You are on page 1of 9

p-ISSN 2086-6380 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2015, 6(3):202-210

e-ISSN 2548-7949 DOI: https://doi.org/10.26553/jikm.2015.6.3.202-210


Available online at http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG DAPAT DIMODIFIKASI PADA KEJADIAN


HIPERTENSI DI DESA SERI TANJUNG KECAMATAN TANJUNG BATU

Sariana,1Suci Destriatania, Fatmalina Febry


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

MODIFIABLE RISK FACTORS ON INCIDENCE OF HYPERTENSION IN SERI


TANJUNG VILLAGE TANJUNG BATU SUBDISTRICT

ABSTRACT
Background: Hypertension is one of the popular intermediate factor in the incidence of chronical disease
(WHO). The highest prevalence of hypertension in the world is in Africa, namely 46% of the total adult
population. The prevalence of hypertension in Indonesia 25,8% and the prevalence of hypertension in South
Sumatera 26,1%. Seri Tanjung village has the highest number of cases of hypertension in Ogan Ilir District
per December 2013, ie 173 cases (LB1). The aim studi is analyze modifiable risk factors on incidence of
hypertension.
Method: This study was a quantitative research design cross-sectional using analytical survey methods. The
study samples were 76 people, which are collected by purposive sampling technique, with the inclusion
criteria ≥20 years old and were not taking anti-hypertensive drugs and exclusion criteria of age <20 years
old. The analysis were performed univariate, bivariate analysis using Chi-Square test with the alternatives
test, and multivariate using Logistic Regression test.
Result: Sodium intake has a significant relationship with the incidence of hypertension in the Seri Tanjung
village (p value=0,006; PR=0,202, 95% CI 0,050-0,809). Result of multivariat analysis showed that the
variables that have the strongest association with the occurrence of significance of hypertension in the Seri
Tanjung village is gender (p value=0,005; PR=21,269) and sodium intake (p value=0,006; PR=0,054).
Conclusion: The factors that can be modified in incidence of hypertension in Seri Tanjung village is sodium
intake. Suggestion of this research is to promote the socialization about the importance of cultivating
Kadarzi and applying PUGS in daily life, as well as modifying the sodium intake be within the safe limits.
Keywords: Hypertension, modifiable risk factors, Seri Tanjung

ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu faktor intermediet yang populer dalam kejadian penyakit
kronis (WHO). Prevalensi hipertensi tertinggi di dunia ialah di Afrika, yakni 46% dari total penduduk
dewasa. Prevalensi hipertensi di Indonesia 25,8% dan prevalensi hipertensi di Sumatera Selatan 26,1%. Desa
Seri Tanjung memiliki jumlah kasus hipertensi terbanyak di Kabupaten Ogan Ilir per Desember 2013, yakni
173 kasus (LB1). Tujuan studi ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi
pada kejadian hipertensi.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain Cross-Sectional menggunakan metode
survei analitik. Sampel penelitian ini berjumlah 76 orang, yang diambil dengan teknik Purposive Sampling,
dengan kriteria inklusi berusia ≥20 tahun dan tidak sedang mengkonsumsi obat anti-hipertensi dan kriteria
eksklusi berusia <20 tahun. Analisis yang dilakukan ialah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan
uji Chi-Square dengan alternatif ujinya, dan analisis multivariat menggunakan uji Regresi Logistik.
Hasil Penelitian: Asupan natrium yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian hipertensi di Desa
Seri Tanjung (p value=0,006; PR=0,202; 95% CI 0,050-0,809). Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa
variabel yang memiliki hubungan kemaknaan paling kuat dengan kejadian hipertensi di Desa Seri Tanjung
ialah jenis kelamin (p value=0,005;PR=21,269) dan asupan natrium (p value=0,006;PR=0,054).
Kesimpulan: Faktor yang dapat dimodifikasi pada kejadian hipertensi di Desa Seri Tanjung ialah asupan
natrium. Saran penelitian ini ialah menggalakkan sosialisasi mengenai pentingnya membudayakan Kadarzi
dan menerapkan PUGS dalam kehidupan sehari-hari, serta memodifikasi asupan natrium agar berada dalam
batas aman.
Kata Kunci: Hipertensi, faktor-faktor yang dapat dimodifikasi, Seri Tanjung

Alamat Koresponding: Sariana, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Jl. Palembang Prabumulih KM. 32, Indralaya
Indah Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Email: sariana.c.s.g@gmail.com

