You are on page 1of 3

Analisis laporan keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pemakai laporan keuangan tersebut diantaranya adalah
investor, karyawan, kreditor, pemerintah, masyarakat, dll. Sementara itu, tugas akuntan adalah untuk
melindungi pemakai laporan keuangan dari kesalahan membaca informasi dalam akuntansi keuangan
yang disajikan.

Dalam praktiknya, perusahaan yang merupakan WP Badan harus menghitung penghasilan dengan dua
cara yang berbeda. Di satu sisi, akuntan perusahaan harus menyajikan laporan keuangan kepada
pemegang saham sesuai dengan PSAK. Sementara itu di sisi lain akuntan juga harus menyajikan laporan
keuangan kepada pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak, sesuai dengan ketentuan
perpajakan dalam sebuah Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan / SPT Tahunan PPh
Badan.

Karena antara PSAK dan ketentuan perpajakan banyak memiliki perbedaan, penentuan laba akuntansi
(Pretax financial income) dan penghasilan kena pajak atau laba fiskal (taxable income) juga seringkali
menghasilkan perbedaan. Agar laporan keuangan komersil (menurut PSAK) sama dengan laporan
keuangan fiskal, maka perlu dibuat rekonsiliasi fiskal.

Berikut saya sajikan ilustrasi penentuan Pajak Penghasilan perusahaan dengan dibuat rekonsiliasi fiskal,
sebagai berikut :
Seperti terlihat contoh di atas, terdapat tiga koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komersil PT. MMM
untuk tahun 2015, diantaranya koreksi terhadap akun Penyusutan Aset Tetap, akun Beban Lain-Lain, dan
akun Penghasilan Bunga. Berikut penjelasannya :

Pertama, PT. MMM dalam menyusun laporan keuangannya menerapkan metode penyusutan aset tetap
yang berbeda dengan metode penyusutan aset tetap sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku,
sehingga perlu dilakukan koreksi fiskal.

Kedua, sebagian pengeluaran dalam akun beban lain-lain tidak diakui dalam penentuan laba fiska karena
tidak didukung oleh bukti-bukti yang diterima menurut ketentuan fiskal atau tidak berhubungan
langsung dengan kegiatan usaha PT. MMM.

Ketiga, penghasilan bunga dikoreksi seluruhnya menurut ketentuan fiskal karena pengenaan PPh nya
bersifat final. Artinya PPh yang telah dipotong oleh bank sebagai pemberi penghasilan menurut
ketentuan fiskal tidak boleh dijadikan sebagai Uang Muka Pajak atau pun Beban Usaha dalam
penghitungan PPh Badan. Dengan demikian penghasilan bunganya pun harus dikeluarkan dari
penghitungan Penghasilan Kena Pajak.

Berdasarkan contoh di atas, secara komersial beban PPh yang diakui oleh PT. MMM pada tahun 2015
adalah sebesar Rp. 838.050.000,- sedangkan menurut fiskal Pajak terutang yang harus dilunasi sebesar
Rp. 708.988.000,-

Perbedaan pengakuan Pajak Penghasilan menurut standar akuntansi keuangan dan ketentuan
perpajakan di atas itulah yang menjadi fokus diterapkannya PSAK 46 tentang Akuntansi Pajak
Penghasilan.

Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 46

PSAK 46 bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan. Masalah utama dalam
perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi
pajak pada periode berjalan dan periode mendatang untuk hal berikut ini:

a. penyelesaian jumlah tercatat aset (liabilitas) masa depan yang diakui dalam laporan posisi keuangan;

b. transaksi dan kejadian lain pada periode kini yang diakui dalam laporan keuangan entitas.
Selain itu, PSAK 46 juga mengatur pengakuan aset pajak tangguhan yang timbul dari rugi pajak yang
belum dikompensasikan atau kredit pajak yang belum dimanfaatkan, penyajian pajak penghasilan dalam
laporan keuangan, dan pengungkapan informasi yang terkait dengan pajak penghasilan.

Nah itu teman-teman pengetahuan pendahuluan tentang Akuntansi Pajak Penghasilan yang perlu
teman-teman ketahui, selanjutnya saya akan sharing lanjutannya yang akan membahas tentang Prinsip
Dasar PSAK 46, Laba Akuntansi dan Laba Fiskal, Jurnal-jurnal dan Rekonsiliasi Fiskal.

penghasilan adalah beban terakhir yang dilaporkan setelah laba sebelum pajak. Beban pajak penghasilan
biasanya tidak sama dengan jumlah aktual yang dibayarkan dalam bentuk pajak (pembayaran tunai).
Beban pajak penghasilan ditentukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan sementara jumlah pajak
yang dibayar ditentukan oleh peraturan pajak pemerintah.

Korporasi adalah suatu gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama-sama sebagai
subjek hukum tersendiri sebagai suatu personifikasi. Korporasi adalah badan usaha yang keberadaannya
dan

status hukumnya disamakan dengan manusia (orang), tanpa melihat bentuk organisasinya. korporasi
membayar pajak atas nama mereka sendiri. Sedangkan perusahaan membayar pajak penghasilan
federal. Sebagian besar perusahaan membayar pajak federal dalam empat kali angsuran sepanjang
tahun. Artinya, perusahaan diwajibkan untuk memperkirakan pajak penghasilan federal untuk tahun
fiskal yang akan datang dan membayar perkiraan dalam empat angsuran sepanjang tahun.

Setiap pembayaran angsuran pajak penghasilan federal dicatat sebagai:

- Debit untuk Beban Pajak Penghasilan, dan

- Kredit untuk Kas

Pada akhir tahun fiskal, perusahaan akan menentukan pajak penghasilan sebenarnya didasarkan pada
laba atau rugi pada tahun itu dan menentukan apakah pajak penghasilan kurang bayar atau lebih bayar.

Pajak penghasilan kurang bayar : Jumlah pajak penghasilan yang dibayar sepanjang tahun fiskal kurang
dari kewajiban pajak yang sebenarnya. Dalam hal ini, perusahaan akan mendebit Beban Pajak
Penghasilan (untuk jumlah kurang bayar) dan kredit untuk Hutang Pajak Penghasilan.

Kelebihan pembayaran pajak penghasilan : Jumlah pajak penghasilan yang dibayarkan lebih dari
kewajiban pajak. Dalam hal ini, perusahaan akan mendebit Pajak penghasilan Dibayar di Muka dan kredit
untuk Beban Pajak Penghasilan.

You might also like