

JURNAL PSIKOLOGI 85
SRIYANTO, DKK.

Hidayat, S. (2004). Hubungan Perilaku Doctor of Philosophy in Psychology,


Kekerasan Fisik Ibu Pada Anaknya Morgantown: Departement of Psycho-
Terhadap Munculnya Perilaku Agresif logy.
Pada Anak SMP, Jurnal PROVITAE, Malamuth, N. M., & Check, J. V. P. (1981).
I(1), 83 – 92. The Effect of Mass Media Exposure on
Hurlock, E. B. (1998). Perkembangan Anak, Acceptance of Violence Against
Jilid 2, Terjemahan: M. Meitasari Women: A Field Experiment, Journal of
Tjandrasa, Jakarta: Erlangga. Research in Personality, 15(4), 436 – 446.
Janda,L. (1996). The Psychologist’s Book of Marcoulides, G. A., & Kyriakides, L.
Self-Test, 25 Love, Sex, Intelligence, (2010). Structural Equation Modelling
Career, & Personality Test, New York: Techniques”. Dalam Creemers, Bert
Penguin Putnam Inc. P.M., Kyriakides, Leonidas, & Sam-
Kartono, K. (2010). Patologi Sosial 2: Kena- mons, Pam, (2010) Methodological
kalan Remaja, Cetakan ke-9, Jakarta: Advances in Educational Effectiveness
Rajawali Pers. Research, London and New York:
Routledge.
Kurniadi, O. (2001). “Pengaruh Komunika-
si Keluarga terhadap Prestasi Belajar Marini, L., & Andriani, E. (2005). Perbe-
Anak”, MediaTor, 2(2), 267 – 290. daan Asertivitas Remaja Ditinjau dari
Pola Asuh Orang Tua”, PSIKOLOGIA,
Kusmierski, S., Nichols, J., & McDonell, R.
I(2)
(2001). “Do Parenting Styles Influence
Alcohol Use and Binge Drinking Martinez, I., Garcia, J. F., & Yubero, S.
During High School and College?, (2007). Parenting Styles and
Department of Psychology. Diunduh Adolescents’ self-esteem in Brazil,
dari: Psychology Reports, 100, 731-745.
www.murphylibrary.uwlax.edu/kusm Maruyama, G. M. (1998). Basic of Structural
ierski-nichols-, tanggal 9-5-2012. Equation Modeling, California, London,
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2008). New Delhi: SAGE Publication Inc.
Theories of Human Communictaion, 9th Maruyama, G. M. (1998). Basic of Structural
Edition, Belmont: Thomson Higher Equation Modeling, California, London,
Education. New Delhi: SAGE Publication Inc.
Lomax, R. G. (2010). Structural Equation Mönks, F. J., Knoers, A. M. P., & Haditono,
Modeling: Multisample Covariance S. R. (2006). Psikologi Perkembangan
and Mean Structures, dalam Gregory Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,
R. Hancock & Ralph O Mueller, Yogyakarta: Gadjah Mada University
(2010). The Reviewer’s Guide To Quanti- Press.
tative Methods in The Social Science, Muslich, M. (2008). Kekuasaan Media
New York and London: Routledge. Massa Mengonstruksi Realitas, Bahasa
Lumley, V. A. (2001). An Assessment of dan Seni, 36(2).
Assertion Skill Among Adult With Mild Myers, D. G. (2012). Psikologi Sosial, Social
Mental Retardation, Dissertation Sub- Psychology, Terjemahan: Aliya Tusyani
mitted to the Eberly College of Arts dkk., Jakarta: Salemba Humanika.
and Sciences at West Virginia Univer-
Puspitawati, H. (2006). Pengaruh Faktori
sity in Partial Fulfillment of the
Keluarga, Lingkungan Teman dan Seko-
Requirements for the Degree of

86 JURNAL PSIKOLOGI
PERILAKU ASERTIF, KENAKALAN REMAJA, POLA ASUH DAN MEDIA MASSA

lah Terhadap Kenakalan Pelajar di Sekolah Shaffer, D. R., & Kipp, K. (2010). Develop-
Menengah Lanjutan Tingkat Atas mental Psychology, Childhood &
(SLTA) di Kota Bogor, (Disertasi tidak Adolescence, 8 Edition, Wadsworth:
th

dipublikasikan) Program Studi Gizi Cengage Learning.


