You are on page 1of 41

BAB III.

KEBERAGAMAN DALAM HIDUP BERMASYARAKAT


A. KEBERAGAMAN SEBAGAI REALITAS ASALI KEHIDUPAN
MANUSIA

Kompetensi Dasar
3.3 Memahami kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anugerah Allah
4.3 Mensyukuri kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anguerah Allah
Indikator
 Menjelaskan keberagaman, kemajemukan bangsa manusia di Indonesia berdasarkan semboyan negara
Bhineka Tunggal Ika
 Menjelaskan peluang-peluang dan tantangan atas realitas keberagaman pada bangsa Indonesia.
 Menganalisis ajaran Kitab Suci tentang keberagaman bangsa manusia menurut Kej 35:1-15 dan Yoh 4:1- 42
 Menganalisis ajaran Gereja tentang keberagaman bangsa manusia berdasarkan Nostra Aetate art..5 dan
Gaudim et Spes art.24
Doa Pembuka
Allah, Bapa kami, Engkau telah menciptakan alam semesta sebagai kediaman bagi umat manusia. Tatkala
umat pilihan-Mu hidup terlunta-lunta di pengasingan, Engkau membebaskan mereka dan menghantar ke tanah
terjanji. Tanah air yang subur dan berlimpahan susu serta madu. Engkau pun memberikan tanah air kepada kami.
Bapa, kami bersyukur atas tanah air kami yang luas dengan isinya yang beraneka ragam: lautan dengan ribuan
pulau, gunung dan daratan, hutan dan belantara; semuanya menyemarakkan tanah air kami. Kami bersyukur atas
ratusan suku dan aneka budaya serta bahasa yang Kau himpun menjadi satu bangsa dan satu bahasa. Kami mohon
berkat-Mu bagi semua yang mendiami tanah air ini. Semoga kami semua berusaha memelihara dan memajukannya.
Bebaskanlah tanah air kami dari bahaya: bencana alam, kelaparan, perang, dan wabah penyakit. Semoga kami
semua tekun membangun tanah air kami demi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh bangsa. Bantulah kami
mewujudkan tanah air yang adil, makmur, aman, damai dan sejahtera, sehingga tanah air yang kami diami di dunia
ini selalu mengingatkan kami akan tanah air surgawi, tempat kami akan berbahagia abadi bersama Dikau. Semua
ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Mengamati Keanekaragaman dan Kesatuan Bangsa Indonesia
a. Menyadari Keanekaan Kita
Kemajemukan adalah ciri asli dari kehidupan manusia di dunia ini. Tuhan menciptakan umat manusia dalam
keperbedaan yang tak terhindarkan. Maka, kemajemukan merupakan keadaan yang tak terhindarkan. Orang harus
belajar mengambil sikap yang tepat dan belajar bertindak secara arif untuk biasa hidup dan membangun masyarakat
dalam keanekaan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk. Kemajemukan ini tampak dalam
berbagai bentuk, antara lain: agama, suku, bahasa, adat-istiadat, dan sebagainya. Contoh keanekaragaman ini dapat
disebut lebih banyak lagi. Namun, hal yang terpenting ialah menyadari bahwa bangsa Indonesia ini adalah bangsa
yang multi kultur bukan suatu bangsa monokultur.
b. Menyadari Kesatuan Kita
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural yang berciri keanekaragaman dalam aspek-aspek kehidupan.
Keanekaragaman itu juga diterima dan dihayati dalam satu kesatuan sebagai bangsa. Suku yang berasal dari ribuan
pulau dengan budaya, adat-istiadat, bahasa, dan agama yang berbeda-beda itu, semuanya mengikrarkan diri sebagai
satu bangsa satu bahasa dan satu tanah air Indonesia. Bangsa Indonesia yang berbeda-beda itu selain diikat oleh
satu sejarah masa lampau yang sama, yakni penjajahan oleh bangsa asing dalam kurun waktu yang panjang, juga
diikat oleh satu cita-cita yang sama yakni membangun masa depan bangsa yang berketuhanan, berperikemanusiaan,
bersatu, berkeadilan, dan berdaulat. Berdasarkan pemahaman seperti itu, maka setiap individu mempunyai hak dan
kewajiban yang sama. Suku yang satu tidak lebih diunggulkan dari suku lain, agama yang satu tidak mendominasi
agama lain. Kodrat bangsa Indonesia memang berbeda-beda dalam kesatuan. Hal tersebut dirumuskan dengan
sangat bijak dan tepat oleh bangsa Indonesia, yakni “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti beranekaragaman atau
berbeda-beda namun satu. Kenyataannya keberadaan bangsa Indonesia memang berbeda-beda namun tetap satu
bangsa. Bangsa yang utuh dan bersatu serta yang berbeda-beda itu adalah saudara sebangsa dan setanah air.
Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 menegaskan kita adalah satu nusa, satu bangsa,
satu bahasa Indonesia.
c. Kesatuan tidak sama dengan keseragaman
Dalam sejarah bangsa kita terdapat gejala-gejala dari rezim tertentu (ORBA) yang mencoba menekan
keanekaragaman bangsa ini dan mencoba menggiring bangsa kita kepada keseragaman demi stabilitas.
Kebhinnekatunggalikaan itu bukan hal yang sudah selesai, tuntas sempurna, dan statis, tetapi perlu terus-
menerus dipertahankan, diperjuangkan, diisi, dan diwujudkan terus-menerus. Menjaga kebhinnekaan, keutuhan,
kesatuan, dan keharmonisan kehidupan merupakan panggilan tugas bangsa Indonesia. Keberagaman adalah
kekayaan, sedang kesatuan persaudaraan sejati adalah semangat dasar. Kehidupan yang berbeda-beda itu harus
saling menyumbang dalam kebersamaan dan kesejahteraan bersama.
Mendalami Tantangan terhadap “Bhinneka Tunggal Ika”
a. Kasus kekerasan bernuansa agama menimpa bapak Julius Felicianus dan sejumlah umat katolik yang sedang
berdoa rosario di Desa Tanjungsari, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Kamis (29/5/14). Kasus
tersebut menunjukan bahwa ada kelompok tertentu, sesama anak bangsa belum menghayati keberagaman atau
pluralitas yang menjadi ciri hakiki bangsa Indonesia.
b. Indonesia, salah satu negara dengan keanekaragaman budaya, bahasa, agama, dan lain sebagainya. Namun, tak
jarang kita melihat perbedaan itu menjadi salah satu alasan adanya kekerasan di negeri ini. Mulai dari isu suku,
agama, dan lain-lain. Pribadi atau kelompok tertentu di negeri ini yang intoleran atau tidak toleran cenderung
menggunakan cara-cara kekerasan, entah melalui teror, penganiayaan, pengrusakan fasilitas rumah ibadat.
Mereka berpikir bahwa seolah-olah kelompok mereka yang paling benar.
c. Salah satu alasan ialah bahwa ada suku/daerah atau pemeluk agama tertentu merasa diperlakukan secara tidak
adil. Jika orang, suku, etnis, atau pemeluk agama tertentu diperlakukan secara tidak adil, maka akan muncul
semangat primordialisme dan fanatisme suku atau agama, yang dapat menjurus kepada tuntutan untuk
memisahkan diri dari suatu lembaga, bahkan negara.
d. Ketidakadilan di bidang politik dan ekonomi, mungkin juga budaya yang secara berlarut-larut terjadi di beberapa
wilayah konflik dapat memunculkan bahaya disintegrasi bangsa.
e. Tuhan menciptakan kita berbeda, bukan agar kita terpecah belah. Tapi kita sendiri yang membuat perbedaan itu
menjadi kelemahan, dan membuat kita terpecah belah. Dahulu, para pejuang kemerdekaan dari berbagai macam
suku serta agama bersatu demi kemerdekaan Indonesia. Di dunia ini tak ada yang sempurna, kesempurnaan itu
bukan tidak mungkin kalau kita mau bersatu. Meskipun berbeda suku, berbeda agama, kita harus bersatu.
Semboyan Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti “Berbedabeda tetapi tetap satu”.
Keanekaragaman dan Kesatuan Suatu Bangsa dalam Terang Iman Kristiani
1. Mendalami Ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja
Kejadian 35:1-15
Yohanes 4:1- 42
a) Pada saat Mesias datang, bangsa Yahudi sudah dijajah oleh bangsa Romawi, karena mereka lemah dan
terpecah belah. Ketika Yesus ingin mempersatukan mereka dalam suatu Kerajaan dan Bangsa yang baru yang
bercorak rohani, Yesus mengeluh bahwa betapa sulit untuk mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-
anak ayam yang kehilangan induknya .
b) Yesus bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti orang-orang Samaria.
Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog Yesus dengan wanita Samaria sumur Yakob.
c) Bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah orang asing, baik dari sisi adat-istiadat maupun agamanya. Dalam
praktek hidup seharihari pada zaman Yesus, antara orang Yahudi dan orang Samaria terjadi permusuhan.
Orang Yahudi menganggap orang Samaria tidak asli Yahudi, tetapi setengah kafir. Akibatnya, mereka tidak
saling menyapa dan selalu ada perasaan curiga. Yang menarik untuk direnungkan adalah kesediaan Yesus
menyapa perempuan Samaria dan menerimanya. Dalam perbincangan dengan perempuan Samaria itu, Yesus
menuntun perempuannya sampai pada kesadaran akan iman yang benar. Bagi Yesus siapa pun sama,
perempuan Samaria bagi Yesus adalah sesama yang sederajat. Yesus tidak pernah membedakan manusia
berdasar atas suku, agama, golongan, dan sebagainya. Di mata Tuhan tidak ada orang yang lebih mulia atau
lebih rendah. Tuhan memberi kesempatan kepada siapa pun untuk bersaudara. Tuhan menyatakan diri-Nya
bukan hanya untuk suku/golongan tertentu, tetapi untuk semua orang.
b. Mendalami ajaran Gereja
Setelah mendalamai pesan Kitab Suci, guru mengajak peserta didik untuk menyimak dan mendiskusikan
ajaran Gereja berikut ini: “Tetapi kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua orang, bila terhadap orang-
orang tertentu, yang diciptakan menurut citra kesamaan Allah, kita tidak mau bersikap sebagai saudara. Hubungan
manusia dengan Allah Bapa dan hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat, sehingga Alkitab
berkata: “Barang siapa tidak mencintai, ia tidak mengenal Allah” (1Yoh 4:8). Jadi tiadalah dasar bagi setiap teori
atau praktik, yang mengadakan pembedaan mengenai martabat manusia serta hak-hak yang bersumber padanya
antara manusia dan manusia, antara bangsa dan bangsa. Maka Gereja mengecam setiap dikriminasi antara orang-
orang atau penganiayaan berdasarkan keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau agama, sebagai berlawanan
dengan semangat kristus. Oleh karena itu Konsili suci, mengikuti jejak para Rasul kudus Petrus dan Paulus,
meminta dengan sangat kepada Umat beriman kristiani, supaya bila ini mungkin “memelihara cara hidup yang baik
diantara bangsa-bangsa bukan Yahudi” (1Ptr 2:12), dan sejauh tergantung dari mereka hidup dalam damai dengan
semua orang[13], sehingga mereka sungguh-sungguh menjadi putera Bapa di sorga”. (NA.5)
(Sifat kebersamaan panggilan manusia dalam rencana Allah) Allah, yang sebagai Bapa memelihara semua
orang, menghendaki agar mereka semua merupakan satu keluarga, dan saling menghadapi dengan sikap
persaudaraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut gambar Allah, yang “menghendaki segenap bangsa
manusia dari satu asal mendiami seluruh muka bumi” (Kis 17:26). Mereka semua dipanggil untuk satu tujuan yang
sama, yakni Allah sendiri. Oleh karena itu cinta kasih terhadap Allah dan sesama merupakan perintah yang pertama
dan terbesar. Kita belajar dari Kitab suci, bahwa kasih terhadap Allah tidak terpisahkan dari kasih terhadap sesama:
“… sekiranya ada perintah lain, itu tercakup dalam amanat ini: Hendaknya engkau mengasihi sesamamu seperti
dirimu sendiri … jadi kepenuhan hukum ialah cinta kasih” (Rom 13:9-10; lih. 1Yoh 4:20). Menjadi makin jelaslah,
bahwa itu sangat penting bagi orang-orang yang semakin saling tergantung dan bagi dunia yang semakin bersatu.
Bahkan ketika Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, supaya “semua orang menjadi satu …, seperti kita pun satu”
(Yoh 17:21-22), dan membuka cakrawala yang tidak terjangkau oleh akalbudi manusiawi, ia mengisyaratkan
kemiripan antara persatuan Pribadi-Pribadi ilahi dan persatuan putera-puteri Allah dalam kebenaran dan cinta
kasih. Keserupaan itu menampakkan, bahwa manusia, yang di dunia ini merupakan satu-satunya makhluk yang
oleh Allah dikehendaki demi dirinya sendiri, tidak dapat menemukan diri sepenuhnya tanpa dengan tulus hati
memberikandirinya” (GS.24)

I. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT ( a, b, c, d atau e )


1 Menjaga kebhinekaan, keutuhan, kesatuan, dan keharmonisan kehidupan merupakan panggilan
tugas bangsa Indonesia. Sebab keberagaman adalah...
a. Salah satu cara untuk menggulingkan kekuatan bangsa lain
b. Keindahan untuk saling berdeplomasi meskipun berakhir dengan kerusuhan
c. Modal utama untuk meningkatkan keserakahan bangsa
d. Anugerah Allah sehingga dapat dilakukan sebagai kekayaan bangsa kita
e. Sesuatu yang tidak berfungsi maka tidak perlu didebatkan
2 Sikap positif umat Kristiani dalam masyarakat majemuk adalah...
a. Semua orang Katolik tertutup terhadap kemajemukan
b. Allah hanya menghendaki satu agama dan satu kepercayaan
c. Kemajemukan bangsa Indonesia bagi orang Katolik merupakan suatu sakrelegi
d. Umat Katolik/Kristiani tidak pernah berpikir masalah kemajemukan
e. Setiap orang harus berani menerima perbedaan sebagai suatu rahmat
3 Pengalaman sejarah dalam Perjanjian Lama bahwa...
a. Saat bangsa Israel bersatu maka bangsanya dijajah oleh bangsa Mesir
b. Ketika bangsa Israel menuju tanah terjanji mengalami perpecahan namun jaya
c. Perpecahan bangsa Israel merupakan kehendak Allah sendiri
d. Allah menghendaki agar bangsa Israel juga menjajah bangsa Mesir
e. Kesatuan dan persatuan bangsa akan menjadikan bangsa Israel mencapai kejayaan
4 Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bila kita menyanyikan lagu lagu Nasional lagu Satu
Nusa Satu Bangsa,yang senantiasa perlu kita maknai adalah…
a Kita ingat bahwa lagu itu produk Sumpah D Ingat tanggal 28 Oktober sebagai hari bahasa
Pemuda
b Menyadari betapa pentingnya Sumpah E Memaknai kebhinekaan dan kesatuan bangsa
Pemuda
c Menerima dan menghargai sesama
5 Pada saat ini banyak para pemuda yang semangat nasionalismenya memudar. Hal ini disebabkan
oleh...
a. Pendidikan para pemuda Indonesia sudah cukup tinggi dan rajin berdoa
b. Bangsa lain yang selalu memperbudak bangsa Indonesia
c. Anak-anak muda sudah banyak yang sekolah di luar negeri
d. Banyak para pemuda yang menikah dengan bangsa lain
e. Tidak ada motivasi yang kuat untuk mencintai bangsa dan tanah air
6 Sebagai orang beriman, kemajemukan Bangsa Indonesia perlu kita syukuri, dan juga perlu disikapi
dengan bijaksana, yaitu misalnya dengan membiasakan diri untuk hidup membangun...
a Sikap disiplin dan tertib d Sikap jujur
b Masyarakat dalam keanekaragaman e Sikap bertanggung jawab
c Sikap tenggang rasa
7 Dalam situasi dan kemajemukan ini sebagai warga negara yang baik. Kita perlu selalu memupuk dan
menjaga semangat persatuan dan kesatuan supaya tidak terjadi adanya ...
a Sikap Diskriminatif d Disintegrasi bangsa
b Kekuasaan yang otoriter e Saling curiga di masyarakat
c Perpecahan kelompok
8 Berikut bukanlah cara untuk mengupayakan Satu Bangsa dalam keanekaragaman yaitu ...
a Hidup rendah hati d Bersikap saling menghargai dan tenggang rasa
b Menggalang semangat toleransi e Membatasi diri dalam pergaulan di masyarakat
c Memupuk rasa solidaritas
9 Sikap toleransi perlu dikembangkan dalam kehidupan masyarakat baik dalam kaitannya dengan agama
maupun budaya terutama dalam rangka ...
a Memicu pertumbuhan ekonomi d Memajukan kehidupan bersama
b Mewujudkan kerukunan hidup e Mempercepat proses pembangunan
c Menghadapi pengaruh global
10 Salah satu cara memupuk semangat nasionalisme di kalangan pelajar adalah dengan tertib mengikuti
a Ekstra kurikuler di sekolah d Upacara bendera
b Peraturan-peraturan yang berlaku e Nasehat yang baik dari guru-guru
c Jam pelajaran di sekolah
II. JAWABLAH PERTANYAAN-PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN JAWABAN YANG BENAR
1. Apa semboyan yang terdapat pada “Burung Garuda” itu?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
2. Apa arti semboyan tersebut?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
3. Sebutkan aneka perbedaan dan contoh kebhinnekaan yang ada diIndonesia!
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
4. Dari mana asal keanekaan itu!
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
5. Bagaimana cara kita menerapkan, menghayati semboyan-semboyannegara kita dalam hidup sehari-hari!
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------
B. MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN
DAN PERSATUAN BANGSA

Kompetensi Dasar
3.3 Memahami kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anugerah Allah
4.3 Mensyukuri kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anguerah Allah
Indikator
• Menganalisis konflik-konflik sosial yang terjadi di Indonesia berdasarkan sebuah kasus pertikaian antar-suku.
• Menganalisis ajaran Kitab Suci tentang perdamaian dan persatuan menurut Yesaya 11:1-9; Mateus 5:9. 21-25;
Roma 5:1-21.
• Menganalisis ajaran Gereja tentang perdamaian dan persatuan, menurut GS.1 dan GS.78.
Doa Pembuka
Allah Bapa di Surga, Kami bersyukur atas berkat-Mu bagi negeri kami yang kaya akan suku, agama dan
budaya. Semoga bangsa yang penuh keanekaragaman ini hidup bersatu padu, saling menghargai satu dengan yang
lain sehingga terciptalah perdamaian sejati di antara kami. Semoga melalui firman-Mu yang kami dengar pada
kegiatan pembelajaran ini, kami dapat menjadi pembawa damai bagi bangsa dan negara yang kami cintai ini. Doa
ini kami satukan dengan doa yang diajarkan Yesus Kristus Putra-Mu. Bapa kami....
 Sumber-sumber terjadinya konflik di masyarakat yang mengancam persatuan dan kesatuan sebagai warga
masyarakat dan negara.
1) Kasus perang antar-suku di Papua, hanyalah salah satu contoh kasus konflik antar masyarakat, antaretnis,
antaragama, di Indonesia. Hal itu tidak perlu terjadi apabila masyarakat menjunjung nilai-nilai persaudaraan,
sesuai yang diajarkan oleh setiap agama dan budaya di Indonesia.
2) Kemajemukan atau keanekaragaman (suku/etnis, agama, budaya, dll) masyarakat Indonesia, dapat menimbulkan
kerawanan akan konflik. Masalah yang sepele yang terjadi antardua orang yang kebetulan berbeda agama dapat
memicu konflik antarsuku atau antaragama. Tetapi dalam bangsa majemuk seperti Indonesia, sebenarnya juga
terdapat potensi yang luar biasa. Ketika kebudayaan dari berbagai suku dikelola dengan baik akan menghasilkan
khasanah budaya bangsa yang luar biasa. Ketika semua umat beragama dapat hidup berdampingan dengan
semangat toleransi yang tinggi, tentu akan menghasilkan kehidupan yang indah, saling memberdayakan dan
saling menghormati dalam kehidupan yang demokratis.
3) Kata kunci dalam mengelola konflik (conflict management) adalah bagaimana kita hidup berdampingan dalam
keanekaragaman tetapi tetap memiliki semangat persatuan; dalam kerangka NKRI. Selama kita memiliki
semangat Bhinneka Tunggal Ika, dalam menghadapi konflik akan tetap mengedepankan persatuan dan kesatuan,
musyawarah – mufakat dalam bentuk komunikasi dialogis serta menjauhkan diri dari fanatisme sempit dan
kekerasan. Konflik itu sendiri akan tetap muncul setiap saat, tetapi kita perlu memiliki konsensus untuk
menyelesaikan dalam koridor persatuan bangsa. Untuk itu Pancasila yang telah disepakati sebagai dasar negara
dan way of life harus kita jadikan alat pemersatu bangsa. Mengenai hal ini M. Dawam Rahardjo (2010)
menyatakan bahwa konsep NKRI hanya dapat dipertahankan kalau kita tetap berpegang teguh pada semangat
Bhinneka Tunggal Ika, sehingga kemajemukan masyarakat Indonesia bukan merupakan ancaman, melainkan
justru merupakan kekuatan dan sumber dinamika.
4) Konflik horisontal adalah konflik antar kelompok masyarakat yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti
ideologi politik, ekonomi dan faktor primordial. Konflik vertikal maksudnya adalah konflik antara
pemerintah/penguasa dengan warga masyarakat.
5) Beberapa contoh konflik horisontal yang pernah terjadi di Indonesia misalnya: Konflik
antarkampung/desa/wilayah karena isu etnis; isu aliran kepercayaan; isu ekonomi (seperti rebutan lahan
ekonomi pertanian, perikanan, pertambangan); isu solidaritas (suporter olah raga, kebanggaan group); isu
ideologi dan isu sosial lainnya (tawuran antar anak sekolah, antar kelompok geng).
6) Contoh peristiwa konflik vertikal misalnya: konflik ideologi untuk memisahkan diri dari wilayah RI, konflik
yang dipicu oleh perlakuan tidak adil dari pemerintah berkaitan dengan pembagian hasil pengolahan sumber
daya alam, kebijakan ekonomi yang dinilai merugikan kelompok tertentu, dampak pemekaran wilayah, dampak
kebijakan yang dinilai diskriminatif.
7) Konflik massal tidak akan terjadi secara serta merta, melainkan selalu diawali dengan adanya potensi yang
mengendap di dalam masyarakat, yang kemudian dapat berkembang memanas menjadi ketegangan dan
akhirnya memuncak pecah menjadi konflik fisik akibat adanya faktor pemicu konflik. Oleh karenanya dalam
rangka penanggulangan konflik, yang perlu diwaspadai bukan hanya faktor-faktor yang dapat memicu konflik,
namun juga yang tidak kalah pentingnya adalah faktor-faktor yang dapat menjadi potensi atau sumber-sumber
timbulnya konflik.
Menggali Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja tentang perdamian dan persatuan.
1. Menggali ajaran Kitb Suci
Kitab Suci Perjanjian Lama
Yesaya 11:1-9
Kitab Suci Perjanjian Baru
Mateus 5:9. 21 - 25
Roma 5:1-21
1) Pesan damai dan persatuan dalam Perjanjian Lama
a) Meskipun hubungan manusia dengan Tuhan telah rusak, akan tetapi Allah masih menyediakan jalan bagi
umatnya yang telah jatuh kedalam dosa. Jalan masuk pendamaian dalam PL diperoleh dengan penyerahan
kurban-kurban seperti penyerahan lembu tambun, inilah jalan yang ditentukan oleh Allah bagi manusia
memperoleh pendamaian untuk memulihkan hubungan manusia dengan Allah.
b) Allah tetap menyediakan dan memberi kesempatan kepada manusia untuk berupaya menciptakan perdamaian
ditengah kehidupan manusia. Manusia diberi jalan untuk berdamai kepada Allah dan kemudian kepada sesama
manusia. Praktik yang pada umum dilakukan adalah dalam upacara keagamaan, social dan juga dalam
pengharapan akan dunia yang damai. Didalamnya serigala dapat hidup berdampingan dengan domba-domba,
bangsa-bangsa hidup dalam perdamaian, orang-orang miskin dan tertindas memperoleh keadilan (Yes.11:1-9).
2) Pesan damai dan persatuan dalam Perjanjian Baru
a) Yesus Kristus, adalah tokoh sempurna dalam perdamaian. Demi untuk perdamaian, dan persatuan hidup
manusia, Yesus melalui jalan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, memperdamaikan dunia dengan Allah.
Yesus bersabda, ”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”
(Matius 5:9).
b) Pendamaian adalah sebagai wujud dari kasih Allah kepada manusia. Allah selalu berinisitaif bagi pendamaian.
Pendamaian mengungkapkan kasih Allah kepada manusia, yaitu kasih Bapa kepada anak-Nya. Paulus
menandaskan bahwa “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita,
ketika kita masih berdosa” (Rm.5:8).
c) Gagasan dasar pendamaian mencakup arti bahwa dua pihak yang sekarang telah didamaikan. Jalan pendamaian
senantiasa bersifat menyingkirkan penyebab timbulnya permusuhan. Kasih Allah tidak berubah kepada
manusia, kendati apa pun yang diperbuat manusia. Pekerjaan Kristus yang mendamaikan berakar dalam kasih
Allah yang begitu besar kepada manusia.
d) Dalam PB sendiri, Allah-lah yang memprakarsi adanya perdamaian antara Dia dan manusia, yang merupakan
wujud kasih-Nya. Perdamaian yang didalamnya kasih, kasih yang telah dinyatakan Allah kepada manusia
menuntut agar manusia juga saling mengasihi terhadap sesamanya.
2. Menggali ajaran Gereja tentang Perdamaian dan Persatuan
“Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan
siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga.
Tiada sesuatu pun yang sungguh manusiawi, yang tak bergema di hati mereka. Sebab persekutuan mereka terdiri
dari orang-orang, yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan mereka menuju
Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang. Maka persekutuan
mereka itu mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya”. (GS 1)
“Damai tidak melulu berarti tidak ada perang, tidak pula dapat diartikan sekedar menjaga keseimbangan saja
kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Damai juga tidak terwujud akibat kekuasaan diktatorial. Melainkan dengan
tepat dan cermat disebut “hasil karya keadilan” (Yes 32:17). Damai merupakan buah hasil tata tertib, yang oleh
Sang Pencipta ilahi ditanamkan dalam masyarakat manusia, dan harus diwujudkan secara nyata oleh mereka yang
haus akan keadilan yang makin sempurna. Sebab kesejahteraan umum bangsa manusia dalam kenyataan yang
paling mendasar berada di bawah hukum yang kekal. Tetapi mengenai tuntutannya yang konkrit perdamaian
tergantung dari perubahan-perubahan yang silih berganti di sepanjang masa. Maka tidak pernah tercapai sekali
untuk seterusnya, melainkan harus terus menerus dibangun. Kecuali itu, karena kehendak manusia mudah goncang,
terlukai oleh dosa, usaha menciptakan perdamaian menuntut, supaya setiap orang tiada hentinya mengendalikan
nafsu-nafsunya, dan memerlukan kewaspadaan pihak penguasa yang berwenang. Akan tetapi itu tidak cukup.
Perdamaian itu di dunia tidak dapat di capai, kalau kesejahteraan pribadi-pribadi tidak di jamin, atau orangorang
tidak penuh kepercayaan dan dengan rela hati saling berbagi kekayaan jiwa maupun daya cipta mereka. Kehendak
yang kuat untuk menghormati sesama dan bangsa-bangsa lain serta martabat mereka begitu pula kesungguhan
menghayati persaudaraan secara nyata mutlak untuk mewujudkan perdamaian. Demikianlah perdamaian
merupakan buah cinta kasih juga, yang masih melampaui apa yang dapat di capai melalui keadilan. Damai di dunia
ini, lahir dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin dan buah damai Kristus, yang berasal dari Allah
Bapa. Sebab Putera sendiri yang menjelma, Pangeran damai, melalui salib-Nya telah mendamaikan semua orang
dengan Allah. Sambil mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan satu Tubuh, Ia telah
membunuh kebencian dalam Daging-Nya sendiri, dan sesudah di muliakan dalam kebangkitan-Nya Ia telah
mencurahkan Roh cinta kasih ke dalam hati orang-orang. Oleh karena itu segenap umat kristen dipanggil. Dengan
mendesak, supaya “sambil melaksanakan kebenaran dalam cinta kasih” (Ef 4:15), menggabungkan diri dengan
mereka yang sungguh cinta damai, untuk memohon dan mewujudkan perdamaian. Digerakkan oleh semangat itu
juga, kami merasa wajib memuji mereka, yang dapat memperjuangkan hak-hak manusia menolak untuk
menggunakan kekerasan, dan menempuh upaya-upaya pembelaan, yang tersedia pula bagi mereka yang tergolong
lemah, asal itu dapat terlaksana tanpa melanggar hak-hak serta kewajiban-kewajiban sesama maupun masyarakat.
Karena manusia itu pendosa, maka selalu terancam, dan hingga kedatangan Kristus tetap akan terancam
bahaya perang. Tetapi sejauh orang-orang terhimpun oleh cinta kasih mengalahkan dosa, juga tindakan-tindakan
kekerasan akan diatasi, hingga terpenuhilah Sabda: “Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata
bajak, dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas. Bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap
bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang” (Yes 2:4). GS.78
Upaya Gereja Katolik untuk Membangun Perdamaian dan persatuan Bangsa Indonesia.
1) Konflik bernuansa agama yang pernah terjadi di Maluku pada masa lalu telah berakhir, dan kini masyarakat
terus berusaha hidup damai dan bersatu dalam ikatan budaya pelagandong. Salah satu tokoh sentral yang
mampu menanggulangi konflik berdarah itu adalah Mgr. PC. Mandagi. Ia bersusah payah membangun
komunikasi dengan tokoh-tokoh agama lain serta pemerintah untuk mendamaikan kembali masyarakat Ambon
yang bertikai.
2) Perjuangan Mgr. Mandagi, untuk mengembalikan suasana damai di Maluku tidak tanggung-tanggung Ketika
masyarakat Maluku diobok-obok oleh orang luar Maluku, dan pemerintah seperti tidak berdaya menghadapinya,
Mgr. Mandagi mendesak dunia internasional (PBB) untuk turun tangan membantu penyelesaian masalah
kemanusian yang tercabik-cabik itu. Upaya itu tidak sia-sia, dalam perjalanan waktu, akhirnya Maluku kembali
damai dan sejahtera. Hubungan erat persaudaraan dalam ikatan budaya pelagandong kini kembali merekatkan
mereka.
3) Perjuangan Mgr. Mandagi, adalah perjuangan nyata Gereja Katolik di kawasan Maluku untuk membangun
perdamaian dan persatuan masyarakat, tanpa mengenal batas-batas agama, suku, etnis yang hidup bersama di
bumi pelagandong itu.

I. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT ( a, b, c, d atau e)


1 Berikut ini bukanlah kelemahan manusiawi dalam upaya mewujudkan suatu masyarakat yang adil damai
dan sejahtera yaitu...
a Kemunafikan d Sikap pamrih
b Keserakahan e Keuletan
c Ketidakjujuran
2 Untuk membangun hidup sejahtera di dunia dibutuhkan ...
a Solidaritas hidup bersama d SDM memadai
b Peningkatan hidup beriman e Orang-orang saleh
c Suasana damai
3 Suasana damai tidak hanya sekedar tidak perang dan tidak ada penindasan, tetapi situasi yang...
a. Murah dalam segala hal, sehingga pendidikan murah namun gaji besar
b. Menggembirakan seluruh aparat pemerintah dan sebagian rakyat
c. Dapat menggembirakan rakyatnya meskipun pemerintahnya sengsara
d. Menjadikan manusia tercapai apa yang menjadi kehendaknya
e. Selamat dan sejahtera dalam diri manusia sebagai buah keadilan yang tercipta dalam suasana
masyarakat
4 Pendamaian adalah sebagai wujud dari kasih Allah kepada manusia. Paulus menandaskan bahwa “Allah
menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih
berdosa” hal ini terdapat dalam ...
a Roma 5:8 d Efesus 5:8
b Korintus 5:8 e Galatia 5:8
c Tesalonika 5:8
5 Siapa nama tokoh Katolik yang telah memperjuangkan dengan membangun perdamaian dan persatuan
masyarakat di kawasan Maluku...
a Mgr. Mandagi d Mgr. Suharyo
b Mgr.Pidyarto e Mgr. Sunarko
c Mgr. Sutikno
6 ”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”. hal ini
terdapat dalam ...
a Matius 5:9 d Lukas 5:9
b Markus 5:9 e Matius 8:9
c Matius 5:11
7 Banyak masyarakat yang dengan sengaja melakukan tindakan kejahatan, hal ini salah satunya dipicu
oleh ...
a. Keinginan setiap orang yang disebabkan oleh didikan sejak kecil
b. Kebiasaan masyarakatnya yang selalu berbuat jahat
c. Kebebasan untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendaknya
d. Akar permasalahan yang berorientasi menghalalkan segala cara
e. Salah satu agama mengajarkan agar manusia serakah
8 Sejahtera merupakan suatu kondisi hidup yang diharapkan oleh setiap manusia. Orang sungguh
mengalami sejahtera apabila ...
a. Mencapai pendidikan setinggi mungkin
b. Semua manusia mengalami kaya raya secara harta benda
c. Orang mengalami hidup sebagai suami dan istri
d. Manusia mempunyai keturunan yang cukup banyak
e. Manusia diperlakukan secara manusiawi yaitu kecukupan hidupnya secara jasmani dan rohani
9 Allah menghendaki agar manusia ...
a. Hidup sejahtera di bumi ini dan kemudian mendapat keselamatan di surga
b. Selalu tercapai apa yang menjadi kehendak dan cita-citanya
c. Hidup kaya raya dan terpenuhi kebutuhan duniawinya
d. Beranak cucu dan memenuhi bumi dengan memberikan banyak anak
e. Menikah dan mempunyai keturunan
10 Sebagai umat Kristiani hendaknya kita berusaha berjuang untuk membangun
a. Masyarakat di sekitar kita meskipun keluarga kita akan menjadi korban
b. Jiwa dan raga kita maka seluruh masyarakat akan memuji dan memuliakan kita
c. Rumah tangga kita dan tidak peduli atau menutup diri terhadap masyarakat di sekitar kita
d. Etika dan moralitas yang mengutamakan kepentingan umum dan kesejahteraan yang merata
e. Kekuasaan yang ada dalam diri kita sehingga mampu untuk bersaing

II. JAWABLAH PERTANYAAN-PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN JAWABAN YANG BENAR


1. Apa pesan perdamaian yang diwartakan dalam teks Kitab Suci Perjanjian Lama Yesaya 11:1-9?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
2. Apa pesan ajaran Gereja dalan Gaudium et Spes (GS) artikel ?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
3. Apa upaya kita untuk mewujudkan perdamaian dan persatuan sesuai ajaran Gereja?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
4. Apa pesan perdamaian yang diwartakan dalam teks-teks Kitab Suci Perjanjian Baru: Mateus 5:9. 21-25, Roma
5:1-21?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
5. Apa penilaianmu terhadap peran Gereja Katolik di Indonesia dalam rangka menciptakan perdamaian dan
kesatuan bangsa!
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------
BAB IV. DIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR-UMAT BERAGAMA
A. KEKHASAN AGAMA-AGAMA DI INDONESIA

Kompetensi Dasar
3.4 Memahami makna berdialog serta bekerja sama dengan umat beragama lain
4.4 Berdialog serta bekerja sama dengan umat beragama lain.
Indikator
 Menganalisis kekhasan ajaran agama-agama di Indonesia (agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu,
Buddha, Khonghucu).
 Menganalisis persamaan-persamaan ajaran agama-agama di Indonesia Indonesia (agama Islam, Kristen
Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu).
 Menganalisis ajaran atau pandangan Gereja Katolik terhadap agama-agama dan kepercayaan lain di Indonesia
menurut Nostra Aetate (NA) art. 2 dan 3.
Doa Pembuka
Ya Allah, pencipta alam semesta, hanya kepada-Mulah segala ciptaan bersembah sujud dan berbakti. Engkau
mengenal setiap hati, dan melalui berbagai cara Engkau mewahyukan diri kepada mereka. Kami bersyukur kepada-
Mu atas begitu banyak orang yang dengan tulus mencari keselamatan. Kami bersyukur pula atas agama-agama
yang dapat menuntun para penganutnya sampai kepada-Mu, sebab hanya Engkaulah satu-satunya sumber
keselamatan. Engkaulah tujuan hidup manusia. Kami bersyukur atas begitu banyak tokoh agama yang menjadi
panutan dalam berbakti kepada-Mu dan dalam mengasihi sesama manusia. Kami mohon, ya Bapa, semoga Engkau
berkenan mengembangkan semangat kerukunan antar umat beragama. Jauhkanlah dari kami sikap merendahkan
penganut agama lain. Semoga semua orang sungguh menghayati dan mengamalkan ajaran imannya, dan hidup
dengan bertakwa. Bantulah para pemuka agama agar tekun meneladani dan mengajak umatnya untuk menghormati,
mengasihi, menghargai penganut agama lain, dan saling mengakui adanya perbedaan antar agama. Kami
mendoakan pula orang-orang yang tidak masuk dalam agama manapun, tetapi sungguh percaya akan Dikau, Allah
yang esa. Hanya Engkau sendirilah yang mengenal iman mereka. Terangilah mereka ini, dan bimbinglah agar
sampai pada jalan keselamatan. Ini semua kami mohon kepada-Mu dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus
Kristus. Amin.

