You are on page 1of 24

AGAMA HINDU

“KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA DAN SAD DARSANA”

Nama Kelompok :

1. I Dewa Gede Soja Prabawa (1519151025)


2. I Gede Pande Pujawan (1519151026)
3. I Putu Panji Kusumajaya (1519151029)
4. Kadek Edi Mertadana (1519151036)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas karunia-Nya Makalah Mata Kuliah Agamaini dapat diselesaikan sebagai
suatu bagian dari kewajiban mahasiswa dalam membuat Makalah Mata Kuliah
Agama. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian Laporan ini.

Laporan ini disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan, Tugas ini
ditekankan pada Kerukunan Umat Beragama dan Sad Darsana sebagai salah satu
penerapan dari Makalah Mata Kuliah Agama yang telah didapat pada saat kuliah
dikelas.

Laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis apresiasi. Akhir kata, terimakasih penulis
ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
selalu menyertai kita semua.

Denpasar, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................ 2
1.4. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama ...................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA ............................................... 3
2.1.1 Perintah-perintah Hyang Widdhi kepada manusia supaya selalu hidup
rukun 4
2.1.2 Musuh-musuh dalam diri manusia penyebab terganggunya Kerukunan dan
ketentraman ............................................................................................................... 7
2.1.3 Kerukunan beragama dalam sejarah di Indonesia ...................................... 9
2.1.4 beberapa mantra/sloka Kerukunan yang terdapat dalam Kitab Weda : .... 10
2.1.5 Fanatisme buta menutup toleransi dan kerukunan umat beragama .......... 13
2.1.6 Langkah-langkah meningkatkan kerukunan umat beragama ................... 14
2.2. SAD DARSANA ............................................................................................. 16
2.2.1 Pengertian Sad Darsana ............................................................................ 16
2.2.2 Sistem Samkhya ........................................................................................ 19
BAB IIIKESIMPULAN .............................................................................................. 21
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 21
3.2. Saran ................................................................................................................. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, beraneka ragam ras,
bermacam-macam golongan, beragam budaya. Penduduknya menganut berbagai
macam agama serta penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
berbeda-beda. Hal itu merupakan Anugrah dari tuhan YME. Bagaikan pelangi
diangkasa, menjadi sangat indah karena disusun oleh berbagai spektrum warna yang
berbeda-beda. Atau sebuah taman yang ditumbuhi berbagai macam bunga aneka
warna dan tumbuh bermacam-macam pohon beraneka bentuk serta hidup bermacam-
macam burung berkicau yang sangat indah.Namun kalau tidak rukun dan bercerai-
berai maka akan menimbulkan kehancuran. Ruang yang begitu indah akan menjadi
porak-poranda dan menimbulkaan penderitaan. Kehancuran dan penderitaan terjadi
karena sifat-sifat manusia yang serakah, mudah marah, dan nafsu yang tidak
terkendali. Sifat manusia yang penuh nafsu, serakah dan cepat marah seringkali
menimbulkan komplik di masyarakat. Kelalaian dalam menyikapi setiap komplik
kecil dimasyarakat dapat meluas menjadi bentrokan antar suku, agama, ras dan antar
golongan (SARA), sehingga menimbulkan perpecahan yang sangat merugikan
kerukunan dan kesatuan bangsa.
Oleh karena itu setiap pemimpin umat beragama, tokoh-tokoh adat, komponen
masyarakat lainnya maupun pemerintahan agar selalu mewaspadai, munculnya
potensi komplik dilingkungannya. Dapat mendeteksi dan mengambil langkah cepat
dalam mengatasi setiap potensi komplik. Dan tetap menjaga Kerukunan Antara umat
beragama, suku, ras dan antar golongan.
Dewasa ini agama Hindu telah menjadi agama besar dunia yang tidak hanya
menghasilkan seorang Dayananda dan Tilak tetapi juga seorang Gandhi dan
Sarvepalli Radhakrishnan, seorang Aurobindo Ghose dan Krishnamurti, warga dunia
yang sesungguhnya dan nabi-nabi bagi sebuah agama universal. Apa yang telah

1
terjadi atas agama Hindu ini tidak terlepas dari ajaran agamanya juga tentang
kefilsafatannya yaitu filsafat India.
Dalam konteks keilmuan bahasa Sanskerta, filsafat India ini dikenal dengan
istilah Sad Darshana yang merupakan suatu pandangan yang benar terhadap apa yang
harus dilakukan oleh seseorang baik moral maupun material untuk mencapai
kebenaran dan kebahagiaan yang tertinggi dan abadi (moksa).

1.2. Rumusan Masalah


1. Kendala apa yang menjadi permasalahan dalam mencapai kerukunan umat
beragama di Indonesia?
2. Bagaimana masyarakat menghadapi permasalahan/kendala dalam mencapai
kerukunan antar umat beragama di Indonesia?
3. Bagaimana Kebersamaan Umat Beragama Dalam Kehidupan Sosial?
4. Apa pengertian Sad Darsana?
5. Bagaimana Sistem Samkhya?