202 November 2015


Sariana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2015, 6(3):202-210

PENDAHULUAN dapat dimodifikasi merupakan faktor mutlak


sehingga pencegahan hipertensi tentunya
Dunia sekarang dihadapkan pada
merupakan upaya intervensi yang dapat
double burden desease, di mana penyakit
dilakukan dengan memodifikasi dan
menular masih menjadi masalah kesehatan,
mengontrol faktor risiko yang dapat
namun penyakit tidak menular pun telah
dimodifikasi, yakni faktor diet, aktivitas fisik,
menjadi trend baru bagi masalah kesehatan di
dan penggunaan tembakau. Memodifikasi
Indonesia. Berbagai penyakit tidak menular
faktor-faktor tersebut merupakan cara
yang populer karena kecenderungannya
mengontrol tekanan darah dalam rangka
menjadi penyebab kematian terbesar di
mencegah terjadinya hipertensi.
antaranya ialah penyakit jantung koroner
Beberapa penelitian menunjukkan
(PJK) dan stroke. Kedua penyakit tersebut
bahwa hipertensi mempunyai hubungan
sangat erat hubungannya dengan hipertensi
dengan aktivitas fisik yang tidak aktif,
karena hipertensi merupakan faktor
merokok, konsumsi fast food, konsumsi
intermediet terjadinya beberapa penyakit
garam dan alkohol.7,8 Asupan nutrisi juga
kronis.1 Hipertensi secara definisi ialah
memiliki hubungan dengan hipertensi, di
tekanan darah yang tinggi. Semakin tinggi
antaranya yaitu asupan kolesterol, asupan
tekanan darah, semakin besar kesempatan
lemak, natrium, kalium (potassium) dan
untuk serangan jantung, gagal jantung, stroke
serat.9,10,11,12 Selain asupan nutrisi, kebiasaan
dan penyakit ginjal.2
minum kopi juga kerap diikutsertakan dalam
Prevalensi hipertensi tertinggi di dunia
kejadian hipertensi. Pada sebuah penelitian,
ialah di Afrika, yakni 46% penduduk dewasa;
konsumsi kopi merupakan faktor risiko tidak
sedangkan prevalensi terendah ialah di
bermakna terhadap kejadian hipertensi8.
Amerika, yakni 35% penduduk dewasa.3
Namun, kebiasaan minum kopi meningkatkan
Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup
risiko kejadian hipertensi. Subjek yang
tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sedangkan di
mengkonsumsi kopi 1-2 gelas per hari
Sumatera Selatan sebesar 26,1%.4 Angka
mempunyai risiko 4,11 kali untuk menjadi
tertinggi kasus hipertensi berasal dari
hipertensi dibandingkan dengan subjek yang
Puskesmas Seri Tanjung, yakni sebanyak 173
tidak minum kopi.13
kasus.5
Tingginya kasus hipertensi yang
Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh
menjadi beban baru bagi masalah kesehatan di
kondisi fisiologis tubuh, yang juga
dunia dan Indonesia serta banyaknya kasus
dipengaruhi oleh faktor nutrisi dan pola hidup.
hipertensi di Desa Seri Tanjung, membuat
Menurut konsep Cause of Chronic Disease,
peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
faktor risiko hipertensi digolongkan menjadi
keterlibatan faktor-faktor risiko yang dapat
dua, yakni faktor risiko yang dapat
dimodifikasi (Modifiable Risk Factors) pada
dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak
kejadian hipertensi di Desa Seri Tanjung,
dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang mutlak
Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan
dan tidak dapat dimodifikasi yaitu faktor
Ilir, agar nantinya dapat dijadikan bahan
genetik (hereditas) dan faktor usia. Sedangkan
pertimbangan dan masukan bagi Puskesmas
faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu
Seri Tanjung dan pihak terkait dalam
faktor diet, faktor aktivitas fisik, dan faktor
merencanakan upaya pencegahan dan
penggunaan tembakau.6
pengendalian hipertensi.
Pencegahan hipertensi menjadi salah
satu upaya penting untuk mencegah terjadinya
penyakit kronis. Faktor risiko yang tidak

