You are on page 1of 9

KEBIJAKAN PUBLIK INDONESIA DALAM UPAYA PBB DALAM

MENANGGULANGI STATUS NEGARA PALESTINA

AFISYAH MUTIARA MAHARANI

07041181621021

KEBIJAKAN PUBLIK

DR. NENGYANTI. M.HUM

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018/2019
 LATAR BELAKANG

Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan


oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu
dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan
kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan
tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai
tujuan yang dimaksud (Leo Agustino, 2008:7). Sedangkan menurut Wiliiam
N. Dunn (2003:132), Kebijakan Publik (Public Policy) adalah Pola
ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling
tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang
dibuat oleh badan atau kantor pemerintah. Kebijakan publik merupakan
arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor
atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan
(Winarno, 2002:16). Dalam praktiknya kebijakan publik baiknya harus
mengandung unsur-unsur sebagai berikut (Widodo, 2001:190):
 Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu.
 Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.
 Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, dan
bukan apa yang bermaksud akan dilakukan.
 Kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah mengenai
sesuatu masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pejabat
pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).
 Kebijakan publik (positif), selalu berdasarkan pada peraturan perundangan
tertentu yang bersifat memaksa (otoritatif).
PBB atau Perserikatan Bangsa Bangsa adalah sebuah organsisasi
internasional yang memiliki anggota yang tersebar hampir diseluruh
penjuru dunia. Lembaga ini dibentuk untuk memberikan fasilitas terkait
hukum internasional, lembaga ekonomi, perlindugan sosial, dan hukum
internasional. PBB didirikan di San Fransisco pada 24 Oktober 1945 setelah
dilakukannya Konferensi Dumbarton Oaks di Washington DC. Sidang
umum utama dilaksanakan pada 10 Januari 1946 di Church House, London.
Sidang tersebut diikuti oleh 51 negara anggota. Akan tetapi misi PBB untuk
menjaga perdamaian sulit untuk dicapai karena Perang Dingin antara Uni
Soviet dan Amerika Serikat. PBB memiliki berpartisipasi saat operasi
militer di Kongo dan Korea, dan menyetujui dalam pembentukan Israel
pada tahun 1947. Keanggotaan organisasi PBB berkembang dengan pesat
setelah periode dekolonisasi di tahun 1960, dan di tahun 1970 anggaran
program pembangunan dan perekonomani, sosial dan jauh di atas anggaran
untuk pemeliharaan perdamaian. Setelah berakhirnya Perang Dingin, PBB
meluncurkan misi militer, dan pemeliharaan perdamaian di berbagai
belahan dunia dengan hasil yang berbeda.
Konflik sering terjadi di wilayah atau negara yang bertetangga, banyak
hal yang dapat memicu terjadinya konflik salah satunya ialah perebutan
wilayah, konflik sengketa wilayah yang sampai saat ini belum meredah dan
masih terus berlanjut ialah perebutan wilayah antara palestina dan israel
dan masih berada di puncak ketegangan. Kedua negara tersebut pada
dasarnya telah terlibat konflik lebih dari 4 dekade lamanya. Baik Palestina
dan Israel sama-sama berusaha mempertahankan Kota Yerusalem.
Perebutan ini dilatarbelakangi tidak hanya masalah politis, tetapi juga
ekonomi dan budaya. Sebagaimana diketahui, Yerusalem merupakan 3 kota
dari agama suci yakni Islam, Kristen dan Yahudi. Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) merupakan organisasi internasional yang beranggotakan
negara-negara di kawasan dunia yang salah satu tujuannya memelihara
keamanan dan perdamaian dunia. Konflik antara negara Israel dan Palestina
menuntut keterlibatan PBB dalam proses perdamaian kedua negara tersebut.
Konflik Israel-Palestina telah menjadi konflik regional, perang Arab-
Israel telah beberapa kali terjadi, diantaranya perang tahun 1948, 1967, dan
1973 yang mengakibatkan seluruh wilayah Arab Palestina direbut oleh
Israel. PBB telah mengeluarkan resolusi-resolusi yang mengharuskan Israel
keluar dari daerah pendudukan, namun Israel tetap tidak meninggalkan
daerah pendudukan tersebut dan PBB tidak memberikan sanksi terhadap
Israel. Peranan PBB dalam upaya penyelesaian konflik Israel-Palestina
menarik untuk diteliti karena walaupun PBB telah melakukan upaya-upaya
untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina namun konflik tetap
berlangsung. Konflik Israel-palestina memang sudah berlangsung sejak
lama. Palestina sebagai penduduk asli merasa terganggu dengan datangnya
imigran yahudi yang berbondong-bondong dating ke tanah palestina.
Kemudian munculResolusi PBB yang membagi wilayah Palestina.Wilayah
dibagi menjadi tiga bagian yaitu wilayah Arab-Palestina, wilayah Israel,
dan Yerussalem yang dikelola dunia internasional. Pembagian tersebut
tidak disetujui oleh mayoritas penduduk Palestina karena wilayah Israel
pembagiannya lebih luas dibandingkan wilayah Palestina.Israel
mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara pada 14 Mei 1948 setelah
resolusi PBB. Upaya-upaya yang dilakukan PBB dalam menyelesaikan
konflik Israel-Palestina tahun 1947-1988 dengan mengeluarkan kebijakan-
kebijakan yaitu berupa resolusi-resolusi yang dikeluarkan oleh Majelis
