Professional Documents
Culture Documents
C. Tindakan Pembedahan
Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan
pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1. Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam
jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan
hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka
tembak atau tusuk, luka bakar sanagat luas.
2. Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan
dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau
batu pada uretra.
3. Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan
dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat tanpa
obstruksi kandung kemih,Gangguan tyroid, katarak.
4. Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak
dilakukan pembedahan maka tidak terlalu membahayakan. Contoh :
perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.
5. Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada
pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya
terkait dengan estetika. Contoh : bedah kosmetik (HIPKABI, 2012).
PRE OPERATIF
A. Pengertian Pre Operasi
Keperawatan pre operasi merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Perawatan pre operasi merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien
dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan
tindakan pembedahan (Mirianti, 2011).
Pre operasi adalah tahap yang dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan
intervensi bedah dan diakhiri ketika klien dikirim ke meja operasi.
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Tahap ini merupakan awalan yang menjadi kesuksesan tahap-
tahap berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat
fatal pada tahap berikutnya (HIPKABI, 2014).
2. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka
dokter bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus
dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah
berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain
seperti EKG, dan lain-lain. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk
melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan
terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa
menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah
memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk
menentukan apakah kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu
dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemerikasaan
laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan
masa pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum,
hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto
thoraks dan EKG (Djuantoro, 2011).
4. Inform Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien
maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi
sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan
menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan
dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi) (Djuantoro, 2011).
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi
aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan
operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait
dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala
resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum
menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi
yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan,
pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum
menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/ keluarganya berhak untuk
menanyakan kembali sampai betul- betul paham. Hal ini sangat penting
untuk dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh
pasien/ keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak
sesuai dengan gambaran keluarga (Djuantoro, 2011).
C. Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 2000) meliputi :
a. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan
trombus.
b. Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
c. Makanan / cairan
Gejala: insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/
ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas); membrane mukosa yang
kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
d. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat
keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat
mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala: pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic,
dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer
dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.
Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial
bagi penarikan diri pasca operasi).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson,
M. Judith, 2012) meliputi :
a. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri,
ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola
interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi atau krisis maturasi.
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek
samping penanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh
pada perubahan penampilan.
c. Koping individu tidak efektif
d. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang
gerak, kerusakan saraf/otot, dan nyeri.
4. Evaluasi :
a. Ansietas berkurang/terkontrol.
b. Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi
tubuh.
c. Pasien akan memahami tindakan yang akan dilakukan dan koping
individu efektif
d. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
PERAWATAN INTRAOPERATIF
A. Pengertian
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke
instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup :
1. Pemasangan IV cath
2. Pemberian medikasi intaravena
3. Melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien
Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anstesi,
bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien
di atas meja operasi denganmenggunakan prinsip-prinsip dasar
kesimetrisan tubuh (Djuantoro, 2011).
Perawat yang bekerja di kamar bedah harus telah mengambil program
proregristation education courses in anasthetic and operating theater
nursing. Dalam pembedahan perawat disebut scrubbed nurse yang
bertindak sebagai asisten ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan
pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan instrument dan menjamin
ketersediaan peralatan ahli bedah untuk terlaksananya pembedahan
yangdirencanakan. Circulating nurse bertanggung jawab untuk menjamin
terpenuhinya perlengkapanyang dibutuhkan oleh scrubbed nurse dan
bertanggung jawab terhadap observasi dan perawatan pasien tanpa
menimbulkan kontaminasi daerah steril (Djuantoro, 2011).
B. Tahap Intraoperatif
1. Ruang Sementara (Holding area)
Perawat dapat menjelakan tahap-tahap yang akan dilaksanakan untuk
menyiapkan klien menjalani pembedahan. Perawat diruang tahanan
sementara biasanya adalah bagian dari petugas ruang oprasi dan
menggunakan pakaian, topi, dan alas kaki khusus ruang oprasi sesuai
dengan kebijakan pengontrolan infeksi rumah sakit. Pada beberapa
tempat bedah sehari, perawat primer perioperatif menerima kedatangan
klien, menjadi perawat sirkulator selama prosedur berlangsung, dan
mengelola pemulihan serta kepulangan klien (Muttaqin 2011).
Di dalam ruangan tahanan sementara, perawat, anestesi, atau ahli anestesi
memasang kateter infus ke tangan klien untuk memberikan prosedur rutin
penggantian cairan dan obat-obatan melalui intravena. Biasanya
menggunakan kateter IV yang berukuran besar agar pemasukan cairan
menjadi lebih mudah. Perawat juga memasang manset tekanan darah.
Manset juga terpasang pada lengan klien selama pembedahan berlangsung
sehingga ahli anestesi dapat mengkaji tekanan darah klien (Djuantoro,
2011).
3. Pemberian Anestesi
a. Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluluh sensasi
dan kesadarannya. Relaksasi mempermudah manipulasi anggota
tubuh. Klien juga mengalami amnesia tentang seluruh proses yang
terjadi selama pembedahan yang menggunakan anestesi umum
melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan manipulasi jaringan
yang luas (Djuantoro, 2011).
