You are on page 1of 54

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM

KEPERAWATAN DI RUANG SAHADEWA


RSUD SANJIWANI GIANYAR
PADA TANGGAL 15 APRIL– 27 APRIL 2019

OLEH :

Ni Luh Putu Ary Apriliyanti (P07120216017)

Ni Made Tariani (P07120216018)

Putu Indah Permata Sari (P07120216019)

Ni Putu Novia Hardiyanti (P07120216020)

Ni Wayan Mujani (P07120216021)

Ni Putu Nur Adiana Dewi (P07120216022)

Ni Nyoman Murti Apsari Dewi (P07120216023)

I Gusti Ayu Intan Adriana Sari (P07120216024)

KELAS 3A SEMESTER V/ D-IV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
yang berjudul “Laporan Praktik Manajemen dan Kepemimpinan Dalam
Keperawatan Di Ruang Sahadewa, RSUD Sanjiwani Gianyar pada tanggal 15
April – 27 April 2019”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang sudah terkait dalam penyusunan laporan praktik ini karena telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk penyusunan laporan ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penampilan maupun dari segi kualitas penulisan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun jika terdapat kesalahan,
kekurangan, dan kata – kata yang kurang berkenan dalam makalah ini, dan tentu
saja dengan kebaikan bersama dan untuk bersama.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan laporan praktik ini dan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan pembaca.

Denpasar, Desember 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I .......................................................................................................................1
KAJIAN TEORI ......................................................................................................1
A. Perencanaan...................................................................................................1
B. Pengorganisasian ...........................................................................................2
C. Staffing (Penyusunan Kepegawaian) ............................................................3
D. Pengarahan ....................................................................................................5
E. Pengawasan .................................................................................................12
BAB II ....................................................................................................................20
HASIL PRAKTIK ..................................................................................................20
I. GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK/RUANGAN ........................20
II. GAMBARAN UMUM RUANG GANDASTURI .....................................23
III. HASIL PENGKAJIAN (MAN, MONEY, MATERIAL, MARKETING,
METHOD)............................................................................................................ i
A. MAN (M1) ..............................................................................................23
B. MONEY (M2) ......................................... Error! Bookmark not defined.
C. MATERIAL (M3) ................................... Error! Bookmark not defined.
D. MARKETING (M4) ................................ Error! Bookmark not defined.
E. METHOD (M5) ....................................... Error! Bookmark not defined.
IV. ANALISA SWOT ................................... Error! Bookmark not defined.
A. Interpretasi : ............................................. Error! Bookmark not defined.
B. Koordinat x = Koordinat analisis InternalError! Bookmark not defined.
C. Koordinat y = Koordinat analiisis EksternalError! Bookmark not
defined.
V. MASALAH DAN SOLUSI YANG DILAKUKAN KEPALA RUANGAN
Error! Bookmark not defined.
BAB III .................................................................. Error! Bookmark not defined.
KESIMPULAN DAN SARAN .............................. Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ................................................. Error! Bookmark not defined.

iv
B. Saran ............................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.

v
BAB I
KAJIAN TEORI

A. Perencanaan
Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu
keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa,
dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat
ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan yang adekuat dan
efektif akan mendorong pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan
harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek serta
melakukan perubahan (Marquis dan Huston, 2010).
Jadi, perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin
dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang
dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu
rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
Salah satu perencanaan yang ada dalam manajemen suatu organisasi
yaitu perencanaan tenaga kerja. Menurut Nursalam (2012), perencanaan tenaga
kesehatan adalah proses memperkirakan jumlah tenaga dan jenis pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai target pelayanan
kesehatan yang telah ditentukan dan mencapai tujuan kesehatan. Perencanaan
ini mencakup persiapan: siapa yang berbuat apa, kapan, dimana, bagaimana,
dengan sumber daya apa dan untuk populasi mana. Dalam menentukan
kebutuhan SDM rumah sakit harus memperhatikan beberapa faktor seperti
ukuran dan tipe rumah sakit, fasilitas dan tipe pelayanan yang ditawarkan, jenis
dan jumlah peralatan dan frekuensi pemakaiannya, kompleksitas penyakit, usia
pasien dan lamanya waktu tinggal di rumah sakit, pemberian cuti (melahirkan,
liburan, sakit, dan tugas belajar), keterbatasan anggaran, turn over
(mengundurkan diri) personel dan tingkat ketidakhadiran, pelayanan dan
perawatan kesehatan 24 jam dan lain –lain.

1
Adapun jenis perencanaanyaitu Perencanaan Strategi :
1. Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan,
proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa
kini dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek
perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu
untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui
mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam
keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang
langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi
keperawatan.
2. Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan
digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan
siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan
prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan
juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien. Di dalam perencanaan
operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali
pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman
di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard
prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri
dari program dan proyek.

B. Pengorganisasian
Menurut Swanbrug (2000), Pengorganisasian adalah pengelompokan
aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan objektif, penugasaan suatu kelompok
manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara
dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya, baik menurut
vertikel maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif
organisasi.

2
1. Prinsip Pengorganisasian
a. Rantai komando (Chain of command)
Kepuasan anggota, efektif dan sukses mencapai tujuan, organisasi
ditetapkan sesuai dengan hubungan hierarki dan kewenangan dari atas
kebawah.
b. Unity of command
Karyawan mempunyai satu supervisor dan satu pimpinan dengan satu
perencanaan untuk sekelompok kegiatan dengan tujuan yang sama.
c. Span of control/ rentang kendali
Prinsip pembimbing, dimana seseorang supervisor dapat membimbing
secara aktif dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi.
d. Specialization
Setiap orang masing-masing memiliki keahlian tertentu
2. Langkah-langkah Pengorganisasian
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan
c. Menggolongakan kegiatan pokok dalam satuan-satuan kegiatan yang
praktis
d. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan
e. Pengasaan porsenil yang dapat melaksanakan tugas
f. Mendelegasikan wewenangan

C. Staffing (Penyusunan Kepegawaian)


Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah
personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg,
2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff
adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana

3
pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan
pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga
perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah
yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien
selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap
rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan
tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang
sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi
oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga
dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang
diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde,
jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan
mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur
departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi,
filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab,
kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan
evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi
pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang
berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas.
Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam
menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih
sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja.
Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk

4
memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara
ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada
siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12
jam dan metode lain yang biasa.

D. Pengarahan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi,membina komunikasi,menangani konflik,kerjasama, dan negosiasi
(MarquisdanHuston, 2010). Pengarahan yang efektif akan meningkatkan
dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan
asuhan keperawatan (Swanburg, 2000).
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk
melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam
melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi motivasi, membantu
pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi
yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Swanburg, 2000).
Memotivasi adalah menunjukkan arah tertentu kepada perawat atau staff
dan mengambil langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai pada
tujuan (Soeroso, 2003).
Menurut Bechtel yang dikutip oleh Sutrisno (2013), pengraham terdiri
dari 4 komponen yang dilakukan secara berurutan yang terdiri dari:
1. Greeting merupakan saat dimana terdapat kesempatan untuk menyambut
satu sama lain baik melalui salam maupun berjabat tangan.
2. Sharing membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik dan komplek
seperti memfokuskan ide dan mengajukan pertanyaan yang memperluas
topik. Selama kegiatan sharing, peserta pengarahan mendengarkan dan
kemudian memiliki kesempatan untuk merespon dengan pertanyaan atau
komentar.
3. Group activity merupakan aktivitas kelompok dengan berbagai kegiatan
yang membantu membangun komunitas dan memungkinkan semua orang
untuk berkontribusi pada tingkat mereka sendiri. Beberapa kegiatan group

5
activity seperti mendengarkan, mengikuti petunjuk dari pimpinan, dan
menerapkan penguasaan diri.
4. Newsand announcement merupakan kegiatan yang dilakukan pada akhir
pengarahan, peserta mendapatkan kesempatan untuk melihat pratinjau dari
kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa pengumuman dari peserta
yang lain.
Menurut Astonetal,2005 dikutip oleh Sutrisno(2013), pengarahan yang
dilakukan setiap pagi dirumah sakit ini sangat penting untuk pengembangan
menuju kearah yang lebih profesional untuk mengevaluasi pengalaman dan
persepsi anggota tim keperawatan dan medis terhadap masalah kesehatan yang
terjadi pada pasien. Komitmen yang baik antar perawat dan medis merupakan
dampak dari perencanaan yang baik, proses belajar antar tim, rasa saling
menghormati,hubungan dan dukungan untuk mengenal satu sama lain. Hal ini
terbentuk melalui komunikasi yang efektif antara anggota tim saat kegiatan
pengarahan berlangsung.
Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dikerjakan dengan baik.
Dauglas dalam Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua belas aktivitas
teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen, yaitu:
1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan
keperawatan, pasien dan perawat pelaksana
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan
tugas-tugas perawat pelaksana
3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat
pelaksana
7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran,
konsultasi, dan evaluasi
8. Mempercayai anggota
9. Menginterpretasikan protocol
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti

6
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas
12. Menggunakan proses kontrol manajemen
Dalam pengarahan terdapat juga timbang terima. Menurut Nursalam
(2011) definisi timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas.
Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan
dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan. Menurut
Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah :
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi
perawat dan bagi pasien.Bagi perawat manfaat timbang terima adalah
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan
kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan,perawat dapat mengikuti
perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien, saat timbang
terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap.
Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang
berhubungan dengan perawat, antara lain:
1. Timbang terima pasien antar dinas
Metode timbang terima pasien antar dinas dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode, antara lain secara lisan, catatan tulisan
tangan, dilakukan di samping tempat tidur pasien, melalui telepon atau
rekaman, nonverbal, dapat menggunakan laporan elektronik, cetakan
computer atau memori.
2. Timbang terima pasien antar unit keperawatan
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama
mereka tinggal di rumah sakit.

