Professional Documents
Culture Documents
Evaluasi cadangan batubara ini merupakan pekerjaan (tahap) lanjutan dari hasil
Pemodelan Sumberdaya Batubara. Pada tahapan ini mulai diterapkan (diidentifikasikan) batasan-
batasan teknis maupun ekonomis yang dapat menjadi pembatas dari model sumberdaya batubara
yang telah diterapkan (dimodelkan) sebelumnya. Selain itu, pada tahapan ini diharapkan telah
dapat dikuantifikasi jumlah batubara yang realistis dan layak yang dapat diperoleh melalui
penambangan dengan metoda & sistem penambangan yang dipilih sesuai dengan model
sumberdaya yang telah diketahui. Secara umum, aspek-aspek penting yang akan diuraikan &
dipelajari adalah sebagai berikut :
Penentuan & pemilihan pit potensial
Konsep nisbah kupas (stripping ratio)
Faktor-faktor pembatas dan losses
Metode-metode perhitungan cadangan batubara
Konsep optimasi jumlah cadangan tertambang.
Untuk ketebalan, penyebaran lapisan batubara, serta evaluasi cadangan, beberapa catatan khusus
yang perlu diperhatikan adalah :
- Suatu penentuan ketebalan batubara belum dapat dikatakan komplit (valid) jika :
a. Pengukuran tebal dilakukan pada singkapan dimana batuan disekitarnya memperlihatkan
gejala slumping,
b. Pengukuran tebal dilakukan pada suatu singkapan batubara yang lapuk (tidak segar),
c. Pengukuran tebal dilakukan pada titik bor yang tidak menembus dengan baik roof & floor
lapisan batubara,
d. Pengukuran tebal dilakukan pada daerah yang diketahui mengalami erosi bidang pada
roof/floor lapisan batubara,
e. Pengukuran tebal dilakukan dengan cara membuat channel pada suatu lapisan batubara, namun
diketahui lapisan tersebut telah mengalami perubahan letak (perpindahan) atau pada bongkah.
- Tingkat keyakinan geologi terhadap model sumberdaya yang dikonstruksi : a.Jarak antar titik
informasi,
b. Konsep dalam pengkorelasian batubara,
c. Tingkat ketelitian (detil) dalam mengidentifikasikan struktur geologi.
- Derajat kelayakan ekonomis suatu pembukaan tambang batubara dipengaruhi oleh :
ketebalan lapisan batubara & overburden,
rank dan kualitas batubara,
biaya (cost) penambangan,
perkiraan harga jual batubara,
serta perkiraan (target) keuntungan.
Langkah awal yang dilakukan untuk penentuan pit potensial ini adalah membuat
(mengkonstruksi) peta iso-overburden, yaitu dengan cara melakukan overlay antara peta struktur
roof (elevasi top) batubara dengan peta topografi (Gambar 2.1). Nilai kontur pada peta iso-
overburden merupakan refleksi dari ketebalan overburden. Peta iso-overburden secara umum
(gamblang) dapat menggambarkan (merefleksikan) kondisi sebaran batubara terhadap variasi
topografi pada areal tertentu.
Beberapa parameter ekonomi yang diperlukan untuk penentuan stripping ratio yang masih
ekonomis (Break Even Stripping Ratio), adalah :
II.1.3 Faktor-Faktor Pembatas Dalam Penentuan Cadangan Tertambang
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa tidak mungkin akan diperoleh cadangan
tertambang 100% dari cadangan insitu, dimana akan terjadi dilution sepanjang tahap
penambangan. Sebelum mulai menghitung suatu nilai cadangan tertambang, maka ada 2 (dua)
faktor utama yang harus dikuantifikasi, yaitu Faktor Pembatas Cadangan dan Faktor Losses.
a. Faktor-faktor pembatas suatu cadangan
- Minimum ketebalan lapisan batubara, hal ini berhubungan dengan teknik penambangan &
stripping ratio, maksimum ketebalan tanah penutup, hal ini berhubungan dengan nilai stripping
ratio.
