Professional Documents
Culture Documents
KUMPULAN MAKALAH
REVIEW BUKU
ULASAN TOKOH
Landasan Evaluasi Pembelajaran
Pembelajaran
1. Pendahuluan
Teori yang melandasi pendidikan tersebut pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu Teoriasosiasi yang
berorientasi induktif artinya bahwa bangunan ilmu dalam pengembangan pendidikan didasarkan atas unit-
unit pengetahuan, sikap dan keterampilan menjadi unit yang lebih universal dan general, aliran dalam teori
ini adalah aliran behaviorisme, atau lebih dikenal dengan aliran Stimulus-Respon (S-R) yaitu aliran yang
beranggapan bahwa pendidikan diarahkan pada terciptakanya perilaku-perilaku baru pada peserta didik
melalui stimus respon yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian yang kedua
adalah teori lapangan (Field Theory) yang justru berbeda dengan teori asisiasi, teori ini lebih mengarah
pada deduktif, artinya pengetahuan itu diperoleh dari sesuatu yang general dan holistik untuk menemukan
kebenaran-kebenaran dari unit-unit yang ada dalam pembelajaran tersebut. Teori ini memiliki dua aliran
Pada bahasan makalah ini, penulis hanya akan membicarakan tentang teori belajar menurut aliran psikologi
Berbeda dengan aliran psikologi behavioristik, Psikologi Kognitif merupakan cabang ilmu yang mempelajari
proses mental, bagaimana manusia berpikir, merasakan, mengingat, belajar dimana otak akan menjalankan
fungsi utamanya yang disebut dengan berpikir. Dalam hal ini otak adalah sistem fisik dalam bekerja pada
batas hukum alam dan kekuatan sebab akibat, bisa menampung sebanyak-banyaknya, apapun item yang
masuk kedalam memorinya secara simultan. Kemampuan membedakan hasil penginderaan, menghasilkan
kemampuan lebih tinggi, membentuk kategori konseptual. Sudarwan dan Khairil (2010) menyebutkan
bahwa psikologi kognitif akan berusaha untuk menggambarkan cara kerja pikiran dan membuat dunia lebih
baik dari yang seharusnya. Menurut teori kognitif belajar dan pembelajaran mengakui pentingnya faktor
individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor lingkungan dalam berintekrasi yang berjalan terus
Solso, dkk., (2008 : 2) menyatakan bahwa Psikologi kognitif adalah ilmu yang menyelidiki pola pikir
manusia. Psikologi kognitif membahas persepsi terhadap informasi (Anda membaca pertanyaan), membahas
pemahaman terhadap informasi (Anda memahami inti pertanyaan tersebut), membahas alur pikiran (Anda
menentukan apakah anda mengetahui jawabannya atau tidak), dan membahas formulasi dan produksi
jawaban Anda.Kemudian psikologi kognitif dapat pula dipandang sebagai studi terhadap proses-proses yang
melandasi dinamika mental.Sesungguhnya, psikologi kognitif meliputi segala hal yang kita lakukan.
Aliran kognitif mulai muncul pada tahun 60-an sebagai gejala ketidakpuasan terhadap konseps manusia
menurut behaviorisme dan psikoanalisa. Gerakan ini tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk yang
bereaksi secara pasif terhadap lingkungan, melainkan sebagai makhluk yang selalu berfikir (Homo Sapiens).
Paham kognitifisme ini tumbuh akibat pemikiran-pemikiran kaum rasionalisme yang menyatakan bahwa
manusia itu dapat berpikir lebih baik dari makhluk hidup lainnya.
Danim dan Khairil (2010 : 38) menyatakan bahwa Psikologi kognitif adalah cabang psikologi yang
mempelajari proses mental termasuk bagaimana orang berpikir, merasakan, mengingat, dan belajar.
Sebagai bagian bidang ilmu kognitif yang lebih besar, cabang psikologi ini berhubungan dengan disiplin ilmu
Winkel (2007 : 119) menyatakan bahwa Psikologi kognitif adalah salah satu cabang dari psikologi umum
dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental/psikis sejauh berkaitan dengan cara
manusia berpikir, seperti terwujud dalam memperoleh pengetahuan, mengolah aneka kesan yang masuk
melalui penginderaan, menghadapi masalah/problem untuk mencari penyelesaian, serta mengali dari
ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam menghadapi tuntutan hidup sehari-hari.