Umum dan Dewan Keamanan serta dengan viii menyelenggarakan
Konferensi Internasional mengenai masalah Palestina dengan
mempertemukan pihak-pihak yang bertikai agar dapat menyelesaikan
konfliknya dengan jalan damai. Penyelesaian konflik antara Israel dengan
Palestina dipengaruhui oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
terdiri dari negara Israel dan Palestina yang merupakan negara-negara yang
terlibat konflik. Faktor eksternal terdiri dari PBB, Amerika Serikat, negara-
negara Arab dan negara-negara Eropa. Usaha-usaha yang dilakukan dalam
penyelesaian konflik antara Israel dengan Palestina ternyata tidak efektif.
Hal ini disebabkan tidak dipatuhinya kebijakan PBB oleh pihak-pihak yang
terlibat konflik, serta kurangnya dukungan dari negara-negara Arab dan
negara-negara Eropa.
Masalah Timur Tengah, khususnya konflik Palestina-Israel, tetap
mendapat perhatian khusus Indonesia, termasuk dalam forum multilateral.
Pada tanggal 29 November 2012, Negara Palestina resmi disahkan
sebagai non-member observer state PBB melalui resolusi Majelis Umum
PBB No. 67/19 (Indonesia sebagai co-sponsor). Hal ini memiliki implikasi
simbolis sekaligus strategis bagi Palestina, yaitu menunjukan pengakuan
dunia internasional atas statehood Palestina dan memberikan kesempatan
bagi Negara Palestina untuk berperan aktif dalam forum PBB, termasuk
memberikan dalam pemilihan tertentu. Lebih lanjut lagi pada tanggal 30
September 2015 telah diadakan upacara historik untuk penaikan bendera
Palestina di Markas Besar PBB di New York. Upacara tersebut dapat
dilakukan berkat dukungan mayoritas negara-negara anggota PBB melalui
resolusi Sidang Majelis Umum PBB (Indonesia juga menjadi co-sponsor).
Melalui Dewan Keamanan PBB, negara-negara juga berupaya untuk
mendorong proses perdamaian Palestina-Israel. Pada tanggal 30 Desember
2014 telah diadakan voting terhadap rancangan resolusi mengenai Palestina
yang disusun oleh Palestina dan diajukan oleh Yordania atas nama Liga
Arab. Kendati demikian, Dewan Keamanan PBB gagal mensahkan ranres
tersebut karena hanya memperoleh delapan suara mendukung, dua suara
menentang, dan lima suara abstain.
Saat ini upaya dunia internasional mendorong kedua pihak menuju two-
state solution kembali mengalami kendala berat, khususnya menyusul
agresi militer Israel ke wilayah Gaza pada bulan Juli 2014 dan peningkatan
kekerasan di Yerusalem pada akhir tahun 2015. Banyak hal yang sudah
dilakukan Negara Indonesia untuk turut serta dalam menciptakan
perdamaian di Palestina. Hal tersebut tercermin dari beberapa kebijakan
yang telah diambil oleh para Presiden Republik Indonesia pada masa
kepemimpinannya. Contohnya, pada masa Presiden Soekarno, Indonesia
aktif dalam forum KAA (Konferensi Asia Afrika) dan OKI (Organisasi
Konferensi Islam) untuk memimpin dalam upaya mendukung kemerdekaan
Palestina serta dengan tegas tidak mengakui eksistensi Israel di bumi
Palestina. Hal tersebut tercermin dengan munculnya kebijakan anti Israel
pada bulan Juni tahun 1952 dalam kantor berita Antara yang melaporkan
bahwa pemerintah Indonesia tidak berniat mengakui Israel karena
mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Sikap ter seb ut se mak in ter
liha t pada t a hun 1953 ket ika S ukar no mula i mengorganisir sebuah
konferensi negara-negara Asia-Afrika yang terselenggara di Bandung pada
1955 tanpa partisipasi Israel
Hal serupa juga dilakukan oleh Presiden Soeharto. Pada masa
kepemimpinannya, Presiden Soeharto juga menerima kunjungan pimpinan
PLO, Yasser Arafat terkait permintaan dukungan indonesia terhadap
pendirian negara Palestina, sehingga pada tahun 1990 hubungan diplomatik
Indonesia dengan Palestina mulai akrab ditandai dengan berdirinya
Kedutaan Besar Palestina di Jakarta. Selain itu, Menteri Luar Negeri
Indonesia Ali Alatas juga menyatakan tidak akan pernah mengakui Israel
sebagai negara selama Israel tidak menyelesaikan permasalahannya dengan
negara-negara di Timur Tengah. Walaupun hubungan diplomatik Indonesia
dengan Palestina mulai akrab, namun Presiden Soeharto pernah menerima
kunjungan tidak resmi Perdana Menteri Yitzhak Rabin di kediamannya
dengan tujuan meminta jasa baik Indonesia sebagai pemimpin Gerakan
Non-Blok untuk menjembatani konflik Israel- Palestina pada bulan Oktober
199211. Hal serupa juga dilakukan oleh Presiden Abdurrahman Wahid
dengan menjalin hubungan dagang dan mencoba untuk membuka hubungan
diplomatik dengan Israel. Namun, tekanan bottom-up dari opini publik dan
sosial menjadi pertimbangan sikap Indonesia selanjutnya terkait isu
hubungan diplomatik dengan Israel. Terdapat penentangan terhadap Israel
dari penduduk muslim Indonesia. Hal ini terkait dengan perjuangan
Palestina melawan Israel di mana muslim Indonesia merasa isu ini
merupakan perjuangan Islam melawan kekuatan Barat.
Itulah salah satu wujud kebijakan luar negeri Indonesia terhadap konflik
Israel-Palestina. Ada yang secara tegas mendukung kemerdekaan palestina
dan mengecam keberadaan Israel, adapula yang lunak dalam menaggapi
konflik Israel-Palestina, namun perlu diketahui bahwa dukungan tersebut
tidak terlepas dari misi yang diembannya sesuai dengan apa yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 serta penerapan politik luar negeri Indonesia
yang babas dan aktif.

 PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimana upaya PBB dalam menanggulangi status negara palestina ?
 KONSEP TEORI
Unit of analisis : Negara Bangsa
Unit of Explanasi :Sistem internasional
KONSEP KEKUASAAN

Konsep Kekuasaan dalam hubungan internasional dapat dideskripsikan


sebagai tingkat sumber daya, kapabilitas, dan pengaruh dalam persoalan-
persoalan internasional. Kekuasaan sering dibagi menjadi konsep-konsep
kekuasaan yang keras (hard power) dan kekuasaan yang lunak (soft power),
kekuasaan yang keras terutama berkaitan dengan kekuasaan yang bersifat
memaksa, seperti penggunaan kekuatan, dan kekuasaan yang lunak
biasanya mencakup ekonomi, diplomasi, dan pengaruh budaya. Namun,
tidak ada garis pembagi yang jelas di antara dua bentuk kekuasaan tersebut.
Dalam hal ini PBB membawa pengaruh besar terhadap status negara
palestina karena seperti kita ketahui bahwa PBB memiliki soft power
dengan negara-negara di dunia

Berikut beberapa pengertian kekuasaan menurut para ahli

1. Max Weber
Di dalam bukunya yaitu Wirtschaft und Gessellshaft pada tahun 1992,
bahwa pengertian dari kekuasaan ialah sebuah kemampuan didalam suatu
hubungan sosial didalam melaksanakan kemauan sendiri walaupun
mengalami sebuah perlawanan dan juga apapun dasar dari kemampuan
tersebut. kesimpulannya adalah sebuah keegoisan didalam suatu kelompok
meski begitu keegoisan itu mempunyai pertentangan, akan tetapi tidak
mampu melawan dikarenakan adanya sebuah kekuasaan tersebut.
2. Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan
Kekuasaan ialah suatu hubungan diantara seseorang ataupun sekelompok
orang yang bisa menentukan (Power is a relationship in which one person
or group is able) merupakan sebuah tindakan seseorang atau juga kelompok
yang lainnya ke suatu arah tujuan daripihak yang pertama (to determine the
action of another in the direction of the former’s own ends).
3. Barbara Goodwin (2003)
Kekuasaan ialah kemampuan (Force Is The Ability) agar dapat
mengakibatkan seseorang bertindak dengan cara dari yang bersangkutan,
serta tidak akan dipilih jika seandainya dia tidak dilibatkan (left to herself).
Atau dengan kata lain memaksa seseorang supaya melakukan sesuatu yang
bertentangan sesuai dengan kehendaknya.