- Maksimum stripping ratio, hal ini berhubungan dengan nilai atau tingkat kelayakan
penambangan.
- Maksimum kemiringan lapisan batubara, hal ini akan berhubungan dengan teknologi
penambangan dan nilai stripping ratio.
- Minimum (%) yield proses untuk mendapatkan batubara bersih, yaitu kalau diperkirakan akan
dilakukan proses pencucian.
- Maksimum kandungan abu, yaitu sesuai dengan standar pasar yang akan dimasuki.
- Maksimum kandungan sulfur, yaitu sesuai dengan standar pasar yang akan dimasuki.
- Batasan alamiah – geografis, yaitu berhubungan dengan batasanbatasan alam yang harus
diperhatikan, seperti adanya sungai besar, daerah konservasi alam, atau adanya jalan negara, atau
adanya suatu areal tertentu yang tidak mungkin dipindahkan.
- Batasan alamiah – geologi, yaitu berhubungan dengan batasanbatasan geologi, seperti adanya
sesar, intrusi, dll.
b. Faktor Losses
Yaitu faktor-faktor kehilangan cadangan akibat tingkat keyakinan
geologi maupun akibat teknis penambangan. Beberapa faktor losses
adalah :
- Geological Losses, yaitu faktor kehilangan akibat adanya variasi ketebalan, parting, maupun
pada saat pengkorelasian lapisan batubara.
- Mining Losses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis penambangan, seperti faktor alat, faktor
safety, dll.
- Processing Losses, yaitu faktor kehilangan (recovey/yield) akibat diterapkannya metoda
pencucian batubara atau kehilangan pada proses lanjut di Stockpile.
Faktor-faktor pembatas pada umumnya sudah cukup jelas. Dalam penerapannya, faktor-faktor
pembatas tersebut akan menjadi Pit Limit dalam panambangan. Sedangkan faktor-faktor losses
diterapkan pada saat proses perhitungan cadangan, dan dapat dikuantifikasi besar nilai losses
tersebut.
Berikut akan diuraikan contoh cara pengkuantifikasian faktor losses tersebut.
a. Geological Losses
- Biasanya untuk kemudahan, langsung diambil nilai umum yaitu 5 - 10%.
- Namun dapat juga dengan memperhatikan pola variasi ketebalan batubara, yaitu dengan
bantuan analisis statistik.
Parameter statistik yang dapat digunakan adalah :
- standard deviasi,
- koefisien variasi, atau standard error
b. Mining Losses
Secara umum, untuk metoda Strip Mining digunakan mining losses sebesar 10%,
sedangkan untuk tambang bawah tanah digunakan mining losses sebesar 40-50% yaitu (metoda
Long Wall mempunyai Recovery 60-70%, metoda Room & Pillar mempunyai Recovery 50-
60%), untuk auger mining digunakan mining losses sebesar 60-70% (atau Recovery 30-40%
sesuai dengan spesifikasi perlatannya). Untuk metoda Strip Mining (open pit), kadang-kadang
juga digunakan pendekatan ketebalan lapisan yang akan ditinggalkan, yaitu 10 cm pada roof &
10 cm pada floor. Jika ketebalan lapisan hanya 1 m, maka Mining Losses = 20%., sedangkan jika
ketebalan lapisan adalah 2 m maka Mining Losses = 10%., dan jika ketebalan lapisan adalah 5 m
maka Mining Losses = 4%. Processing Losses (yield), sangat tergantung pada hasil uji
ketercucian (washability test), dimana harga perolehan (yield) ditentukan dari hasil uji tersebut.
dimana A1 & A3 adalah luas penampang 1 & 3, A2 adalah luas penampang antara.
Metode USGS 1984
Data yang digunakan dalam penghitungan hanya berupa data singkapan, maka metode
yang digunakan untuk penghitungan sumber daya daerah penelitian adalah
metode Circular(USGS) (Gambar 2.6)
Gambar 2.6 Aturan Penghitungan Sumberdaya Batubara dengan Metode Circular (USGS)
(Wood et al., 1983)
Penghitungan sumber daya batubara menurut USGS dapat dihitung dengan rumus
Tonnase batubara = A x B x C, dimana:
A = bobot ketebalan rata-rata batubara dalam inci, feet, cm atau meter
B = berat batubara per stuan volume yang sesuai atau metric ton.
