You are on page 1of 32

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II


Akuntansi Pension dan Imbalan Pasca Kerja

Disusun Oleh :
Sony Setiadi (1603501006)
Fera Yunita (1603501031)
Muchtar Ali Habibulloh (1603501037)
Pujihastuti Dwi Julianti (1603501049)
Sutrisna Djamaludin (1603501060)

Program Studi S1 Akuntansi


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Jakarta
Tahun Ajaran 2017/2018

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, April 2018

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................................................1
Daftar Isi......................................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
A. Jenis Imbalan Kerja.........................................................................................................................5
1. Imbalan Kerja..............................................................................................................................5
B. Akuntansi Pensiun...........................................................................................................................8
1. Pengertian....................................................................................................................................8
2. Jenis-Jenis Pensiun......................................................................................................................9
3. Program Pensiun..........................................................................................................................9
2. Kelebihan dan Kekurangan Jenis Program Pensiun...................................................................21
3. Metode Pembiayaan Program Pensiun.......................................................................................22
4. Akuntansi Untuk Pensiun..........................................................................................................23
5. Pendekatan Akuntansi dalam Pensiun........................................................................................24
6. Komponen Biaya Pensiun..........................................................................................................25
C. Penyajian Informasi Dalam Laporan Keuangan..............................................................................30
BAB III......................................................................................................................................................33
A. Kesimpulan....................................................................................................................................33
B. Saran..............................................................................................................................................33
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................34

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan pada era ini, pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi
setiap orang. Dimana bekerja merupakan sarana untuk mendapatkan penghasilan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup yang semakin banyak. Hal-hal yang berhubungan
dengan kebutuhan tidak akan berhenti meski individu tersebut sudah tidak lagi produktif
bekerja. Kebutuhan yang tercukupi merupakan suatu bentuk dari kesejahteraan yang
didambakan oleh setiap orang. Terutama ketika memasuki hari tua dengan tenang tanpa
harus memikirkan lagi urusan pekerjaan, maka dibutuhkan suatu jaminan. Jaminan
kesejahteraan adalah hal terpenting bagi setiap orang yang bekerja. Untuk itu, setiap
pekerja berusaha melakukan kewajiban kerja dengan sebaik-baiknya. Namun dengan
berusaha sebaik-baiknya dalam bekerja tidaklah cukup tanpa adanya penyisihan
pendapatan selama masa aktif bekerja dimana harapan untuk menikmati kesejahteraan di
hari tua setelah pensiun sulit untuk terwujud. Mengingat hal tersebut, saat ini dalam
masyarakat telah mengenal istilah imbalan pascakerja yang sehari-hari disebut dengan
“program pensiun”, “Tunjangan Hari Tua (THT)” atau “program manfaat purnakarya”.
Menurut Dwi Martani (2015:289), imbalan pascakerja tidak hanya mencakup pensiun,
tapi semua imbalan yang akan diterima karyawan setelah masa kerja selesai, seperti
asuransi dan tunjangan kesehatan pascakerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis imbalan kerja?
2. Apa yang dimaksud akuntansi pensiun ?
3. Bagaimana penyajian akuntansi pensiun?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja jenis imbalana kerja
2. Mengetahui definisi dari masing-masing jenis imbalan kerja

4
3. Mengatahui definisi akuntansi pensiun
4. Mengetahui perhitungan dari akuntansi pensiun
5. Mengetahui cara penyajian akuntansi pensiun

BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis Imbalan Kerja


Secara umum PSAK 24 adalah mengatur pernyataan akuntansi tentang imbalan kerja di
perusahaan.
Latar belakang Penerapan PSAK 24 tentang Imbalan Kerja adalah: Undang-Undang
Ketenagakerjaan (UUK) Nomor 13 Tahun 2003 mengatur secara umum mengenai tatacara
pemberian imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari imbalan istirahat panjang sampai
dengan imbalan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Imbalan-imbalan di UUK tersebut dapat diatur lebih lanjut di Peraturan Perusaaan (PP)
atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perusahaan dan Serikat Pekerja dan tentu
saja merujuk kepada ketentuan di UUK.

5
Dengan berlakunya UUK ini mengakibatkan perusahaan akan dibebani dengan jumlah
pembayaran pesangon yang tinggi terutama untuk perusahaan yang memiliki jumlah
karyawan ribuan orang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemungkinan
terganggunya cash flow perusahaan akibat dari ketentuan dalam UU No. 13 tahun 2003
tersebut, maka PSAK No. 24 mengharuskan perusahaan untuk membukukan pencadangan
atas kewajiban pembayaran pesangon/imbalan kerja dalam laporan keuangannya.
Pernyataan ini mengharuskan pemberi kerja (entitas) untuk mengakui:
 Liabilitas, jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalah kerja
yang akan dibayarkan di masa depan; dan
 Beban, jika entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan
oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.

1. Imbalan Kerja
Imbalan kerja (employee benefits) adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan
suatu entitas dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk
pemutusan kontrak kerja.
Jika dilihat dari jenis imbalan kerja yang termasuk kedalam definisi imbalan kerja
di PSAK-24 adalah sebagai berikut:
1) Imbalan Kerja Jangka Pendek: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya kurang
dari 12 bulan. Contoh dari Imbalan Kerja Jangka Pendek ini adalah; Gaji, iuran
Jaminan Sosial, cuti tahunan, cuti sakit, bagi laba dan bonus (jika terutang dalam
waktu 12 bulan pada periode akhir pelaporan), dan imbalan yang tidak berbentuk
uang (imbalan kesehatan, rumah, mobil, barang dan jasa yang diberikan secara
cuma-cuma atau memalui subsidi).
2) Imbalan Pasca Kerja: Yaitu imbalan kerja yang diterima pekerja setelah pekerja
sudah tidak aktif lagi bekerja. Contoh dari Imbalan Pasca Kerja ini adalah : Imbalan
Pensiun, Imbalan asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca kerja. Jika
dikaitkan dengan penjelasan diawal tulisan ini, imbalan pasca kerja yang tercantum
di perundangan ketenagakerjaan adalah; Imbalan Pensiun, Meninggal Dunia,
Disability/cacat/medical unfit dan mengundurkan diri.
3) Imbalan Kerja Jangka Panjang: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya lebih
dari 12 bulan. Contoh dari Imbalan Jangka Panjang ini adalah: Cuti besar/cuti

6
panjang, penghargaan masa kerja (jubilee) berupa sejumlah uang atau berupa
pin/cincin terbuat dari emas dan lain-lain.
4) Imbalan Pemutusan Kontrak Kerja (PKK): Yaitu imbalan kerja yang diberikan
karena perusahan berkomitmen untuk: (1) Memberhentikan seorang atau lebih
pekerja sebelum mencapai usia pensiun normal, atau (2) Menawarkan pesangon
PHK untuk pekerja yang menerima penawaran pengunduran diri secara sukarela
(golden shake hand). Imbalan ini dimasukan kedalam pernyataan PSAK-24, jika
dan hanya jika perusahaan sudah memiliki rencana secara jelas dan detail untuk
melakukan PKK dan kecil kemungkinan untuk membatalkannya.

