You are on page 1of 13

UPAYA PENANGGULANGAN TERJADINYA

TAWURAN ANTAR PELAJAR


(Studi Kasus Di Wilayah Kota Bandar Lampung)

(Jurnal)

Oleh

WAHYU NOVARIANTO
1212011381

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK

UPAYA PENANGGULANGAN
TERJADINYA TAWURAN ANTAR PELAJAR
(Studi Kasus Daerah Kota Bandar Lampung)

Oleh:

Wahyu Novarianto, Eko Raharjo, Rini Fathonah


Email: Wahyu.novarianto2012@gmail.com

Tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
sedang belajar. Pelaku tawuran antar pelajar kebanyakan dilakukan oleh anak-anak.
Data dari website pemerintah yaitu dari tahun 2014-2016 menunjukan bahwa anak
pelaku tawuran pada tahun 2014 sebanyak 46 kasus, dan pada tahun 2015 sebanyak
126 kasus serta tahun 2016 sebanyak 41 kasus. Permasalahan yaitu: bagaimanakah
upaya penanggulangan terjadinya tawuran antar pelajar dan apakah yang menjadi
faktor penghambat dalam menanggulangi tawuran antar pelajar. metode Penelitian
yang digunakan adalah Pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. sumber
dan jenis data penelitian ini adalah data primer yaitu dari studi lapangan dengan
wawancara dan data sekunder. hasil penelitian dan pembahasan maka upaya
penanggulangan terjadinya tawuran antar pelajar dilakuakan dengan
menggunakan sarana penal dan non penal. Penanggulangan sarana penal yaitu
dengan menindak pelaku tawuran sesuai dengan perbuatan perbuatan yang
dilakukan. upaya preventif yaitu tindakan tersebut berupa mengadakan penyuluhan
ke sekolah-sekolah yang rawan melakukan tawuran dan mendirikan pos keamanan
siswa. upaya represif yaitu penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat penegak
hukum. Saran penelitian ini adalah Pemerintah hendaknya berkoordinasi dan
bekerja sama dengan dinas sosial, pihak sekolah, masyarakat dan aparat penegak
hukum untuk menimimalisir terjadinya tawuran antar pelajar. kemudian aparat
penegak hukum khususnya kepolisian dalam melakukan pencegahan tawuran antar
pelajar lebih giat melakukan sosialisasi mencegah terjadinya tawuran dan
pemerintah perlu merumuskan aturan mengenai tawuran antar pelajar supaya
kedepanya aparat penegak hukum tidak melakukan tebang pilih dalam penanganan
tawuran antar pelajar.

Kata Kunci: Penanggulangan, tawuran, pelajar


ABSTRACT

THE EFFORTS TO OVERCOME THE OCCURRENCE OF BRAWL


AMONG STUDENTS
(Case Study of Bandar Lampung)

By:

Wahyu Novarianto, Eko Raharjo, Rini Fathonah


Email: Wahyu.novarianto2012@gmail.com

Student brawl is a fight made by a group of people who are studying. The brawl
among students is mostly done by children. Data from the government’s website,
from 2014-2016, showed that children on brawl in 2014 were 46 cases; in 2015
there were 126 cases, and 41 cases in 2016. The problems were: how the effort to
overcome the occurrence of brawl among students was and what the inhibiting
factor in tackling brawl between students was. The research methods used were
juridical normative and juridical empirical approaches. The source and type of
data in this research was primary data from field study with interview and
secondary data. The result of research and discussion about efforts to overcome the
occurrence of brawl among students was conducted by using penal and non penal
means. The tackling of penal means is to take action against the perpetrators of
brawl in accordance with the deeds done. The preventive efforts such as the act in
the form of counseling to schools prone to brawl and establish security posts
students. The repressive effort that is law enforcement done by law enforcement
apparatus. The suggestions of this research are the Government should coordinate
and cooperate with social office, school side, community and law enforcement
apparatus to minimize the occurrence of brawl among students. Then, law
enforcement officers especially the police in preventing brawl among students more
actively socialize to prevent the occurrence of brawl and the government needs to
formulate rules on brawl among students so that the law enforcement officers do
not do selective cutting in handling brawl among students.

