Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Abdullah L2A607001
Beton ialah campuran semen, pasir, air dan kerikil atau batu pecah. Beton
terdiri dari bahan pengikat dan bahan tambahan. Semen ialah bahan pengikat, bahan -
bahan yang lain ialah bahan - bahan tambahan.segera setelah dilakukan pencampuran,
campuran ini menjadi kenyal, yang harus di tuang dalam bentuk-bentuk. Bentuk-
bentuk itu disebut dengan papan beton yang nantinya akan di pakai untuk wadah,
sesudah keras maka papan beton dibuka, Adukan dibentuk oleh semen dengan pasir
dan air tapi batu bata,batu kali atau batu belahnya telah berubah menjadi bagian-
bagian lebih kecil.
Biasanya kita pakai semen portland (SP) sebagai bahan pengikat karena sifat-
sifatnya lebih baik dan angka kepadat’an nya yang lebih tinggi. SP juga dapat di
gunakan dalam pekerjaan udara, tanah, air.kepadatan terhadap tekanan untuk beton.
Beton adalah suatu bahan komposit yang terdiri dari kumpulan, secara umum
pasir dan kerikil atau agregat kasar, dengan bahan pengikat semen portland dan air.
Kumpulan pasir dan kerikil dengan ukuran kerikil yang maksimum di dalam beton
struktural biasanya 3/4 in, ada 3/8 in, atau 1,5 in. Sebatas kerikil masih bisa digunakan
(James G.MacGregor, 1997).
2. Karakter beton memiliki kuat tarik rendah yang menyebabkan beton gampang
mengalami retak pada daerah tarik.
3. Beton mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah
Semen
Semen adalah bahan jadi yang mengeras dengan adanya air (semen
hidrolis) yang memiliki sifat adhesive dan kohesif yang memungkinkan
melekatnya fragmen – fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat.
Semen yang biasa dipakai sebagai bahan baku pembuatan beton
dinamakan semen Portland (PC) karena setelah mengeras mirip batu Portland
yang ada di Inggris.
Air
Air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi
dengan segmen untuk membasahi agregat dan untuk melumasi campuran agar
mudah pengerjaannya. Pada umumnya air minum dapat dipakai untuk
campuran beton.
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimiawi antara semen
dengan air, maka yang menentukan adalah perbandingan antara air dan semen.
Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah
proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan
proses hidrasi tidak seluruhnya selesai. Sebagai akibatnya, beton yang
dihasilkan akan berkurang kekuatannya.
Agregat
Agregat biasanya menempati sekitar 60% - 80% dari volume total
beton, maka sifat – sifat agregat mempunyai pengaruh yg besar terhadap
perilaku beton yang sudah mengeras.
Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa
beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen dan rapat, dimana
agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah – celah yang
berada di antara agregat besar.
Terdapat 2 jenis agregat, yaitu :
- Agregat Halus adalah bahan yang lolos dari ayakan no. 4 (yaitu lebih
kecil daripada 3/16 inci atau 5 mm) meliputi pasir alami dan pasir batuan.
- Agregat Kasar adalah bahan yang ukurannya lebih besar daripada agregat
halus (ukurannya lebih besar daripada 5 mm) meliputi kerikil, batu pecah,
atau pecahan – ecahan dari blast furnace.
1) Semen
Perbandingan jumlah minimum air dan berat semen, perlu diketahui konsistensi
dan kemampuan kerja adukan beton yang diinginkan yang disebut perbandingan
air – semen. Kekuatan beton menurun dengan menurunnya perbandingan air –
semen. Hal ini disebabkan penambahan air setelah penguapan akan meninggalkan
kekosongan yang sangat kecil. Semakin banyak kekosongan pada beton, maka
akan semakin tidak kuat.
Pasir dan kerikil harus bebas dari dedaunan, rumput dan benda-benda asing. Pasir
haruslah agak kasar dengan ukuran partikel mulai dari ukuran debu hingga 5 mm.
Kerikil bersih dengan ukuran 26,5 mm, 19 mm atau 9,2 mm dapat digunakan
untuk beton. Ukuran kerikil 26,5 mm dapat digunakan untuk bagian yang tebal
seperti pondasi, slop dan lantai untuk industri yang lebih dari 120 mm. Kerikil 19
mm dapat digunakan untuk lantai, jalan setapak, jalan raya. Kerikil 13,2 mm atau
9,5 mm dapat digunakan untuk bagian beton yang tipis, seperti slop tipis, beton
pra cetak dengan ketebalan mulai dari 40 mm – 50 mm.
Kekuatan beton akan menurun dengan semakin halusnya kerikil halus. Hal ini
disebabkan karena kerikil halus membutuhkan lebih banyak semen yang
digunakan umtuk mempengaruhi keseluruhan adukan beton.