Salah satu ketentuan di UUK adalah mengenai imbalan pasca kerja, yaitu imbalan
yang harus diberikan perusahaan kepada karyawan ketika karyawan sudah berhenti
bekerja (pasca kerja=setelah kerja).
Imbalan-imbalan Pasca Kerja tersebut secara akuntansi harus di cadangkan dari
saat ini, karena imbalan-imbalan pasca kerja tersebut termasuk ke dalam salah satu
konsep akutansi yaitu accrual basis. Ada 4 (empat) imbalan pasca kerja yang dihitung
untuk di cadangkan dalam PSAK-24, yaitu:
1. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Pensiun;
2. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan/Cacat;
3. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Meninggal Dunia;
4. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Mengundurkan Diri.
Keempat imbalan kerja di atas harus dihitung oleh perusahaan, karena ke-empat
imbalan kerja tersebut termasuk dalam prinsip akutansi imbalan kerja yaitu on going
concern (berkelanjutan). Alasan kenapa perusahaan harus menerapkan PSAK-24 adalah:
1. Adanya prinsip akutansi accrual basis. Penerapan PSAK-24 pada perusahaan adalah
sesuai prinsip akutansi accrual basis, yaitu perusahaan harus mempersiapkan
(mencadangkan/mengakui) utang (liability), untuk imbalan yang akan jatuh tempo
nanti.
2. Tidak ada kewajiban yang tersembunyi. Artinya jika didalam laporan keuangan tidak ada
account untuk imbalan pasca kerja (melalui PSAK 24), maka secara tidak langsung
perusahaan sebenarnya “menyembunyikan” kewajiban untuk imbalan pasca kerja.

7
3. Berkaitan dengan arus kas, jika ada karyawan yang keluar karena pensiun dan perusahaan
memberikan manfaat pesangon pensiun kepada karyawan tersebut, maka pada periode
berjalan perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang mengurangi laba
perusahaan. Jika dari awal perusahaan sudah mencadangkan imbalan pensiun ini
(imbalan pasca kerja), maka imbalan pensiun yang dibayarkan tersebut tidak akan
secara langsung mengurangi laba, akan tetapi akan mengurangi
pencadangan/accrual/kewajiban atas imbalan pasca kerja yang telah di catatkan
perusahaan di laporan keuangan.

B. Akuntansi Pensiun
1. Pengertian
Dana pensiun sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 adalah
Badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat
pensiun bagi pesertanya. Definisi ini memberi pengertian bahwa dana pensiun
merupakan suatu lembaga yang mengelola program pensiun yang dimaksudkan untuk
memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama yang telah
pensiun. Penyelenggaraan pensiun tersebut dapat dikelola oleh pemberi kerja atau
dengan menyerahkan kepada lembaga-lembaga keuangan yang menawarkan jasa
pengelolaan program pensiun.
Program Pensiun adalah perjanjian yang menetapkan bahwa pemberi kerja
memberikan tunjangan kepada karyawan setelah mereka pensiun atas jasa-jasa yang
mereka berikan ketika masih bekerja.
Menurut PSAK No 18, Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang berdiri
sendiri dan terpisah dari Pemberi Kerja, yang berfungsi untuk mengeloladan
menjalankan program pensiun sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh
orang atau badan yang memperkerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun luran Pasti,
bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya, sebagai peserta, dan yang
menimbulkan kewajiban bagi pemberi kerja.

8
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk
oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan Program Pensiun
luran Pasti bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari
Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang
bersangkutan.
Peraturan Dana Pensiun adalah peraturan yang berisi ketentuan yang menjadi
dasar penyelenggaraan program pensiun.

2. Jenis-Jenis Pensiun
Proses pelaksanaan pensiun dapat dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan perusahaan. Para penerima pensiun dapat memilih salah satu dari berbagai
alternatif jenis pensiun yang adas esuai dengan tujuan masing masing, yaitu:
a. Pensiun normal
Pensiun yang diberikan untuk karyawan yang usianya telah mencapai masa
pensiun seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan dana pensiun.
b. Pensiun dipercepat
Ketentuan yang mengizinkan peserta pensiun untuk mempercepat pensiunnya karena
suatu hal. Salah satu persyaratan untuk mengajukan pensiun dipercepat adalah
mendapatkan pesetujuan dari pemberi kerja.
c. Pensiun ditunda
Ketentuan yang memperkenankan karywannya yang secara mental dan fisik
masih sehat untuk tetap bekerja melampaui usia pensiun normal dengan ketentuan
pembayaran pensiun dimulai pada tanggal pensiun normal meskipun karyawan yang
bersangkutan tetap meneruskan bekerja dan tetap memperoleh gaji dari perusahaan.
d. Pensiun cacat
Pensiun yang diberikan bukan karena usia akan tetapi lebih disebabkan karena
karyawan yang bersangkutan mengalami kecelakaan atau cacat sehingga
dianggap tidak mampu atau tidak cakap lagi dalam bekerja. Pembayaran pensiun
dihitung seolah olah sampai usia pensiun normal dan penghasilan dasar pensiun
ditentukan pada saat yang bersangkutan dinyatakan cacat.

3. Program Pensiun
Terdapat dua jenis perjanjian program pensiun yang umumnya digunakan, yaitu:
1) Program Pensiun Manfaat Pasti (defined benefit)

9
Defined benefit menetapkan pembayaran pensiun yang akan diterima karyawan
pada saat telah tidak bekerja. Formula yang biasanya digunakan untuk menentukan
pembayaran adalah fungsi dari tingkat gaji karyawan dan masa kerja karyawan.
Dalam program ini yang diperlukan adalah menentukan berapa kontribusi yang harus
dilakukan pada masa sekarang untuk memenuhi komitmen pembayaran pensiun
dimasa yang akan datang pada karyawan sudah tidak bekerja.
Akuntansi untuk defined benefit sangat kompleks, karena jumlah pembayaran
pensiun ditentukan berdasarkan variable-variabel dimasa yang akan datang yang
tidak pasti. Perlu dirumuskan pola pendanaan yang baik untuk menjamin tersedianya
dana yang cukup sehingga dapat membayar pensiun yang telah dijanjikan pada
waktunya. Tingkat pendanaan ini tergantung pada sejumlah faktor, misalnya tingkat
turnover, mortalitas, masa kerja karyawan, tingkat gaji, dan tingkat bunga. Besar
iuran adalah perkiraan kebutuhan dana yang harus disisihkan sekarang untuk
merealisasikan pembayaran manfaat pensiun.
Dalam PPMP, besarnya pembayaran manfaat pensiun yang dijanjikan kepada
peserta ditentukan dengan rumus manfaat pensiun yang telah ditetapkan dalam
peraturan dana pensiun. Rumus tersebut dipengaruhi oleh masa kerja, faktor
penghargaan per tahun masa kerja dan penghasilan dasar pensiun.