Keywords: overcome, brawls, students


I. PENDAHULUAN pelajar merupakan salah satu
perbuatan anak yang dapat
Perkembangan zaman yang semakin dikategorikan sebagai kenakalan
pesat membuat diskriminasi dan remaja atau juvenile deliquency yang
rasialisme telah hilang dari muka dikemukakan oleh Alder. Tawuran
bumi, namun demikian muncul pelajar menurut Kamus Besar Bahas
diskriminasi dan rasialisme dalam Indonesia atau KBBI berasal dari
bentuk baru atau rasisme modern. kata“tawur” dan “pelajar”3.
Demikian juga dengan keadaan di
Indonesia, prasangka antar kelompok Beberapa faktor yang mempengaruhi
seringkali menimbulkan adanya terjadinya tawuran, terdapat faktor
konflik di tengah-tengah masyarakat. internal dan faktor eksternal,yaitu: 4
Konflik-konflik antar kelompok yang 1. Faktor internal
terjadi di Indonesia mulai dari skala Faktor internal mencangkup
kecil (tawuran antar pelajar atau realisasi frustasi negatif,
mahasiswa) sampai dengan skala gangguan pengamatan dan
yang besar (konflik antar etnis/ras)1. tanggapan pada diri remaja, dan
Pemahaman generasi penerus bangsa gagguan emosional/perasaan
terutama siswa dalam memahami pada dir remaja.tawuran pada
empat pilar kebangsaan sangatlah dasanya dapat terjadi karena
rendah. Namun akhir-akhir ini banyak tidak berhasilnya remaja untuk
pelajar yang terlibat tawuran dimana mengontril dirinya sendiri.
hal itu bertentangan dengan nilai– gangguan pengamatan dan
nilai 4 pilar kebangsaan namun tidak tanggapan pada diri remaja
dipungkiri karena para para pelajar antara lain : berupa
sedang menjajaki tahapan pencarian ilusi,halusinasi dan gambaran
jati diri. semu.

Pencarian jati diri remaja ini 2. Faktor ekternal


sebenarnya juga bertujuan untuk Selain faktor didalam (internal)
mendapatkan pengakuan akan yang dapat menyebabkan
keberadaannya. Sebagaimana yang tawuran juga ada beberapa faktor
dikatakan Abraham Maslow dalam kaluan war, yaitu: keluarga,
teori motivasinya menyebutkan lingkungan sekolah yang tidak
bahwa salah satu motivasi tindakan menguntungkan dan ligkungan
manusia adalah untuk memperoleh sekitar. Keluarga memang
pengakuan eksistensial dari peranan pentik dalam
sesamanya. Di sinilah titik penting
yang sering terlepas dari kesadaran
kritis orang dewasa dalam menyoroti
3
Tawuran pelajar berasal dari kata “tawur”
dan “pelajar”. Tawur adalah perkelahian
fenomena remaja yang statusnya beramai-ramai, perkelahian massal,
adalah sebagai pelajar.2 Tawuran perkelahian yang tiba-tiba terjadi antara
kedua pihak yang berselisih. Kamus Besar
1
Fauzan Heru Santoso.,& Moh.Abdul Hakim. Bahas Indonesia atau KBBI.
2012. “Deprivasi relatif dan prasangka antar 4
Nuri Aprilia & Herdina Indrijati
kelompok”. Volume. 39, No. 1, hlm. .2014.”Hubungan antara Kecerdasan Emosi
122.kelompok”. Volume. 39, No. 1, hlm. dengan Perilaku Tawuran pada Remaja Laki-
122. laki yang Pernah Terlibat Tawuran di SMK
2
Frank F. Goble, Madzab Ketiga Terjemahan, 'B' Jakarta”.Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Yogyakarta: Kanisius, 2000. hlm 39 Perkembangan .Vol. 3 No.01. hlm. 5.
membentuk karakter anak dan dan adu fisik dengan tangan
watak anak. Kondisi keluarga kosong,
sangat berdampak pada 2. masyarakat sekitar tempat
perkembangan seorang anak, terjadinya tawuran, contohnya
apabila hubungan dalam rusaknya rumah warga akibat pel
kekeluargaan baik akan ajar yang tawuran melempari
berdampak positif begitupun batu dan mengenai rumah warga.
sebaliknya, jika hubungan dalam 3. menggangu kenyamanan
kekeluargaan buruk maka akan pengendara jalan, karena tawuran
pula membawa dampak buruk banyak terjadi di pusat kota
terhadap perkembangan anak, dimana banyak aktivitas dari
misalnya rumah tangga yang warga masyarakat.
berantakan akan menyebabkan
anak mengalami ketidakpastian Pendekatan masalah yang digunakan
emosional, perlindungan dari dalam penelitian ini menggunakan
orangua, penolakan orang tua dan pendekatan yuridis normatif,
pengaruh buruk orang tua pendekatan yuridis empiris.Sumber
data yang digunakan dalam penelitian
Data website pemerintah yaitu dari ini adalah data primer dan data
tahun 2011-2016 menunjukan bahwa sekunder.Metode analisis data yang
anak pelaku tawuran pada tahun 2011 dipergunakan dalam penelitian ini
sebanyak 64 kasus, pada 2012 adalah kualitatif, dan prosedur
sebanyak 82 kasus, untuk tahun 2013 pengumpulan data dalam penulisan
sebanyak 71 kasus, Kemudian pada penelitian ini dengan cara studi
tahun 2014 sebanyak 46 kasus, dan kepustakaan dan lapangan.
pada tahun 2015 sebanyak 126 kasus
serta ditahun 2016 sebanyak 41 II. HASIL PENELITIAN DAN
kasus. 5 PEMBAHASAN

