You are on page 1of 10

Laju Aliran Permukaan dan Erosi di Berbagai Hutan Tanaman...

(Pratiwi)

LAJU ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI DI BERBAGAI HUTAN TANAMAN


DAN BEBERAPA ALTERNATIF UPAYA PERBAIKANNYA*)
(Run-off and Erosion Rates in Several Forest Plantations and Some Alternatives
of Its Remedial Efforts)

Oleh/By :
Pratiwi
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam
Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp. 0251-633234, 7520067; Fax 0251-638111 Bogor
e-mail : pratiwi@yahoo.com.id
*) Diterima : 09 April 2007; Disetujui : 16 Mei 2007

ABSTRACT

Forest plantation development generally is directed to improve marginal land with Oxisols and Ultisols.
These soils are very sensitives to erosion and have very low fertility. In the first three years after planting,
development of forest plantation usually has some problems such as: high erosion rate due to run-off,
especially in steep slope areas. Therefore forest plantation management has to consider soil and water
conservation. This research was designed to evaluate run-off and erosion rates in several forest plantations
(Aleurites moluccana (L.) Willd., Khaya anthoteca C.DC., Acacia mangium Willd., and Shorea johorensis
Foxw.). Plots were set to investigate run-off and erosion on these forest plantations. Results of this research
showed that run-off and erosion decreased by increasing stands age and depend also on slope, soil types,
vegetation cover, etc. It is expected that results of this research could be used as a reference in the policy
decision making concerning to the forest and land rehabilitation program.
Key words: Run-off, erosion, forest plantation

ABSTRAK

Pembangunan hutan tanaman pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan lahan-lahan marginal dengan
jenis tanah Oxisols dan Ultisols. Jenis-jenis tanah tersebut merupakan jenis tanah yang peka terhadap erosi
dan sangat rendah tingkat kesuburannya. Selama tiga tahun pertama setelah tanam, pembangunan hutan
tanaman umumnya mempunyai beberapa masalah seperti: tingkat erosi yang tinggi karena aliran permukaan,
khususnya di areal-areal dengan kelerengan tinggi. Oleh karena itu pengelolaan hutan tanaman harus
mempertimbangkan konservasi tanah dan air. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
laju aliran permukaan dan erosi di beberapa hutan tanaman (Aleurites moluccana Willd., Khaya anthoteca
C.DC., Acacia mangium Willd., dan Shorea johorensis Foxw.), yaitu di Pasir Awi (Jawa Barat), Carita
(Banten), Muara Dua (Lampung), Sebanga, Beringin, Melibur, dan Rasau Kuning (Riau). Plot-plot dibuat
untuk mengamati aliran permukaan dan erosi di hutan tanaman tersebut. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa aliran permukaan dan erosi menurun dengan bertambahnya umur tegakan, di samping faktor lain
seperti kelerengan, jenis tanah, penutupan vegetasi, dan sebagainya. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam program-program rehabilitasi hutan dan lahan.
Kata kunci: Aliran permukaan, erosi, hutan tanaman

I. PENDAHULUAN jarang dan sebagian lahan yang tersedia


saat ini adalah lahan-lahan marginal atau
Pemanfaatan lahan untuk berbagai
kepentingan dalam setiap sektor pemba- lahan kritis. Lahan kritis terjadi karena
pemanfaatan sumberdaya alam melebihi
ngunan, umumnya diarahkan di lahan-
lahan produktif. Hal ini menyebabkan kapasitas produksinya tanpa diimbangi
dengan rehabilitasi lahan. Di samping itu
lahan-lahan yang subur menjadi sangat