Rumus Program Pensiun Manfaat Pasti (defined benefit):


a. Rumus Sekaligus
MP = FPd x MK x PDP
Keterangan:
MP = Manfaat Pensiun
FPd = Faktor Penghargaan dalam decimal
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa bulan terakhir
Dalam hal ini manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan rumus sekaligus besar faktor
penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi 2,5% dan total manfaat pensiun tidak
boleh 80 kali penghasilan dasar pensiun.

b. Rumus Bulanan

10
MP = FPe x MK x PDP
Keterangan:
MP = Manfaat Pensiun
FPe = Faktor Penghargaan dalam persen
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa bulan terakhir

Dalam hal ini manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan rumus sekaligus besar faktor
penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi 2,5% dan total manfaat pensiun tidak
boleh 80 kali penghasilan dasar pensiun.
PPMP membutuhkan bantuan aktuaris secara periodik untuk menentukan besarnya nilai
kewajiban aktuaria, mengkaji kembali asumsi aktuarial yang digunakan dan merekomendasikan
tingkat iuran yang seharusnya.
Dalam laporan keuangan dana pensiun yang menyelenggarakan PPMP, perlu
diungkapkan penjelasan yang memadai mengenai sumber perhitungan kewajiban aktuaria seperti
metode penilaian dan asumsi aktuarial yang digunakan aktuaris, nama aktuaris dan tanggal
laporan aktuaris yang terakhir. Frekuensi penilaian aktuarial.
Dana pensiun yang menyelenggarakan PPMP wajib memiliki laporan aktuaris sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam laporan keuangan dana pensiun harus
disebutkan tanggal laporan aktuaris terakhir yang digunakan sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan yang bersangkutan.

Kasus Akuntansi Dana Pensiun PPMP


Pada 1 Januari 2002 PT Sportif, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi
perlengkapan olahraga, mendirikan sebuah dana pensiun dengan nama Dana Pensiun PT
Sportif yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti. Berikut hasil perhitungan
aktuaris pertanggal pendirian:
Kekayaan untuk pendanaan Rp 0,-
 Kewajiban aktuaria Rp 1.200.000.000,-
 Kewajiban aktuaria 31/12/03 Rp 1.500.000.000,- (Nilai proyeksi)
 Iuran Normal Pemberi Kerja Rp 120.000.000,- per tahun
 Iuran Normal Peserta Rp 80.000.000,- per tahun

11
 Iuran Tambahan Rp 120.000.000,- per tahun
Transaksi yang terjadi selama tahun 2002 adalah sebagai berikut :
Iuran normal diterima adalah sebesar Rp 200 jt, masing-masing Rp 120 jt dari pemberi kerja dan
sisanya berasal dari peserta. Jumlah iuran tambahan yang dibayar oleh pemberi kerja adalah
sebesar Rp 100.000.000,-.
Pada tanggal 30 Juni, pengurus membeli aktiva operasional berupa komputer seharga
Rp10.000.000,- dan peralatan kantor lainnya Rp 5.000.000,-. Oleh kebijakan manajemen
kedua jenis aset tersebut disusutkan selama 5 tahun tanpa nilai sisa dengan metode garis lurus.
Untuk meningkatkan nilai aset Dana Pensiun, pengurus pada tanggal 1 Juli melakukan
penanaman investasi sebagai berikut:
o Deposito berjangka waktu satu tahun (ARO Nominal) dalam mata uang dollar USA
senilai $10.000,-. dengan tingkat bunga sebesar 4% per tahun. Kurs pada saat penempatan
adalah US $ 1 = Rp 9.300,-
o Saham PT A (tercatat di bursa efek) dengan harga Rp 20.000.000,-
o Obligasi PT B senilai Rp 20.000.000,- dengan tingkat kupon 8% per tahun dengan biaya
perolehan sebesar Rp 18.000.000,-. Obligasi tersebut jatuh tempo pada tanggal 1 Juli
2008. Dana Pensiun berniat untuk memegangnya sampai jatuh tempo.
o Obligasi PT X senilai Rp 10.000.000,- dengan tingkat kupon 9% per tahun dengan biaya
perolehan sebesar Rp 8.000.000,-. Obligasi tersebut jatuh tempo pada tanggal 1 Juli 2006.
Dana Pensiun berniat untuk segera menjual obligasi tersebut apabila harga pasarnya telah
menguntungkan
o Melakukan penempatan langsung pada PT Gurita yang baru didirikan pada tanggal 1
Januari 2001 dengan biaya Rp 50.000.000,- dengan jumlah kepemilikan 20%. Nilai wajar
aset perusahaan pada tanggal tersebut adalah Rp 200.000.000,-. Goodwill diamortisasi
selama 5 tahun.
o Pada akhir tahun 2002, PT Gurita mengumumkan laba bersih sebesar Rp 60.000.000,-
dan membagikan dividen sebesar Rp 30.000.000,-
o Selain di PT Gurita, Dana Pensiun juga melakukan penempatan langsung pada PT Global
senilai Rp 40.000.000,-. Nilai kepemilikan yang diperoleh adalah 15%
o Pada akhir tahun, Dana Pensiun menerima dividen dari PT Global sebesar Rp 5.000.000,-
o Pada tanggal 25 Agustus Dana pensiun membeli sebidang tanah seharga Rp 40.000.000,-.
Dana pensiun baru membayar sebesar Rp 30.000.000,- atas investasi tersebut
o Beban operasional (Gaji Pengurus & Dewan Pengawas) selama tahun 2002 adalah
sebesar Rp 3.000.000,-

12
o Atas penempatan langsung di PT Gurita, pengurus menggunakan pencatatan metode
ekuitas karena dianggap lebih murah dan dianggap akan memberikan nilai yang lebih
wajar sehubungan dengan kegiatan usaha PT Gurita selaku supplier dengan turn over
persediaan yang cukup tinggi. Sedangkan di PT Global digunakan nilai appraisal
o Kurs US $ pada pada tanggal neraca adalah US $ 1 = Rp 9.500,-
o Bunga obligasi dibayarkan satu tahun sekali setiap tanggal 1 Januari
o Berikut daftar nilai wajar investasi per 31 Desember 2002
Saham PT A Rp 18.000.000,-
Penempatan langsung PT Global Rp 35.000.000,-
Obligasi PT B Rp 19.000.000,-
Obligasi PT X Rp 11.000.000,-
Tanah Rp 45.000.000,-

Buatlah jurnal terkait dengan transaksi-transaksi di atas

Dana Pensiun PT Sportif


Jurnal Umum tahun 2002

Account Debit Kredit


SKA 1.200.000.000,-
Kewajiban Aktuaria 1.200.000.000,-
Piutang Iuran Normal PK 120.000.000,-
Piutang Iuran Peserta 80.000.000,-
Piutang Iuran Tambahan 120.000.000,-
Iuran Normal PK 120.000.000,-
Iuran Normal Peserta 80.000.000,-
Iuran Tambahan 120.000.000,-
Kas & Bank 300.000.000,-
Piutang Iuran Normal 120.000.000,-
PK
Piutang Iuran Peserta 80.000.000,-
Piutang Iuran 100.000.000,-
Tambahan
Komputer 10.000.000,-

