You are on page 1of 23

REFLEKSI KASUS

MIOMA UTERI
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan
Kebidanan
Di RSISA Semarang

Disusun oleh:
Rachmawati Puji Lestari
01.211.6490

Penguji :
dr. Yulice Soraya Nur Intan, Sp. OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2016
MIOMA UTERI
A. Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi


padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter
atau multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri,
leiomioma uteri, atau uterinefibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan
dan tidak juga berhubungan dengan keganasan (Prawirohardjo,2011).

B. Angka Insidensi
Di Indonesia, Mioma Uteri ditemukan 2,30–11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Mioma Uteri merupakan tumor pada pelvis yang
paling sering dijumpai. Diperkirakan 1 dibanding 4 atau 5 wanita yang berumur
lebih dari 35 tahun terdapat mioma uteri. Meskipun umumnya mioma tidak
menunjukkan gejala, diperkirakan 60% dari laparotomi pelvis pada wanita
dikerjakan dengan alasan Mioma Uteri. Lesi ini sering ditemukan pada dekade
4 atau 5. Umumnya Mioma Uteri tidak akan terdeteksi sebelum masa pubertas
dan tumbuh selama masa reproduksi. Jarang sekali Mioma Uteri ditemukan
pada wanita berumur 20 tahun atau kurang, paling banyak pada umur 35 – 45
tahun yaitu kurang dari 25 %. Dan setelah menopause banyak mioma menjadi
lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri lebih
sering dijumpai pada wanita nullipara atau yang kurang subur (Joedosaputra,
2005)
C. Etiologi
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa
penelitian mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel
neoplasma soliter (satu sel ganas) yang berada diantara otot polos miometrium
(otot polos di dalam rahim). Selain itu didapatkan juga adanya faktor keturunan
sebagai penyebab mioma uteri. Pertumbuhan dari leiomioma berkaitan dengan
adanya hormon estrogen. Tumor ini menunjukkan pertumbuhan maksimal
selama masa reproduksi, ketika pengeluaran estrogen maksimal. Mioma uteri
memiliki kecenderungan untuk membesar ketika hamil dan mengecil ketika
menopause berkaitan dengan produksi dari hormon estrogen. Pertumbuhan
mioma tidak membesar dengan pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena
preparat progestin pada pil kombinasi memiliki efek antiestrogen pada
pertumbuhannya. Perubahan yang harus diawasi pada leiomioma adalah
perubahan ke arah keganasan yang berkisar sebesar 0,04% (Parker, 2007)

Terdapat 2 teori yang berpendapat:

1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai factor etiologi, mengingat bahwa :
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma
uteri
2. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang
terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus
oleh estrogen. (Prawirohardjo, 2011).

D. Patogenesis

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari
pada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur,bukan
dari selaput otot yang matur (Prawirohardjo, 2011).

E. Patologi Anatomi

Sarang mioma di uterus berasal dari korpus uterus dan serviks uterus.
Menurut letaknya, jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural
(54%), subserosa (48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%):
1. Mioma Submukosa
Mioma berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Mioma Submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (Mioma Geburt). Mioma
geburt sering mengalami nekrosis atau ulserasi.
Jenis mioma ini sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga
memerlukan histerektomi, walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma
submukosa dapat dirasakan sebagai suatu “curet bump” yaitu benjolan saat
kuret.
2. Mioma Intramural
Mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Jika
ukuran besar atau multiple, dapat menyebabkan pembesaran uterus dan
berbenjol-benjol.
3. Mioma Subserosum
Mioma yang tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
Mioma subserosum dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum
latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula
tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau
omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut
wandering/parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma
saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam saluran
servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila
mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos
dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde/pusaran air (whorl like
pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan 200
sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja.
Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. jarang
sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada
umur 35-45 tahun (kurang lebih 25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan
memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan
tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak
mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.
Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nullipara atau yang
kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder
pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini
oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma
(Prawirohardjo, 2011)
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya
ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu
macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol
ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk
bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas
otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like
pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan.
F. Perubahan Sekunder
1. Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
2. Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi
sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya, seolah-olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma.
Dengan konsistensi yang lunak ini, tumor sukar dibedakan dari kista
ovarium dan suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu (calcireous degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya
gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada
sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada
foto Rontgen. Dalam bentuk ekstrem dapat menjadi keras seperti batu,
dikenal dengan sebutan “wombstone”
5. Degenerasi merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis:
diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi.
Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna
merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi
merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis,
haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium
atau mioma bertangkai.
6. Degenerasi lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin (Prawirohardjo,
2011)

Gambar Representasi gambar uterus normal dan struktur vaskulernya


A. Pelebaran pembuluh darah pada endometrium dan miometrium pada
uterus normal
B. Pelebaran pembuluh darah obstruksi fisik pada pembuluh darah uterus
miomatosus

