Professional Documents
Culture Documents
Di susun oleh:
1. Dwi putri rahayu
2. Farida Octaviani
3. M. Zaenal Arifin
4. Siti Mudrikah
5. Siti Nur Fadhilah
6. Winda Kusuma Astuti
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan
limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan analisa jurnal yang berjudul “Analiasa
Jurnal Senam Otak (Brain Gym) Pada Penerima Manfaat Di Rumah Pelayanan Sosial
Lanjut Usia “Margo Mukti” Rembang dengan tepat waktu.
Dalam pembuatan analisa jurnal ini terdapat beberapa kendala yang menghambat
namun hal ini bisa teratasi dengan bantuan dari beberapa pihak. Sehingga makalah ini bisa
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ilham Setiabudi, M.kes selaku ketua STIKES Cendekia Utama Kudus
2. Ibu Heriyanti, M.kep selaku Ka. Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Cendekia Utama
Kudus
3. Bapak Sholihul Huda, S.Kep., Ns., MNS selaku dosen pembimbing Akademik
4. Ibu Mining selaku kepala panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo Mukti Rembang.
Dengan terselesainya analisa jurnal ini penulis berharap setelah membaca dan
mempelajari analisa jurnal ini bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dan
sebagaimana tertera dalam tujuan pembuatan analisa jurnal ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan analisa jurnal ini dan penulis
mengharapkan segala masukan baik berupa kritik maupun saran demi terciptanya
kesempurnaan analisa jurnal ini. Demikian dalam pembuatan makalah ini, penulis berharap
semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.
Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Lansia.................................................................................................. 3
2.2 Brain Gym........................................................................................................ 10
BAB III ANALISA JURNAL
3.1 Analisa Jurnal................................................................................................... 13
3.2 Intisari Jurnal.................................................................................................... 16
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisa SWOT................................................................................................... 17
4.2 Aplikasi Penerapan Jurnal.................................................................................. 18
4.3 Rekomendasi untuk Panti.................................................................................. 18
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan............................................................................................................ 19
5.2 Saran.................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pelopor Brain Gym adalah Paul E. Dennison,Ph.D, seorang pengembang Edu
K, memimpin Valley Remedial Group Learning mengembangkan teknik Brain Gym
untuk mengajari anak terbelakang, bersama dengan istrinya Gail Dennison, seorang
pendidik holistic health dan mantan penari (Pipit, 2010).
Brain Gym (senam otak) juga diduga mampu mempertahankankan bahkan
meningkatkan kemampuan fungsi kognitif lansia, gerakan-gerakan dalam brain gym
digunakan oleh para murid di Educational Kinesiology Foundation, California, USA
(2006), untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan
keseluruhan otak. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan brain gym.
Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat
memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus
itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi,
kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas), selain itu
kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan spiritual sebaiknya digiatkan agar dapat
memberi ketenangan pada lansia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Brain gym banyak di gunakan untuk terapi pada lansia, karna pada lansia banyak yang
menderita penurunan fungsi pada kognitifnya seperti dimensia, salah satunya terdapat
di unit pelaynan sisal lanjut usia margo mukti.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa penerima manfaat di unit
pelayanan sosial lanjut usia margo mukti rembang, didapatkan data bahwa sekitar 90%
penerima manfaat mengalami kepikunan (Demensia). Sehingga perlu dilakukan
tindakan terapi brain gym (senam otak).
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menganalisis jurnal tentang senam Brain Gym pada lansia.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar lansia.
2. Mahasiswa mampu menelaah jurnal.
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan dari telaah jurnal.
4. Mahasiswa mampu mengevaluasi dari tindakan yang telah diaplikasikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
2.1 Konsep Lansia
1. Definisi
Masa lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.
Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun
(Musdalifah.2015)
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita, proses
menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai
sejak lahir umumnya dialami semua makhluk hidup (Nugroho, 2008).
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun
demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak
seseorang mencapai usia dewasa, misalnya denagn terjadinya kehilangan jaringan
pada otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi
sedikit (Nugroho, 2008).