13
Peralatan Kantor 5.000.000,-
Kas 15.000.000,-
Deposito Berjangka 93.000.000,-
Saham PT A 20.000.000,-
Obligasi PT B 18.000.000,-
Obligasi PT X 8.000.000,-
Penempatan langsung PT 50.000.000,-
Gurita
Penempatan langsung PT 40.000.000,-
Global
Kas 229.000.000,-
Tanah 40.000.000,-
Kas 30.000.000,-
Utang Investasi 10.000.000,-
Beban Operasional 3.000.000,-
Pengurus 3.000.000,-
Kas
Beban Penyusutan 1.000.000,-
Komputer 500.000.-
Beban Penyusutan peralatan
kantor 1.500.000,-
Akumulasi Penyusutan
Kas 1.900.000,-
Pendapatan Bunga Deposito 1.900.000,-
Piutang Bunga 1.250.000,-
Pendapatan Bunga Obligasi 1.250.000,-
Obligasi B: 8% x 20
jtx6/12=800.000,-
Obligasi X: 9% x Rp 10
jtx6/12=Rp 450.000
SPI Deposito 2.000.000,-
SPI Obligasi B 200.000,-
SPI Obligasi X 3.000.000,-

14
SPI Penempatan PT Gurita 10.000.000,-
SPI Tanah 5.000.000,-
SKA 20.200.000,-
SKA 6.000.000,-
SPI Penempatan PT Gurita 6.000.000,-
SKA 7.000.000,-
SPI Saham A 2.000.000,-
SPI Penemp PT Global 5.000.000,-
Pendapatan Bunga Deposito 1.900.000,-
Pendapatan Bunga Obligasi 1.250.000,-
Pendapatan dividen 11.000.000,-
Beban Operasional 3.000.000,-
Pengurus 1.500.000,-
Beban Penyusutan 9.650.000,-
SHU
SHU 9.650.000,-
SKA 9.650.000,-
Iuran Normal PK 120.000.000,-
Iuran Normal Peserta 80.000.000,-
Iuran Tambahan 120.000.000,-
SKA 320.000.000,-
SKA 300.000.000,-
Kewajiban Aktuaria 300.000.000,-
2) Program Pensiun Iuran Pasti (defined contribution)
Program Pensiun Iuran Pasti (Defined contribution) kontribusi perusahaan dalam
program tersebut ditentukan dalam perjanjian, artinya pemberi kerja menyetujui untuk
membayar kepada badan dana pensiun sejumlah tertentu pada setiap periode didasarkan
pada peraturan dana pensiun. Hal ini didasarkan pada pertimbangan masa kerja
karyawan, laba perusahaan, dan tingkat gaji. Dalam program jenis ini, hanya kontribusi
perusahaan yang ditentukan, tidak ada perjanjian mengenai jumlah yang akan
dibayarkan kepada karyawan sebagai pembayaran pensiun. Program pensiun luran pasti
iurannya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun dan seluruh iuran serta hasil
pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat
pensiun.

15
Jumlah yang akhirnya diterima oleh karyawan sebagai pensiun tergantung kepada
jumlah yang mula-mula dikontribusikan ke badan pensiun dan laba yang diperoleh oleh
dana pensiun. Jumlah yang dikontribusikan biasanya diserahkan kepada pihak ketiga
( Badan Perwalian) yang bertindak atas kepentingan karyawan. Badan tersebut memiliki
aktiva dari kontribusi dan bertanggungjawab mengadakan aktivitas investasi dan
distribusi (pembayaran) kepada karyawan. Badan tersebut terpisah dari perusahaan dan
bertindak sebagai wali karyawan.
Akuntansi untuk defined contribution sangat mudah, dengan program jenis ini
laba yang diperoleh atau kerugian yang diderita dari aktivitas investasi aktiva yang
dikontribusikan kedalam program tersebut menjadi tanggungan karyawan. Perusahaan
hanya bertanggungjawab untuk mengadakan kontribusi setiap tahun berdasarkan
peraturan dana pensiun.Oleh karena itu, biaya pensiun perusahaan setiap tahun adalah
sejumlah yang wajib dikontribusikan ke badan pensiun. Utang akan dilaporkan dalam
neraca perusahaan apabila perusahaan telah melakukan kontribusi dalam jumlah yang
tidak penuh dan aktiva akan dilaporkan apabila perusahaan telah melakukan kontribusi
melebihi yang seharusnya.
Dalam PPIP, jumlah yang diterima oleh peserta pada saat pensiun tergantung pada
jumlah iuran dari pemberi kerja, atau iuran peserta dan pemberi kerja atau iuran peserta,
dan hasil usaha. Kewajiban dari pemberi kerja adalah membayar iuran sesuai dengan
yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. Bantuan aktuaris biasanya tidak
diperlukan, meskipun nasehat aktuaris kadang-kadang digunakan untuk memperkirakan
manfaat pensiun yang akan diterima peserta pada saat pensiun, berdasarkan jumlah
iuran saat ini dan dimasa datang serta estimasi hasil investasi dana pensiun.

Rumus Program Pensiun Iuran Pasti (Defined Contributiont):


a. Rumus Sekaligus
IP = 3 x FPd x PDP
Keterangan:
IP = Iuran Pensiun
FPd = Faktor Penghargaan per tahun dalam decimal
DP = Penghasilan Dasar Pensiun per tahun

16
b. Rumus Bulanan
IP = 3 x FPe x PDP
Keterangan:
IP = Iuran Pensiun
FPe = Faktor Penghargaan Per Tahun dalam persen
PDP = Penghasilan Dasar Pensiun Per Tahun

Tujuan dari pelaporan dana pensiun yang menyelenggarakan PPIP adalah untuk menyediakan
informasi secara periodik mengenai penyelenggaraan program pensiun, posisi keuangan serta
kinerja investasinya.

Kasus Akuntansi Dana Pensiun PPIP


Pada 1 Januari 2002 PT Sportif, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi perlengkapan olahraga,
mendirikan sebuah dana pensiun dengan nama Dana Pensiun PT Sportif yang menyelenggarakan Program Pensiun
Iuran Pasti. Berdasarkan Peraturan Dana Pensiun ditetapkan sebagai berikut:
o Iuran Normal Pemberi Kerja : 8% PhDP
o Iuran Normal Peserta : 2% PhDP

Transaksi yang terjadi selama tahun 2002 adalah sebagai berikut :


o Iuran normal diterima adalah sebesar Rp 90 jt, masing-masing Rp 70 jt dari pemberi kerja dan sisanya
berasal dari peserta.
o Pada tanggal 30 Juni, pengurus membeli aktiva operasional berupa komputer seharga Rp 8.000.000,- dan
peralatan kantor lainnya Rp 4.000.000,-. Oleh kebijakan manajemen kedua jenis aset tersebut disusutkan
selama 5 tahuntanpa nilai sisa dengan metode garis lurus.
o Untuk meningkatkan nilai aset Dana Pensiun, pengurus pada tanggal 1 Juli melakukan penanaman investasi
sebagai berikut:
o Deposito berjangka waktu satu tahun (ARO Nominal) senilaiUS$ 4.000,-. dengan tingkat bunga sebesar
8% per tahun. Kurspada saat penempatan adalah US$ 1 = Rp 9.000,-
o Saham PT A (tercatat di bursa efek) dengan harga Rp10.000.000,-
o Obligasi PT B senilai Rp 20.000.000,- dengan tingkat kupon 8%per tahun dengan biaya perolehan sebesar
Rp 18.000.000,-.Obligasi tersebut jatuh tempo pada tanggal 1 Juli 2008. DanaPensiun berniat untuk
memegangnya sampai jatuh tempo