Mendalami kekhasan agama-agama di Indonesia


1. Mendalami kekhasan agama Kristen Protestan
1) Sejarah singkat Pemisahan Gereja
a) Gereja Lutheran
Keadaan Gereja pada abad XVI mengalami pasang surut atau terjadi kemerosotan moral yang sangat
memprihatinkan. Hal ini terjadi oleh karena Gereja terlalu jauh terlibat dalam banyak urusan duniawi. Paus saat itu
menjadi sangat berkuasa dan memegang supremasi, baik dalam urusan Gereja maupun kenegaraan. Paus tampil
sebagai penguasa tunggal yang cenderung otoriter. Sebagaimana pemilihan presiden atau kepala daerah di
Indonesia yang selalu diwarnai dengan politik uang, begitu pula situasi pemilihan Paus kala itu. Pemilihan Paus
Aleksander VI dan Leo IX, misalnya diwarnai kasus money politic atau korupsi. Komersialisasi jabatan Gereja
dipertontonkan secara terbuka. Banyak pejabat Gereja menjadi pangeran duniawi dan melalaikan tugas rohani
mereka. Banyak imam-imam paroki tidak terdidik, hedonistis, bodoh, tidak mampu berkhotbah, dan juga tidak
mampu mengajar umat. Keadaan semacam ini terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Teologi skolastik
menjadi mandul dan masalah dogmatis dianggap sebagai perdebatan tentang hal sepele antara aneka aliran teologis.
Banyak persoalan teologi mengambang dan tidak pasti. Banyak kebiasaan dalam umat belum seragam. Iman
bercampur takhayul, kesalehan berbaur dengan kepentingan duniawi. Kegiatan Agama dianggap sebagai sebuah
rutinitas sosial sehari-hari, serta mencampur adukan hal-hal profan dengan hal-hal yang suci atau sakral.
Dalam situasi seperti itu, banyak orang merasa terpanggil untuk memperbaharui hidup Gereja, namun tidak
ditanggapi. Kemudian, tampillah Martin Luther. Luther mula-mula menyerang masalah penjualan indulgensi, yaitu
orang dapat menghapus dosanya dengan cara memberikan sejumlah uang kepada gereja. Kemudian, Martin Luther,
yang seorang pastor itu membela beberapa pandangan baru khususnya ajaran tentang “pembenaran hanya karena
iman” (Sola fide). Luther menyerang wewenang paus dan menolak beberapa ajaran teologi sebelumnya dengan
bertumpu hanya pada Alkitab sesuai dengan tafsirannya. Pada dasarnya, Luther tidak menginginkan perpecahan
dalam Gereja. Ia ingin memelopori pembaharuan dalam Gereja. Tetapi ia terseret oleh arus yang disebabkan oleh
rasa tidak puas yang umum dalam umat yang mendambakan pembaharuan yang bentuknya kurang jelas. Ajaran-
ajaran para teolog yang mendukung perbuatanperbuatan saleh, kini diragukan Luther.
Indulgensi; stipendium untuk Misa arwah; sumbangan untuk membangun gereja bersama dengan patung-
patung yang menghiasinya; pajak untuk Roma; ziarah dan puasa; relikui dan kaul-kaul; semua tidak ditemukan
dalam Kitab Suci, sehingg ditolak oleh Luther. Luther menegaskan bahwa semua itu tidak bermanfaat untuk
memperoleh keselamatan. Hanya satu yang perlu: yakni beriman (Sola fide). Orang yang percaya dibenarkan Allah
tanpa mengindahkan perbuatan baik manusia (Sola gratia). Dengan sendirinya orang yang dibenarkan itu akan
berbuat baik dengan bebas dan tenang, bukan karena cemas akan keselamatannya. Rasa lega membuat orang
tertarik kepada khotbah Luther yang disebarluaskan ke seluruh Jerman. Sola fide – fides ex audito – “Hanya iman,
dan iman karena mendengar” itu sudah cukup untuk menjamin keselamatan. Maka, tujuh Sakramen tidak penting
lagi; selibat tidak berguna; dan hidup membiara tidak berarti. Semuanya ini ‘buatan paus’ saja untuk mengejar
kuasa dan untung. Maka, imam, biarawan, dan suster berbondong-bondong meninggalkan biara mereka masing-
masing. Luther didukung oleh banyak kelompok dengan alasan berbedabeda, misalnya para bangsawan yang
mengingini milik biara; warga kota yang mendambakan kebebasan berpiki; para petani yang ingin lepas dari kerja
rodi dan pajak; para nasionalis yang membenci privilege Roma; para humanis yang ingin membuang kungkungan
teologi skotlastik; pemerintahan kota-kota kerajaan yang mencium kesempatan memperluas wewenang mereka di
kota. Luther tampil sebagai pahlawan pembebasan. Ia disambut dengan antusias. Ahirnya pembaharuan sungguh-
sungguh dimulai juga. Mula-mula Roma kurang menyadari apa yang terjadi, kemudian bereaksi salah, sehingga
tidak mampu mengarahkannya lagi. Banyak hal baru dimulai, namun tidak jarang merupakan perusakan yang lama
saja. Bukan reformasi Gereja yang lama, tetapi orang sudah menunggu terlalu lama. Mereka tidak sabar lagi,
komunikasi Luther oleh paus Leo X (1520) dan pengucilan oleh kaisar (1523) tidak dapat membendung gerakan
ini. Roma tidak memahami reaksi dahsyat di Jerman dan masih lama bertindak seperti pada abad-abad sebelumnya.
Luther juga menyerang umat yang setia kepada Paus. Tuntutannya semakin radikal. Persatuan Gereja tidak
dicari lagi, bahkan diboikot. Para bangsawan yang mendukungnya tidak tertarik pada persatuan kembali, karena
antara lain milik gerejani yang mereka rampas tidak mau mereka kembalikan. Unsur keagamaan, politis, dan
pribadi di kedua belah pihak menyulitkan persatuan kembali. Reformasi selesai; umat terpecah-belah ke dalam
kelompok Katolik, Luteran, Kalvinis, Anglikan, dan sebagainya.
b) Gereja Kalvinis
Tokoh reformasi lain adalah Yohanes Calvin (1509 – 1564). Tokoh ini tidak jauh berbeda dengan Luther. Ia
ingin memperbaharui Gereja dalam terang Injil. Calvin dalam bukunya yang berjudul “Institutio Christianae
Religionis” menggambarkan Gereja dalam dua dimensi, yakni Gereja sebagai persekutuan orang-orang terpilih
sejak awal dunia yang hanya dikenal oleh Allah dan Gereja sebagai kumpulan mereka yang dalam keterbatasannya
di dunia mengaku diri sebagai penganut Kristus dengan ciri-ciri pewartaan Injil dan pelayanan sakramen-sakramen.
Pengaturan Gereja ditentukan oleh struktur empat jabatan, yakni pastor, pengajar, diakon, dan penatua.
c) Gereja Anglikan
Anglikantisme bermula pada pemerintahan Henry VII (1509 – 1547). Di Inggris raja Henry VII menobatkan
dirinya sebagai kepala Gereja karena Paus di Roma menolak perceraiannya. Anglikantisme menyerap pengaruh
reformasi, namun mempertahankan beberapa corak Gereja (Uskup – Imam – Diakon), sehingga berkembang
dengan warna yang khas. Reaksi dari Gereja Katolik Roma atas gerakan reformasi ini adalah “Kontra-
Reformasi” atau “Gerakan Pembaharuan Katolik”. Gerakan pembaharuan ini dimulai dengan menyelenggarakan
Konsili Trente. Melalui Konsili Trente (1545–1563), Gereja Katolik berusaha untuk “menyingkirkan kesesatan-
kesesatan dalam Gereja dan menjaga kemurnian Injil”. Konsili juga menegaskan posisi Katolik dalam hal-hal yang
disangkal oleh pihak Reformasi, yakni Soal Kitab Suci dan Tradisi; Penafsiran Kitab Suci; pembenaran; jumlah
sakramen-sakramen; kurban misa, imamat dan tahbisan; pembedaan imam dan awam. Konsili Trente dan
sesudahnya menekankan Gereja sebagai penjaga iman yang benar dan utuh, ditandai dengan sakramen-sakramen.
Khususnya ekaristi yang dimengerti serta dirayakan sebagai kurban sejati. Gereja bercorak hierarkis yang
dilengkapi dengan jabatan-jabatan gerejani dan imamat yang berwenang khusus dalam hal merayakan ekaristi,
melayani pengakuan dosa. Gereja adalah kelihatan dan ini menjadi jelas dalam lembaga kepausan sebagai
puncaknya. Gereja mewujudkan diri sebagai persekutuan para kudus lewat penghormatan pada mereka (para
kudus); Gereja menghormati Tradisi.
2) Usaha untuk bersatu antar-Sesama Gereja Kristus
Berkaitan dengan upaya Gereja Katolik untuk mempersatukan umat Kristus, Konsili vatikan II dalam
Dekritnya tentang Ekumenisme” menyatakan sebagai berikut: “Sekarang ini, atas dorongan rahmat Roh Kudus, di
cukup banyak daerah berlangsunglah banyak usaha berupa doa, pewartaan dan kegiatan, untuk menuju ke arah
kepenuhan kesatuan yang dikehendaki oleh Yesus Kristus. Maka Konsili suci mengundang segenap umat katolik,
untuk mengenali tanda-tanda zaman, dan secara aktif berperanserta dalam kegiatan ekumenis. Yang dimaksudkan
dengan “Gerakan Ekumenis” ialah: kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha, yang menanggapi bermacam-macam
kebutuhan Gereja dan berbagai situasi yang diadakan dan ditujukan untuk mendukung kesatuan umat kristen.
Misalnya: pertama, menghindari kata-kata, penilaian-penilaian serta tindakan-tindakan, yang ditinjau dari sudut
keadilan dan kebenaran tidak cocok dengan situasi saudara-saudari yang terpisah, yang akan mempersukar
hubungan dengan mereka. Kedua, dalam pertemuan-pertemuan umat kristen dari berbagai Gereja atau Jemaat, yang
diselenggarakan dalam suasana religius, “dialog” antara para pakar yang kaya informasi akan memberi ruang
kepada masing-masing peserta untuk secara lebih mendalam menguraikan ajaran persekutuannya dan dengan jelas
menyajikan corak-cirinya. Sebab melalui dialog itu semua peserta memperoleh pengertian yang lebih cermat
tentang ajaran dan perihidup setiap Gereja, serta penghargaan yang lebih sesuai dengan kenyataan. Selain itu,
Gereja-Gereja dapat menggalang kerja sama yang lebih luas lingkupnya melalui aneka usaha demi kesejahteraan
umum menurut tuntutan setiap suara hati kristen jika memungkinkan mereka bertemu dalam doa sehati sejiwa.
Ketiga, mereka semua mengadakan pemeriksaan batin tentang kesetiaan mereka terhadap kehendak Kristus
mengenai Gereja, dan sebagaimana harusnya menjalankan dengan tekun usaha pembaharuan dan perombakan.
Apabila semua usaha itu dilaksanakan dengan bijaksana dan sabar dibawah pengawasan para gembala, akan
membantu terwujudnya nilai-nilai keadilan dan kebenaran, kerukunan dan kerja sama, semangat persaudaraan dan
persatuan. Diharapkan, lambat-laun dapat terwujud persekutuan gerejawi yang sempurna, dan semua orang kristen
dalam satu perayaan Ekaristi, dihimpun membentuk kesatuan Gereja yang satu dan tunggal. Kesatuan itulah yang
sejak semula dianugerahkan oleh kristus kepada Gereja-Nya. Kita percaya, bahwa kesatuan itu tetap lestari dalam
Gereja katolik, dan berharap, agar kesatuan itu dari hari ke hari bertambah erat sampai kepenuhan zaman.
Jelaslah bahwa karya menyiapkan dan mendamaikan pribadi-pribadi, yang ingin memasuki persekutuan
sepenuhnya dengan Gereja katolik, menurut hakekatnya terbedakan dari usaha ekumenis, tetapi juga tidak
bertentangan. Karena keduanya berasal dari penyelenggaraan Allah yang mengagumkan.
Dalam kegiatan Ekumenis hendaknya umat katolik tanpa ragu-raga menunjukkan perhatian sepenuhnya
terhadap saudara-saudari yang terpisah, dengan cara mendoakan mereka; bertukar pandangan tentang hal-ihwal
Gereja dengan mereka; dan mengambil langkah-langkah pendekatan terhadap mereka. Akan tetapi hal utama yang
harus dilakukan oleh umat katolik adalah memperbaharui kehidupan keluarga supaya perihidupnya memberi
kesaksian lebih setia dan jelas tentang ajaran dan segala sesuatu yang ditetapkan oleh Kristus dan diwariskan
melalui para Rasul. Sebab, walaupun Gereja Katolik diperkaya dengan segala kebenaran yang diwahyukan oleh
Allah dan dengan semua upaya rahmat, Jemaatnya belum menghayati sepenuhnya sebagaimana mestinya. Oleh
karena itulah, wajah Gereja kurang bersinar terang bagi saudarasaudari yang tercerai dari kita dan bagi seluruh
dunia, dan pertumbuhan Kerajaan Allah mengalami hambatan. Karena itu, segenap umat katolik wajib menuju
kesempurnaan kristen, dan menurut situasi masingmasing mengusahakan agar Gereja, dari hari ke hari makin
dibersihkan dan diperbaharui sampai Kristus menempatkannya dihadapan Dirinya penuh kemuliaan, tanpa cacat
atau kerut. Semoga dengan memelihara kesatuan Gereja-Gereja, sesuai dengan tugas-kewajiban masing-masing,
baik dalam aneka bentuk hidup rohani dan tertib gerejawi, maupun dalam bermacam-macam tataupacara Liturgi,
bahkan juga dalam mengembangkan refleksi teologis tentang kebenaran yang diwahyukan, tetap memupuk
kebebasan yang sewajarnya dalam kasih. Dengan bertindak demikian mereka akan semakin menampilkan ciri
katolik sekaligus apostolik Gereja dalam arti yang sesungguhnya. Di lain pihak, umat katolik perlu dengan gembira
mengakui dan menghargai nilai-nilai kristen yang bersumber pada pusaka warisan bersama, yang terdapat pada
saudara-saudari yang tercerai dari kita. Layak diakui kekayaan Kristus serta kuasa-Nya yang berkarya dalam
kehidupan orang-orang, yang memberi kesaksian akan Kristus. Apa yang dilaksanakan oleh rahmat Roh Kudus di
antara saudarasaudari yang terpisah, dapat membantu kita membangun diri. Segala sesuatu yang bersifat kristen,
tidak pernah berlawanan dengan nilainilai iman yang sejati, bahkan dapat membantu mencapai secara lebih
sempurna misteri Kristus dan Gereja sendiri.
Bagi Gereja, perpecahan umat kristen merupakan halangan untuk mewujudkan secara nyata kepenuhan ciri
katoliknya dalam diri putera-puterinya. Konsili melihat bahwa peran serta umat katolik dalam gerakan ekumenis
makin intensif, sehingga dianjurkan agar para Uskup, di manapun juga, supaya mendukung mereka secara intensif,
dan membimbing dengan bijaksana”. (UN 4).
2. Mengenal kekhasan agama Islam
1) Asal mula Agama Islam
Islam (bahasa Arab) berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, masuk ke dalam suasana damai,
sejahtera, dan hubungan serasi, baik antarsesama manusia maupun antara manusia dan Allah. Mereka mengimani
bahwa agama Islam seluruhnya secara lengkap, sebagai suatu sistem, berasal dari Allah sendiri yang
mewahyukannya kepada Nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril. Orang-orang muslimin merupakan
sebuah kelompok yang terjalin erat berkat iman pada agama yang sama. Persekutuan muslimin ini disebut ummah
atau ummat. Ikatan berdasarkan agama yang sama ini disebut ukhuwah islamiyah yang berarti persaudaraan Islam.
Ummah ini seharusnya dipimpin oleh seorang pemimpin yang disebut khalifah. Sejak hancurnya ke-khalifah-an
tahun 1256, karena dihancurleburkan oleh pasukan Mongol Hulagu, umat Islam mengalami kekosongan
kepemimpinan sampai sekarang.
2) Tauhid, Nama-Nama, dan Sifat-Sifat Allah
Islam merupakan agama monoteis dengan tekanan yang amat kuat pada Allah yang Mahabesar (Allahu
akbar) menjadi seruan yang kerap digunakan di mana-mana. Monoteisme Islam (yang disebut tauhid). sedemikian
ditekankan sehingga tak ada toleransi sedikit pun terhadap apa pun juga yang dapat mengaburkan keesaan Allah.
Syirk atau “mensyarikat- kan Allah” berarti menempatkan sesuatu, betapapun kecilnya, di samping atau sejajar
dengan Allah. Syirk merupakan dosa yang terbesar. Allah yang diimani mempunyai 20 sifat dan 100 nama yang
indah. Orang muslim yang saleh mencoba selalu mengucapkan keseratus nama Allah yang indah ini dengan
pertolongan sebuah tasbih yang berupa sebuah untaian 100 butir-butiran.
3) Iman Islam
Kesaksian pokok iman Islam dirumuskan dalam kalimat syahadat yang terdiri atas dua kalimat (karena itu
dinamakan juga “dua kalimat syahadat”). Yang pertama kesaksian atas Allah Yang Maha Esa, sedangkan yang
kedua kesaksian atas Muhammad sebagai rasul Allah. Kalimat syahadat ini diucapkan pada waktu orang menjadi
muslim (sebagai ucapan upacara inisiasi dari non-Islam ke Islam dan waktu akad nikah). Syahadat akan Allah yang
Maha Esa ini merupakan salah satu dari enam rukun iman dalam Islam. Kelima rukun iman lainnya adalah percaya
pada Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Kiamat, dan Takdir Ilahi. Islam mengajarkan bahwa dalam kurun waktu
tertentu Allah memberikan wahyu-Nya kepada manusia tertentu dengan perantaraan malaikat Jibril. Orang yang
mendapat wahyu ini disebut nabi dan jumlahnya banyak sekali, antara lain Adam, Luth, Ibrahim, Daud, dan Isa.
Bila nabi itu diutus mewartakan wahyu yang diterimanya itu kepada orang-orang lain, ia disebut rasul, yang berarti
utusan (Allah).
4) Kitab Suci Agama Islam
Wahyu yang diberikan kepada para nabi berupa sebuah Kitab Suci yang merupakan kutipan langsung dari
induk Kitab Suci (ummal kitab) yang tersimpan di surga (al lauh al mahfudz). Allah memberikan Al-Quran kepada
segenap umat manusia melalui Muhammad, dalam bahasa Arab dan merupakan Kitab Suci terakhir dan
tersempurna dari segala kitab yang pernah ada. Kedudukan Al-Quran dalam kehidupan umat Islam sangatlah
sentral, melebihi kedudukan Muhammad sendiri. Di dalam Al-Quran termuat wahyu ilahi sendiri secara sempurna,
tanpa cacat sedikit pun. Termuat di dalamnya segala sesuatu yang dibutuhkan bagi kehidupan manusia dalam
segala aspek kehidupannya baik yang menyangkut hubungannya dengan Tuhan (hal ini disebut ibadah) maupun
yang mengatur perikehidupan antarmanusia yang disebut mu’amalat. Karena itu, Al-Quran sangat dihormati.
Membacanya pun merupakan suatu ibadat yang sangat mendatangkan pahala, tidak hanya bagi yang membacanya
melainkan juga bagi yang mendengarkannya. Supaya sebanyak mungkin orang dapat memperoleh pahala,
pembacaan Al-Quran tidak hanya di dalam hati, tetapi dengan suara yang dapat didengarkan juga oleh orang lain.
5) Arkan al-Islam
Islam berarti penyerahan diri secara total kepada Allah. Sebagai orang muslim sikap yang tepat bagi
seseorang di hadapan Allah adalah takwa dan takut kepada Allah, taat pada segala perintah-Nya, sebagaimana
dituliskan dalam Al-Quran. Manusia adalah hamba dan abdi Allah. Kewajiban-kewajiban pokok yang harus
dijalankan oleh setiap orang muslim terangkum dalam lima rukun Islam atau pilar penyangga keislaman (arkan al
Islam), yakni: syahadat, sholat lima waktu, saum (puasa dalam bulan Ramadhan), zakat, dan haji (naik haji ke
Mekah).
6) Al Ahkam al Khamsa: Hukum Islam
Tujuan hidup manusia adalah mencari ridha ilahi, mencari perkenanan Allah, hidup sedemikian rupa
sehingga Allah tidak marah, melainkan berkenan. Perbuatan-perbuatan yang berkenan pada Allah (disebut halal)
mendatangkan pahala bagi pelakunya. Sebaliknya, perbuatan yang menimbulkan kemarahan Allah (disebut haram)
menimpakan hukuman pada pelakunya.
Ada 5 hukum Islam yakni:
a). Wajib atau Fardh : harus dilakukan.
b). Sunnah atau Mustahab : sebaiknya dilakukan
c). Mubah atau Jaiz : diperbolehkan
d). Makruh : sebaiknya tidak dilakukan
e). Haram : dilarang
Halal haramnya sesuatu dapat diketahui dari Al-Quran sendiri. Bila tidak ada di dalam Al-Quran, diaculah
pada sumber yang kedua yakni Sunnah Nabi, yakni perkataan, tingkah laku, dan perbuatan nabi Muhammad
sendiri. Sunnah Nabi dikumpulkan dalam kitab-kitab yang disebut Kitab Hadis. Hadis berarti tradisi, tetapi di sini
hanyalah tradisi atau adat kebiasaan Muhammad itu sendiri.
7) Tasawwuf: Mistik dalam Islam
Dalam sejarah perkembangan umat Islam, ilmu Fiqh (hukum Islam) menempati peranan yang utama. Karena
terlalu menekankan hukum, muncullah penghayatan keagamaan yang sangat legalistis. Hubungan dengan Allah
menjadi kering, sehingga muncullah gerakan mistik dalam umat Islam dan cara penghayatan keagamaan ini
terkenal dengan nama tasawwuf, sedangkan orang yang menjalankan cara hidup ini disebut sufi. Hampir semua
wali dari Wali Sango yang menyebarkan Islam di pulau Jawa adalah orang-orang sufi.
8) Sikap agama Islam terhadap Agama Lain
Sikap Islam terhadap agama lain terungkap antara lain dalam:
a) Surat Al Baqarah 62
Dalam hubungannya dengan agama lain, agama Islam mempunyai sikap dasar toleransi yang tinggi.
Toleransi Islam digariskan langsung oleh Allah dalam Al-Quran. Misalnya dalam Surat Al Baqarah 62
disebutkan “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang Yahudi dan Nasrani dan Kaum Shobiin itu
adalah orang-orang yang percaya kepada Allah, hari kiamat dan beramal soleh maka mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya, dan tidak ada ketakutan bagi mereka dan juga tidaklah mereka merasa patah hati.”
b) Surat Al Maidah 83
Dalam surat Al Maidah 82 juga disebutkan: “Dan sesungguhnya kamu akan mendapatkan orang-orang
yang paling dekat rasa kasih sayangnya kepada orang-orang mukmin ialah mereka yang menyatakan dirinya:
kami adalah orang-orang Nasrani.” Dalam Islam juga ada keyakinan bahwa tidak ada paksaan dalam hal
memeluk agama. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri telah banyak memberi contoh bagaimana ia
menghormati dan menyayangi orang yang beragama lain. Di dalam Al-Quran disebutkan juga berbagai
tokoh dari Perjanjian Lama. Isa Ibu Maryam dengan panjang lebar dikemukakan sebagai seorang nabi yang
istimewa, lahir melalui mukjizat. Tanpa ayah, mengajar dan membuat banyak mukjizat. Ia pun terberkati,
kudus, murni, rasul Allah, jalan orang saleh, pengantara, bahkan disebut sebagai Kalimat Allah dan Roh
Allah. Akan tetapi, Dia bukanlah Allah. Maria diceritakan berkaitan dengan Isa al Masih Ibu Maryam ini.
Bagian Al-Quran yang memuat hal ini dinamakan Surah al Maryam.
9) Hari Raya Agama Islam
Ada beberapa hari raya agama Islam yang dijadikan hari libur nasional yaitu; Idul Fitri, Idul Adha, Maulud
Nabi, dan tahun baru yaitu 1 Muharam.
Pandangan Gereja Katolik Terhadap Agama Islam
Dalam Dekrit Konsili Vatikan II, tentang hubungan Gereja dengan agamaagama bukan Kristen (Nostra Aetate)
sikap Gereja Katolik terhadap Islam dinyatakan sebagai berikut:
“Gereja juga menghargai umat Islam, yang menyembah Allah satu-satunya, yang hidup dan berdaulat, penuh
belas kasihan dan maha kuasa, Pencipta langit dan bumi, yang telah bersabda kepada umat manusia. Kaum
muslimin berusaha menyerahkan diri dengan segenap hati kepada ketetapanketetapan Allah yang bersifat rahasia,
seperti dahulu Abraham-iman Islam dengan sukarela mengacu kepadanya-telah menyerahkan diri kepada Allah.
Memang mereka tidak mengakui Yesus sebagai Allah, melainkan menghormati-Nya sebagai Nabi. Mereka juga
menghormati Maria Bunda-Nya yang tetap perawan, dan pada saat-saat tertentu dengan khidmat berseru
kepadanya. Selain itu, mereka mendambakan hari pengadilan, saat Allah akan mengganjar semua orang yang telah
bangkit. Mereka juga menjunjung tinggi kehidupan susila, dan berbakti kepada Allah terutama dalam doa, dengan
memberi sedekah dan berpuasa. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri cukup sering timbul pertikaian dan
permusuhan antara umat Kristiani dan kaum Muslimin. Konsili suci mendorong agar melupakan peristiwa yang
sudah berlalu, dan dengan tulus hati melatih diri untuk saling memahami; bersama-sama membela serta
mengembangkan keadilan sosial bagi semua orang, menghormati nilai-nilai moral maupun perdamaian dan
kebebasan”. (NA 3).

3. Mengenal Kekhasan Agama Hindu


1) Aliran dalam Agama Hindu
Dalam agama Hindu terdapat banyak aliran dan kelompok. Salah satunya yang ada di Indonesia, sejak
Mahasabda Parishada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) tahun 1993, disebut agama Hindu Dharma.
2) Ibadat
Unsur pokok penghayatan agama Hindu Dharma muncul dalam bentuk ibadat, khususnya berupa upacara-
upacara harian yang dilaksanakan di tempat-tempat tertentu dan pada saat-saat yang berkaitan erat dengan irama
hidup manusia setiap hari, seperti di sekitar rumah tinggal, sumber-sumber air, persawahan, pada waktu matahari
terbit dan terbenam, serta waktu-waktu penting lainnya.
Hal yang langsung berhubungan dengan ibadat adalah bangunan-bangunan pura yang tidak hanya merupakan
tempat upacara ibadah dilaksanakan, tetapi juga menjadi pusat kebudayaan dan hidup sosial.
3) Kitab Suci Agama Hindu
Dalam Hindu Dharma terkenal kitab-kitab Weda, Usana Bali, dan juga Upanisad. Isi tulisan suci ini beraneka
ragam, tetapi bagian yang terbesar berupa doa dan himne, juga ajaran mengenai Allah (Brahman), dewa-dewa,
alam, dan manusia. Ajaran-ajaran tersebut tidak mengikat secara ketat dogmatis, sehingga ada beraneka ragam
aliran dan pandangan dalam ajaran Hindu.
4) Ajaran yang Pokok
Tujuan pokok hidup manusia menurut agama Hindu Dharma adalah moksha, yaitu pembebasan dari
lingkaran reinkarnasi yang tak habishabisnya (samsara). Pembebasan ataupun mokhsa ini dapat dicapai melalui tiga
jalan (trimarga), yaitu karma-marga, jnana-marga, dan bhakti-marga. Dengan karma-marga orang ingin
mencapai moksha dengan melakukan karya, askese badani, yoga, tapa, ketaatan pada aturan-aturan kasta. Karya-
karya yang paling berharga dalam karma-marga adalah samskara, yakni kedua belas upacara liturgis yang berkaitan
dengan tahap-tahap kehidupan seseorang. Dengan Jnana-marga, penyucian diri guna mencapai moksha dilakukan
dengan jalan askese budi, mengheningkan cipta dalam meditasi, dengan tujuan semakin menyadari kesatuan
dirinya dengan Sang Brahma. Sedangkan dengan Bhakti-marga orang menyucikan diri dengan penyerahan diri
seutuhnya menuju pertemuan dalam cinta kasih dengan Tuhan.
5) Kasta-Kasta
Agama Hindu (di India) memang mengenal pembagian masyarakat menjadi empat kasta (caturwarna);
brahmana, ksatria (keduanya adalah kasta bangsawan, rajawi), waiseya (petani, prajurit, dan pedagang) dan
sudra/jaba (rakyat jelata). Sebenarnya di luar keempat kasta ini masih ada kelompok kelima yang disebut paria,
yakni mereka yang tersisih, tak mempunyai tempat sosial, marginal, dan terbuang. Namun demikian, dalam agama
Hindu Dharma pembagian tersebut tinggal sisa-sisanya yang tak begitu berarti lagi.
6) Hari Raya Agama Hindu
Hari raya Nyepi merupakan hari besar agama Hindu. Kendati hari nyepi ini jatuh pada pergantian tahun baru
Saka, hari tersebut bukanlah hari mengadakan perayaan pesta, melainkan hari untuk menyucikan dan memperkuat
diri terhadap perngaruh roh-roh jahat. Pada hari raya Nyepi umat Hindu dilarang menyalakan api, melakukan
pekerjaan, berpergian, dan hubungan seks. Selain hari raya Nyepi, juga ada hari raya lainnya yaitu Galungan (yang
jatuh pada hari Rabu Kliwon) dan Wuku Dungulan (setiap 210 hari sekali). Tujuannya memohon ke hadapan Ida
Sanghyang Widhi, Bhatara-Bhatari, dan para leluhur agar pemujaannya dianugerahi keselamatan dan
kesejahteraan.
Pandangan Agama Katolik terhadap Agama Hindu
Konsili Vatikan II dalam dekrtit tentang Nostra Aetate menjelaskan, “Sudah sejak dahulu kala hingga
sekarang ini di antara berbagai bangsa terdapat suatu kesadaran tentang daya kekuatan gaib, yang hadir pada
perjalanan sejarah dan peristiwa-peristiwa hidup manusia; bahkan kadangkadang ada pengakuan terhadap Kuasa
Ilahi yang tertinggi atau pun Bapa. Kesadaran dan pengakuan tadi meresapi kehidupan bangsa-bangsa itu dengan
semangat religius yang mendalam. Adapun agama-agama, yang terikat pada perkembangan kebudayaan, berusaha
menanggapi masalah-masalah tadi dengan faham-faham yang lebih rumit dan bahasa yang lebih terkembangkan.
Demikianlah dalam Hinduisme manusia menyelidiki misteri Ilahi dan mengungkapkannya dengan kesuburan
mitos-mitos yang melimpah serta dengan usaha-usaha filsafat yang mendalam. Hinduisme mencari pembebasan
dari kesesakan keadaan entah melalui bentuk-bentuk hidup berulah-tapa atau melalui permenungan yang
mendalam, atau dengan mengungsi kepada Allah penuh kasih dan kepercayaan.....
Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap
hormat yang tulus, Gereja merenungkan caracara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang
memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh
memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun, Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib
mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran, dan hidup” (lih. Yoh 14: 6); dalam Dia manusia menemukan
kepenuhan hidup keagamaan, “dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya”. Oleh karena
itu, Gereja mendorong para putranya supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama
dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup Kristiani,
mengakui, memelihara, dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya yang
terdapat pada mereka” (NA.2).