Winkel (2007 : 119) menyatakan bahwa Psikologi kognitif ini khusus mempelajari gejala-gejala mental yang
bersifat kognitif dan kait terkait dengan proses belajar mengajar di sekolah, terdapat hubungan yang erat
dengan psikologi belajar, psikologi pendidikan dan psikologi pengajaran. Pengetahuan dan pemahaman
tentang proses belajar tidak hanya menerangkan mengapa siswa berhasil dalam usahanya belajar, tetapi
juga membantu untuk mencegah terjadi penyimpangan dalam proses itu dan, sekali terjadi kesalahan
Saam (2010 : 59) menyatakan bahwa Teori kognitif menekankan bahwa peristiwa belajar merupakan
proses internal atau mental manusia. Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku manusia yang tampak
tidak bisa diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental yang lain seperti motivasi, sikap, minat,
dan kemauan.
Gredler dalam Uno (2006 : 10) menyatakan bahwa Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar
yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar
tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih erat dari itu, belajar
Dalyono (2007 : 34) bahwa Dalam teori belajar kognitif dinyatakan bahwa tingkah laku seseorang tidak
hanya dikontrol oleh “reward”dan “reinforcement”. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitifis.Menurut
pendapat mereka, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal
Berdasarkan penjelasan dari berbagai pendapat dari ahli-ahli di atas maka menurut saya teori belajar
menurut aliran psikologi-psikologi kognitif adalah suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar itu sendiri dan ini merupakan teori belajar yang melibatkan pola pikir siswa
Pada model belajar kognitif adalah suatu bentuk teori belajar yang sering disebut dengan model
perseptual.Belajar kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh pandangan serta
pemahamannya mengenai situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar mereka.Belajar adalah
perubahan pandangan dan pemahaman yang tidak selalu bisa terlihat sebagai perilaku yang terlihat.
Menurut perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa
behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam
hampir setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahiriah, seorang anak yang sedang belajar membaca dan
menulis, misalnya, tentu menggunakan perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk
mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku mengucapkan kata-kata dan
menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respons atas stimulus (rangsangan)
yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Ormrod (2009 :
270) menyatakan bahwa Psikologi kognitif adalah perspektif teoritis yang memfokuskan pada proses-proses
mental yang mendasari pembelajaran dan perilaku.Gredler menyatakan bahwa Teori belajar kognitif
merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri.
Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun
lebih erat dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Psikologi kognitif berfokus menggali sebagai spesifikasi dari otak manusia tersebut.Kognisi adalah suatu
perabot dalam benak manusia sebagai pusat penggerak berbagai aktivitas untuk mengenali lingkungan,
melihat berbagai masalah, menganalisa beragam masalah, mencari informasi baru, menarik kesimpulan.
Aliran kognitif adalah suatu proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan
pengetahuan, maka dengan itu sebuah perilaku yang tampak tidak dapat diukur, diamati tanpa melihat
proses mentalnya, seperti : (1) motivasi. (2) kesengajaan. (3) keyakinan dan sebagainya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa psikologi kognitif adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang proses mental yang
aktif untuk memperoleh informasi untuk akhirnya terjadinya perubahan tingkah laku. Berikut akan dibahas
Informasi itu disampaikan ke memori jangka pendek dan sistem penampungan memori kerja. Apabila
informasi di dalam kedua penampungan tersebut diulang-ulang atau disandikan, maka dapat dimasukkan ke
Kebanyakan, peristiwa lupa terjadi karena informasi di dalam memori jangka pendek tidak pernah ditransfer
ke memori jangka panjang. Tapi bisa juga terjadi karena seseorang kehilangan kemampuannya dalam
mengingat informasi yang telah ada di dalam memori jangka panjang. Bisa juga karena interferensi, yaitu
terjadi apabila informasi bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.
Belajar berarti mengkontruksikan makna atas informasi dari masukan yang masuk ke dalam otak.
Peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya
sendiri.
Peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan
prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak bisa
digunakan lagi.