November 2015 203


Sariana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2015, 6(3):202-210

METODE Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Responden
Penelitian ini adalah penelitian Berdasarkan Karakteristik Individu dan
kuantitatif dengan desain Cross-Sectional Perilaku
menggunakan metode survei analitik. Sampel
penelitian ini berjumlah 76 orang, yang Variabel N=76 %
diambil dengan teknik Purposive Sampling, Usia
Remaja Akhir 15 19,7
dengan kriteria inklusi berusia ≥20 tahun dan Dewasa Awal 26 34,2
tidak sedang mengkonsumsi obat anti- Dewasa Akhir 18 23,7
Lansia Awal 10 13,2
hipertensi dan kriteria eksklusi berusia <20 Lansia Akhir 4 5,3
tahun. Analisis yang dilakukan ialah analisis Manula 3 3,9
univariat, analisis bivariat menggunakan uji Pekerjaan
Pelajar/Mahasiswa 2 2,6
Chi-Square dengan alternatif ujinya, dan Guru 3 3,9
analisis multivariat menggunakan uji Regresi Karyawan/Pegawai 9 11,8
Pedagang/Wiraswasta 15 19,7
Logistik. Penjahit 2 2,6
Data yang dikumpulkan meliputi data Petani 6 7,9
primer dan data sekunder. Data primer ialah Menyulam/Membordir 3 3,9
Supir 1 1,3
data yang diperoleh langsung dari lapangan, Buruh 1 1,3
meliputi data identitas responden, data asupan Tukang Kayu 2 2,6
Ibu Rumah Tangga 30 39,5
energi dan nutrisi, data kebiasaan minum Pengangguran 2 2,6
kopi, data aktivitas fisik, data penggunaan Jenis Kelamin
tembakau dan data tekanan darah. Data Laki-Laki 24 31,6
Perempuan 52 68,4
sekunder ialah data yang diperoleh dari Hereditas
instansi terkait atau penelitian/pendataan yang Tidak Ada 47 61,8
Ada 29 38,2
telah dilakukan oleh pihak lain sebelumnya, Status Hipertensi
meliputi proporsi keterpaparan terhadap Hipertensi 19 25,0
faktor-faktor risiko (variabel yang akan Non-Hipertensi 57 75,0
Penggunaan
diteliti) yang berupa P1 dan P2 untuk setiap Tembakau
variabel yang akan diteliti, serta jumlah kasus Tidak Menggunakan 52 68,4
Menggunakan 24 31,6
hipertensi di Indonesia, Sumatera Selatan, dan Kebiasaan Minum
di Desa Seri Tanjung, Kecamatan Tanjung Kopi
Batu, Kabupaten Ogan Ilir. Tidak Minum Kopi 31 40,8
Minum Kopi 45 59,2
Asupan Energi
HASIL PENELITIAN ≤AKG 67 88,2
>AKG 9 11,8
Hasil analisis univariat terhadap 76 Asupan Natrium
sampel penelitian, ditampilkan pada tabel Potensi Risiko 48 63,2
Aman 28 36,8
distribusi frekuensi, yakni pada Tabel 1. Asupan Lemak
berikut ini: Kurang 18 23,7
Cukup 36 47,4
Lebih 22 28,9
Asupan Serat
Inadequate 76 100,0
Adequate 0 0
Asupan Kalium
Inadequate 76 100,0
Adequate 0 0
Aktivitas Fisik
Kurang Aktif 10 13,2
Aktif 66 86,8

204 November 2015


Sariana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2015, 6(3):202-210

Berdasarkan tabel 1. di atas, dapat memiliki asupan energi yang ≤AKG, asupan
diketahui bahwa mayoritas responden natrium yang termasuk dalam kategori potensi
tergolong dewasa awal, berjenis kelamin risiko dan asupan lemak yang cukup.
perempuan, dominan memiliki pekerjaan Sementara itu, seluruh responden memiliki
sebagai ibu rumah tangga, tidak memiliki asupan serat dan kalium yang inadequate.
faktor hereditas dalam hipertensi, memiliki Analisis bivariat dilakukan
kebiasaan minum kopi, tidak menggunakan menggunakan uji Chi-Square, dengan
tembakau, memiliki aktivitas fisik yang alternative uji Fisher Exact dan Kolmogorov-
tergolong aktif, dan memiliki tekanan darah Smirnov apabila tidak memenuhi syarat. Hasil
yang tergolong non-hipertensi. Dilihat dari uji bivariat ditampilkan pada tabel berikut ini:
sisi asupan nutrisinya, mayoritas responden