Data diatas adalah bukti dari efek A. Upaya Penanggulangan


buruk yang di timbulkan dari tawuran Terjadinya Tawuran Antar
tidak hanya merugikan sendiri bagi Pelajar (Studi Kasus Wilayah
pelaku ternyata tawuran dapat Hukum Kota Bandar
merugikan semua pihak , Dampak– Lampung)
dampak negatif akibat tawuran
diantaranya6 : Upaya penanggulangan kejahatan
1. kerugian fisik, pelajar yang ikut dibagi menjadi 2 (dua) yaitu dengan
tawuran seperti luka- luka baik jalur ” penal” (hukum pidana) dan
ringan maupun luka berat karena lewat jalur ”non penal” (bukan atau
lemparan benda tumpul atau batu diluar hukum pidana). Hal itu
sependapat dengan barda nawawi
arief yang mengemukakan bahwa
suatu bentuk hubungan antara
5
bankdata.kpai.go.id. diakses tanggal 04 kebijakan hukum pidana(penal
April 2017 pada pukul 14.00 WIB.
6
Septian Bayu Rismanto, “Model policy) dengan upaya penaggulangan
Penyelesaian Tawuran Pelajar Sebagai kejahatan, harus dilakukan dengan
Upaya Mencegah Terjadinya Degradasi menggunkan pendekatan integral dan
Moral Pelajar Studi Kasus Di Kota Blitar keseimbangan antara penal dan non
Jawatimur”, Vol.2, No.1, 2013,hlm. 9.
penal. Kebijakan penanggulangan Masalah dalam kebijakan kriminal
kejahatan atau polik kriminal dapat dengan menggunakan sarana penal
meliputi cakupan yang luas. 7Pendapat (hukum pidana) adalah masalah
barda nawawi arief ,bahwa kebijakan penentuan perbuatan apa yang
secara garis besar dapat seharusnya dijadikan tindak pidana
dikelompokan menjadi dua, yaitu; dan sanksi apa yang sebaiknya
kebijakan pidana dengan digunakan atau dikenakan kepada si
menggunakan sarana hukum pidana ( pelanggar.
penal policy) dan kebijakan pidana
dengan menggunakan sarana diluar a. Upaya represif
hukum pidana (nonpenal policy)
Upaya repesif merupakan upaya
Atas dasar sifat teori diatas, maka penanggulangan kejahatan yang lebih
dapat diketahui hasil penelitian terkait menitik beratkan pada sifat
terjadinya tawuran antar pelajar, penindasan,pemberantas, atau
kemudian hukum pidana yang ada penumpasan setelah terjadinya
dapat mengantisipasi kekosongan kejahatan. Upaya penindasan
hukum agar dapat memenuhi rasa diharapkan mampu memberikan efek
keadilan bagi masyarakat. jera terhadap pelaku tawuran agar
tidak mengulangi perbuatanya.
1. Kebijakan Penanggulangan
Tawuran Antar Pelajar Tawuran pelajar merupakan
Dengan Hukum Pidana (Penal perkelahian yang melibatkan
Policy). beberapa siswa yang mana
menggangu ketertiban umum bukan
Penanggulangan tawuran antar pelajar hanya itu selain menggangu
dengan menggunakan hukum ketertiban umum dapak dari tawuran
pidana(penal policy) yaitu dengan juga merugikan bagi pelaku dan
menerapkan hukuman pidana korbanya bahkan sampai
terhadap perbutan-perbuatan yang menghilangkan nyawa orang lain.
berkaitan dengan terjadinya tawuran Penegak hukum dalam hal ini
antar pelajar sesuai dengan memiliki peran yang cukup signifikan
perundang-undangan yang berlaku. dalam melaksanakan penegakan
Pada dasarnya KUHP belum hukum. Tindakan represif yang
mengatur ketentuan secara spesifikasi dilakukan oleh penegak hukum pada
mengenai kenakalan remaja yang dasarnya memberikan efek jera
berkaitan dengan tawuran antar kepada para pelaku tawuran tujuan
pelajar, akan tetapi tidak berarti nya agar para pelaku tidak lagi
bahwa KUHP tidak dapat di melakukan aksi tawuran kembali.
pergunakan sama sekali dalam
menghadapi tawuran yang dilakukan Adek Suci Pebrianto8menyatakan
oleh pelajar. kebijakan penal menitik bahwa dalam proses penegakan
beratkan pada sifat represif hukum dalm kasus tawuran ada
(penumpasan atau pemberantasan) beberapa hal yang harus dilihat
setelah suatu tindak pidana terjadi. karena tidak semua pelaku tawuran