Jean Piaget merupakan seorang psikologi pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme sedangkan
teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif. Gredler (2011:336-338) menjelaskan bahwa
piaget membagi proses belajar menjadi tiga tahapan yaitu: Tahap asimilasi maksudnya sebuah proses
penyatuan informasi yang baru ke struktur yang sudah ada dalam benak siswa. Misalnya: Tahap
akomodasi maksudnya proses penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru dan Tahap
equilibrasi adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dengan akomodasi. Selanjutnya,
Hergenhall dan Onson (200) berpendapat bahwa ada lima konsep utama dalam teori Piaget ini, yakni
intelegensi (ciri bawaan yang dinamis berupa tindakan cerdas yang membawa manusia secara optimal pada
kelangsungan hidup organisme), skemata (potensi untuk bergerak dengan cara tertentu atau untuk
berperilaku tertentu), asimilasi (pencocokan atau penyesuaian antara struktur kognitif dengan lingkungan
fisik) dan akomodasi (penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru), ekuilibrasi (penyeimbangan
lingkungan), daninteriorisasi (proses penurunan ketergantungan pada lingkungan fisik menuju tahap
kognitif).
Jean Piaget mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan
Awalnya pengalaman bersatu dengan dirinya. Pada tahap ini pengalaman yang diperolehnya melalui pada
perubahan fisik sebagai gerakan anggota tubuh dan sensori sebagai koordinasi alat-alat indera bersatu,
berarti dalam satu objek ada, apabila ada penglihatannya selanjutnya berusaha mencari objek asal
kemudian hilang dari pandangannya (berpindah/terlihat).Misalnyaanak mulai bisa berbicara meniru suara
kenderaan, suara kucing megeong dan sebagainya.pada usia 0 – 2 tahun gerakan tubuhlan yang
Istilah operasi maksudnya adalah berupa tindakan-tindakan yang kognitif dan tahapan ini disebut tahap
pengorganisasian operasi kongkrit seperti mengklasifikasikan sekelompok objek atau menata benda-benda
menurut aturan, urutan tertentu dan membilangkan. Pemikiran anak lebih banyak berdaarkan pengalaman
konkrit dibanding dengan pemikiran yang logis sehingga jika dia melihat objek yang kelihatan berbeda akan
mengatakan yang berbeda. Misalnya kelereng besar lima buah terletak diatas meja lalu dirubah letak
kelereng tersebut agak jauh maka ia mengatakan jumlah kelereng tersebut lebih banyak.
Pada tahap ini pada umumnya anak-anak sudah berada di bangku sekolah dasar akan dapat memahami
operasi logis melalui bantuan berupa benda-benda yang kongkrit, mampu mengklasifikasikan, mampu
memandang objek secara objektif dan berpikir reversible contoh : diberikan bola warna merah 10 buah,
kuning 5 buah, hijau 3 buah. Jika ditanyakan bola warna apa yang paling sedikit maka dia akan menjawab
Pada tahapan ini penalaran dalam struktur kognitifnya telah mampu menggunakan symbol, ide, abstraksi
dan generalisasi.Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas dan anak
sudah mampu mengadakan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak telah memiliki
kemampuan untuk melakukan operasi yang menyatakan hubungan diantara hubungan-hubungan dan
memahami konsep promosi. Missal: berikan gambar dua buah pohon, satu gambar pohon yang kecil/pendek
dan satu lagi pohon besar/tinggi suruh anak-anak tersebut untuk mengukur. Jadi berdasarkan hal ini
menurut Jean Piaget bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk
Sanjaya (2006) menyatakan, pengetahuan yang dikontruksi si anak sebagai subjek maka akan menjadi
pengetahuan yang sangat bermakna (berusaha sendiri untuk mencari jawaban), sedangkan pengetahuan
yang diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna, hanya
diingat sementara setelah itu lupa, apa kira-kira keterkaitan hal tersebut dengan proses belajar?
Berikut ini Elkind mengemukakan bahwa perlunya singkronisasi kurikulum dengan tingkat kemampuan fisik
dan kognitif serta kebutuhan social dan emosional siswa. Implikasi lain terkait dengan pernyataan Piaget
yang menekankan betapa strategisnya interaksi individu dan lingkungan, mengharuskan kurikulum peduli
pada pengembangan interactive learning siswa sesuai dengan tingkat kemampuan sianak. Slavin (1994)
menyimpulkan bahwa teori piaget memberikan arahan tentang krusialnya inisiatif diri yang relevan untuk
dibangun. Pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang bagi si pembelajar
Santrock (2008:61) menyatakan bahwa Teori Piaget dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan cara:
menekankan bahwa anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif dan mencari solusi
sendiri.