1.3. Tujuan
1. Penulisan makalah ini bermaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama
kami dan untuk menambah wawasan para pembaca tentang kerukunan antar
umat beragama serta permasalahan yang di hadapi dan Sad Darsana.
2. Untuk mengetahui pengertian Sad Darsana
3. Untuk mengetahui Sistem Samkhya

1.4. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama


1. Umat Beragama Diharapkan Perkuat Kerukunan Jika agama dapat
dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan
stabilitas dan kemajuan Negara.
2. Untuk mengetahui Sad Darsana

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA


2.1.1. Kerukunan hidup beragama

Kerukunan umat beragama berarti antara pemeluk-pemeluk agama yang


berbeda bersedia secara sadar hidup rukun dan damai. Hidup rukun dan damai
dilandasi oleh toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai
dalam kesetaraan dan bekerjasama dalam kehidupan sosial di masyarakat. Hidup
rukun artinya hidup bersama dalam masyarakat secara damai, saling menghormati
dan saling bergotong royong/bekerjasama.
Manusia ditakdirkan Hyang Widdhi sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai
makhluk sosial, manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material, kebutuhan spiritual, maupun
kebutuhan akan rasa aman.
Kitab Weda (Kitab suci Umat Hindu) memerintahkan manusia untuk selalu
menjalankan Tri Hita Karana Yaitu : selalu berbakti kepada Hyang Widdhi, hidup
rukun dengan alam lingkungan, serta hidup rukun dengan sesama umat manusia.
Dalam menjalin hubungan dengan umat manusia, diperintahkan untuk selalu rukun
tanpa memandang : ras, kebangsaan, suku, agama, orang asing, pribumi maupun
pendatang, dls. Sehingga umat Hindu selalu berdoa sebagai berikut :

Samjnanam nah svebhih, Samjnanam aranebhih, Samjnanam asvina yunam,


ihasmasu ni ‘acchalam.(Atharvaveda VII.52.1)
Artinya :
Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang yang dikenal
dengan akrab, Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang-orang

3
asing, semoga Engkau memberkahi kami dengan keserasian
(kerukunan/keharmonisan).
Janam bibhrati bahudha vivacasam, nanadharmanam prthivi yathaukasam,
sahasram dhara dravinasya me duham, dhruveva dhenur anapasphuranti (
Atharvaveda XII.I.45)
Artinya :
Semua orang berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda, dan memeluk Agama
(kepercayaan) yang berbeda-beda, Sehingga Bumi Pertiwi bagaikan sebuah keluarga
yang memikul beban. Semoga Ia melimpahkan kemakmuran kepada kita dan
menumbuhkan penghormatan diantara kita, seperti seekor sapi betina kepada anak-
anaknya
Bahkan umat Hindu selalu berdoa untuk keselamatan seluruh mahluk hidup,
seperti bait ke 5 Puja Trisandya yang wajib dilantunkan 3 (tiga) kali dalam sehari
oleh umat Hindu yang taat :
Om Ksamasva mam mahadewa, sarwaprani hitangkara, mam moca sarwa papebyah,
palayaswa Sadasiwa) yang artinya : Hyang Widdhi ampunilah hamba, semoga semua
mahluk hidup (Sarwaprani) memperoleh keselamatan ( hitangkara ),bebaskan hamba
dari segala dosa dan lindungilan hamba. (Keterangan. : Mahadewa dan Sadasiwa
adalah nama-nama ke-Maha Kuasa-an Hyang Widdhi Wasa/Tuhan YME).

2.1.1 Perintah-perintah Hyang Widhi kepada manusia supaya selalu hidup


rukun
Didalam pustaka suci weda terdapat perintah-perintah Hyang Widhi tentang hidup
rukun diantaranya :

1. Tri Hita Karana.


2. Tri Kaya Parisudha,
3. Catur paramita
4. Tat Twam Asi

4
1. Tri Hita Karana.

Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kebahagiaan yaitu :


 Membina hubungan yang harmonis antara manusia dengan Hyang Widdhi
Wasa/ Tuhan YME (Parahyangan)
 Membina hubungan harmonis antara manusia dengan manusia tanpa
membedakan asal usul, ras, suku, agama, kebangsaan dll. (Pawongan)
 Membina hubungan harmonis antara manusia dengan alam
lingkungan(Palemahan)

Ketiga-tiga hubungan yang harmonis ini dapat mendatangkan kebahagiaan,


kedamaian, kerukunan bagi kehidupan manusia.

2. Tri Kaya Parisudha

Tri Kaya Parisudha artinya tiga perilaku yang harus disucikan yaitu :
 Manacika Parisudha, yaitu mensucikan pikiran, antara lain: selalu berpikir
positif terhadap orang lain, berpikir tenang (manahprasadah), lemah lembut
(saumyatwam), pendiam (maunam), mengendalikan diri (atmawinigrahah),
jiwa suci/lurus hati (bhawasamsuddir).
 Wacika Parisudha, yaitu mensucikan ucapan, antara lain : berkata yang lemah
lembut, berkata yang tidak melukai hati/tidak menyinggung perasaan/tidak
menyebabkan orang marah (anudwegakaram wakyam), berkata yang
benar(satyam wakyam/satya wacana), berkata-kata yang menyenangkan
(priyahitam wakyam), dapat dipercaya dan berguna.
 Kayika Parisudha, yaitu mensucikan perbuatan, antara lain : bertingkah laku
yang santun, hormat pada para orang suci/pendeta, hormat pada para guru,
hormat pada orang yang arif bijaksana,berperilaku suci( saucam), benar
(arjawa), tidak menyakiti/membunuh mahluk lain (ahimsa).

