You are on page 1of 21

ANALIASA JURNAL

SENAM OTAK (BRAIN GYM) PADA PENERIMA MANFAAT DI


RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA “MARGO MUKTI”
REMBANG

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Stase Gerontik

Dosen Pembimbing : Sholihul Huda, S.Kep., Ns., MNS

Di susun oleh:
1. Dwi putri rahayu
2. Farida Octaviani
3. M. Zaenal Arifin
4. Siti Mudrikah
5. Siti Nur Fadhilah
6. Winda Kusuma Astuti

PROGAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CENDEKIA UTAMA KUDUS
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan
limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan analisa jurnal yang berjudul “Analiasa
Jurnal Senam Otak (Brain Gym) Pada Penerima Manfaat Di Rumah Pelayanan Sosial
Lanjut Usia “Margo Mukti” Rembang dengan tepat waktu.
Dalam pembuatan analisa jurnal ini terdapat beberapa kendala yang menghambat
namun hal ini bisa teratasi dengan bantuan dari beberapa pihak. Sehingga makalah ini bisa
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ilham Setiabudi, M.kes selaku ketua STIKES Cendekia Utama Kudus
2. Ibu Heriyanti, M.kep selaku Ka. Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Cendekia Utama
Kudus
3. Bapak Sholihul Huda, S.Kep., Ns., MNS selaku dosen pembimbing Akademik
4. Ibu Mining selaku kepala panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo Mukti Rembang.
Dengan terselesainya analisa jurnal ini penulis berharap setelah membaca dan
mempelajari analisa jurnal ini bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dan
sebagaimana tertera dalam tujuan pembuatan analisa jurnal ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan analisa jurnal ini dan penulis
mengharapkan segala masukan baik berupa kritik maupun saran demi terciptanya
kesempurnaan analisa jurnal ini. Demikian dalam pembuatan makalah ini, penulis berharap
semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.
Terima kasih.

Rembang, Oktober 2017

Penulis

DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Lansia.................................................................................................. 3
2.2 Brain Gym........................................................................................................ 10
BAB III ANALISA JURNAL
3.1 Analisa Jurnal................................................................................................... 13
3.2 Intisari Jurnal.................................................................................................... 16
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisa SWOT................................................................................................... 17
4.2 Aplikasi Penerapan Jurnal.................................................................................. 18
4.3 Rekomendasi untuk Panti.................................................................................. 18
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan............................................................................................................ 19
5.2 Saran.................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masa lanjut usia (lansia) merupakan periode alamiah yang dialami setiap
individu melalui proses menua. Penduduk lanjut usia di Indonesia tahun 2008 sebesar
21,2 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,8 tahun. Tahun 2020 jumlah lanjut usia
diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Arita, 2011)
Dalam proses menua, sel otak juga mengalami penuaan. Fungsi organ tubuh akan
semakin menurun baik karena faktor alamiah atau karena faktor penyakit karena
semakin bertambahnya usia, proses menua adalah proses yang alamiah yang akan
dialami oleh semua makhluk hidup. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran
biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik pendengaran dan
pengelihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban, kemunduran lain yang
terjadi adalah gangguan kemampuan kognitif. Kondisi utama yang mempengaruhi
keadaan kognitif pada lansia salah satunya adalah demensia. Lanjut usia yang berusia
diatas 60 tahun berisiko terkena demensia.
Beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi penurunan daya
ingat antara lain dengan mengenal kemampuan yang masih dimiliki, terapi individu
dengan melakukan terapi kognitif, terapi aktivitas kelompok dan senam otak (Brain
gym).
Brain Gym merupakan inti dari Educational Kinesiology ( Edu K) yang berarti
”educare”menarik keluar dan ”kinesis” ilmu tentang gerakan tubuh. Maka dengan
Brain Gym kita menarik keluar potemsi yang terpendam melalui gerakan tubuh (Pipit,
2010).
Brain Gym atau senam otak adalah gerakan sederhana dengan menggunakan
keseluruhan otak karena merupakan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari sehingga
belajar jadi riang dan senang. Latar belakang Brain Gym dikembangkan berdasarkan
Touch for Health Kinesiology ( Sentuh agar sehat, dari ilmu tentang gerakan tubuh ). Ini
adalah perpaduan ilmu pengetahuan barat yaitu tes otot dan sikap tubuh dengan ilmu
pengetahuan dari timur sehingga terdapat suatu metode pencegahan dan penyembuhan
penyakit yang sangat sederhana, efektif, alami dan murah (Demuth, 2015).