7
3. Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan
diagnostik.
Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik
selama rawat inap. Pengiriman unit keperawatan ke tempat pemeriksaan
diagnostik telah dianggap sebagai kontributor untuk terjadinya kesalahan.
4. Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering
terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung
antar rumah sakit ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang
berbeda.
5. Timbang terima pasien dan obat-obatan
Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat dicegah, masalah
tentang obat-obatan sering terjadi, misalnya saat mentransfer pasien,
pergantian dinas, dan cara pemberitahuan minum obat sebagai faktor yang
berkontribusi terhadap kesalahan pengobatan dalam organisasi perawatan
kesehatan.
a. Macam-Macam Timbang Terima
Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya :
1) Timbang terima secara verbal
Scovell (2010) mencatat bahwa perawat lebih cenderung untuk
membahas aspek psikososial keperawatan selama laporan lisan.
2) Rekaman timbang terima
Hopkinson (2002) mengungkapkan bahwa rekaman timbang terima
dapat merusak pentingnya dukungan emosional. Hal ini
diungkapkan pula oleh Kerr (2002) bahwa rekaman timbang terima
membuat rendahnya tingkat fungsi pendukung.
3) Bedside timbang terima
Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya
adalah :
a) Persiapan (pasien dan informasi).

8
b) Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk,
pengamatan, dan penjelasan kepada pasien.
c) Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien.
Menurut Caldwell(2012) yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan bedside timbang terima adalah :
a) Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf
yang tidak hadir pada timbang terima untuk mengakses
informasi.
b) Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang
perlu disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga
dan anggota keluarga, bagaimana untuk berbagi informasi
sensitif, apa yang tidak dibahas di depan pasien, dan bagaimana
melindungi privasi pasien.
4) Timbang terima secara tertulis
Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat
mendorong pendekatan yang lebih formal. Namun, seperti rekaman
timbang terima, ada potensi akan kurangnya kesempatan untuk
mengklarifikasi pertanyaan tertentu.
AMA (2006) menyatakan bahwa tempat yang tepat pada saat akan
dilakukan pelaksanaan timbang terima adalah :
1. Idealnya dilakukan di ruang perawat atau nurse station.
2. Tempatnya luas dan besar sehingga memberikan kenyamanan dan
memungkinkan semua staf menghadiri dalam pelaksanaan timbang terima.
3. Bebas dari gangguan sehingga berkontribusi dalam meningkatkan
kesulitan untuk mendengar laporan dan dapat mengakibatkan penerimaan
informasi yang tidak tepat.
4. Terdapat hasil lab, X-ray, informasi klinis lainnya
Nursalam (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam prosedur timbang terima pasien, yaitu :
1. Persiapan
a. Kedua kelompok yang akan melakukan timbang terima sudah dalam
keadaan siap.

9
b. Kelompok yang akan bertugas atau yang akan melanjutkan
dinas sebaiknya menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
a. Timbang terima dilaksanakan pada setiap pergantian dinas.
b. Di nurse station (ruang perawat) hendaknya perawat berdiskusi
untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara
komprehensif hal- hal yang berkaitan tentang masalah keperawatan
pasien, rencana tindakan yang sudah ada namun belum dilaksanakan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.
d. Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien, yaitu :
1) Identitas pasien dan diagnosis medis.
2) Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, diantaranya operasi, pemeriksaan laboratorium, atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal
yang dilakukan pada saat timbang terima dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang jelas.
7) Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.
8) Lamanya waktu timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari
5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan
yang lengkap dan terperinci.
9) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada
buku laporan ruangan oleh perawat primer.
Menurut Yasir (2009) saat pelaksanaan timbang terima juga dapat :

10
a. Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman data tentang
pasien kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya
telah datang. Metode itu berupa one way communication atau
komunikasi satu arah.
b. Menggunakan komunikasi oral atau spoken atau melakukan pertukaran
informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis atau written. Yaitu melakukan
pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau
media tertulis lain.
Komunikasi S-BAR menurut NHS (2012) adalah komunikasi yang
dilakukan oleh perawat dalam menyampaikan kondisi pasien dan untuk
mengatur informasi yang sesuai secara jelas dan lengkap sehingga dapat
diterima oleh perawat lainnya secara akurat dan efisien pada saat operan
jaga/pergantian shift. Komunikasi S-BAR meliputi (Situation,
Background, Assesment, Recomendation).
a. Tujuan komunikasi S-BAR adalah :
1) Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara
anggota tim perawatan kesehatan dengan dokter.
2) Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini
dan setiap perubahan terbaru yang terjadi atau untuk mengantisifasi
apabila terjadi perubahan.
3) Membantu staf menjadi advokat pasien.
b. Langkah-langkah Komunikasi SBAR
Pelaksanaan Komunikasi tool SBAR disaat berkomunikasi secara
langsung berhadapan dengan tim kesehatan yang lain. Langkah- langkah
tersebut dijelaskan dibawah ini menurut Capital Health, 2011, Quality
Improvement Tool :
1) Situation/Situasi
a) Menentukan nama pasien dan kondisi atau situasi saat ini.
b) Jelaskan apa yang terjadi pada pasien untuk mengawali
percakapan ini dan menjelaskan bahwa pasien telah mengalami
perubahan kondisi.

11
2) Background/Latar Belakang
a) Menyatakan tanggal tanggal penerimaan pasien, diagnosisnya,
dan sejarah medis pasien.
b) Berikan sinopsis atau ringkasan singkat dari apa yang telah
dilakukan selama ini.
3) Assessment/Pengkajian
a) Ringkasan kondisi atau situasi pasien.
b) Jelaskan apa yang menjadi permasalahannya: “Saya tidak
yakin apa masalah dari pasien, namun kondisi pasien memburuk,
dan tidak stabil, sehingga perlu dilakukakn suatu tindakan”.
c) Memperluas pernyataan perawat dengan tanda-tanda dan
gejalanya.
4) Recomendation/Rekomendasi
a) Jelaskan apa yang diinginkan dokter setelah melihat hasil
tindakan (misalnya: tes laboratorium, perawatan).
b) Perawat meromendasikan dokter untuk melakukan kunjungan
kepada pasien dan keluarga pasien.
c) Apakah ada tes lain yang diperlukan seperti: EKG
d) Perawat menyampaikan kepada dokter setiap terdapat
pengobatan baru atau apabila ada perubahan dalam perintah
segera diinformasikan oleh doter kepada perawat.
e) Jika terdapat perbaikan ataupun tidak adanya perbaikan
kondisi pada pasien, perawat akan menghubungi dokter kembali,
menanyakan ke dokter tindakan yang harus dilakukan perawat
sampai ditempat.

E. Pengawasan
Pengawasan dan Pengendalian merupakan proses akhir dari proses
manajemen, dimana dalam pelaksanaannya proses pengawasan dan
pengendalian saling keterkaitan dengan proses-proses yang lain terutama dalam
perencanaan. Dalam proses manajemen ditetapkan suatu standar yang menjadi
acuan, diantaranya yaitu : visi-misi, standar asuhan, penampilan kinerja,
keuangan, dan lain sebagainya. Dengan demikian dalam pelaksanaannya perlu

12
dilakukan pengawasan apakah setiap tahapan proses manajemen telah sesuai
dengan standar atau tidak dan jika ditemukan adanya penyimpangan maka perlu
dilakukan pengendalian sehingga kembali sesuai standar yang berlaku. Dalam
proses pengawasan mencakup supervisi dan manajemen mutu.
1. Supervisi
a. Definisi
Supervisi adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui
apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahannya sesuai
dengan rencana, perintah, tujuan/kebijakan yang telah ditentukan
(Suyanto, 2008). Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh
pemangku jabatan dalam berbagai level seperti ketua tim, kepala
ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala bidang perawatan ataupun
wakil direktur keperawatan. Namun pada dasarnya seorang supervisor
harus memiliki kemampuan antara lain membuat perencanaan kerja,
kontrol terhadap pekerjaan, memecahkan masalah, memberikan umpan
balik terhadap kinerja, melatih (coaching) bawahan, membuat dan
memelihara atmosfir kerja yang motivatif, mengelola waktu,
berkomunikasi secara informal, mengelola diri sendiri, mengetahui
sistem manajemen perusahaan, konseling karir, komunikasi dalam
pertemuan resmi.
b. Teknik Supervisi
Menurut Rakhmawati, 2009 terdapat dua teknik supervisi, yaitu:
1) Langsung
Teknik supervisi dimana supervisor berpartisipasi langsung dalam
melakukan supervisi.Kelebihan dari teknik ini pengarahan dan
petunjuk dari supervisor tidak dirasakan sebagai suatu perintah,
selain itu umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan langsung saat
ditemukan adanya penyimpangan. Pengawasan langsung dilakukan
dengan cara inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-
kelemahan yang ada saat itu juga.

13
2) Tidak langsung
Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis
maupun lisan sehingga supervisor tidak melihat langsung apa yang
terjadi di lapangan. Teknik ini dilakukan dengan cara yaitu
mengecek daftar hadir ketua tim, membacadan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan
ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
2. Manajemen Mutu
a. Definisi Mutu Pelayanan
Mutu pelayanan keperawatan dapat merupakan suatu pelayanan
keperawatan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio spiritual
yang diberikan oleh perawatprofesional kepada pasien (individu,
keluarga maupun masyarakat baik sakit maupun sehat, dimana
perawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan
standar pelayanan (Rakhmawati, 2009)
b. Dimensi Mutu
Menurut (Rakhmawati, 2009) dimensi mutu dalam pelayanan
keperawatan tersebut diantaranya yaitu :
1) Tangible (Bukti Langsung)
Merupakan hal-hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung
oleh pasien yang meliputi ‘fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan
staf keperawatan’. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, bukti
langsung dapat dijabarkan melalui : kebersihan, kerapian, dan
kenyamanan ruang perawatan; penataaan ruang perawatan;
kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan perawatan yang
digunakan; dan kerapian serta kebersihan penampilan perawat.
2) Reliability (Keandalan)
Keandalan dalam pelayanan keperawatan merupakan
kemampuan untuk memberikan ‘pelayanan keperawatan yang tepat
dan dapat dipercaya’, dimana ‘dapat dipercaya’ dalam hal ini

14
didefinisikan sebagai pelayanan keperawatan yang ‘konsisten’. Oleh
karena itu, penjabaran keandalan dalam pelayanan keperawatan
adalah : prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat;
pemberian perawatan yang cepat dan tepat; jadwal pelayanan
perawatan dijalankan dengan tepat dan konsisten (pemberian
makan, obat, istirahat, dan lain-lain); dan prosedur perawatan tidak
berbelat belit.
3) Responsiveness (Ketanggapan)
Perawat yang tanggap adalah yang ‘bersedia atau mau
membantu pelanggan’ dan memberikan’pelayanan yang
cepat/tanggap’. Ketanggapan juga didasarkan pada persepsi pasien
sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar pasien
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu
ketanggapan dalam pelayanan keperawatan dapat dijabarkan
sebagai berikut : perawat memberikan informasi yang jelas dan
mudah dimengerti oleh pasien; kesediaan perawat membantu pasien
dalam hal beribadah; kemampuan perawat untuk cepat tanggap
menyelesaikan keluhan pasien; dan tindakan perawat cepat pada saat
pasien membutuhkan.
4) Assurance (Jaminan Kepastian)
Jaminan kepastian dimaksudkan bagaimana perawat dapat
menjamin pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien
berkualitas sehingga pasien menjadi yakin akan pelayanan
keperawatan yang diterimanya. Untuk mencapai jaminan kepastian
dalam pelayanan keperawatan ditentukan oleh komponen :
‘kompetensi’, yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan; ‘keramahan’,
yang juga diartikan kesopanan perawat sebagai aspek dari sikap
perawat; dan ‘keamanan’, yaitu jaminan pelayanan yang
menyeluruh sampai tuntas sehingga tidak menimbulkan dampak
yang negatif pada pasien dan menjamin pelayanan yang diberikan
kepada pasien aman.

15
5) Emphaty (Empati)
Empati lebih merupakan ’perhatian dari perawat yang diberikan
kepada pasien secara individual’. Sehingga dalam pelayanan
keperawatan, dimensi empati dapat diaplikasikan melalui cara
berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus kepada setiap pasien;
perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya; perawatan
diberikan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial dan
lain-lain.
Uraian mengenai dimensi mutu di atas akan membantu kita untuk
menentukan mutu pelayanan keperawatan. Mutu pelayanan
keperawatan jika dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari input,
proses dan outcome, maka mutu pelayanan keperawatan merupakan
interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen atau
unsur pelayanan keperawatan. Dan untuk menjaga mutu pelayanan
keperawatan perlu dilakukan penilaian sebagai evaluasi dari mutu
pelayanan tersebut.
c. Penilaian Mutu
Penilaian terhadap mutu dilakukan dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan yang dikelompokkan dalam tiga komponen,
yaitu :
1) Struktur (Input)
Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) mengatakan bahwa
struktur merupakan masukan (input) yang meliputi sarana fisik
perlengkapan/peralatan, organisasi, manajemen, keuangan, sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya dalam fasilitas keperawatan.
Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari jumlah
besarnya mutu, mutu struktur, besarnya anggaran atau biaya, dan
kewajaran. Penilaian juga dilakukan terhadap perlengkapan-
perlengkapan dan instrumen yang tersedia dan dipergunakan untuk
pelayanan. Selain itu pada aspek fisik, penilaian juga mencakup
pada karakteristik dari administrasi organisasi dan kualifikasi dari

16
profesi kesehatan. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh
Tappen (1995), yaitu bahwa struktur berhubungan dengan
pengaturan pelayanan keperawatan yang diberikan dan sumber daya
yang memadai. Aspek dalam komponen struktur dapat dilihat
melalui : a) fasilitas, yaitu kenyamanan, kemudahan mencapai
pelayanan dan keamanan; b) peralatan, yaitu suplai yang adekuat,
seni menempatkan peralatan; c) staf, meliputi pengalaman, tingkat
absensi, rata-rata turnover, dan rasio pasien-perawat; dan d)
keuangan, yaitu meliputi gaji, kecukupan dan sumber keuangan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka pendekatan struktur
lebih difokuskan pada hal-hal yang menjadi masukan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan, diantaranya yaitu : a) fasilitas
fisik, yang meliputi ruang perawatan yang bersih, nyaman dan aman,
serta penataan ruang perawatan yang indah; b) peralatan, peralatan
keperawatan yang lengkap, bersih, rapih dan ditata dengan baik; c)
staf keperawatan sebagai sumber daya manusia, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas; d) dan keuangan, yang meliputi
bagaimana mendapatkan sumber dan alokasi dana. Faktor-faktor
yang menjadi masukan ini memerlukan manajemen yang baik, baik
manajemen sumber daya manusia, keuangan maupun logistik.
2) Proses (Process)
Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) menjelaskan bahwa
pendekatan ini merupakan proses yang mentransformasi struktur
(input) ke dalam hasil (outcome). Proses adalah kegiatan yang
dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (perawat) dan
interaksinya dengan pasien. Dalam kegiatan ini mencakup diagnosa,
rencana perawatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan
kasus. Dengan kata lain penilaian dilakukan terhadap perawat dalam
merawat pasien. Dan baik tidaknya proses dapat diukur dari relevan
tidaknya proses bagi pasien, fleksibelitas/efektifitas, mutu proses itu
sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya, dan
kewajaran (tidak kurang dan tidak berlebihan). Tappen (1995) juga

17
menjelaskan bahwa pendekatan pada proses dihubungkan dengan
aktivitas nyata yang ditampilkan oleh pemberi pelayanan
keperawatan. Hal ini termasuk perawatan fisik, intervensi psikologis
seperti pendidikan dan konseling, dan aktivitas kepemimpinan.
Penilaian dapat melalui observasi atau audit dari dokumentasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan ini difokuskan
pada pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan oleh perawat
terhadap pasien dengan menjalankan tahap-tahap asuhan
keperawatan. Dan dalam penilaiannya dapat menggunakan teknik
observasi maupun audit dari dokumentasi keperawatan. Indikator
baik tidaknya proses dapat dilihat dari kesesuaian pelaksanaan
dengan standar operasional prosedur, relevansi tidaknya dengan
pasien dan efektifitas pelaksanaannya.
3) Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat
terhadap pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan
dan kepuasan baik positif maupun negatif. Sehingga baik tidaknya
hasil dapat diukur dari derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien
terhadap pelayanan perawatan yang telah diberikan (Donabedian,
1987 dalam Wijono 2000). Sedangkan Tappen (1995) menjelaskan
bahwa outcome berkaitan dengan hasil dari aktivitas yang diberikan
oleh petugas kesehatan. Hasil ini dapat dinilai dari efektifitas dari
aktivitas pelayanan keperawatan yang ditentukan dengan tingkat
kesembuhan dan kemandirian. Sehingga dapat dikatakan bahwa
fokus pendekatan ini yaitu pada hasil dari pelayanan keperawatan,
dimana hasilnya adalah peningkatan derajat kesehatan pasien dan
kepuasan pasien. Sehingga kedua hal tersebut dapat dijadikan
indikator dalam menilai mutu pelayanan keperawatan. Pendekatan-
pendekatan di atas dapat digunakan sebagai indikator dalam
melakukan penilaian terhadap mutu. Namun sebagai suatu sistem
penilaian mutu sebaiknya dilakukan pada ketiga unsur dari sistem
tersebut yang meliputi struktur, proses dan hasil. Dan setelah

18
didapatkan hasil penilaiannya, maka dapat dilakukan strategi yang
tepat untuk mengatasi kekurangan atau penilaian negatif dari mutu
pelayanan tersebut.