5
Tri kaya Parisudha merupakan petunjuk Hyang Widdhi (BG.XVII.14-16)
kepada manusia dalam mencapai kesempurnaan Hidup. Trikaya parisudha
diperintahkan supaya setiap orang selalu berpikir positip terhadap orang lain,
berkata-kata yang lemah lembut dan menyenangkan orang lain, serta menghindari
berperilaku yang membuat orang lain tidak senang. Melaksanakan Trikaya parisudha
untuk menghindari adanya rasa kurang menghormati harkat dan martabat manusia
yang dapat menimbulkan kemarahan dan rasa dendam yang berkepanjangan di antara
sesama manusia.

3. Catur Paramita

Di samping itu dalam pergaulanya di masyarakat manusia diperintahkan untuk selalu


mendasarkan tingkah lakunya kepada “Catur Paramita” yaitu :
 Maitri, mengembangkan rasa kasih sayang.
 Mudhita, membuat orang simpati.
 Karuna, suka menolong.
 Upeksa, mewujudkan keserasian, keselarasan, kerukunan dan keseimbangan

4. Tat Twam Asi

Apabila diterjemahkan secara artikulasi Tat Twam Asi berarti Itu adalah Aku
atau kamu adalah aku. Dalam pergaulan hidup sehari-hari manusia diperintahkan
selalu berpedoman kepada Tat Twam Asi, sehingga tidak mudah melaksanakan
perbuatan yang dapat menyinggung perasaan bahkan dapat menyakiti hati orang lain
dan pada akhirnya menimbulkan rasa iri hati benci dan kemarahan. Dengan
menganggap orang lain adalah diri kita sendiri, berarti kita memperlakukan orang
lain, seperti apa yang ingin orang lain lakukan terhadap kita.
Tat Twam Asi menjurus kepada Tepa Selira atau Tenggang Rasa yang
menuntun manusia dalam berpikir, berkata-kata dan berperilaku, sehingga tidak
berpikir negatif terhadap orang lain, tidak berkata-kata yang dapat menyinggung
perasaan orang lain, dan tidak berperilaku yang dapat merugikan orang lain.

6
2.1.2 Musuh-musuh dalam diri manusia penyebab terganggunya Kerukunan
dan ketentraman

Ada enam musuh utama dalam diri manusia yang harus dikalahkan untuk
meningkatkan spiritualitas manusia, sekaligus bermanfaat menciptakan kerukunan
dan kedamaian Umat manusia. Ke-enam musuh yang ada pada manusia disebut Sad
Ripu yaitu :

1. Kama artinya sifat penuh nafsu indriya terutama nafsu sex.


2. Lobha artinya sifat loba dan serakah.
3. Krodha artinya sifat pemarah/mudah marah.
4. Mada artinya sifat suka mabuk-mabukan
5. Moha artinya sifat angkuh dan sombong.
6. Matsarya artinya sifat dengki dan iri hati

Selain enam musuh utama dalam diri manusia yang harus dikalahkan, adalagi
yang disebut Sad Atatayi, yaitu enam kejahatan yang membuat manusia menderita,
sehingga dilarang untuk dilakukan yaitu :

1. Agnida: membakar milik orang lain.


2. Wisada: meracuni dengan racun ( insektisida maupun bahan kimia atau obat-
obat terlarang) orang lain atau mahluk lain.
3. Atharwa: menggunakan ilmu hitam (black magic, misalnya santet, sihir,
gendam, leak dll) untuk menyengsarakan orang lain.
4. Sastraghna: mengamuk atau membunuh.
5. Dratikrama: memperkosa termasuk juga pelecehan sexual.
6. Rajapisuna: memfitnah

Dalam Bhagavadgita XVI.21-22. Kama (nafsu sex), krodha (marah) dan lobha
(serakah) disebutkan sebagai tiga jalan menuju neraka (Triwidham narakasye’dam),
Jalan untuk menuju kehancuran diri (dwaram nasanam atmanah), sehingga ketiganya
harus disingkirkan (tasmad etat trayam tyajet) dari diri manusia. Orang yang bisa

7
membebaskan diri dari Kemarahan, Keserakahan, dan Nafsu sexual yang tidak pantas
dan berbuat untuk kemuliaan Tuhan YME akhirnya bisa mencapai tempat yang
tertinggi (sorga bahkan moksa)

Kemarahan atau orang yang marah dapat menimbulkan penderitaan bagi


orang lain. Kemarahan yang di ujudkan dengan kekerasan, misalnya membunuh,
membakar, mencelakai dan lain sebagainya mengganggu ketentraman dan
kedamaian.