267
Vol. IV No. 3 : 267 - 276, 2007

lahan kritis dapat muncul karena bencana dan air. Sementara itu jenis-jenis yang
alam seperti kebakaran hutan dan banjir. dikembangkan pada umumnya adalah je-
Populasi penduduk yang meningkat akan nis kayu cepat tumbuh sehingga penggu-
mempercepat terjadinya lahan kritis. Hal naan atau pengolahan lahan menjadi re-
ini menyebabkan daya dukung lingkung- latif makin intensif. Intensitas pengguna-
an terlampaui, sehingga mengalami gang- an atau pengolahan lahan semakin me-
guan dan tekanan terhadap berbagai kom- ningkat apabila pengembangan hutan ta-
ponen yang ada di dalamnya. Berkurang- naman ini dikombinasikan dengan tanam-
nya daya dukung lahan ini dicirikan oleh an pangan terutama pada saat tiga tahun
semakin sempitnya kepemilikan lahan pertama, karena tajuk tanaman belum
yang dapat diolah masyarakat. Oleh ka- menutupi lahan yang diusahakan. Masa-
rena itu lahan kritis ini perlu direhabili- lah yang muncul akibat dari kegiatan se-
tasi agar kembali fungsinya terutama un- macam ini adalah aliran permukaan yang
tuk konservasi tanah dan air. cukup tinggi sehingga menyebabkan ero-
Secara umum pengelolaan lahan yang si meningkat dan infiltrasi rendah. Ada-
tidak memperhatikan konservasi tanah nya aliran permukaan dan erosi yang cu-
dan air akan mendatangkan lahan kurang kup tinggi maka akan menyebabkan ke-
produktif yang kondisinya akan terus me- hilangan unsur hara dan bahan organik
nerus menurun sampai mencapai tingkat tanah.
kritis. Pada saat ini terdapat lahan kritis Sehubungan dengan hal tersebut di
seluas sekitar 23 juta hektar, dengan rin- atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
cian delapan juta hektar terdapat di luar memperoleh informasi tentang laju aliran
kawasan hutan dan 15 juta hektar terda- permukaan dan erosi pada berbagai hutan
pat di dalam kawasan hutan (Badan Pla- tanaman, yaitu kemiri (Aleurites moluc-
nologi Kehutanan dan Perkebunan, cana (L.)Willd.), mahoni Afrika (Khaya
2000). Lahan kritis umumnya mempu- anthoteca C.DC.), Acacia mangium
nyai tingkat kesuburan rendah. Di Willd., dan meranti (Shorea johorensis
negara-negara tropis termasuk Indonesia, Foxw.) Diharapkan hasil penelitian ini
kondisi ini diperburuk karena curah hujan dapat bermanfaat dalam upaya rehabi-
yang cukup tinggi, sehingga pencucian litasi hutan dan lahan, khususnya aspek
tanah lebih intensif. Akibatnya aliran konservasi tanah dan air.
permukaan dan erosi serta kehilangan
unsur hara dan bahan organik meningkat.
Untuk itu tindakan konservasi tanah dan II. METODOLOGI
air perlu dilakukan.
Penggunaan lahan di bidang kehutan- A. Lokasi dan Waktu Penelitian
an diarahkan antara lain untuk hutan ta- Penelitian dilakukan pada tahun
naman. Pembangunan hutan tanaman ber- 1999-2000 di Lampung (Muara Dua),
tujuan antara lain: 1) meningkatkan po- 2000-2001 di Jawa Barat (Pasir Awi),
tensi hutan untuk memenuhi pasokan ba- 2001-2003 di Riau (Sebanga, Beringin,
han baku industri hasil hutan; dan 2) me- Melibur, Rasau Kuning), dan 2003-2004
laksanakan upaya rehabilitasi lahan hutan di Hutan Penelitian Carita (Banten). Ke-
tidak produktif, penyediaan lapangan ker- terangan lebih lengkap dapat dilihat pada
ja dan memperluas kesempatan berusaha. Tabel 1.
Pembangunan hutan tanaman ini biasa- Di Lampung, penelitian dilakukan di
nya dilaksanakan di lahan terdegradasi Muara Dua. Secara administratif peme-
dengan jenis tanah Oxisols dan Ultisols, rintahan daerah ini termasuk Desa Bumi
yang sifat fisik dan kimianya jelek se- Jaya, Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupa-
hingga pengelolaan hutan tanaman harus ten Lampung Utara, Provinsi Lampung.
memperhatikan kaidah konservasi tanah

268
Laju Aliran Permukaan dan Erosi di Berbagai Hutan Tanaman...(Pratiwi)

Tabel (Table) 1. Lokasi penelitian dan tipe penggunaan lahan (Research sites and its landuse types)
No. Lokasi penelitian Kabupaten/Provinsi Waktu penelitian Tipe penggunaan lahan
(Research sites) (District/Province) (Research time) (Landuse types)
1. Muara Dua Lampung Utara/Lam- 1999-2000 Rehabilitasi di lahan mar-
pung ginal (Aleurites moluccana)
(Rehabilitation in marginal
land (Aleurites moluccana)
2. Pasir Awi Bogor/Jawa Barat 2000-2001 Hutan tanaman Khaya an-
thoteca umur 2 tahun
(Forest plantation of Khaya
anthoteca of 2 years old)
3. Sebanga, Beringin, Bengkalis/Riau 2001-2003 Hutan tanaman Acacia ma-
Melibur, Rasau ngium rotasi I dan II (Forest
Kuning-Riau plantation of Acacia
mangium Ist and 2nd ro-
tations)
4. Hutan Penelitian Carita Pandeglang/Banten 2003-2004 Rehabilitasi di lahan mar-
ginal (Shorea johorensis)
(Rehabilitation in marginal
land (Shorea johorensis)