1
Pelopor Brain Gym adalah Paul E. Dennison,Ph.D, seorang pengembang Edu
K, memimpin Valley Remedial Group Learning mengembangkan teknik Brain Gym
untuk mengajari anak terbelakang, bersama dengan istrinya Gail Dennison, seorang
pendidik holistic health dan mantan penari (Pipit, 2010).
Brain Gym (senam otak) juga diduga mampu mempertahankankan bahkan
meningkatkan kemampuan fungsi kognitif lansia, gerakan-gerakan dalam brain gym
digunakan oleh para murid di Educational Kinesiology Foundation, California, USA
(2006), untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan
keseluruhan otak. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan brain gym.
Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat
memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus
itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi,
kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas), selain itu
kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan spiritual sebaiknya digiatkan agar dapat
memberi ketenangan pada lansia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Brain gym banyak di gunakan untuk terapi pada lansia, karna pada lansia banyak yang
menderita penurunan fungsi pada kognitifnya seperti dimensia, salah satunya terdapat
di unit pelaynan sisal lanjut usia margo mukti.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa penerima manfaat di unit
pelayanan sosial lanjut usia margo mukti rembang, didapatkan data bahwa sekitar 90%
penerima manfaat mengalami kepikunan (Demensia). Sehingga perlu dilakukan
tindakan terapi brain gym (senam otak).

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menganalisis jurnal tentang senam Brain Gym pada lansia.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar lansia.
2. Mahasiswa mampu menelaah jurnal.
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan dari telaah jurnal.
4. Mahasiswa mampu mengevaluasi dari tindakan yang telah diaplikasikan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2
2.1 Konsep Lansia
1. Definisi
Masa lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.
Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun
(Musdalifah.2015)
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita, proses
menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai
sejak lahir umumnya dialami semua makhluk hidup (Nugroho, 2008).
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun
demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak
seseorang mencapai usia dewasa, misalnya denagn terjadinya kehilangan jaringan
pada otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi
sedikit (Nugroho, 2008).
2. Tipe-tipe Lanjut Usia
Tipe lanjut usia digolongkan sebagai berikut :
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman diri denan perubahan jaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, dermawan, memenuhi undangan, dan
mengambil perubahan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan kegiatan baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, teman bergaul, serta memnuhi undangan.
c. Tipe tidak pas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaaan situs,
tesinggung, menuntut, sulit dilayani.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang
terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung

3
kaget, kehilangan keperibadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, mental, sosial dan ekonominya. (Azizah.2011)
3. Faktor-faktor yang menyebabkan menjadi tua
Beberapa faktor yang menyebabkan orang menjadi tua, yaitu:
a. Faktor genetika.
Gen dapat menetukan kerentanan seseorang terhadap penyakit tertentu, serta
kemampuan seseorang dalam melawan hausnya berbagai alat tubuh dan
pertanggung jawaban dalam menjalani kehidupan lainnya. Begitu juga dalam
perkembangan usia dewasa akhir juga dipengaruhi faktor genetik.
b. Faktor lingkungan fisik
Yang termasuk lingkungan fisik ialah:
1. Keadaan alam
Dapat berupa temperatur, pukulan-pukulan keras, radiasi, unsur-unsur toxic
akan mempengaruhi kesehatan seseorang dalam jangka waktu yang lama dan
juga akan memberikan pengaruh pada kepuasan atau kebutuhan psikologis dan
sosial.
2. Gizi
Seseorang yang kekurangan gizi akan kekurangan pasokan energi sehingga
lebih cepat sakit dan mati, sedangkan yang gizinya berlebihan juga akan
menimbulkan penyakit seperti lemak yang berlebih dan menimbulkan penyakit
seperti jantung.
3. Perawatan medis
Bila kesehatan terpelihara dengan baik maka akan dapat mencegah penyakit dan
mempngaruhi usia seseorang, artinya orang yang memelihara kesehatan
umumnya tercegah dari penyakit dibandingkan yang tidak memelihara
kesehatannya.
c. Faktor latihan dan aktifitas fisik dalam hidup.
Orang yang umurnya panjang umumnya mempunyai latihan fisik yang tertatur, gizi
yang cukup, dan aktifitas hidup yang seimbang dengan kebutuhan beristirahat.
d. Terhindar dari stress
Kesehatan dan kestabilan emosi dapat memperlambat penuaan. Ketegangan emosi
akan mempengaruhi sistem sirkulasi darah dan hormon sehingga jantung dan hati