Orang yang cepat marah atau sering marah-marah dapat menderita berbagai
penyakit diantaranya : serangan jantung, hipertensi, stroke dan radang lambung
(maag). Kenapa orang yang sering marah atau cepat marah mudah terserang penyakit
tersebut ?, mekanismenya sebagai berikut :

Pada saat marah, tonus syaraf simpatis akan meningkat. Syaraf simpatis
mempunyai target organ diantaranya di pembuluh darah, jantung dan glandula
adrenal dan ginjal. Pada pemuluh darah menyebabkan penyempitan pembuluh darah,
pada jantung menyebabkan denyut jantung meningkat, pada glandula adrenal
memacu keluarnya hormon adrenalin yang menyebabkan pembuluh darah menyempit
dan jantung berdebar-debar, sedangkan pada ginjal memacu apparatus juxta
glomerularis untuk mengeluarkan renin.... dst menyebabkan penyempitan pemuluh
darah dan tertimbunnya cairan pada pembuluh darah. Pembuluh darah menyempit
sementara pompa jantung bekerja sangat kuat ditambah tertimbunnya cairan pada
pembuluh darah menyebabkan tekanan dalam pembuluh darah sangat tinggi
(Hipertensi). Tekanan darah tinggi yang tidak bisa diatasi oleh pembuluh darah bisa
menyebabkan pecahnya pembuluh darah, kalau diotak disebut STROKE dan kalau di
jantung bisa menyebabkan mati mendadak(SADDEN DEATH). Kemarahan juga
memacu syaraf parasimpatis pada lambung, sehingga lambung mengeluaran asam
lambung, penyebab radang lambung (penyakit maag). Oleh karena itu kendalikan
kemarahan dengan selalu bersabar.

8
Keserakahan, misalnya: mengurangi hak orang lain, menggelapkan hak orang
lain, korupsi, memindahkan patok/batas-batas tanah, merampas secara paksa hak-hak
orang lain, dll dapat menimbulkan penderitan pada orang lain. Apabila si korban
tidak bisa menerima perlakuan tersebut dapat menimbulkan percekcokan yang ujung-
ujungya kerukunan terganggu.

Sedangkan Nafsu seksual yang tidak pada tempatnya (berzinah) dapat


menimbulkan berbagai penyakit kelamin, HIV/AIDS dan bahkan menimbulkan
pertengkaran. Oleh karenanya marah, serakah dan nafsu disebut dalam kitab suci
Weda(BG. XVI.21 ) merupakan tiga jalan menuju neraka, jalan menuju kahancuran
diri (Triwidham narakasye’dam,dwaram nasanam atmanah)

2.1.3 Kerukunan beragama dalam sejarah di Indonesia

Pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia, perselisihan antara sekte-sekte


agama Hindu (sekte: Brahmanisme, Waisnawa, Siwaisme, Pasupata, Sora, Kala,
Sakta, Bairawa, Ganapateya dll) dirukunkan oleh Mpu Kuturan. Mpu Kuturan yang
menjabat sebagai penasehat Raja Udayana ( Th.989-1011 M) menggabungkan
berbagai sekte keagamaan Hindu yang ada di Bali menjadi tiga sekte besar. Mpu
Kuturan memperkenalkan konsep Tri Murti yang diaktualisasikan dalam bentuk
Kahyangan Tiga, yaitu : Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem, yang disungsung
oleh tiap-tiap Desa pekraman(desa Adat) di Bali.

Perbedaan antara Siwaisme dan Budisme di Indonesia, dirukunkan oleh Mpu


Tantular di jaman Majapahit(Th.1380 M) menjadi Agama Siwa-Budha, yang tertuang
dalam buku Sutasoma, dimana Purusadha mewakili Siwaisme dan Sutasoma
mewakili Budhisme. Didalam Buku Sutasoma terdapat kalimat “Bhineka Tunggal
Ika, tan hana dharma mangrwa “, artinya : Meskipun berbeda-beda tetap Satu, tidak
ada kebenaran mendua.

Penyatuan sekte-sekte ini tidak bertentangan dengan Weda, kitab sucinya


umat Hindu, kitab yang berasal dari Hyang Widdhi, seperti dinyatakan langsung oleh

9
Hyang Widdhi dalam BG. XV.15” Weda ntakrid wedawid ewa ca ‘ham/ Akulah
pencipta weda dan Aku yang mengetahui isi weda. Kitab Weda disebut juga
sastrawiddhi/ sastra brahman karena berasal dari Hyang Widdhi/Brahman/Tuhan
YME.

Didalam Weda (Rg.Veda I.64.46) terdapat mantra berikut : Ekam sadvipra


bahudha vadanti, yang artinya : Ia adalah Esa (Ekam Sad=Ia Satu/Esa). Para
bijaksana(Vipra=orang bijak) menyebut dengan berbagai nama (bahudha
vadanti=menyebut dengan berbagai nama ).

Penyatuan Siwa-Budha tidak otomatis membuat umat Budhis menjadi


Siwaisme atau sebaliknya penganut Siwaisme menjadi Budhis. Penyatuan hanya
dalam tataran sosial kemasyarakatan.Dengan konsep agama Siwa-Budha para
menganut Siwaisme dan Budhisme bisa hidup rukun, meski tetap dalam perbedaan
tata cara ritual, tempat ibadah maupun penyebutan terhadap nama Tuhan Yang Maha
Esa.

Bahkan saat upacara besar seperti Tawur Agung ke Sanga, menjelang tahun
baru Saka/NYEPI), ke empat Pendeta yaitu, Pendeta Siwa, Pendeta Waisnawa,
Pendeta dari Brahmanisme dan Pendeta Buddha secara bersama-sama muput upacara
Tawur Agung Kesanga.