TEORI REALISME
Salah satu perspektif dalam ilmu Hubungan Internasional yang mengalami
banyak perkembangan adalah Realisme. Perspektif realis banyak
membahas tentang perang dan keamanan yang berkaitan dengan militer dan
power. Realisme berkembang dan mendasar pada pemikiran bahwa man is
evil. Aktor dalam perspektif realisme adalah negara, sebagai satu individual
yang tidak akan bekerjasama dengan aktor lain tanpa ada maksud tertentu
(self-interested) dan akan selalu berusaha untuk memperkuat dirinya
sendiri. Berawal dari sejarah studi Hubungan Internasional yang muncul
antara Perang Dunia I dan II, realisme hadir sebagai arus utama pendekatan
hubungan internasional akibat ketidaksempurnaan pendekatan idealis.
Pandangan-pandangan yang menjadi fundasi aliran ini posisinya
berseberangan dengan pemikiran para penganut idealisme. Adapun
pandangan atau asumsi dasar dari prespektif realisme, antara lain: (1)
memandang secara pesimistis terhadap sifat dasar manusia yang cenderung
berbuat baik. Prespektif ini berkeyakinan bahwa manusia itu bersifat jahat,
berambisi untuk berkuasa, bereperang, dan tidak mau bekerjasama; (2)
bersikap skeptis terhadap kemajuan politik internasional dan politik
domestik; (3) meyakini bahwa hubungan internasional bersifat konfliktual
atau berpotensi menghasilkan konflik. Dan konflik-konflik internasional
yang terjadi hanya bisa diselesaikan dengan jalan perang; (4) menjunjung
tinggi nilai-nilai keamanan nasional dan eksistensi atau kelangsungan hidup
negara. Para pemikir realis juga menempatkan keamanan nasional sebagai
prioritas atau fokus utama dalam prespektif realisme.Dalam kacamata
realis, keamanan militer dan isu-isu strategis tergolong kepentingan utama
dan mengacu ke dalam kategori high politics.Sedangkan ekonomi dan isu-
isu sosial dilihat oleh kaum realis sebagai hal yang biasa, yang termasuk ke
dalam kategori low politics. Realisme juga memfokuskan analisisnya pada
power dan otonomi dalam interaksi internasional serta tentang tidak adanya
keharmonisan diantara negara-negara, sehingga konsep self-help di sini
menjadi penting. Dan kemampuan yang paling relevan, yaitu kemampuan
di bidang militer. Realis tidak menolak prinsip-prinsip moral, Hanya saja
dalam prakteknya, moralitas individual dikalahkan oleh kepentingan akan
kelangsungan hidup negara dan penduduknya dan tentu saja kepentingan
nasional itu sendiri Bagi kaum realis, negara merupakan aktor utama dalam
panggung internasional. Sebagai aktor utama, negara berkewajiban
mempertahankan kepentingan nasionalnya dalam kancah politik
internasional. Negara dalam konteks ini diasumsikan sebagai entitas yang
bersifat tunggal dan rasional.Maksudnya adalah dalam tataran negara,
perbedaan pandangan politis telah diselesaikan hingga menghasilkan satu
suara.Sedangkan negara dianggap rasional karena mampu
mengkalkulasikan bagaimana cara mencapai kepentingan agar mendapat
hasil maksimal. Seorang realis juga biasanya memusatkan perhatian pada
potensi konflik yang ada di antara aktor negara, dalam rangka
memperhatikan atau menjaga stabilitas internasional, mengantisipasi
kemungkinan kegagalan upaya penjagaan stabilitas, memperhitungkan