7 8
Nawawi Arief, Barda. 2002. Kebijakan Hasil Wawancara Penulis di Polrestabes
Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya Bakti Bandar Lampung,pada tanggal 11 oktober
hlm.33. 2017.
menadapatkan hukum kurungan pelaku melakukan peneroyokan
penjara oleh karena itu ada klasifikasi akibat ada salah satu pelaku
Pasal yang di berikan bagi pelaku tawuran tidak sempat melarikan
tawuran, diantaranya; pelajar diri saat terjadinya tawuran disitu
Membawa senjata tajam saat tawuran, lah pengeroyokan terjadi,
Pembunuhan saat terjadi tawuran, sependapat dengan hal itu
Pengeroyokan saat terjadi tawuran Muzairin Daud10 menyatakan
dan penganiayaan saat terjadi tawuran kebanyakan para pelaku tawuran
Dapat penulis jabarkan sebagai awalnya hanya dianggap biasa
berikut ini: saja namun bila sudah ada
anggota kelompok pelajar yang
1) Pelajar Membawa senjata tajam terlibat tawuran terpisah dari
saat tawuran kelompoknya maka disitulah
Pelajar yang tertangkap tangan pengeroyokan terjadi, dalam hal
membawa senjata tajam saat ini tidakan represif kepolisian
melakukan aksi tawuran akan yaitu menunggu laporan dari
dikenakan beberapa undang- korban tawuran antar pelajar dan
undang yang berlaku sesuai pihaknya akan menindak sesuai
kejahatannya apabila pelaku nya dalam Pasal 170 KUHP .
tertangka tangan melakukan aksi
tawuran maka dikenakan Pasal 2 4) Penganiayaan saat terjadi
ayat (1) UU Drt. No. 12/1951 tawuran
tentang senjata tajam. Pasal 351 ayat (4) KUHP,
penganiayaan diartikan sebagai
2) Pembunuhan saat terjadi tawuran tindakan atau perbuatan yang
Kasus tawuran yang terjadi saat dilakukan dengan sengaja untuk
ini menurut Adek Suci Pebrianto9 merusak kesehatan orang lain.
bisa termasuk kedalam kejahatan Ketentuan Pasal 351 Kitab
extraordinary jika tawuran Undang-Undang Hukum Pidana
tesebut sampai menghilangkan (KUHP), dalam hal ini pelajar
nyawa orang lain namun dapat dikenai Pasal 351 ayat (4)
kebanyakan tindakan tawuran KUHP apabila saat melakukan
masih dalam batasan yangwajar, tawuran pelakunya sampai
dalam kasus tawuran pelajar melukai korbannya.
sampai melakukan tindakan yang
diluar batas kewajaran karena ada Adek Suci Pebrianto11 menyatakan
unsur-unsur balas dendam dari bahwa setelah pelaku dikenakan salah
pelaku tawuran tersebut.Pelaku satu Pasal diatas maka sesuai dengan
pembunuhan di dalam KUHP kesalahannya pelaku tawuran dijerat
dapat dijerat Pasal 338 KUHP. dengan Pasal tersebut namun karena
pelakunya masih tergolong kategori
3) Pengeroyokan saat terjadi anak maka udang-undang yang
tawuran
Tawuran biasanya dilakukan 10
Hasil Wawancara Penulis di Dinas Sosial
secara bersama-sama dimana Kota Bandar Lampung, pada tanggal 13
oktober 2017
9 11
Hasil Wawancara Penulis di Polrestabes Hasil Wawancara Penulis di Polrestabes
Bandar Lampung, pada tanggal 11 Oktober Bandar Lampung, pada tanggal 11 Oktober
2017. 2017.
dipakai adalah Undang-Undang a. memelihara keamanan dan
No.11 Tahun 2012 Sistem Peradilan ketertiban masyarakat;
Pidana Anak dimana hukuman yang b. menegakkan hukum; dan
dipakai adalah setengah dari hukuman c. memberikan perlindungan,