Daerah ini termasuk wilayah Kawasan Aseupan, Kelompok Hutan Carita, Resort
Pemangkuan Hutan (KPH) Way Kanan, Pemangkuan Hutan Pasauran dan Carita,
Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Way BKPH Pandeglang, KPH Banten.
Kanan, Dinas Kehutanan Provinsi Lam-
pung. B. Topografi dan Jenis Tanah
Di Jawa Barat penelitian dilakukan Topografi dan jenis tanah lokasi pe-
di Pasir Awi. Daerah ini termasuk wila- nelitian disajikan pada Tabel 2.
yah KPH Warung Borong, CDK Bogor,
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.
C. Bahan Penelitian
Secara administratif pemerintahan terma-
suk Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Bahan penelitian yang dipakai adalah
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. lahan terdegradasi yang baru direhabili-
Di Riau penelitian dilakukan di wila- tasi dengan kemiri (Aleurites moluccana)
yah kerja konsesi Hak Pengusahaan Hu- dan dikombinasikan dengan tanaman ja-
tan Tanaman Industri (HPHTI) PT. Arara gung (Zea mays), hutan tanaman Khaya
Abadi, yaitu di Resort Sebanga, Beringin, anthoteca umur dua tahun, hutan tanam-
Melibur, dan Rasau Kuning. Resort- an Acacia mangium rotasi I dan II umur
resort tersebut secara administratif peme- lima, enam, tujuh, dan delapan tahun, te-
rintahan termasuk ke dalam Kabupaten gakan hutan alam serta lahan terdegradasi
Bengkalis. Sedangkan secara administra- yang baru direhabilitasi dengan meranti
tif pengelolaan hutan, Resort Sebanga (Shorea johorensis) dikombinasikan de-
dan Beringin termasuk CDK Duri dan ngan pete (Parkia speciosa) dan meranti
Resort Rasau Kuning dan Melibur ter- (Shorea johorensis) dengan melinjo
masuk ke dalam CDK Minas, Dinas Ke- (Gnetum gnemon).
hutanan Provinsi Riau.
Sedangkan Hutan Penelitian Carita D. Metode Penelitian
secara administratif pemerintahan terma- 1. Pendekatan masalah
suk Kecamatan Labuan, Kabupaten Pan-
deglang, Provinsi Banten. Secara admi- Untuk mengetahui laju aliran permu-
nistratif pengelolaan hutan lokasi peneli- kaan dan erosi di berbagai hutan tanaman
tian termasuk Bagian Hutan Gunung maka plot penelitian dibuat di berbagai

269
Vol. IV No. 3 : 267 - 276, 2007

Table (Table) 2. Topografi, jenis tanah, iklim, dan ketinggian di lokasi penelitian (Topography, soil types,
climate, and altitude of the research sites)
Tipe iklim/curah
Lokasi hujan per tahun Ketinggian/
Topografi (Climate type/rainfall
penelitian Jenis tanah m dpl
No. (Topography/
(Research (Soil types) per year) (Altitude/
slope)
location) (Schmidt & m asl.)
Ferguson, 1951)
1. Muara Dua- Datar-bergelom- Latosol, Podzo- A (2.757 mm) 45-75
Lampung bang (Flat- lik Merah Ku-
undulating) ning, Kambisol
(0-15o) (Latosol, Red
Yellow Podzolic,
Cambisol)
(LPT, 1973)
2. Pasir Awi-Bogor Bergelombang- Latosol abu-abu A (4.016 mm) 210-230
bergunung kekuningan
(Undulating- (Brown Yellowish
hilly) Latosol)
(LPT, 1973)
3. Sebanga, Beringin, Datar-bergelom- Podzolik Merah A (2.400 mm) 7-80
Melibu, Rasau Ku- bang (Flat- Kuning (Red
ning-Riau (Pratiwi undulating) Yellow Podzolic)
dan Mindawati, (LPT, 1973)
2005)
4. Carita-Banten Bergelombang- Alluvial kelabu A (3.959 mm) 100
bergunung (Grey alluvial)
(Undulating- (LPT, 1973)
hilly)

hutan tanaman. Sedangkan untuk menge- bonet agar air dalam petak dapat tertam-
tahui pengaruh upaya konservasi tanah pung dan tidak keluar. Di ujung bagian
dan air dibuat perlakuan konservasi tanah bawah/hilir petak dibuat bak penampung
dan air dengan teknik mulsa vertikal. aliran permukaan dan erosi yang dileng-
kapi dengan bak untuk menampung luap-
2. Perlakuan
an aliran permukaan dan sedimen dari
Percobaan dilakukan di lapangan de- bak penampung. Bak penampung ditutup
ngan membuat petak percobaan di ber- dengan seng untuk menghindari masuk-
bagai hutan tanaman yaitu: 1) lahan ter- nya air hujan. Ulangan dilakukan seba-
degradasi yang direhabilitasi dengan ke- nyak tiga kali.
miri (A. moluccana) dengan kombinasi Sedangkan untuk mengetahui penga-
tanaman jagung (Z. mays), 2) hutan ta- ruh konservasi tanah dan air melalui tek-
naman (K. anthoteca) umur dua tahun, 3) nik mulsa vertikal, maka dibuat plot-plot
hutan tanaman A. mangium rotasi I dan II dengan perlakuan mulsa vertikal. Cara-
umur lima, enam, tujuh, dan delapan ta- nya adalah dengan membuat saluran yang
hun, 4) hutan alam, serta 5) lahan ter- digali memotong lereng atau garis kontur
degradasi yang direhabilitasi dengan me- dengan lebar 30 cm sedalam 60 cm. Ta-
ranti (S. johorensis) dikombinasikan de- nah galian dibuat guludan di bagian hulu
ngan pete (P. speciosa) dan meranti (S. di sepanjang saluran. Sisa bahan organik
johorensis) dengan melinjo (G. gnemon), di sekitar saluran dimasukkan ke dalam
masing-masing berukuran 20 meter x 20 lubang/saluran yang telah dibuat. Jarak
meter. Setiap petak dibatasi dengan pem- antara saluran yang dibuat adalah sekitar
batas berupa gulud yang berasal dari sisa- enam meter. Ulangan dilakukan sebanyak
sisa kayu dan tanah yang ditutupi dengan tiga kali. Perlakuan ini dilakukan di plot

270
Laju Aliran Permukaan dan Erosi di Berbagai Hutan Tanaman...(Pratiwi)

yang dibuat di Muara Dua, Pasir Awi, Di Indonesia seperti halnya di daerah
dan Carita. Di Riau tidak dibuat perlaku- tropika lain, kegiatan pembukaan lahan
an ini karena tanaman telah berumur le- mempunyai resiko tinggi terhadap terja-
bih dari lima tahun sehingga tajuk tanam- dinya erosi dipercepat (Pratiwi dan Sudi-
an telah menutup permukaan tanah. man, 2000). Hal ini karena di negara tro-
pis, curah hujan cukup tinggi yang mem-
3. Jenis data yang dikumpulkan
punyai daya penghancuran tinggi terha-
Data yang dikumpulkan meliputi dap agregat tanah menjadi butir-butir par-
jumlah aliran permukaan dan jumlah se- tikel yang mudah hanyut. Akibatnya pen-
dimen. Pengukuran dilakukan setiap keja- cucian hara menjadi lebih intensif. Kon-
dian hari hujan dan dilakukan selama sa- disi ini akan semakin buruk, jika dila-
tu tahun. kukan di lahan-lahan dengan jenis tanah
4. Analisis data Podzolik Merah Kuning, karena jenis ta-
nah ini peka terhadap erosi dan mem-
Data aliran permukaan dan erosi di- punyai solum dangkal atau lapisan tanah
tabulasi secara sederhana. bagian atas (topsoil) tipis. Selain faktor
jenis tanah, jarak tanam juga sangat ber-
III. HASIL DAN PEMBAHASAN pengaruh terhadap terjadinya aliran per-
mukaan dan erosi. Semakin lebar jarak
Kegiatan pembangunan hutan tanam-
tanam, semakin tinggi resiko terjadinya
an seringkali mempunyai resiko terhadap
aliran permukaan dan erosi.
terjadinya aliran permukaan dan erosi.
Hal ini karena umumnya kegiatan pemba-
A. Jumlah Aliran Permukaan
ngunan hutan tanaman diawali dengan
kegiatan penyiapan lahan. Kegiatan pe- Jumlah aliran permukaan di lokasi pe-
nyiapan lahan tersebut meliputi pember- nelitian disajikan pada Tabel 3.
sihan lahan dan pengolahan tanah.

Tabel (Table) 3. Laju aliran permukaan di lokasi penelitian (Run off in the research site)
Aliran permukaan (mm/ha/th)
No. Lokasi (Location)
Run off (mm/ha/year)
1. Muara Dua
o Aleurites moluccana + Zea mays 2.261,84
o A. moluccana + Z. mays + Mulsa vertikal (Vertical mulch) 146,62
2. Pasir Awi
o Khaya anthoteca (2 tahun) (2 years) 876,20
o K. anthoteca + Mulsa vertikal (Vertical mulch) 325,38
3. Riau (Acacia mangium)
Rotasi I (First rotation)
5 tahun (5 years) 99,49
6 tahun (6 years) 79,90
7 tahun (7 years) 87,18
8 tahun (8 years) 100,98
Rotasi II (Second rotation)
5 tahun (5 years) 119,32
6 tahun (6 years) 111,20
7 tahun (7 years) 129,60
8 tahun (8 years) 100,62
Hutan alam (Natural forest) 881,16 m3
4. Carita
Shorea johorensis + Parkia speciosa 1.750,51
S. johorensis + P. speciosa+ Mulsa vertikal (Vertical mulch) 325,72
S. johorensis + Gnetum gnemon 2.450,38
S. johorensis + G. gnemon + Mulsa vertikal (Vertical mulch) 937,53

271
Vol. IV No. 3 : 267 - 276, 2007

Dari Tabel 3 terlihat bahwa aliran kelerengan yang sama dengan Carita, na-
permukaan tertinggi terjadi di hutan ta- mun jenis tanaman yang ada di Pasir Awi
naman S. johorensis yang dikombinasi- telah berumur dua tahun dan tajuk tanam-
kan dengan G. gnemon (2.450,38 mm/ha/ an lebih lebar dibandingkan di Carita dan
th)/Carita, yang diikuti oleh A. molucca- Muara Dua. Sedangkan di Riau tanaman
na yang dikombinasikan dengan Z. mays telah berumur di atas lima tahun dan ba-
(2.261,84 mm/ha/th)/Muara Dua, dan S. nyak dijumpai serasah di lantai hutan.
johorensis yang dikombinasikan dengan Dengan demikian penutupan tajuk tanam-
P. speciosa (1.750,51 mm/ha/th)/Carita. an sangat mempengaruhi besarnya aliran
Kedua lokasi tersebut merupakan lahan permukaan.
terdegradasi yang direhabilitasi dengan
jenis-jenis tersebut, sehingga tanaman B. Jumlah Erosi
masih berumur sangat muda (satu tahun). Hasil pengukuran erosi selama peng-
Perbedaan aliran permukaan ini, selain amatan disajikan pada Tabel 4.
faktor kelerengan, jenis yang ditanam sa- Dari hasil penelitian menunjukkan
ngat menentukan besarnya aliran permu- bahwa terdapat kecenderungan erosi ter-
kaan dan erosi. Carita mempunyai kele- tinggi terjadi di hutan tanaman A. moluc-
rengan bergelombang sampai bergunung, cana yang dikombinasikan dengan Z.
sedangkan Muara Dua memiliki kele- mays (18,56 ton/ha/th), yang diikuti oleh
rengan datar sampai bergelombang ri- S. johorensis yang dikombinasikan de-
ngan. Dengan demikian aliran permukaan ngan G. gnemon (5,6 ton/ha/th), dan S.
di Carita lebih tinggi dibandingkan di johorensis yang dikombinasikan dengan
Muara Dua. Jika dibandingkan dengan P. speciosa (5,1 ton/ha/th). Dari hasil ini
Pasir Awi, walaupun Pasir Awi memiliki

Tabel (Table) 4. Erosi di lokasi penelitian (Erosion rate in the research site)
Erosi (ton/ha/th)
No. Lokasi (Location)
Erosion (ton/ha/year)
1. Muara Dua
o Aleurites moluccana + Zea mays 18,57
o A. moluccana + Z. mays + Mulsa vertikal (Vertical 10,29
mulch)
2. Pasir Awi
o Khaya anthoteca (2 tahun) (2 years) 1,64
o K. anthoteca + Mulsa vertikal (Vertical mulch) 0,90
3. Riau (Acacia mangium)
Rotasi I (First rotation)
5 tahun (5 years) 0,28
6 tahun (6 years) 0,16
7 tahun (7 years) 0,18
8 tahun (8 years) 0,18
Rotasi II (Second rotation)
5 tahun (5 years) 0,38
6 tahun (6 years) 0,32
7 tahun (7 years) 0,26
8 tahun (8 years) 0,32
Hutan alam (Natural forest) 0,08
4. Carita
Shorea johorensis + Parkia speciosa 5,1
S. johorensis + P. speciosa+ Mulsa vertikal (Vertical 4,2
mulch)
S. johorensis + Gnetum gnemon 5,6
S. johorensis + G. gnemon + Mulsa vertikal (Vertical 2,4
mulch)

272
Laju Aliran Permukaan dan Erosi di Berbagai Hutan Tanaman...(Pratiwi)

ini terlihat bahwa walaupun aliran per- semakin banyak air yang tertahan oleh
mukaan tertinggi terjadi di tegakan S. tajuk tanaman, sehingga aliran permuka-
johorensis yang dikombinasikan dengan an dan erosi dapat dikurangi.
G. gnemon, namun erosi tertinggi terjadi Jika dibandingkan dengan hutan alam
di tegakan A. moluccana yang dikom- di Riau, maka aliran permukaan dan erosi
binasikan dengan Z. mays (Muara Dua). di hutan tanaman pada berbagai umur
Hal ini terjadi karena jenis tanah di da- terlihat relatif lebih tinggi. Hal ini karena
erah Muara Dua adalah asosiasi Latosol, di hutan alam, tajuk tanaman rapat se-
Podzolik Merah Kuning, dan Kambisol. hingga menutup permukaan tanah dan ju-
Sedang di Carita jenis tanahnya adalah ga adanya serasah serta kondisi ling-
Alluvial Kelabu. Jenis tanah Podzolik kungan di permukaan tanah yang relatif
Merah Kuning, Kambisol, dan Latosol tidak terganggu, maka proses aliran per-
merupakan jenis tanah yang peka terha- mukaan dan erosi lebih rendah (Pratiwi
dap erosi dibandingkan Alluvial Kelabu. dan Mindawati, 2005). Tumbuh-tumbuh-
Dengan demikian tanah yang terbawa an di dalam hutan selain merupakan sum-
aliran permukaan di Muara Dua lebih ba- ber bahan organik tanah, juga akan men-
nyak dibandingkan dengan tanah di Cari- dorong perkembangan biota tanah yang
ta. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor dapat memperbaiki sifat kimia dan fisik
yang mempengaruhi aliran permukaan tanah, dan juga akar tumbuhan akan
dan erosi, selain faktor kelerengan dan je- mempengaruhi sedemikian rupa sehingga
nis tanaman, juga jenis tanah. kapasitas infiltrasi meningkat, dan aliran
Dari hasil penelitian di atas, dapat di- permukaan dapat dikurangi (Kartasaputra
katakan bahwa aliran permukaan dan ero- et al., 2000). Sedangkan di hutan tanam-
si sangat ditentukan antara lain oleh kele- an, faktor yang menentukan erosi di
rengan, jenis tanah, dan jenis/umur ta- samping kelerengan dan jenis tanah, juga
naman. Semakin tinggi kelerengan, se- kerapatan tajuk dan cara-cara persiapan
makin tinggi aliran permukaan dan erosi. lahan yang dilakukan.
Jenis-jenis tanah yang peka terhadap ero-
si akan mempercepat sedimentasi. Jenis C. Beberapa Upaya Perbaikan
tanaman yang bertajuk lebar dan lebat Beberapa upaya dapat dilakukan un-
akan mengurangi aliran permukaan dan tuk menekan laju aliran permukaan dan
erosi. Di samping itu aliran permukaan erosi. Salah satunya adalah dengan me-
dan erosi akan menurun dengan bertam- nerapkan teknologi konservasi tanah dan
bahnya umur tegakan, seperti terlihat di air, melalui penerapan teknik mulsa ver-
plot hutan tanaman A. mangium (Riau). tikal.
Hal ini antara lain dikarenakan adanya Teknik mulsa vertikal merupakan sa-
serasah-serasah tanaman di atas permuka- lah satu teknik konservasi tanah dan air
an tanah dan diperkirakan dapat menahan dengan cara membuat saluran/alur yang
laju aliran permukaan (Pratiwi dan Min- dibuat memotong lereng, pada bidang ta-
dawati, 2005). Bertambahnya umur te- nah yang diusahakan. Ke dalam saluran
gakan akan menghasilkan kanopi tanam- tersebut diisi dengan serasah/limbah yang
an menjadi semakin rimbun dan menahan ada di sekitarnya (Pratiwi, 2005).
air hujan yang jatuh tidak langsung ke Jika dibandingkan antara plot tanpa
permukaan tanah sehingga mengakibat- perlakuan mulsa vertikal dan plot dengan
kan air hujan akan tertahan di dalam po- perlakuan mulsa vertikal, ternyata jumlah
hon tersebut. Air yang jatuh ke permuka- aliran permukaan dan erosi pada plot de-
an tanah akan tertahan oleh serasah yang ngan mulsa vertikal lebih rendah diban-
jatuh di atas permukaan tanah dan akan dingkan tanpa mulsa vertikal. Keadaan
menahan laju aliran permukaan dan juga ini terjadi, baik di Muara Dua, Pasir Awi
erosi. Semakin lebat tajuk tanaman maupun Carita (Tabel 3 dan Tabel 4).

273
Vol. IV No. 3 : 267 - 276, 2007

Hal ini karena adanya saluran tempat pe- V. KESIMPULAN DAN SARAN
numpukan mulsa menyebabkan air ter-
tampung dan menurun kecepatan aliran- A. Kesimpulan
nya sehingga laju infiltrasinya meningkat. Dari hasil penelitian ini dapat disim-
Peningkatan laju infiltrasi juga disebab- pulkan, bahwa:
kan permukaan resapan meningkat oleh 1. Kegiatan pembangunan hutan tanam-
karena dinding saluran juga merupakan an umumnya diarahkan di lahan-
tempat resapan. Di samping itu adanya lahan marginal dengan tingkat kesu-
guludan akan memberikan kesempatan buran tanah yang rendah. Sementara
aliran permukaan untuk meresap ke da- itu curah hujan yang cukup tinggi
lam tanah di sekitar saluran. Adanya akan meningkatkan laju aliran per-
mulsa vertikal dan guludan, juga meng- mukaan dan erosi.
akibatkan penyumbatan pori makro din- 2. Aliran permukaan tertinggi terjadi di
ding saluran oleh sedimen dapat diham- hutan tanaman Shorea johorensis
bat oleh sisa tanaman (mulsa) yang ada di Foxw. yang dikombinasikan dengan
saluran tersebut. Akibatnya air akan mu- Gnetum gnemon L. (2.450,38 mm/ha/
dah meresap ke dalam saluran. th) di Carita, yang diikuti oleh Aleu-
Di samping itu adanya mulsa ini, ke- rites moluccana Willd. yang dikombi-
ragaman biota tanah meningkat sehingga nasikan dengan Zea mays L.
aktivitas fauna yang memanfaatkan mul- (2.261,84 mm/ha/th) di Muara Dua
sa juga meningkat. Biota tanah tersebut dan Shorea johorensis Foxw. yang
akan memanfaatkan energi dan unsur ha-
dikombinasikan dengan Parkia spe-
ra di dalam mulsa vertikal tersebut dan ciosa Hassk. (1.750,51 mm/ha/th) di
akan menghasilkan senyawa-senyawa or-
Carita. Di Pasir Awi pada tanaman
ganik yang dapat memantapkan agregat
Khaya anthoteca C.DC. umur dua ta-
tanah di sekitar saluran (Parri, 1959 da-
hun, aliran permukaan berkisar antara
lam Brata, 1995). Dengan adanya salur-
325-876 mm/ha/th. Sedangkan di
an yang berisi bahan organik ini maka
Riau pada tanaman Acacia mangium
hasil dekomposisi bahan organik dapat
Willd. rotasi I umur lima, enam, tu-
dipertahankan. Meningkatnya aktivitas
juh, dan delapan tahun, aliran per-
biota tanah seperti cacing menyebabkan
mukaan berkisar antara 99-101 mm/
porositas tanah terutama di dalam saluran
ha/th. Pada rotasi II umur lima, enam,
meningkat, karena ada lubang-lubang ca-
tujuh, dan delapan tahun, besarnya
cing (biophore). Dengan demikian sifat
aliran permukaan adalah antara 100-
fisik tanah dapat diperbaiki. Dengan ada-
120 mm/ha/th. Besarnya erosi juga
nya mulsa maka akan meningkatkan ak-
menunjukkan perbedaan di masing-
tivitas mikroba tanah yaitu dalam proses
masing lokasi. Terdapat kecenderung-
penghancuran atau dekomposisi bahan
an erosi tertinggi terjadi di hutan
organik. Biomas segar yang telah ter-
tanaman Aleurites moluccana Willd.
dekomposisi tersebut merupakan media
yang dikombinasikan dengan Zea
bersifat spons yang dapat menyerap dan mays L. (18,57 ton/ha/th) (Muara
memegang massa air dalam jumlah besar,
Dua), yang diikuti oleh Shorea joho-
sehingga penyimpanan air dalam tanah
rensis Foxw. yang dikombinasikan
dapat berjalan lebih efisien. Akibatnya
dengan Gnetum gnemon L. (5,6 ton/
aliran permukaan dapat dikurangi. Perla-
ha/th) dan Shorea johorensis Foxw.
kuan mulsa vertikal cenderung menurun-
yang dikombinasikan dengan Parkia
kan jumlah erosi yang terjadi. Hal ini di-
speciosa Hassk. (5,1 ton/ha/th) (Cari-
sebabkan adanya saluran dan guludan yang
memotong lereng dapat menampung sedimen
ta). Pada tanaman Khaya anthoteca
hasil erosi dari lahan yang sudah ada C.DC. umur dua tahun erosi yang ter-
tanamannya. jadi berkisar antara 0,90-1,64 ton/ha/