2. Fasilitasi mereka untuk belajar. Guru yang efektif harus merancang situasi yang membuat murid
3. Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pemikiran anak. Murid tidak datang ke sekolah dengan
kepala kosong. Mereka punya banyak gagasan tentang dunia fisik dan alam.
4. Gunakan penilaian terus-menerus. Makna yang disusun oleh individu tidak dapat diukur dengan tes
standar. Penilaian matematika dan bahasa (yang menilai kemajuan dan hasil akhir), pertemuan
individual di mana murid mendiskusikan strategi pemikiran mereka, dan penjelasan lisan dan tertulis
oleh murid tentang penalaran mereka dapat dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi kemajuan mereka.
intelektual murid berkembang secara alamiah. Anak tidak boleh didesak dan ditekan untuk berprestasi
6. Jadikan ruang kelas menjadi eksplorasi dan penemuan. Guru menekankan agar murid melakukan
eksplorasi dan menemukan kesimpulan sendiri. Guru lebih banyak mengamati minat murid dan
partisipasi alamiah dalam aktivitas mereka untuk menentukan pelajaran apa yang diberikan.
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa, sebab itu guru akan mengajar
2. Anak-anak belajar lebih baik bila dapat menghadapi lingkungan dengan baik, guru harus membantu
3. Bahan yang harus dipelajari anak, hendaknya dirasakan baru dan tidak asing.
5. Di dalam kelas anak-anak hendaknya, diberikan peluang saling berbicara dan berdiskusi dengan
teman-temannya.
Tiga prinsip utama pembelajaran yang dikemukakan Jean Piaget, antara lain:
1. Belajar aktif
Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Untuk
membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang
memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya: melakukan percobaan sendiri; memanipulasi symbol-simbol;
mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri; membandingkan penemuan sendiri dengan
penemuan temannya.
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara subyek belajar.
Menurut Piaget belajar bersama baik dengan teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa akan
membantu perkembangan kognitif mereka. Karena tanpa kebersamaan kognitif akan berkembang dengan
sifat egosentrisnya. Dan dengan kebersamaan khasanah kognitif anak akan semakin beragam. Hal ini
Dengan menggunakan pengalaman nyata maka perkembangan kognitif seseorang akan lebih baik daripada
hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Berbahasa sangat penting untuk berkomunikasi namun
jika tidak diikuti oleh penerapan dan pengalaman maka perkembangan kognitif seseorang akan cenderung
mengarah ke verbalisme.
Jadi jelaslah sudah bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Selama ini masih banyak yang menekankan belajar asosiatif atau belajar menghafal, ini tidak akan banyak
maknanya untuk siswa dan seharusnya belajar itu merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa, dimana
materi yang dipelajari diasimilasikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur
perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Ausubel mengembangkan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif didalam merancang pembelajaran
yang disebutkannya Advance Organizers. Penggunaan advance Organizers sebagai kerangka isi akan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru.Jika ditata dengan baik advance
organizers akan memudahkan siswa mempelajari pelajaran yang baru dan hubungannya dengan materi
yagn telah dipelajarannya. Para pakar teori kognitif mengembangkannya yang disebut dengan schemata
berfungsi dalam pengintegrasian unsur-unsur pengetahuan yang terpisah. Schemata memiliki fungsi ganda,
yaitu:
Schemata sebagai fungsi asimilatif “mengasimilasikan pengetahuan baru kedalam hirarki pengetahuan
secara progresif, lebih rinci dan spesifik dalam stuktur kognitif seseorang, oleh sebab itu diperlukan adanya
upaya untuk mengorganisasi isi materi pelajaran dan menata kondisi pembelajaran agar dapat dengan
mudah sebuah proses asimilasi. Mayer (dalam degeng, 1993) menggunakan pengurutan asimilatif dalam
inklusif menuju informasi yang khusus dan spesifik.Konsep dasar struktur kognitif ini menjadi dasar teoritik
dalam mengembangkan teori-reori pembelajaran. Degeng (1989) mengemukakan Konsep dasar ini secara
singkat, yaitu :
1. Hirarkhi belajar, yaitu dengan adanya bentuk prasyarat belajar akan mengharuskan adanya
pengetahuan tertentu yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum pengetahuan lain dapat dipelajari.
2. Analisis tugas, maksudnya keterkaitan bidang studi memungkinkan seseorang untuk mempelajari
4. Kurikulum spiral, adalah urutan pengajaran dimulai dengan mengajarkan isi pengajaran secara
umum kemudian secara berkala kembali mengajarkan isi yang sama dengan cakupan yang lebih rinci.
5. Teori skema, teori ini memandang bahwa proses belajar sebagai perolehan pengetahuan baru
6. Webteaching, yaitu pengetahuan baru yang akan dipelajari secara bertahap yang harus
pelajaran yang sudah ada. Pengorganisasian isi bidang studi dengan mengikuti urutan umum kepada
yang rinci, dimulai dari menampilkan struktur isi bidang studi yang dipelajari (epitome) kemudian
Agar tercipta belajar bermakna, maka bahan yang dipelajari harus bermakna: istilah yang mempunyai
makna, konsep-konsep yang bermakna, atau hubungan antara dua hal atau lebih yang mempunyai makna.
Selain itu, bahan pelajaran hendaknya dihubungkan dengan struktur kognitifnya secara substansial dan
dengan beraturan. Substansial berarti bahan yang dihubungkan sejenis atau sama substansinya dengan
yang ada pada struktur kognitif. Beraturan berarti mengikuti aturan yang sesuai dengan sifat bahan
Selaras dengan uraian tersebut, menurut Reilly dan Lewis, belajar memerlukan persyaratan tertentu, yaitu
(1) isi pembelajaran dipilih berdasarkan potensi yang bermakna dan diatur sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik serta tingkat pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya; dan (2)
diciptakan situasi belajar yang lebih bermakna. Dalam hal ini, faktor motivasi memegang peranan penting
karena peserta didik tidak akan mengasimilasikan isi pembelajaran yang diberikan atau yang diperoleh
apabila peserta didik tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana cara melakukan kegiatan
1. Siswa bukan orang dewasa mudah dalam proses pemikirannya, mereka mengalami perkembangan
2. Anak usia prasekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik terutama apabila
3. Keterlibatan siswa secara aktif sangat perlu untuk proses asimilasi, akomodasi pengetahuan dan
4. Untuk menarik minat, meningkatkan retensi belajar dengan mengkaitkan pengalaman dengan
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat apabila materi disusun menggunakan pola atau logika
7. Adanya perbedaan individual dalam diri siswa yang perlu diperhatikan seperti motivasi diri,
3. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, dan Dia berpendapat bahwa menghafal
berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan
informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dengan demikian bahwa
belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna.
Teori belajar Gagne menyatakan bahwa perkembangan sebagian besar bergantung pada peristiwa yang
disebut dengan belajar (Gredler, 2011). Menurut Gagne keterampilan, apresiasi dan penalaran manusia
dengan semua variasinya, juga harapan, aspirasi, sikap dan nilai-nilai manusia merupakan peristiwa belajar.
Tiga prinsip dari pembelajaran yang efektif menurut Gagne dalam tugas latihan adalah: 1) memberikan
pembelajaran mengenai seperangkat tugas-tugas komponen yang diarahkan untuk membangun tugas
akhir, 2) memastikan bahwa setiap tugas komponen dikuasai, dan 3) sekuensi tugas komponen untuk
memastikan transfer yang optimal ke tugas lain (Gredder, 2011). Proses kognitif dan pembelajaran menurut
Gagne adalah adanya transfer belajar, keterampilan cara belajar, dan pengajaran pemecahan masalah. Jadi,
implikasinya bagi belajar dan pembelajaran adalah menggunakan metode belajar problem solving, adanya
perbedaan individu mengharuskan guru memahami konsep perubahan individu dan pembelajarannya.
Menurut Jerome Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat
belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan
kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang
belajar.
Sebagaimana direkomendasikan Merril, bahwa jenjang belajar bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan
ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin
siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan
(1) Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
(2) Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta
mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan
(3) Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau
tidak.