Ahli anestesi memberi anestesi umum melalui jalur IV dan inhalasi
melalui empat tahap anestesi. Tahap 1 dimulai saat klien masih sadar.
Klien menjadi pusing dan kehilangan kesadaran secara bertahap, dan
status analgesic dimulai. Tahap 2 adalah eksitasi. Otot kilen kadang-
kadang menegang dan hampir kejang. Reflek menelan dan mudah
tetap ada, dan pola nafas klien mungkin menjadi tidak teratur. Tahap 3
dimulai pada saat irama pernafasan mulai teratur. Fungsi vital
terdepresi. Tahap 4 adalah tahap depresi pernafasan lengkap.
b. Anestesi Regional
Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah
tubuh tertentu. Selama pembedaan berlangsung klien dengan anestesi
regional akan tetap sadar kecuali jika dokter memprogramkan
pemberian tranquilizer yang dapat menyebabkan klien tidur. Perawat
harus ingat bahwa luka bakar dan cidera lainnya dapat terjadi pada
bagian tubuh yang berada dibawah pengaruh anestesi tanpa disadari
oleh klien. Oleh karena itu posisi ekstermitas dan kondisi kulit klien
perlu sering observasi(Djuantoro, 2011).
c. Anestesi Lokal
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang
diinginkan (mis, adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea mata).
Obat anestesi (mis, lidokain ) menghambat konduksi saraf sampai
obat terdifusi kedalam sirkulasi. Klien akan kehilangan rasa nyeri dan
sentuhan, aktifitas motorik, dan otonom (Djuantoro, 2011).
D. Pelaksanaan keperawatan
1. Menggunakan baju seragam: Penggunaan baju seragam bedah didesain
secara khusus dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari luar,
berprinsip bahwa semua baju dari luar diganti dengan baju bedah yang
steril, atau baju harus dimasukan kedalam celana, atau harus menutupi
pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, dan gunakan tutup
kepala, masker, sarung tangan, serta celemek steril.
2. Mencuci Tangan Sebelum Pembedahan; Gunakan air mengalir dari kran,
Sikat tangan secara sistemati, satu per satu jari dicuci, Sikat kuku dan
lengan bahwa sampai siku, Ulangi lagi beberapa kali : dengan selam
10 menit ; dengan larutan desinfektan standar selama 3-5 menit, Tutup
kran dengan siku (buka seperti biasanya menutup kran), Posisikan tangan
selau lebih tinggi dari siku, Ambil handuk tangan steril, keringkan urut
mulai tangan, pergelangan, hingga siku, lalu jatuhkan handuk.
3. Menerima Pasien di Daerah Bedah; Sebelum memasuki wialyah bedah,
pasien harus melakukan pemeriksaan ulang di ruang penerimaan untuk
megecek kembali nama, bedah yang akan dilakukan, nomor status
registrasi pasien, berbagi hasil laboratorium dan x-ray, persiapan darah
setelah dilakukan pemerikasaan silang dan golongan darah, alat protesa,
dan lain-lain.
4. Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke Kamar Bedah; Posisi yang
dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup, trendelenburg,
lithotomi, lateral, dan lain-lain.
5. Pembersihan dan Persiapan Kulit; Pelaksanaan ini bertujuan untuk
membuat daerah yang akan dibedah bebas dari kotoran dan lemak kulit
serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakn dalam
pembersihan kulit ini harus memiliki spectrum khasiat, memiliki
kecepatan khasiat, atau memiliki potensi yang baik serta tidak menurun
bila adanya kadar alcohol, sabun detergen, atau bahan organik lainya.
6. Penutupan daerah Steril; Penutupan daerah steril dilakukan dengan
menggunakan doek steril agar daerah seputar bedah tetap steril dan
mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah yang steril dan
tidak.
7. Pelaksanaan Anestesi’ Terdiri dari anestesi umum, anestesi regional, dan
anestesi lokal.
8. Pelaksanaan Pembedahan; Setelah dilakukan anestesi, tim bedah akan
melaksanakan pembedahan sesuai dengan ketentuan pembedahan
(Djuantoro, 2011).
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b.d efek samping dari anaesthesi.
Tujuan : kerusakan per-tukaran gas tidak terjadi
Kriteria hasil :
- Status neurologis DBN
- Dispnea tidak ada
- PaO2, PaCO2, pH arteri dan SaO2 dalam batas normal
- Tidak ada gelisah, sianosis, dan keletihan
Intervensi :
1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman dan usaha nafas.
2) Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya
ventilasi dan adanya bunyi tambahan
3) Pantau hasil gas darah dan kadar elektrolit
4) Pantau status mental
5) Observasi terhadap sianosis, terutama membran mukosa mulut
6) Pantau status pernapasan dan oksigenasi
4. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam mempertahnkan status kesehatan , seperti
adanya peningkatan proses penyembuhan luka, system sirkulasi,
keseimbangan cairan dan elektrolit, system eliminasi, serta tidak
ditemukn tanda kecemasan lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA