Professional Documents
Culture Documents
Based on these findings, it should be emphasized how important it is to educate patients starting on this
class of glaucoma medications that the hyperemia, if it occurs, is usually mild and of short duration.
Given the effective IOP reduction associated with this class, patient management of the early
symptoms while maintaining the same medication may be the best approach.[15] Also of note is the
presence of preservatives in glaucoma medications. They can be a potential agent for erythema and
may be considered in the event of red eye.[16,17]
The alpha-adrenergic agents have been shown to have the highest incidence of true allergic reactions,
although that rate varies widely depending on study. The drug apraclonidine has a reported rate of
14%-48% depending on the concentration from 0.5 to 1%.[3,18] Brimonidine 0.2% has a reported rate
between 4.2-25.7% if both allergic conjunctivitis and contact dermatitis are included. As with defining
ocular allergy, the problem lies with the various interpretations of what comprises an allergic reaction.
For example, a study[19] looking at allergic reactions to brimonidine required only hyperemia and
follicular conjunctivitis for a diagnosis; pruritus, weeping, discharge, or discomfort were not necessary
for the diagnosis of allergic conjunctivitis. The use of such a broad definition may help explain why there
was such a high reported rate of allergic reactions at 25.7%.
In a pivotal study comparing the fixed combination 0.2% brimonidine/0.5% timolol given twice a day
with monotherapy with either timolol or brimonidine given 3 times a day, there was a noted significant
difference in treatment-related adverse events.[20] It was shown that there was a significantly lower rate
of hyperemia (22.8% to 14.5%) and allergic conjunctivitis (9.4% to 5.2%) in the fixed combination group
compared with the brimonidine one. This low rate of treatment-related adverse events in the
brimonidine/timolol group has been seen in Canada where the drug has been in use for over 3
1
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
years.[21,22] The lower level also appears to be sustained over time.[23] There have been several theories
put forward to try to explain this difference; the most persuasive is by Alvarado based on previous
research.[24,25] He has shown in a cell culture model that alpha-adrenergic agonists cause cells to shrink,
thereby opening intercellular spaces within the conjunctiva that would allow a path for pro-inflammatory
mediators, such as drugs, preservatives, airborne allergens, lipid secretion, and other potential toxic
agents, to reach the subconjunctival space. The addition of a beta-blocker has been shown to prevent
this cell shrinkage, thereby stabilizing the conjunctival epithelium as a barrier to the subconjunctival
space. Because it is in the subconjunctival space where the cellular and vascular response to
inflammation is developed, the maintenance of the natural barrier effect of the conjunctiva may explain
the statistically significant reduction in all components of allergy and inflammation comparing the fixed
combination of brimonidine/timolol vs brimonidine alone in the 1-year pivotal study by
Sherwood.[20] Indeed, there is speculation about the role that beta-blockers may play regarding the local
allergic effects of the other glaucoma drug classes. Interesting results have been seen in combining
beta-blockers with prostaglandins as fixed combination in Canada and Europe, where it has been
suggested that the beta-blocker effect may extend to minimizing the hyperemia effect of second-
generation prostaglandins such as travoprost and bimatoprost.[3,7,8,26-28]
DAFTAR ISI
2
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Obat A
Obat B
Catatan :
3
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Teman, ini hanya JSS. Mau gimana enaknya nulis jurnal tergantung bahasa teman masing2 ya.
Jangan kaku ke JSS aja. Oke.
Perhatian !!! Menurut pengalaman, bisa saja dalam soal bukan penyakit yang disebutkan tetapi
gejalanya ( sign and symptom) seperti demam,hidung tersumbat,sakit kepala,mual, dll. Jadi, teman2
harus bisa mengasumsikan penyakit disini.
PUSTAKA
Pustaka yang digunakan dalam UPP 2 ini diantaranya :
- Pharmacoterapy Dipiro, edisi 7 atau 8
- Applied Therapeutic, Koda Kimbell
- AHFS
- Drug Information Handbook (DIH)
- Guideline terbaru dari masing2 penyakit.
Utk buku semuanya ada di ebook ya, kecuali utk AHFS yang terbaru (2014) itu blm ada ebooknya,
tapi aku ada bukunya jadi nanti insyaAllah ada fotokopiannya.
I.1 . Penyakit 1
Penyakit 1 adalah ….
- Definisi penyakit
Mata kemerahan, juga dikenal sebagai konjungtivitis, merupakan salah satu gangguan atau
penyakit pada mata paling umum terjadi baik pada anak-anak maupun dewasa.Konjungtivitis
adalah peradangan konjungtiva, peradangan ini membuat pembuluh darah lebih terlihat dan
memberikan mata warna pink atau kemerahan (CDC, 2012).Konjungtiva adalah lapisan jaringan
yang melapisi bagian depan bola mata (bagian putih mata) dan bagian dalam kelopak mata, tetapi
tidak menutupi kornea. Konjungtiva membantu untuk melindungi mata dari gangguan seperti
asap, bakteri dan alergen di udara, serta efek merugikan dari sinar matahari dan angin. Mata juga
dilindungi oleh kelopak mata, air mata dan kornea (AER).Konjungtivitis adalah peradangan
konjungtiva pada mata, yang menjadi merah, bengkak dan menghasilkan sekret (kotoran pada
mata) dalam menanggapi gangguan tersebut.Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau
virus, alergi dan iritasi fisik atau kimia.Pengobatan tergantung pada identifikasi penyebab dan
keparahan kondisi.
- Klasifikasi penyakit (ditulis singkat aja nanti detailnya ditulis di bagian patofisiologi)
Klasifikasi penyakit menurut ICD-10 versi 2015 :
4
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
I.2 . Penyakit 2
Penyakit glaukoma adalah ….
- Definisi penyakit
Glaukoma adalah kelainan pada mata yang ditandai oleh neuropati optik glaukomatosa dan
hilangnya lapang pandang yang khas, dengan peningkatan tekanan intraokular (TIO) sebagai
salah satu faktor risiko utamanya. Glaukoma dapat menyebabkan kebutaan yang bersifat
ireversibel. (Santosa, 2012).
Glaukoma adalah kelainan pada mata yang dapat menyebabkan neuropati optik, dikarakterisasi
dengan adanya perubahan pada diskus optikus, yang berkaitan erat dengan hilangnya sensitivitas
penglihatan dan penurunan lapangan pandang. Peningkatan tekanan intraokular berperan penting
dalam patogenesis glaukoma (Dipiro2008 hal. 1551)
- Klasifikasi penyakit (ditulis singkat aja nanti detailnya ditulis di bagian patofisiologi)
Kode glaukoma berdasarkan ICD-10 adalah H40.0-H40.9.
Secara umum, glaukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka (glaukoma sudut
lebar) dan glaukoma sudut tertutup (glaukoma sudut lebar). Glaukoma sudut terbuka merupakan
kasus yang lebih banyak dibanding glaukoma sudut tertutup. pada glaukoma sudut terbuka,
dicirikan dengan adanya perubahan diskus optikus dan kehilangan lapangan padang, dengan atau
tanpa peningkatan tekanan intraokular. Glaukoma sudut terbuka dapat diklasifikasikan kembali
menjadi pretrabecular, trabecular dan posttrabecular.
Glaukoma sudut tertutup dicirikan dengan adanya blokade mekanik pada trabecular
meshwork sehingga dapat meningkatkan tekanan intraokular. Glaukoma sudut tertutup primer
dibedakan menjadi CAG(Closed-Angle Glaucoma) dengan pupil terblokir dan tanpa pupil
terblokir. Glaukoma sudut terbuka maupun sudut tertutup dapat disebabkan karena keturunan
(glaukoma primer), kongenital atau akibat penyakit, trauma, operasi, dan obat-obatan (glaukoma
sekunder). (dipiro 2008 hal. 1551).
5
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Keterangan bagan:
Glaukoma primer : glaukoma yang tidak disebabkan oleh penyakit lain ataupun
karena cacat ketika dilahirkan.
Glaukoma sekunder : glaukoma yang disebabkan oleh penyakit lain (contohnya
diabetes mellitus dan hipertensi), obat, atau trauma dan dapat mengarah pada
komplikasi yang serius.
Glaukoma kongenital : glaukoma yang terjadi sejak lahir, karena perkembangan
sistem drainase mata yang abnormal sebelum lahir. Terjadi karena keturunan
(inherited) atau karena perkembangan abnormal selama kehamilan.
Pupillary block : kondisi terjadinya hambatan aliran aqueous humor normal yang
berasal dari bilik posterior ke bilik anterior melalui pupil. (Salmon, J.R, 2008)
-
[Pustaka : dipiro edisi … halaman … dan/guideline WHO/Curent Medical Diagnosis & Treatment/
Applied Therapeutic (Koda Kimbell) atau buku/jurnal farmakoterapi terkait atau ICD(International
Clasification Desease- apps.who.int/clasifications/ICD10/browse/2010/n).]
II. EPIDEMIOLOGI
II.1. Epidemiologi Penyakit 1 (Konjungtivitis)
Penyebaran penyakit 1 di :
- Dunia
- Indonesia
Tingkat mortalitas (kematian) penyakit 1 :
Konjungtivitis dapat dijumpai di seluruh dunia, pada berbagai ras, usia, jenis kelamin dan
strata sosial. Walaupun tidak ada data yang akurat mengenai insidensi konjungtivitis, penyakit ini
diestimasi sebagai salah satu penyakit mata yang paling umum. (American Academy of
ophthalmology 2013: hlm. 5)
Di Negara maju seperti Amerika, telah diperhitungkan bahwa 6 juta penduduknya telah
terkena konjungtivitis akut (Udeh BL, Schneider JE, Ohsfeldt RL.2008. Cost effectiveness of a
point-ofcare test for adenoviral conjunctivitis. Am J Med Sci. 336(3):254–264) dan diketahui insiden
konjungtivitis bakteri sebesar 135 per 10.000 penderita, baik pada anak-anak maupun pada dewasa
dan juga lansia. (Smith AF, Waycaster C. 2009. Estimate of the direct and indirect annual cost of
bacterial conjunctivitis in the United States. BMC Ophthalmol. 9:13)
Pada 45% kunjungan di departemen penyakit mata di Amerika serikat, 30% adalah keluhan
konjungtivitis akibat bakteri dan virus, dan 15% adalah keluhan konjungtivitis alergi. Konjungtivitis
jugadiestimasi sebagai salah satu penyakit mata yang paling umum di Nigeria bagian timur, dengan
6
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
insidensi 32,9% dari 949 kunjungan di departemen mata Aba Metropolis, Nigeria, pada tahun 2004
hingga 2006.
Insidensi konjungtivitis di Indonesia saat ini menduduki tempat kedua (9,7%) dari10 penyakit
mata utama.Di Indonesia dari 135.749 kunjungan ke departemen mata, total kasus konjungtivitis dan
gangguan lain pada konjungtiva sebanyak 99.195 kasus dengan jumlah 46.380 kasus pada lakilaki
dan 52.815 kasus pada perempuan. Konjungtivitis termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan
terbanyak pada tahun 2009, tetapi belum ada data statistik mengenai jenis konjungtivitis yang paling
banyak yang akurat(Ditjen Yanmed, Kemkes RI, 2010). Sementara di Jambi, hanya didapat data
bahwa konjungtivitis merupakan 10 penyakit terbesar di Poliklinik Mata RSUD Raden Mattaher
Jambi Tahun 2011 dan menempati urutan ke tiga setelah kelainan refraksi dan katarak.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan global ke-2 terbesar setelah katarak. Pada tahun
2002, 37 juta penduduk dunia mengalami kebutaan dengan penyebab glaukoma 12,3%.Pada tahun
2020 (ditambahkan kata“diperkirakan” ga?)hampir 80 juta penduduk dunia mengalami glaukoma.
Kebutaan bilateral menyerang 8,4 juta penduduk dunia [ada tahun 2010 dan diperkirakan lebih dari
11 juta di tahun 2020, dengan mayoritas kasus adalah glaukoma sudut terbuka.(Epidemiology of
Glaucoma, 2009)
Pada tahun 2010, total pasien glaukoma sudut lebar diIndonesia dan negara Asia Tenggara
lainnya, menduduki urutan ke-8 dengan total pasien 1,4 juta, sedangkan kasus glaukoma sudut
tertutup tercatat 2,1 juta. Pada tahun 2020, total penderita glaukoma di Asia Tenggara diperkirakan
mencapai 6 juta pasien.(Br J Opthalmol 2006;90:262-267)
Prevalensi glaukoma di Indonesia tercatat dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, dengan
prevalensi nasional adalah 4,6%. (Riset Kesehatan Dasar 2007)
III. PATOLOGI
III.1. Patologi Penyakit 1 (Konjungtivitis)
III.1.a. Etiologi/Penyebab Penyakit 1
Penyebab Penyakit 1 adalah …
[dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/
Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal
farmakoterapi terkait]
7
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Konjungtivitis bakteri merupakan hasil infeksi dari bakteri patogen pada jaringan
konjungtiva. Infeksi tersebut menghasilkan reaksi inflamasi dengan berbagai tingkat
keparahan dan manifestasi klinis.(Ocular Therapeutic Handbook. Hal 169)
Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan
kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang
berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva.
Kedua infeksi bakterial memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau
limfositik meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih
ini mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara
mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas.3
8
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi
konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan
sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang
merangsang lakrimasi.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor
lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus
menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata
ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim.
Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema
epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat
edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan
folikel). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel
– sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh –
pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemia yang tampak paling nyata pada
forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan
pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi
tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika pasieh
mengalami keluhan nyeri pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.
(American optometric association, 2010)
[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/
Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal
farmakoterapi terkait]
9
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
memiliki anterior chamber yang dangkal (sudut antara kornea dan iris sempit atau iris dan
lensa saling menempel/pupillary block. CAG juga dapat terjadi pada kondisi plateau iris (iris
lekuk ke bagian depan sehingga trabecular meshwork tertutup).
[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/
Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal
farmakoterapi terkait]
10
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
11
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Agonis α Adrenergik
Agonis α adrenergik mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah di mata sehingga
meningkat tekanan intraocular dan meningkatkan resiko terjadinya glaukoma.
Jika konjungtivis muncul bertahap dan dan tidak sembuh selama lebih dari sebulan
kemungkinan pasien alergi terhadap obat glaukoma.
12
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Warna merah muda atau merah di bagian sklera mata (seringkali terjadi pada salah satu
mata untuk bakteri dan pada kedua mata untuk virus atau alergi konjungtivitis)
Pembengkakan konjungtiva (lapisan tipis yang melapisi bagian sklera mata dan bagian
dalam kelopak mata) dan/ atau kelopak mata
peningkatan keluarnya air mata
Keluarnya nanah, terutama kuning-hijau (lebih umum pada konjungtivitis bakteri)
Tanda dan gejala yang membedakan konjungtivitis karena bakteri, virus, dan alergi yaitu
Jika konjungtivitis terjadi disebabkan oleh bakteri, mungkin ditemukan pengerasan kulit
pada kelopak mata dan mengeluarkan sekret berwarna kuning atau kehijauan. Infeksi ini
dapat menyebar pada kedua mata.
Konjungtivitis yang terjadi karena virus, ditandai dengan kelopak mata berkerak dan air
mata dikeluarkan dalam konsistensi yang lebih kental. Infeksi ini juga dapat menyebar ke
mata yang lain.
Jika alergi yang menyebabkan konjungtivitis, akan ditemukan gejala yaitu mata gatal,
merah dan air mata yang keluar kental. Jika berada pada lingkungan yang pengap,
kemungkinan terjadi hidung meler atau gatal
(CDC, 2012)
13
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
IV.1. c. Data Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang Dalam Penegakan Diagnosa Penyakit
konjungtivitis
14
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
(Chisholm-burns:2008)
Diagnosis dari penyakit ini adalah dengan melihat dari manifestasi klinis. Selain itu juga dapat
dilihat dari pemeriksaan sitologi, pemeriksaan gram dan kultur bakteri untuk mengetahui jenis bakteri
penginfeksi dan sensitivitas antibiotik terhadap bakteri tersebut. (ocular therapeutic handbook, hal 172-173)
Pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru dimana akan terlihat diplococcus di dalam sel
leukosit. Dengan pewarnaan gram akan terdapat sel intraselular atau ekstraselular dengan sifat gram
negatif.Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat. Pengobatan segera dimulai bila
terlihat pada pewarnaan gram positif diplococcus batang intraselular dan sangat dicurigai konjungtivitis
gonore. (IPM hal 128)
Konjungtivitis bakteri akut didiagnosis dengan melihat sejarah pasien dan evaluasi organ mata
meliputi pemeriksaan eksternal, slit-lamp biomicroscopy, dan pengukuran visual acuity. Pemeriksaan
tambahan lainnya antara lain tes kultur, pewarnaan gram, imunoassay, biopsi konjungtiva. (DUR Capsules)
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan
menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis yang penting pada pasien konjungtivitis
adanya riwayat kontak dengan penderita yang sama, riwayat alergi, riwayat hiegienitas, dan riwayat kontak
dengan bahan iritan.
Disamping itu juga perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
Ketajaman penglihatan
Pemeriksaan slit lamp
Pewarnaan sekret mata dengan Giemsa dan Metylen Blue untuk mengetahui penyebabnya
bakteri atau virus dan pemberian KOH untuk yang dicurigai disebabkan jamur
Kultur kerokan konjungtiva
15
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
- .....................
- ......................
Penyakit konjungtivitis yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1. glaukoma
2. katarak
3. ablasi retina
4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari
blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila
sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat
mengganggu penglihatan, lama-kelamaan orang bisa menjadi buta
7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan
16
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Glaukoma sudut terbuka (OAGopen-angle glaucoma): Tidak ada gejala sampai terjadi
kehilangan lapang pandang
Glaukoma sudut tertutup (CAGclosed-angle glaucoma) : pandangan kabur dengan adanya
halos. Episode akut: pusing, mual, muntah, nyeri abdomen, nyeri pada mata, pandangan
berawan.
OAG
- Adanya perubahan diskus dan kehilangan lapang pandang
- Nilai TIO dapat normal atau meningkat (>21 mmHg)
CAG
- Hiperemic konjunctiva
- Kornea berawan
- Anterior chamber dangkal
- Hiperemic optic disk.
Kenaikan IOP (40-90 mmHg) saat timbul gejala
IV.2. c. Data Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang Dalam Penegakan Diagnosa Penyakit 2
17
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Kerusakan paling parah dari glaukoma yang tidak tertangani adalah kehilangan lapangpandang
secara kontinyu sampai akhirnya menyebabkan kebutaan permanen.
Prognosis dari Glaukoma sudut terbuka sangat baik jika terdeteksi dini dan diobati dengan
tepat. Pasien yang telah mendapatkan terapi dan nilai IOP terkontrol, risiko perkembangan
kehilangan lapang pandang sejumlah 8-20%. Pasien yang tidak terkontrol, 80% akan
kehilangan lapang pandang secara kontinyu. Progresivitas dari kebutaan bilateral pada pasien
yang mendapatkan pengobatan adalah 4-22%.
(Dipiro 2008 hal. 1555)
Oksimetazolin bekerja pada reseptor alfa adrenergik pada arterioles konjungtiva untuk membuat
vasokontriksi, mengakibatkan penurunan kongesti konjungtiva(USPDI 2007, hal 2243)
V.1.b. Indikasi
OksimetazolinHCl diindikasikan untuk mata merah yaitu dengan mengurangi secara temporer mata
merah yang disertai dengan iritasi ringan pada mata, yang disebabkan oleh alergi, hawa dingin, debu,
asap, angin, berenang dan atau penggunaan kontak lensa. (USPDI 2007, hal 2243)
Oksimetazolin HCl diindikasikan untuk Kongesti konjungtiva yaitu untuk mengurangi secara
temporer kongesti dan kemerahan pada mata akibat iritasi ringan.(AHFS 2014 hal 52:32)
V.1.c. Dosis
Pasien Dosis
Dewasa dan anak2 usia 6 1-2 tetes mengandung 0,025% oxymetazoline hcl; dosis
tahun ke atas dapat diulang setiap 6 jam sesuai kebutuhan atau
menurut petunjuk dokter
AHFS 2014 52:32
18
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Berdasarkan dosis dan perhitungan maka aturan pakai obat tetes mata oksimetazolin adalah :
Dewasa dan anak diatas 6 tahun 1-2 tetes, dapat di ulang setiap 6 jam sesuai kebutuhan atau sesuai
dengan petunjuk dokter. Agar sediaan tidak terkontaminasi, jagalah ujung botol tidak terkena tangan
atau benda-benda lain. Tutuplah kembali botol setelah digunakan (AHFS 2014 hal .52:32.., USPDI
2007 hal 2243
V.1.f. Kontraindikasi
Penggunaan oral Oksimetazolin hcl dengan antidepresan trisiklik atau marotiline : jika absorsi
sistemik oksimetazolin hcl terjadi secara signifikan, penggunaan bersama dapat memperkuat efek
penekan dari oksimetazolin.
USPDI 2007, 2243
1. Wanita hamil dan menyusui : oksimetazolin mungkin dapat diabsorsi secara sistemik, Studi belum
pernah dilakukan pada manusia dan hewan.
Permasalahan pada manusia terutama wanita menyusui belum di dokumentasikan: akan tetapi
oksimetazolin mungkin dapat di absorpsi secara sistemik
2. Pediatrik
19
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Periksa ke dokter sebelum menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl kepada anak di bawah 6
tahun mata merah pada anak-anak dapat terjadi bersamaan dengan penyakit seperti alergi, demam,
pilek, dan penyakit campak yang mungkin membutuhkan perhatian pengobatan.
3. Geriatrik
Studi yang sesuai pada hubungan antara umur terhadap efek oksimetazolin belum dilakukan pada
populasi geriatrik. Akan tetapi, tidak ada masalah yang spesifik pada geriatrik ditemukan.
PERINGATAN
- Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap obat tetes mata simpatomimetik atau dekongetan mata
yang lain
- Hati-hati pada kondisi penyakit arteri koroner atau penyakit jantung seperti angina atau hipertensi,
dapat memperparah karena efek induksi obat kardiovaskular. (ini terjadi jika oksimetazolin hcl
diabsorpsi secara sistemik)
- Hentikan penggunaan dan periksa ke dokter jika terjadi sakit pada mata atau terjadi perubahan pada
penglihatan atau jika mata merah atau iritasi tetap berlanjut atau semakin parah, atau mata merah .
setelah menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl lebih dari 72 jam.
- Hentikan penggunaan jika larutan menjadi keruh atau ada endapan atau terjadi perubahan warna
- (penyakit mata, infeksi atau luka-luka) karena(dapat meningkatkan gejala dan memperlambat
pengobatan)
- Glaukoma, penglihatan terbatas, predisposition to....... Karena dapat memicu pelebaran pupil
- Hipertiroid karena dapat memperburuk takikardia dan tekanan darah tinggi
(USPDI 2007 hal 2243)
- Penyakit mata, infeksi atau luka pada mata, karena dapat menutupi gejala-gelala dan menunda atau
memperlambat pengobatan.
- Glaukoma sudut sempit atau cenderung untuk glaukoma, karena dapatmenyebabkan kerusan dengan
dilatasi pupil.
- Hipertensi, jika absorsi sistemik dari oksimetazolin hcl terjadi secara signifikan kondisi hipertensi
dapat di perparah karena efek drug-induksi terhadap kadiovaskular
AHFS 2014, hal 52:32
V.1.j. Penyimpanan
Obat tetes mata oksimetazolin Hcl sebaiknya disimpan pada suhu 15-30 derajat celcius di
tempat kering dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Simpan dalam wadah tertutup
rapat dan hindari pencemaran. Hindari penyimpanan di freezer.
(Biasanya Obat A ini adalah obat yang menjadi tugas kita di UPP 1, jadi teman2 bisa mengacu ke jurnal
UPP 1 Bab II dan jangan lupa cari benang merahnya dengan kasus teman2. Yang dimasukkin )
(AHFS, USPDI, DRUG FACTS,Stockley, DIH dll)
20
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
V.2. Obat 2
V.2.a. Mekanisme Kerja
V.2.b. Indikasi
V.2.c. Dosis
V.2.f. Kontraindikasi
V.2.j. Penyimpanan
(Biasanya Obat B ini adalah obat tambahan di tugas UPP 2, untuk formatnya bisa mengacu ke jurnal UPP 1
bab II, dan jangan lupa cari benang merahnya dengan obat A dan kasus teman2)
(AHFS, USPDI, DRUG FACTS, Stockley, DIH, dll)
Regimen Dosis
Obat Bentuk Sediaan
Dosis per Hari
Naphazoline HCl OTM Anak usia 6 tahun keatas dan
dewasa: 1 samapi 2 tetes 0.01-
0.05% setiap 3-4 jam sekali
Tetrahidrozolin Hcl OTM Anak usia 6 tahun keatas dan
dewasa : 1-2 tetes 0.05% setiap 3-
4 jam sekali
Perbandingan Farmakokinetik
(Misalnya; Obat B kita adalah golongan ACEI yang digunakan untuk mengobati Osteoartritis, maka kita
membandingkan obat B dengan obat ACEI lainnya.)
21
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Absolute
bioavailability
(oral) (%)
Volume of
distribution
Tmax (h)
Protein
binding (%)
Onset
Durasi
Metabolism
Major
metabolites
Half-life,
elimination
(h)
Clearance,
systemic
Excreted
unchanged in
urine (%)
Excreted in
urine (%)
Excreted in
feces (%)
Farmakodinamik Mekanisme Mekanisme kerja Mekanisme Mekanisme
Kerja (simpatomimetik) kerja kerja
dari naphazoline tetrahidrozoline
(oksimetazolin HCL belum HCL belum
HCL)adalah diketahui diketahui
(oksimetazilin secara pasti. secara pasti.
merupakan amin Kebanyakan Kebanyakan
simpatomimetik ahli ahli
direct –acting. farmakologi farmakologi
Obat ini secara percaya percaya bahwa
langsung bahwa obat obat ini
menstimulasi ini langsung langsung
reseptor alfa merangsang merangsang
adrenergik dari pada pada reseptor
sistem saraf reseptor alfa alfa adenergik
simpatetik dan adenergik dari sistem
sedikit atau tidak dari sistem saraf simpatis
ada efek pada saraf dan sedikit atau
reseptor beta simpatis dan tidak
adrenergik sedikit atau berpengaruh
tidak pada reseptor
berpengaruh beta
pada adrenergik.
reseptor
beta
22
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
adrenergik.
23
Oxymetazoline HCl Naphazoline HCl Tetrahidrozolin Hcl
Mekanisme Kerja Mekanisme kerja Mekanisme kerja naphazoline Mekanisme kerja tetrahidrozoline
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN
(simpatomimetik) dari FARMASI
HCL belum diketahui secara(Tim JSS PF Apt
HCL ITBdiketahui
belum Agustussecara
14/15)
pasti.
(oksimetazolin HCL)adalah pasti. Kebanyakan ahli Kebanyakan ahli farmakologi
(oksimetazilin merupakan amin farmakologi percaya bahwa obat percaya bahwa obat ini langsung
simpatomimetik direct –acting. ini langsung merangsang pada merangsang pada reseptor alfa
Obat ini secara langsung reseptor alfa adenergik dari adenergik dari sistem saraf simpatis
menstimulasi reseptor alfa sistem saraf simpatis dan sedikit dan sedikit atau tidak berpengaruh
adrenergik dari sistem saraf atau tidak berpengaruh pada pada reseptor beta adrenergik.
simpatetik dan sedikit atau reseptor beta adrenergik.
tidak ada efek pada reseptor
beta adrenergik
ADME A. ABSORPSI A. Absorbsi A. Absorbsi
Penggunaan topikal Berdasarkan penggunaan Berdasarkan penggunaan topikal
larutan optalmik topikal untuk konjungtiva, larutan tetrahidrozoline HCl
oksimetazolin hcl, vasokonstriksi lokal biasa untuk konjungtiva atau
memberikan efek terjadi dalam waktu 10 membran mukosa hidung,
vasokontriksi lokal yang menit dan dapat bertahan vasokontriksi lokal biasa terjadi
biasanya terjadi dalam selama 2 – 6 jam kadang2 dalam beberapa menit dan
beberapa menit dan dapat naphazolin Hcl dapat dapat bertahan selama 4-8 jam.
bertahan sampai 6 jam. diabsorbsi dan Kadang-kadang, tetrahidrozoline
Kadang kadang, sejumlah menghasilkan efek Hcl dapat diabsorbsi dan
oksimetazolin mungkin sistemik menghasilkan efek sistemik.
diapsorsi untuk B. DISTRIBUSIinformasi B. DISTRIBUSIinformasi tentang
menghasilkan efek tentang distribusi dan distribusi dan eliminasi obat
sistemik. Onse of action eliminasi obat Tetrahidrozolin pada manusia
dalam 5 menit, durasi of oksimetazolin hcl pada belum tersedia.
action kira-kira 6 jam. manusia belum tersedia. C. METABOLISMEbelum ada
C. METABOLISMEbelum data atau pustaka yang
B. DISTRIBUSIinformasi ada data atau pustaka yang menyebutkan Tetrahidrozolin di
tentang distribusi dan menyebutkan metabolisme (karena efeknya
eliminasi obat oksimetazolin di lokal, tidak mengalami
oksimetazolin hcl pada metabolisme (karena metabolisme)
manusia belum tersedia. efeknya lokal, tidak D. ELIMINASIinformasi tentang
C. METABOLISMEbelum mengalami metabolisme) distribusi dan eliminasi obat
ada data atau pustaka D. ELIMINASIinformasi Tetrahidrozolin hcl pada
yang menyebutkan tentang distribusi dan manusia belum tersedia.
oksimetazolin di eliminasi obat
metabolisme (karena oksimetazolin hcl pada
efeknya lokal, tidak manusia belum tersedia.
mengalami metabolisme)
D. ELIMINASIinformasi
tentang distribusi dan
eliminasi obat
oksimetazolin hcl pada
manusia belum tersedia.
Efek samping Pada penggunaan berlebihan Efek samping serius rendah atau Efek samping serius rendah atau
dan atau penggunaan jangka jarang terjadi pada pasien yang jarang terjadi pada pasien yang
panjang dapat menyebabkan menggunakan larutan optalmik menggunakan larutan optalmik
hiperemia reaktif (peningkatan naphazoline HCL. Penggunaan tetrahidrozlin HCL penggunaan
iritasi atau kemerahan pada jangka panjang atau terlalu jangka panjang atau terlalu sering
mata) sering dapat mengiritsi dapat mengiritasi mukosa hidung dan
konjungtiva khususnya pada konjungtiva khususnya pada anak-
anak-anak. Penggunaan pada anak yang disebabkan efek
mata dapat mengakibatkan sistemikpenggunaan intranasal dapat
Gejala-gejal terjadi pada penglihatan kabur terasa menyebabkan rasa tersengat pada
absorpsi sistemik : denyut menyengat atau iritasi, midriasis hidung atau mukosa kering dan
jantung yang cepat, tidak dan menurunkan atau bersin. Penggunaan pada mata
terarur atau keras, sakit kepala, meningkatkan tekanan inokuler. menyebabkan penglihatan kabur,
24
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
VI.1.b Obat lain dengan beda golongan (tulis untuk masing-masing obat yang ada di soal)
(menjelaskan obat-obat lain utk hipertensi, karena saya dapet obat A nya Losartan. Obat lainnya ambil
contoh 1 aja dari masing2 golongan)
Parameters
Agen antialergi Dst
(Usp Di 27th hal 972
Farmakodinamik Mekanisme Penghambatan
Kerja degranulasi dari
sintesis sel mast
karena paparan
antigen spesifik,
menghambat
mediator reaksi
alergi tipe 1
Contoh Obat Cromolyn Nedocromil
Dosis Anak diatas 4 tahun 1 - 2 tetes
1-2 tetes dapat 2% 2 kali
diulang setiap 3-4 sehari
jam
Pharmacokinetics Extent of
absorption
(Contoh 1 obat) (oral) (%)
Absolute
bioavailability
(oral) (%)
Volume of
distribution
Tmax (h)
Protein binding
(%)
Onset
Durasi
Metabolism
Major
metabolites
Half-life,
elimination (h)
Clearance,
systemic
Excreted
unchanged in
urine (%)
25
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Excreted in
urine (%)
Excreted in
feces (%)
Adapun hal yang harus dipertimbangkan di dalam pemilihan penanganan …. (nama penyakit 1,) adalah ….
Didasarkan pada kondisi kasus yang didapet. Misal: kalau kita pakai lini ke -2 jelasin kenapa ga bisa lini ke-
1
[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/ Applied Therapeutic
(Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal farmakoterapi terkait]
Regimen Dosis
Obat Bentuk Sediaan
Dosis per Hari
Perbandingan Farmakokinetik
Parameter ARB
26
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Clearance,
systemic
Excreted
unchanged in
urine (%)
Excreted in
urine (%)
Excreted in
feces (%)
Farmakodinamik Mekanisme
Kerja
VI.2.b Obat lain dengan beda golongan (tulis untuk masing-masing obat yang ada di soal)
Parameters
Dst
Farmakodinamik Mekanisme Kerja
Contoh Obat
Pharmacokinetics Extent of absorption
(oral) (%)
(Contoh 1 obat) Absolute bioavailability
(oral) (%)
Volume of distribution
Tmax (h)
Protein binding (%)
Onset
Durasi
Metabolism
Major metabolites
Half-life, elimination
(h)
Clearance, systemic
Excreted unchanged in
urine (%)
Excreted in urine (%)
Excreted in feces (%)
Adapun hal yang harus dipertimbangkan di dalam pemilihan penanganan …. (nama penyakit 1,) adalah ….
Didasarkan pada kondisi kasus yang didapet. Misal: kalau kita pakai lini ke -2 jelasin kenapa ga bisa lini ke-
1
27
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/ Applied Therapeutic
(Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal farmakoterapi terkait]
Latanoprost
Dalam penanganan terapi glaukoma, tidak ada golongan obat yang secara khusus disiapkan sebagai terapi
lini pertama. Beberapa pertimbangan yang menjadi acuan dalam pendekatan terapi farmakologi glaukoma
adalah:
- Efektivitas dalam menurunkan TIO
- Efek samping yang mungkin terjadi, terutama ES sistemik
- Frekuensi pemberian
- Harga
Latanoprost banyak digunakan sebagai terapi pilihan utama untuk pengobatan glaukoma sudut terbuka,
karena penurunan tekanan intraokular yang lebih baik dibanding golongan lainnya (dapat dilihat pada tabel
di VI.1 dan VI,2 di atas). Efek samping yang muncul lebih dapat ditoleransi dan utamanya merupakan efek
samping lokal, dibandingkan dengan golongan betabloker yang menimbulkan berbagai efek samping
sistemik. Frekuensi pemberain latanoprost cukup sekali sehari sehingga memu-dahkan pasien dan
meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Selain itu, analog prostaglandin mampu
menurunkan tekanan intraokular baik pada saat tidur (malam hari) maupun saat siang hari, sementara
golongan betabloker tidak menurunkan TIO pada saat malam hari. Namun, sampai saat ini latanoprost tidak
tersedia dalam bentuk obat generik, sehingga biaya pengobatan akan menjadi mahal. Karena alasan biaya
itulah, bagi beberapa pihak menggunakan betabloker karena dinilai lebih cost-effective dibanding latanoprost
(timolol tersedia dalam bentuk obat generik di indonesia).
(Dipiro 2008 hal. 1558)
(J Indon Med Assoc, volum 62 No:2, Feb 2012)
- Tidak ada kondisi pasien yang kontraindikasi dengan pemberian latanoprost, ATAU
- Pasien memiliki riwayat asma dll yang tidak bisa menerima terapi dengan betabloker
- Tidak diketahui data ekonomi pasien sehingga diasumsikan pasien mampu membeli latanoprost.
ATAU
- Pasien masih termasuk dalam usia produktif, sehingga pemberian latanoprost sekali sehari tidak akan
mengganggu
Kaitan dengan kasus?
Analisis risk-benefit-cost dari penggunaan suatu obat. (misal: Latanoprost dan analog prostaglandin dipilih
jika......, betabloker jika.....). Adapun hal yang harus dipertimbangkan di dalam pemilihan penanganan ….
(nama penyakit,) adalah …. Didasarkan pada kondisi kasus yang didapet. Misal: kalau kita pakai lini ke -2
jelasin kenapa ga bisa lini ke-1
28
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Hiperakut konjungtivitis
Kompres saline hangat
Salep eritromisin, tobramisin, basitrasin 4x1
Fluoroquinolon tiap 2 jam selama 4-7 hari
Akut konjungtivitis
Trimetoprim/polimiksin 1 tetes 4x1 selama 7-10 hari atau
Ofloxacin 1 tetes 4x1 selama 7-10 hari atau
Tobramisin 1 tetes 4x1 selama 7-10 hari atau
Eritromisin salep 2x1 selama 7-10 hari atau
Moxifloxacin 1 tetes 3x1 selama 4-7 hari atau
Gatifloxacin 1 tetes tiap 2 jam selama beraktivitas selama 2 hari, lalu 1 tetes 4x1 selama 3-7 hari
(ocular therapeutic handbook, hal 174)
C.