D. SIFAT BETON
KUAT TEKAN
Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya,
dan beton merupakan bahan yang bersifat getas. Kuat tarik yang dimiliki beton
hanya berkisar antara 9 - 15% dari kuat tekannya (Istimawan Dipohusodo,1999)
karenanya sering kali dalam perencanaan kuat tarik beton dianggap sama dengan
nol. Dengan menambahkan baja tulangan pada daerah tarik pada beton, maka
kelemahan tarik beton dapat ditanggung oleh baja tulangan yang memiliki kuat
tarik yang labih besar.
KUAT TARIK
Kuat tarik beton berkorelasi dengan kuat tekannya atau dapat merupakan
fungsi dari kuat tekannya. Maksudnya, jika kuat tekan beton tinggi, maka kuat
tarik beton juga tinggi. Kuat tarik beton berada jauh di bawah kuat tekannya.
Suatu rumus pendekatan untuk menentukan kuat tarik beton yaitu = 0.57 x √ fc’
(untuk beton normal).
(http://proyekindonesia.com/tag/beton/)
Pada beban kecil dimana gaya tarik yang terjadi belum melewati batas tarik
beton, analisis gaya-gaya yang terjadi adalah seperti gambar berikut :
Beton tarik (sisi bawah di tengah balok) masih mampu menahan beban tarik
yang ada. Sehingga masih diperhitungkan dalam mendukung beban yang terjadi.
Kondisi ini umumnya terjadi pada balok bentang pendek dan atau dengan tinggi
balok cukup besar.
Beban yang dipikul oleh struktur beton mulai diterima sejak bekisting dilepas.
Beban yang dipikul saat itu belum mencapai beban rencana karena beban yang
dipikul hanya beban sendiri dan beban pelaksanaan di atasnya. Kecilnya beban
pada saat bongkar bekisting berarti beban tarik yang dipikulpun masih relatif
kecil. Walaupun beban yang dipikul masih kecil, tidak berarti masih dalam batas
kekuatan tarik beton.
Pada saat struktur beton telah selesai secara keseluruhan dan pekerjaan
finishing mulai dikerjakan bahkan bangunan telah mulai beroperasi, maka berarti
beban struktur semakin besar bahkan mencapai beban yang direncanakan.
Kondisi beton pada saat ini memiliki kemungkinan yang semakin besar untuk
mengalami keretakan dibanding pada saat bongkar bekisting.
Pada gambar di atas adalah kondisi struktur beton bertulang mengalami beban
besar atau sudah mencapai beban rencana. Pada gambar paling kanan terlihat
beton bawah (bagian tarik) sudah tak diperhitungkan lagi. Baja tulangan bawah
yang diperhitungkan untuk menahan gaya tarik. Perhitungan kapasitas momennya
adalah M=C x jd = T x Jd. Simpelnya perhitungan dilakukan dengan
memperhitungkan kopel gaya tekan beton (C) dan tulangan bawah (T). Beton
bagian bawah (sampai pada batas garis netral / garis putus-putus) tidak
diperhitungkan lagi.
MODULUS ELASTISITAS
Modulus Elastisitas adalah sebuah konstanta bahan yang memiliki nilai
tertentu untuk bahan tertentu.
Semakin kecil modulus elastisitas sebuah benda, maka akan semakin mudah
bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau perpendekan. begitu pula
sebaliknya, Semakin besar modulus elastisitas sebuah benda, maka akan semakin
sulit bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau perpendekan.
Di antara beberapa material utama konstruksi (baja, beton, kayu, aluminium),
baja adalah material yang memiliki regangan maksimum yang besar dan modulus
elastisitas yang tinggi.
HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN, REGANGAN & MODULUS
ELASTISITAS
Jika sebuah benda dengan luas penampang sebesar (A), kemudian diberi gaya
tekan, tarik atau lentur (N), maka benda tersebut akan menegang sebesar gaya (N)
dibagi dengan luasan penampangnya (A). Jika gaya tersebut dari (N) = 0
kemudian berangsur-angsur diperbesar maka benda tersebut akan meregang
(memendek / memanjang / membengkok) sebesar ε0 sampai dengan ε.
Apabila batang dengan panjang L ditarik hingga menjadi dua kali panjang
semula, atau dengan kata lain, pertambahan panjang yang dialami sama dengan
panjang semula, sehingga ΔL = L.
ini berarti ε = ΔL / L
ε = L/L
ε = 1 ….. (pers. 1)
Ini berarti σ = E
Jika hubungan tegangan dan regangan dibuat dalam bentuk grafik dimana
setiap nilai tegangan dan regangan yang terjadi dipetakan kedalamnya dalam
bentuk titik-titik, maka titik-titik tersebut terletak dalam suatu garis lurus (linear)
sehingga terdapat kesebandingan antara tegangan dan regangan.
Hubungan tegangan – regangan seperti ini adalah linear, dimana regangan
berbanding lurus dengan tegangannya, Bahan benda yang memiliki bentuk
diagram tegangan-regangan seperti ini disebut bahan elastis linear, dimana
bahannya memiliki modulus elastisitas yang konstan. Hukum Hooke berlaku
dalam keadaan ini.
Namun dalam kenyataan, tidak selalu tegangan itu berbanding lurus dengan
regangan, dimana apabila nilai dari tegangan dan regangan apabila dipetakan
dalam bentuk titik - titik, maka tidak terbentuk hubungan linear didalamnya.
Hubungan tegangan – regangan seperti ini adalah non-linear, dimana regangan
tidak berbanding lurus dengan tegangannya, Bahan benda yang memiliki bentuk
diagram tegangan-regangan seperti ini disebut bahan elastis non-linear, dimana
bahannya tidak memiliki modulus elastisitas yang konstan. Hukum hooke tidak
berlaku dalam keadaan ini.
Ada pula suatu keadaan hubungan tegangan - regangan dimana hubungan
linearnya terjadi pada nilai tegangan yang rendah (hukum hooke berlaku) , dan
setelah nilai tegangannya naik maka hubungannya tidak linear lagi, sehingga
hukum hooke tidak berlaku.
Baja termasuk dalam kategori benda yang memiliki bentuk hubungan
tegangan - regangan yang mirip seperti gambar tersebut..
Machine, machinery dan mild steel (0,05 % – 0,30% C ) Sifatnya mudah ditempa dan
mudah di mesin Penggunaannya:
Penggunaan:
Penggunaan :
Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan
sebagainya)
Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium,
manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan logam
tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan merubah sifat-sifat mekanik
dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila dibandingkan terhadap
baja karbon (carbon steel).
Jenis Lainnya :
MUTU BAJA
Menurut kandungan kandungan karbon (C=Carbon)
Semakin banyak kandungan karbon, mutu baja semakin tinggi Mutu baja makin
tinggi, artinya : tegangan leleh semakin tinggi, tetapi duktilitasnya semakin rendah
(baja menjadi getas )
KONSTANTA
- Modulus elastisitas (E = 2,1 x 106 kg/cm2)
- Modulus gelincir/geser (G = 0,81´106 kg/cm2)
- Angka Poisson (m = 0,3
- Koefisien muai linier (at = 12´10-6 per °C)
PROFIL BAJA
- Ukuran profil sayap lebar ditunjukkan oleh tinggi nominal dan berat per kaki (ft),
seperti W18 X 97mempunyai tinggi 18 in
- (Dalam satuan SI, penampang W18 X 97disebut sebagai W460 x 142 yang tingginya
460 mm dan massanya 142kg/m).
4. Profil T struktural
- Dibuat dengan membelah dua profil sayap lebar atau balok I dan biasanya
digunakan sebagai batang pada rangka batang (truss). Profil T misaInya diidentifikasi
sebagai WT5 X 44,dengan 5 adalah tinggi nominal dan 44 adalah berat per kaki ;
profil T ini didapat dari W10 X 88
5. Penampang pipa
- Dibedakan atas “standar”, “sangatkuat”, dan “dua kali sangat kuat” sesuai dengan
tebalnya
- Dan juga dibedakan atas diameternya; misalnya, diameter 10 in-dua kali sangat kuat
menunjukkan ukuran pipa tertentu.
6. Boks struktural
- Dipakai bila dibutuhkan penampilan arsitektur yang menarik dengan baja ekspos.
Boks ditunjukkan dengan dimensi luar dan tebalnya, seperti boks struktural 8 X 6 X
1/4.
BAB II
PERSYARATAN PERENCANAAN
1. KOMBINASI PEMEBEBANAN
Prosedur dan asumsi dalam perencanaan serta besarnya beban rencana mengikuti
ketentuan berikut ini :
1. Ketentuan mengenai perencanaan dalam tata cara ini didasarkan pada asumsi
bahwa struktur direncanakan untuk memikul semua beban kerjanya
2. Beban kerja diambil berdasarkan SNI-03-1727-1989-F tata cara perencanaan
pembebanan untuk rumah dan gedung atau penggantinya.
3. Dalam perencanaan terhadap beban angina dan gempa, seluruh bagian struktur
yang membentuk kesatuan harus direncanakan berdasarkan tata cara ini dan juga
harus memenuhi SNI-03-1726-1989, tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk rumah dan gedung atau penggantinya.
4. Harus pula diperhatikan pengaruh dari gaya prategang, beban kran,vibrasi,kejut,
susut, perubahan suhu, rangkak, perbedaan penurunan fondasi, dan beban khusus
lainnya yang mungkin bekerja.
5. Ketidakpastian berkaitan dengan besar beban mati pada struktur lebih kecil
daripada ketidakpastian sesuai dengan beban hidup.hal demikian dapat
menimbulkan perbedaan dari besar factor-faktor beban.
Pada SKSNI T15-1991-03 subbab 3.2.2 menentukan nilai-nilai γQ sebagai
berikut:
Untuk beban mati = 1,2
Untuk beban hidup = 1.6
Rumus yang diberikan adalah
U = 1,2 D + 1,6 L
Dengan U = kuat perlu untuk menahan beban yang telah dikalikan dengan factor
beban atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya.
D = beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan
beban tersebut
L = beban hidup atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan
beban tersebut.
Untuk beban angina berlaku factor beban γw = 1,6. Berdasarkan kemungkinan
kecil tentang timbulnya beban hidup maksimal dan beban angina maksimal pada
saat yang bersamaan, maka pada perhitungan di mana beban angina yang
menentukan boleh digunakan suatu factor reduksi.
Rumus yang diberikan menjadi
U= 0,75 (1,2D +1,6L +1,6 W )
Dengan, baik untuk nilai maksimal L maupun nilai nol harus diperiksa agar
mendapatkan kondisi yang paling berbahaya dan
U = 0,9 D + 1,3 W
Dalam rumus ini W adalah beban angin atau momen dan gaya dalam yang
berhubungan dengannya. Untuk U tidak diperkenankan nilai yang lebih kecil
daripada nilai yang lebih kecil daripada nilai yang didapatkan dari persamaan
U=1,2D + 1,6L
Pada lokasi dimana ketahanan struktur terhadap gempa harus diperhitungkan
dalam perancangan nilai U berlaku :
U = 1,05 ( D+Lr ±E)
Dalam rumus ini
E adalah beban gempa menurut ketentuan SKBI 1987
Lr adalah beban hidup yang telah direduksi dengan ketentuan SKBI 1987
Nilai U tidak diperkenankan lebih kecil daripada nilai yang didapat dari
persamaan
U = 1,2 D + 1,6 L
2. PROVISI ANGKA AMAN UNTUK BAHAN
Persayaratan perencanaan struktur beton berasumsi bahwa keamanan yang cukup
terpenuhi bila dalam keadaan batas diperthitungkan dengan
Untuk beton : f ‘c = kuat tekan beton yang disyaratkan
Untuk baja : fy = tegangan leleh yang disyaratkan untuk tulangan non prategang
Table dibawah memberikan nilai f’c dari berbagai mutu beton, sedangkan untuk
table
Mutu beton f’c (Mpa) f’c (kg/cm²)
15 15 150
20 20 200
25 25 250
30 30 300
35 35 350
Balok sederhana yang ditumpu bebas dapat mengalami perputaran sudut pada
perletakan.Balok dikatakan terjepit penuh bila terdapat jepitan penuh, sehingga
rotasi tidak mungkin terjadi.Tumpuan terjepit sebagian (parsial) adalah suatu
keadaan diantara dua situasi tersebut yang memungkinkan tumpuan ini dapat sedikit
berotasi.Bila sebuah balok secara teoritis dianggap tertumpu bebas, tetapi jenis
tumpuan ini memungkinkan jepitan tak terduga, maka harus dipertimbangkan
dengan adanya momen jepit tak terduga.Momen jepit tak terduga membutuhkan
tulangan dan besar momen tersebut selalu dianggap sepertiga dari momen lentur
yang bekerja pada bentang yang berbatasan.
Distribusi regangan dan tegangan pada penampang sesuai dengan peningkatan beban
sampai tegangan maksimum
Gambar: Elemen balok dan Distribusi tegangan tekanyang berhubungan dengan regangan a, b, c
dan d
Distribusi tegangan maksimum pada daerah tekan dari penampang balok persegi.
Nilai parameter k1, k2, k3 dan e beton diberikan pada tabel berikut :
Blok Tegangan Segi-empat Ekivalen :
Untuk keperluan praktis diusulkan untuk mengganti blok tegangantekan aktual menjadi blok
tegangan segi-empat ekivalen., sbb :
Resultante gaya tekan aktual dan blok tegangan ekivalen harus sama dan punya titik
tangkap yang sama, sehingga nilai-nilai tsb harus memenuhi :
a
C k1.k3 . f c' .b.c 0,85. f c' , diperoleh : k1.k3 0,85. 0,85.1
c
a
k 2 . c 0,5.a , diperoleh : k 2 0,5 0,5.1
c
Nilai k1.k3dan k2yang diperoleh dari pers. diatas kemudiandibandingkan dengan nilai
aktualnya.Ternyata nilai yang diperoleh hampir sama dengan nilai yang diperoleh dari
eksperimen, seperti grafik berikut :
ACI merekomendasikan nilai regangan beton maksimum (Ɛcu)yang digunakan adalah 0,003
pada serat ekstrim dari beton.
Gambar: Regangan
beton pada serat
ekstrim pada
penampangpersegi
: perbandingan
nilai ACI dengan
hasil eksperimen
Nilai kekuatan lentur dari balok beton tidak terlalu berubah terhadap regangan beton
maksimum
Gambar: Distribusi
tegangan-regangan
penampang balok
fc’ = kuat tekan beton (mutu beton) benda uji silinder (Ø15 cm x 30 cm)
M n T . jd C. jd
Jika luas penampang tulangan kecil, maka baja tulangan akan mencapai tegangan leleh (yield
strength) nya, fy , sebelum beton mencapai kapasitas maksimumnya.
Resultan gaya pada baja tulangan pada As.fy akan tetap sama, meskipun ada penambahan
beban. Keruntuhan tarik terjadi apabila baja tulangan mencapai kuat lelehnya terlebih dahulu,
baru kemudian beton mencapai kapasitas maksimumnya.
Pada Keruntuhan Tarik, fs = fy, dimana fyadalah tegangan leleh baja. Dari persamaan
keseimbangan internal , C = T, akan diperoleh :
As . f y
0,85. f c' . a.b As . f y , diperoleh a
0,85. f c' .b
M n As . f y . (d 0,5.a)
As . f y
As . f y . d 0,59. '
f c .b
. f y
.b.d 2 . f y 1 0,59. '
fc
b.d 2 . f c' . 1 0,59.
Sehingga diperoleh:
As . f y
dan
b.d f c'
Jika luas penampang tulangan cukup besar, beton akan mencapai kapasitas maksimumnya
sebelum baja tulangan leleh.Untuk keruntuhan tekan, fs<fy , dimana baja tulangan masih
dalamkeadaan elastis.
Keruntuhan tekan terjadi apabila beton tekan mencapai kapasitas maksimumnya terlebih
dahulu, sementara baja tulangan belumleleh.Untuk keruntuhan tekan, fs< fy. Besarnya
tegangan fs dapat ditentukan dari diagram segitigaregangan.
s d c d c
; s 0,003.
0,003 c c
d c
f s s . Es 0,003. . Es
c
Atau, karena a = β1.c , maka :
1.d a
f s 0,003. . Es
a
Untuk keseimbangan C = T
1.d a
0,85. f c' . a.b As . f s 0,003. . Es . As
a
0,85. f c' 2
.a a.d 1.d 2 0
0,003.Es .
Pers. kuadrat dalam a . Dari pers. tersebut akan diperoleh nilai a
Keruntuhan seimbang terjadi apabila baja tulangan mencapai kuat lelehnya fs = fy, dan beton
mencapai regangan pada seratekstrimnya 0,003.
fy
Es d cb
0,003 cb
0,003.Es
cb .d
0,003.Es f y
0,003.Es
ab . 1.d
0,003.Es f y
f c' 600
b 0,85. 1. .
f y 600 f y
Secara umum, ketika ρ dari suatu penampang balok berbeda dari rb, tipe keruntuhan dapat
ditentukan tergantung dari nilai ρ, apakah ρ<ρbatau r>ρb.
Keruntuhan tekan sangat berbahaya karena keruntuhan tersebutterjadi secara tiba-tiba dan
getas (brittle).
Untuk komponen struktur lentur, maka rasio tulangan ρ yang ada tidak boleh melampaui
0,75ρb , yang merupakan rasio tulangan yang menghasilkan kondisi regangan seimbang
untuk penampang yang mengalami lentur tanpa beban aksial.
dimana :
f c, 600
b 0,85.1. .
f y 600 f y
atau :
f c, 600
max 0,6375.1. .
f y 600 f y
Pada setiap penampang dari suatu komponen struktur lentur, dimana berdasarkan analisis
diperlukan tulangan tarik, maka luas Asyang ada tidak boleh kurang dari:
M u . M n
M u . As . f y . (d 0,5.a)
. f y
. .b.d 2 . f y 1 0,59. '
fc
.. b.d 2 . f c' 1 0,59.
Dimana:
As . f y
dan
b.d f c'
Untuk keperluan praktis, telah banyak dikembangkan tabel-tabel dan grafik untuk membantu
melakukan disain tulangan penampang
Tabel berikut memberikan nilai-nilai maksimum dari ρmax, ωmax,amax/d untuk berbagai variasi
mutu beton
Gambar berikut memperlihatkan hubungan ρmaxdan ωmax terhadap kuat leleh baja, fy, untuk
berbagai mutu beton.
Atau dapat juga digunakan pers. berikut :
.1 0,59.