4
kurang bekerja secara normal sehingga efisiensi tubuh akan terganggu.
(Hendra.2012)

4. Perubahan Akibat Proses Menua


a. Perubahan fisik dan fungsi Sel :
 Jumlah sel menurun / lebih sedikit
 Ukuran sel lebih besar
 Jumlah cairan tubuh dan cairan inttraselular berkurang
 Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun
 Jumlah sel otak menurun
 Mekanisme perbaika sel terganggu
 Otak menjadi atrofi, berat berkurang 5 – 10%
 Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar (Nugroho,2008)
b. Perubahan Sistem Persyarafan pada Lansia
 Menurun hubungan persyarafan
 Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, terhadap stress.
 Mengecilnya syaraf panca indera.
 Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium &
perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin (Nugroho, 2008).
c. Perubahan Sistem Pendengaran pada Lansia
 Gangguan pendengaran: Hilangnya (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun
 Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
 Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin
 Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami
keteganggan / stres
 Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa
terus menerus atau intermiten) (Nugroho, 2008).
d. Perubahan Sistem Penglihatan pada Lansia
 Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respons terhadap sinar
 Kornea lebih berbentuk sferis
 Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
 Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat, susah melihat dalam cahaya gelap
 Penururnan / hilangnya daya akomodasi
 Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang
 Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala (Nugroho,
2008).
e. Perubahan Sistem Kardiovaskular pada Lansia
 Katub jantung menebal dan menjadi kaku
 Menurunnya elastisitas dinding aorta
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20
tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
5
 Menurunnya curah jantung
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak)
 Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan
 Dan tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer (normal ± 170/95 mmHg) (Nugroho,2008).
f. Perubahan Sistem Pengaturan Suhu Tubuh pada Lansia
Pada pengaturah suhu tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat,
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi bebagai faktor yang
mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain :
 Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35ºC akibat
metabolisme yang menurun
 Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil,
pucat, dan gelisah
 Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi penurunan aktivitas otot (Nugroho, 2008).
g. Perubahan Sistem Pernafasan pada Lansia
 Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan, dan
menjadi kaku
 Aktivitas silia menurun
 Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman bernafas menurun
 Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah berkurang
 Berkurangnya elastisitas bronkus
 Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
 Karbon dioksida pada arteri tidak berganti, pertukaran gas terganggu
 Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang
 Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun seiring
bertambahnya usia (Nugroho, 2008).
h. Perubahan Sistem Pencernaan pada Lansia
 Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk
 Indra pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indra pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah
terutama rasa manis, asin, asam & pahit
 Esofagus melebar

6
 Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu
pengosongkan lambung menurun
 Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi
 Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu )
 Hati semakin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah (Nugroho, 2008).
i. Perubahan Sistem Reproduksi dan Kegiatan Seksual pada Lansia
 Perubahan sistem reprduksi
Vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovari menciut karena uterus
mengalami atrofi, atrofi payudara dan atrofi vulva, selaput lendir vagina menurun,
permukaan menjadi halus, sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi
perubahan warna (Nugroho, 2008).
 Kegiatan seksual
Ada pandangan bahwa pada usia lanjut, minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan
daya seks dalam hubungan seks menurun. Fakta : kehidupan seks pada lanjut usia
berlangsung normal dan frekuensi hubungan seksual menurun sejalan
meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi (Nugroho, 2008).
j. Perubahan Sistem Genitourinaria pada Lansia
 Ginjal, Mengecilnya nephron akibat atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50 % sehingga fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinuria (biasanya + 1), BUN
(Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg %, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat
 Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi BAK meningkat, vesika urinaria sulit
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
 Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun
 Atropi vulva
 Vagina, Selaput menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna (Nugroho, 2008).
k. Perubahan Sistem Endokrin pada Lansia
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang memproduksi
hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting dalam pertumbuhan,
pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ tubuh. Sistem endokrin pada
lansia terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi, antara lain :
 Produksi hampir semua hormon menurun
 Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah

7
 Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH
 Menurunnya aktivitas tiriod dan menurunnya daya pertukaran zat
 Menurunnya produksi aldosteron
 Menurunnya sekresi hormon kelamin: progesteron, estrogen, testosterone menurun
(Nugroho, 2008).
l. Perubahan Sistem Integumen pada Lansia
 Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
 Permukaan kulit cenderung kusam & bersisik karena kehilangan proses keratinasi
serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis
 Timbulnya bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada
permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noda coklat.
 Terjadinya perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut - kerut halus di
ujung mata akibat lapisan kulit menipis
 Respon terhadap trauma menurun
 Mekanisme proteksi kulit menurun karena produksi serum menurun; produksi
vitamin D menurun, pigmentasi kulit terganggu
 Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
 Rambut dalam hidung dan telinga menebal
 Berkurangnya elatisitas akibat menurunnya cairan vaskularisasi
 Pertumbuhan kuku lebih lambat
 Kuku jari menjadi keras dan rapuh
 Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya
 Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
 Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang (Nugroho, 2008).
m. Perubahan Sistem Muskuloskeletal pada Lansia
 Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh
 Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi
 Kekuatan dan stabilitas menurun, terutama vertebra, pergelangan, dan paha.
Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut
 Kifosis
 Gerakan pinggang, lutut, dan jari – jari pergelangam terbatas
 Gangguan gaya berjalan
 Kekakuan jaringan penghubung
 Persendian membesar dan menjadi kaku
 Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot
kram, dan menjadi tremor (Nugroho, 2008).

2.2 Brain Gym


1. Definisi
Terapi Brain Gym adalah senam otak yang bertujuan untuk memicu otak agar
tidak kehilangan daya intelektualnya dan awareness-nya. Senam otak adalah senam
ringan yang dilakukan dengan gerakan menyilang, agar terjadi harmonisasi dan
8
optimalisasi kinerja otak kanan dan otak kiri. (Budhi, 2010). Sedangkan Brain
gym menurut Dennison (2008) adalah program pelatihan otak yang dikembangkan
oleh Paul E. Dennison dan Gail E. Dennison sejak tahun 1970.
Brain Gym adalah serangkaian latihan gerak yang sederhana ini untuk
memudahkan ingatan jangka pendek pada lansia. Brain Gym adalah serangkaian
gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan para murid di Educational
Kinesiology (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan
menggunakan keseluruhan otak (Paul & Gail, 2002).
Menurut Dr. Ruswaldi Munir, Sp.KO., Brain gym tidak saja akan
memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga gerakan-gerakan yang
bisa merangsang kerja dan berfungsinya otak secara optimal. Pada Brain gym akan
didapatkan kebugaran otak yang ditandai dengan aliran darah menuju otak lancar
atau pasokan Volume O2 maksimal memadai. Volume O2 maksimal merupakan
kemampuan pengambilan oksigen oleh jantung dan paru-paru, sehingga aliran darah
ke semua jaringan tubuh termasuk otak lebih banyak dan mempengaruhi otak untuk
bekerja maksimal.
Gerakan Brain Gym dibuat untuk menstimulasi (dimensi lateralitas),
meringankan (dimensi pemfokusan), atau merelaksasi (dimensi pemusatan) siswa
yang terlibat dalam situasi belajar tertentu. Otak manusia seperti hologram, terdiri
dari tiga dimensi dengan bagian-bagian yang saling berhubungan sebagai satu
kesatuan. Pelajaran lebih mudah diterima apabila mengaktifkan sejumlah panca
indera daripada hanya diberikan secara abstrak saja. Akan tetapi otak manusia juga
spesifik tugasnya, untuk aplikasi gerakan Brain Gym dipakai istilah dimensi
lateralitas untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian
belakang otak (batang otak atau brainstem) dan bagian depan otak (frontal lobes),
serta dimensi pemusatan untuk sistem limbis (midbrain), dan otak besar (cerebral
cortex).
Paul Dennison, pelopor dalam bidang penelitian otak terapan menemukan
bahwa urutan tertentu dari gerakan-gerakan lengan dan kaki akan memberikan sinyal
pada otak untuk menyeimbangkan kegiatan-kegiatan belahan otak kanan dan kiri,
membantu menguatkan integrasi dan komunikasi diantara keduanya. Gerakan-
gerakan sederhana latihan senam otak (brain gym) dapat menyeimbangkan kembali
fungsi-fungsi otak dan dapat mengisi ulang tenaga. Brain gym banyak di gunakan

9
untuk terapi pada lansia, karena pada lansia banyak yang menderita penurunan
fungsi pada kognitifnya seperti dimensia (Barbara Prashnig, 2012)

2.2 Indikasi
Brain gym dapat dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Brain
gym dapat dilakukan pada anak-anak usia sekolah yang mengalami kesulitan dalam
menghapal angka/numerik/matematika. Brain gym ini juga dapat dilakukan pada lansia
yang mengalami penurunan daya ingat atau demensia, juga pada lansia yang
mengalami penyakit Alzheimer.

2.3 Prosedure Pelaksanaan


1. Waktu yang Dibutuhkan dalam Brain Gym
Brain gym juga sangat praktis, karena bisa dilakukan di mana saja, kapan saja oleh
siapa saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali
dalam sehari.
2. Batasan Usia dalam Brain Gym
Brain gym tidak saja berguna untuk anak-anak, juga dapat dilakukan oleh segala
umur baik lansia, dewasa, maupun remaja.

2.4 Gerakan Brain Gym


Beberapa gerakan brain gym yang dirancang dalam rangka mengaktifkan otak untuk
meningkatkan daya ingat. Adapun gerakan-gerakan tersebut adalah:
1. Gerakan tangan dada.
Tangan kanan ke arah depan dengan membuka lebarjari-jari, kemudian tangan kiri
di letakkan di dada dengan mengepal. Lanjutkan sebaliknya. Tangan kiri ke arah
depan dengan jari-jari dibuka lebar dan tangan kanan di letakkan di dada dengan
mengepal. Lakukan secara berulang sebanyak 8 kali.
2. Gerakan jeking (jempol kelingking)
Jari-jari tangan kanan dikepal seluruhnya kecuali jempol, tangan kiri di kepal
seluruhnya kecuali kelingking. Selanjutnya, lakukan bergantian antara tangan
kanan dan tangan kiri.
3. Gerakan tembak jari
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan membentuk angka V, selanjutnya jari
jempol dan telunjuk membentuk seperti menembak. Lakukan secara bergantian.
4. Gerakan perut, kepala.
Tangan kanan diletakkan di perut sambil mengusap-usap perut, kemudian tangan
kiri diletakkan di atas kepala dengan gerakan naik turun.
5. Gerakan telinga hidung
10
Tangan kanan menutup hidung, tangan kiri menutup telinga (tangan kanan dan kiri
dalam keadaan disilangkan), lakukan secara bergantian.

BAB III
ANALISA JURNAL

3.1 Analisa Jurnal


Komponen Hasil Analisa
Jurnal Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3
Judul Pengaruh terapi senam otak Efektifitas senam cegah pikun Pengaruh senam otak
(brain gym) Terhadap daya up brain’s game terhadap tingkat stres lansia
ingat jangka pendek Terhadap peningkatan daya Di panti sosial tresna werdha
Pada lansia di banjar muncan ingat pada lansia jara mara pati singaraja
Kapal mengwi badung
Pendahulua proses menua adalah proses Proses penuaan Masa lanjut usia (lansia)
n/ Latar yang alamiah yang akan penduduk tentunya merupakan periode alamiah
Belakang dialami oleh semua makhluk berdampak pada yang dialami setiap individu
hidup. Menjadi berbagai aspek melalui proses menua. Proses
tua ditandai dengan adanya kehidupan, menua biasanya ditandai

11
kemunduran biologis yang terutama kesehatan. dengan adanya kemunduran
terlihat sebagai gejala-gejala Pada dampak fisik.
kemunduran fisik kesehatan, lansia Untuk menunjang
pendengaran dan mengalami kemunduran kesejahteraan lansia tersebut,
pengelihatan berkurang, fungsi tubuh baik karena maka pemerintah
mudah lelah, gerakan faktor alamiah maupun membangun rumah khusus
menjadi lamban kemunduran karena penyakit. untuk lansia yang dikenal
lain yang terjadi adalah Diantara nya yaitu dengan Panti Sosial.
gangguan kemampuan demensia/kepikunan. Keluarga banyak membawa
kognitif. Kondisi utama yang Kondisi dimentia adalah lansia ke panti dengan alasan
mempengaruhi keadaan suatu sindroma klinik tidak lagi mampu menjaga
kognitif pada lansia salah yang meliputi hilangnya dan mengurus lansia di
satunya adalah
demensia. fungsi intelektual dan rumah. Hal ini menjadikan
Beberapa tindakan yang ingatan (Darmojo, tidak sedikit lansia yang
dapat digunakan untuk 2000). berpikir negatif tentang
mengatasi penurunan daya Berbagai metode keputusan keluarga yang
ingat antara lain dengan digunakan untuk menempatkan lansia di panti,
senam otak. memperbaiki kepikunan. sehingga membuat lansia
Senam otak merupakan Salah satunya adalah menjadi beban pikiran, harga
serangkaian gerakan senam otak. Senam otak diri rendah, dan stres.
sederhana yang dapat merupakan kegiatan penanganan stres salah
menyeimbangkan untuk meningkatkan satunya adalah senam otak.
setiap bagian-bagian
otak fungsi otak. efektifitas Gerakan senam otak
dan dapat menambah daya dalam keadaan ini dapat
senam otak dapat
ingat jangka pendek pada mengurangi pelepasan
mencegah pikun
usia lanjut adrenalin dan memberikan
terhadap peningkatan
keadaan rileks
daya ingat lansia.

Metode Penelitian ini adalah metode Penelitian ini berupa penelitian Rancangan penelitian causal
Penelitian penelitian kuantitatif dengan eksperimental. Rancangannya yaitu Pre Experimental
paradigma positivitis. Desain membandingkan hasil ukur dengan one group pretest
penelitiannya adalah kepikunan pada sekelompok posttest design. Sampel
Preexperimental lansia yang diberikan dalam penelitian ini
dengan one grup pretest perlakuan dengan sekelompok berjumlah 36 orang lansia
postest. control. dengan kriteria inklusi lansia
Penelitian ini akan Populasi penelitian ini seluruh yang mampu berkomunikasi

12
membandingkan rata-rata lansia di panti kurang lebih 90 secara verbal, lansia yang
daya ingat jangka pendek orang, dengan teknik random mengalami stress ringan dan
lansia, sebelum diberikan sampling yaitu sampel yang sedang, lansia yang
senam otak dan setelah diambil secara acak sebesar 30 berkemampuan motorik baik
dilakukan senam otak orang pada masing-masing yang mengalami tingkat stres
Sampel dalam penelitian ini kelompok. ringan dan sedang.
adalah lansia yang Teknik sampling yang
mengalami penurunan daya digunakan adalah
ingat yang sesuai dengan Nonprobability Sampling
kriteria inklusi dan eksklusi dengan teknik purposive
sebanyak 33 lansia. Cara sampling. Pengumpulan data
pemilihan sampel dalam dilakukan dengan
penelitian ini yaitu Purposive menggunakan kuisioner PSS-
sampling. 10 pada saat sebelum dan
sesudah diberikan senam
otak.
Hasil dan Hasil uji Paired Samples T- Berdasarkan hasil penelitian Hasil penelitian mengenai
pembahasan Test didapatkan yaitu didapatkan kelompok pengaruh senam otak
p(0,001) pada α (0,05), perlakuan, nilai t sebesar terhadap tingkat stres pada
sehingga dapat disimpulkan -5.514 dan nilai p = 0,000 lansia menunjukkan adanya
bahwa ada pengaruh terapi dengan lebih kecil perubahan tingkat stres
senam otak (Brain Gym) dibandingkan dengan nilai terlihat dari hasil analisis
terhadap daya ingat jangka kritis 0,005 bermakna ada statistic menggunakan uji
pendek pada lansia di Banjar pengaruh senam cegah pikun Wilcoxon Sign Rank Test
Muncan Kapal Mengwi Up Brain’s Game terhadap dengan α = 0,05
Badung p (0,001) < α (0,05). daya ingat lansia dimana mendapatkan nilai Asymp.
Berdasarkan penelitian kondisi lansia dengan daya Sig. (2-tailed) adalah 0,000
mengenai Pengaruh Terapi ingat menurun / pikun berat yang memiliki nilai lebih
Senam Otak (Brain Gym) berkurang menjadi daya ingat kecil dari α yaitu 0,05
Terhadap Daya Ingat Jangka menurun / pikun ringan. sehingga menunjukkan
Pendek Pada Lansia di Indikator keberhasilan adanya pengaruh antara
Banjar Muncan Kapal penelitian ini, adanya senam otak dan tingkat stres
Mengwi Badung maka dapat peningkatan jumlah pada lansia.
disimpulkan sebagai berikut: lansia yang mengalami pikun Senam otak yang dilakukan
Tingkat daya ingat pada berat menjadi pikun sedang secara teratur dapat
lansia di banjar Muncan atau ringan setelah di berikan menurunkan tiga hormon