Jerome Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat
ditransformasikan . Perlu ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu :
(4) Motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan curu untuk memotivasinya.
Dengan demikian Jerome Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif
dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun.
Teori belajar kognitif menurut Jerome Bruner dapat disimpulkan, bahwa dalam proses belajar terdapat tiga
tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa.
Jerome Bruner juga memandang belajar sebagai “instrumental conceptualisme” yang mengandung makna
adanya alam semesta sebagai realita, hanya dalam pikiran manusia. Oleh karena itu, pikiran manusia dapat
membangun gambaran mental yang sesuai dengan pikiran umum pada konsep yang bersifat khusus.
Semakin bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas seseorang memberikan
pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan
menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan mengetahui dan memahami
serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
Teori kognitif yang juga sering dijadikan acuan adalah teori Gestalt. Peletak dasar teori Gestalt adalah Merx
Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Menurut pandangan
hubungan antara bagian dan keseluruhan. Intinya, menurutnya tingkat kejelasan dan keberartian dari apa
yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada
Teori belajar Cognitive-field ini menaruh perhatian pada kepribadian dan pisikologi social.Belajar langsung
sebagai akibat dari perubahan dalam Struktur kognitif.Tingkah laku merupakan hasil interaksi antar
kekuatan baik dari diri individu. Kurt Lewin mengkaji perilaku social melalui pendekatan konsep ‘ medan’
atau ‘field atau ‘ruang kehidupan’ – like space. Kurt Lewin merumuskan perilaku sebagai B = f (P,E)
dimana B,P dan E, ini adalah Behavior (pelaku), Person (individu) dan Environment (lingkungan). Perilaku
yang tidak memperhitungkan situasi tidaklah lengkap. Bagi Kurt Levin pemahaman atas perilaku harus
selalu dikaitkan dengan konteks, intinya teori medan berupaya menguraikan bagaimana situasi yang ada
(field). Dalam psikologi eksistensi unsure tidak bisa terlepas dari satu sama lain, misalnya seseorang yang
agresif karena berada dalam lingkungan yang agesif. Ciri-ciri utama teori medan Lewin adalah :
1. Tingkah laku merupakan suatu fungsi dari medan yang ada ketika tingkah laku itu terjadi.
3. Orang yang kongkrit dalam situasi yang kongkrit dapat digambarkan secara matematis.
Teori ini muncul akibat dari keprihatinan kepada perubahan kehidupan masyarakat dengan problem social,
aliran pendidikan yang ada kurang dapat menjawab masalah-masalah social yang terjadi. Untuk itu perlu
pendekatan konstruktivisme Vygotsky yang berasumsi bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi
dengan lingkungan social dan fisik. Teori ini mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti
dari latar social budaya dan sejarahnya atau asal-usul tindakan sadarnya yang dilatari oleh sejarah
hidupnya.Anak-anak tersebut memperoleh pengetahuan atau keterampilan dari interaksi social sehari-hari
perkembangan kognitif seseorang ditentukan diri sendiri dan lingkungan social yang aktif.
Teori perkembangan Vygotsky adalah teori perkembangan biolosgs dan kultural historis (Gredler, 2010).
Selanjutnya teori perkembangan kognitif yang disampaikan oleh Vygotsky (Santrock, 2010) dalam tiga
teori, yaitu:
1. keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara
developmental;
2. kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai
3. kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural.
Menggunakan pendekatan developmental berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal
usulnya dan transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya. Tindakan mental tertentu, seperti
menggunakan “ucapan batin” (inner speech) tidak bisa dilihat dengan tepat secara tersendiri tetapi harus
dievaluasi sebagi satu langkah dalam proses perkembangan bertahap. Menurut teori yang kedua, untuk
memahami kognitif anak harus menggunakan media, yakni berupa bahasa.Bahasa digunakan untuk
membantu anak merancang aktivitas dan memecahkan masalah.Berikutnya, bahwa perkembangan kognitif
anak berasal dari sosial dan kultural.Perkembangan kognitif anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial
dan budaya.Vygotsky juga mengungkapkan ide Zone of Proximal Development.Hal ini menyatakan bahwa
perkembangan kognitif anak juga dipengaruhi oleh pengaruh sosial, terutama pengaruh instruksi atau
pengajaran.