2.1.4 beberapa mantra/sloka Kerukunan yang terdapat dalam Kitab Weda :

1. Mantra-mantra yang memerintahkan manusia saling mencintai satu dengan


lainnya, berkata-kata yang lembut, menahan nafsu dan amarah dan pengendalian
diri/pengendalian indriya.
Wahai umat manusia, Aku memberimu sifat-sifat ketulusan, keikhlasan,
mentalitas yang sama dan perasaan berkawan tanpa kebencian (permusuhan).
Seperti halnya induk sapi mencintai anak-anaknya yang baru lahir, begitulah
seharusnya kalian saling mencintai satu sama yang lain.(Sahrdayam

10
sammanasyam, avidvesam krnomi vah, anyo anyam abhi haryata, vatsam jatam
ivighnya) ( Atharvaveda III. 30.1)

Wahai umat manusia, berbicaralah dengan kata-kata yang lebih manis dari pada
mentega dan madu yang dijernihkan (Ghrtat svadiyo madhunas
‘cavovata)(Rg.veda. VIII.24.20)

Seseorang yang berbicara dengan kata-kata yang manis menerima berkah (dari
Hyang Widdhi ) (Apnoti sukta vakena asisah )(YayurvedaXIX.29)

Dia yang dapat menahan nafsu birahi dan amarah didunia ini, sebelum
meninggalkan jasad raganya, dia adalah Yogi, dia adalah orang yang bahagia.
(Saknoti ‘hai wa yah sodhum, prak sarira wimoksanat, kamakrodhadbhawam
wegam, sa yuktah sa sukhi ’narah). (Bhagavadgita V.23)

Menguasai panca indriya, perasaan dan pikiran, seseorang Muni yang berhasrat
mencapai kelepasan (moksa), membuang jauh-jauh nafsu, takut dan
murka/marah, mereka akan mencapai moksa. (Yatendriya mano bhuddir, munir
moksaparayanah, wigateccha bhaya krodha, yah sada mukta cwasah).
(Bhagavadgita V.28)

2. Mantra-Mantra yang memerintahkan untuk saling bertoleransi dalam ber-agama/


berkepercayaan kepada Tuhan YME dan tidak saling bermusuhan dan selalu
mengusahakan kesejahteraan umat manusia

Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua mahluk, bagi-Ku
tidak ada yang paling Aku benci dan tidak ada yang paling Aku kasihi, tetapi
yang berbakti kepadaku, Dia berada pada-Ku dan Aku bersamanya / Samo ‘ham
sarvabhutesa, na medewsyo ‘sti na priyah, ye bhajanti tu mam bhaktya, mayite
besuca’pyaham,(BhagavadgitaIX.29)Denganalan apapun manusia mendekati-

11
Ku, semuanya Kuterima sama, manusia menuju jalan-Ku dari berbagai jalan.
/Ye Yatha Mam Prapadyante,Tams Tathal Va Bhajamy Aham, Mama Vartma
Nuvartante, Manusyah Partha Arvasah, (Bhagawadgita, IV.11)

Apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut Agama, Aku
perlakukan kepercayaan mereka sama, supaya tetap teguh dan sejahtera/ Yo yo
yam yam tanum bhaktah,sraddaya 'rcitum icchati, tasya-tasya calam sraddham,
tam ewa widadhamyaham (BG.VII.21)

Berpegang teguh pada kepercayaan itu, mereka berbakti pada keyakinan itu pula
dan dari padanya memperoleh harapan mereka, yang sebenarnya hanya
dikabulkan oleh-Ku/ Sa taya sraddhaya yuktas, tasya radhanam ihate, labhate ca
tatah kaman, mayai wa wihitan hi tah, (Bhagavadgita VII.22)

Akan tetapi hasil yang didapat mereka, orang-orang yang berpikiran picik adalah
sementara, Yang menyembah Dewata pergi ke pemujaan Dewa-dewa, tetapi para
pemuja-Ku datang langsung kepada-Ku/ Antawat tu phalam sesam, tad bhawatu
alpamedhasam, dewam dewayajo yanti, mad bhakta yanti mamapi(Bhagavadgita
VII.23).

Yang bekerja untuk-Ku,menjadikan Aku sebagai tujuan utama,selalu berbakti


kepada-Ku, tiada bermusuhan tehadap semua insani ( semua umat manusia), dia
sampai kepada-Ku/Matkarmakrin matparamo, madbhaktah sangavarjitah,
nirvairah sarvabhuteshu, yah sa mam eti (BG. XI.55)

Dengan menahan panca indrya dan hawa nafsu, selalu seimbang (tenang) dalam
segala situasi, selalu berusaha untuk kesejahteraan umat manusia (semua insani),
mereka juga sampai kepada-Ku/Samniyamye ‘ndriyagramam,
sarvatrasamabuddhayah, te prapnuvanti mam eva, sarvebhutahite ratah
(BG.XII.4)

12
3. Perintah Hyang Widdhi supaya umat manusia hidup Bersatu dan Rukun
Didalam Atharvaveda III.30.4 . Hyang Widdhi bersabda :
Wahai umat Manusia, persatuanlah yang menyatukan semua para Dewa, Aku
memberikan yang sama kepadamu juga sehingga kalian mampu menciptakan
persatuan diantara kalian./ Yena deva naviyanti, no ca vidvisate mithah, tat
krnmo brahma vo grhe,samjnanam purunebhyah