orang dewasa. Bila anak yang pengayoman, dan pelayanan
melakukan tindakan tawuran kepada masyarakat.
mendapat hukuman kurang dari 7
tahun dan bukan merupakan a. Upaya preventif (Pencegahan)
pengulangan besar kemungkinan
menerapkan upaya diversi yaitu Upaya preventif merupakan suatu
penyelesaian perkara diluar usaha untuk meningkatkan
persidangan. penyelenggaraan pemerintahan yang
sifatnya pencegahan terhadap
2. Kebijakan Penanggulangan berbagai penyimpangan dari
Tawuran Antar Pelajar ketentuan yang ada melalui
Dengan Sarana diluar Hukum impementasi peraturan perundang-
Pidana (Non Penal). undangan dan penyelenggaraan
proses pemerintahan yanga baik.
Penanggulangan pidana selain Bentuk kegiatan preventif dilakukan
menggunakan sarana penal juga perlu oleh polresta bandar lampung dalam
menggunakan sarana non penal mencegah terjadinya tawuran antar
pendekatan lingkungan sekolah, pelajar yaitu13 :
lingkungan keluarga, masyarakat dan
sosial lainnya. Pengenaan sarana Pihak Polresta Bandar Lampung
dengan nilai dapat dilakukan sebagai melakukan penyuluhan/sosialisasi
perwujudan dari reaksi masyarakat, baik di tingkat pedesaan, sekolah–
yaitu dengan cara pendekatan kerja sekolah dan universitas untuk
sama antara pemerintah dan mengatasi tawuran antar pelajar, hal
masyarakat dalam rangka ini juga bagian dari upaya preventif
mewujudkan sistem hukum yang yang dilakukan oleh pihak kepolian
baik, dan menumbuh kembangkan dimana uapaya preventif adalah suatu
peran serta masyarakat dalam tindakan pencegahan agar tidak
kegiatan pencegahan terhadap tindak terjadi hal-hal buruk yang tidak
pidana. 12 diinginkan, karena Tujuan Sosialisasi
diadakan sosialisasi menurut Adek
Berdasarkan Undang– Undang Suci Pebrianto14:
Nomor 02 Tahun 2002 Tentang 1. Memberikan pemahaman
Kepolisian Negara Republik kepada pelajar untuk dapat
Indonesia, polri mempunyai tugas dan hidup bermasyarakat.
wewenang sebagai dasar hukum 2. Mengembangkan
dalam menjaankan fungsi polri kemampuan pelajar dalam
,menurut Pasal 13 Undang–Undang
Nomor 2 Tahun 2002 yaitu :
13
Hasil Wawancara Penulis di Polrestabes
Bandar Lampung, pada tanggal 11 Oktober
12
Henny Nuraeny. Tindak Pidana 2017.
14
Perdagangan Orang: Kebijakan Hukum Hasil Wawancara Penulis di Polrestabes
Pidana dan Pencegahannya. Jakarta: Sinar Bandar Lampung,pada tanggal 11 Oktober
Grafika. hlm. 275. 2017.
berkomunikasi secara B. Faktor–Faktor Pennghambat
efektif. Penegahakan Hukum Pidana di
3. Mengembangkan fungsi- Indonesia Dalam Menangani
fungsi organik pelajar Tawuran Antar Pelajar (Studi
melalui introspeksi yang Kasus Wilayah Hukum Kota
tepat agar tindakan – Bandar Lampung)
tindakan yang dapat
merusak dapat dihindarkan. Pemasalahan ini dapat mendorong
4. Menanamkan nilai-nilai untuk mencari jawaban dan teori yang
dan kepercayaan kepada ada dalam penulisan skripsi ini adalah
pelajar yang mempunyai teori soerjono soekanto yang
rasa toleransi sehingga menjabarkan bahwa dalam penegakan
tawuran anter pelajar dapat hukum ada faktor- faktor yang
terhindarkan. mempengaruhi penegakan hukum :