4. Mengenal Kekhasan Agama Buddha


1) Sidharta Gautama, Pendiri Agama Buddha
Agama Buddha adalah sebuah agama dan filsafat yang berasal dari anak benua India dan meliputi beragam
tradisi kepercayaan, dan praktik yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Siddhartha
Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang Buddha (berarti “yang telah sadar” dalam bahasa Sanskerta dan
Pali). Sang Buddha hidup dan mengajar di bagian timur anak benua India dalam beberapa waktu antara abad ke-6
sampai ke-4 SM. Beliau dikenal oleh para umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau tercerahkan
yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri ketidaktahuan/kebodohan (avidyā),
kehausan/napsu rendah (taṇhā), dan penderitaan (dukkha), dengan menyadari sebab musabab saling bergantungan
dan sunyatam dan mencapai Nirvana (Pali: Nibbana).
2) Kitab Suci Agama Buddha
Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena di dalamnya tercatat sabda
dan ajaran sang hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan
ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Piṭaka (kotbahkotbah Sang Buddha), Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib
para bhikkhu) dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).
3) Inti Ajaran Agama Buddha
Inti ajaran Buddha mengenai hidup manusia tercantum dalam Catur Arya Satya, yang berarti Empat
Kasunyatan atau Kebenaran Mulia, yaitu:
a) Dukha-Satya: hidup dalam segala bentuk adalah penderitaan.
b) Samudaya-Satya: penderitaan disebabkan karena manusia memiliki keinginan dan nafsu.
c) Nirodha-Satya: penderitaan itu dapat dilenyapkan (moksha) dan orang mencapai nirvana (kebahagiaan)
dengan membuang segala keinginan dan nafsu.
d) Marga-Satya: jalan untuk mencapai pelenyapan penderitaan sehingga dapat masuk ke dalam Nirvana adalah
Delapan Jalan Utama (asta-arya-marga), yaitu keyakinan yang benar; pikiran yang benar; perkataan yang
benar; perbuatan yang benar; kehidupan yang benar; daya upaya yang benar; perhatian yang benar; dan semedi
yang benar.
Dalam hukum karmasamsara, manusia terikat oleh perbuatannya (karma) pada roda kehidupannya (cakra).
Dari lahir hingga kematiannya, manusia berpindah-pindah tempat pada berbagai alam dan ruang, yakni kamaloka
(alam indera dan nafsu), rupaloka (alam tanggapan), dan arupaloka (alam bebas dari keinginan, nafsu, dan
pikiran). Dengan menjalani Marga-Satya, orang dapat mencapai penerangan tertinggi (bodhi), yakni jika jiwa,
batin, atau diri manusia secara sempurna dibebaskan dari segala ikatan ketiga ilusi besar tentang adanya roh, diri,
dan dunia, karena ketiga-tiganya sebenarnya adalah maya atau ilusi belaka. Dengan demikian, orang mencapai
kebahagiaan (suka), keamanan (bahaya), dan kedamaian (shanty) yang olehnya ketiga ilusi besar tadi diganti
dengan tiga kebenaran, yakni tanpa diri (anatman), tiada apa-apa (anitya), dan kekosongan sempurna (sunya).
Inilah yang dinamakan nirvana, kelenyapan diri yang total. Inilah jati segala-galanya dan merupakan kebahagiaan
sempurna. Terdapat tiga aliran pokok dalam Buddhisme yang disebut Tryana, yaitu Theravada (yang disebut juga
sebagai Hinayana), Mahayana, dan Wajrayan (yang disebut juga sebagai Tantrayana). Dalam Therevada, penganut-
penganutnya mencari keselamatan secara individual. Hanya sedikit yang dapat mencapainya, karena itu dinamakan
Hinayana. Sedangkan dalam Mahayana, orang yang sudah memperoleh penerangan tertinggi menunda saat
mencapai nirvana guna menolong orang lain mencapai tingkat ini. Karena banyak orang yang dapat mencapainya,
aliran ini disebut Mahayana. Dalam Mahayana, diri Buddha diberi kedudukan transenden dan disembah sebagai
dewa yang dapat dimintai perantaraannya. Inilah juga yang berkembang di Indonesia sehingga tanpa banyak
kesulitan dapat memasukkan diri dalam agama-agama monoteis. Dalam Wajrayana (yang berarti kendaraan intan),
Buddha dipandang sebagai dhat (pribadi yang gemilang bagaikan intan) yang menjadi asal dan tujuan hidup
manusia.
4). Hari Raya Agama Buddha
Agama Buddha memiliki beberapa hari raya penting yaitu Waisak, Kathina, Asadha, dan Magha Puja. Di
Indonesia, hari raya Waisak dijadikan sebagai hari libur nasional.
Penganut Buddha merayakan Waisak sebagai peringatan tiga peristiwa penting dalam agama Buddha yaitu,
hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian Penerangan Sempurna
Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha wafat atau mencapai Nibbana/Nirwana. Hari Waisak juga dikenal
dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di
Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali “Wesakha”, yang pada gilirannya juga terkait
dengan “Waishakha” dari bahasa Sanskerta.
Mendalami Pandangan Gereja Katolik terhadap Agama Buddha
Konsili Vatikanb II yang termuat dalam dekrit “Nostra, Aetate “ Artikel 2,tentang agama Buddha, berikut ini.
“....Buddhisme dalam berbagai alirannya mengakui, bahwa dunia yang serba berubah ini sama sekali tidak
mencukupi, dan mengajarkan kepada manusia jalan untuk dengan jiwa penuh bakti dan kepercayaan memperoleh
keadaan kebebasan yang sempurna, atau – entah dengan usaha sendiri entah berkat bantuan dari atas – mencapai
penerangan yang tertinggi. Demikian pula agama-agama lain, yang terdapat di seluruh dunia, dengan berbagai cara
berusaha menanggapi kegelisahan hati manusia, dengan menunjukkan berbagai jalan, yakni ajaran-ajaran serta
kaidah-kaidah hidup maupun upacara-upacara suci. Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-
agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus, Gereja merenungkan caracara bertindak dan
hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan
diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun,
Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran, dan hidup” (lih. Yoh
14: 6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, “dalam Dia pula Allah mendamaikan segala
sesuatu dengan diri-Nya”. Oleh karena itu, Gereja mendorong para putranya supaya dengan bijaksana dan penuh
kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang
iman serta perihidup Kristiani, mengakui, memelihara, dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta
nilai-nilai sosio-budaya yang terdapat pada mereka”

5. Mengenal Kekhasan Agama Khonghucu Dialog


1). Pendiri Agama Khonghucu
Khonghucu adalah nabi dan pendiri agama Khonghucu. Ia lahir di kota Tsow di negeri Lu di dataran Cina. Ia
ditinggal bapaknya waktu ia masih berusia 3 tahun dan pada usia 26 tahun ibunya juga meninggal dunia. Sejak
kecil ia suka berdoa. Dalam permainan dengan teman sebayanya, ia suka memerankan diri sebagai seorang yang
memimpin doa. Pada masa mudanya, ia sangat berhasil dalam tugasnya di dinas pertanian dan petenakan. Ia
berhasil menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Konghucu tumbuh menjadi seorang yang jujur,
hidup sederhana, dan suka memberi nasihat orang lain. Ia dikenal sebagai guru dan pemimpin yang bijaksana.
Ajaran-ajaran Khonghucu terus dipelihara oleh pengikutnya dan dihayati secara pribadi sebagai jalan hidup.
2). Inti Ajaran Khonghucu
Khonghucu sangat mementingkan ajaran moral. Jika setiap orang dapat mengusahakan keharmonisan dengan
sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan maka akan tercipta perdamaian Allah. Tujuan hidup yang dicitacitakan
dalam Khonghucu adalah menjadi seorang Kuncu (manusia budiman). Seorang Kuncu adalah orang yang memiliki
moralitas tinggi yang mendekati moralitas Sang Nabi (Khonghucu). Agama Khonghucu sangat menghormati arwah
leluhur. Tuhan Yang Maha Esa disebut Tuhan.
3). Hari Raya Agama Khonghucu
Imlek adalah hari raya umat Khonghucu. Imlek merupakan hari pergantian tahun atau tahun baru Cina atau
Tingkok. Di Indonesia hari raya ini ditetapkan sebagai hari libur nasional, sejak masa pemerintahan presiden
Abdulrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Soekarno Putri.
4). Agama Khonghucu di Indonesia
Agama Khonghucu pada zaman pemerintahan Presiden Soekarno diakui sebagai agama resmi di Indonesia.
Karena politik pemerintah Orde Baru, agama Khonghucu tidak diakui sebagai agama yang resmi. Baru pada
pemerintahan Presiden Abdulrachman Wahid, agama Khonghucu mendapat angin segar kembali. Kebijaksanaan
Presiden Abdulrachman Wahid itu juga diteguhkan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri.
Pandangan Gereja Katolik terhadap Agama Khonghucu
Konsili vatikan II dalam dekritnya tentang agama-agama bukan kristen menyatakan antara lain; “Gereja
Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang
tulus, Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam
banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang memantulkan sinar
Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun, Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan
Kristus, yakni “jalan, kebenaran, dan hidup” (lih. Yoh 14: 6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup
keagamaan, “dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya...(NA.2). Artinya bahwa Gereja
Katolik menghargai keberadaan serta ajaran agama-agama lain, termasuk Khonghucu.

6. Mendalami Agama Asli dan Aliran Kepercayaan


a. Agama Asli
Agama asli masih tetap berpengaruh dalam hidup keagamaan banyak orang, walaupun telah menganut salah
satu agama yang ada di dunia, khususnya Agama Kristen Katolik. Unsur ajaran kosmis pada agama-agama asli
masih melekat dalam hidup keagamaan orang-orang Indonesia dimanamana. Ajaran kosmis yang dimaksud adalah
ajaran tentang jagad raya, bagaimana itu dijadikan; bagaimana perkembangannya; dan bagaimana cara
menggunakannya.
1) Dasar dan Ajaran
Dasar yang mendalam dari agama-agama suku adalah dongeng mengenai ciptaan dan di dalamnya ada
hubungan ke Allahan dengan ciptaan. Ada 2 tema pokok dari cerita-cerita penciptaan:
a) Perang suci antara dunia atas dan dunia bawah atau perkawinan suci antara surga dan dunia. Keduanya
disusul dengan perceraian.
b) Keterangan tentang terjadinya bermacam-macam tumbuhtumbuhan, yang diperlukan oleh manusia untuk
dapat hidup, dan kenyataan bahwa manusia akan mati suatu saat nanti. Cerita-cerita penciptaan itu
menerangkan tentang terciptanya alam semesta, dunia, musim, pergantian terang dan gelap, serta
menunjukkan fungsi segala sesuatu. Pengaturan allah/dewa mereka atas alam semesta setiap manusia;
tumbuh-tumbuhan; hewan dan setiap kejadian mempunyai tempat yang penuh arti. Masing-masing harus
berbuat sesuai dengan hal itu dan wajib menaati peraturan dan larangan tertentu. Dalam agama asli/suku
inilah pada umumnya timbul kepercayaan bahwa tidak hanya manusia saja yang berjiwa melainkan
tumbuhtumbuhan dan hewan. Karena itu, mereka sangat menghormati alam. Sebagian besar agama-agama
asli juga percaya bahwa seseorang yang telah meninggal tetap berhubungan dengan para anggota suku yang
masih hidup. Orang yang sudah meninggal mempunyai pengaruh yang langsung dan kuat atas orang yang
masih hidup. Mereka juga kebanyakan mengenal imam-imam yang bertugas mempertahankan hubungan
orang-orang yang masih hidup dengan nenek moyang, dewadewa, jin-jin, dan setan-setan.
2) Agama-agama Asli di Indonesia
Terdapat berbagai macam agama asli di Indonesia, antara lain, Lera wulan Tana Ekan di Flores Timur dan
Lembata; wiwitan di Sunda; Aluk To Dollo di Sulawesi; Sabulungan di Mentawai; Merapu di Sumba; Kaharingan
di Kalimantan. Ada pula yang disebut agama-agama suku, seperti yang dianut oleh penduduk beberapa pulau
sebelah barat Sumatera; beberapa suku kecil dan bagian suku-suku yang besar di Sumatera; kelompok-kelompok
besar dari suku Dayak di Kalimantan; Toraja di Sulawesi; penduduk pulau Sumba; dan penduduk Irian Jaya. Selain
itu, masih terdapat apa yang kini dinamakan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang menurut negara
sama kedudukannya dengan agama dalam hal pengalaman ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
b. Aliran Kepercayaan
1) Ajaran
Aliran kepercayaan dalam dokumen Nostra Aetate disebut juga kepercayaan terhadap Yang Mahatinggi.
Aliran Kepercayaan mengajarkan tentang sikap batin dan berkisar pada ilham dari diri sendiri, yakni:
a) Peningkatan integrasi diri manusia (melawan pengasingan).
b) Pengalaman batin bahwa diri pribadi beralih ke kesatuan dan persatuan yang lebih tinggi.
c) Partisipasi dalam tata tertib sempurna yang mengatasi daya kemampuan manusia biasa.
Aliran-aliran Kepercayaan ingin mencapai budi luhur untuk meraih kesempurnaan hidup. Hal itu dilakukan secara
perseorangan atau dalam kelompok-kelompok perguruan. “Umat” dalam Aliran Kepercayaan sulit dibatasi.
Organisasi tidak dipentingkan, sumbernya adalah terutama tradisi agama-agama asli.
2) Hubungan Aliran Kepercayaan dan Agama Asli
Aliran Kepercayaan tidak langsung berkembang dari agama asli, tetapi unsur-unsur kebatinan, kerohanian,
atau mistisisme dan kejiwaan yang mengembangkan budi pekerti serta adat etis, sudah ada dalam agama-agama asli
di seluruh nusantara. Agama-agama asli di Indonesia dalam peredaran zaman mengalami banyak tantangan, tidak
hanya dari yang disebut “agama internasional”, tetapi juga dari perkembangan kebudayaan dan modernisasi.
Menurut kepercayaan asli seluruh alam merupakan satu kesatuan sakral, yang didekati manusia melalui sistem
penggolongan dan pembagian. Pandangan hidup ini tidak cocok dengan alam pikiran modern, dan memaksa para
penganut agama asli mengubah cara berpikir dan mereka menemukannya pada Aliran Kepercayaan itu. Orang
mulai menggali harta terpendam dari pusaka kebudayaan asli. Dengan demikian, tradisi nenek moyang berkembang
menjadi suatu kebudayaan rohani, yang unsur-unsurnya menyangkut perilaku, hukum, dan ilmu suci.
Ibadat dan Pembinaan
Unsur ibadat menjadi amat sederhana, sebab yang pokok adalah kesadaran dan keyakinan serta hati nurani.
Pertemuan-pertemuan diarahkan pertama-tama kepada pembinaan hati; meneguhkan tekad; kewaspadaan batin; dan
serta menghaluskan budi pekerti dalam tata pergaulan. Tujuannya adalah pendidikan, bukan
kebaktian, sebab setiap orang menemukan Tuhan dalam hatinya sendiri. Dengan membersihkan hati serta
mengembangkan kedewasaan rohani, maka dengan sendirinya ia berbakti kepada Allah. Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dimaksudkan sebagai pernyataan dan pelaksanaan hubungan pribadi dengan Allah yang
diwujudkan dalam perilaku ketakwaan terhadap Tuhan. Peribadatan merupakan pengalaman budi luhur, bukan
suatu kebaktian lahiriah, maka tidak ada tempat atau petugas ibadat. Semua bersifat batiniah.
Sikap Gereja Katolik terhadap Aliran Kepercayaan dan Agama Asli
Sejak Konsili Vatikan II, Gereja dengan penuh keyakinan menegaskan bahwa iman dan wahyu orang bukan
Kristen dapat bersifat menyelamatkan dan bahwa Gereja harus menolak ‘semua sarana yang memaksa’ dalam
pewartaan imannya. Sarana yang dimaksud adalah semacam sifat fanatisme berlebihan dan sifat menakut-nakuti
kebudayaan lain. “Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci.
Dengan sikap hormat yang tulus, Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-
ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang
memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang” (NA art. 2) Dalam pernyataan ini dapat dilihat bahwa
di dalam lembaga gereja dan tradisinya, dalam orang-orang kudus dan kitab-kitab sucinya, ‘pesan kristiani’ secara
aktif disingkapkan oleh Roh Kudus di tengah-tengah kita dan melampaui rintangan-rintangan budaya, seturut janji
yang Yesus berikan kepada para Rasul-Nya.

I. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT ( a, b, c, d atau e )


1 Kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha, yang menanggapi bermacam-macam kebutuhan Gereja dan berbagai
situasi yang diadakan dan ditujukan untuk mendukung kesatuan umat Kristen disebut ...
a “Gerakan Nasionalis” d “Gerakan Idealis”
b “Gerakan Ekumenis” e “Gerakan Ekaristi”
c “Gerakan Penghijauan”
2 Berikut yang tidak termasuk hari raya agama Islam yang dijadikan hari libur nasional yaitu...
a Idul Fitri d Idul Adha
b Maulud Nabi e Hari Raya Nyepi
c tahun baru yaitu 1 Muharam
3 Kesamaan antara Gereja Katolik dan Gereja Protestan adalah...
a. Kepemimpinan tertinggi adalah Sri Paus di Roma
b. Jumlah Kitab Sucinya sama terutama dalam Kitab Suci Perjanjian Lama
c. Semua Gereja mengimani bahwa Allah adalah Bapa Yang Maha Kuasa Pencipta langit dan bumi,
percaya bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat. Percaya bahwa Roh Kudus adalah Roh yang
menyelamatkan
d. Tata peribadatannya sama karena sama satu pembabtisan
e. Cara berdoanya sama yaitu menggunakan tanda salib
4 Munculnya anglikantisme bermula dari...
a. Pemerintahan Alexander yang ingin menikah lagi
b. Marthin Luther yang berjuang untuk meniadakan devosi
c. Yohanes Calvin ingin memperbaharui Gereja sebagaimana dilakukan oleh Luther
d. Henry VII menobatkan dirinya sebagai kepala Gereja karena Paus di Roma menolak perceraiannya
e. Anglikantisme menyerap pengaruh reformasi
5 Tujuan pokok hidup manusia menurut agama Hindu Dharma adalah ...
a karma-marga d mokha
b jnana-marga e moksha
c bhakti-marga
6 Inti ajaran Buddha mengenai hidup manusia tercantum dalam Catur Arya Satya, yang berarti Empat
Kasunyatan atau Kebenaran Mulia.
Di bawah ini yang tidak termasuk Catur Arya Satya yaitu ...
a Dukha-Satya d Marga-Satya
b Samudaya-Satya e Tri-Satya
c Nirodha-Satya
7 Agama Buddha memiliki beberapa hari raya penting. Di bawah ini yang bukan termasuk hari raya
Agama Buddha yaitu ...
a Magha Puja d Waisak
b Asadha e Kathina
c Paskah
8 Hari Raya Agama Khonghucu adalah ...
a Imlek d Tahun baru
b Nyepi e Natal
c Waisak
9 Konsili Vatikan II dalam Dokumen Nostra Aetate artikel 1 dan 2 mengatakan bahwa kita hendaknya
menghormati agama-agama dan kepercayaan lain sebab...
a. Agama-agama yang tidak jelas akan terdapat ajaran yang menyesatkan
b. Agama dan kepercayaan lain merupakan unsur lain yang harus diimani juga
c. Kepercayaan orang lain merupakan iman mereka maka kita tidak boleh mengimani
d. Agama dan kepercayaan lain merupakan hak pribadi dari setiap umat manusia
e. Agama-agama dan kepercayaan lain terdapat pula kebenaran dan keselamatan
10 Fungsi agama pada dasarnya adalah mengajarkan cara hidup. Maksudnya semua agama mengajarkan kepada semua
penganutnya untuk hidup yang...
a. Semua agama menginginkan hanya pengikutnya saja yang selamat
b. Agama memberikan pandangan hidup bagi pemeluknya untuk menghayati pandangannya
c. Hidup beretika dan bermoral, hidup yang baik akan membahagiakan dan menyelamatkan
d. Para tokoh agama menginginkan dirinya yang selamat sedangkan pengikutnya hanya mengikutinya
e. Mampu merayakan hari raya keagamaannya
II. JAWABLAH PERTANYAAN-PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN JAWABAN YANG BENAR
1. Apa latar belakang terjadi pemisahan Gereja?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
2. Apa usaha untuk bersatu (ekumene) antarsesama Gereja Kristus?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
3. Mengapa semua umat beragama perlu hidup berdampingan?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
4. Apa ciri-ciri khas agama-agama di Indonesia?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
5. Bagaimana pengalamanmu dalam bergaul dengan umat beragama lain?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------

Refleksi dan Aksi


a. Refleksi
Membuat sebuah refleksi tertulis tentang sikapnya terhadap penganut agama-agama lain sesuai dengan semangat
ajaran Gereja Katolik.
b. Aksi
Bersikap hormat pada penganut agama dan kepercayaan lain; misalnya memberikan ucapan selamat saat mereka
merayakan hari besar agamanya, serta mau berteman dengan mereka dalam hidup sehari-hari.
B. DIALOG ANTAR-UMAT BERAGAMA
DAN BERKEPERCAYAAN LAIN

Kompetensi Dasar
3.4 Memahami makna berdialog serta bekerja sama dengan umat beragama lain
4.4 Berdialog serta bekerja sama dengan umat beragama lain.
Indikator
• Menganalisis tentang sebab-akibat terjadinya kasus intoleransi antarumat beragama masyarakat.
• Menganalisis tentang toleransi hidup antarumat beragama di Indonesia berdasarkan berita media massa.
• Menjelaskan ajaran Gereja tentang makna dan hakikat dialog antarumat beragama berdasarkan NA. art.2
Doa Pembuka
Ya Allah, pencipta alam semesta, hanya kepada-Mulah segala ciptaan bersembah sujud dan berbakti. Engkau
mengenal setiap hati, dan melalui berbagai cara Engkau mewahyukan diri kepada mereka. Kami bersyukur kepada-
Mu atas begitu banyak orang yang dengan tulus mencari keselamatan. Kami bersyukur pula atas agama-agama
yang dapat menuntun para penganutnya sampai kepada-Mu, sebab hanya Engkaulah satu-satunya sumber
keselamatan. Engkaulah tujuan hidup manusia. Kami bersyukur atas begitu banyak tokoh agama yang menjadi
panutan dalam berbakti kepada-Mu dan dalam mengasihi sesama manusia. Kami mohon, ya Bapa, semoga Engkau
berkenan mengembangkan semangat kerukunan antarumat beragama. Jauhkanlah dari kami sikap merendahkan
penganut agama lain. Semoga semua orang sungguh menghayati dan mengamalkan ajaran imannya, dan hidup
dengan bertakwa. Bantulah para pemuka agama agar tekun meneladani dan mengajak umatnya untuk menghormati,
mengasihi, menghargai penganut agama lain, dan saling mengakui adanya perbedaan antaragama.

Mendalami Ajaran Gereja tentang Dialog antar-Umat Beragama


Ajaran Gereja Katolik tentang Dialog Antarumat Beragama
“Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agamaagama ini. Dengan sikap hormat
yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang
dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan
sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan
Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup
keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya. Maka Gereja mendorong para
puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama
lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan
harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka.” (NA.2)
Sikap Gereja
“Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama-agama ini. Dengan sikap hormat
yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang
dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang memantulkan sinar
Kebenaran, yang menerangi semua orang”.
Bentuk-Bentuk Dialog
1. Dialog Kehidupan
Kita sering hidup bersama dengan umat beragama lain dalam suatu lingkungan atau daerah. Dalam hidup
bersama itu, kita tentu berusaha untuk bertegur sapa, bergaul, dan saling mendukung serta saling membantu satu
sama lain. Hal itu dilakukan bukan saja demi tuntutan sopan santun dan etika pergaulan, tetapi juga tuntutan iman
kita. Dengan demikian terjadilah dialog kehidupan.
2. Dialog Karya
Dalam hidup bersama dengan umat beragama lain, kita sering diajak dan didorong untuk bekerja sama demi
kepentingan bersama atau kepentingan yang lebih luas dan luhur. Kita bekerja sama dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan, kegiatan sosial karitatif, kegiatan rekreatif, dsb. Dalam kegiatan-kegiatan seperti itu, kita dapat
lebih saling mengenal dan menghargai.
3. Dialog Iman
Dalam hal hidup beriman, kita dapat saling memperkaya, walaupun kita berbeda agama. Ada banyak ajaran
iman yang sama, ada banyak visi dan misi agama kita yang sama. Lebih dari itu semua, kita mempunyai
perjuangan yang sama dalam menghayati ajaran iman kita. Dalam hal ini, kita dapat saling belajar, saling
meneguhkan, dan saling memperkaya. Dari pihak kita, umat Katolik, dapat memberikan kesaksian iman kita
tentang bagaimana kita menghayati nilai-nilai Injili seperti: cinta kasih, solidaritas, pengampunan, pemaafan,
kebenaran, kejujuran, keadilan, perdamaian, dsb.
I. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT ( a, b, c, d atau e )
1 Menghilangkan rasa curiga dan dapat membangun persaudaraan sejati sering mengalami berbagai
macam hambatan. Hal-hal yang menghambat tersebut adalah...
a. Sikap terbuka terhadap pengalaman agama lain
b. Sikapmau menerima perbedaan terhadap agama-agama lain
c. Menganggap bahwa diri paling baik dan agama yang lain tidak baik
d. Sikap terbuka terhadap pengalaman iman agama lain
e. Saling memberi sebagai saudara dalam perbedaan
2 Dalam hidup bersama dengan umat beragama lain, kita sering diajak dan didorong untuk bekerja sama
demi kepentingan bersama atau kepentingan yang lebih luas dan luhur. Kita bekerja sama dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan, kegiatan sosial karitatif, kegiatan rekreatif, dsb. Dalam kegiatan-kegiatan seperti
itu, kita dapat lebih saling mengenal dan menghargai. Dengan demikian terjadilah ...
a Dialog iman d Dialog Keluarga
b Dialog kehidupan e Dialog kesehatan
c Dialog Karya
3 Dalam hal hidup beriman, kita dapat saling memperkaya, walaupun kita berbeda agama. Ada banyak
ajaran iman yang sama, ada banyak visi dan misi agama kita yang sama. Lebih dari itu semua, kita
mempunyai perjuangan yang sama dalam menghayati ajaran iman kita. Dalam hal ini, kita dapat saling
belajar, saling meneguhkan, dan saling memperkaya. Dengan demikian terjadilah ...
a Dialog iman d Dialog Keluarga
b Dialog kehidupan e Dialog kesehatan
c Dialog Karya
4 Salah satu penyebab kerusuhan antar pemeluk agama adalah ...
a. Agama merupakan dasar iman yang harus diyakini oleh pemeluknya
b. Keinginan untuk memeluk agama yang diyakini oleh pemeluk lain
c. Merasa satu saudara sehingga konflik maupun perang adalah sesuatu yang biasa
d. Kuasa pemeluk satu agama untuk memeluk agama yang lain
e. Agama sering diperalat atau ditunggangi demi kepentingan lain yang bersifat politis maupun
ekonomis
5 Kita sering hidup bersama dengan umat beragama lain dalam suatu lingkungan atau daerah. Dalam hidup
bersama itu, kita tentu berusaha untuk bertegur sapa, bergaul, dan saling mendukung serta saling
membantu satu sama lain. Hal itu dilakukan bukan saja demi tuntutan sopan santun dan etika pergaulan,
tetapi juga tuntutan iman kita. Dengan demikian terjadilah ...
a Dialog iman d Dialog Keluarga
b Dialog kehidupan e Dialog kesehatan
c Dialog Karya
6 Banyaknya kerusuhan yang bernuansa agama sehingga menjadikan orang bertanya apa fungsi agama,
maka hendaknya sikap kita semakin...
a. Membenci kepada agama lain sebab terjadinya kerusuhan karena banyaknya agama
b. Mengimani agama kita dan beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaan kita
c. Membiarkan orang lain sengsara karena kesalahannya sendiri
d. Memaksakan kepada agama kita kepada orang lain agar tidak terjadi kerusuhan
e. Membiarkan kerusuhan karena sudah menjadi urusan pribadi
7 Persaudaraan sejati tidak dibatasi oleh ikatan suku, darah atau agama. Setiap orang siapa pun dia,
sungguh harus...
a. Dibantu secara materi agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi
b. Didukung apabila seiman dengan kita namun apabila tidak seiman akan kita tolak
c. Diberi kesempatan untuk hidup agar menemukan kegagalan
d. Dikasihi dan diperhatikan sebagai saudara dan sesama manusia
e. Disaingi agar mereka mampu untuk hidup semakin percaya
8 Yesus datang ke dunia untuk mewartakan kasih dan cinta damai serta Ia mendorong agar...
a. Tercipta kesempurnaan hidup yaitu surga di dunia
b. Semua orang menjadi Katolik dan dibabtis secara Katolik
c. Manusia dapat menguasai sesamanya sebagai wujud sayang kepada saudara seiman
d. Tercipta budaya persaudaraan sejati karena kita sama-sama putra-putri Allah
e. Para murid-Nya mampu untuk memberikan kasih kepada saudara seiman
9 Sikap Yesus terhadap agama lain pada waktu itu sangat menghormati terbukti ...
a. Yesus menerima hukuman salib
b. Yesus mau beribadat di Bait Allah bersama dengan orang tuanya
c. Yesus mau bercakap-cakap dengan wanita Samaria
d. Yesus selalu mencintai para rasulNya
e. Yesus mengajar di Bait Allah dan ditinggal oleh orang tuanya
10 “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau
tidak melalui Aku.” Sabda Yesus tersebut terdapat dalam ...
a Kis. 14:6 d Markus 14:6
b Lukas 14:6 e Matius 14:6
c Yohanes 14:6