Tabel 2.
Faktor-Faktor yang dapat Dimodifikasi dengan Kejadian Hipertensi
di Desa Seri Tanjung Kecamatan Tanjung Batu

Status Hipertensi PR
Variabel Hiper-tensi Non-Hipertensi P value
(95% CI)
n % n %
Asupan Energi
>AKG 3 37,5 5 62,5 0,405 0,627
≤AKG 16 23,5 52 76,5 (0,233-1,692)
Asupan Natrium
Aman 2 7,1 26 92,9 0,006 0,202
Potensi Risiko 17 35,4 31 64,6 (0,050-0,809)
Asupan Lemak
Lebih 3 13,6 19 86,4 Pembanding
Cukup 9 75,0 27 25,0 0,307 2,111 (0,504-8,843)
Kurang 7 61,1 11 38,9 0,077 4,030 (0,861-18,855)
Asupan Serat
Inadequate 19 25,0 57 75,0 - -
Adequate 0 0 0 0
Asupan Kalium
Inadequate 19 25,0 57 75,0 - -
Adequate 0 0 0 0
Kebiasaan minum Kopi
Minum 12 26,7 33 73,3 0,686 0,847 (0,376-1,908)
Tidak 7 22,6 24 77,4
Penggunaan Tembakau
Menggunakan 7 29,2 17 70,8 0,569 0,791
Tidak 12 23,1 40 76,9 (0,357-1,755)
Aktivitas Fisik
Aktif 5 50,0 5 50,0 0,109 0,424
Kurang Aktif 14 21,2 52 78,8 (0,195-0,921)

Tabel di atas menunjukkan bahwa 95% peneliti percaya bahwa di populasi luas,
hanya asupan natrium yang memiliki asupan natrium dalam kategori aman
hubungan signifikan dengan kejadian menurunkan risiko hipertensi sebesar 19,1%
hipertensi di Desa Seri Tanjung (p value= hingga 95%.
0,006; PR=0,202;95% CI 0,050-0,809), dari Hasil uji multivariat menggunakan uji
nilai PR=0,202 dapat diartikan bahwa Regresi Logistik menunjukkan bahwa variabel
responden yang memiliki asupan natrium yang memiliki hubungan kemaknaan paling
dalam kategori aman memiliki risiko 80% kuat dengan kejadian hipertensi di Desa Seri
lebih rendah untuk menjadi hipertensi Tanjung ialah jenis kelamin (p
dibandingkan dengan responden yang value=0,005;PR=21,269) dan asupan natrium
memiliki asupan natrium dalam kategori (p value=0,006;PR=0,054).
potensi risiko. Dengan derajat kepercayaan