Mu
b.d 2 . f c'
dimana :
. f y
f c'
0.45
0.4
M u/bd2.fc '
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Gambar suatu grafik untuk disain dari penampang balok dengan tulangan tunggal.
Pada kondisi momen maksimum, tulangan tekan dan tarik dapat leleh ataupun belum leleh,
tergantung dari luas tulangan dan posisi tulangannya.
Gambar: memperlihatkan
penampang dengan penulangan
rangkap pada kondisi
maksimum.
Untuk analisis penampang dengan tulangan rangkap ini, dapat dilakukan dengan asumsi
bahwa semua tulangan (tarik dan tekan) sudah leleh ( fs = fs’ = fy ) pada kondisi momen
maksimum.
diperoleh :
a
A s As' . f y
0,85. f c' . b
Untuk mengetahui apakah baja tulangan sudah leleh atau belum, dapat digunakan diagram
segitiga regangan.
es fy/Es
Jika kondisi diatas dipenuhi, maka asumsi bahwa semua baja tulangan sudah leleh benar, dan
dengan mengambil momen terhadap baja tulangan tarik, akan diperoleh :
Jika baja tulangan belum leleh, maka nilai a yang diperoleh tidak benar (tidak bisa dipakai),
maka tegangan baja aktual dan nilai a dapat ditentukan dari persamaan keseimbangandan
diagram regangan, sbb :
As . f s As' . f s'
a
0,85. f c' . b
a 1.d '
f . Es 0,003
s
' '
s Es atau f y
a
1.d a
f s s . Es 0,003 . Es atau f y
a
dan Kapasitas momen penampang :
Sama halnya pada penampang tulangan tunggal, keruntuhan tarik dan keruntuhan tekan dapat
pula terjadi pada penampang dengan tulangan rangkap. Pada keruntuhan tarik, baja tulangan
tarik sudah leleh, tetapipada keruntuhan tekan, baja tulangan tarik belum leleh (masih kondisi
elastis).Pada kedua tipe keruntuhan, baja tulangan tekan dapat leleh atau belum leleh.
Baja tulangan tekan digunakan dalam disain penampang balok dengan alasan sebagai berikut
:
1. Ketika ketinggian balok yang digunakan tidak cukup, sementara kapasitas momen
maksimum telah menggunakan ρmax.
Kapasitas momen dapat ditingkatkan dengan menggunakan baja tulangan tekan dan
penambahan baja tulangan tarik.
4. Untuk mengantisipasi kemungkinan momen lentur berubah tanda yang disebabkan oleh
kombinasi beban luar.
Momen tahanan disain dari balok dengan tulangan rangkap, pada kondisi semua baja
tulangan sudah leleh adalah :
M u . 0,85. f c' .a.b (d 0,5.a) As' . f y (d d ' )
dimana :
a
A s As' . f y
0,85. f c' . b
M u . As As' . f y . (d 0,5.a) As' . f y (d d ' )
Persamaan tersebut digunakan untuk kondisi baja tulangan tekan sudah leleh.
A s
As' . f y
600
. 1. d '
0,85. f .b c
'
600 f y
a 1.d '
f s' s' . Es 0,003 Es
a
M u . 0,85. f c' .a.b (d 0,5.a) As' . f s' (d d ' )
dimana :
As . f y As' . f s'
a
0,85. f c' . b
Persamaan diatas juga dengan asumsi baja tulangan tarik sudah leleh.Baja tulangan tarik leleh
merupakan suatu hal yangpenting untuk menghindari keruntuhan brittle (keruntuhan getas).
Untuk kondisi seimbang (balanced), dimana baja tulangan tarik leleh dan regangan beton
pada serat ekstrim adalah 0,003 dicapai secara bersamaan.
0,003.Es 600
ab . 1.d . 1.d
0,003.Es f y 600 f y
ab
. f
b y ' . f s' .d
0,85. f c'
Pada kondisi seimbang, fs’ dihitung dengan a = ab atau sama dengan fy, yang memberikan
nilai paling kecil
.d '
f s' 0,003.Es 1 1
ab
d ' 0,003.Es f y
0,003.Es 1
d 0,003.E s
ataufy, yang memberikan nilai paling kecil
d cb .d ab fy
s 0,003. 0,003. 1
cb ab Es
dimana fs’ diberikan oleh pers. (10-11) atau fy, yang memberikan nilai terkecil.