19
BAB II
HASIL PRAKTIK

I. GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK/RUANGAN


RSUD Sanjiwani Gianyar merupakan Rumah Sakit Umum Daerah milik
Pemerintah Kabupaten Gianyar termasuk Rumah Sakit tipe B Pendidikan.
RSUD Sanjiwani Gianyar juga RSU Sanjiwani Gianyar merupakan Rumah Sakit
Pendidikan Utama bagi Universitas Warmadewa dan Rumah Sakit Pendidikan
Satelit bagi Universitas Udayana, yang mempunyai tugas pokok : melaksanakan
upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna dengan mengutamakan
upaya penyembuhan , pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu
dengan upaya promosi dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani juga sebagai Lembaga Teknis
Daerah, lembaga pelayanan publik mengemban tugas memberikan pelayanan
kesehatan rujukan kepada masyarakat. Dalam mengemban tugas, Rumah Sakit
telah melakukan pengembanan, perbaikan, dan penyempurnaan sumber daya
meliputi: sumber daya manusia, peralatan medis dan non medis, gedung
perawatan, sistem yang mengacu pada standar akreditasi nasional dan
pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien.
Dalam era globalisasi yang penuh tantangan yang penuh kompetitif dan
informatif, rumah sakit telah membudayakan pola pikir dan perilaku bahwa
pasien atau pengunjung adalah tujuan kita bekerja, oleh karena itu harus dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar yang ditentukan, bahkan lebih
dan tetap memperhatikan keluhan dan kemauan pasien/pengunjung,
Sebagai instansi pelayanan publik, rumah sakit selalu melaukan unovasi,
perubahan-perubahan yang bersifat dinamis dengan berdasarkan keinginan
masyarakat yang tentunya juga disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki.
Pengembangan yang harus dilakukan adalah meningkatkan profesionalisme
petugas, mengembangkan jenis pelayanan yaitu: poliklinik spesialis,
subspesialis, mengembangkan fasilitas emergency unit, fasilitas rawat inap dan
pengembangan peralatan medik serta peralatan penunjang diagnostik sdan

20
tentunya juga menata situasi dan kondisi rumah sakit menjadi suasana
kekeluargaan, ramah, sejuk, aman dan nyaman.

RSUD Sanjiwani awalnya dibangun dalam bentuk poliklinik yang berlokasi


di Jalan Ngurah Rai (Kantor bupati sekarang) pada tahun 1955. Sesuai
perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, maka pada
tahun 1961 poliklinik dipindahkan ke Jalan Ciung Wanara dikembangkan
menjadi rumah sakit dengan fasilitas rawat jalan dan rawat inap.
Seiring perkembangan teknologi dilakukan pengembangan dan
penambahan fasilitas dan tenaga serta dikukuhkan menjadi Rumah Sakit Umum
Kelas D pada Tahun 1970. Kemudian berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor 207/Menkes/SK/II/1993 tanggal 26 Februari 1993, Rumah Sakit
Umum Daerah Gianyar melakukan peningkatan status dari kelas D menjadi kelas
C. Selanjutnya diterbitkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
41/Menkes/SK/II/2002 pada tanggal 21 Januari 2002, maka status RSUD
Sanjiwani meningkat dari kelas C menjadi kelas B Non Pendidikan. Seiring
dengan upaya meningkatkan kualitas pelayanan, Rumah Sakit Umum Daerah
Sanjiwani telah ditetapkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit dengan predikat
Paripurna pada tanggal 16 Mei 2016 berlaku sampai 19 Oktober 2018.
Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani adalah Rumah Sakit
Pemerintahan Daerah dengan tipe B Pendididkan, RSU Sanjiwani Gianyar juga
merupakan Rumah Sakit Pendidikan Utama bagi Universitas Warmadewa dan
Rumah Sakit Pendidikan Satelit bagi Universitas Udayana. Memiliki kapasitas
260 tempat tidur dan telah terakreditasi paripurna (12 kelompok kerja) oleh
Komite Akreditasi Rumah sakit.
Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani yang terletak dalam kota Gianyar
tepatnya di Jalan Ciung Wanara Nomor 2 Gianyar, Lingkungan Candi Baru,
Kelurahan Gianyar, Kecamatan Gianyar dengan luas lahan sekitar 2.2 hektar.
Wilayah cakupan adalah 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar dengan
luas wilayah 386 Km dengan jumlah penduduk sebanyak 526.155 jiwa per
oktober 2014 sesuai buku informasi kependudukan Kabupaten Gianyar 2014.

21
A. Visi dan Misi
1. Visi
“Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Terdepan dalam
Pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan Penelitian serta Teknologi
Kesehatan Berstandar Nasional”
2. Misi
a) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan tatakelola
manajemen yang efektif, efisien serta akuntabel
b) Mewujudkan proses pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan
c) Mewujudkan sarana dan prasarana pelayanan sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
d) Mewujudkan sumber daya manusia dengan performance kinerja
yang unggul serta semangat pengabdian dan kerjasama untuk
meningkatkan kesejahteraan
B. Motto
“SMARTS (Senyum santun, Memikat, Aman, Responsif, Terpercaya dan Sejahtera)”

Denah RSUD Sanjiwani Gianyar

Gambar 1. Denah Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar

22
II. GAMBARAN UMUM RUANG SAHADEWA

A. Lokasi/Denah Ruangan

B. Tugas Pokok

DENAH RUANG SAHADEWA

Gambar. 2 Denah Ruang Sahadewa Rumah Sakit Umum Daerah


Sanjiwani Gianyar

I. HASIL PENGKAJIAN (MAN, MONEY, MATERIAL, MARKETING,


METHOD)
A. MAN (M1)
1. Perencanaan
a. Penyusunan Visi Misi Ruang Sahadewa
1) Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara dari kepala ruangan
dan perawat di Ruang Sahadewa, dikatakan bahwa ruangan tidak
memiliki visi dan misi secara mengkhusus. Dikarenakan, semua
ruangan di RSUD Sanjiwani berpedoman pada visi dan misi
yang dimiliki oleh rumah sakit.
2) Observasi : Di ruangan hanya terpajang visi misi RSUD
Sanjiwani, sementara visi misi ruangan sahadewa tidak ada.

23
b. Pengusulan Ketenagaan Keperawatan di Ruang Sanjiwani
Pengusulan ketenagaan keperawatan dilakukan apabila di ruangan
tersebut dinilai kekurangan tenaga. Pemilihan untuk ketenagaan
baru dilakukan dengan cara menganalisa beban kerja untuk
menentukan kebutuhan tenaga keperawatan di ruangan. Jika tenaga
keperawatan di Ruang sahadewa dinilai kurang, kepala ruangan
akan mengajukan pengusulan ke bagian bidang kepegawaian, proses
ini dilakukan secara bertahap sampai mendapatkan tenaga
keperawatan yang baru. Sementara untuk proses perekrutan tenaga
baru dilakukan dengan tes administrasi, tes tulis, tes wawancara dan
tes kesehatan yang dilakukan oleh bagian bidang kepegawaian.
c. Libur dan Cuti Ketenagaan Keperawatan
Untuk cuti tahunan masing – masing pegawai mendapatkan 12 kali
untuk pegawai yang sudah berstatus Pegawai Negeri Sipil
sedangkan bagi perawat yang berstatus sebagai perawat kontrak
hanya mendapatkan cuti selama 8 kali. Selain itu bagi perawat
perempuan yang sudah menikah juga mendapatkan cuti hamil dan
cuti melahirkan untuk pegawai negeri sipil selama 3 bulan dan
untuk pegawai honorer mendapatkan cuti selama 42 hari. Ketika ada
pegawai yang cuti maka tugasnya akan diambil alih petugas yang
lain. Di ruangan Sahadewa juga terdapat cuti sakit.
d. Penyusunan Rencana Harian, Bulanan dan Tahunan
1) Penyusunan Rencana Harian
a) Wawancara : Menurut salah satu perawat di ruangan,
rencana harian di ruangan sudah tersusun seperti SPO yang
sudah ada, pelayanan, pengorganisasian dan rapat. Jika ada
hal khusus akan dibuatkan rencana harian baru sesuai dengan
kondisi pada saat itu.
b) Observasi : Dari hasil pengamatan kegiatan harian
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