17
o Obligasi PT X senilai Rp 10.000.000,- dengan tingkat kupon 9%per tahun dengan biaya perolehan sebesar
Rp 8.000.000,-.Obligasi tersebut jatuh tempo pada tanggal 1 Juli 2006. DanaPensiun berniat untuk segera
menjual obligasi tersebut apabilaharga pasarnya telah menguntungkan
o Melakukan penempatan langsung pada PT Gurita yang barudidirikan pada tanggal 1 Januari 2003 dengan
biaya Rp20.000.000,- dengan jumlah kepemilikan 20%. Nilai wajar asetperusahaan pada tanggal tersebut
adalah Rp 80.000.000,-.Goodwill diamortisasi selama 5 tahun
o Pada akhir tahun 2002, PT Gurita mengumumkan laba bersihsebesar Rp 30.000.000,- dan membagikan
deviden sebesar Rp10.000.000,-
o Selain di PT Gurita, Dana Pensiun juga melakukan penempatanlangsung pada PT Global senilai Rp
20.000.000,-. Nilai kepemilikanyang diperoleh adalah 15%
o Pada akhir tahun, Dana Pensiun menerima deviden dari PTGlobal sebesar Rp 2.000.000,-
o Pada tanggal 25 Agustus Dana pensiun membeli sebidang tanah seharga Rp 20.000.000,-. Dana pensiun
baru membayar sebesar Rp 12.000.000,- atas investasi tersebut
o Beban operasional (Gaji Pengurus & Dewan Pengawas) selama tahun 2002adalah sebesar Rp 2.000.000,
o Atas penempatan langsung di PT Gurita, pengurus menggunakan pencatatan metode ekuitas karena
dianggap lebih mudah dan murah. Sedangkan di PT Global digunakan nilai appraisal
o Jumlah PhDP tahun 2002 adalah sebesar Rp 1.000.000.000,-
o Kurs US $ pada pada tanggal neraca adalah US $ 1 = Rp 9.500,-
o Bunga obligasi dibayarkan satu tahun sekali setiap tanggal 1 Januari
o Berikut daftar nilai wajar investasi per 31 Desember 2002:
 Saham PT A Rp 9.000.000,-
 Penempatan langsung PT Global Rp 18.000.000,-
 Obligasi PT B Rp 21.000.000,-
 Obligasi PT X Rp 11.000.000,-
 Tanah Rp 21.000.000.-

Dana Pensiun PT Sportif


Jurnal Umum Tahun 2002

Account Debit Kredit


Piutang Iuran Normal PK 80.000.000,-
Piutang Iuran Peserta 20.000.000,-
Iuran Normal PK 80.000.000,-
Iuran Normal Peserta 20.000.000,-

18
Kas & Bank 90.000.000,-
Piutang Iuran Normal PK 70.000.000,-
Piutang Iuran Peserta 20.000.000,-
Komputer 8.000.000,-
Peralatan Kantor 4.000.000,-
Kas 12.000.000,-
Deposito Berjangka 36.000.000,-
Saham PT A 10.000.000,-
Obligasi PT B 18.000.000,-
Obligasi PT X 8.000.000,-
Penempatan Langsung PT Gurita 20.000.000,-
Penempatan Langsung PT Global 20.000.000,-
Kas 112.000.000,-

Tanah 20.000.000,-
Kas 12.000.000,-
Utang Investasi 8.000.000,-
Beban Operasional Pengurus 2.000.000,-
Kas 2.000.000,-
Beban Penyusutan-Komputer 800.000,-
Beban Penyusutan prltn kantor 400.000,-
Akumulasi Penyusutan 1.200.000,-
Kas 15.200.000,-
Pendapatan Bunga Deposito 15.200.000,-
Piutang Bunga 1.250.000,-
Pendapatan Bunga Obligasi 1.250.000,-
Kas 4.000.000,-
Pendapatan dividen 4.000.000,-

19
Pend belum terealisasi 4.000.000,-
SPI Penempatan PT Gurita 4.000.000,-
SPI Deposito 2.000.000,-
SPI Obligasi B 200.000,-
SPI Obligasi X 3.000.000,-
SPI Penempatan PT Gurita 5.200.000,-
SPI Tanah 1.000.000,-
Pendapatan Belum terealisasi 11.400.000,-
Pend Belum terealisasi 3.000.000,-
SPI Saham A 1.000.000,-
SPI Saham Penemp PT Global 2.000.000,-
Pendapatan Bunga-Deposito 15.200.000,-
Pendapatan Bunga Obligasi 1.250.000,-
Pendapatan Dividen 2.000.000,-
Beban Operasional 2.000.000,-
Pengurus 1.200.000,-
Beban Penyusutan 15.250.000,-
SHU
SHU 15.250.000,-
Kewajiban MP 15.250.000,-
Iuran Normal PK 80.000.000,-
Iuran Normal Peserta 20.000.000,-
Kewajiban MP 100.000.000,-

2. Kelebihan dan Kekurangan Jenis Program Pensiun


Adapun keunggulan dan kelemahan jenis Program Pensiun Manfaat Pasti (Defined Benefit)
dan Program Pensiun Iuran Pasti (Defined Contribution) sebagai berikut:

20
Program Pensiun Manfaat Pasti Program Pensiun Iuran Pasti
(Defined Benefit) (Defined Contribution)
Kelebihan Kelebihan
1. Besar manfaat pensiun mudah 1. Beban biaya stabil dan mudah
dihitung diperkirakan
2. Lebih memberikan kepastian 2. Nilai hak peserta setiap saat
kepada peserta mudah ditetapkan
3. Lebih mudah memberikan 3. Resiko investasi dan mortalitas
penghargaan untuk masa kerja ditanggung oleh peserta
lalu.
Kekurangan Kekurangan
1. Beban pensiun mudah berfluktuasi 1. Besar manfaat pensiun tidak mudah
2. Nilai hak peserta sebelum pensiun tidak ditentukan 3. Met
mudah ditentukan 2. Lebih sulit memperkirakan besar ode
penghargaan untuk masa kerja lampau
Pembiayaan Program Pensiun
Penghimpunan dana dilakukan dilakukan agar dapat dipakai untuk pembayaran manfaat pada
masa yang akan datang. System pendanaan dibedakan dalam:
a. Metode Pay As You Go. Dimana pemberi kerja hanya membiayai manfaat pensiun
seorang karyawan atau peserta begitu diperlukan diluar gaji terakhir. Ciri-cirinya
adalah:
 Tidak ada ketentuan mengenai besarnya manfaat pensiun Metode Sistem
Pendanaan
 Manfaat tidak ditetapkan dan belum dijanjikan
 Pensiun merupakan bagian kecil dalam kaitannya dengan kegiatan usaha
b. Metode funding system. Sistem Pendanaan. Penghimpunan dana dilakukan agar
dapat dipakai untuk pembayaran manfaat pada masa yang akan datang. System
pendanaan dibedakan dalam: Single Premium Funding. Dimana biaya setiap peserta
program untuk suatu tahun tertentu ditentukan dengan factor anuitas untuk menetapkan
nilai sekarang dari pensiun tahunan peserta setelah memperhitungkan masa kerja.
Pembayaran pensiun untuk satu tahun tertentu merupakan satu unit manfaat yang
besarnya sebagai berikut:
1) 2% dari gaji tahun tersebut
2) 2% dari gaji rata-rata terakhir
3) sebesar 30 ribu per bulan