Pada balok dengan tulangan rangkap, agar terjadi keruntuhan tarik (tulangan tarik leleh),
maka ρ<ρb
Untuk disain, agar baja tulangan tarik sudah leleh dan keruntuhan yang terjadi tidak getas
(brittle), direkomendasikan rasio tulangan ρ dari baja tulangan tarik pada balok tulangan
rangkap tidak boleh melebihi 0,75ρb, sehingga :
5. Kondisi berimbang
Kondisi berimbang adalah kondisi dimana tulangan tarik mencapai leleh (εs=εy)
bersama dengan regangan beban tekan mencapai batas retak atau batas ultimit (εc’ = εcu’
=0.003). Pada kondisi ini diperoleh jarak antara garis netral dan tepi beton tekan (cb) dan
distribusi regangan pada penampang
𝑐𝑏 𝑑
εcu’ =
εcu’ εcu’+εs
cb 𝑑
εcu’ . d
𝑐𝑏 =
εcu’ + εs
εs
Dengan memasukkan nilai εs=εy = Fy/Es atau Es = Fy/200000, dan akan diperoleh
600 . d
𝑐𝑏 =
600 + Fy
6. Batasan Tulangan Minimum
ε’c
c d
εs
Selama daerah tarik belum retak (σc < fc) besar regangan baja tulangan sama dengan
regangan beton. Bila penampang terjadi retak awal, maka regangan baja tiba-tiba akan
meningkat jauh lebih tinggi daripada nilai yang didapat 30MPa(300 kg/cm2). Sebenarnya
dengan faktor beban rata-rata 1.4 tegangan baja dalam masa layan dapat diperkirakan sebesar
fy/1.4.Pertambahan tegangan baja yang tiba-tiba dapat mengakibatkan baja mendadak
putus.Untuk mencegahnya penampang balok yang dibebani lentur harus diberi sejumlah
tulangan minimum tertentu.Ini dapat dinyatakan dengan nilai tulangan minimum ρmin.Nilai
tulangan minimum ini harus dipilih sedemikian rupa sehingga, terdapat perbedaan yang kecil
antara momen lentur yang dapat ditahan oleh penampang yang tidak retak dari momen lentur
yang dapat ditahan oleh penampang yang retak.
Pada SKSNI T15-1991-03 Pasal 3.3.3-5 tercantum; untuk setiap penampang dari
komponen struktur lentur, jumlah tulangan yang diperlukan paling sedikit
Gaya tarik (tension = T) diberikan oleh baja tulangan tarik, sedangkan gaya tekan
(compression = C) diberikan oleh beton di daerah tekan (compression concrete = Cc)
Teori kekuatan batas (ultimate) memberikan syarat, yaitu baja tulangan tarik pada
kondisi mencapai tegangan lelh (fs=fy) dan beton tekan pada kondisi mencapai regangan
maksimum sebesar e’c = 0.003
C=T
Cc = T
0.85.f’c.b.a = As.fy
𝐴𝑠. 𝑓𝑦
𝑎=
0.85. 𝑓 ′ 𝑐. 𝑏
Cc + Cs = T
(𝐴𝑠 − 𝐴𝑠 ′ ). 𝑓𝑦
𝑎=
0,85. 𝑓 ′ 𝑐. 𝑏
Kontrol
𝑑−𝑐
- Regangan baja tarik (εs) =εc. 𝑐
Tegangan baja tarik (fs) =εs .Es
𝑐−𝑑′
- Regangan baja tekan (εs’) = εc. 𝑐
Tegangan baja tekan (f’s) = εs’ .Es
Contoh Soal
1.Menghitung kapasitas penampang
εcu
500 c Cc
3 D 22 d
εsTs
250
fy = 360 MPa maka εy = 360/200000 = 0.0018
fc = 37 MPa β = 0.80
As = 3 (1/4.3,14.222)
= 1139.82 mm2
Cc = Ts
0,85.f’c.b.a = As.fs
0,85.37.250.a = 1139,82.fs
a = β.c
a = 0,85.c
Jika fy = fs εs >εy
7862,5.a = 1139,82.fs
7862,5.a = 1139,82.360
a = β.c
52,189= 0,85.c
c = 61,399
Checking
εs (379 − 61,399)
=
εcu 61,399
εs = 0.012 εy = 0.0018
εs>εy
Mn = Ts.(d.a/2)
= 1139,82.360(379-65,236/2)
= 142132727,2 Nmm
= 142132,7272 Nm
2.