274
Laju Aliran Permukaan dan Erosi di Berbagai Hutan Tanaman...(Pratiwi)

th (Pasir Awi) dan pada tanaman Badan Planologi Kehutanan dan Perke-
Acacia mangium Willd. rotasi I umur bunan. 2000. Statistik Kehutanan
lima, enam, tujuh, dan delapan tahun, dan Perkebunan Indonesia 1999/
erosi yang terjadi berkisar antara 2000. Badan Planologi Kehutan-
0,16-0,28 ton/ha/th. Sedangkan pada an dan Perkebunan. Departemen
rotasi II umur lima, enam, tujuh, dan Kehutanan dan Perkebunan, Ja-
delapan tahun, erosi yang terjadi ber- karta.
kisar antara 0,26-0,38 ton/ha/th dan di Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra,
hutan alam sebesar 0,08 ton/ha/th (Riau). dan M.M. Sutedjo. 2000. Tekno-
3. Besarnya aliran permukaan dan erosi logi Konservasi Tanah dan Air.
antara lain ditentukan oleh kelereng- Rineka Cipta, Jakarta. 194 p.
an, jenis tanah, penutupan vegetasi, LPT. 1973. Peta Tinjau Jawa dan Ma-
dan banyaknya serasah di lantai hu- dura. Lembaga Penelitian Tanah.
tan. Semakin tinggi lereng dengan je- Bogor.
nis tanah yang peka terhadap erosi, LPT. 1973. Peta Tinjau Daerah Lam-
semakin besar laju aliran permukaan pung. Lembaga Penelitian Tanah.
dan erosi. Penutupan vegetasi yang Bogor.
rapat mengakibatkan air hujan yang LPT. 1973. Peta Tinjau Daerah Sumatera.
jatuh tidak langsung ke permukaan ta- Lembaga Penelitian Tanah. Bogor.
nah sehingga mengakibatkan air akan Pratiwi dan A. Sudiman. 2000. Peman-
tertahan di dalam tajuk pohon ter- faatan Serasah Gulma dalam Me-
sebut. Di samping itu adanya serasah nunjang Pengembangan Hutan
akan mengakibatkan air yang jatuh ti- Tanaman. Prosiding Seminar Na-
dak langsung ke permukaan tanah te- sional Budidaya Pertanian Olah
tapi akan tertahan dalam serasah. Tanah Konservasi VII. F-OTK-
Akibatnya laju aliran permukaan dan HIGI. Peranan Budidaya Olah Ta-
juga erosi tanah dapat dikurangi. nah Konservasi Mendukung Keta-
hanan Pangan Nasional. Banjar-
B. Saran masin, 23-24 Agustus 2000. Him-
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka punan Ilmu Gulma Indonesia
disarankan agar dalam upaya rehabilitasi (HIGI) dan Balai Penelitian Ta-
hutan dan lahan terutama di lahan-lahan naman Pangan Lahan Rawa
terdegradasi, tindakan konservasi tanah Banjarbaru. Banjarbaru.
dan air sangat diperlukan terutama pada Pratiwi dan N. Mindawati. 2005. Laju
tiga tahun pertama. Teknik mulsa vertikal Aliran Permukaan, Tingkat Erosi
sangat disarankan dalam upaya konser- dan Kehilangan Unsur Hara pada
vasi tanah dan air, karena secara fisik, Berbagai Umur Tegakan Acacia
teknik ini terbukti dapat mengurangi laju mangium Willd. di Riau. Jurnal
aliran permukaan dan erosi dan pada gi- Penelitian Hutan dan Konservasi
lirannya akan meningkatkan fungsi eko- Alam II(3):251-257. Pusat Lit-
logis kawasan tersebut. bang Hutan dan Konservasi Alam,
Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Pratiwi. 2005. Aspek Konservasi Tanah
dan Air dalam Rehabilitasi Hutan
Brata, K.R. 1995. Peningkatan Efektivitas dan Lahan. Prosiding Ekspose Pe-
Mulsa Vertikal sebagai Tindakan
nerapan Hasil Litbang Hutan dan
Konservasi Tanah dan Air pada Per-
tanian Lahan Kering dengan Peman- Konservasi Alam. Palembang, 15
faatan Bantuan Cacing Tanah. Jurnal Desember 2004: 46-52. Pusat Lit-
Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 5(2): bang Hutan dan Konservasi Alam,
69-75. Bogor.

275
Vol. IV No. 3 : 267 - 276, 2007

Schmidt, F.H. and J.H.A. Ferguson. Guiena. Verhand. No. 42. Kemen-
1951. Rainfall Types Based on trian Perhubungan, Djawatan Me-
Wet and Dry Period Ratios for teorologi dan Geofisika, Jakarta.
Indonesia with Western New

276

You might also like