2. Tipe-tipe Lanjut Usia
Tipe lanjut usia digolongkan sebagai berikut :
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman diri denan perubahan jaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, dermawan, memenuhi undangan, dan
mengambil perubahan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan kegiatan baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, teman bergaul, serta memnuhi undangan.
c. Tipe tidak pas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaaan situs,
tesinggung, menuntut, sulit dilayani.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang
terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
3
kaget, kehilangan keperibadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, mental, sosial dan ekonominya. (Azizah.2011)
3. Faktor-faktor yang menyebabkan menjadi tua
Beberapa faktor yang menyebabkan orang menjadi tua, yaitu:
a. Faktor genetika.
Gen dapat menetukan kerentanan seseorang terhadap penyakit tertentu, serta
kemampuan seseorang dalam melawan hausnya berbagai alat tubuh dan
pertanggung jawaban dalam menjalani kehidupan lainnya. Begitu juga dalam
perkembangan usia dewasa akhir juga dipengaruhi faktor genetik.
b. Faktor lingkungan fisik
Yang termasuk lingkungan fisik ialah:
1. Keadaan alam
Dapat berupa temperatur, pukulan-pukulan keras, radiasi, unsur-unsur toxic
akan mempengaruhi kesehatan seseorang dalam jangka waktu yang lama dan
juga akan memberikan pengaruh pada kepuasan atau kebutuhan psikologis dan
sosial.
2. Gizi
Seseorang yang kekurangan gizi akan kekurangan pasokan energi sehingga
lebih cepat sakit dan mati, sedangkan yang gizinya berlebihan juga akan
menimbulkan penyakit seperti lemak yang berlebih dan menimbulkan penyakit
seperti jantung.
3. Perawatan medis
Bila kesehatan terpelihara dengan baik maka akan dapat mencegah penyakit dan
mempngaruhi usia seseorang, artinya orang yang memelihara kesehatan
umumnya tercegah dari penyakit dibandingkan yang tidak memelihara
kesehatannya.
c. Faktor latihan dan aktifitas fisik dalam hidup.
Orang yang umurnya panjang umumnya mempunyai latihan fisik yang tertatur, gizi
yang cukup, dan aktifitas hidup yang seimbang dengan kebutuhan beristirahat.
d. Terhindar dari stress
Kesehatan dan kestabilan emosi dapat memperlambat penuaan. Ketegangan emosi
akan mempengaruhi sistem sirkulasi darah dan hormon sehingga jantung dan hati
4
kurang bekerja secara normal sehingga efisiensi tubuh akan terganggu.
(Hendra.2012)
6
Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu
pengosongkan lambung menurun
Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi
Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu )
Hati semakin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah (Nugroho, 2008).
i. Perubahan Sistem Reproduksi dan Kegiatan Seksual pada Lansia
Perubahan sistem reprduksi
Vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovari menciut karena uterus
mengalami atrofi, atrofi payudara dan atrofi vulva, selaput lendir vagina menurun,
permukaan menjadi halus, sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi
perubahan warna (Nugroho, 2008).
Kegiatan seksual
Ada pandangan bahwa pada usia lanjut, minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan
daya seks dalam hubungan seks menurun. Fakta : kehidupan seks pada lanjut usia
berlangsung normal dan frekuensi hubungan seksual menurun sejalan
meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi (Nugroho, 2008).
j. Perubahan Sistem Genitourinaria pada Lansia
Ginjal, Mengecilnya nephron akibat atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50 % sehingga fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinuria (biasanya + 1), BUN
(Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg %, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat
Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi BAK meningkat, vesika urinaria sulit
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun
Atropi vulva
Vagina, Selaput menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna (Nugroho, 2008).
k. Perubahan Sistem Endokrin pada Lansia
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang memproduksi
hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting dalam pertumbuhan,
pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ tubuh. Sistem endokrin pada
lansia terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi, antara lain :
Produksi hampir semua hormon menurun
Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah
7
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH
Menurunnya aktivitas tiriod dan menurunnya daya pertukaran zat
Menurunnya produksi aldosteron
Menurunnya sekresi hormon kelamin: progesteron, estrogen, testosterone menurun
(Nugroho, 2008).
l. Perubahan Sistem Integumen pada Lansia
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
Permukaan kulit cenderung kusam & bersisik karena kehilangan proses keratinasi
serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis
Timbulnya bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada
permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noda coklat.
Terjadinya perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut - kerut halus di
ujung mata akibat lapisan kulit menipis
Respon terhadap trauma menurun
Mekanisme proteksi kulit menurun karena produksi serum menurun; produksi
vitamin D menurun, pigmentasi kulit terganggu
Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
Rambut dalam hidung dan telinga menebal
Berkurangnya elatisitas akibat menurunnya cairan vaskularisasi
Pertumbuhan kuku lebih lambat
Kuku jari menjadi keras dan rapuh
Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya
Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang (Nugroho, 2008).
m. Perubahan Sistem Muskuloskeletal pada Lansia
Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh
Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi
Kekuatan dan stabilitas menurun, terutama vertebra, pergelangan, dan paha.
Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut
Kifosis
Gerakan pinggang, lutut, dan jari – jari pergelangam terbatas
Gangguan gaya berjalan
Kekakuan jaringan penghubung
Persendian membesar dan menjadi kaku
Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot
kram, dan menjadi tremor (Nugroho, 2008).
9
untuk terapi pada lansia, karena pada lansia banyak yang menderita penurunan
fungsi pada kognitifnya seperti dimensia (Barbara Prashnig, 2012)
2.2 Indikasi
Brain gym dapat dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Brain
gym dapat dilakukan pada anak-anak usia sekolah yang mengalami kesulitan dalam
menghapal angka/numerik/matematika. Brain gym ini juga dapat dilakukan pada lansia
yang mengalami penurunan daya ingat atau demensia, juga pada lansia yang
mengalami penyakit Alzheimer.
BAB III
ANALISA JURNAL
11
kemunduran biologis yang terutama kesehatan. dengan adanya kemunduran
terlihat sebagai gejala-gejala Pada dampak fisik.
kemunduran fisik kesehatan, lansia Untuk menunjang
pendengaran dan mengalami kemunduran kesejahteraan lansia tersebut,
pengelihatan berkurang, fungsi tubuh baik karena maka pemerintah
mudah lelah, gerakan faktor alamiah maupun membangun rumah khusus
menjadi lamban kemunduran karena penyakit. untuk lansia yang dikenal
lain yang terjadi adalah Diantara nya yaitu dengan Panti Sosial.
gangguan kemampuan demensia/kepikunan. Keluarga banyak membawa
kognitif. Kondisi utama yang Kondisi dimentia adalah lansia ke panti dengan alasan
mempengaruhi keadaan suatu sindroma klinik tidak lagi mampu menjaga
kognitif pada lansia salah yang meliputi hilangnya dan mengurus lansia di
satunya adalah
demensia. fungsi intelektual dan rumah. Hal ini menjadikan
Beberapa tindakan yang ingatan (Darmojo, tidak sedikit lansia yang
dapat digunakan untuk 2000). berpikir negatif tentang
mengatasi penurunan daya Berbagai metode keputusan keluarga yang
ingat antara lain dengan digunakan untuk menempatkan lansia di panti,
senam otak. memperbaiki kepikunan. sehingga membuat lansia
Senam otak merupakan Salah satunya adalah menjadi beban pikiran, harga
serangkaian gerakan senam otak. Senam otak diri rendah, dan stres.
sederhana yang dapat merupakan kegiatan penanganan stres salah
menyeimbangkan untuk meningkatkan satunya adalah senam otak.
setiap bagian-bagian
otak fungsi otak. efektifitas Gerakan senam otak
dan dapat menambah daya dalam keadaan ini dapat
senam otak dapat
ingat jangka pendek pada mengurangi pelepasan
mencegah pikun
usia lanjut adrenalin dan memberikan
terhadap peningkatan
keadaan rileks
daya ingat lansia.
Metode Penelitian ini adalah metode Penelitian ini berupa penelitian Rancangan penelitian causal
Penelitian penelitian kuantitatif dengan eksperimental. Rancangannya yaitu Pre Experimental
paradigma positivitis. Desain membandingkan hasil ukur dengan one group pretest
penelitiannya adalah kepikunan pada sekelompok posttest design. Sampel
Preexperimental lansia yang diberikan dalam penelitian ini
dengan one grup pretest perlakuan dengan sekelompok berjumlah 36 orang lansia
postest. control. dengan kriteria inklusi lansia
Penelitian ini akan Populasi penelitian ini seluruh yang mampu berkomunikasi
12
membandingkan rata-rata lansia di panti kurang lebih 90 secara verbal, lansia yang
daya ingat jangka pendek orang, dengan teknik random mengalami stress ringan dan
lansia, sebelum diberikan sampling yaitu sampel yang sedang, lansia yang
senam otak dan setelah diambil secara acak sebesar 30 berkemampuan motorik baik
dilakukan senam otak orang pada masing-masing yang mengalami tingkat stres
Sampel dalam penelitian ini kelompok. ringan dan sedang.
adalah lansia yang Teknik sampling yang
mengalami penurunan daya digunakan adalah
ingat yang sesuai dengan Nonprobability Sampling
kriteria inklusi dan eksklusi dengan teknik purposive
sebanyak 33 lansia. Cara sampling. Pengumpulan data
pemilihan sampel dalam dilakukan dengan
penelitian ini yaitu Purposive menggunakan kuisioner PSS-
sampling. 10 pada saat sebelum dan
sesudah diberikan senam
otak.
Hasil dan Hasil uji Paired Samples T- Berdasarkan hasil penelitian Hasil penelitian mengenai
pembahasan Test didapatkan yaitu didapatkan kelompok pengaruh senam otak
p(0,001) pada α (0,05), perlakuan, nilai t sebesar terhadap tingkat stres pada
sehingga dapat disimpulkan -5.514 dan nilai p = 0,000 lansia menunjukkan adanya
bahwa ada pengaruh terapi dengan lebih kecil perubahan tingkat stres
senam otak (Brain Gym) dibandingkan dengan nilai terlihat dari hasil analisis
terhadap daya ingat jangka kritis 0,005 bermakna ada statistic menggunakan uji
pendek pada lansia di Banjar pengaruh senam cegah pikun Wilcoxon Sign Rank Test
Muncan Kapal Mengwi Up Brain’s Game terhadap dengan α = 0,05
Badung p (0,001) < α (0,05). daya ingat lansia dimana mendapatkan nilai Asymp.
Berdasarkan penelitian kondisi lansia dengan daya Sig. (2-tailed) adalah 0,000
mengenai Pengaruh Terapi ingat menurun / pikun berat yang memiliki nilai lebih
Senam Otak (Brain Gym) berkurang menjadi daya ingat kecil dari α yaitu 0,05
Terhadap Daya Ingat Jangka menurun / pikun ringan. sehingga menunjukkan
Pendek Pada Lansia di Indikator keberhasilan adanya pengaruh antara
Banjar Muncan Kapal penelitian ini, adanya senam otak dan tingkat stres
Mengwi Badung maka dapat peningkatan jumlah pada lansia.
disimpulkan sebagai berikut: lansia yang mengalami pikun Senam otak yang dilakukan
Tingkat daya ingat pada berat menjadi pikun sedang secara teratur dapat
lansia di banjar Muncan atau ringan setelah di berikan menurunkan tiga hormon
13
Kapal Mengwi Badung pelatihan model Up Brains stres yaitu kortisol, epinefrin
sebelum diberikan senam Game selama kurun waktu 1 dan dopac (katabolit utama
otak diperoleh 32 orang (96,9 bulan. Hasil ini dapat dopamin). Besaran
%) yang mengalami disimpulkan bahwa senam penurunan hormon stress
gangguan daya ingat ringan, cegah pikun (Up Brains meliputi kortisol (39%),
dan 1 orang (3,02 %) yang Game)efektif meningkatkan epinefrin (70%), dopac
mengalami gangguan daya daya ingat pada lansia. (38%).
ingat berat. Tingkat daya
ingat pada lansia di banjar
Muncan Kapal Mengwi
setelah diberikan senam otak
didapatkan hasil yaitu yang
mengalami gangguan daya
ingat ringan yaitu 29 orang
(87 %) dan responden yang
tidak mengalami gangguan
daya ingat 4 orang (12,3 %).
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan untuk melakukan senam Brain Gym di
rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Margo Mukti” Rembang diperlukan untuk menjawab
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. What: kegiatan yang dilakukan adalah senam Brain Gym
2. Who: Senam Brain Gym dilakukan oleh pegawai Rumah Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Margo Mukti Rembang dan mahasiswa ners Stikes Cendekia Utama Kudus
3. When: kegiatan tersebut dapat dilakukan 1 minggu sekali secara teratur
4. Why: terapi senam Brain Gym dapat digunakan sebagai alternatif dalam
memberikan intervensi pada penerima manfaat khususnya bagi penerima manfaat
yang mengalami kepikunan maupun stress ringan.