November 2015 205


Sariana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2015, 6(3):202-210

PEMBAHASAN mie instan setiap harinya. Kandungan natrium


Hubungan Diet dengan Kejadian dalam mie instan tergolong tinggi.
Hipertensi Berdasarkan observasi peneliti terhadap
beberapa merk mie instan, kandungan natrium
Secara fisiologis, asupan energi yang
dalam mie instan paling rendah sekitar 600-an
meningkat menyebabkan penyimpanan
mg/kemasan saji. Hasil penelitian serupa
glikogen turut meningkat. Hal ini
didukung oleh penelitian sebelumnya yang
mengakibatkan glukosa meningkat sehingga
dilakukan pada masyarakat Etnik
insulin pun meningkat. Meningkatnya insulin
Minangkabau di Kota Padang.15,8 Namun, ada
memicu meningkatnya reabsorbsi natrium.
juga penelitian yang menunjukkan bahwa
Kondisi ini menyebabkan hipertensi.14 Pada
tidak ada keterkaitan antara asupan natrium
penelitian di Desa Seri Tanjung ini, mayoritas
dengan tekanan darah, baik sistolik maupun
responden (89,5%) memiliki asupan energi
diastolik.11
yang <AKG. Dengan kondisi tersebut, tidak
Proporsi energi dari lemak yakni 20%
terdapat hubungan antara asupan energi
dan tidak boleh melebihi 35% dari total
dengan kejadian hipertensi. Pada penelitian
konsumsi energi (WNPG, 2004; IOM,
sebelumnya, mayoritas responden memiliki
2002/2005). Asupan lemak yang tinggi
asupan energi yang cukup, sisanya memiliki
menyebabkan peningkatan kadar lipid serum
asupan energi yang lebih.15 Dengan trend
dalam darah. Kondisi ini apabila terjadi secara
data yang mirip seperti ini, tidak adanya
terus menerus akan menyebabkan terjadinya
hubungan antara asupan energi dengan
aterosklerosis. Aterosklerosis menyebabkan
kejadian hipertensi dimungkinkan karena
penyempitan pembuluh darah sehingga
asupan energi responden belum termasuk
berdampak pada meningkatnya tekanan
dalam kategori berisiko lebih atau lebih.
darah.20 Penelitian di Desa Seri Tanjung ini
Dengan begitu, tidak ada asupan lemak yang
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara
bersumber dari kelebihan energi serta tidak
asupan lemak dengan kejadian hipertensi. Hal
terjadinya lonjakan glukogen yang drastis,
ini dikarenakan mayoritas responden memiliki
yang dapat berakibat pada meningkatnya
asupan lemak yang cenderung cukup,
kadar insulin sehingga peningkatan reabsorbsi
sehingga hubungan kedua variabel ini tidak
natrium dapat dihindari.
dapat terdeteksi secara statistik. Hasil dari
Natrium berfungsi menjaga
penelitian ini didukung oleh penelitian
keseimbangan cairan ekstraseluler. Apabila
sebelumnya yang juga menunjukkan tidak
konsumsi natrium meningkat secara
adanya hubungan asupan lemak dengan
berlebihan, akan timbul rasa haus yang
hipertensi.16 Hasil dari penelitian ini berbeda
menyebabkan orang minum air sedemikian
dengan penelitian-penelitian lainnya yang
banyak hingga konsentrasi natrium dalam
menunjukkan adanya hubungan yang
darah kembali normal. Dengan begitu, volume
signifikan antara asupan lemak dengan
darah akan meningkat dan tekanan darah juga
hipertensi.12,10
akan meningkat sebagai mekanisme untuk
Serat mempunyai peran penting dalam
meningkatkan ekskresi natrium agar kadarnya
melancarkan saluran dan proses pencernaan
dalam darah kembali normal.19 Pada
makanan. Konsumsi serat yang kurang
penelitian ini, asupan natrium memiliki
cenderung meningkatkan peluang terjadinya
hubungan yang bermakna dengan kejadian
obesitas. Serat juga dapat memberikan
hipertensi (p value= 0,006). Hal ini selaras
pengaruh protektif karena menimbulkan efek
dengan data yang diperoleh di lapangan,
penurunan kadar lipid dalam darah.20 Pada
bahwa mayoritas responden memiliki
penelitian di Desa Seri Tanjung ini, seluruh
frekuensi yang rutin dalam mengkonsumsi
responden memiliki asupan serat yang tidak