Pihaknya juga melakukan koordinasi 1. Faktor Perundang-undangan


kepada para pihak yang terkait Undang-Undang menpunyai
sehingga dengan adanya hubungan peran yang penting dalam
kerjasama kepada lembaga– penegakan hukum dan
lembaga/pihak yang terkait berlakunya kaedah hukum
diharapkan tawuran antar pelajar dimasyarakat ditinjau dari kaedah
dapat diminimalisir.Pendapat yang hukum itu sendiri. Muzairin
berbeda disampaikan oleh Nikmah Daud17 menyatakan bahwa dalam
Rosidah15 menyatakan bahwa Sektor hal ini karena system perundang-
Pendidikanlah memiliki pengaruh undangan di Indonesia sudah
yang besar terdahap penanggulangan tidak efisien lagi,karena apabila
tawuran antar pelajar sejatinya nilai- belum ada suatu aturan yang
nilai kebaikan dan budi pengerti mengatur kewenangan setiap
diterapkan disekolah. Muzairin lembaga maka lembaga tersebut
16
Daud menyatakan bahwa tidak memiliki kewajiban, kasus
terjaminnya hubungan yang baik tawuran ini melibatkan berbagai
dalam keluarga, dibutuhkan peran pihak namun dalam peraturan
aktif orang tua untuk membina walikota. Dinas Sosial tidak
hubungan–hubungan yang serasi dan memilki kewenangan dalam
harmonis antara semua pihak dan pencegahan walaupaun tawuran
keluarga.dari awal timbulnya masalah termasuk dalam kenakalan
tidak akan menjadi masalah dan tidak remaja, karenanya beberapa hal
akan menyebabkan penderitaan bila perlu untuk dibenahi seperti :
mana ditangani seawal mungkin.
a. Tidak adanya Undang-
Undang yang mengatur
secara khusus tentang
tawuran antar pelajar
15
walaupun ada aturan yang
Hasil Wawancara Penulis di Fakultas
Hukum UNILA, pada tanggal 10 November
2017.
16 17
Hasil Wawancara Penulis di Dinas Sosial Hasil Wawancara Penulis di Dinas Sosial
Kota Bandar Lampung, pada tanggal 13 Kota Bandar Lampung, pada tanggal 13
oktober 2017. oktober 2017
bersifat umum yang dengan baik. Adek Suci
19
mengaturnya. Pebrianto menyatakan bahwa
b. Belum adanya aturan yang faktor penghambat pada penegak
secara komplek mengatur hukum dalam menangani pelaku
lembaga-lembaga yang tawuran pelajar yaitu, Minimnya
berwenang untuk menangani laporan masyarakat, Sulitnya
tawuran antar pelajar. mendapat bukti dan Minimnya
sarana dan prasarana. M.
Adek Suci Pebrianto18 Pajaitan20 nambahkan bahwa
menyatakan bahwa, dalam proses faktor penghambat pada penegak
penjatuhan bagi pelaku tawuran hukum dalam menangani tawuran
yang melakukan tindak pidana antar pelajar, yaitu Lingkungan
digunakan KUHP dan Pasal 2 Sekitar Sekolah, Kurang
ayat (1) Undang-undang Darurat displinnya aturan di Sekolah dan
Nomor 12 Tahun 1951 yang Kinerja Guru Bimbingan
mengatur tntang senjata tajam, Konseling
Pasal 170 KUHP mengenai
kekerasan dan Pasal 351 KUHP 3. Faktor Sarana atau Fasilitas
mengenai penganiayaan Kitab Sekolah merupakan salah satu
Undang-undang Hukum Pidana yang berperan pentig dalam
tidak mengenal proses pembentukan karakter
pertanggungjawaban kolektif siswa-sisawanya karena. Sarana
sanksi lebih tunjukan pada dan fasilitas yang memadai
individu. Menjatuhkan sanksi diperlukan demi mendukung
pada kelompok secara merata proses tersebut. Sarana dan
hampir sangat tidak mungkin, fasilitas tersebut antara lain
melihat sifat kolektif tawuran mencakup tenaga manusia yang
yang begitu rumit dan khas perlu berpendidikan dan terampil,
tindakan yang bersumber dari organisasi yang baik, peralatan
hukum pidana berupa sanksi yang memadai, keuangan yang
yang adil dan efektif. Undang- cukup. Tidak memadai sarana
undang sudah mengatur dan fasilitas juga turut
mengenai penyerahan dalam mendukung terhambatnya
Pasal 55 dan 56 KUHP. penegakan hukum terhadap
pelaku tawuran, sehingga tidak
2. Faktor Aparat penegak hukum menimbulkan efek jera pada
Polisi merupakan penegak pelaku. Menurut penulis, masih
hukum dalam tahap dalam tahap terbatsanya fasilitas keamanan
awal memeliki banyak menjadi salah satu mengapa
kekurangan seperti minimnya tawuran terjadi contohnya yaitu
kapasitas dan kemampuan polisi pemasangan alat perekam
terkait dengan pamahaman kasus (CCTV)
tawuran dalam hal ini adalah
tombak dari keberhasilan 19
Hasil Wawancara Penulis di Polrestabes
berlaku/berjalannya hukum Bandar Lampung,pada tanggal 11 Oktober
2017.
18 20
Hasil Wawancara Penulis di Dinas Sosial Hasil Wawancara Penulis di Sekolah SMK
Kota Bandar Lampung, pada tanggal 13 2 MEI Bandar Lampung, pada tanggal 13
oktober 2017. oktober 2017
manusia yang beralih dari masa
4. Faktor Masyarakat anak-anak ke masa dewasa
Tawuran umumnya dilakukan dimana saat masa itu tiba kondisi
dilingkungan sekolah,tempat emosional dan mentalnya masih
umum,dan pusat keramaian yang sulit untuk terkontrol kebanyakan
dampaknya menggangu aktifitas terjadinya tawuran timbul dari
masyarakat sekitarnya, dalam hal hal- hal yang sepele kemudian
ini masyarakat mempunyai peran menjadi besar salah satu contoh
yang besar dalam penegakan karena perbedaan suku antar
hukum pidana terhadap pelaku siswa saling ejek-ejekan yang
tawuran. Masyarakat dapat menganggap suku mereka dan
berperan aktif dalm mencegah budaya mereka paling baik dan
terjadinya tawuran. Berdasarkan siswa yang di ejek tersinggung
hal itu M. Panjaitan21 akhirnya timbul perkelahian
berpendapat bahwa masyarakat, bahwa tawuran antar pelajar.
keluarga, pihak sekolah harus Menurut adek suci, faktor
bekerja sama, dalam hal ini peran penghambat dari penegakan
keluarga sebagai awal pelajar hukum itu adalah dari pelajar itu
mendapatkan pendidikan, awal sendiri yang menjadikan tawuran
anak mendapatkan nilai-nilai sebagai tradisi
kebaikan,norma kesopanan,dan
kesusilaan.