II. JAWABLAH PERTANYAAN-PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN JAWABAN YANG BENAR


1. Apa ajaran Gereja tentang dialog antarumat beragama?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
2. Apa isi ajaran Gereja tentang dialog antarumat beragama?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
3. Apa bentuk-bentuk dialog yang perlu dikembangkan dalam hidup bersamadengan agama-agama dan
kepercayaan lain di Indonesia?!
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
4. Sikap apa yang perlu dimiliki dalam membangun dialog?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
5. Apa tindakan atau sikap yang sebaiknya dilakukan oleh masyarakat yang hidup di tengah masyarakat yang
heterogen di Indonesia?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------
C. MEMBANGUN PERSAUDARAAN SEJATI,
MELALUI KERJA SAMA ANTAR-UMAT BERAGAMA

Kompetensi Dasar
3.4 Memahami makna berdialog serta bekerja sama dengan umat beragama lain.
4.4 Berdialog serta bekerja sama dengan umat beragama lain
Indikator
• Menjelaskan bentuk-bentuk kerja sama yang sudah terjalin antara umat Katolik dan umat beragama lain di
Indonesia (berdasarkan pengalaman keuskupan Ambonina).
• Menjelaskan hambatan-hambatan kerja sama dan dialog dalam membangun persaudaraan sejati dengan umat
beragama lain
• Menjelaskan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan yang dapat membangun persaudaraan sejati antarumat
beragama berdasarkan Kitab suci (Lukas 10:25- 37) dan Ajaran Gereja (NA.1 -2)
Doa Pembuka
Allah Bapa di Surga, PutraMu Yesus Kristus mengajarkan kepada kami, untuk mencintaiMu sepenuh hati dan
mencintai sesama seperti diri sendiri. Bimbinglah kami dengan daya Roh-Kudus-Mu, supaya ajaran mulia itu
semakin terwujud nyata, dalam hidup bersama sebagai saudara. Berkatilah kami, agar makin bersatu dalam kasih
persaudaraan. Berkatilah kami, agar makin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa. Berkatilah
masyarakat dan bangsa kami, agar mengutamakan persaudaraan sejati, kesejahteraan bersama dan persatuan
Indonesia. Bunda Maria, doakanlah kami yang dihimpun dalam nama PutraMu, Tuhan kami Yesus Kristus,
pengantara kami. Amin.
1) Berbagai Fakta Kerusuhan Antarpemeluk Agama
a) Di Irlandia Utara sering terjadi kerusuhan dan perang antara umat Katolik dan umat Protestan. Kerusuhan ini
sudah berlangsung sangat lama.
b) Di Khasmir sering ada kerusuhan dan perang antara umat Hindu dan Islam.
c) Di beberapa negara Timur Tengah hingga kini terjadi kekerasan terhadap penganut-penganut agama kristen.
Banyak umat kristen telah diusir atau dipaksa masuk agama tertentu. Begitupun di Afrika sering terjadi
kerusuhan antar-pemeluk agama Kristen dan Islam.
d) Di Eropa dan Amerika sering terjadi intimidasi terhadap agama minoritas (Islam).
e). Di Tanah Air sudah sering terjadi kerusuhan antar-pemeluk agama, khususnya antara umat Islam dan Kristen di
beberapa tempat, baik dalam skala kecil maupun besar.
2) Sebab-Sebab Kerusuhan Antar pemeluk Agama
Ada banyak sebab terjadinya kerusuhan bernuansa agama, antara lain;
a) Agama sering diperalat atau ditunggangi demi kepentingan lain yang bersifat politis dan ekonomis.
b) Fanatisme sempit karena kurang memahami agamanya sendiri dan agama orang lain.
c) Merasa posisi dan pengaruhnya terancam karena adanya agama lain. Merasa agama lain sebagai saingan.
d) Pencemaran simbol-simbol agama oleh pemeluk agama lain. Hal ini sering membakar emosi massa, karena
agama sering diyakini sebagai benteng terakhir untuk menegakkan martabat pribadi atau kelompoknya.
3) Akibat Kerusuhan Antar pemeluk Agama
Kerusuhan antar-pemeluk agama dapat terjadi sangat lama dan sangat kejam. Akibat dari kerusuhan ini dapat
sangat parah dan fatal, antara lain:
a) Hilangnya banyak nyawa secara sia-sia, bahkan nyawa orangorang yang tidak berdosa.
b) Terjadinya gelombang pengungsian, sebab mereka takut dan sudah kehilangan segala-galanya.
c) Hancurnya sarana-sarana ibadat serta rumah-rumah penduduk serta properti lainnya.
d) Trauma yang berkepanjangan bagi mereka yang telah mengalaminya.
e) Kegiatan baik ekonomi, pendidikan, maupun keagamaan terganggu sehingga menyengsarakan masyarakat pada
umumnya.
4) Masalah-masalah mendasar dalam kehidupan agama
Berdasarkan masalah-masalah yang dikemukan di atas, maka dapat dilihat tiga masalah pokok yang kiranya
menjadi sumber permasalahan agama sekarang ini yaitu, fanatisme, takhayul, dan fatalisme.
a) Fanatisme
 Fanatisme adalah sikap yang hanya menonjolkan agamanya sendiri dengan kecenderungan menghina agama
lain dan mengurangi hak hidupnya. Fanatisme sering mengarah ke dominasi politik dan cita-cita mendirikan
negara agama. Sebab-sebab dari fanatisme agama itu kompleks. Antara lain: kurang mengenal agama lain
karena hidup dalam daerah tertutup, pendidikan agama yang sempit dan defensif yang mencari-cari kejelekan
dari agama lain, rasa bangga yang berlebihan atas kejayaan agamanya sendiri dengan tidak melihat
kekurangan-kekurangan diri, rasa takut akan kemajuan agama lain, dan lain-lain. Sebab-sebab ini umumnya
kurang disadari, sehingga fanatisme bisa sampai menutup diri sama sekali terhadap agama lain, membabibuta
dan bertahan lama sekali. Sebab yang utama dari fanatisme agama adalah tidak adanya keyakian yang tenang,
dewasa, realistis dan terbuka.
 Fanatisme adalah sikap mental yang paling berbahaya untuk perkembangan pribadi, kesatuan bangsa dan
kerukunan internasional. Perkembangan pribadi dicekik, karena fanatisme membelenggu orang-orang dalam
pandangan hidup yang tetap sama, statis, tertutup, sehingga tidak ada evolusi dan perluasan pandangan yang
sangat dibutuhkan untuk mencapai kedewasaan akhlak. Fanatisme ini juga cenderung mencurigai hasil-hasil
ilmu pengetahuan dan dengan demikian menanam kebodohan.
 Sejarah agama-agama besar banyak dinodai oleh fanatisme \ agama. Tak ada satu agama besarpun yang bersih
dalam hal ini. Perang-perang dashyat dicetuskan oleh fanatisme. Misalnya, Perang Salib pada abad
pertengahan, yang berkobar antara bangsa-bangasa penganut agama Kristen dan Islam.
b) Takhayul
 Takhayul adalah kepercayaan yang terlalu besar akan benda atau perayaan tertentu, untuk dengan demikian
mendapat bantuan dari Tuhan. Orang sebetulnya lebih percaya akan benda atau perayaan tertentu daripada
akan Tuhan sendiri. Takhayul terutama merajalela dikalangan bangsa yang menganut agama primitif, yaitu
animisme. Manusia, hampir selalu dengan perantaraan seorang imam atau dukun, dengan perayaanperayaan
tertentu, seperti pengorbanan, persembahan, penyiksaan, bertapa, matiraga, berusaha mencegah pengaruh roh-
roh jahat dan mendapat bantuan dari roh-roh yang baik.
 Tempat-tempat tertentu, lebih-lebih kuburan dianggap keramat. Diambil tanah dari situ untuk mendapatkan
berkat. Atau sebaliknya tempat-tempat tertentu dianggap angker. Orang-orang berpandangan bahwa tempat-
tempat itu diduduki oleh roh-roh jahat.
 Takhayul dapat berkembang menuju ilmu hitam jika ia bermaksud dengan bantuan dari roh-roh merugikan
sesama manusia, dimana ia mengabdikan Tuhan, atau kekuasaan adikodrati untuk kepentingannya sendiri.
Tuhan harus melayani kepentingan manusia.
 Dengan perayaan tertentu, misalnya dengan mengucapkan mantera, ia seakan-akan mau memaksa Tuhan atau
roh untuk melakukan sesuatu baginya. Takhayul merusak iman yang sejati, menutup terhadap ilmu
pengetahuan, dan sering memboroskan uang.
 Tak dapat disangkal bahwa takhayul di Indonesia, baik di kota maupun di daerah, masih cukup kuat. Takhayul
membelenggu jiwa dalam ketakutan.
c) Fatalisme
 Fatalisme adalah sikap mudah menyerah pada nasib. Sebabsebabnya sering kali adalah kekurangan tenaga
dibantu oleh alasan-alasan religius. Nasib dianggap ditakdirkan oleh Tuhan.
 Sikap fatalistis mengakibatkan manusia kurang berusaha menentang sengsara, terlalu mudah menghibur diri
dengan perayaan-perayaan keagamaan dan menantikan surga. Orangorang fatalis mempunyai pandangan
tentang Tuhan yang picik dan paham yang tidak realistis tentang dunia. Tuhan seakanakan menakdirkan segala
nasib buruk. Ia mudah lari ke dalam impian idealistis. Misalnya, jika dalam perkawinan ada suatu ketegangan,
cepat diambil kesimpulan bahwa jodoh ini memang tidak ditakdirkan oleh Tuhan, jadi baiknya diceraikan saja.
 Fatalisme di Indonesia yang bercokol di belakang topeng agama melumpuhkan daya tekun, kekuatan untuk
melawan rintangan-rintangan, dan jelas menghambat pembangunan nasional di segala bidang.
3. Mendalami fungsi-fungsi agama
a) Mewartakan keselamatan. Semua agama mewartakan dan menjanjikan keselamatan, bukan bencana. Karena
mewartakan dan menjanjikan keselamatan itulah, maka manusia memeluk suatu agama. Manusia
mendambakan keselamatan.
b) Mewartakan arti hidup. Agama-agama memberikan pandangan hidup dan meyakinkan penganut-penganutnya
untuk menghayati pandangan hidup itu. Agama memberi jawaban atas pertanyaan hidup: dari mana asal hidup
manusia, apa makna hidup manusia, apa tujuan hidup manusia, dsb. Menghayati pandangan hidup menurut
agamanya akan membuat manusia bahagia dan selamat.
c) Mengajarkan cara hidup. Semua agama mengajarkan kepada para penganutnya untuk hidup baik; hidup
beretika dan hidup bermoral; hidup yang baik akan membahagiakan dan menyelamatkan.

Mendalami Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja tentang Membangun


Persaudaraan Antarpemeluk Agama
Menyimak Injil Lukas 10:25-37
Sikap Yesus tegas dalam hal membangun persaudaraan sejati tanpa mengenal latarbelakang, atau asal usul
seseorang. Hal itu tampak dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati. Orang Samaria itu sanggup
menjadi sesama bagi orang lain yang menderita, tanpa memandang asal-usul dan latar belakang hidupnya. Orang
yang berbeda suku, agama, cara beribadah, dan berbeda kebudayaannya ditolongnya, dikasihinya sepenuh hati
dengan segenap jiwa dan akal budinya. Itulah persaudaraan sejati. Persaudaraan sejati antara manusia dan sesama
makhluk Tuhan. Persaudaraan sejati tidak dibatasi oleh ikatan darah, suku, atau agama. Setiap manusia siapa pun
dia sungguh harus dikasihi sebagai saudara dan sesama.
2. Menggali Ajaran Gereja
“Pada zaman kita bangsa manusia semakin erat bersatu dan hubungan-hubungan antara pelbagai bangsa
berkembang. Gereja mempertimbangkan dengan lebih cermat, manakah hubungannya dengan agama-agama bukan
kristiani. Dalam tugasnya mengembangkan kesatuan dan cinta kasih antarmanusia, bahkan antarbangsa, gereja
disini terutama mempertimbangkan manakah hal-hal yang pada umumnya terdapat pada bangsa manusia, dan yang
mendorong semua untuk bersama-sama menghadapi situasi sekarang. Sebab semua bangsa merupakan satu
masyarakat, mempunyai satu asal, sebab Allah menghendaki segenap umat manusia mendiami seluruh muka
bumi[1]. Semua juga mempunyai satu tujuan terakhir, yakni Allah, yang penyelenggaraan-Nya, bukti-bukti
kebaikan-Nya dan rencana penyelamatn-Nya meliputi semua orang, sampai orang yang terpilih dipersatukan dalam
Kota suci, yang akan diterangi oleh kemuliaan Allah; di sana bangsa-bangsa akan berjalan dalam cahaya-
Nya...(NA.1) “...Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog
dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup
kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan hartakekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio
budaya, yang terdapat pada mereka...”(NA.2).
Mendalami usaha-usaha kongkrit untuk membangun Persaudaraan Sejati antar
pemeluk Agama dan Kepercayaan lain.
Dewasa ini dialog agama-agama terasa amat kuat pengaruhnya. Pengaruhnya nyata tidak hanya dalam hidup
Gereja partikular Asia yang menganut pola masyarakat pluri-religius, melainkan juga telah mewarnai Gereja
universal pada umumnya. Sebab gerakan dialog dengan agama-agama lain telah, sedang dan pasti akan dirintis di
mana-mana mulai dari tingkat yang paling kecil yaitu keluarga, kampung, dan desa sampai tingkat yang lebih luas
nasional dan internasional.
a. Dialog Kehidupan
Dialog kehidupan diperuntukkan bagi semua orang dan sekaligus merupakan level dialog yang paling
mendasar. Sebab ciri kehidupan bersama seharihari dalam masyarakat majemuk yang paling umum dan mendasar
ialah ciri dialogis. Kita sering hidup bersama dengan umat beragama lain dalam suatu lingkungan atau daerah.
Dalam hidup bersama itu, kita tentu berusaha untuk bertegur sapa, bergaul, saling mendukung dan saling
membantu satu sama lain. Hal itu dilakukan bukan saja demi tuntutan sopan santun dan etika pergaulan, tetapi juga
tuntutan iman kita.
b. Dialog Karya
1) Dimaksudkan dengan dialog karya adalah kerjasama yang lebih intens dan mendalam dengan para pengikut
agama-agama lain. Sasaran yang hendak diraih jelas dan tegas, yakni pembangunan manusia dan peningkatan
martabat manusia. Bentuk dialog semacam ini sekarang kerap berlangsung dalam kerangka kerjasama
organisasi-organisasi internasional, di mana orang-orang Kristen dan para pengikut agamaagama lain bersama-
sama menghadapi masalah-masalah dunia.
2) Dalam hidup bersama dengan umat beragama lain, kita sering diajak dan didorong untuk bekerja sama demi
kepentingan bersama atau kepentingan yang lebih luas dan luhur. Kita bekerja sama dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan, kegiatan sosial karitatif, kegiatan rekreatif, dan sebagainya. Dalam kegiatan-kegiatan seperti
itu, kita dapat lebih saling mengenal dan menghargai.
c. Dialog Pengalaman Iman
1) Dialog pengalaman iman atau pengalaman keagamaan merupakan dialog tingkat tinggi. Dialog pengalaman
iman dimaksudkan untuk saling memperkaya dan memajukan penghayatan nilai-nilai tertinggi dan cita-cita
rohani masing-masing pribadi.
2) Dalam hidup beriman, kita dapat saling memperkaya, walaupun berbeda agama. Ada banyak ajaran iman yang
sama, ada banyak visi dan misi agama yang sama. Lebih dari itu, semua orang ternyata mempunyai perjuangan
yang sama dalam menghayati ajaran imannya, dan dalam hal ini kita dapat saling belajar, saling meneguhkan,
dan saling memperkaya.
3) Kita dapat memperoleh banyak hal dari apa yang kita pelajari dari agama Islam, Hindu, Buddha, Khonghucu,
Aliran Kepercayaan dan agama asli, yaitu:
a) Dari agama Islam, kita dapat belajar sikap pasrah, kepercayaan yang teguh pada Allah Yang Maha Esa,
ketekunan dalam berdoa secara teratur, dan sikap tegar menolak kemaksiatan.
b) Dari agama Hindu dan Buddha (juga Aliran Kepercayaan), kita dapat belajar, misalnya, tentang penekanan
pada hal-hal batin. Agama Hindu dan Buddha (demikian juga agama-agama orientalis lainnya) sangat
menekankan doa batin, meditasi, konteplasi. Yoga dan berbagai seni bermeditasi lainnya sangat disukai dan
dipraktekkan di seluruh dunia.
c) Dari agama Konghucu (juga agama Buddha), kita dapat belajar tentang penekanan dan penghayatan umatnya
pada hidup moral dan perilaku. Mereka sangat menekankan praktek hidup yang baik. Agama Konghucu dan
agama Buddha adalah agama moral.
d) Dari Aliran Kepercayaan dan agama asli, kita dapat belajar tentang kedekatan mereka pada alam lingkungan
hidup. Agama asli percaya akan keharmonisan seluruh kosmis. Ada mata rantai kehidupan yang melingkupi
seluruh alam raya, yang tidak boleh dirusakkan. Maka, umat agama asli selalu membuat upacara sebelum
mereka mengolah tanah atau menebang pohon, semacam tindakan minta izin kepada sesama saudara
sekehidupan. Dalam gerakan melestarikan ekologi saat ini rupanya kita perlukan menimba inspirasi dari
agama asli ini.
d. Sikap-sikap yang perlu kita miliki
1) Bersikap dewasa, kritis, agar agama tidak diperalat demi kepentingan politik dan ekonomi.
2) Menjauhkan diri dari setiap provokasi yang muncul dari fanatisme buta.
3) Berani mencegah terjadinya pencemaran terhadap simbol-simbol agama mana pun.
I. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT ( a, b, c, d atau e )
1 Di bawah ini bukan sebab-sebab terjadinya kerusuhan bernuansa agama, adalah ...
a. Agama sering diperalat atau ditunggangi demi kepentingan lain yang bersifat politis dan ekonomis.
b. Fanatisme sempit karena kurang memahami agamanya sendiri dan agama orang lain.
c. Merasa agama lain sebagai saingan.
d. Pencemaran simbol-simbol agama oleh pemeluk agama lain.
e. Berani bersahabat dengan teman yang beragama lain.
2 Di bawah ini bukan akibat kerusuhan antar pemeluk agama adalah ...
a. Menjalankan ibadah keagamaan dengan aman, tentram dan nyaman
b. Hilangnya banyak nyawa secara sia-sia, bahkan nyawa orang-orang yang tidak berdosa.
c. Terjadinya gelombang pengungsian, sebab mereka takut dan sudah kehilangan segala-galanya.
d. Hancurnya sarana-sarana ibadat serta rumah-rumah penduduk serta properti lainnya.
e. Kegiatan baik ekonomi, pendidikan, maupun keagamaan terganggu sehingga menyengsarakan
masyarakat pada umumnya.
3 Sikap yang hanya menonjolkan agamanya sendiri dengan kecenderungan menghina agama lain dan
mengurangi hak hidupnya adalah sikap...
a Takhayul d Nasionalisme
b Fanatisme e Fatalisme
c Konsumerisme
4 Kepercayaan yang terlalu besar akan benda atau perayaan tertentu, untuk dengan demikian mendapat
bantuan dari Tuhan adalah sikap...
a Fanatisme d Nasionalisme
b Takhayul e Fatalisme
c Konsumerisme
5 Sikap mudah menyerah pada nasib. adalah sikap...
a Takhayul d Konsumerisme
b Fatalisme e Nasionalisme
c Fanatisme
6 Kita dapat belajar tentang penekanan dan penghayatan pada hidup moral dan perilaku, dari agama ...
a Hindu dan Buddha d Katolik
b Kristen e Konghucu
c Agama Asli
7 Kita dapat belajar, misalnya, tentang penekanan pada hal-hal batin. Doa batin, meditasi, konteplasi. Yoga
dan berbagai seni bermeditasi lainnya sangat disukai dan dipraktekkan di seluruh dunia, dari agama ...
a Hindu dan Buddha d Katolik
b Kristen e Konghucu
c Agama Asli
8 Kita dapat belajar tentang kedekatan mereka pada alam lingkungan hidup. Percaya akan keharmonisan
seluruh kosmis. Ada mata rantai kehidupan yang melingkupi seluruh alam raya, yang tidak boleh
dirusakkan, dari agama ...
a Hindu d Katolik
b Buddha e Konghucu
c Agama Asli
9 Sikap Yesus tegas dalam hal membangun persaudaraan sejati tanpa mengenal latarbelakang, atau asal
usul seseorang. Hal itu tampak dalam perumpamaan tentang ...
a Biji sesawi d orang Samaria yang baik hati
b Penabur e Ilalang di antara gandum
c Anak yang hilang
10 Burhan adalah anak yang baik dan dewasa dalam iman hal ini terbukti ...
a. Memilih bersahabat dengan teman seiman saja
b. Jarang pergi kegereja beribadah, karena merasa tidak penting
c. Rajin beribadah, sopan, santun, rendah hati dan menghormati sesama tanpa membeda-bedakan
d. Rajin beribadah dan tidak harus menghormati sesama
e. Rajin mengucapkan bahwa agamanya adalah yang paling baik

II. JAWABLAH PERTANYAAN-PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN JAWABAN YANG BENAR


1. Mengapa masih sering terjadi pertikaian antar pemeluk agama, padahal semua agama mengajarkan tentang
kerukunan?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
2. Apa fungsi agama-agama dalam hidup manusia?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
3. Sebagai orang beragama Katolik, apa fungsimu di lingkungan dimana engkau tinggal?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
4. Kerja sama macam apa yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan persaudaraan sejati dalam hidup kita
sehari-hari?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
5. Sikap bagaimana yang perlu kita miliki untuk membangun persaudaraan sejati antar pemeluk agama dan
kepercayaan lain?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------
BAB V. PERAN SERTA UMAT KATOLIK DALAM PEMBANGUNAN
BANGSA INDONESIA
A. MEMBANGUN BANGSA DAN NEGARA YANG DIKEHENDAKI TUHAN