206 November 2015


Sariana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2015, 6(3):202-210

adekuat sehingga secara statistik tidak dapat penyebab yang mungkin menyamarkan
dideteksi ada atau tidaknya hubungan asupan hubungan asupan kalium dengan kejadian
serat dengan kejadian hipertensi. hipertensi.
Kecenderungan pola asupan serat pada Kafein dapat menyebabkan
keseluruhan responden dalam penelitian ini vasokonstriksi sehingga dapat mempengaruhi
sangat dimungkinkan karena karakteristik efek peningkatan tekanan darah. Orang yang
responden cenderung homogen, terutama biasa minum kopi dengan dosis kecil
secara sosial dan ekonomi. Dengan pekerjaan mempunyai kemampuan adaptasi yang rendah
mayoritas responden sebagai ibu rumah terhadap efek kafein yang terkandung di
tangga, pedagang kecil dan petani karet, dalam kopi.8 Berdasarkan hal tersebut, dapat
membuat responden memiliki pola makan disimpulkan bahwa jumlah takaran kopi
yang cenderung rendah serat. Terbukti ketika berbanding lurus dengan kemampuan adaptasi
dilakukan 24 hour-food recall, mayoritas terhadap efek kafein yang terkandung di
responden hanya mengkonsumsi beberapa dalamnya. Pada penelitian di Desa Seri
sendok sayuran dan hanya sebagian kecil yang Tanjung ini, ternyata tidak ditemukan adanya
mengkonsumsi buah. Hal tersebut dapat hubungan antara kebiasaan minum kopi
menjadi referensi mengapa asupan serat pada dengan kejadian hipertensi. Hal ini didukung
responden masih belum adekuat. Hasil dari oleh penelitian Mannan, yang juga
penelitian ini berbeda dengan penelitian menghasilkan bahwa tidak adanya hubungan
sebelumnya yang menunjukkan bahwa ada kebiasaan minum kopi dengan kejadian
hubungan terbalik antara asupan serat dengan hipertensi.8 Responden di Desa Seri Tanjung
kejadian hipertensi.16,10 mayoritas tidak pernah minum kopi dan
Kalium mempunyai fungsi utama sebagian besar lainnya memiliki kebiasaan
dalam mempertahankan keseimbangan cairan minum kopi setiap hari dengan frekuensi >1
intrasel, mempengaruhi irama jantung, dan gelas/hari. Responden yang sama sekali tidak
berperan dalam pengaturan kepekaan saraf pernah minum kopi otomatis tidak terpapar
dan otot. Sumber kalium di antaranya yaitu efek kafein dan dapat menghindari efek kafein
daging, ikan, unggas, tepung, buah-buahan tanpa perlu beradaptasi. Pada responden yang
dan sayuran.14 Kebutuhan minimal kalium memiliki kebiasaan minum kopi setiap hari
untuk usia dewasa dinyatakan dalam Adiquate dengan frekuensi >1 gelas/hari, kemampuan
Intake, yakni minimal sebanyak 2000 mg/hari. adaptasinya terhadap efek kafein sudah
Asupan Kalium yang tidak adekuat dapat cenderung baik. Dua kelompok mayoritas
menyebabkan denyut jantung yang tidak responden tersebut menjadi sebuah bahan
teratur dan menurunkan kapasitas pompa pertimbangan mengapa hubungan kebiasaan
darah.21 Dari penelitian di Desa Seri Tanjung minum kopi dengan hipertensi tidak nampak
ini tidak diperoleh adanya hubungan yang pada penelitian ini. Penelitian sebelumnya
signifikan antara asupan kalium dengan mengenai hubungan antara kebiasaan minum
kejadian hipertensi. Hal ini didukung oleh kopi dengan kejadian hipertensi menunjukkan
penelitian sebelumnya yang juga tidak adanya hubungan antara kebiasaan minum
menemukan hubungan antara asupan kalium kopi dengan kejadian hipertensi.17,13
dengan hipertensi15. Namun, penelitian lain Kebiasaan minum kopi pada level ringan
menunjukkan adanya hubungan antara asupan hingga sedang memiliki hubungan dengan
kalium (potassium) dengan kejadian kejadian hipertensi, sedangkan kebiasaan
10
hipertensi. Peneliti berasumsi bahwa minum kopi pada level berat (>3 gelas/hari)
karakteristik responden yang cenderung tidak menunjukkan adanya hubungan dengan
homogen dan kecenderungan tingginya kejadian hipertensi17. Sementara itu,
asupan natrium pada responden menjadi penelitian lainnya menghasilkan bahwa subjek