24
2) Penyusunan Rencana Bulanan
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat di
Ruang Bima mengatakan bahwa dulu terdapat rapat bulanan di
ruangan membahas kasus pasien yang tidak mengalami
peningkatan kesehatan. Rapat tersebut diikuti oleh pegawai di
ruang sahadewa. Namun sekarang sudah tidak pernah lagi
dilakukan.
3) Penyusunan Rencana Tahunan
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa rencana
tahunan yang dilaksanakan di Ruang sahadewa yaitu penilaian
melalui SKP (Sistem Kinerja Pegawai) yaitu dengan
melaksanakan evaluasi kinerja pegawai setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil observasi di Ruang Sahadewa bahwa setiap
pegawai dinilai dengan melihat keterampilan tindakan yang
setiap hari biasa mereka lakukan di ruangan seperti memasang
infuse, pemberian edukasi, memandikan pasien, memberikan
injeksi dengan berpedoman dengan SPO yang sudah ada serta
point penilaian lain seperti kedisiplian dan ketepatan waktu saat
bekerja.
2. Staffing
a. Perhitungan Kebutuhan Tenaga
Dalam menerapkan model asuhan keperawatan professional
dibutuhkan tenaga yang mampu memberikan asuhan keperawatan
professional. Untuk itu penataan tenaga keperawatan dalam ruang
rawat inap sangat diperlukan.Berikut ini akan dipaparkan beberapa
pedoman dalam penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di
ruang rawat inap.
1) Pedoman cara penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan
(Depkes RI, 2002)
a) Pengelompokan unit kerja di rumah sakit
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) harus
memperhatikan unit kerja yang ada di rumah sakit. Secara

25
garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakit
sebagai berikut :
(1) Rawat inap dewasa
(2) Rawat inap anak/perinatal
(3) Rawat inap intensif
(4) Gawat darurat (IGD)
(5) Kamar bersalin
(6) Kamar operasi
(7) Rawat jalan
Pengelompokkan unit kerja di Ruang Bima berdasarkan 3 PP
yakni:
(1) PP 1 menangani pasien dengan kasus neuro
(2) PP 2 menangani pasien dengan kasus interna
(3) PP 3 menangani pasien dengan kasus kardio dan paru
b) Model pendekatan dalam penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan
Terdapat beberapa model pendekatan yang dapat
dipergunakan dalam penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan (perawat dan bidan) di ruang rawat inap rumah
sakit.
Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien
(1) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
(2) Rata – rata pasien per hari
(3) Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
(4) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
(5) Jam efektif setiap perawat/bidan adalah tujuh jam per
hari

26
Tabel 3. Rata – Rata jumlah pasien dari November 2018 – Maret 2019
Oktober November Desember Januari Februari Maret Total
118 122 115 120 114 121 710
Rata-Rata 118,3

Dapat ditarik kesimpulan, jumlah rata – rata pasien per


bulan di Ruang Sahadewa dari November 2018 – Maret 2019
adalah 118.3 atau dibulatkan menjadi 118 pasien.
Dengan mengasumsikan jumlah jam keperawatan setiap
pasien dalam sehari = 3 jam (jam rata-rata kebutuhan perawatan
setiap pasien dalam 24 jam bagi campuran pasien ) serta jumlah
jam kerja perawat per hari adalah 8 jam, maka dapat dicari
jumlah perawat yang dibutuhkan per hari selama periode
November 2018 – Maret 2019, yaitu dengan rumus :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛𝑥𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑗𝑎𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛/𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑗𝑎𝑚𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡/ℎ𝑎𝑟𝑖

118 𝑥 3
Jumlah Perawat = 8

Jumlah Perawat = 44,25

Jumlah Perawat = 44

Sehingga jumlah total perawat yang dibutuhkan di Ruang


Sahadewa menurut Depkes. RI 2002 adalah 44 orang.
2) Menurut Swansburg RC, 1999
a) Total jam perawat /hari = Jumlah Klien × Jumlah jam kontak
perawat-klien= 118 × 3jam= 354 jam
b) Jumlah perawat yang dibutuhkan per hari =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐽𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡/ℎ𝑎𝑟𝑖 354
= = 44.25 = 44 orang/hari
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖 6.8

c) Jumlah shift per minggu


Jumlah perawat yang dibutuhkan/hari × Jumlah shift dalam
1 minggu= 44 × 6 = 264 shift/minggu

27
d) Jumlah perawat yang dibutuhkan per minggu =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠ℎ𝑖𝑓𝑡/𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 264
= = 44 orang
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎℎ𝑎𝑟𝑖𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 6

Jadi menurut Swansburg RC, 1999 jumlah perawat yang ada


di Ruang Sahadewa adalah 44 orang.
e) Pembagian proporsi dinas dalam satu hari :

Pagi : Siang : Malam = 47 % : 36 % : 17 %

Sehingga jika jumlah total staf keperawatan/hari= 44 orang,


maka pembagian shiftnya :
Pagi : 47% × 44 = 20.68 = 21 orang
Sore : 36% × 44= 15.84 = 16 orang
Malam : 17% × 44 = 7.48 = 7 orang

Hasil perhitungan perencanaan tenaga kerja perawat di


Ruang Sahadewa RSUD Sanjiwani Gianyar menggunakan dua
rumus yaitu, dengan menggunakan rumus Depkes 2002 dan
Swansburg didapatkan hasil perencanaan kebutuhan perawat
tahun 2019 yaitu 44 orang. Berdasarkan hasil wawancara
dengan pembimbing ruangan di Bima perhitungan perencanaan
jumlah tenaga kerja perawat menggunakan rumus Depkes 2002
yang sudah ditetapkan oleh pihak kepegawaian di RSUD
SANJIWANI. Hasil observasi didapatkan jumlah perawat di
Ruang Bima berjumlah 20 orang dan sudah memenuhi standar
perhitungan perencanaan jumlah tenaga kerja perawat menurut
Depkes 2002.
Hasil wawancara dengan pembimbing di Ruang Bima
perencanaan tenaga perawat selalu mengikuti pihak
kepegawaian RSUD SANJIWANI yaitu pada tahun 2019
berdasarkan hasil wawancara tidak ada rencana penambahan
tenaga perawat di Ruang Bima, karena melihat kondisi bahwa
tidak ada penambahan ruang perawatan ataupun tempat tidur di

28
ruangan sehingga rata-rata pasien yang akan dirawat tidak akan
mengalami peningkatan yang tinggi.

b. Peningkatan kualitas tenaga keperawatan


1) Wawancara : dari wawancara dengan salah satu perawat yang
berada di ruang Sahadewa untuk pengembangan pegawai PNS
ataupun honorer dalam melaksanakan tugas belajar tidak
dibatasi masa kerjanya namun umur dari pegawai tersebut harus
di bawah 40 tahun. Untuk tugas belajar para peserta mengajukan
ke bagian kepagawaian lalu akan di ajukan ke bagian badan
kepegawaian daerah agar bisa ditandatangani oleh sekertaris
daerah setelah itu baru di berikan kepada peserta yang akan
mengikuti tugas belajar.
2) Observasi : dari observasi yang dilakukan di Ruang sahadewa
terdapat tujuh orang perawat yang sedang menjalani tugas
belajar, namun atas kemauan sendiri bukan dari ruangan.