21
Level Premium Funding. Adalah metode yang dirancang untuk menghindari kenaikan
biaya pensiun yang terjadi pada saat usia peserta semakin bertambah dan pada saat
kenaikan gaji

2. Akuntansi Untuk Pensiun


Dua masalah yang muncul dalam akuntansi untuk program pensiun adalah :
1. Berapa jumlah kewajiban pemberi kerja dan berapa jumlah kewajiban pensiun yang
harus dilaporkan dalam laporan keuangan.
2. Berapa beban / biaya pensiun untuk periode tertentu.
Kewajiban pensiun (pension obligation) pemberi kerja adalah kewajiban kompensasi
yang ditangguhkan kepada para karyawannya atas jasa-jasa mereka menurut persyaratan
dalam program pensiun.
Jenis jenis ukuran kewajiban pensiun :
1. Berdasarkan pada tunjangan yang dijamin sepenuhnya kepada para karyawan.
Tunjangan terjamin (vested benefit) adalah tunjangan yang berhak diterima karyawan
sekalipun karyawan tersebut tidak memberikan jasa tambahan dalam
program.Sebagian besar program pensiun mensyaratkan seorang karyawan harus
memiliki masa kerja minimum sebelum mencapai status tunjangan terjamin. Ukuran
ini disebut Kewajiban tunjangan terjamin (vested benefit obligation)
2. Berdasarkan perhitungan jumlah kompensasi yang ditangguhkan pada seluruh tahun
masa kerja yang dijalani karyawan setelah mengikuti program – baik yang terjamin
maupun yang tidak terjamin – dengan menggunakan tingkat gaji yang berlaku
sekarang. Ukuran kewajiban ini disebut Akumulasi kewajiban tunjangan
3. Berdasarkan perhitungan jumlah kompensasi yang ditangguhkan atas masa kerja
terjamin maupun tidak terjamin dengan menggunakan gaji masa depan. Ukuran
kewajiban ini disebut Proyeksi kewajiban tunjangan.

Dari ketiga ukuran di atas, pada umumnya profesi akuntan menggunakan proyeksi
kewajiban tunjangan, yaitu nilai sekarang tunjangan yang terjamin dan yang tidak terjamin
diakrualkan sampai dengan tanggal sekarang berdasarkan tingkat gaji masa depan karyawan.

22
Akan tetapi dimungkinkan juga untuk menggunakan akumulasi kewajiban tunjangan dalam
situasi-situasi tertentu.

3. Pendekatan Akuntansi dalam Pensiun


Adapun pendekatan dalam akuntansi untuk program pensiun adalah:
1) Pendekatan Non Kapitalisasi
Terjadinya non kapitalisasi karena neraca melaporkan aktiva atau kewajiban untuk
perjanjian pensiun hanya jika jumlah yang benar-benar didanai selama suatu tahun oleh
pemberi kerja dengan jumlah yang dilaporkan oleh pemberi kerja sebagai beban pensiun
tahun berjalan, hal ini juga sering disebut sebagai pembiayaan diluar neraca (off balance
sheet financing).
2) Pendekatan Kapitalisasi
Pendekatan ini mengukur dan melaporkan aktiva dan kewajiban pensiun
perusahaan kedalam laporan keuangan. KApitalisasi lebih mementingkan substansi
ekonomi dari perjanjian program pensiun daripada tahun berjalan.
Peserta berkepentingan untuk mengetahui kegiatan investasi dana pensiun karena
sangat menentukan manfaat pensiun yang diterima. Baik peserta maupun pemberi kerja
berkepentingan untuk mengetahui apakah iuran telah dilakukan sesuai dengan peraturan
dana pensiun, pengawasan atas kekayaan dana pensiun telah dilakukan secara tepat
kegiatan operasional dana pensiun telah dilaksanakan secara efisien dan wajar.
Sedangkan pemerintah berkepentingan untuk mengetahui apakah dana pensiun telah
dikelola sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Tujuan tersebut lazimnya dapat dipenuhi dengan menyusun laporan yang antara
lain terdiri dari:
a. Penjelasan atas kegiatan penting dana pensiun selama suatu periode pelaporan dan
dampak setiap perubahan peraturan dana pensiun;
b. Iaporan tentang transaksi dan kinerja investasi selama periode pelaporan dan
posisi keuangan dana pensiun pada akhir periode pelaporan; dan
c. Penjelasan mengenai kebijakan/arahan investasi Program pensiun manfaat pasti.
Tujuan pelaporan dana pensiun yang menyelenggarakan PPMP adalah
menyediakan informasi secara periodik mengenai penyelenggaraan program pensiun,
posisi keuangan serta kinerja investasinya yang berguna untuk menentukan besarnya
kekayaan dana pensiun dihubungkan dengan besarnya kewajibannya membayar manfaat

23
pensiun kepada peserta pada saat tertentu. Tujuan ini lazimnya dapat dipenuhi dengan
menyusun laporan yang antara lain terdiri dari:
a. Penjelasan mengenai kegiatan penting selama suatu periode pelaporan dan
dampak dari setiap perubahan peraturan dana pensiun;
b. Iaporan tentang transaksi dan kinerja investasi selama periode pelaporan dan
posisi keuangan dana pensiun pada akhir periode pelaporan;
c. Penjelasan mengenai kebijakan/arahan investasi; dan
d. Perhitungan kewajiban aktuaria berdasarkan laporan aktuaris yang terakhir
Kewajiban aktuaria.

4. Komponen Biaya Pensiun


1) Biaya Jasa
Merupakan beban yang disebabkan oleh kenaikan hutang tunjangan pensiun (proyeksi
kewajiban tunjangan) kepada karyawan atas jasa yang mereka berikan selama tahun
berjalan. Aktuaris menghitung biaya jasa (service cost) sebagai nilai sekarang tunjangan
baru yang diperoleh karyawan selama tahun berjalan.
2) Bunga atas kewajiban
Pensiun dicatat atas dasar setelah didiskontokan karena terdapat faktor nilai waktu dari
uang.
3) Pengembalian Aktual atas Aktiva Program
Merupakan kenaikan dana pensiun yang berasal dari bunga, deviden, serta perubahan
yang telah direalisasi dan yang belum direalisasi dalam nilai pasar wajar aktiva program.
Pengembalian aktual dihitung dengan menyesuaikan perubahan aktiva program untuk
menentukan pengaruh kontribusi selama tahun berjalan dan tunjangan yang dibayarkan
selama tahun itu.
Saldo Akhir Aktiva Program xxx
Saldo Awal Aktiva Program xxx
-------- -
Kenaikan nilai wajar aktiva program xxx
Kontribusi xxx
Tunjangan yang dibayarkan xxx
-------- -
xxx
--------- -