Masyarakat dan Sumber Daya Keluar- Shields, R. (2012). Virtual, Sebuah Pengantar
ga, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Komprehensif, Terjemahan, Bandung:
Puspitawati, H. (2009). Pengaruh Komu- Jalasutra.
nikasi Keluarga, Lingkungan Teman Siebert, F. S., Schramm, W., & Peterson, T.
Dan Sekolah Terhadap Kenakalan (1956). Four Theories of the Press: The
Pelajar Dan Nilai Pelajaran Pada Seko- Authoritarian, Libertarian, Social Respon-
lah Menengah 01 Kota Bogor, sibility, and Soviet Communist Concepts
PEKSOS: Jurnal llmiah Pekerjaan Sosial, of What the Press Should Be and Do,
7(2). University Illinois Press.
Puspitawati, H. (2010). Pengaruh Karakte- Sikone, S. (2007). Menanamkan Sikap Asertif
ristik Sosial Ekonomi Keluarga Terha- di Sekolah, Diunduh dari: http://id.
dap Pola Asuh Belajar Siswa Sekolah shvoong.com/social-sciences/1685406-
Dasar Dan Menengah Pertama, Jurnal menanamkan-sikap-asertif-di-
Ilmu Keluarga & Kons., 3(1) 46-55. sekolah/#ixzz1a0PzgKIW, tanggal
Santoso, S. (2007). Structural Equation 6/1/2012.
Modelling, Konsep dan Aplikasi dengan Sipayung, M. (2007). Pengaruh Pelatihan
AMOS, Jakarta: PT. Elex Media Asertivitas terhadap Peningkatan
Komputindo. Harga Diri, Jurnal Pendidikan Matema-
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak tikan dan Sains, 2(1), 33-37.
Jilid 2, Edisi 11, Terjemahan, Jakarta: Sivin-Kachala, J., & Bialo, E. (2009). IESD
Erlangga. Comprehensive Technical Report, Eva-
Schumacker, R. E., & Lomax, R. G. (2004). luation of the Social Skills of Full-Time,
A Beginner’s Guide to Structural Online Public School Students, New
Equation Modeling, 2nd Edition, New York: Interactive Educational System
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Design (IESD) Inc.
Inc. Trudeau, L., Lillehoj, C., Spoth, R., &
Schwartz, A. E. (2006). Assertiveness: Res- Redmond, C. (2003). “The Role of
ponsible Communication, United States Assertiveness and Dicesion Making in
of America: Andrew E. Schwartz & Early Adolescent Substance Initiation:
Associates. Mediating Processes”, Journal of
Sert, A. G. (2003). The Effect of an Asser- Research on Adolescence, 13(3), 301 –
tiveness Training on the Assertiveness 328.
and Self-Esteem Level of 5th Grade Turner, E. A., Chandler, M., & Heffer, R.
Children, A Thesis Submitted to The W. (2009). The Influence of Parenting
Graduate School of Social Sciences of Styles, Achievement Motivation, and
Middle East Technical University, in Self-Efficacy on Academic Perpor-
Partial Fullfilment of The Require- mance in College Students, Journal of
ments for the Degree of Master of College Student Development, 50(3), 337
Science in The Department of Educa- – 346.
tional Sciences, June 2003.

JURNAL PSIKOLOGI 87
SRIYANTO, DKK.

Uyun, Q., & Hadi, S. (2005). “Pelatihan Wijayanti, R. (2008). Hubungan Menonton
Asertivitas untuk Meningkatkan Keta- Tayangan Sinetron “Virgin” di ANTV
hanan Isteri terhadap Tindak Kekeras- dengan Perilaku Asertif Remaja,
an Suami”, SOSIOSAINS, 18(1). MediaKOM, 1(1), 50 – 61.
Weiner, I. B., Editor-in-Chief, (2003). Hand- Wilson, K., & Gallois, C. (1993). Assertion &
book of Psychology, Vol. 6 Developmental Its Social Context, Oxford: Pergamon
Psychology, New Jersey: John Wiley & Press Ltd.
Sons Inc.

88 JURNAL PSIKOLOGI

You might also like