Karena Aku berada dalam tubuh manusia, mereka yang dunggu tidak
menghiraukan Aku, tidak mengetahui prakerti-Ku yang lebih tinggi, sebagai raja
agung alam semesta/Awajananti mam mudha, manusim tanum asritam, param
bhawam ajananto, mama bhutamaheswaram (BG. IX.11)

Dia yang melihat Tuhan bersemayam didalam semua mahluk, yang tidak dapat
dimusnahkan, walaupun berada pada mereka yang dapat musnah, sesungguhnya
ialah yang melihat. (BG. XIII.27))/samam sarwesu bhutesu, tistantam
parameswaram, winasyatawa awinasyantam,yah pasyati sa pasyati

Sesungguhnya ia yang melihat Tuhan bersemayam sama dimana-mana, ia tidak


akan menyakiti jiwa dengan jiwa dan ia pun mencapai tujuan
utama(BG.XIII.28)/Samam pasyani hi sarwatra, sama wasthitam iswaram,na
hinasty atmana’tmanam,tato yati param gatim(BG.XIII.28)

2.1.5 Fanatisme buta menutup toleransi dan kerukunan umat beragama

Keyakinan terhadap perintah Trikayaparisudha, Tat Wam Asi, Tri Hita


Karana, catur paramita serta Atman Brahman Aikiam, Sad Ripu dan Sad Atatayi
menuntun manusia untuk mensucikan diri dari kebodohan dan kegelapan batin, dan
menjauhkan diri dari sikap marah, serakah dan nafsu. Sikap-sikap negatif yang
sering muncul diakibatkan oleh ketidaktahuan (avidya), juga didorong oleh sikap

13
fanatisme buta yaitu sikap yang tidak mau menerima kebenaran dari sumber lain
(buku-buku lain), suatu sikap yang hanya meyakini kebenaran mutlak hanya ada
pada satu sumber.

Penganut sikap fanatisme buta ini tidak menyadari bahwa Tuhan YME
adalah maha segalanya, sehingga membatasi kemahakuasaannya hanya pada satu
kelompok agama, atau satu kelompok bangsa tertentu. Fanatisme yang buta sering
menganggap rendah agama lain namun sensitif terhadap agamanya sendiri. Sikap
seperti ini sering sekali meminta korban darah bahkan nyawa manusia untuk
dipersembahkan atas nama Tuhannya.

Munculnya sikap fanatisme buta semata-mata karena pengetahuan dan


pemahaman yang sempit terhadap agamanya sendiri dan tidak membuka diri untuk
mengetahui kebenaran dari sumber-sumber lain.

Di samping sikap fanatisme buta tersebut ada juga sikap yang toleran yang
dapat mewujudkan rasa kerukunan umat beragama, sikap taat pada agama yang
dipeluknya tetapi tidak merendahkan agama lain. Sikap semacam ini muncul karena
memiliki pengetahuan yang baik tentang agamanya dan juga membuka diri untuk
mendengar kebenaran lain dari berbagai sumber, termasuk kebenaran yang terdapat
dari agama lain.

2.1.6 Langkah-langkah meningkatkan kerukunan umat beragama

Untuk meningkatkan kerukunan hidup beragama, langkah yang paling penting


dilakukan adalah :

1. Mengajarkan kepada setiap umat beragama untuk selalu berpikir positif


terhadap orang lain, bertutur kata yang tidak propokatif dan tidak membuat
pendengarnya sakit hati, berperilaku baik, seperti :

14
a. tidak melanggar norma-norma umum, norma kesusilaan, norma adat
istiadat, maupun norma hukum negara/tidak melanggar hukum
Negara.
b. Menumbuhkan penghargaan, saling pengertian, toleransi, serta
belajar untuk saling memahami diantara umat beragama. Dan tidak
berbuat hal-hal yang dapat menyinggung sentimen keagamaan.
c. Untuk menumbuhkan penghargaan dan saling pengertian, maka setiap
umat bergama, hendaknya mengerti secara baik dan benar tentang
agamanya sendiri dan dilengkapi dengan pengetahuan yang cukup dan
benar tentang agama lainnya, sehingga mengetahui hal-hal baik di
agama lain dan mengetahui pula hal-hal yang sangat
dilarang/ditabukan/diharamkan di agama lain.
2. Para pemimpin agama bekerja sama dengan pemimpin agama lainnya (Islam,
Hindu, Kristen, Budha dan Konghucu) untuk mengatasi musuh bersama umat
manusia yaitu : Keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan dan penyakit sosial
lainnya.
3. Para pemuka agama, pemimpin lembaga-lembaga keagamaan dan pemerintah,
supaya selalu mempromosikan : toleransi, kerukunan dan kedamaian diantara
para pemeluk agama di masyarakat, sekolah-sekolah umum, sekolah-sekolah
keagamaan, maupun ditempat-tempat ibadah.
4. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) lebih diberdayakan sampai
kedesa-desa, dengan lebih sering mengadakan dialog-dialog kerukunan,
sekaligus sebagai ajang silaturahmi antar umat beragama.
5. Dalam momen-momen hari penting Bangsa Indonesia, seperti HUT RI, Hari
Sumpah Pemuda dls. pemerintah supaya mempasilitasi kegiatan-kegiatan
yang bernuansa Kerukunan dan persatuan bangsa, seperti mensponsori
seminar/simposium kerukunan beragama dengan melibatkan komponen
perwakilan agama-agama.

15
2.2. SAD DARSANA
2.2.1 Pengertian Sad Darsana
Secara etimologi Sad Darsana berasal dari dua kata yakni “Sad” dan
“Darsana”. Sad artinya enam sedangkan darsana artinya pandangan tentang
kebenaran. Dalam bahasa sanskerta dikatakan bahwa Darsana berasal dari akar kata
drs yang memiliki makna melihat. Kemudian berubah menjadi kata darsana yang
artinya pandangan atau penglihatan.
Sad darshana atau enam sistem filsafat ortodoks india yang disampaikan
dalam sistem klasik. aliran–aliran filsafat ini dikembangkan sebagai hasil dari
pengetahuan yang didapatkan melalui masa weda, brahmana, upanishad dan purana
dalam sejarah pemikiran india. Sistem filsafat ini berasal dari para petapa dan orang-
orang bijak india, sebagai hasil realisasi spiritual serta penglihatan kontemplatif
mereka.
Secara terstruktur perkembangan filsafat India terbagi ke dalam beberapa
periodisasi zaman yaitu: (1) Zaman Weda (1500 – 600 SM) yang diisi oleh peradaban
bangsa Arya, pada saat itu baru muncul benih pemikiran filsafat berupa mantra,
pujian keagamaan yangterdapat dalam sastra Brahmana dan Upanishad; (2) Zaman
Wiracarita (600 – 200 SM) yang diisi oleh perkembangan sistem perkembangan
pemikiran filsafat berupa Upanishad. Ide pemikiran filsafat tersebut berbentuk tulisan
yang bertemakan kepahlawanan dan hubungan antara manusia dengan dewa;(3)
Zaman Sastra Sutra (200 SM – 1400 M) yang diisi oleh semakin banyaknya bahan –
bahan pemikiran filsafat berupa sutra; (4) Zaman Kemunduran (1400 – 1800 M) diisi
oleh pemikiran filsafat yang mandul karena para ahli piker hanya menirukan
pemikiran filsafat yang lampau; (5) Zaman Pembaharuan (1800 – 1950 M) diisi oleh
kebangkitan pemikiran filsafat India yang dipelopori oleh Ram Mohan Ray
(Achmadi, 2010: 85 – 86).
Terdapat dua kelompok filsafat India, yaitu Astika dan Nastika. Nastika
merupakan kelompok aliran yang tidak mengakui kitab Weda, sedangkan kelompok
Astika sebaliknya. Dalam Astika, terdapat enam macam aliran filsafat. Keenam aliran

16
filsafat tersebut yaitu: Nyaya, Waisasika, Samkhya, Yoga, Mimamsa, dan Wedanta.
Ajaran filsafat keenam aliran tersebut dikenal sebagai Filsafat Hindu.
Terdapat enam Astika (filsafat Hindu) institusi pendidikan filsafat ortodok
yang memandang Weda sebagai dasar kemutlakan dalam pengajaran filsafat Hindu
yaitu: Nyāya, Vaisheṣhika, Sāṃkhya, Yoga, Mīmāṃsā (juga disebut dengan Pūrva
Mīmāṃsā), dan Vedānta (juga disebut dengan Uttara Mīmāṃsā) ke-enam
sampradaya ini dikenal dengan istilah Sad Astika Darshana atau Sad Darshana.
Diluar keenam Astika diatas, terdapat juga Nastika, pandangan Heterodok yang tidak
mengakui otoritas dari Weda, yaitu: Buddha, Jaina dan Carvaka.
Meski demikian, ajaran filsafat ini biasanya dipelajari secara formal oleh para
pakar, pengaruh dari masing-masing Astika ini dapat dilihat dari sastra-sastra Hindu
dan keyakinan yang dipegang oleh pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari.
Keenam sistem filsafat ini dirumuskan oleh beberapa rishis yang melihat
realitas atau kebenaran yang sama, tapi dari sudut pandang srta kedalaman yang
berbeda. Karena tidak ada satupun sistem yang secara tunggal dan ekslusif dapat
mewakili filsafat ortodoks india, yang merupakan kumpulan ajaran berdasarkan
keenam sistem filsafat tersebut.Keenam sistem filsafat itu yakni:
1. Samkhya : didirikan oleh kapila.
2. Nyaya : didirikan oleh gautama.
3. Waisiseka : didirkan oleh kanada.
4. Yoga : didirikan oleh patanjali.
5. Wedanta : didirikan oleh vyasa.
6. Mimasa : didirikan oleh jaimini.

17
1. Saṁkhya
Ajaran ini dibangun oleh Maharsi Kāpila, dia yang menulis Saṁkhyasūtra. Di
dalam sastra Bhagavatapurāna disebutkan nama Maharsi Kāpila, putra Devahuti
sebagai pembangun ajaran Saṁkhya yang bersifat theistic. Karya sastra mengenai
Saṁkhya yang kini dapat diwarisi adalah Saṁkhyakarika yang di tulis oleh
Īśvarakṛṣṇa. Ajaran Saṁkhya ini sudah sangat tua umurnya, dibuktikan dengan
termuatanya ajaran Saṁkhya dalam sastra-sastra Śruti, Smrti, Itihasa dan Purana.

Kata Saṁkhya berarti: pemantulan, yaitu pemantulan filsafati. Ajaran Saṁkhya


bersifat realistis karena didalamnya mengakui realitas dunia ini yang bebas dari roh.
Disebut dualistis karena terdapat dua realitas yang saling bertentangan tetapi bisa
berpadu, yaitu purusa dan prakrti.

2. Yoga
Ajaran Yoga dibangun oleh Maharsi Patanjali, dan merupakan ajaran yang sangat
populer di kalangan umat Hindu. Ajaran yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis
dari ajaran Veda. Yoga berakar dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu
bertemunya roh individu (atman/purusa) dengan roh universal
(Paramatman/Mahapurusa). Maharsi Patanjali mengartikan yoga sebagai
Cittavrttinirodha yaitu penghentian gerak pikiran.

Kitab Yogasutra, yang terbagi atas empat bagian dan secara keseluruhan
mengandung 194 sutra. Bagian pertama disebut: Samadhipada, sedangkan bagian
kedua disebut: Sadhanapada, bagian ketiga disebut: Vibhutipada, dan yang terakhir
disebut: Kailvalyapada.

3. Mimamsa
Ajaran Mimamsa didirikan oleh Maharsi Jaimini, disebut juga dengan nama lain
Purwa Mimamsa. Kata Mimamsa berarti penyelidikan. Penyelidikan sistematis
terhadap Veda. Mimamsa secara khusus melakukan pengkajian pada bagian Veda:
Brahmana dan Kalpasutra. Sumber ajaran ini tertuang dalam Jaiminiyasutra. Kitab ini

18
terdiri atas 12 Adhyaya (bab) yang terbagi kedalam 60 pada atau bagian, yang isinya
adalah aturan tata upacara menurut Veda.

4. Nyaya
Ajaran Nyaya didirikan oleh Maharsi Aksapada Gotama, yang menyusun
Nyayasutra, terdiri atas 5 adhyaya (bab) yang dibagi atas 5 pada (bagian). Kata Nyaya
berarti penelitian analitis dan kritis. Ajaran ini berdasarka pada ilmu logika,
sistematis, kronologis dan analitis.

5. Vaisiseka
Ajaran Vaisiseka dipelopori oleh Maharsi Kanada, yang menyusun Vaisisekasutra.
Meskipun sebagai sistem filsafat pada awalnya berdiri sendiri, namun dalam
perkembangannya ajaran ini menjadi satu dengan Nyaya.

6. Vedanta
Ajaran Vedanta, sering juga disebut dengan Uttara Mimamsa yaitu penyelidikan
yang kedua, karena ajaran ini mengkaji bagian Weda, yaitu Upanisad. Kata Vedanta
berakar kata dari Vedasya dan Antah yang berarti Akhir dari Weda. Sumber ajaran ini
adalah kitab Vedantasutra atau dikenal juga dengan nama Brahmasutra. Pelopor
ajaran ini adalah Maharsi Vyasa, atau dikenal juga dengan nama Badarayana atau
Krishna Dwipayana.

2.2.2 Sistem Samkhya


Sistim Samkhya merupakan sistim tertua, yang berusaha menyelaraskan
falsafat Weda dengan perantara akal budi. Sistem Samkhya merupakan filsafat
pertama yang menguraikan proses evolusi kosmik secara sistimatikdengan penelitian
seksama. Samkhya berusaha menguraikan alam semesta sebagai suatu kesatuan yang
meliputi 25 kategori dan di klasifikasikan menjadi 4 judul:
1. Yang tidak dihasilkan dan tak menghasilkan
Kategori ini ialah Jiwa Kosmik (PURUSA), yakni yang tak berevolusi serta
tak berkembang; yang tak menyebabkan yang mana juga bukan sebaba
musabab daripada sesuatu keadaan yang bermode baru.

19
2. Yang tidak dihasilkan tapi menghasilkan
Unsur kedua disebut Unsur Zat Kosmik (PRAKRTI), yakni yang tak
berevolusi tapi berkembang, sebab musabab yang tak menyebabkan daripada
keadaan phenomena.
3. Yang dihasilkan dan menghasilkan
4. Yang dihasilkan dan tidak menghasilakan

20
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
1. Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat kami simpulkan berbagai macam
bahasan mengenai kerukunan antar umat beragama, yaitu : Kendala-kendala
yang dihadapi dalam mencapai kerukunan umat antar beragama ada beberapa
sebab, antara lain;
 Rendahnya Sikap Toleransi
 Kepentingan Politik dan
 Sikap Fanatisme
2. KataDarshanasendiri berarti “melihat”, “pengelihatan” atau “pandangan”.
Dalam ajaran Filsafat Hindhu darshana berarti “pandangan tentang
kebenaran”
3. Sad darshana berarti enam pandangan tentang kebenaran yang mana
merupakan dasar dari filsafat Hindu.Adapun pokok-pokok ajaran Sad
darshana antara lain:Samkhya, Yoga, Mimasa, Nyaya,
Waisiseka,DanWedanta.

3.2. Saran
Demikianlah yang dapat saya paparkan mengenai materi ini, tenrunya masih
banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan penulis. Saya
berharap para pembaca bias member kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulisnya pada khususnya juga para
pembaca pada umumnya.

21

You might also like