24
Pengembalian Aktual xxx
(Jika pengembalian aktual bernilai positif selama periode berjalan, maka jumlah itu
dikurangkan dalam perhitungan beban pensiun. Tetapi jika bernilai negatif, maka jumlah
tersebut ditambahkan dalam perhitungan beban pensiun)
4) Amortisasi Biaya Jasa Sebelumnya yang belum diakui
Yaitu penghargaan yang diberikan kepada para karyawan perusahaan atas tahun-tahun
masa kerja yang telah dijalani sebelum tanggal inisiasi / dimulainya program pensiun
tunjangan pasti. Biaya jasa sebelumnya (PSC – Prior Service Cost) ini harus diamortisasi
karena tunjangan yang berlaku surut (retroaktif) tidak boleh diakui sebagai beban pensiun
seluruhnya pada tahun amandemen (tahun dimulainya program pensiun tersebut), tetapi
harus diakui selama periode masa kerja karyawan yang diperkirakan akan menerima
tunjangan menurut program.
Metode amortisasi yang biasa dipakai adalah metode jumlah tahun masa kerja, tetapi
diperbolehkan juga metode alternatif yaitu dengan metode garis lurus sepajang sisa masa
kerja rata-rata para karyawan.

Contoh Soal
Nafayya, Co memulai program pensiun tunjangan pasti pada tanggal 1 Januari 2009 yang
mencakup 170 karyawan. Dalam negosiasinya denga para karyawan, Nafayya, Co memberikan $
80.000 biaya jasa sebelumnya kepada para karyawannya. Para karyawan dikelompokkan
menurut perkiraan tahun pensiun sbb :
Perkiraan pensiun per 31 Kelompok Jumlah
Des karyawan
2010 A 40
2011 B 20
2012 C 40
2013 D 50
2014 E 20
JUMLAH 170

Informasi yang berhubungan dengan program pensiun untuk tahun 2010 adalah sbb :
 Saldo 31 Desember 2009 :
o Biaya dibayar dimuka $ 1.000
o Proyeksi kewajiban tunjangan $ 112.000
o Aktiva Program $ 111.000

25
 Biaya jasa tahunan $ 9.500
 Suku bunga penyelesaian 10%
 Pengembalian aktual atas aktiva program $ 11.100
 Kontribusi (pendanaan) tahunan $ 20.000
 Tunjangan yang dibayarkan kepada para pensiunan selama tahun berjalan $ 8.000

Diminta :
1. Hitung Amortisasi biaya jasa sebelumnya per tahun dengan menggunakan metode
amortisasi jumlah tahun masa kerja.
2. Buat lembar kerja dan jurnal untuk tahun 2010

JAWAB :
1. Perhitungan tahun masa kerja dan amortisasi tahunan
TAHUN A B C D E TOTAL Biaya per tahun masa Amortisasi
(a) kerja * (axb)
( b)
2010 40 20 40 50 20 170 $ 160 $ 27.200
2011 - 20 40 50 20 130 $ 160 $ 20.800
2012 - - 40 50 20 110 $ 160 $ 17.600
2013 - - - 50 20 70 $ 160 $ 11.200
2014 - - - - 20 20 $ 160 $ 3.200
500 $ 80.000
Biaya jasa sebelumnya $ 80.000
* Biaya per tahun masa kerja = --------------------------------- = ------------- = $ 160 / tahun
Total tahun masa kerja 500
2. Lembar kerja dan jurnal tahun 2010
AYAT JURNAL UMUM CATATAN MEMO
Bi. Kas Bi. Proyeksi Aktiva Bi.jasa
KETERANGAN pensiun dibayar kewajiban Program seblmnya
tahunan dimuka tunjangan yg blm
diakui
· Saldo 31 Des 1.000 111.000
2009 (K) 112.000 (K) (D)
· Biaya jasa 80.000 (K) 80.000

26
sblmnya (D)
· Saldo 1 Jan 1.000 111.000 80.000
2010 (K) 192.000 (K) (D) (D)
9.500
· Biaya jasa
(D) 9.500 (K)
19.200
· Biaya bunga
(D) 19.200 (K)
· Pengembalian 11.100 11.100
aktual (K) (D)
27.200 27.200
· Amortisasi PSC
(D) (K)
20.000 20.000
· Kontribusi
(K) (D)
8.000
· Tunjangan
8.000 (D) (K)
· Jurnal tahun 44.800 20.000 24.800
2010 (D) (K) (K)
Saldo 31 Des 25.800 134.100 52.800
2010 (K) 212.700 (K) (D) (D)

Jurnal untuk mencatat biaya pensiun tahun 2010


Biaya Pensiun 44.800
Kas 20.000
Biaya Pensiun Dibayar Dimuka 24.800

5) Keuntungan atau kerugian


Volatilitas beban pensiun dapat disebabkan oleh perubahan mendadak dan besar dalam
nilai pasar aktiva program.

Kewajiban Aktuaria

Dalam laporan keuangan Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP, perlu diungkapkan
penjelasan yang memadai mengenai sumber perhitungan kewajiban aktuaria,seperti metode

27
penilaian dan asumsi aktuarial yang digunakan aktuaris, nama aktuaris, dan tanggal laporan
aktuaris yang terakhir.

Frek uensi Penilaian Aktuarial

Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP wajib memiliki laporan aktuaris sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku. Dalam laporan keuangan Dana Pensiun harus disebutkan
tanggal laporan aktuaris terakhir yang digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan
yang bersangkutan.

Laporan Keuangan Dana Pensiun

Laporan keuangan Dana Pensiun terdiri atas laporan aset bersih, laporan perubahan aset bersih,
neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Khusus
untuk Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP, laporan mengenai kewajiban akturia dan
perubahannya perlu disusun sebagai lampiran laporan keuangan. Sebagai informasi
tambahan atas laporan keuangan perlu disajikan antara lain portofolio investasi,
rincian biaya yang merupakan beban Dana Pensiun selama satu periode sesuai dengan Peraturan
Dana Pensiun (untuk Dana Pensiun Pemberi Kerja), atau rincian biaya yang dapat dipungut dari
Peserta atau dibebankan pada rekening Peserta selama satu perIode sesuai dengan Peraturan
Dana Pensiun (untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan).

Penilaian Aktiva Dana Pensiun


Aset Dana Pensiun dinilai sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku,
namun mengingat tujuan Dana Pensiun dan kekhususan informasi yang diperlukan, maka dalam
neraca, untuk aset tertentu disamping nilai historis, perlu ditentukan pula nilai wajarnya. Selisih
antara nilai historis dan nilai wajar disajikan sebagai Selisih Penilaian Investasi.
Untuk tujuan penyusunan laporan aset bersih dan laporan perubahan aset bersih,investasi
Dana Pensiun dinilai berdasarkan nilai wajar (fair value). Surat-surat berharga dinilai
berdasarkan harga pasar karena dianggap sebagai nilai yang paling tepat untuk mengukur nilai
surat berharga pada tanggal laporan dan hasil investasi selama satu periode tersebut. Surat-surat
berharga yang nilai jatuh temponya sudah ditetapkan dan memang dimaksudkan untuk

28
membayar manfaat pensiun, dinilai berdasarkan nilai jatuh temponya dengan asumsi tingkat
pengembalian yang tetap. Jika suatu investasi tidak memiliki nilai wajar, maka perlu
diungkapkan alasan mengapa nilai wajar tidak dapat ditentukan. Asetoperasional dinilai
berdasarkan nilai buku.