Bila dibandingkan teori Piaget dan Vygotsky, maka jelas bahwa pandangan Vygotsy lebih memfokuskan
bahwa kognitif anak dipengaruhi oleh sosial dan budaya anak, sehingga penting sekali untuk memperbaiki
atau mengevaluasi faktor yang berkaitan dengan kontekstual dalam pembelajaran.Sementara Piaget
menyatakan bahwa kognitif anak trekait dengan bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian,
sensori, dan strategi.Vygotsky lebih menekankan pada inner speech, sementara Piaget
bersifat immature.Kedua ahli ini merupakan ahli konstruktivisme, yang menekankan bahwa anak secara
aktif mengkonstruksi atau menyusun pengetahuan dan pemahaman, bukan penerima pasif.Piaget
memfokuskan pada konstruktivisme kognitif, sementara Vygotsky lebih pada konstruktivisme sosial.
contoh pemecahan soal dan mengamati pakah anak dapat meniru contoh itu; b) memulai memecahkan soal
dan menyuruh anak untuk menyelesaikan solusi; c) meminta anak untuk bekerjasama engan anak yang
lebih maju dalam memecahkan soal itu; atau d) menjelaskan proses penyelesaian soal kepada anak,
mengajukan pertanyaan, menganalisis sosal untuk anak, dan sebagainya (Gredler, 2011). Bentuk-bentuk
Ormrod (2009 : 271) menyatakan bahwa Implikasi teori psikologi kognitif dalam proses pembelajaran
adalah:
1. Dorong siswa untuk berpikir tentang materi pelajaran dengan cara yang akan membantu mereka
mengingatnya. Contoh ketika mengenalkan konsep mamalia, minta siswa untuk memberikan banyak
contoh.
2. Bantu siswa mengindentifikasi hal-hal yang paling penting bagi mereka untuk dipelajari. Contoh
berikan pertanyaan kepada siswa yang harus mereka coba jawab sementara mereka membaca buku
teks mereka. Masukkan pertanyaan yang meminta mereka menerapkan apa yang mereka baca dalam
3. Berikan pengalaman yang akan membantu siswa memahami topik-topik yang mereka pelajari.
Ketika mempelajari The Scarlett Letter karya Nathaniel Hawthorne, bagilah siswa dalam kelompok-
kelompok kecil untuk membahas kemungkinan alasan Pendeta Arthur Dimmesdale menolak mengakui
4. Kaitkan ide-ide baru dengan hal-hal yang telah diketahui dan diyakini siswa tentang dunia. Contoh
Ketika mengenalkan kosa kata debut kepada siswa-siswa Meksiko-Amerika, kaitkan dengan quinceanera,
sebuah pesta “memperkenalkan kepada masyarakat (coming-out party)” yang dilakukan banyak
keluarga Meksiko-Amerika untuk anak-anak perempuan mereka yang menginjak usia 15 tahun.
5. Pertimbangkan kelebihan dan keterbatasan dalam kemampuan pemrosesan kognitif siswa pada
tingkat usia berbeda. Contoh Ketika mengajarkan anak-anak TK keterampilan hitung dasar, bantulah
rentang perhatian mereka yang pendek dengan memberikan penjelasan verbal yang singkat dan libatkan
6. Rencanakan kegiatan-kegiatan kelas yang membuat siswa secara aktif berpikir dan menggunakan
mata pelajaran di kelas. Contoh untuk membantu siswa memahami garis lintang dan garis bujur, minta
mereka menelusuri jalur sebuah angin topan dengan menggunakan koordinat garis lintang dan garis
DAFTAR BACAAN
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Danim, Sudarwan dan Khairil. 2010. Pengantar Kependidikan. Cetakan Pertama. Bandung : CV. Alfabeta.
Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi: Edisi Keenam. Alih Bahasa oleh Tri
Hergenhahn, B. R. Theories of Learning (Teori Belajar) dialih bahasakann oleh Tri Wibowo B. S. Jakarta:
Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Edisi
Solso, Robert L.,dkk. 2008. Psikologi Kognitif. Edisi Kedelapan. Alih Bahasa: Mikael Rahardanto dan
Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.