G. Gejala dan Tanda


Separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat
tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (servik, intramural, submukus,
subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut;
1. Perdarahan abnormal
Pada banyak kasus, perdarahan pervaginam yang abnormal sering
menjadi keluhan utama penderita mioma uteri. Gangguan perdarahan yang
terjadi umumnya adalah hipermenore, menoraghi dan dapat juga terjadi
metroragia. Hal ini sering menyebabkan penderita juga mengalami anemia.
Mioma intramural juga dapat menyebabkan perdarahan oleh karena ada
gangguan kontraksi uterus. Jenis mioma subserosa tidak menyebabkan
perdarahan yang abnormal. Jika ada perdarahan yang abnormal, harus diingat
akan kemungkinan lain yang timbul bersamaan dengan mioma, yaitu
adenokarsinoma, polip dan faktor-faktor fungsionil beberapa faktor yang
menyebabkan perdarahan ini, antara lain:
 Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adeno karsinoma endometrium.
 Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
 Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
 Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh
darah yang melaluinya dengan baik.
2. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat
dan peradangan, atau mungkin juga disebabkan oleh proses radang dengan
perlengketan ke omentum usus. Kadang-kadang pula rasa sakit disebabkan
torsi pada mioma subserosa. Dalam hal ini sifatnya akut disertai enek dan
muntah-muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan
karena tekanan terhadap syaraf dan menjalar ke pinggang dan tungkai bawah.
Pada ngeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan , pula
pertumbuhannya yang menyempit kanalis servikalis dapat menyebabkan juga
disminore.
3. Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
oleh mioma uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada
traktus urinarius, seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan
retensio urin hingga dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis.
Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri
yang menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada
vena-vena di regio pelvis yang bisa menimbulkan edema tungkai.
4. Massa dibawah perut
Seringkali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini
Gejala-gejala sekunder
1. Anemia
2. Lemah
3. Pusing-pusing
4. Sesak nafas
5. Fibroid heart, merupakan sejenis degenerasi miokard yang dulu disangka
berhubungan dengan adanya mioma uteri. Sekarang anggapan ini sudah
disangkal.
6. Eritrositosis pada mioma yang besar (Prawirohardjo, 2011)

H. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak
teratur, gerakan bebas, tidak sakit.

3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan
laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama
untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan
pasien.

b. Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen
pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada
abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma
uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal. (Prawirohardjo,2011)

I. Diagnosis banding
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian
bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma
submukosumyang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma
intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma,
karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri. USG abdominal dan
transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis.
J. Komplikasi
1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma
uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi
uterus yang telah diangkat. Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau
ukuran tumor yang semakin bertambah besar terutama jika dijumpai pada
penderita yang sudah menopause.
2. Torsi
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma
abdomen akut, mual, muntah dan shock. Sarang mioma dapat mengalami
nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah
padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan
berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan
yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri. (Parker, 2007)

K. Infertilitas dan Abortus


Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menuttup atau menekan pars
intersisial tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1998) menyatakan bahwa
apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan
penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi.

L. Mioma Uteri dan Kehamilan


Mioma uteri dapat mempengaruhi fertilitas dan kehamilan, misalnya:
a. Menyebabkan infertilitas
b. Risiko terjadinya abortus bertambahkarena distorsi rongga uterus,
khususnya pada mioma submukosum
c. Menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada serviks uteri
d. Menyebabkan inersia maupun atonia uteri sehingga menyebabkan
perdarahan pasca persalinan karena adanya gangguan mekanik dalam
fungsi miometrium
e. Menyebabkan plasenta sukar lepas dari dasarnya.
f. Mengganggu proses involusi dalam nifas
g. Menyebabkan perdarahan postpartum
Memperhatikan hal-hal tersebut diatas adanya kehamilan pada mioma
uteri memerlukan pengamatan yang cermat dan ekspetatif.
Kehamilan sendiri dapat menimbulkan perubahan pada mioma uteri,
antara lain:
1. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh
estrogen yang kadarnya meningkat.
2. Dapat terjadi degenerasi merah pada hamil maupun masa nifas disertai
dengan demam dan leukositosis, yang kadang-kadang memerlukan
pembedahan segera guna mengangkat sarang mioma. Anehnya
pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang menyebabkan banyak
perdarahan.
3. Meskipun jarang, mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi
dengan gejala dan tanda sindrom abdomen akut. (Parker, 2007)