III.PENUTUP
5. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan yang berkembang di A. Simpulan
Indonesia sangat beragam. Setiap
daerah terdiri dari suku bangsa Berdasarkan uraian yang telah
dengan bahasa dan adat istiadat dipaparkan pada hasil penelitian dan
yang berbeda dengan suku pembahasan, Upaya penanggulangan
bangsa didaerah lain. terjadinya tawuran pelajar dapat
Kemajemukan ini berpengaruh ditarik kesimpulan sebagai berikut :
terhadap usaha penegakan hukum 1. Upaya penanggulangan
di indonesia. Ketentuan yang terjadinya tawuran antar pelajar
diatur dalam suatu peraturan dilakukan dengan menggunakan
perundang-undangan dapat sarana penal dan non penal.
berlaku bagi suatu daerah tapi Penanggulangan sarana penal
belum tentu bisa dilaksanakan di yaitu dengan menindak pelaku
tawuran sesuai dengan perbuatan
daerah lain. 22M. Panjaitan23
yang dilakukan sesuai dengan
menyatakan bahwa pelajar adalah
peraturan perundang-undangan
serta melihat dari kasuistisnya,
21
Hasil Wawancara Penulis di Sekolah SMK dalam hal ini apabila sudah
2 MEI Bandar Lampung, pada tanggal 13 terjadi proses hukum dan masuk
oktober 2017 keranah pengadilan, hakim
22
Soerjono Soekanto. 1983. Pengantar dalam hal ini hakim anak harus
Penelitian Hukum. Jakarta: UII Press.hlm. 45.
23 melihat terlebih dahulu
Hasil Wawancara Penulis di Sekolah SMK
2 MEI Bandar Lampung, pada tanggal 13 kasuistisnya dan
oktober 2017 mempertimbangkan putusan
karena anak merupakan generasi hukum, masyarakat, dan
bangsa dan aset bangsa. kebudayaan. Faktor undang-
sedangkan penangualangan undang menjadi yang pertama
dengan menggunakan sarana non karena Pemerintah belum
penal dilakukan dengan tindakan mempuyai aturan khusus
pencegahan mengenai tawuran antar pelajar
a. Upaya preventif yaitu sehingga dalam proses pemberian
Tindakan berupa sanksi kepada para pelajar yang
mengadakan penyuluhan terlibat tawuran aparat penegak
kesekolah-sekolah yang hukum cenderung tebang pilih.
rawan melakukan tawuran, Kemudian faktor Masyarakat,
mendirikan Pos Keamanan Melemahnya ikatan sosial dengan
siswa dibentuk oleh pihak masyarakat, kebanyakan
sekolah dan masyarakat masyarakat memiliki sifat apatis
sekitar yang siap setiap saat terahadap tawuran sehingga
menangi tawuran antar terjadinya pemerosotan kontrol
pelajar karena masyarakat sosial. faktor Sarana dan
adalah garda terdepan dalam prasarana, Tidak memiliki alat
meminimalisir tawuran antar perekam yang modern
pelajar merupakan salah satu faktor
b. Tindakan represif yang pengahambat dalam menangani
dilakukan kepolisan yaitu atau menanggulangi tawuran
melakukan penangkapan antar pelajar.
bagi pelajar yang terlibat
tawuran dan memproses nya B. Saran
sesuai pedoman undang-
undang bagi sekolah yaitu Pemerintahan hendaknya
dengan cara memberikan berkoordinasi dan bekerja sama
aturan/sanksi yang tegas dengan dinas sosial, pihak sekolah,
kepada para pelajar bila masyarakat dan aparat penegak
perlu mengeluarkan dari hukum untuk menimimalisir
sekolah seperti yang terjadinya tawuran antar pelajar.
dilakukan oleh SMK 2 Mei kemudian aparat penegak hukum
bandar lampung. khususnya kepolisian dalam
melakukan pencegahan tawuran antar
2. Faktor-faktor yang menjadi pelajar lebih giat melakukan
penghambat upaya sosialisasi mencegah terjadinya
penanggulangan terjadinya tawuran dan pemerintah perlu
tawuran antar pelajar terdiri dari merumuskan aturan mengenai
5 (lima) faktor. beberapa faktor tawuran antar pelajar supaya
yang dominan diantaranya : kedepanya aparat penegak hukum
undang-undang, sarana dan tidak melakukan tebang pilih dalam
prasarana, aparat penegak penanganan tawuran antar pelajar.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Psikologi Pendidikan.
Volume. 39, No. 1.
BUKU