manfaat dari tindakan paksaan sebagai salah satu cara pemecahan terhadap
perselisihan, dan memberikan perlindungan terhadap tindakan pelanggaran
wilayah perbatasan. Oleh karena itu, power adalah konsep kunci dalam hal
ini. Dasar Normatif realisme adalah keamanan nasional dan kelangsungan
hidup negara: ini merupakan nilai-nilai yang menggerakkan doktrin kaum
realis dan kebijakan luar negeri kaum realis. Negara dipandang esensial
bagi kehidupan warganegaranya: tanpa negara yang menjamin alat-alat dan
kondisi-kondisi keamanan dan yang memajukan kesejahteraan, kehidupan
manusia dibatasi menjadi seperti, seperti yang tersurat dalam pernyataan
Thomas Hobbes yang terkenal terpencil, miskin, dan sangat tidak
menyenangkan, tidak berperikemanusiaan, dan singkat. dengan demikian
negara dipandang sebagai pelindung wilayahnya, penduduknya, dan cara
hidupnya yang khas dan berharga. Kepentingan nasional adalah wasit
terakhir dalam menentukan kebijakan luar negeri. Masyarakat dan moralitas
manusia dibatasi pada Negara dan tidak meluas pada hubungan
internasional yang merupakan arena politik dari kekacauan yang besar,
perselisihan, konflik antar Negara-negara yang berkekuatan besar
mendominasi pihak-pihak lain. Fakta bahwa semua negara harus mengejar
kepentingan nasionalnya sendiri berarti bahwa negara dan pemerintahan
lainnya tidak akan pernah dapat diharapkan sepenuhnya. Seluruh
kesepakatan internasional bersifat sementara dan kondisional atas dasar
keinginan negara-negara untuk mematuhinya.Semua negara harus siap
mengorbankan kewajiban internasionalnya yang berdasar pada
kepentingannya sendiri jika dua negara terlibat dalam konflik. Hal itu
menjadikan perjanjian-perjanjian dan semua persetujuan, konvensi,
kebiasaan, aturan dan hukum lainnya, antara negara-negara hanyalah
berupa pengaturan yang bijaksana yang dapat dan akan dikesampingkan
jika semua itu berseberangan dengan kepentingan negara. Tidak ada
kewajiban internasional dalam pengertian moral dari kata itu (yaitu terikat
kewajiban timbal balik) antara negara-negara merdeka.Seperti yang telah
disinggung sebelumnya, satu-satunya tanggung jawab mendasar warga
negara adalah meningkatkan dan mempertahankan kepentingan nasional.

 HIPOTESIS
Dari latar belakang masalah dan konsep teori yang ada, penulis membuat
hipotesis mengenai upaya PBB dalam mengatasi status negara palestina,
yaitu :
A. mengadakan pertemuan antara negara anggota PBB
B. mengadakan sidang antara kedua negara yaitu negara palestina dan israel
C. memberi “ akta kelahiran” negara dari PBB
D. memungkinkan untuk menjadikan negara palestina sebagai negara
pengamat non- anggota
DAFTAR PUSTAKA

https://medium.com/@indotesis/pengertian-bentuk-dan-tahapan-kebijakan-publik-
b4edd8aaf462

http://bekompas.blogspot.co.id/2012/04/konsep-konsep-dalam-hubungan.html

http://www.spengetahuan.com/2016/10/pengertian-kekuasaan-menurut-para-ahli-
terlengkap.html

https://news.okezone.com/read/2017/12/11/18/1828644/israel-dan-palestina-memanas-ini-4-
konflik-perebutan-wilayah-di-dunia

http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/22632

https://www.ilmudasar.com/2017/04/Pengertian-Sejarah-Fungsi-dan-Tujuan-PBB-
adalah.html

You might also like