M. Terapi mioma dengan kehamilan


Sedapat-dapatnya diambil sikap konservatif karena miomektomi pada
kehamilan sangat berbahaya . hal ini disebabkan kemungkinan perdarahan hebat
dan juga dapat menimbulkan abortus. Operasi terpaksa kita lakukan jika ada
penyulit-penyulit yang menimbulkan gejala akut atau karena mioma sangat besar.
Jika mioma menghalangi jalan lahir dilakukan seksio caesaria disusul dengan
histerektomi. Tetapi kalau dilakukan enukleasi lebih baik ditunda sampai sesudah
nifas. (Parker, 2007)
N. Pengobatan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan
mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara
cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara
umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan
operatif.
penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause
tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.
b. Pemberian tablet Fe untuk mencegah anemia dan pemberian NSAID untuk
pengobatan nyeri.
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi
adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini
dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat
mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini
dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi
kehamilan adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang
umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau
pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari
telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis
dalam mengangkat uterus. (Hadibroto, 2005)

Radioterapi

Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau
terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontraindikasi
tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak
ada keganasan pada uterus (Hadibroto,2005).

O. Prognosis
1. Kebanyakan mioma asimtomatis dan tidak memerlukan pengobatan
2. Pada keadaan yang simtomatis, histerektomi merupakan pengobatan tuntas.
Miomektomi memberikan hasil yang baik pada mioma submukosa yang
simtomatis
3. Pengobatan menggunakan GnRH mengurangi kira-kira 40%-60% ukuran
tumor selepas 3 bulan pengobatan, namun setengah dari mioma tumbuh
kembali apabila pengobatan dihentika
4. Mioma seringnya berhenti tumbuh atau muncul setelah menopause
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2016

A. IDENTITAS
1. Nama : Ny. KS
2. Umur : 43 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No CM : 103.76.67
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : Tamat SMA
7. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
8. Status : Menikah
9. Nama Suami : Tn. S F
10. Tanggal Masuk : 01/05/2016
11. Masuk Jam : 15.00 WIB
12. Ruang : Baitunnissa 2/ Rawat Inap
13. Kelas : III

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 1 Mei 2015 pada pukul
12.00 WIB

1. Keluhan Utama :
Gangguan haid sejak 3 bulan yang lalu, disertai adanya benjolan di perut bawah,
rasa tidak nyaman ketika duduk

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien P2A0 usia 43 tahun datang ke poli kandungan RSI Sultan Agung dengan
keluhan gangguan haid sejak 3 bulan yang lalu. Dalam sebulan haid sebanyak
1 kali.. Setiap hari ganti pembalut 10 kali. Darah haid berwarna merah segar
disertai prongkolan. Sakit perut saat haid disangkal. Riwayat keputihan tidak
ada.

1 bulan ini pasien juga mengeluh terasa benjolan dan mengganjal di perut
bagian bawah disertai nyeri,kemeng dan rasa tidak enak saat duduk. Gangguan
BAK tidak ada. Sulit buang air besar dan nyeri saat BAB tidak ada.

3. Riwayat Haid Sebelum Terjadi Gangguan Haid


- Menarche : 13 tahun
- Siklus haid : 30 hari
- Lama haid : 7 hari
- Dismenore :-
4. Riwayat KB
Memakai kondom

5. Riwayat Obstetri
I : PI, hamil aterm, perempuan, BBL 2700 gram, spontan oleh bidan, 17
tahun, sehat.

II : PII, hamil aterm, perempuan, BBL 2700 gram, spontan oleh bidan, 16
tahun, sehat.

6. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang

Usia pernikahan ± 20 tahun

7. Riwayat Sosial Ekonomi


Kesan ekonomi : kurang, untuk biaya kesehatan ditanggung jamkesmas

8. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : disangkal
- Riwayat DM : disangkal

9. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat Hipertensi : Ada
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : disangkal
- Riwayat DM : disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Present
Keadaan Umum : lemah

Kesadaran : compos mentis

Vital Sign

Tensi : 130/90 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 22 x/menit

Suhu : 36,7 0C

TB : 155 cm

BB : 65 kg

2. Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping hidung
(-)
- Telinga : Discharge (-),
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemesis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
- Mamae : Simetris, benjolan abnormal (-)
- Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Redup
Batas atas jantung : ICS II linea sternalis sinistra

Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra

Batas kanan bawah jantung : ICS V linea sternalis dextra

Batas kiri bawah jantung : ICS V 2 cm medial linea


midclavicularis sinistra

 Auskultasi : suara jantung I dan II murni, reguler, suara


tambahan (-)
- Paru :
 Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris
 Palpasi : Stemfremitus dextra dan sinistra sama, nyeri
tekan (-)
 Perkusi : sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : vesikuler

- Abdomen :
 Inspeksi : cembung, striae gravidarum (-)
 Palpasi : nyeri tekan (+), teraba benjolan di daerah
suprapubic dengan konsistensi padat,
permukaan rata tak berbenjol-benjol
 Perkusi : pekak di suprapubik
 Auskultasi : bising usus (+) normal