Dariyo, A, .2004. Psikologi


Perkembangan Remaja, Bogor:
Ghalia Indonesia.
UNDANG-UNDANG
Henny Nuraeny. 2011. Tindak
Pidana Perdagangan Orang: Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946
Kebijakan Hukum Pidana dan jo Undang-undang Nomor 73 Tahun
Pencegahannya. Jakarta: Sinar 1958 tentang Kitab Undang-Undang
Grafika. Hukum Pidana.

Nawawi Arief, Barda. 2002. Undang-undang Darurat Nomor 12


Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: Tahun 1951 tentang Kepemilikan
Citra Aditya Bakti. Senjata Tajam.

JURNAL Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981


tentang Kitab Undang-undang
Rismanto, Septian Bayu. 2013. Jurnal Hukum Acara Pidana (KUHAP);
: Model Penyelesaian
Tawuran Pelajar Sebagai Undang-undang Nomor 35 Tahun
Upaya Mencegah Terjadinya 2014 tentang Perlindungan Anak;
Degradasi Moral Pelajar Studi
Kasus Di Kota Blitar Jawa Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002
timur.Vol.2. No.1. tentang Kepolisian Negara Republik
Aprilia, Nuri., & Indrijati, Herdina. Indonesia;
2014.”Hubungan antara
Kecerdasan Emosi dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun
Perilaku Tawuran pada 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Remaja Laki-laki yang Pernah Anak.
Terlibat Tawuran di SMK 'B'
Jakarta”.Jurnal Psikologi WEBSITE
Pendidikan dan Perkembangan
.Vol. 3 No.01. www.bankdata.kpai.go.id
Santoso, Fauzan Heru., &2012.
“Deprivasi relatif dan No HP. 081210765072
prasangka antar kelompok”.

You might also like