5. Where: kegiatan tersebut dilakukan di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Margo
Mukti Rembang
6. How: untuk melakukan kegiatan tersebut, terlebih dahulu pegawai rumah pelayanan
harus mendapatkan materi tentang terapi senam keseimbangan dan melakukan
pelatihan baru kemudian kegiatan tersebut bisa dilakukan.
4.2 Aplikasi Penerapan Jurnal
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk meningkatan ingatan jangka pendek dan
menurunkan stress ringan pada penerima manfaat yaitu dengan program senam Brain
Gym. Kegiatan senam Brain Gym dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 20 oktober
2017 selama 50 menit di Ruang Aula Rumah Pelayanan sosisal lanjut usia Margo
Mukti. Senam Brain Gym di ikuti oleh 19 lansia yang terdiri dari 6 penerima manfaat
laki-laki dan 13 penerima manfaat perempuan, yang diwakili dari 3 wisma yaitu wisma
16
Drupadi, Rama sinta dan Bima. Senam Brain Gym dimulai pukul 09.10 WIB dan
berakhir pada pukul 10.00 WIB
Respon penerima manfaat setelah mengikuti senam Brain Gym menunjukkan
hasil yang baik, 85% penerima manfaat dapat melakukan gerakan senam Brain Gym
dengan baik dan benar dan 15% penerima manfaat masih kebingungan dalam
melakukan senam brain gym.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Lansia merupakan proses ilmiah yang pasti dialami oleh setiap individu,
dengan ditandai adanya proses penuaan. Proses penuaan pada lansia mengakibatkan
fungsi organ tubuh pada lansia yang semakin menurun. Hal ini menekankan bahwa
seseorang yang menjadi tua identik dengan meningkatnya berbagai masalah kesehatan
yang dialami oleh lansia, salah satunya adalah penurunan fungsi organ otak dimana
dapat menyebabkan seorang lansia mengalami penurunan daya ingat atau dimensia
(Nugroho,2010).
Dimensia pada lansia dapat diatasi dengan melakukan senam otak. Senam otak
merupakan gerakan sederhana yang dapat memberikan rangsangan stimulus pada otak
untuk mengatur keseimbangan setiap bagian-bagian otak, sehingga dapat
menyelaraskan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi antara control, emosi
dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja panca indera, dan menjaga keseimbangan
tubuh serta meningkatkan daya ingat (Yanuarita,2012).
Berdasarkan analisa ketiga jurnal diatas didapatkan hasil bahwa senam otak
efektive dalam menurunkan stress dan meningkatkan daya ingat.
17
5.2 Saran
1. Bagi Rumah Sakit Pelayanan Lansia Margo Mukti Rembang
Kegiatan senam otak dapat dimasukkan ke dalam agenda kegiatan penerima manfaat
yang dilaksanakan setidaknya 2 kali dalam seminggu dengan diringi music yang
menyenangkan.
2. Bagi Lansia
Diharapkan dengan adanya terapi aktivitas kelompok senam otak dapat
meningkatkan daya ingat pada penerima manfaat dan memperat hubungan
kekeluargaan serta kerukunan antar penerima manfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Ma’rifatul Lilik. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Musdalifah.2015. Masa Lanjut Usia
(Online), (http://chipamrhami.blogspot.co.id, diakses tanggal 21 Oktober 2017)
Hendra 2012. Perkembangan Lansia
(Online), (http://justshared91.blogspot.co.id, diakses tanggal 21 Oktober 2017)
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nyoman.2015. Pengaruh Terapi Senam Otak (Brain Gym) Terhadap Daya Ingat Jangka
Pendek Pada Lansia Di Banjar Muncan Kapal Mengwi Badung. Journal Dunia
Kesehatan Vol. 5 no.1
Aniek,putu.2015. Pengaruh senam otak terhadap tingkat stres lansia Di panti sosial tresna
werdha jara mara pati singaraja. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. Vol. 2 No.1 ISSN No
2355 5459
Untari, ida.2014. Efektifitas senam cegah pikun up brain’s game Terhadap peningkatan daya
ingat pada lansia. Jurnal Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
18