d1d2d3εcu =0.003 Cc
500 mm
εs= ? ts
300 mm
D1 = 40 + 10 +11 = 61 mm
D2 = 207 mm
D3 = 353 mm
D4 = 500 mm
Cc = Ts
0,85.f’c.b.a = As.fs
0,85.35.300.a = 3799,4.fs
8925.a = 3799,4.fs
Asumsi c = 180 mm
Jika εs ≥ fy / Es fy=fs
εs1 εcu
=
𝑐 − 𝑑1 𝑐
εs1 0.003
=
(180 − 61) 180
εs2 εs
=
𝑑2 − 𝑐 𝑑4 − 𝑐
εs2 εcu
=
𝑑2 − 𝑐 𝑐
εs2 εcu
=
(207 − 180) 180
𝑓𝑠
εs2 =
𝐸𝑠
4,5 x 10-4= fs / 200000
fs2 = 90 MPa
εs3 εs
=
𝑑3 − 𝑐 𝑑4 − 𝑐
εs3 εcu
=
𝑑3 − 𝑐 𝑐
εs2 0,003
=
(353 − 180) 180
𝑓𝑠
εs3 =
𝐸𝑠
2,88x 10-3= fs / 200000
εs4 εs
=
𝑑4 − 𝑐 𝑑4 − 𝑐
εs4 εcu
=
𝑑4 − 𝑐 𝑐
εs4 0,003
=
(500 − 180) 180
180 εs3 = 0,96
𝑓𝑠
εs4 =
𝐸𝑠
2,88x 10-3= fs / 200000
Checking
1753397,40 = 1753397.39
3. Suatu penampang balok beton bertulang, mempunyai lebar, b = 250 mmdan tinggi efektif,
d = 460 mm. Beton mempunyai kuat tekan, fc’ = 21 MPa dan kuat leleh baja tulangan, fy =
280 MPa.Modulus elastisitas baja, Es = 200.000 MPa.
Hitung : Kapasitas momen penampang, Mn dan Mu untuk luas penampang, As sebagai berikut
: As = 9 D19
Solusi :
21 600
b 0,85. 0,85. . 0,036946
280 600 280
penampang :
As . f y
M n As . f y . d 0,59. '
f c .b
2552. 280
M n 2552. 280. 460 0,59. 271.316.336 N .mm
21. 250
M n 271.32 kN.m , dan Momen Ultimate, Mu penampang
l =3 m
d
Vu
200 U
(-)
Mu
Tu
U = 1,2D + 1,6L
= 20 kN/m’
Mu = ½.U.l2
= 1/2 .20. 32
= 90 kNm
Beban merata U bekerja 200 mm dari titik berat penampang.fc’ =25 MPa, dan fy = 400 MPa
Solusi :
l 3000
hmin 375mm
8 8
. f y
M u . .b.d 2 . f y 1 0,59. '
fc
.400
90 x 10 6 0,8 . .200.360 2.400 1 0,59.
25
Torsi akibat beban luar : (sejarak d = 360 mm) Tu = (3-0,36)/3 x 20 x 3 x 0,2 = 10,56 kNm
Tu . Tu
. 1,67 kNm
12 pcp 12 200 x 2 2 x 400
25
Vc . 200.360 60 kN
6
Av Vs 10,4 x 1000
0,072mm 2 / mm
s f y .d 400. 360
Dalam bentuk : At /s ,
At A
v 0,036 mm2 / mm
s 2s
At Tu 10,56 x 10 6
0,45 mm 2 / mm
s 2. . f yv . Ao. cot 2.0,75.400.120.320
At
0,036 0,45 0,486 mm2 / mm
s
Spasi maksimum : 300 mm atau ph/8 = 2 (120+320)/8 = 110 mm,sehingga spasi 100 mm
cukup, dan dipasang pada sepanjang balok
A
Al p h . t 2.(320 120).0,45 396 mm 2
s
Spasi maksimum untuk tulangan torsi longitudinal adalah 300 mm, maka Aldibagi menjadi 3
bagian (atas , tengah dan bawah )diperoleh :
Al 396
As 132 mm2
3 3
Karena diameter minimum tulangan longitudinal db = 1/24.s
Gunakan 2 bh tulangan diameter 10 mm, As = 157 mm2 > 132 mm2 untuk tulangan bawah
dan tengah
Untuk tulangan atas, tulangan longitudinal dan lentur dikombinasikan dari A s = 885,6 mm2
menjadi As = 885,6 mm2+ 132 mm2= 1017,6 mm2
3D22
D10 - 100
2D10
2D10
3D22
Detail penulangan
2D10
2D10
9. Check tulangan minimum :
Kesimpulan :
Ulla Kjaer dan Z. Aksa (1980), Pemeriksaan Mutu Beton dan Mutu
Pelaksanaan selama Pekerjaan Beton, Bandung.
W.C. Vis dan Gideon H. Kusuma (1997), Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang,
Jakarta
Nurlina, Siti. 2008. Struktur Beton. Malang : Bargie Media.
MacGregor, J.G. (1997). “Reinforced Concrete : Mechanics and Design 3rd Ed.” ,
Prentice-Hall International, Inc.
Pujiyanto, Ayub. 2012. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Beton Paving Block &
Batako. (http://paving-aureliasanjaya.blogspot.com/2012/10/faktor-yang-
mempengaruhi-mutu-beton.html).
http://arekgo.blogspot.com/2011/11/baja_14.html.
http://log.viva.co.id/news/read/53491-konstruksi_baja_lebih_aman_dan_murah.