November 2015 207


Sariana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2015, 6(3):202-210

dengan kebiasaan minum kopi 1-2 gelas/hari fisik dengan kejadian hipertensi. Mayoritas
mempunyai risiko 4,11 kali untuk menjadi responden telah memiliki aktivitas fisik yang
hipertensi dibandingkan dengan subjek yang tergolong aktif. Namun penelitian-penelitian
tidak minum kopi13. sebelumnya menunjukkan bahwa aktivitas
fisik mempunyai hubungan dengan kejadian
Hubungan Penggunaan Tembakau dengan hipertensi.7,8,10 Homogenitas data aktivitas
Kejadian Hipertensi responden mungkin menjadi penyebab
tersamarnya hubungan antara aktivitas fisik
Tembakau menyebabkan peningkatan
dengan kejadian hipertensi. Di samping itu,
tekanan darah akut, namun peluang hipertensi
responden yang mayoritas bekerja sebagai
dari penggunaan tembakau dalam jangka
pekerja kasar (ibu rumah tangga, petani,
panjang belum terekam dalam penelitian ini.18
pedagang) telah terbiasa melakukan aktivitas
Penelitian di Desa Seri Tanjung ini tidak
fisik yang tergolong aktif setiap harinya, dan
menemukan adanya hubungan antara
mayoritas dari mereka memiliki tekanan darah
penggunaan tembakau dengan kejadian
yang tergolong normal. Hal tersebut dapat
hipertensi. Berbeda dengan penelitian ini,
menjadi salah satu alasan mengapa secara
penelitian sebelumnya menunjukkan hasil
aktivitas fisik, tidak ada hubungannya dengan
bahwa terdapat hubungan antara perilaku
kejadian hipertensi di Desa Seri Tanjung.
merokok dengan kejadian hipertensi.7,8
Namun salah satu penelitian sebelumnya juga Faktor yang Paling Dominan terhadap
menghasilkan bahwa kebiasaan merokok dan Kejadian Hipertensi di Desa Seri Tanjung
kebiasaan mengunyah tembakau tidak
menunjukkan hubungan langsung dengan Hasil uji Regresi Logistik menunjukkan
hipertensi.18 Hal ini dimungkinkan karena bahwa ternyata variabel jenis kelamin menjadi
mayoritas responden tidak menggunakan faktor yang paling dominan pada kejadian
tembakau, baik dalam bentuk rokok maupun hipertensi di Desa Seri Tanjung dan memiliki
tembakau yang dikunyah. Selain itu, yang hubungan yang bermakna secara statistik.
menjadi kelompok terbanyak kedua setelah itu Variabel jenis kelamin merupakan faktor yang
ialah responden yang mempunyai kebiasaan tidak dapat dimodifikasi dalam kejadian
merokok setiap hari sehingga tubuhnya telah hipertensi. Setelah jenis kelamin, asupan
memiliki semacam toleransi terhadap efek natrium merupakan satu-satunya dari faktor-
dari penggunaan tembakau itu sendiri. faktor risiko yang dapat dimodifikasi, yang
Frekuensi jenis kelamin responden pada memiliki hubungan signifikan dengan
penelitian ini sebagian besar perempuan. hipertensi di Desa Seri Tanjung. Maka dari
Responden perempuan pada penelitian ini itu, dapat diartikan bahwa faktor risiko
seluruhnya tidak mempunyai kebiasaan dominan yang dapat dimodifikasi pada
merokok dan hanya sedikit sekali yang masih kejadian hipertensi di Desa Seri Tanjung ialah
memiliki kebiasaan mengunyah tembakau. asupan natrium. Hal ini dapat menjadi bahan
Hal ini menjadi kemungkinan penyebab masukan atau pertimbangan bahwa untuk
mengapa hubungan penggunaan tembakau menurunkan angka kejadian hipertensi di
dengan hipertensi tidak nampak pada Desa Seri Tanjung dapat dilakukan dengan
penelitian ini. memodifikasi asupan natrium masyarakat
setempat agar tidak melampaui batas aman
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian sehingga secara tidak langsung juga akan
Hipertensi memodifikasi dampak asupan di usia yang
lebih tua.
Berdasarkan penelitian ini tidak
ditemukan adanya hubungan antara aktivitas

208 November 2015


Sariana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2015, 6(3):202-210

Untuk Puskesmas Seri Tanjung, perlu


KESIMPULAN DAN SARAN digalakkan sosialisasi mengenai pentingnya
Faktor yang dapat dimodifikasi pada memeriksakan tekanan darah secara rutin
kejadian hipertensi di Desa Seri Tanjung ialah minimal sebulan sekali, serta pentingnya
asupan natrium, dengan variabel jenis kelamin membudayakan Kadarzi dan menerapkan
sebagai faktor yang tidak dapat dimodifikasi. PUGS dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA http://repository.unhas.ac.id. [27 April


2014]. 2012.
1. WHO. Chronic Disease and Their 9. Marini et.al. ‘Gambaran Faktor Risiko
Common Risk Factors. Didownload dari: yang Dapat Dimodifikasi pada Penderita
http://www.who.int. [23 April 2014]. Hipertensi Rawat Jalan di Poli Penyakit
2005. Dalam’. Didownload dari: http://online-
2. U.S. Department of Health and Human journal.unja.ac.id. [27 April 2014]. 2013.
Services. The Seventh Report of The 10. Nugraheni, S.A., Meilina Suryandari dan
Joint National Comittee (JNC) on Ronny Aruben. ‘Pengendalian Faktor
Prevention, Detection, Evaluation, and Determinan sebagai Upaya
Treatment of High Blood Pressure. NIH Penatalaksanaan Hipertensi di Tingkat
Publication. Didownload dari: Puskesmas’, Jurnal Manajemen
http://www.nhlbi.nih.gov. [27 Februari Pelayanan Kesehatan, vol. 11, no. 04, pp.
2014]. 2003. 185-191. Didownload dari:
3. WHO. A Global Brief on Hypertension. http://journal.ugm.ac.id. [27 April 2014].
Didownload dari: http://www.who.int. 2008.
[28 Januari 2014]. 2013. 11. Apriany, Rista Emiria. Asupan Protein,
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Lemak Jenuh, Natrium, Serat dan IMT
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Terkait dengan Tekanan Darah Pasien
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang,
Jakarta. Didownload dari: [Artikel Penelitian]. Program Studi Ilmu
http://labdata.litbang.depkes.go.id. [22 Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Mei 2014]. Diponegoro, Semarang. Didownload
5. Puskesmas Seri Tanjung. LB1 Bulan dari: http://eprints.undip.ac.id. [27 April
Desember 2013. Seri Tanjung. 2014]. 2012.
6. WHO. Chronic Disease and Their 12. Kapriana, Martalina Tri. Asupan Tinggi
Common Risk Factors. Didownload dari: Lemak dan Aktivitas Olahraga Sebagai
http://www.who.int. [23 April 2014]. Faktor RisikoTerjadinya Hipertensi
2005. Obesitik pada Remaja Awal, [Artikel
7. Thawornchaisit, Prasutr, et.al.’Health Penelitian]. Program Studi Ilmu Gizi
Risk Factors and The Incidence of Fakultas Kedokteran Universitas
Hypertension: 4-Year Prospective Diponegoro, Semarang. Didownload
Findings From A National Cohort of 60 dari: http://eprints.undip.ac.id. [27 April
569 Thai Open University Students’, 2014]. 2012.
BMJ Open, vol. 3, pp. 1-10. Didownload 13. Martiani, Ayu. Faktor Risiko Hipertensi
dari: http://bmjopen.bmj.com. [25 April Ditinjau dari Kebiasaan Minum Kopi,
2014]. 2013. [Artikel Penelitian]. Program Studi Ilmu
8. Mannan, Hasrin, Wahiduddin dan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Rismayanti. Faktor Risiko Kejadian Diponegoro, Semarang. Didownload
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas dari: http://eprints.undip.ac.id. [27 April
Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2014]. 2012.
2012, [Artikel Penelitian]. Bagian 14. Yudiastuti, Ari. Gizi dan Kesehatan.
Epidemiologi Fakultas Kesehatan Graha Ilmu, Yogyakarta. 2008.
Masyarakat Universitas Hasanuddin 15. Handayani, Yessy Nur dan Ratu Ayu
Makassar. Didownload dari: Dewi Sartika. ‘Hipertensi pada Pekerja

November 2015 209


Sariana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2015, 6(3):202-210

Perusahaan migas X di Kalimantan http://circ.ahajournals.org. [24 April


Timur, Indonesia’, Makara Seri 2014]. 1992.
Kesehatan, vol. 17, no. 1, pp. 26-32. 18. Hazarika, NC. et.al. ‘Hypertension in the
Didownload dari: http://journal.ui.ac.id. Elderly Population of Assam’, Journal of
[27 April 2014]. 2013. Association of Physicians of India, vol.
16. Jannah, Mifthahul et.al. ‘Perbedaan 51. Ddidownload dari: http://japi.org. [20
Asupan Natrium dan Kalium pada Juli 2014]. 2003.
Penderita Hipertensi dan Normotensi 19. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu
Masyarakat Etnik Minangkabau di Kota Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,
Padang’, Jurnal Kesehatan Andalas, no. Jakarta. 2010.
2, vol. 3. Didownload dari: 20. Beck, Mary E. Ilmu Gizi dan Diet
http://jurnal.fk.unand.ac.id. [25 April Hubungannya dengan Penyakit-Penyakit
2014]. 2013. untuk Perawat & Dokter. Yayasan
17. Ascherio, Alberto et.al. ‘A Prospective Essentia Medica (YEM), Yogyakarta.
Study of Nutritional Factors and 2000.
Hypertension Among US Men’, 21. Wardlaw, Gordon M. et.al. Perspectives
Circulation, vol. 86, pp. 1475-1484. in Nutrition, Sixth Edition. McGraw-Hill,
Didownload dari: New York. 2004.

210 November 2015

You might also like