29
3. Pengorganisasian

30
31
a. Pengorganisasian Perawatan Klien
1) Wawancara : dari hasil wawancara yang dilakukan dengan
perawat jaga, diperoleh informasi bahwa metode penugasan
yang dilakukan adalah metode perawat primer (PP), dimana
terbentuk 3 perawat primer di ruangan.
2) Observasi : dari hasil pengamatan, memang benar terdapat 3
perawat primer yang terbagi di ruangan. Pembagian perawatan
klien di Ruang Sahadewa menggunakan sistem tenaga
perawatan klien berdasarkan diagnosa medis, jadi setiap perawat
pelaksana melakukan tugasnya kepada pasien sesuai dengan
diagnosa medis yang ditentukan oleh PP.
b. Uraian Tugas
1) Kepala Ruangan
a) Nama Jabatan : Kepala Ruangan
b) Tugas Pokok : Menyelenggarakan pelayanan keperawatan
dan membantu penyediaan fasilitas pelayanan di Ruang
Sahadewa
c) Fungsi :Membantu KaUPP dalam penyelengaraan
pemberian pelayanan kepada pasien dan administrasi
ruangan di Ruang Sahadewa
d) Uraian Tugas :
(1) Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan/
pelayanan keperawatan ruangannya
(2) Menyusun dan mengembangkan staf, kebutuhan alat,
fasilitas, sarana, dan prasarana
(3) Mengatur dinas dan membagi tugas staf bulanan/
mingguan dan harian secara tertulis
(4) Memonitor absen harian
(5) Memantau dan membina penerapan etika keperawatan
pada tiap individu staf
(6) Melakukan bimbingan dan pengawasan pelaksanaan
asuhan keperawatan pada tiap individu pasien

32
(7) Mensosialisasikan peraturan/ kebijakan pimpinan dan
mengkaji masukan-masukan dalam meningkatan mutu
asuhan/ pelayanan keperawatan
(8) Mengawasi dan menilai system pencatatan dan
pelaporan asuhan keperawatan tiap-tiap pasien
(9) Mengendalikan penyelenggaraan tata usaha ruangan
(10) Mengatur pemanfaatan alat/ dan sumber-sumber untuk
efisiensi
(11) Membuat laporan rutin dan insidential tentang
pelaksanaan asuhan/ pelayanan keperawatan dan etika
keperawatan
e) Tanggung Jawab :
(1) Bertanggungjawab kepada KASUBID RAWAT INAP.
(2) Bertanggungjawab terhadap kegiatan administrasi
ruangan di Ruang Bima
f) Wewenang : Berwewenang melakukan segala kegiatan audit
pelayanan perawatan di Ruang Bima sesuai dengan surat
tugas dari KASUBID Rawat Inap
2) Perawat Primer (PP)
a) Nama Jabatan : Perawat Primer (PP)
b) Tugas Pokok : Melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien secara holistik, paripurna, adil dan bermutu
c) Fungsi :Membantu Kepala Ruangan dalam menjalankan
Asuhan Keperawatan pada pasien di Ruang Bima.
d) Uraian Tugas :
(1) Memberikan asuhan keperawatan(pengkajian,
perencanaan, implementasi, evaluasi) secara holistik.
(2) Melakukan penilaian risiko, seperti risiko dikubitus,
penilaian risiko jatuh, penilaian nutrisi, penilaian nyeri,
dan penilaian infeksi nosocomial
(3) Memiliki pengetahuan setiap kondisi pasien dan rencana
keperawatan ntuk memenuhi kebutuhan pasien

33
(4) Mampu mendelegasikan pelayanan keperawatan secara
tepat kepada anggota tim
(5) Melakukan prioritas rencana keperawatan, memberikan
justifikasi dan manajemen waktu secara efektif
(6) Melakukan dokumentasi semua aspek keperawatan
pasien secara efektif, akurat dan jelas
(7) Mengembangkan hubungan terapeutik yang kuat dengan
pasien dan atau anggota keluarga pasien
(8) Berhubungan secara langsung dengan kepala ruangan
dan tim kesehatan lain tentang kondisi dan rencana
perawatan pasien
(9) Membantu tim untuk memahami upaya keselamatan
pasien dan bagaimana meminimalkan risiko terhadap
pasien
(10) Berkontribusi secara langsung dalam pengembangan
praktik klinik profesi keperawatan
(11) Berperan sebagai role model yang efektif
(12) Berperan dalam kepemimpinan yang bertanggungjawab
dan relevan dengan pelayanan keperawatan
(13) Berpartisispasi dalam program peningkatan mutu dan
prosedur pemantauan kualitas suatu mutu (quality
assurance)
(14) Menerapkan prinsip-prinsip pengendalian infeksi
seperti cuci tangan, prosedur aseptic secara tepat
(15) Menerapkan pasien safety melalui identifikasi resiko,
pelaporan insiden serta menjaga lingkungan kerja yang
aman, bersih dan mengutamakan keselamatan pasien
e) Tanggung Jawab : Perawat Primer bertanggung jawab
kepada kepala ruangang terhadap pemberian asuhan
keperawatan pasien secara holistik, adil, bermutu dan
paripurna
f) Wewenang

34
(1) Membantu perencanaan asuhan keperawatan
(2) Melakukan koordinasi dengn kepala ruangan, tim
kesehatan lain dan unit terkait
(3) Melakukan pendelegasian tugas kepala ruangan bila pagi
hari tidak bertugas
(4) Mendelegasikan tugas kepada PA pada sore, malam dan
hari libur
(5) Membuat administrasi ruangan
(6) Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
(7) Membuat pembagian tugas PA berdasarkan tingkat
ketergantungan
(8) Melakukan diskusi kasus (pre conference dan post
conference)
(9) Melakukan pembinaan dan bimbingan PA
(10) Melakukan discharge planning
(11) Melakukan monitoring evaluasi asuhan keperawatan
g) Metode pemilihan perawat primer (PP)
(1) Pendidikan minimal D3 Keperawatan
(2) Pelatihan : dasar : K3RS, PPI, BHD, Pengalaman : D3/
D4 memiliki pengalaman selama 8 tahun dan S1
memiliki pengalaman selama 5 tahun.
(3) Kompetensi yang terdiri dari kompetensi inti,
kompetensi personal dan kompetensi jabatan/teknis.
3) Perawat Associate (PA)
a) Nama jabatan : Perawat Associate (PA)
b) Tugas Pokok : Memberi asuhan keperawatan kepada pasien
bersama perawat primer secara holistik, paripurna, adil dan
bermutu
c) Fungsi :Membantu pelaksanaan asuhan keperawatan kepada
pasien rawat inap
d) Uraian Tugas

35
(1) Memberikan asuhan keperawatan(pengkajian,
perencanaan, implementasi, evaluasi) secara holistik
(2) Melakukan penilaian risiko, seperti risiko decubitus,
penilaian risiko jatuh, penilaian nutrisi, penilaian nyeri,
dan penilaian infeksi nosocomial
(3) Mampu menjelaskan patofisiologi tentang kondisi
pasien, menjelaskan bila ada perubahan status kondisi
pasien
(4) Melakukan prioritas rencana keperawatan, memberikan
justifikasi, dan manajemen waktu secara efektif
(5) Melakukan dokumentasi semua aspek keperawatan
pasien secara efektif, akurat dan jelas
(6) Mampu melakukan persiapan peralatan secara lengkap
dan benar sebelum memulai tindakan dan mampu
mengetahui bila terjadi kerusakan peralatan
(7) Melakukan teknis tindakan keperawatan dasar dan
khusus secara aman akurat
(8) Menjaga privasi dan rahasia pasien
(9) Memberikan pelayanan yang professional tanpa
memandang status pasien dan bekerja sesuai standardan
aturan yang berlaku
(10) Mengembangkan komunikasi terapeutik dengan pasien,
anggota keluarga serta berkomunikasi secara efektif
dengan tim kesehatan yang lain
(11) Menerapkan prinsip – prinsip pengendalian infeksi
seperti cuci tangan, prosedur aseptik secara tepat
(12) Menunjukkan pengetahuan dan keterampilan baik
tentang pemberian obat (medication administration)
secara aman
(13) Menerapkan pasien safety melalui identifikasi risiko,
pelaporan insiden serta menjaga lingkungan kerja yang
aman, bersih dan mengutamakan keselamatan pasien

36
(14) Berpartisipasi aktif di dalam program peningkatan mutu
e) Tanggung Jawab : Perawat Associte bertanggung jawab
kepada perawat primer dan kepala ruangan terhadap
pemberian asuhan keperawatan pasien secara holistik, adil,
bermutu dan paripurna
f) Wewenang
(1) Mengusulkan perencanaan askep pada PP
(2) Melakukan koordinasi dengan PP
(3) Menerima pendelegasian tugas dari PP pada shift sore,
malam dan hari libur
(4) Melakukan tindakan askep sesuai rekomendasi
(5) Meningkatkan diskusi kasus (pre conference dan post
conference)
(6) Melengkapi dokumentasi askep dan administrasi
1) Wawancara : dari hasil wawancara kepada perawat jaga,
diketahui bahwa setiap perawat sudah mempunyai dan
mengetahui uraian tugas masing – masing bagi tiap tenaga
keperawatan. Dari hasil wawancara juga dikatakan bahwa tugas
perawat tidak sesuai dengan pembagian tugas ataupun struktur
organisasi yang ada di ruangan. Apabila pasien yang ada di
Ruang sahadewa banyak sedangkan tenaga keperawatan kurang
mengakibatkan beban kerja setiap perawat menjadi bertambah,
seperti halnya yang menjadi PP ia tidak murni hanya sebagai
seorang PP melainkan ia juga ikut terjun merangkap menjadi
PA.
2) Observasi : dari hasil pengamatan yang dilakukan di ruangan
perawat di Ruang Sahadewa dari tanggal 15 April – 19 April
2019 perawat sudah bekerja sesuai dengan tugasnya masing-
masing.
c. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
1) Wawancara: dari hasil wawancara dengan perawat jaga,
didapatkan informasi bahwa pendokumentasian asuhan