13
Kapal Mengwi Badung pelatihan model Up Brains stres yaitu kortisol, epinefrin
sebelum diberikan senam Game selama kurun waktu 1 dan dopac (katabolit utama
otak diperoleh 32 orang (96,9 bulan. Hasil ini dapat dopamin). Besaran
%) yang mengalami disimpulkan bahwa senam penurunan hormon stress
gangguan daya ingat ringan, cegah pikun (Up Brains meliputi kortisol (39%),
dan 1 orang (3,02 %) yang Game)efektif meningkatkan epinefrin (70%), dopac
mengalami gangguan daya daya ingat pada lansia. (38%).
ingat berat. Tingkat daya
ingat pada lansia di banjar
Muncan Kapal Mengwi
setelah diberikan senam otak
didapatkan hasil yaitu yang
mengalami gangguan daya
ingat ringan yaitu 29 orang
(87 %) dan responden yang
tidak mengalami gangguan
daya ingat 4 orang (12,3 %).

3.2 Intisari Jurnal


Berdasarkan hasil dari ke 3 jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa senam otak
atau brain gym dapat dapat menambah daya ingat jangka pendek pada usia lanjut, dapat
mencegah pikun terhadap peningkatan daya ingat lansia dan dapat menurunkan tingkat
stress ringan pada lansia.
Gerakan senam otak (brain gym) dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan,
memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak Pada prinsipnya dasar senam otak
(brain gym) adalah ingin otak tetap bugar dan mencegah kepikunan. Senam otak yang
dilakukan secara teratur juga dapat menurunkan tiga hormon stres yaitu kortisol,
epinefrin dan dopac (katabolit utama dopamin). Selain menurunkan hormon stres,
gerakan senam otak juga mampu meningkatkan hormon serotonin, endorfin dan
melatonin. Ketiga hormon ini dapat memberikan perasaan tenang, nyaman, dan rileks
sehingga tingkat stres dapat diturunkan. Serotonin dapat memberikan dorongan bagi
system limbik untuk meningkatkan perasaan nyaman, rasa bahagia.

14
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisa SWOT


Hasil penelitian dari ketiga jurnal tersebut didapatkan bahwa terdapat adanya
pengaruh yang bermakna mengenai senam brain gym terhadap peningkatan daya ingat
lansia serta dapat menurunkan stress ringan yang dialami oleh lansia. maka akan sangat
bermanfaat sekali apabila senam otak atu brain gym pada penerima manfaat dapat
diterapkan di rumah pelayanan sosial lanjut usia Margo Mukti Rembang.
Strength Weakness (kelemahan) Opportunities Threats (Ancaman)
(kekuatan) (Peluang)
1. Tersedia tempat 1. Terapi senam brain 1. Banyak penerima 1. Tidak semua
untuk melakukan gym belum pernah manfaat yang rencana kegiatan
senam brain gym dipraktikkan di Rumah mengalami dengan mudah
pada penerima Pelayanan Sosial kepikunan maupun dapat dilakukan
manfaat Lanjut Usia Margo stress ringan 2. Tidak semua
2. Terdapat
Mukti Rembang 2. Terdapat penerima penerima manfaat
penerima manfaat 2. kurangnya pengetahuan
manfaat sebagai dapat mengikuti
15
sebagai sasaran tentang senam brain sasaran untuk terapi aktivitas
untuk dilakukan gym pada penerima dilakukan terapi kelompok “senam
senam brain gym manfaat aktivitas kelompok brain gym”
3. Belum adanya petugas
3. Mahasiswa “senam brain gym” 3. Tidak adanya
kesehatan atau
mampu yang belum pernah alokasi waktu
fisioterapi yang khusus
memimpin dilakukan dirumah untuk melakukan
di rumah pelayanan
jalannya senam pelayanan sosial senam brain gym
sosial lanjut usia margo
brain gym lanjut usia margo
mukti rembang
mukti rembang

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan untuk melakukan senam Brain Gym di
rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Margo Mukti” Rembang diperlukan untuk menjawab
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. What: kegiatan yang dilakukan adalah senam Brain Gym
2. Who: Senam Brain Gym dilakukan oleh pegawai Rumah Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Margo Mukti Rembang dan mahasiswa ners Stikes Cendekia Utama Kudus
3. When: kegiatan tersebut dapat dilakukan 1 minggu sekali secara teratur
4. Why: terapi senam Brain Gym dapat digunakan sebagai alternatif dalam
memberikan intervensi pada penerima manfaat khususnya bagi penerima manfaat
yang mengalami kepikunan maupun stress ringan.
5. Where: kegiatan tersebut dilakukan di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo
Mukti Rembang
6. How: untuk melakukan kegiatan tersebut, terlebih dahulu pegawai rumah pelayanan
harus mendapatkan materi tentang terapi senam keseimbangan dan melakukan
pelatihan baru kemudian kegiatan tersebut bisa dilakukan.
4.2 Aplikasi Penerapan Jurnal
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk meningkatan ingatan jangka pendek dan
menurunkan stress ringan pada penerima manfaat yaitu dengan program senam Brain
Gym. Kegiatan senam Brain Gym dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 20 oktober
2017 selama 50 menit di Ruang Aula Rumah Pelayanan sosisal lanjut usia Margo
Mukti. Senam Brain Gym di ikuti oleh 19 lansia yang terdiri dari 6 penerima manfaat
laki-laki dan 13 penerima manfaat perempuan, yang diwakili dari 3 wisma yaitu wisma