Kompetensi Dasar
3.5 Memahami makna keterlibatan aktif umat Katolik dalam membangun bangsa dan negara Indonesia.
4.5 Berperan aktif umat Katolik dalam membangun bangsa dan negara Indonesia.
Indikator
 Menganalisis situasi masyarakat Indonesia dewasa ini (berdasarkan sebuah kasus perburuhan di Tangerang).
 Menganalisis situasi masyarakat Indonesia dalam terang Kitab Suci (Luk 4:18- 19)
 Menjelaskan ajaran Gereja tentang usaha-usaha masyarakat untuk membangun masyarakat seperti yang
dikehendaki Tuhan (Evangelii Nuntiandi artikel 31)
 Menjelaskan hambatan-hambatan dalam usaha membangun masyarakat yang dikehendaki Tuhan dan cara
mengatasinya;
 Menjelaskan partisipasi-aktif apa yang dapat dilakukan untuk membangun masyarakat yang dikehendaki
Tuhan.
Doa Pembuka
Allah Bapa penyayang kehidupan, kami bersyukur boleh mendiami tanah air Indonesia dengan segala
keragaman dan kekayaan alamnya. Kami bersyukur bahwa Engkau menyertai perjalanan bangsa dan negara kami.
Bantulah kami agar dari hari ke hari kami semakin bersatu hati mewujudkan kesejahteraan umum. Terangilah hati
dan budi kami agar tidak berpandangan sempit memperjuangkan kepentingan kelompok dan golongan sendiri.
Demi Kristus, yang mengasihi semua orang dan telah wafat menebus dosa manusia, dalam persekutuan Roh Kudus,
hidup kini dan sepanjang masa. Amin.
a. Situasi Politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan politik pemerintahan
Orde Baru. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu didasarkan pada alasan
pelaksanaan Demokrasi Pancasila. Namun yang sebenarnya terjadi adalah upaya memepertahankan kekuasaan
regim dan kroni-kroninya saat itu. Artinya, demokrasi yang dijalankan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi
yang semestinya, melainkan demokrasi rekayasa atau purapura. Bukan lagi demokrasi dalam pengertian dari, oleh,
dan untuk rakyat,
melainkan demokrasi dari, oleh, dan untuk penguasa. Pada masa Orde Baru kehidupan politik sangat
represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang dianggap
kritis. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai tindakan subversif
(menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia). Karena itulah banyak orang kritis ditangkap dan dijebloskan
kedalam penjara. Sekarang, kita sudah memasuki zaman reformasi. Namun, yang diharapkan pada awal Orde
Reformasi ternyata tidak terpenuhi, meskipun harus diakui bahwa ada beberapa perubahan. Ada kebebasan
mengungkapkan pendapat dan kebebasan berserikat. Akan tetapi, banyak masalah justru menjadi semakin parah.
Salah satu yang sangat mencolok adalah hilangnya cita rasa dan perilaku politik yang benar dan baik. Politik
merupakan tugas luhur untuk mengupayakan atau mewujudkan kesejahteraan bersama. Tugas dan tanggung jawab
itu dijalankan dengan berpegang pada prinsip-prinsip, sikap hormat, serta setia pada etika dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Akan tetapi, dalam banyak bidang prinsip-prinsip etika itu tampaknya
makin diabaikan, bahkan ditinggalkan oleh banyak orang, termasuk oleh para politisi, pelaku bisnis, dan pihak-
pihak yang mempunyai sumber daya yang berpengaruh di negeri ini. Dewasa ini, politik hanya dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi atau kelompok. Dari apa yang sedang berlangsung sekarang, tampak bahwa politik menjadi
ajang pertarungan kekuatan dan perjuangan untuk memenangkan kepentingan ekonomi atau kepentingan finansial
pribadi dan kelompok. Terkesan tidak ada upaya serius untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Bukan
kepentingan bangsa yang diutamakan, melainkan kepentingan kelompok, dengan mengabaikan cita-cita dan
kehendak kelompok lain. Yang lebih memprihatinkan lagi ialah agama sering digunakan untuk kepentingan
kelompok politik. Simbol-simbol agama dijadikan lambang politik kelompok tertentu, dengan demikian
membangun sekat-sekat antara penganut agama, yang kadang kala melahirkan berbagai bentuk kekerasan yang
berbau SARA. Politik kekuasaan yang mementingkan kelompok sendiri semacam itu dengan sendirinya akan
mengorbankan tujuan utama, yakni kesejahteraan bersama yang mengandaikan kebenaran dan keadilan. Penegakan
hukum juga diabaikan. Akibatnya, fenomena KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) tidak ditangani secara serius,
bahkan makin merajalela di berbagai wilayah, lebih-lebih sejak pelaksanaan program otonomi daerah. Otonomi
daerah yang sebenarnya dimaksudkan sebagai desentralisasi kekuasaan, kekayaan, fasilitas, dan pelayanan ternyata
menjadi desentralisasi KKN.
b. Situasi Ekonomi
Tuntutan reformasi menghendaki adanya perubahan dan perbaikan di segala aspek kehidupan yang lebih
baik. Namun, pada praktiknya tuntutan reformasi telah disalahgunakan oleh para petualang politik hanya untuk
kepentingan pribadi dan kelompoknya. Pada era reformasi, konflik yang terjadi di masyarakat makin mudah terjadi
dan sering kali bersifat etnis di berbagai daerah. Kondisi sosial masyarakat yang kacau akibat lemahnya hukum dan
perekonomian yang tidak segera kunjung membaik menyebabkan sering terjadi gesekan-gesekan dalam
masyarakat. Secara ekonomis, negeri kita praktis dikuasai oleh segelintir orang yang kaya raya, yang memiliki
perusahaan-perusahaan multinasional dengan modal dan kekayaan yang sangat besar. Selanjutnya, tatanan ekonomi
yang berjalan di Indonesia mendorong kolusi kepentingan antara para pemilik modal dan pejabat, untuk
mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Kesempatan ini juga bisa dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok
tertentu bersama dengan para politisi yang mempunyai kepentingan, untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya
dengan cara yang mudah. Akibatnya, antara lain terjadi penggusuran tempat-tempat tinggal rakyat untuk berbagai
mega proyek dan eksploitasi alam demi kepentingan para pengusaha kaya. Uang telah merusak segala-galanya.
Peraturan perundang-undangan dan aparat penegak hukum dengan mudah ditaklukkan oleh mereka yang
mempunyai sumber daya keuangan. Akibatnya, upaya untuk menegakkan tatanan hukum yang adil dan pemerintah
yang bersih tak terwujud. Ketidakadilan semakin dirasakan kelompok-kelompok yang secara struktural sudah
dalam posisi lemah, seperti perempuan, anak-anak, orang tua, orang cacat, dan kaum miskin. Persaingan
antarkelompok dan antarpribadi menjadi semakin tajam. Suasana persaingan itu menumbuhkan perasaan tidak adil,
terutama ketika berhadapan dengan pengelompokan kelas ekonomi antara yang kaya dan miskin. Perasaan
diperlakukan tidak adil itu menyuburkan sikap tertutup dan perasaan tidak aman bagi setiap orang. Orang lain atau
kelompok lain akan dianggap sebagai ancaman yang akan mencelakakan diri atau kelompoknya. Perasaan terancam
ini diperparah dengan sistem ekonomi yang menciptakan kerentanan dalam lapangan kerja.
Kinerja ekonomi selalu menuntut pembaruan. Pembaruan terus-menerus menuntut orang untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan baru yang tidak selalu mengungkapkan nilai-nilai keadilan. Mereka
yang tidak memenuhi tuntutan struktur ekonomi baru akan terlempar dari pekerjaan karena tidak mampu memenuhi
standar baru tersebut. Angka pengangguran semakin tinggi karena rendahnya investasi di sektor ekonomi riil yang
mengakibatkan tidak terciptanya lapangan kerja. Pengangguran tidak hanya mengakibatkan tak terpenuhinya
kebutuhan ekonomi, melainkan juga memukul harga, yang mengakibatkan tak terpenuhinya kebutuhan ekonomi.
c. Akar Masalah
1) Iman hanya sebatas pengetahuan, belum sebagai tindakan hidup. Dengan perkataan lain, orang-orang hanya
beragama namun belum beriman. Iman belum menjadi sumber inspirasi kehidupan nyata. Penghayatan iman
masih lebih berkisar pada hal-hal lahiriah, seperti simbol-simbol dan upacara keagamaan. Dengan demikian,
kehidupan politik di Indonesia kurang tersentuh oleh iman itu. Salah satu akibatnya ialah lemahnya pelaksanaan
etika politik, yang hanya diucapkan di bibir, tetapi tidak dilaksanakan secara konkret. Politik tidak lagi dilihat
sebagai upaya mencari makna dan nilai atau sebagai suatu cara bagi pencapaian kesejahteraan bersama,
melainkan lebih sebagai kesempatan untuk menguntungkan diri sendiri serta kelompoknya.
2) Ambisius akan kekuasaan dan harta kekayaan yang menjadi bagian dari pendorong politik kepentingan yang
sangat membatasi ruang publik, yakni ruang kebebasan politik dan ruang peran serta warga negara sebagai
subjek. Ruang publik disamakan dengan pasar. Kekuatan uang dan hasil ekonomi dianggap paling penting.
Manusia hanya diperalat, sehingga cenderung diterapkan diskriminasi, dan kemajemukan pun diabaikan.
Dengan kata lain, manusia hanya dihargai dari manfaat ekonominya. Maka, dengan mudah mereka yang lemah,
yang miskin, dan yang kumuh dianggap tidak berguna dan tidak mendapat tempat. Tekanan pada nilai kegunaan
ini tidak hanya bertentangan dengan martabat manusia, melainkan juga mengikis solidaritas. Perbedaan entah
berbeda agama, suku, atau perbedaan lainnya dianggap menjadi halangan bagi tujuan kelompok.
Penyelenggaraan negara dimiskinkan, yakni hanya menjadi kepentingan kelompok-kelompok. Politik dagang
sapi menjadi bagian kepentingan kelompok itu, dengan akibat melemahnya kehendak politik dalam hal
penegakan hukum.
3) Nafsu untuk mengejar kepentingan pribadi, kelompok atau golongan menyebabkan kebenaran diabaikan.
Meluasnya praktek korupsi tidak lepas dari upaya memenangkan kepentingan diri dan kelompok. Ini mendorong
terjadinya pemusatan kekuasaan dan lemahnya daya tawar politik berhadapan dengan kepentingan pihak yang
menguasai sumber daya keuangan, terutama sektor bisnis. Akibatnya, bukan proses politik bagi kebaikan
bersama yang mengelola cita-cita hidup bersama yang berkembang, melainkan kekuatan finansial yang
mendikte proses politik. Lembaga pengawas yang diharapkan menjadi penengah dalam perbedaan kepentingan
ini justru merupakan bagian dari sistem yang juga korup. Akibatnya, politik pun tidak lagi mandiri. Politik
berada di bawah tekanan kepentingan mereka yang menguasai dan mengendalikan operasi-operasi pasar. Etika
politik seperti tidak berdaya, dicekik oleh nilai-nilai pasar, kompetisi, dan janji keuntungan ekonomi.
4) Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Kita dapat menyaksikan secara terang benderang di Indonesia
saat pemilihan anggota legislatif (DPR-DPD) dan pemilihan kepala daerah mulai dari kepala desa,
bupati/walikota, gubernur sampai presiden, terjadi intimidasi, kekerasaan, politik uang, pengerahan massa,
terror baik langsung maupun melalui media sosial, dan cara-cara tidak bermoral lainnya dihalalkan untuk
memperoleh hasil yang diharapkan. Celakanya, para pelaku kejahatan politik ini tidak mendapat sanksi hukum.
Lemahnya penegakan hukum mengaburkan pemahaman nilai ’baik’ dan ’buruk’ (moralitas) sehingga
menumpulkan kesadaran moral dan perasaan bersalah (hati nurani).
Mendalami Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja
Mendalami Ajaran Kitab Suci
Luk 4:18-19; 13: 32; 22: 25; Mat 11: 8; 23: 14; Mat 23: 23.
Luk 4:18-19
18 Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-
orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku, 19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun
rahmat Tuhan telah datang.”
1) Sekilas gambaran latar belakang situasi sosial politik-ekonomi sebelum dan sesudah Yesus.
Setelah masa pembuangan bangsa Israel di Babilonia, enam abad sebelum Yesus, Palestina tunduk kepada
kerajaan Persia, Yunani, dan kekaisaran Romawi. Belakangan secara internal, masyarakat Pelestina dikuasai oleh
raja-raja dan pejabat boneka yang ditunjuk oleh penguasa Roma. Selain pejabat-pejabat boneka itu, masih ada kelas
pemilik tanah yang kaya raya dan kaum rohaniwan kelas tinggi yang suka menindas rakyat demi kepentingan dan
kedudukan mereka. Golongan ini sering memihak penjajah, supaya mereka tidak kehilangan hak istimewa atau
nama baik di mata penjajah, karena Roma mempunyai kekuasaan mencabut hak milik seseorang. Siapa yang tidak
takut? Jadi lebih baik bermanis-manis terhadap Roma, walaupun rakyat kecil harus menderita. Kolonial Romawi
secara tidak langsung mengendalikan kaum aristokrat setempat dan para tuan tanah. Hal ini dapat dengan mudah
dilakukan, karena Roma mempunyai kekuasaan mencabut hak milik seseorang seperti yang sudah disinggung di
atas. Oleh karena itu, para aristokrat (baik sipil maupun rohaniwan) berkepentingan bekerja sama dengan penguasa
Romawi. Selain itu, ada pejabat-pejabat yang menjadi perantara yang ditunjuk langsung oleh penguasa Romawi
dan pada umumnya diambil dari kalangan sesepuh Sanhendrin (Majelis Agung) serta majelis rendah yang diambil
dari kelas bawah. Mereka bertanggungjawab mengumpulkan pajak. Dominasi militer terlihat dengan kehadiran
tentara Romawi di mana-mana. Mereka diambil dari Siria atau Palestina, tetapi tidak dari kalangan Yahudi.
Kadang-kadang situasi yang menekan tidak tertahankan, sehingga timbul pemberontakan yang umumnya
digerakan oleh kaum Zelot yang bermarkas di Galilea; namun selalu dapat dipadamkan. Biasanya terjadi banjir
darah dalam penumpasan itu. Itu sebabnya pengharapan akan datangnya tokoh dan masa mesianis yang nasionalis
bertumbuh subur di kalangan pejuang Zelot.
2) Sikap dan Tindakan Yesus
Yesus Kristus hidup di zaman yang penuh pergolakan politik dibawah bangsa penjajah Romawi serta raja
bonekanya di Palestina. Ketika Yesus mulai tampil di hadapan publik untuk mewartakan kabar baik tentang
Kerajaan Allah, Ia menyatakan perutusan-Nya: ”Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia mengurapi Aku,untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-
orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk 4: 18-19).
Kehidupan rakyat jelata semasa Yesus sungguh memprihatinkan. Mereka ditindas dan dihimpit oleh para
penguasa dan pemimpin-pemimpin agama. Bangsa Yahudi waktu itu dikuasai oleh Kekaisaran Roma. Roma
menempatkan seorang gubernur dengan tentaranya yang cukup kuat di Palestina. Waktu Yesus mulai aktif
berkhotbah, Pontius Pilatus menjadi gubernur Roma di Palestina, sedangkan rajanya ialah Herodes. Roma tidak
campur tangan dalam kehidupan sosial dan keagamaan bangsa Yahudi, asalkan mereka tidak memberontak dan
rajin membayar pajak. Pajak memang membebani rakyat miskin. Betapa tidak! Selain pajak kepada pemerintah
penjajah, masih ada lagi pajak kepada pemerintahan daerah dan pajak agama. Pajak agama ialah pajak bagi bait
Allah yang berupa sepersepuluh dari hasil bumi. Selain dihimpit oleh para penguasa, rakyat kecil masa itu dihimpit
pula oleh para rohaniwan, yaitu kaum Farisi. Kaum Farisi itu berjuang untuk menjaga kemurnian agama. Mereka
mewajibkan diri untuk melaksanakan bermacam-macam tindakan religius dan ritual, seperti puasa, matiraga, dan
sebagainya.
Orang-orang Farisi tidak hanya berada di Yerusalem, tetapi juga di desa-desa di seluruh tanah Yahudi.
Karena kegiatan mereka, pengaruh mereka sangat besar dalam masyarakat. Di antara mereka terdapat para rabbi
yang mengajar seluruh rakyat. Akan tetapi, di balik semuanya itu mereka sebenarnya suka memanipulasi hukum-
hukum Taurat dan menciptakan 1001 macam peraturan yang sangat menekan rakyat kecil, tetapi menguntungkan
diri mereka sendiri (bandingkan kelakuan itu dengan apa yang terjadi di negara kita). Terhadap penindasan dan
ketidakadilan seperti itu, Yesus bangkit untuk membela rakyat kecil yang menderita. Ia mengecam keras para
penguasa tanpa takut. Yesus tak pernah bungkam terhadap praktik-praktik yang tidak adil. Ia tidak berdiam diri
atau bersikap kompromistis supaya terelak dari kesulitan. Ia sudah bisa membayangkan risikonya. Akan tetapi, Ia
konsekuen. Tak segan Ia mengkritik mereka yang ”berpakaian halus di istana” (Mat 11: 8). Ia mengecam raja-raja
yang tak mengenal dan mencintai Allah, tetapi menindas rakyat. Ia mengecam penguasapenguasa yang menyebut
diri ”pelindung rakyat” (Luk 22: 25). Ia tak takut menyebut raja Herodes sebagai serigala (Luk 13: 32). Kepada
kaum Farisi, Yesus berkata ”Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-
panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat” (Mat 23: 14).
”Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
persepuluhan dari selasih, adas manis, dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu
abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan
diabaikan” (Mat 23: 23). Yesus sangat berani berhadapan dengan para penguasa, entah penguasa pemerintahan,
maupun pengauasa kegamaan. Kaum Farisi adalah golongan yang sangat berpengaruh pada saat itu, seperti para
rohaniwan pada masa kita sekarang ini. Yesus tahu risikonya. Ia berani membela rakyat kecil. Ia menyerang setiap
penindasan dan ketidakadilan. Namun, jangan salah mengerti! Jangan lantas berpikir bahwa Yesus itu seorang
tokoh revolusioner yang mau mengubah keadaan sosial dan politik masa itu.
Yesus mewartakan Kabar Gembira dan Kabar Gembira bukanlah suatu program sosial politis. Orang boleh
mengikuti warta-Nya dengan komitmen sosial politik apa pun. Kritik-Nya yang tajam terhadap penguasa tidak
bernada politis dan perjuangan kelas. Ia hanya mau menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah, seperti keadilan, cinta
kasih, dan perdamaian. Para penguasa dan pemimpin-pemimpin agama harus menegakkan nilai-nilai itu. Mereka
harus melayani rakyat kecil, bukan menindas. Mungkin saja orang melihat Yesus sebagai seorang tokoh
revolusioner dan pembebas, tetapi tokoh yang membebaskan manusia dari egoisme, kesombongan, kesewenang-
wenangan, ketidakadilan, dan sebagainya. Yesus memang Pembebas; membebaskan manusia tanpa kekerasan.
Suatu pembebasan yang muncul dari batin manusia, lalu mewujud dalam masyarakat dalam bentuk apa pun.
Pembebasan juga berupa pertobatan, yaitu suatu peralihan sikap dari segala praktik egoistis kepada sikap mengabdi
kepada Allah dan sesama.
1. Mendalami Ajaran Gereja
“Antara pewartaan Injil dan kemajuan manusiawi-perkembangan dan pembebasan-memang terdapat ikatan
yang mendalam. Termasuk di situ ikatan pada tingkat antropologi, sebab manusia yang harus menerima pewartaan
bukan sesuatu yang abstrak, melainkan terkena oleh masalahpersoalan sosial dan ekonomi. Termasuk pula ikatan
pada tingkat teologis, sebab Rencana Penciptaan tidak terceraikan dari Rencana Penebusan. Rencana kedua itu
menyangkut pelbagai situasi sangat konkret; ketidakadilan yang harus diperangi; dan keadilan yang harus
dipulihkan; termasuk ikatan pada Injili, yakni ikatan cintakasih. Menurut kenyataan, orang tidak dapat mewartakan
perintah baru, tanpa mendukung keadilan dan perdamaian. Mustahil seseorang dapat menerima pewartaan Injil jika
dia tidak mau tahu tentang persoalan-persoalan yang sekarang ini begitu banyak diperdebatkan, seperti keadilan,
pembebasan, perdamaian di dunia. Andaikata itu terjadi, dapat dikatakan bahwa orang itu melupakan pelajaran
yang di terima dari Injil tentang cintakasih terhadap sesama yang sedang menderita dan serba kekurangan”.
(Evangelii Nuntiandi artikel 31).
Usaha-Usaha yang Harus Dilakukan untuk Membangun Masyarakat yang Adil dan
Sejahtera
Tuhan senantiasa menghendaki supaya bangsa manusia hidup sejahtera di bumi dan kemudian bahagia di
surga. Tuhan pasti menghendaki pula bangsa Indonesia hidup sejahtera dan bahagia. Ketika para Bapak Bangsa
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, cita-cita mereka adalah Indonesia yang adil dan damai sejahtera,
seperti yang mereka tandaskan dalam dasar negara Pancasila, khususnya dalam sila kelima, yaitu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Sejahtera merupakan suatu kondisi hidup yang memungkinkan seseorang dapat lebih
penuh dan lebih lancar mencapai kesempurnaannya. Baginya tersedia segala sesuatu yang dibutuhkan untuk hidup
secara manusiawi, misalnya nafkah, pakaian, perumahan, hak untuk dengan bebas memilih status, membentuk
keluarga, mendapat pendidikan, pekerjaan, perlindungan hukum, dan sebagainya. Untuk membangun hidup
sejahtera dibutuhkan suasana damai. Damai bukan berarti sekadar tidak ada perang dan penindasan, tetapi situasi
yang selamat dan sejahtera dalam diri manusia sebagai buah keadilan yang tercipta dalam suatu masyarakat.
Perdamaian adalah keadilan, hasil tata masyarakat yang adil. Keadilan, perdamaian dan kesejahteraan adalah syarat
mutlak bagi perkembangan pribadi, martabat suatu masyarakat, dan suatu bangsa. Kita menyadari saat ini bangsa
kita belum sejahtera, damai, dan adil. Kita masih mengalami krisis dalam berbagai bidang kehidupan, baik politik,
hukum, ekonomi, maupun budaya. Sumber dari semua krisis ini ialah krisis etika dan ekonomi dengan orientasi
pada kepentingan diri sendiri dan kelompok. Sebagai umat Kristiani, kita hendaknya berusaha dan berjuang untuk
membangun etika dan moralitas yang mengutamakan kepentingan umum (bonum commune), yaitu kesejahteraan
yang merata bagi seluruh warga.
1). Beberapa Prinsip dalam Membangun Masyarakat yang Adil dan Sejahtera
Di sini hanya akan dibahas prinsip-prinsip etika politik dalam membangun masyarakat yang adil dan
sejahtera, sebab di sanalah akar dari semua ketidakadilan yang menyengsarakan rakyat banyak. Dengan
mempertimbangkan kenyataan sosial politik di Indonesia, prinsip-prinsip berikut ini mendesak untuk disadari dan
dilaksanakan.
a) Hormat terhadap martabat manusia; Prinsip ini menegaskan bahwa manusia mempunyai nilai dalam dirinya
sendiri dan tidak pernah boleh diperalat. Bukankah manusia itu diciptakan menurut citra Allah, diperbarui oleh
Yesus Kristus yang dengan karya penebusan-Nya mengangkat manusia menjadi anak Allah? Istilah SDM (Sumber
Daya Manusia) yang sering digunakan tak boleh mengabaikan kebenaran bahwa nilai manusia tak hanya terletak
dalam kegunaannya. Martabat manusia Indonesia harus dihargai sepenuhnya dan tak boleh diperalat untuk tujuan
apa pun, termasuk tujuan politik.
b) Kebebasan; Kebebasan adalah hak setiap orang dan kelompok: bebas dari segala bentuk ketidakadilan dan
bebas untuk mengembangkan diri secara penuh. Setiap warga sangat membutuhkan kebebasan dari ancaman dan
tekanan, kebebasan dari kemiskinan yang membelenggunya, dan juga kebebasan untuk berkembang menjadi
manusia seutuhnya. Kekuasaan negara perlu diingatkan akan salah satu tanggung jawab utamanya untuk
melindungi warga negara dari ancaman kekerasan, baik yang berasal dari sesama warga maupun dan terutama dari
kekuasaan negara.
c) Keadilan; Keadilan merupakan keutamaan yang membuat manusia sanggup memberikan kepada setiap orang
atau pihak lain apa yang merupakan haknya. Dewasa ini, perjuangan untuka memperkecil kesenjangan sosial
ekonomi semakin mendesakauntuk dilaksanakan, demikian juga perjuangan untuk melaksanakanafungsi sosial
sebagai modal bagi kesejahteraan bersama. Mendesakajuga penggunaan modal dan kekayaan bagi pengembangan
sektoraekonomi riil, sambil menemukan cara-cara agar ’judi ekonomi’adalam bentuk spekulasi keuangan dikontrol
untuk mendukungapertumbuhan dan perkembangan wirausaha-wirausaha kecil danamenengah serta menciptakan
lembaga dan hukum-hukum yangaadil. Yang tidak kalah mendesak adalah menciptakan penegakanahukum di
negeri ini.
d) Solidaritas; Dalam tradisi solidaritas, sikap solider terungkap dalam semangat gotong royong dan kekeluargaan,
yang menurut pepatah lama berbunyi: ’berat sama dipikul, ringan sama dijinjing’. Prinsip itu semakin mendesak
untuk diwujudkan dalam konteks dunia modern. Dalam masyarakat di mana banyak orang mengalami perlakuan
dan keadaan tidak adil, solider berarti berdiri di pihak korban ketidakadilan, termasuk ketidakadilan struktural.
Selain itu, perlu dikembangkan juga solidaritas antardaerah dan usaha untuk mencegah kesempatan egoisme
kelompok.
e) Subsidiaritas; Menjalankan prinsip subsidiaritas berarti menghargai kemampuan setiap manusia, baik pribadi
maupun kelompok, untuk mengutamakan usahanya sendiri, sementarapihak yang lebih kuat siap membantu
seperlunya. Bila kelompok yang lebih kecil dengan kemampuan dan saran yang dimiliki bisa menyelesaikan
masalah yang dihadapi, kelompok yang lebih besar atau pemerintah/negara tidak perlu campur tangan. Dalam
keadaan kita sekarang, hubungan subsidier berarti menciptakan relasi baru antara kemitraan dan kesetaraan antara
pemerintah, organisasiorganisasi sosial, dan warga negara, serta kerja sama yang serasi antara pemerintah dan
swasta. Kecenderungan etatisme yang sangat mencolok dalam Rencana Undang-Undang yang disebarluaskan di
masyarakat dan Undang-Undang yang disahkan oleh DPR akhirakhir ini, berlawanan dengan prinsip-prinsip
subsidiaritas ini.
f) Sikap jujur dan tulus ikhlas; Dengan prinsip ini kebenaran dihargai dan dipegang teguh. Dewasa ini, sikap
ikhlas (fair) berarti menciptakan aturan yang adil dan menaatinya, menghormati pribadi dan nama baik lawan
politik, membedakan antara wilayah publik dan wilayah privat, serta menyadari dan melaksanakan kewajiban
untuk memperjuangkan kepentingan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
g) Demokrasi; Demokrasi sebagai sistem tidak hanya menyangkut hidup kenegaraan, melainkan juga hidup
ekonomi, sosial, dan kultural. Dalam arti ini, demokrasi dimengerti sebagai cara-cara pengorganisasian kehidupan
bersama yang paling mencerminkan kehendak umum, dengan tekanan pada peran serta, perwakilan, dan tanggung
jawab. Demokrasi tidak dengan sendirinya menghasilkan apa yang diharapkan. Di Indonesia, salah satu badan yang
paling terlibat dalam pelaksanaan demokrasi ialah DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan DPRD (Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah). Ternyata, lembaga-lembaga ini kurang berfungsi dalam mewakili kepentingan
masyarakat luas, bahkan dalam banyak hal justru menghambat tercapainya tujuan demokrasi.Dalam masyarakat
kita tampak adanya kecenderungan untuk meminggirkan kelompok-kelompok minoritas, dengan alasanalasan yang
kurang terpuji. Keputusan yang menyangkut semua warga negara diambil sekadar atas dasar suara mayoritas,
dengan mengabaikan pertimbangan-pertimbangan yang mendasar, matang, dan berjangka panjang.
h) Tanggung jawab; Bertanggung jawab berarti mempunyai komitmen penuh pengabdian dalam pelaksanaan
tugas. Tanggung jawab atas disertai dengan tanggung jawab kepada. Bagi politisi, bertanggung jawab berarti
bekerja sebaik-baiknya demi tercapainya tujuan negara dan mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada
rakyat. Tanggung jawab hanya bisa dituntut bila kebijakan umum pemerintah terumus jelas dalam hal prioritas,
program, metode, dan pendasaran filosofi. Atas dasar kebijakan umum ini, wakil rakyat dan kelompok-kelompok
masyarakat bisa membuat evaluasi pelaksanaan kinerja pemerintah dan menuntut pertanggungjawabannya. Bagi
warga negara, tanggung jawab berarti ikut berperan serta dalam mewujudkan tujuan negara sesuai dengan
kedudukan masing-masing.
2) Cara, Pola, dan Pendekatan Perjuangan Kita Harus Merupakan Gerakan yang Melibatkan Sebanyak
Mungkin Orang, Mulai dari Akar Rumput
Perlu disadari bahwa ketidakadilan yang menyengsarakan rakyat banyak sudah bersifat struktural dan
membudaya, terlalu sulit untuk mengatasinya. Ia tidak dapat ditangani dengan slogan-slogan atau indoktrinasi,
tetapi dengan suatu gerakan yang melibatkan sebanyak mungkin orang, mulai dari akar rumput. Gerakan ini
merupakan gerakan penyadaran yang akan memakan waktu. Masyarakat perlu disadarkan bahwa ada ketidakadilan
di negeri ini yang membuat rakyat banyak sengsara. Sebelum ada penyadaran akan situasi yang memprihatinkan
ini, sia-sialah suatu gerakan dimulai. Menyangkut gerakan itu kiranya perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain
sebagai berikut.
Gerakan pembaruan pikiran dan roh; Perubahan pikiran dan roh yang paling cemerlang diberikan Tuhan
kita Yesus Kristus. Kedatangan-Nya membawa pemikiran dan roh yang baru. Lihatlah pemikiran dan sikap- Nya
terhadap orang miskin, yang disapanya berbahagia. Singkatnya, bacalah permakluman Kabar Baik kepada orang
miskin … pembebasan kepada para tawanan …” (Luk 4: 18-19). Yesus datang membawa visi dan roh yang segar
membebaskan. Ia melawan kemapanan yang membelenggu. Gerakan ini harus membawa pemikiran (visi) dan roh
yang baru seperti itu. Ia harus membawa angin segar yang melegakan. Konsili Vatikan II dan sinode-sinode para
Uskup sebenarnya sudah melahirkan banyak visi dan semangat baru menyangkut Gereja dan misinya di dunia ini,
khususnya misi terhadap kaum kecil. Namun, visi-visi dan semangat itu seolah-olah menjadi mandul dan merana.
Harus disadari bahwa gerakan ini didorong oleh keyakinan iman, bukan sekadar gerakan sosial yang bisa membuat
orang akan gampang patah semangat. Gerakan ini adalah panggilan iman dari semua orang yang sungguh beriman.
Gerakan sosial dan moral ke arah pertobatan dan hidup baru; Gerakan ini hendaknya menjadi gerakan
untuk menegakkan etika politik dan etika ekonomi. Prinsip-prinsip etika politik dan ekonomi seperti menghormati
martabat manusia, keadilan, kejujuran, solidaritas, demokrasi, dan sebagainya supaya sungguh-sungguh dihayati.
Praktik-praktik ketidakadilan, ketidakjujuran, dan kesewenang-wenangan hendaknya ditinggalkan. Singkatnya,
orang hendaknya bertobat dan memulai hidup baru. Tanpa pertobatan yang sungguh-sungguh, tidak akan terjadi
pembaharuan yang radikal, murni, dan ikhlas. Dengan menekankan bahwa gerakan sosial dan moral ini sungguh
merupakan suatu gerakan, ada hal-hal yang harus kita elakkan dan ada hal-hal yang perlu kita tunjang dalam
kegiatan kita. Hal-hal yang perlu kita hindari antara lain sebagai berikut:
a) Gerakan ini sungguh murni gerakan sosial dan moral. Hal-hal yang mengarah kepada institusionalisasi sebaiknya
dihindari sedapat mungkin. Institusi cenderung untuk menjadi mapan dan terkotakkotak. Gerakan sosial dan
moral hendaknya senantiasa dinamis, gampang menyesuaikan diri, terbuka merangkul siapa saja seperti gerakan
Kerajaan Allah yang dipelopori oleh Yesus Kristus sendiri. Gerakan sosial dan moral ini bukan gerakan khusus
orang Katolik.
b) Gerakan pembaruan jangan sekadar menjadi gerakan rohani, walaupun juga sangat dibutuhkan. Gerakan sosial
dan moral ini harus bermuara kepada aksi untuk pembaruan dan pembangunan masyarakat sejahtera dan adil.
Hal-hal yang perlu lebih digalakkan antara lain sebagai berikut:
a) Memperluas gerakan ini menjadi gerakan dari siapa saja, tidak terbatas pada agama, strata sosial, dan aliran
politik tertentu. Ia milik segala orang yang berkehendak baik.
b) Gerakan ini boleh saja diinspirasi dan diprakarsai dari atas, tetapi hendaknya mulai bertumbuh dan menguat
dalam basis-basis umat. Ia hendaknya mulai bertumbuh dari akar rumput, semakin lama semakin menyebar dan
meluas.
c) Mulailah dengan diri dan kelompok sendiri.

I. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT ( a, b, c, d atau e )


1 “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-
orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku, 19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun
rahmat Tuhan telah datang.” Sabda Yesus ini terdapat dalam injil ...
a Matius d Yohanes
b Markus e Korintus
c Lukas
2 Yesus mulai tampil di hadapan publik untuk mewartakan kabar baik tentang ...
a Kerajaan Dunia d Kerajaan Allah
b Bumi e Gereja di bumi
c Anak Domba Allah
3 Kehidupan rakyat jelata semasa Yesus sungguh memprihatinkan, yaitu ...
a Semua rakyat sakit hati dengan penguasa d Rakyat mengalami bencana alam
b Rakyat menderita sakit jiwa e Mereka ditindas dan dihimpit oleh para penguasa
c Rakyat mohon belas kasihan di jalan raya dan pemimpin-pemimpin agama.
4 Para rohaniwan, yang berjuang untuk menjaga kemurnian agama. Mereka mewajibkan diri untuk
melaksanakan bermacam-macam tindakan religius dan ritual, seperti puasa, matiraga, dan sebagainya.
Disebut kaum ...
a Farisi d Ahli Taurat
b Zelot e Pendeta
c Suster dan Bruder
5 Prinsip yang menegaskan bahwa manusia mempunyai nilai dalam dirinya sendiri dan tidak pernah boleh
diperalat, adalah prinsip ...
a Hormat terhadap martabat manusia d Subsidiaritas
b Tanggung jawab e Demokrasi
c Jujur dan tulus iklas
6 Setiap orang dan kelompok bebas dari segala bentuk ketidakadilan dan bebas untuk mengembangkan diri
secara penuh. kebebasan dari ancaman dan tekanan, kebebasan dari kemiskinan yang membelenggunya,
dan juga kebebasan untuk berkembang menjadi manusia seutuhny, adalah prinsip ...
a Hormat terhadap martabat manusia d Demokrasi
b Tanggung jawab e Kebebasan
c Keadilan
7 Keutamaan yang membuat manusia sanggup memberikan kepada setiap orang atau pihak lain apa yang
merupakan haknya, adalah prinsip ...
a Solidaritas d Demokrasi
b Tanggung jawab e Kebebasan
c Keadilan
8 Sikap solider yang terungkap dalam semangat gotong royong dan kekeluargaan, adalah prinsip ...
a Solidaritas d Demokrasi
b Tanggung jawab e Subsidiaritas
c Keadilan
9 Menghargai kemampuan setiap manusia, baik pribadi maupun kelompok, untuk mengutamakan
usahanya sendiri, sementara pihak yang lebih kuat siap membantu seperlunya, adalah prinsip ...
a Solidaritas d Demokrasi
b Tanggung jawab e Subsidiaritas
c Keadilan
10 Gerakan pembaruan jangan sekadar menjadi gerakan rohani, walaupun juga sangat dibutuhkan. Gerakan
sosial dan moral ini harus bermuara kepada ...
a aksi untuk pembaruan visi dan misi d aksi untuk pembangunan gedung serba guna
b tindakan nyata di Gereja saja e aksi untuk pembaruan dan pembangunan
c aksi untuk pembaruan perkawinan masyarakat sejahtera dan adil.

II. JAWABLAH PERTANYAAN-PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN JAWABAN YANG BENAR


1. Mengapa sering terjadi kasus-kasus ketidakadilan yang menyengsarakan rakyat kecil di negeri ini? Apa akar
masalahnya?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
2. Bagaimana sikap Yesus terhadap orang-orang kecil yang tertindas pada zaman-Nya?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
3. Bagaimana sikap Yesus terhadap para penguasa pada zaman-Nya?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
4. Untuk memperjuangkan masyarakat yang adil dan damai sejahtera sesuai dengan kehendak Tuhan, hal-hal
pokok atau prinsip-prinsip apa yang kiranya perlu diperhatikan!
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
5. Cara atau pendekatan mana yang harus digunakan supaya perjuangan kita untuk membangun masyarakat yang
adil dan damai sejahtera dapat lebih efektif!
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------
B. TANTANGAN DAN PELUANG UMAT KATOLIK
DALAM MEMBANGUN BANGSA DAN NEGARA
SEPERTI YANG DIKEHENDAKI TUHAN

Kompetensi Dasar
3.5 Memahami makna makna keterlibatan aktif umat Katolik dalam membangun bangsa dan negara Indonesia.
4.5 Berperan aktif dalam membangun bangsa dan negara Indonesia.
Indikator
• Menganalisis tantangan-tantangan yang dihadapi umat Katolik saat ini berdasarkan masalah-masalah sosial yang
sedang terjadi di Indonesia.
• Menganalisis peluang-peluang umat Katolik untuk membangun bangsa dan negara Indonesia.
• Menjelaskan ajaran Gereja tentang tantangan dan peluang dalam membangun bangsa dan negara. (Gaudium et
spes art. 64, 76, Ensiklik Populorum Progressio, art. 21, Dignitatis Humanae, art. 1).
• Menjelaskan tentang usaha-usaha untuk menghadapi tantangan dan peluang untuk ikut terlibat aktif membangun
bangsa dan negara sesuai kehendak Tuhan (berdasarkan kisah tokoh katolik nasional, IJ.Kasimo).
Doa Pembuka
Allah Bapa yang penuh kasih, Terima kasih untuk segala rahmat yang engkau berikan kepada kami sepanjang
hidup kami. Pada kesempatan yang indah ini kami akan belajar untuk memahami tentang tantangan dan peluang
umat Katolik dalam membangun bangsa dan negara sebagaimana yang Engkau kehendaki.Semoga tantangan-
tantangan yang ada dapat kami hadapi dengan baik,dan oleh Karena pertolongan-Mu, kami umatmu dapat menjadi
saluranberkat bagi bangsa dan negara kami tercinta. Amin.
Mendalami Tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
a. Krisis Etika Politik
Etika Politik di Indonesia masih carut marut. Politik hanya dipahami secara pragmatis sebagai sarana untuk
mencari kekuasaan dan kekayaan bagi pribadi-pribadi dan golongan sendiri. Politik yang berkembang saat ini,
khususnya oleh partai politik lebih bersifat transaksional yaitu untuk membagi-bagi kekuasaan dan berujung pada
praktik politik uang. Banyak kepala daerah, dan para pejabat lembaga negara lainnya, baik eksekutif, legislatif, dan
yudislatif (polisi, jaksa, hakim) kini berurusan dengan KPK karena terlibat kasus korupsi yang tentu saja merugikan
pembangunan bagi kesejahteraan rakyat.
b. Krisis Ekonomi
Masyarakat Indonesia kini masih dilanda krisis ekonomi. Banyak yang masih hidup di bawah garis
kemiskinan, padahal Indonesia sendiri dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Dengan
berkembangnya neoliberalisme saat ini, orang kaya akan semakin kaya, dan orang miskin akan semakin miskin.
Orang miskin, bahkan para pedagang kecil atau menengah sekalipun, tidak pernah akan mampu bersaing dengan
para pedagang besar atau orang-orang kaya.
c. Merebaknya aliran fundamentalisme radikal
Kini merebak berbagai aliran fundamental radikal di Indonesia. Fundamentalisme itu pandangan yang
berpusat pada diri manusia, sehingga manusia menjadi tolok ukurnya. Karena itu fundamentalisme prinsipnya
“menutup diri” terhadap kebenaran dari paham di luar dirinya. Akhirnya, fundamentalisme dapat berakhir pada
arogansi terhadap orang lain, kekerasan demi mencapai tujuannya sendiri. Fundamentalisme radikal tidak hanya
terbatas pada aliran agama tertentu, tetapi juga suku bahkan daerah. Nampaknya setelah diberlakukan sistem
otonomi daerah, dan otonomi khusus, terjadilah gerakan daerahisme. Mereka berusaha menolak dan bahkan
“mengusir” orang dari daerah lain, khususnya dalam urusan pejabat pemerintahan, atau pengangkatan PNS dengan
istilah mengutamakan putra daerah.
d. Lemahnya penegakan hukum di Indonesia
Dalam berbagai kasus penegakan hukum baik perdata maupun pidana, banyak terjadi ketidakadilan.
Keadilan hukum hanya tajam untuk orang di bawah tetapi tumpul untuk orang yang di atas. Artinya bahwa keadilan
hukum di lembaga peradilan hanya diberlakukan bagi masyarakat kecil yang lemah secara ekonomi, karena mereka
tidak mampu menyogok para penegak hukum. Di sisi lain para penguasa dan kaum kaya raya dapat membeli para
penegak hukum sehingga mereka bisa bebas dari hukuman, atau minimal mendapat hukuman ringan. Dalam
beberapa kasus, seorang pencopet atau maling ayam, dihukum jauh lebih berat daripada seorang koruptor yang
telah mencuri uang negara ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah. Publik Indonesia pun sudah mengetahui
bagaimana banyak koruptor kelas kakap yang sedang mendekam di penjara tetapi dapat berkeliaran bebas di luar
dan berpesta pora serta melancong ke mana-mana.
e. Berbagai bencana dan kerusakan alam
Bencana alam dan kerusakan alam menjadi tantangan nyata di hadapan kita. Bencana alam bisa disebabkan oleh
kondisi alam itu sendiri, seperti gempa bumi, dan letusan gunung berapi. Namun bencana alam juga dapat
disebabkan oleh perbuatan manusia sendiri, seperti penggundulan dan pembakaran hutan untuk berbagai tujuan;
penebangan pohon secara serampangan sehingga menimbulkan bencana longsor dan banjir bandang yang
merenggut jiwa dan harta. Kerusakan alam juga disebabkan oleh limbah industri yang mematikan ekosistem di
sekitarnya.
Menggali Ajaran Gereja tentang bagaimana peluang-peluang Umat Katolik dalam
pembangunan.
a. Krisis Etika Politik
Situasi Etika Politik di Indonesia masih carut marut. Gereja Katolik perlu memperjuangkan agar politik tidak
hanya dipahami secara pragmatis sebagai sarna untuk mencari kekuasaan dan kekayaan, melainkan sebagai suatu
jerih payah untuk membuat transformasi situasi masyarakat yang kacau menjadi masyarakat yang tertata dan
mampu menciptakan kesejahteraan umum.
Relasi Gereja dan Negara untuk kepentingan terwujudnya kesejahteraan umum dinyatakan oleh Konsili
sebagai berikut: “Negara dan Gereja bersifat otonom tidak saling tergantung dibidang masing-masing. Akan tetapi
keduanya, kendati atas dasar yang berbeda, melayani panggilan pribadi dan sosial orang-orang yang sama.
Pelaksanaan itu akan lebih efektif jika negara dan Gereja menjalin kerja sama yang sehat, dengan mengindahkan
situasi setempat dan sesama. Sebab manusia tidak terkungkung dalam tata duniawi saja, melainkan juga mengabdi
kepada panggilannya untuk kehidupan kekal. Gereja, yang bertumpu pada cinta kasih Sang Penebus,
menyumbangkan bantuannya, supaya di dalam kawasan bangsa sendiri dan antara bangsa-bangsa makin meluaslah
keadilan dan cinta kasih. Dengan mewartakan kebenaran Injil, dan dengan menyinari semua bidang manusiawi
melalui ajaran-Nya dan melalui kesaksian umat kristen, Gereja juga menghormati dan mengembangkan kebebasan
serta tanggung jawab politik para warganegara.” (KV II, GS art. 76)
b. Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi telah lama membelit masyarakat Indonesia pada umumnya. Inti persoalannya adalah
kebijakan perekonomian pemerintah hanya untuk mengejar target produksi sementara masyarakat Indonesia
dikorbankan demi keuntungan perekonomian sektor formal. Untuk masalah pemiskinan secara ekonomi tersebut,
Konsili Vatikan mengajarkan bahwa; “Makna-tujuan yang paling inti produksi itu bukanlah semata-mata
bertambahnya hasil produksi, bukan pula keuntungan atau kekuasaan, melainkan pelayanan kepada manusia,
yakni manusia seutuhnya, dengan mengindahkan tata urutan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya maupun tuntutan-
tuntutan hidupnya di bidang intelektual, moral, rohani, dan keagamaan; katakanlah: manusia siapa saja, kelompok
manusia mana pun juga, dari setiap suku dan wilayah dunia. Oleh karena itu kegiatan ekonomi harus dilaksanakan
menurut metodemetode dan kaidah-kaidahnya sendiri, dalam batas-batas moralitas sehingga terpenuhilah rencana
Allah tentang manusia”. (KV II GS art. 64). Harapan Konsili itu jelas, perekonomian mesti terutama mengabdi
kepentingan perkembangan manusia, sehingga titik berat perkembangan ekonomi bukan sekedar keuntungan
semata mata! Di sinilah tantangan sekaligus sebagai peluang bagi umat Katolik dan umat beragama dan
berkepercayaan lainnya untuk mengembangkan ekonomi yang berpihak pada kesejahteraan rakyat.
c. Merebaknya aliran fundamentalisme radikal
Fundamentalisme itu pandangan yang berpusat pada diri manusia, sehingga manusia menjadi tolok ukurnya.
Karena itu fundamentalisme prinsipnya “menutup diri” terhadap kebenaran dari paham di luar dirinya. Akhirnya
fundamentalisme dapat berakhir pada arogansi terhadap orang lain, kekerasan demi mencapai tujuannya sendiri.
Berhadapan dengan berbagai aliran itu, kepentingan kehadiran Gereja tidak lain adalah mendorong gerakan
“kebebasan beragama” dan “gerakan humanisme sejati, yang tertuju pada Allah.” Demi kepentingan gerakan
kebebasan beragama, Konsili Vatikan II, secara khusus menyatakanya “bahwa pribadi manusia berhak atas
kebebasan beragama. Kebebasan itu berarti, bahwa semua orang harus kebal terhadap paksaan dari pihak
orangorang perorangan maupun kelompok-kelompok sosial atau kuasa manusiawi mana pun juga, sedemikian rupa,
sehingga dalam hal keagamaan tak seorang pun dipaksa untuk bertindak melawan suara hatinya, atau dihalang-
halangi untuk dalam batas-batas yang wajar bertindak menurut suara hatinya, baik sebagai perorangan maupun
dimuka umum, baik sendiri maupun bersama dengan orang-orang lain. Selain itu Konsili menyatakan, bahwa hak
menyatakan kebebasan beragama sungguh didasarkan pada martabat pribadi manusia, sebagaimana dikenal berkat
sabda Allah yang diwahyukan dan dengan akal-budi. Hak pribadi manusia atas kebebasan beragama harus diakui
dalam tata hukum masyarakat sedemikian rupa, sehingga menjadi hak sipil.”(KV II, Dignitatis Humanae, art. 1).
Terhadap cara pandang yang sempit dan picik dan merasa benar sendiri, Paulus VI menunjukkan nilai humanisme
yang semestinya menjadi nilai universal dalam masyarakat dunia, “Tujuan mutakhir ialah humanisme yang
terwujudkan seutuhnya. Dan tidakkah itu berarti pemenuhan manusia seutuhnya dan tidap manusia? Humanisme
yang picik, terkungkung dalam dirinya tidak terbuka bagi nilai-nilai roh dan bagi Allah yang menjadi Sumbernya,
barangkali nampaknya saja berhasil, sbeba manusia dapat berusha menta kenyataan duniawi tanpa Allah. Akan
tetapi bula kenyatan kenyataan itu tertutup bagi Allah, akhirnya justru akan berbalik melaswan manusia.
Humanisme yang tertutup bagi kenytaan lain jadi tidak manusiawi. Humanisme yang sejati menunjukkan jalan
kepada Allah serta mengakui tugas yagn menjadi pokok panggilan kita, tugas yang menyajikan kepada kita makna
sesungguhya hidup manusiawi. Bukan manuasialah norma mutakhir manusia. Manusia hanya menjadi sungguh
manusiawi bila melampaui diri sendiri. Menurut Blaise Pascal, “ Manusia secara tidak terbatas mengungguli
martabatnya” (Paulus VI, Populorum Progressio art. 42)
d. Lemahnya penegakan hukum di Indonesia
Dari segi lemahnya penegakan hukum, kita harus berusaha mengubah mind-set peranan hukum dalam
masyarakat, bahwa hukum bukan sarana untuk mempermudah agar “kasus-kasus” Pidana dan Perdata diperlakukan
sebagai “komoditi”, tetapi hukum berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan hidup bersama yang memungkinkan
terciptanya kesejahteraan umum. Konsili Vatikan II menegaskan bahwa “Pelaksanaan kekuasaan politik, baik
dalam masyarakat sendiri, maupun di lembaga-lembaga yang mewakili negara, selalu harus berlangsung dalam
batas-batas tata moral, untuk mewujudkan kesejahteraan umum yang diartikan secara dinamis, menurut tata
perundang-undangan yang telah dan harus ditetapkan secara sah. Maka para warganegara wajib patuh-taat
berdasarkan hati nurani mereka. Dari situ jelas jugalah tanggung jawab, martabat dan kewibawaan para penguasa.
(KV II GS art. 73).
Dalam Kitab Suci, kita dapat melihat bagaimana Yesus menuntut bangsa Yahudi supaya taat kepada hukum
Taurat sebab pada dasarnya hukum Taurat dibuat demi kebaikan dan keselamatan manusia (bdk. Mat 5: 17-43).
Satu titik pun tidak boleh dihilangkan dari hukum Taurat. Ia hanya menolak hukum Taurat yang sudah
dimanipulasi, di mana hukum tidak diabdikan untuk manusia, tetapi manusia diabdikan untuk hukum. Segala
hukum, peraturan, dan perintah harus diabdikan untuk tujuan kemerdekaan manusia. Maksud terdalam dari setiap
hukum adalah membebaskan (atau menghindarkan) manusia dari segala sesuatu yang (dapat) menghalangi manusia
untuk berbuat baik. Demikian pula tujuan hukum Taurat. Sikap Yesus terhadap hukum Taurat dapat diringkas
dengan mengatakan bahwa Yesus selalu memandang hukum Taurat dalam terang hukum kasih. Mereka yang tidak
peduli dengan maksud dan tujuan hukum, hanya asal menepati huruf hukum, akan bersikap legalistis: pemenuhan
hukum secara lahiriah sedemikian rupa sehingga semangat hukum kerap kali dikurbankan. Misalnya, ketika kaum
Farisi menerapkan peraturan mengenai hari Sabat dengan cara yang merugikan perkembangan manusia, Yesus
mengajukan protes demi tercapainya tujuan peraturan itu sendiri, yakni kesejahteraan manusia: jiwa dan raga.
Menurut keyakinan awal orang Yahudi sendiri, peraturan mengenai hari Sabat adalah karunia Allah demi
kesejahteraan manusia (bdk. Ul 5: 12-15; Kel 20: 8-11; Kej 2: 3). Akan tetapi, sejak pembuangan Babilonia (587-
538 SM), peraturan itu oleh para rabi cenderung ditambah dengan larangan-larangan yang sangat rumit. Memetik
butir gandum sewaktu melewati ladang yang terbuka tidak dianggap sebagai pencurian. Kitab Ulangan yang
bersemangat perikemanusiaan mengizinkan perbuatan tersebut. Akan tetapi, hukum seperti yang ditafsirkan para
rabi melarang orang menyiapkan makanan pada hari Sabat dan karenanya juga melarang menuai dan menumbuk
gandum pada hari Sabat. Dengan demikian, para rabi menulis hukum mereka sendiri yang bertentangan dengan
semangat perikemanusiaan Kitab Ulangan. Hukum ini menjadi beban, bukan lagi bantuan guna mencapai
kepenuhan hidup sebagai manusia. Oleh karena itu Yesus mengajukan protes. Ia mempertahankan maksud Allah
yang sesungguhnya dengan peraturan mengenai Sabat itu. Yang dikritik Yesus bukanlah aturan mengenai hari
Sabat sebagai pernyataan kehendak Allah, melainkan cara hukum itu ditafsirkan dan diterapkan. Mula-mula, aturan
mengenai hari Sabat adalah hukum sosial yang bermaksud memberikan kepada manusia waktu untuk beristirahat,
berpesta, dan bergembira setelah enam hari bekerja. Istirahat dan pesta itu memungkinkan manusia untuk selalu
mengingat siapa sebenarnya dirinya dan untuk apakah ia hidup. Sebenarnya, peraturan mengenai hari Sabat
mengatakan kepada kita bahwa masa depan kita bukanlah kebinasaan, melainkan pesta. Dan, pesta itu sudah boleh
mulai kita rayakan sekarang dalam hidup di dunia ini, dalam perjalanan kita menuju Sabat yang kekal. Cara unggul
mempergunakan hari Sabat ialah dengan menolong sesama (bdk.Mrk 3: 1-5). Hari Sabat bukan untuk mengabaikan
kesempatan berbuat baik. Pandangan Yesus tentang Taurat adalah pandangan yang bersifat memerdekakan, sesuai
dengan maksud yang sesungguhnya dari hukum Taurat.
e. Berbagai bencana dan kerusakan alam
Bencana alam dan kerusakan alam menantang Gereja untuk berefleksi, “Di manakah Gereja itu hidup,
bukankah lingkungan hidup juga sangat crucial untuk hidup Gereja di tengah dunia? Maka persoalan pengrusakan
lingkungan hidup itu tidak hanya masalah dunia, tetapi juga masalah Gereja. Paus Paulus VI, dalam Ensiklik
Populorum Progressio, art. 21, menegaskan “Bukan saja lingkungan materiil terus menurus merupakan ancaman
pencemaran dan sampah, penyakit baru dan daya penghancur, melainkan lingkungan hidup manusiawi tidak lagi
dikendalikan oleh manusia, sehingga menciptakan lingkungan yang untuk masa depan mungkin sekali tidak
tertanggung lagi. Itulah persoalan sosial berjangkau luas, yang sedang memprihatinkan segenap keluarga manusia.”
Dengan demikian, Gereja juga ditantang untuk terlibat dalam dunia pertanian yang sudah rusak karena perusakan
sistematis sehingga merusak tatanan dan fungsi lingkungan hidup. Tepatlah Konsili Vatikan II mendesak
pentingnya membangun kondisi kerja untuk para petani sehingga mereka mampu mengembangkan diri sebagai
manusia utuh: “Perlu diusahakan dengan sungguh-sungguh, supaya semua orang menyadari baik haknya atas
kebudayaan, maupun kewajibannya yang mengikat, untuk mengembangkan diri dan membantu pengembangan diri
sesama. Sebab kadang-kadang ada situasi hidup dan kerja, yang menghambat usaha-usaha manusia di bidang
kebudayaan dan menghancurkan seleranya untuk kebudayaan. Hal itu secara khas berlaku bagi para petani dan
kaum buruh; bagi mereka itu seharusnya diciptakan kondisi-kondisi kerja sedemikian rupa, sehingga tidak
menghambat melainkan justru mendukung pengambangan diri mereka sebagai manusia”. (KV II, GS art. 60)

I. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT ( a, b, c, d atau e )


1 Di bawah ini tidak termasuk tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah...
a Krisis etika Politik d Merebaknya aliran fundamentalisme radikal
B Krisis Ekonomi e Lemahnya penegakan hukum di Indonesia
C Kekayaan alam yang melimpah
2 Banyak rakyat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, padahal Indonesia sendiri dikenal sebagai
negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Dengan berkembangnya neoliberalisme saat ini, orang
kaya akan semakin kaya, dan orang miskin akan semakin miskin. Hal ini membuktikan bahwa
masyarakat Indonesia mengalami Krisis...
A Krisis Ekonomi d Krisis etika Politik
B Krisis pendidikan e Krisis keuangan
C Krisis Iman
3 Pandangan yang berpusat pada diri manusia, sehingga manusia menjadi tolok ukurnya. Pada prinsipnya
“menutup diri” terhadap kebenaran dari paham di luar dirinya.hal ini merupakan pandangan ...
A Fundamentalisme d Sosialisme
B Konsumerisme e Liberalisme
C Nasionalisme
4 Mencari kekuasaan dan kekayaan bagi pribadi-pribadi dan golongan sendiri. Partai politik lebih bersifat
transaksional yaitu untuk membagi-bagi kekuasaan dan berujung pada praktik politik uang. Banyak
kepala daerah, dan para pejabat lembaga negara lainnya, baik eksekutif, legislatif, dan yudislatif (polisi,
jaksa, hakim) kini berurusan dengan KPK karena terlibat kasus korupsi yang tentu saja merugikan
pembangunan bagi kesejahteraan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia mengalami Krisis...
A Krisis Ekonomi d Krisis etika Politik
B Krisis pendidikan e Krisis keuangan
C Krisis Iman
5 “...Oleh karena itu kegiatan ekonomi harus dilaksanakan menurut metode-metode dan kaidah-kaidahnya
sendiri, dalam batas-batas moralitas sehingga terpenuhilah rencana Allah tentang manusia”. Ajaran
Gereja tersebut terdapat dalam ...
a Konsili Vatikan II Gaudium et Spess art. 65 d Konsili Vatikan II Gaudium et Spess art. 64
b Konsili Vatikan I Gaudium et Spess art. 66 e Konsili Vatikan I Gaudium et Spess art. 63
c Konsili Vatikan II Gaudium et Spess art. 67
6 Yesus menuntut bangsa Yahudi supaya taat kepada hukum Taurat sebab pada dasarnya hukum Taurat
dibuat demi kebaikan dan keselamatan manusia. Pengajaran Yesus ini terdapat dalam kitab ...
a Matius 5: 17-43 d Matius 5: 18-20
b Markus 5: 17-43 e Matius 6: 17-43
c Lukas 5: 17-43
7 Persoalan pengrusakan lingkungan hidup itu tidak hanya masalah dunia, tetapi juga masalah Gereja. Paus
Paulus VI, menegaskan “Bukan saja lingkungan materiil terus menurus merupakan ancaman pencemaran
dan sampah, penyakit baru dan daya penghancur, melainkan lingkungan hidup manusiawi tidak lagi
dikendalikan oleh manusia, sehingga menciptakan lingkungan yang untuk masa depan mungkin sekali
tidak tertanggung lagi...” Pengajaran tersebut terdapat dalam ensiklik ...
a Ensiklik Populorum Progressio, art. 25 d Ensiklik Nostra Aetate, art. 21
b Ensiklik Populorum Progressio, art. 21 e Ensiklik Evangeli Nuntiandi, art. 21
c Ensiklik Lumen Gentium, art. 21
8 Agar manusia dan seluruh makhluk ciptaan yang lain dapat hidup harmonis, maka usaha yang dilakukan
adalah...
a. Membiarkan makhluk hidup untuk berkembang sesuai dengan keinginannya sendiri
b. Menguasai salah satu flora atau fauna untuk kebahagiaan dirinya
c. Membiarkan manusia untuk menggunakan flora dan fauna seenaknya sendiri
d. Memanfaatkan seluruh unsur lingkungan hidup demi rantai kehidupan bersama
e. Membantu manusia dengan cara merusak lingkungan hidup
9 Pengelolaan dan pengembangan alam ciptaan Tuhan, oleh manusia dimaksudkan untuk...
a. Menyengsarakan pengusaha dan perorangan
b. Menyejahterakan pengusaha dan pengelola
c. Menyejahterakan pribadi setiap manusia secara bersama-sama
d. Menyejahterakan mereka yang bekerja dan menebang
e. Menyejahterakan mereka yang mempunyai banyak modal
10 Yesus ingin membangun masyarakat-Nya dengan dasar...
a. Kuasa masyarakat terutama aturan agama Yahudi
b. Hukum rimba dan mengukum orang yang melakukan dosa
c. Aturan pemerintah yang saat itu diberlakukan
d. Kasih dan menghadirkan aturan taurat Musa
e. Kasih dan menghadirkan Kerajaan Allah

II. JAWABLAH PERTANYAAN-PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN JAWABAN YANG BENAR


1. Tantangan-tantangan apa saja yang sedang dihadapi bangsa dan negara kita?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
2. Apa yang dimaksud dengan kerakusan akan kekuasaan dan kekayaan?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
3. Apakah kamu suka hidup bersama dengan semua lingkungan hidupmu? Mengapa ?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
4. Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap alam sekitar kita?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
5. Mengapa Yesus selalu memihak kepada orang yang kecil dan lemah?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------
C. DASAR KETERPANGGILAN GEREJA DALAM MEMBANGUN
BANGSA DAN NEGARA

Kompetensi Dasar
3.5 Memahami makna keterlibatan aktif umat Katolik dalam membangun bangsa dan negara Indonesia.
4.5 Berperan aktif dalam membangun bangsa dan negara Indonesia.
Indikator
• Menganalisis dasar atau landasan umat Katolik untuk terlibat dalam pembangunan bangsa dan negara.
• Menganalisis tindakan atau perwujutan panggilan sebagai anggota Gereja Katolik dalam membangun bangsa dan
negara.
• Menjelaskan peran Gereja Katolik Indonesia dalam pembangunan bangsa dan negara.
Doa Pembuka
Allah Bapa penyayang kehidupan, kami bersyukur boleh mendiami tanah air Indonesia dengan segala keragaman
dan kekayaan alamnya. Kami bersyukur bahwa Engkau menyertai perjalanan bangsa dan negara kami. Bantulah
kami agar dari hari ke hari kami semakin bersatu hati mewujudkan kesejahteraan umum. Terangilah hati dan budi
kami agar tidak berpandangan sempit memperjuangkan kepentingan kelompok dan golongan sendiri. Demi Kristus,
yang mengasihi semua orang dan telah wafat menebus dosa manusia, dalam persekutuan Roh Kudus, hidup kini
dan sepanjang masa. Amin.
Menggali Pengalaman Keterlibatan Umat Katolik dalam Pembangunan bangsa dan
negara.
Perjuangan pastor Carolus
a. Perjuangan pastor Carolus berawal dari keprihatinannya terhadap masyarakat di Kampung Laut yang hidup
serba kesulitan serta penderitaan. Pastor Carolus terpanggil untuk berbagi kasih dengan sesamanya tanpa
melihat latar belakang asal-usul mereka. Pastor Carolus berusaha mengobati masyarakat yang sakit dan mulai
menggerakan mereka untuk hidup sehat.
b. Motivasi yang mendasari Pastor Carolus untuk berkarya adalah rasa belas kasihnya. Tujuannya bukan untuk
mengkatolikkan masyarakt setempat tetapi memanusiakan masyarakat itu. Karenanya ia mengjak masyarakat
untuk bangkit dan berjuang bersama-sama membangun kehidupan mereka sendiri. Karena itulah, semangat
gotong-royong dikobarkan. Kini hasilnya sudah dinikmati masyarakat banyak, tidak hanya di Kampung Laut
tetapi di banyak tempat di kabupaten Cilacap. Kini masyarakatpun merasa bangga atas hasil kerja sama mereka.
c. Di Indonesia sudah cukup banyak orang Katolik yang menjadi pelopor pembangunan di segala sektor
kehidupan. Ada yang bergerak dibidang pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, HAM, politik dan
pemerintahan, serta militer. Ada beberapa yang mendapat penghargaan, entah sebagai pahlawan nasional,
ataupun sebagai “pahlawan” pada bidang yang digelutinya.
Menggali Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja
Markus 12: 13-17
13 Kemudian disuruh beberapa orang Farisi dan Herodian kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu
pertanyaan. 14 Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang
jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur
mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?
Haruskah kami bayar atau tidak?” 15 Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka:
“Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!” 16 Lalu mereka bawa. Maka Ia
bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” 17 Lalu
kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada
Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” Mereka sangat heran mendengar Dia.
Peneguhan
1) Negara dan bangsa adalah wadah pemersatu berbagai keragaman dan latar belakang warga negaranya. Negara
dan bangsa ada untuk melindungi dan menciptakan kedaulatan setiap manusia. Dalam hal ini negara dan bangsa
adalah baik sebagai dikehendaki oleh Tuhan. Sebagai warga negara setiap orang memiliki hak dan kewajiban
yang sama. Siapa yang memiliki lebih, hendaknya memberi lebih, agar tercipta keadilan dan kesejahteraan
semua warga.
2) Yesus pun mengajarkan hal yang sama bahwa setiap orang punya kewajiban untuk membayar pajak kepada
penguasa. Tujuan pajak, pada akhirnya, demi membangun negara dan kepentingan bersama. Namun, Yesus juga
menekankan perlunya kewajiban sebagai warga Kerajaan Allah. Dengan demikian, kewajiban yang satu tidak
meniadakan kewajiban yang lain. Kedua-duanya mesti dipenuhi.
3) Rasul Paulus menegaskan pula: “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah… Sebab tidak ada pemerintah
yg tidak berasal dari Allah, pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah (Roma 13: 1). Ungkapan ini
benar dan tepat yaitu bahwa seluruh warga negara harus menghormati pemerintahnya dengan baik sebab hanya
dengan cara demikian kita sebagai warga negara yang beragama Kristiani (Katolik) harus ikut membangun
kehidupan negara dan bangsa. Dalam arti mendorong setiap kita orang kristiani untuk ikut mengambil bagian
dalam membangun bangsa dan negara sebagai wujud dari sikap menghadirkan Allah kepada dunia.
4) Tugas dan kewajiban seorang Katolik (kristiani) dalam negara adalah melaksanakan panggilan dan
pengutusannya, supaya orang lain mengenal Kristus melalui kehadirannya. Oleh karena itu, orang Kristen tidak
boleh memisahkan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan hidup keimanannya di gereja. Justru melalui
hidupnya sebagai warga negara kristiani, ia dapat membuktikan keberadaannya serta isi pengakuan imannya
(Mat. 5:13-16). Sikap seorang katolik yang baik dan benar, tidak boleh memusuhi sesama warganegaranya,
sebaliknya kehadirannya kiranya boleh menjadi saluran berkat bagi kehidupan sesamanya.
5) Apa kewajiban kita terhadap Allah? Rasanya bukan sesuatu yang sangat rumit. Sebagaimana Allah telah
memberikan kepada manusia dengan cuma-cuma (gratia = rahmat) maka manusia berkewajiban untuk
memberikan dengan cuma-cuma pula. Oleh karena itu, manusia diundang untuk bermurah hati, sama seperti
Bapa murah hati adanya. Kewajiban yang datang dari Allah rasanya demi kepentingan manusia juga, misalnya:
memuji dan memuliakan Allah lewat doa, ibadat, perayaan ekaristi Contoh lain adalah memberikan derma
kepada fakir miskin dan kaum terlantar, sebagaimana Tuhan bersabda: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku “ (Mat 25:40). Sepuluh perintah Allah diberikan juga bukan demi kepentingan Allah,
tetapi agar manusia selamat. Maka kitapun melakukan kewajiban kita kepada Tuhan dan kepada bangsa dan
negara kita dengan ikut bertanggungjawab dalam membangun bangsa dan negara sesuai kehendak Tuhan.

I. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT ( a, b, c, d atau e )


1 Motivasi yang mendasari Pastor Carolus untuk berkarya adalah rasa ...
a suka dukanya d belas kasihnya
b kecemasannya e kesedihannya
c Kebahagiaannya
2 Tujuannya bukan untuk mengkatolikkan masyarakat setempat tetapi ...
a Mengatur masyarakat d Memanusiakan masyarakat
b Mendukung masyarakat e Mencintai masyarakat
c Menghimpun masyarakat
3 “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang
wajib kamu berikan kepada Allah!” kisah sabda Yesus tersebut terdapat dalam ...
a Markus 10: 13-17 d Markus 12: 13-17
b Matius 12: 13-17 e Efesus 12: 13-17
c Korintus 12: 13-17
4 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari
saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku ” Sabda Tuhan tersebut terdapat
dalam kitab ...
a Matius 20:40 d Matius 25:30
b Matius 28:45 e Markus 25:40
c Matius 25:40
5 “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah…Sebab tidak ada pemerintah yg tidak berasal dari
Allah, pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Pengajaran Rasul Paulus terdapat dalam
...
a Roma 13: 1 d Tesalonika 13: 1
b Korintus 13: 1 e Kolose 13: 1
c Filipi 13: 1
6 Sejahtera merupakan suatu kondisi hidup yang diharapkan oleh setiap manusia. Orang sungguh
mengalami sejahtera apabila...
a. Mencapai pendidikan setinggi mungkin
b. Semua manusia kaya raya secara harta benda
c. Manusia diperlakukan secara manusiawi yaitu kecukupan hidupnya secara jasmani dan rohani
d. Manusia mempunyai keturunan yang cukup banyak
e. Orang mengalami hidup sebagai suami dan istri
7 Orang yang memperjuangkan kehendak Allah dan meneladan Yesus berarti telah...
a Menyayangi dirinya sendiri d Membiarkan dirinya
b Menguasai sesama e Menghancurkan kebenaran
c Membela kebenaran
8 Allah adalah sempurna maka menciptakan manusia secitra dengan-Nya agar manusia mampu menjadi...
a. Bapa sehingga mampu menguasai putra-Nya
b. Sempurna sebagaimana dikehendaki oleh Allah
c. Tuan dari segala makhluk termasuk tuannya, Allah
d. Musuh binatang sebab sering mengganggu manusia
e. Raja dunia sehingga mampu menguasai kehendak Allah
9 Dalam kehidupan bersama memang memerlukan kesadaran, pengakuan dan...
a. Penghormatan pada diri sendiri agar kita lebih dihormati
b. Usaha untuk selalu mencari dan menemukan orang yang mampu hidup sendiri
c. Keinginan dari setiap manusia untuk mengembangkan orang lain
d. Kekuasaan sebagai manusia yang sewajarnya untuk menampilkan dirinya
e. Penghormatan terhadap martabat dan hak dasariah manusia
10 Yesus mewartakan kabar baik tentang Kerajaan Allah di desa-Nya, yaitu Nasaret serta...
a. Memperkenalkan kehebatan-Nya
b. Menunjukkan bahwa diri-Nya berasal dari Allah
c. Ia memaklumkan perutusan-Nya
d. Memberikan kehidupan kepada setiap orang yang mengimani-Nya
e. Memperkenalkan bahwa Yesus adalah anak Maria dan Yusuf

II. JAWABLAH PERTANYAAN-PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN JAWABAN YANG BENAR


1. Sebutkan 2 tokoh orang Katolik yang telah mengabdikan dirinya bagi pembangunan Indonesia dan telah
mendapat penghargaan atas darma baktinya itu baik oleh pemerintah atau LSM Indonesia maupun dari luar
negeri!
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
2. Buatlah suatu analisis tentang tantangan-tantangan yang dihadapi umat Katolik Indonesia saat ini!
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------
3. Jelaskan apa ajaran Gereja tentang tantangan dan peluang dalam membangun bangsa dan Negara?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
4. Jelaskan tentang bagaimana usaha-usaha umat Katolik untuk menghadapi tantangan dan peluang untuk ikut
terlibat aktif membangun bangsa dan negara sesuai kehendak Tuhan!
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------
5. Jelaskan partisipasi-aktif apa yang dapat dilakukan untuk membangun masyarakat sesuai kehendak Tuhan?
Jawab : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------

You might also like