37
keperawatan sesuai dengan format yang ada yang sudah
disepakati oleh RSUD SANJIWANI.
2) Observasi : dari hasil pengamatan tersedia lembar penulisan
standar asuhan keperawatan. Seperti lembaran intervensi,
lembar catatan terintergrasi, lembar evaluasi, keseimbangan
cairan, pengkajian keperawatan.
Dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang
sahadewa RSUD SANJIWANI telah memiliki format
pendokumentasian. Format dokumentasi perawatan pasien yang
digunakan di Ruang sahadewa dapat dilihat pada tabel berikut:

No Uraian Form Yang


Melengkapi
1. Form : RM 03.01 Surat Permohonan MRS Dokter
2. Form : RM 03.02 Persetujuan Umum Adminsion
3. Form : RM 03.03 Surat Persetujuan Rawat Inap Adminsion

4. Form : RM 03.04 Dokumen Pemberian Informasi oleh DPJP Dokter

5. Form : RM 03.05 Orientasi Pasien Baru Perawat

6. Form : RM 03.06 Ringkasan Riwayat Masuk dan Keluar Dokter

7. Form : RM 03.08 Pengkajian Keperawatan Pasien Rawat Inap Perawat

8. Form : RM 03.10 Tindakan Keperawatan Pasien Rawat Inap Perawat

9. Form : RM 03.11 Catatan Edukasi dan Perencanaan Edukasi Perawat


Terintegrasi Rawat Inap
10. Form : RM 03.12 Daftar Pemberian Obat Parentral Perawat

11. Form : RM 03.13 Daftar Pemberian Obat Non Parentral Perawat

12. Form : RM 03.14 Catatan Observasi Komperehensif Perawat

13. Form : RM 03.15 Keseimbangan Cairan Perawat

14. Form : RM 03.16 Catatn Perkembang Pasien Rawat Inap Perawat, Dokter,
Terintegrasi Ahli Gizi

38
15. Form : RM 03.17 Konsultasi Dokter

16. Form : RM 03.18 Timbang Terima Antar Ruangan Perawat

17. Form : RM 03.19 Resume Keluar Dokter

18. Form : RM 03.20 Rencana Pemulangan Pasien Perawat

19. Form : RM 03.21 Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TIM PPIRS
Rumah Sakit (PPIRS)

39
Tabel Dokumentasi Asuhan Keperawatan :

No 5 Langkah Standar Fakta Kesenjangan

1 Pengkajian 1. Mencatat data yang dikaji sesuai Berdasarkan 3 Sudah sesuai


dengan pedomanpengkajian RM pasien yang dengan
2. Data dikelompokkan secara diambil, standar
komprehensif ditemukan
(indikator pengkajian : identitas, poin/kolom
alasan masuk, faktor predisposisi, pengkajian sudah
pemeriksaan fisik psikososial, lengkap.
status mental, kebutuhan
perencanaanpulang)
3. Data dikaji sejak pasienmasuk
sampai pulang
4. Masalah dirumuskan berdasarkan
kesenjangan antara status
kesehatan fisik dan atau mental
dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
5. Singkatan/istilah yang digunakan
berlaku secara umum (ada daftar
singkatan dan istilah yang di
putuskan oleh RS dan disebarkan
ke rumahsakit)
6. Tidak ada aspek pengkajian/no,
kolom pengkajian yangkosong
7. Data identitas pasien tertulis
lengkap (nama, umur, jenis
kelamin, no.RM)
8. Dapat diidentifikasi dengan jelas
oleh perawat yang melakukan

40
pengkajian dan waktu pelaksanaan
pengkajian (tanggal, jam , nama
lengkap perawat yang mengkaji
dan ttdperawat)
2 Diagnosis 1. Diagnosis keperawatan ditegakkan Berdasarkan Sudah sesuai
berdasarkan analisis data sesuai dari 3 RM dengan
dengan temuan data maladaptif pasien yang standar
selama pengkajianberlangsung diambil dan dari
2. Diagnosis keperawatan dirumuskan hasil observasi,
berdasarkan buku/dasar didapatkan hasil
acuankeperawatan bahwa diagnosa
3. Diagnosa keperawatan dibuat oleh keperawatan
Katim yang
4. Ada nama lengkap dirumuskan
perawatdantandatanganperawatyang sudah
merumuskandiagnosis berdasarkan
5. Katim memperbaharui rumusan dasar acuan
diagnosis sesuai dengan keperawatan.
perkembangan assesment/analisis
pada evaluasi sesuai indikator
SOAP (Subjective, Objective,
Assesment, Planning)
3 Perencanaan 1. Perencanaan asuhan keperawatan Berdasarkan Sudah sesuai
sesuai dengan diagnosis dari 3 RM dengan
keperawatan pasien yang standar
2. Perencanaan asuhan keperawatan diambil,
disusun menurut urutan prioritas didapatkan hasil
tindakan yang berdasarkan bahwa
prioritas pemilihan diagnosis perencanaan
sesuai dengan core problema dan asuhan
etiologi keperawatan

41
3. Rumusan tujuan dilengkapi sudah sesuai
dengan kriteria hasil sesuai dengan dengan
konsep SMART yaitu harus diagnosa
spesifik (specific), bisa diukur keperawatan.
(measureable), bisa diterima
(achieveable), bisadipercaya
(reliable), waktu yang terukur
(timeable) dengan mengandung
komponen perubahan ke arah
positif kondisi klinis pasien.
4. Rencana tindakan mengacu pada
tujuan dengan kalimat perintah,
terinci dan jelas dan atau
melibatkan pasien/keluarga
5. Rencana tindakan komprehensif
:mengandung
rencanatindakanindependen,depen
den,interdependen
4 Implementa 1. Implementasi dilaksanakan Berdasarkan Sudah
si mengacu pada rencana dari 3 RM sesuai
keperawatan pasien yang dengan
2. Bukti implementasi dicatat diambil, standar
langsung pada format yang resmi, ditemukan
terdapat tanggal, jam,no diagnosis. bahwa
3. Rumusan kalimat implementasi dokumentasi
menggunakan kalimataktif implementasi
4. Singkatan/istilah yang digunakan asuhan
berlaku secaraumum keperawatan
5. Perawat yang melakukan tindakan sudah
adalah perawat yang dilengkapi
mendokumentasikan tindakan dengan nama

42
tersebut. dan paraf
6. Setiap tindakan keperawatan yang perawat yang
telah dilakukan kepada pasien melakukan;
didokumentasikan dengan terdapat format
dilengkapi nama lengkap dan paraf pemberian
perawat yangmelakukan. obat injeksi
7. Format pemberian obat injeksi maupunoral.
terisi secara lengkap dan benar
sesuai kolom yang tersedia dalam
format
8. Format pemberian obat oral terisi
secara lengkap dan benarsesuai
kolom yang tersedia dalam format
5 Evaluasi Evaluasi Formatif Berdasarkan Sudah sesuai
1. Setiap tindakan yang Dari 3
dengan standar
dilakukankepada pasien, perawat RMpasien yang
memonitoring respon pasien dan diambil,
dicatat pada kolom evaluasi sejajar ditemukan data
dengan kalimat implementasi bahwa sudah
keperawatantersebut dilakukan
2. Perawat melakukan evaluasi evaluasi
perkembangan kondisi pasien sumatif, dikaji
(Progress Note) pada saat sebelum respon subjektif
operan shift jaga dengan sesuai dengan
menggunakan teknikSOAP SOAP; evaluasi
3. Penulisan lengkap: formatif
S : keluhan pasien/keluarga dilakukan per
pasien, tindakan
O : hasil pengamatan, pengukuran, implementasi.
pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang terakhir

43
A : masalah yang sudah teratasi,
masalah yang belum teratasi,
masalah baru yang muncul)
P : perencanaan perawatan
independen, rencana tindakan
dokter (fisik/penunjang) rencana
terapi/perubahan terapi, dan
rencana penatalaksanaan pasien
lainnya)
4. Dicatat lengkap dan tercantum
nama dan paraf perawat yang
melakukan
Evaluasi Sumatif
1. Pada saat pasien pulang evaluasi
sumatif dengan teknik
SOAPditulis lengkap seperti
diatas.
2. Pada saat pasien
pulang,perawatmerumuskan
Disharge Planning
3. Pada saat pasien pulang, perawat
merumuskan ResumeKeperawatan
4. Evaluasi sumatif SOAP dibuat
pada saat habisnya kriteria waktu
sesuai tujuan pada setiap aspek
diagnosa
5. Semua poin di atasdilengkapi
6. Nama lengkap dan paraf