C. Penyajian Informasi Dalam Laporan Keuangan


Laporan Keuangan Dana Pensiun perlu mengungkapkan informasi relevan antara lain
sebagai berikut:

a) Laporan Aset Bersih


 Nilai aset pada akhir periode dengan klasifikasi yang tepat
 Dasar penilaian aset
 Investasi sesuai dengan rincian jumlah investasi menurut jenis
 Kewajiban selain daripada kewajiban aktuaria
b) Laporan Perubahan Aset Bersih
 Biaya jasa kini (iuran normal) yang jatuh tempo, baik yang berasal dari pemberi
kerja atau pemberi kerja dan peserta atau peserta
 Biaya jasa lalu (iuran tambahan) yang jatuh tempo
 Hasil investasi, antara lain bunga, dividen, dan sewa
 Pendapatan lain-lain
 Manfaat yang sudah dibayarkan dan yang masih terutang, dirinci untuk peserta yang
pensiun, meninggal, atau cacat, juga untuk pembayaran manfaat secara sekaligus
 Beban administrasi
 Beban investasi
 Beban lain-lain
 Pajak penghasilan
 Keuntungan atau kerugian dari pelepasan investasi dan penurunan atau kenaikan
nilai investasi
 Pengalihan dana ke dan dari Dana Pensiun lain
c) Neraca
 Posisi keuangan Dana Pensiun
 Nilai historis (khusus untuk investasi ditentukan juga nilai wajarnya)
d) Perhitungan Hasil Usaha
 Pendapatan dan beban investasi
 Beban administrasi
 Pendapatan lain-lain
e) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas disajikan sesuai dengan sifat kegiatan usaha Dana Pensiun selama periode
pelaporan
f) Catatan atas Laporan Keuangan.
29
Laporan Keuangan Dana Pensiun
Laporan keuangan Dana Pensiun, baik yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti
(PPMP) maupun Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP), mencakup:
a) Laporan Aset Bersih
Laporan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang jumlah aset bersih yang
tersedia untuk membayar manfaat pensiun kepada peserta pada tanggal laporan. Total
seluruh aset Dana Pensiun tidak termasuk piutang jasa lalu (past service) yang belum jatuh
tempo, dikurangi seluruh kewajiban kecuali kewajiban aktuaria, menunjukan jumlah aset
bersih yang tersedia untuk manfaat pensiun pada tanggal laporan.
b) Laporan Perubahan Aset Bersih
Laporan ini berisi informasi tentang perubahan atas jumlah aset bersih yang tersedia
untuk manfaat pensiun, serta menguraikan penyebab perubahan tersebut yang terperinci atas
penambahan dan/atau pengurangan yang terjadi selam satu periode tertentu.
c) Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, dan Laporan Arus Kas
Neraca, laporan hasil usaha, dan laporan arus kas disusun berdasarkan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Pelaporan Laporan Keuangan yang berazas utama biaya historis. Khusus
untuk investasi, ditentukan juga nilai wajanya. Selisih antara nilai historis dan nilai wajar
disajikan sebagai Selisih Penilaian Investasi.
Selisih Penilaian Investasi bukan merupakan unsur hasil usaha, tetapi akan mengoreksi
nilai historis mnjadi nilai wajar. Untuk penyusunan laporan keuangan Dana Pensiun yang
menyelenggarakan PPMP, penentuan kewajiban aktuaria berdasarkan laporan aktuaris
terakhir. Dalam Neraca, selisih antara nilai kewajiban aktuaria dan aset bersih disajikan
sebagai Selisih Kewajiban Aktuaria. Dalam neraca Dana Pensiun yang menyelenggarakan
PPMP, piutang kepada pemberi kerja sehubungan dengan jasa masa lalu karyawan diakui
sebesar jumlah yang telah jatuh tempo pada tanggal laporan.
d) Penilaian Aset Dana Pensiun
Untuk tujuan penyusunan laporan aset bersih dan laporan perubahan aset bersih,aset dinilai
sebagai berikut :
 Uang tunai, rekening giro, dan deposito di bank dinilai menurut nilai nominal
 Sertifikat deposito, Surat Berharga Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang, dan
surat pengakuan utang lebih dari setahun dinilai berdasarkan nilai tunai
 Surat berharga berupa saham dan obligasi yang diperjual-belikan di bursa efek,
dinilai menurut nilai pasar yang wajar pada tanggal laporan
 Penjelasan mengenai kebijakan pendanaan

30
 Rincian portofolio investasi
 Perhitungan kewajiban aktuaria, metode penilaian, asumsi aktuarial, serta nama dan
tanggal laporan aktuaris terakhir (dalam hal PPMP)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dana pensiun adalah hak seseoarng untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja
sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab lain sesuai dengan perjanjian
yang telah ditetapkan. Penghasilan ini biasanya berupa uang yang dapat diambil setiap
bulannya atau diambil sekaligus pada saat seseorang memasuki masa pensiun, hal ini
tergantung dari kebijakan yang terdapat dalam suatu perusahaan.
Dana pensiun dan imbalan pascakerja lainnya merupakan sebuah alternatif pilihan
dalam memberikan jaminan kesejahteraan kepada karyawan. Jaminan tersebut dimungkinkan
dapat menyelesaikan masalah-masalah karyawan yang timbul seiring risiko didalam dunia
pekerjaan. Risiko-risiko tersebut antara lain, risiko kehilangan pekerjaan, usia yang kurang
produktif (lanjut usia), kecelakaan yang mengakibatkan kecacatan fisik atau bahkan
meninggal dunia.

B. Saran
1. Perusahaan hendaknya memberikan sebuah asuransi jiwa sebagai jaminan keselamatan
kerja.
2. Mengingat adanya masa akan datang dengan dana pensiun dan imbalan pascakerja
lainnya agar lebih terjamin.
3. Anda harus merencanakan keuangan yang akan menunjang hidup di masa pensiun mulai
sekarang.
4. Banyak pilihan yang bisa anda lakukan sesuai dengan usia pensiun yang akan anda
ambil.
5. Bahwa Asuransi Jiwa terhadap masyarakat sangat penting dilakukan karena akan semakin
meningkatkan kesejahteraan rakyat

31
Daftar Pustaka

http://keuanganlsm.com/psak-24-mengenai-imbalan-kerja/
http://noormutia.blogspot.co.id/2014/05/tulisan-akuntansi-untuk-dana-pensiun.html
http://eprints.perbanas.ac.id/483/2/BAB%20I.pdf
http://aslimahusna.blogspot.co.id/2013/12/akuntansi-keuangan-menengah-pensiun-
dan_3090.html

32

You might also like