- Extremitas :
Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Varises -/- -/-

Reflek fisiologis +/+ +/+

Reflek patologis -/- -/-

3. Status Ginekologi
- Abdomen
 Inspeksi : cembung (+) striae gravidarum (-)
 Palpasi : teraba benjolan di suprapubik dengan konsistensi padat,
permukaan rata tak berbenjol-benjol, nyeri tekan (+).
- Genitalia:

A. Pemeriksaan Luar
- Massatumor : teraba massa konsistensi padat, permukaan rata
tak berbenjol-benjol pada daerah suprapubik
- Nyeri : ada
- Fluksus : darah (+)

B. Pemeriksaan Dalam Vagina

- Vulva : tidak ada kelainan


- Vagina : tidak ada kelainan
- Portio : kenyal, tebal
- OUE/OUI : terbuka, diameter 1 cm
- Uterus : membesar seukuran tinju orang dewasa
- Adneksa : tidak ada kelainan
- Cavum Douglasi: tidak ada kelainan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah : (tgl 1 Mei 2016 Jam 23:55 WIB)
Hb : 10,1 g/dL

Hematokrit: 30,6 %

Eritrosit : 3.690.000 /uL

Lekosit : 15.200 /uL

Trombosit : 374.000 /uL

LED : ½ jam 24 mm

1 jam 60 mm/jam

Lain-lain : Golongan darah O, Rhesus (+)

BT : 2`15``

CT : 4`

Glukosa sewaktu : 92 mg/dL

Calsium : 9,4 mg/dL

Magnesium : 2 mg/dL

2. Pemeriksaan serologis : HbsAg (-)


3. Pemeriksaan USG :
USG (01 Juli 2014) :

-Uterus jelas membesar, tampak nodul hiperekoik terukur 9,6 x 6,5 cm

-Endometrial line menebal

-Tak tampak fluid collection

Kesan : Cenderung Mioma Uteri Intramural

E. RESUME
Pasien P2A0 usia 43 tahun dengan keluhan gangguan haid sejak 3 bulan yang lalu.
Dalam sebulan haid sebanyak 1 kali. Setiap hari ganti pembalut 10 kali. Darah haid
berwarna merah segar disertai prongkolan.1 bulan ini pasien juga mengeluh terasa
benjolan dan ganjal di perut bagian bawah disertai nyeri dan kemeng serta nyeri
saat duduk dan mengganggu aktivitas.

1. Status Present :
 Keadaan Umum: lemah
 Vital Sign : dalam batas normal
2. Status Internus : Mata conjungtiva anemis (+/+)
3. Status Ginekologi :
- Abdomen
 Inspeksi : perut cembung
 Palpasi : nyeri tekan (+), teraba benjolan di suprapubik dengan
konsistensi padat, permukaan rata tak berbenjol-benjol
- Genitalia

A.Pemeriksaan Luar
Massatumor :teraba benjolan dengan konsistensi padat, permukaan rata tak
berbenjol benjol di daerah suprapubik
Nyeri tekan : ada
Fluksus : darah (+)
B. Pemeriksaan Dalam Vagina

- Vulva : tidak ada kelainan


- Vagina : tidak ada kelainan
- Portio : kenyal, tebal
- OUE/OUI : terbuka, diameter 1 cm
- Uterus : membesar seukuran tinju orang dewasa
- Adneksa : tidak ada kelainan
- Cavum Douglasi : tidak ada kelainan

Pemeriksaan penunjang Hb : 10,1 g/dL

USG : Tampak uterus membesar dengan nodul


hiperekoik terukur 9,6 x 6,5.

Kesan : mioma uteri

F. DIAGNOSA BANDING
1. Kehamilan
2. Tumor Solid Ovarium
3. Adenomiosis uteri
4. Endometriosis
5. Miosarkoma
6. Perdarahan uterus disfungsional

G. DIAGNOSA KERJA
Mioma uteri dengan menorraghia dan anemia

H. PROGNOSA
Dubia ad bonam

I. TERAPI
Terapi Supportif

 Rawat Inap dan tirah baring


 Infus RL
 Tranfusi
Terapi Konservatif

 Medicamentosa : Suplemen FE
 Operatif : Histerektomi subtotalis

J. SIKAP
1. Monitoring keadaan umum dan klinis penderita sebelum dan 1x24 jam post
operasi
2. Usaha darah jika HB kurang dari normal
3. Observasi kadar HB post transfuse
4. Pemeriksaan PA

K. EDUKASI
1. Memberitahu tentang penyakit yang diderita
2. Memberitahu tujuan terapi yang diberikan.
3. memberitahu untuk kontrol setelah keluar dari rumah sakit

You might also like