16
Drupadi, Rama sinta dan Bima. Senam Brain Gym dimulai pukul 09.10 WIB dan
berakhir pada pukul 10.00 WIB
Respon penerima manfaat setelah mengikuti senam Brain Gym menunjukkan
hasil yang baik, 85% penerima manfaat dapat melakukan gerakan senam Brain Gym
dengan baik dan benar dan 15% penerima manfaat masih kebingungan dalam
melakukan senam brain gym.

4.3 Rekomendasi untuk Panti


Banyak sekali manfaat dari Senam Brain Gym ini, salah satu manfaat dari senam
Brain Gym adalah dapat meningkatkan daya ingat jangka pendek pada penerima
manfaat dan dapat menurunkan stress ringan. Untuk selanjutnya setelah mahasiswa
mendemonstrasikan terapi Senam Brain Gym ini diharapkan dapat diaplikasi di rumah
pelayanan lanjut usia margo mukti rembang secara rutin kedepannya.

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Lansia merupakan proses ilmiah yang pasti dialami oleh setiap individu,
dengan ditandai adanya proses penuaan. Proses penuaan pada lansia mengakibatkan
fungsi organ tubuh pada lansia yang semakin menurun. Hal ini menekankan bahwa
seseorang yang menjadi tua identik dengan meningkatnya berbagai masalah kesehatan
yang dialami oleh lansia, salah satunya adalah penurunan fungsi organ otak dimana
dapat menyebabkan seorang lansia mengalami penurunan daya ingat atau dimensia
(Nugroho,2010).
Dimensia pada lansia dapat diatasi dengan melakukan senam otak. Senam otak
merupakan gerakan sederhana yang dapat memberikan rangsangan stimulus pada otak
untuk mengatur keseimbangan setiap bagian-bagian otak, sehingga dapat
menyelaraskan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi antara control, emosi
dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja panca indera, dan menjaga keseimbangan
tubuh serta meningkatkan daya ingat (Yanuarita,2012).
Berdasarkan analisa ketiga jurnal diatas didapatkan hasil bahwa senam otak
efektive dalam menurunkan stress dan meningkatkan daya ingat.

17
5.2 Saran
1. Bagi Rumah Sakit Pelayanan Lansia Margo Mukti Rembang
Kegiatan senam otak dapat dimasukkan ke dalam agenda kegiatan penerima manfaat
yang dilaksanakan setidaknya 2 kali dalam seminggu dengan diringi music yang
menyenangkan.
2. Bagi Lansia
Diharapkan dengan adanya terapi aktivitas kelompok senam otak dapat
meningkatkan daya ingat pada penerima manfaat dan memperat hubungan
kekeluargaan serta kerukunan antar penerima manfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Ma’rifatul Lilik. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Musdalifah.2015. Masa Lanjut Usia
(Online), (http://chipamrhami.blogspot.co.id, diakses tanggal 21 Oktober 2017)
Hendra 2012. Perkembangan Lansia
(Online), (http://justshared91.blogspot.co.id, diakses tanggal 21 Oktober 2017)
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Nyoman.2015. Pengaruh Terapi Senam Otak (Brain Gym) Terhadap Daya Ingat Jangka
Pendek Pada Lansia Di Banjar Muncan Kapal Mengwi Badung. Journal Dunia
Kesehatan Vol. 5 no.1

Aniek,putu.2015. Pengaruh senam otak terhadap tingkat stres lansia Di panti sosial tresna
werdha jara mara pati singaraja. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. Vol. 2 No.1 ISSN No
2355 5459
Untari, ida.2014. Efektifitas senam cegah pikun up brain’s game Terhadap peningkatan daya
ingat pada lansia. Jurnal Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian

18

You might also like