Berdasarkan data buku dokumentasi yang ada di ruangan,


penyediaan dokumentasi sudah cukup lengkap. Pendokumentasian

44
yang dilakukan di ruangan secara lisan dan tertulis seperti dokumentasi
pelaksanaan timbang terima, supervisi, dan lainnya sudah dilakukan
dengan baik dan sudah sesuai dengan penerapan MPKP. Selain itu,
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan juga sudah
dilakukan dengan cukup baik.
d. Pengaturan Jadwal Dinas
1) Wawancara : Dari hasil wawancara dengan perawat jaga, pengaturan jadwal
dinas dilakukan oleh Kepala Ruangan yang disesuaikan dengan jumlah perawat
yang ada di ruangan, karena disesuaikan dengan jumlah perawat dan kondisi
Rumah Sakit. Pengaturan jadwal jaga perawat primer berbeda dengan perawat
pelaksana, pada perawat primer jadwal jaga adalah setiap hari Senin – Jumat
dan hanya shif pagi dari pukul 07.00-14.00 serta libur pada hari Minggu
maupun hari libur nasional. Sementara jadwal shif perawat pelaksana adalah
dengan pola 2 kali pagi , 2 kali sore, 2 kali malam. Bila ada perawat pelaksana
yang ingin menukar jadwal jaganya, maka perawat tersebut sebelumnya
mengajukan penukaran jaga terlebih dahulu melalui aplikasi, apabila disetujui
oleh Kepala Ruangan maka perawat tersebut bisa menukar jadwal jaganya.
Tidak ada batasan penukaran jadwal jaga pada perawat.
2) Observasi : Berdasarkan hasil observasi, format daftar shift diruangan
menggunakan proporsi jumlah perawat yang ada. Jumlah perawat pada pagi 6
orang perwat, sore 2 orang perwat dan malam hari 3 orang.
4. Pengarahan
a. Wawancara :
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat ruangan di ruang
sahadewa, perawat tersebut mengatakan bahwa dalam proses pengarahan di
ruangan ada Pengarahan Manajemen Operasional.
Manajemen Operasional
Dalam pengarahan manajemen operasional dilakukan oleh Kepala Ruangan
sahadewa. Pada bagian Pengarahan Manajemen Operasional terdapat
morning briefing yang dilakukan langsung oleh Kepala Ruangan sahadewa.
Pengarahan tersebut dilakukan pada saat pagi hari sebelum operan yang biasa

45
disebut dengan morning briefing. Morning briefing ini dilakukan di Nurse
Station. Pada saat morning briefing, biasanya kepala ruangan juga
menyampaikan informasi ataupun pengumuman ataupun hal penting kepada
seluruh staff di Ruang sahadewa
Teknik komunikasi yang digunakan oleh Kepala Ruangan adalah komunikasi
yang dilakukan secara terbuka. Dimana setiap anggota organisasi dapat
mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai
dan informal. Hal ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-
pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way
communication. Staf di Ruang sahadewa juga menggunakan sarana
komunikasi online seperti group WhatApps yang dimana ketika Kepala
Ruangan tidak bisa menyampaikan secara verbal pengumuman ataupun
informasi lainnya, mereka biasa menggunakan group tersebut untuk
berkomunikasi ataupun berdiskusi dengan sesama perawat maupun dengan
kepala ruangan.
b. Observasi
Dalam proses pengarahan di Ruang sahadewa, pengarahan dilakukan oleh kepala
ruangan atau yang mewakili kepada dan seluruh staff keperawatan yang ada di
Ruang sahadewa. Pengarahan dilakukan pada saat pagi hari sebelum operan
yakni saat morning briefing di Nurse Station, dari hasil observasi yang kami
lakukan kami melihat sebelum memulai kegiatan morning briefing Kepala
Ruangan Bima mengucapkan salam yakni mengucapkan selamat pagi kepada
seluruh peserta morning briefing yakni perawat jaga malam, perawat jaga pagi,
serta mahasiswa keperawatan yang praktik di Ruang sahadewa. Selanjutnya
Kepala Ruangan memimpin peserta morning briefing untuk berdoa. Ketika
Kepala Ruangan selesai melakukan apel maupun rapat, pengumuman ataupun
hasil – hasil rapat akan disampaikan oleh kepala ruangan kepada seluruh staff
baik secara verbal maupun non verbal.
Selanjutnya Kepala ruangan mempersilahkan perawat jaga malam yang bertugas
sebagai Perawat Associate untuk menyampaikan laporan terkait berapa jumlah
pasien terakhir serta rencana harian yang akan dilakukan di masing – masing

46
ruangan seperti rencana pasien yang akan melakukan pemeriksaan penunjang
dan terapi lanjutan pada pasien kepada Perawat Primer dan Kepala ruangan serta
didengarkan oleh seluruh staf keperawatan dan juga mahasiswa keperawatan
yang praktik di Ruang sahadewa. Setelah itu kepala ruangan menanyakan apakah
ada kendala yang dialami oleh perawat dinas malam ketika memberikan asuhan
keperawatan pada pasien, ketika kami melakukan observasi tidak ada kendala
maka dari itu kegiatan dilanjutkan dengan melakukan timbang terima di masing
– masing ruangan.
Apabila terdapat suatu permasalahan kepala ruangan akan mengutarakan
solusi dan alternative yang telah dirancang kemudian didiskusikan bersama
untuk mengambil jalan keluar satu tujuan yang disepakati secara bersama.
Masing – masing Perawat Associate dengan Perawat Primer menuju ke ruangan
yang menjadi tanggung jawabnya. Mereka melakukan timbang terima pasien
antardinas. Metode timbang terima pasien antar dinas di Ruang sahadewa
dilakukan dengan menggunakan metode secara lisan dan tertulis di form hand
over perawat yang dilakukan dengan menggunakan metode SBAR di depan
pasien. Dimana nantinya di form hand over tersebut ditanda tangani oleh perawat
yang menyerahkan operan dan yang menerima operan.
Ketika melakukan observasi timbang terima antara dinas malam ke dinas
pagi yang diikuti oleh Perawat Associate, Perawat Primer dan Kepala Ruangan
kami melihat dan mendengar ketika dilakukan timbang terima. Kepala ruangan
membuka dan memberi salam kepada klien, Perawat Associate menyampaikan
Identitas klien, keluhan pasien, kondisi terkini pasien, diagnosa medis data yang
mendukung, tindakan keperawatan yang sudah atau belum dilaksanakan, rencana
umum ang perlu dilakukan seperti pemeriksaan penunjang, konsul, prosedur
tindakan tertentu. Hasil dari timbang terima ditulis dalam buku catatan Perawat
Primer serta ditulis dalam Catatan Medis Pasien pada form catatan timbang
terima pasien antar shift. Saat melakukan timbang terima antar dinas komunikasi
yang digunakan oleh perawat di Ruang Bima adalah komunikasi SBAR yakni
ketika melakukan timbang terima perawat associate menyampaikan nama pasien
dan menyampaikan kondisi terkini pasien dan menyatakan telah berapa hari

47
pasien dirawat, diagnose medis pasien serta perawat menyampaikan tindakan
keperawatan apa yang telah diberikan dan dilakukan selama perawatan serta
perawat telah menyampaikan rencana tindakan yang akan dilakukan baik secara
mandiri maupun kolaborasi. Setelah melakukan timbang terima antar dinas,
perawat mengerjakan tugas – tugas yang telah direncanakan.
5. Pengawasan
a. Wawancara
Supervisi secara langsung dilakukan oleh supervisor, supervisor biasanya
melakukan sidak ke Ruang sahadewa setiap sore atau malam. Pada saat dinas
sore maupun malam hari, supervisor mengadakan sidak dan langsung datang ke
ruangan untuk menanyakan jumlah pasien serta situasi di Ruang sahadewa,
apakah ada masalah atau tidak di ruangan.
Kepala ruangan melakukan pengawasan keliling ruangan serta melihat
kondisi pasien yang ada di ruangan. Jika terdapat pasien yang memiliki
perawatan khusus misalkan pasien mengalami resiko jatuh sedangkan pasien
tidak diberikan gelang berwarna kuning, maka kepala ruangan berhak menegur
PA dan PP yang bertanggung jawab dalam menangani pasien tersebut. Serta jika
PP atau PA melakukan asuhan keperawatan tidak sesuai dengan SPO yang
berlaku, maka PP dan PA ditegur oleh karu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat di Ruang
sahadewa bahwa RSUD SANJIWANI sudah menggunakan absen face scan.
Selain pengurangan poin di SKP (Sistem Kinerja Pegawai) yang akan
mempengaruhi evaluasi setiap akhir tahun terhadap pegawai tersebut juga ada
yang dipanggil oleh bagian kepegawaian apabila sudah melakukan banyak
kesalahan. Berdasarkan hasil wawancara juga didapatkan bahwa RSUD
SANJIWANI memberikan perawat di ruangan untuk melanjutkan pendidikan
yang lebih guna untuk memenuhi standar pendidikan perawat dan meningkatkan
mutu pelayanan.

48
b. Observasi
Dari observasi yang dilakukan di Ruang Sahadewa didapatkan bahwa setiap sore
atau malam hari telah dilaksanakan supervise oleh supervisor maupun Karu dari
ruangan lain dengan menanyakan jumlah pasien, jumlah tempat tidur dan apakah
terdapat masalah di Ruang sahadewa.

49

You might also like