C = area batubara dalam acre atau hektar
Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam perhitungan sumber daya
batubara. Bila lapisan batubara memiliki kemiringan yang berbeda-beda, maka perhitungan
dilakukan secara terpisah.
1. Kemiringan 00 – 100
Perhitungan Tonase dilakukan langsung dengan menggunakan rumus Tonnase = ketebalan
batubara x berat jenis batubara x area batubara
2. Kemiringan 100 – 300
Untuk kemiringan 100 – 300, tonase batubara harus dibagi dengan nilai cosinus kemiringan
lapisan batubara.
3. Kemiringan > 300
Untuk kemiringan > 300, tonase batubara dikali dengan nilai cosinus kemiringan lapisan
batubara.
II. 2.3 Metode Mean Area
Metode ini memerlukan data primer berupa: data titik bor, data kualitas
batubara,overallslope, lebar mineflor, striping ratio, geogicall loose, mining recovery, processing
recovery. Sedangkan data sekunder berupa : peta topografi skala 1 : 4000, peta geologi daerah
penelitian skala 1 : 100000, geologi lokal. Metode mean area ini terdiri dari beberapa langkah
yang harus dilakukan, meliputi: pembuatan penampang log bor, penentuan kedudukan batubara,
pembuatan iso struktur top dan bottom batubara, pembuatan cropline, pembuatan peta kualitas
batubara (kalori, sulfur dan ash), perhitungan cadangan yang meliputi : pembuatan sayatan,
pembuatan penampang, perhitungan tonase serta striping ratio. Pembuatan garis sayatan dan
penampang sayatan menggunakan bantuan software autocad land development dimana jarak
tiap penampang 20 m. Perhitungan volume batubara danoverburden menggunakan metode mean
area, yaitu dengan mencari volume dari batubara, yang diperoleh dari rata-rata (mean) luas area
dikalikan dengan jarak penampang, selanjutnya didapatkan tonase dari batubara dengan
mengkalikan volume dengan berat jenis batubara, faktor geologi, mining recovery,
dan processeding recovery. Sehingga diperoleh nilai dari Striping ratio yaitu perbandingan antara
volume overburden dengan cadangan batubara.
Kriging yaitu suatu teknik perhitungan untuk estimasi atau simulasi dari suatu variabel
terregional (regionalized variable) yang memakai pendekatan bahwa data yang dianalisis
dianggap sebagai suatu realisasi dari suatu variabel acak (random variable), dan keseluruhan
variable acak dalam daerah yang dianalisis tersebut akan membentuk suatu fungsi acak dengan
menggunakan model struktural variogram atau kovariogram (Dr. Ir. Rukmana Nugraha Adhi,
1998).
Kriging adalah penaksiran geostatistik linier tak bias yang paling bagus untuk mengestimasi
kadar blok karena menghasilkan varians estimasi minimum ’ BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator). (Dr. Ir. Totok Darijanto, 2003). Kriging diambil dari nama seorang pakar geostatistik
dari Afrika Selatan yaitu D.G Krige yang telah banyak memikirkan hal tersebut sejak tahun
50an.
Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan sifat mineralisasi
yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari persamaan kriging tidak ada
hubungannya secara langsung dengan kadar conto yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini
hanya tergantung pada konfigurasi conto di sekitar blok serta model variogramnya.
Perhitungan dengan metoda kriging ini kadang-kadang terlalu kompleks untuk suatu komoditi
tertentu. Hal ini sangat bermanfaat jika dilakukan pada penentuan cadangan-cadangan yang
mineable dengan kadar-kadar di atas cut off grade.
Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan sifat mineralisasi
yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari persamaan kriging tidak ada
hubungannya secara langsung dengan kadar conto yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini
hanya tergantung pada konfigurasi conto di sekitar blok serta model variogramnya.