29
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Antibiotik topikal (4x1 sampai 1 mggu) Chloramphenicol, aminoglikosida (gentamicin dan neomycin),
quinolon, polymyxin B, asam fusidat, bacitracin u/ gonococcal : quinolon, gentamicin, chloramphenicol,
bacitracin tiap 1-2 bisa disertai dengan topikal kortikosteroid disertai irigasi (clinical ophthalmology
hal135)
Sebelum didapatkan hasil laboratorium, dapat diberikan antibiotik spektrum luas (contoh :
antibiotika golongan makrolida). Terapi sesuai dengan agen mikrobiologinya, yaitu :
Golongan Obat Keterangan
30
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
31
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Derivat Sulfonamid • Sebagai bakterisida atau bakteriostatik tergantung pada konsentrasi obat
• Menghambat sintesis protein pada bakteri
(sulfacetamide)
• Bakteri aerob gram positif : S. aureus, S. pneumoniae, & beberapa
streptococci.
• Bakteri aerob gram negatif: H. influenzae, Enterobacter, E. coli,
&Klebsiella
• Bisa diberikan sebagai monoterapi atau dikombinasi dengan antibiotik
lain dan/ atau kortikosteroid
• Contoh sediaan :
OTM Larutan Sulfacetamide 10% diteteskan 1 atau 2 tetes pada
konjungtiva yang terinfeksi setiap 2-3 jam. Pengurangan dosis dan
frekuensi seiring perbaikan infeksi. Digunakan 7-10 hari
(AHFS, 2011)
Pilihan obat dan dosis serta frekuensi penggunaannya dicantumkan dalam tabel di bawah ini.
(Chisholm-Burns, M. A., et al.).
32
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Konjungtivitis Alergi/iritasi
Terapi untuk konjungtivitas alergi dilakukan secara bertahap. Diawal pasien tidak perlu diberi obat dan
hanya diberi air mata artifisial. Larutan air mata buatan ini berguna melarutkan atau menghilangkan alergen
serta membri efek lubrikasi pada mata. Larutan digunakan 2-4 kali sehari sesuai kebutuhan. Ointment dapat
digunakan pada malam hari untuk melebabkan permukaan mata. Gunakan produk yang bebas pengawet
untuk menghindari sensasi sengatan pada mata saat penggunaan produk.
Jika penggunaan air mata buatan tidak cukup, terapi tahap kedua dilakukan dengan menggunakan
antihistamin topikal atau kombinasi antihistamin dan dekongestan. Penggunaan kombinasi lebih afektif
dibandingkan penggunaan obat secara tunggal. Dekongestan merupakan vasokonstriktor yang berefek
mengurangi kemerahan. Dekongestan topikal yang biasa digunakan dalam kombinasi adalah
Oksimetazolin,naphazoline, tetrahydrozoline. Dekongestan topikal dapat menyebabkan rasa terbakar dan
menyengat serta menyebabkan midriasis pada saat digunakan. Penggunaannya dibatasi hanya untuk
maksimal 10 hari. Penggunaan antihistamin topikal dipilih terlebih dahulu dibandingkan penggunaan oral
mengingat kemungkinan adanya efek samping sistemik dari penggunaan secara oral. Antihistamin topikal
juga memberikan efek yang lebih cepat daripada oral. Antihistamin oral baru digunakan ketika gejala
sistemik muncul.
Jika gejala masih berlangsung setelah pemberian obat-obatan di atas, pasien kemudian dapat
33
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
diberi mast cell stabilizer atau agen yang memiliki multi aksi. Mast cell stabilizer jugua dapat digunakan
sebagai profilaksis pada musim dimana alergi sering terjadi. Respon penuh dari penggunaan mast cell
stabilizer ini biasanya terjadi setelah 4-6 minggu.
Jika mast cell stabilizer atau agen multi aksi masih tidak dapat mengobati penyakit pasien, maka dapat
diberikan NSAID topikal. NSAID yang disetujui penggunaannya untuk penggunaan topikal pada mata gatal
adalah ketorolak. Namun, yang perlu diperhatikan juga, penggunaan NSAID dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular.
Jika keseluruhan terapi di atas tidak memberikan efek yang baik, maka sebagai pilihan terakhir
digunakan kortikosteroid topikal jangka pendek dan imunoterapi untuk konjungtivitis alergi (Chisholm-
Burns, M. A., et al.).Koda kimble hal 1317
Selain untuk membantu dalam pengobatan dan mencegah keparahan, juga untuk mencegah
penularan pada orang lain, dapat dilakukan hal sebagai berikut :
Sering mencuci tangan dengan sabun dan air hangat. Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan
pembersih tangan antiseptik berbasis alkohol
Hindari menyentuh atau menggosok mata
Cuci kotoran apapun dari sekitar mata beberapa kali sehari. Tangan harus dicuci terlebih dahulu dan
kemudian diseka menggunakan kain lap yang bersih atau kapas yang dapat digunakan untuk
membersihkan daerah mata. Membuang kapas setelah digunakan, jika menggunakan kain lap harus
dicuci dengan air panas dan deterjen. Kemudian mencuci tangan dengan sabun dan air hangat.
Mencuci tangan setelah menngunakan obat tetes mata atau salep mata
Jangan menggunakan tetes mata bersama dengan orang lain
mencuci sarung bantal, seprai, kain lap, dan handuk dalam air panas dan deterjen , tangan harus dicuci
setelah memegang barang tersebut.
menghindari berbagi handuk, selimut, dan sarung bantal dengan orang lain
Jangan berbagi riasan mata, make-up wajah, kuas make-up, lensa kontak dan wadahnya, atau kacamata
dengan orang lain
Hindari berenang dikolam renang umum
Penggunaan kacamata hitam untuk mencegah fotofobia
Jangan ditutup dengan perban (Medicinesia, 2012)
Analog prostaglandin dipilih sebagai terapi lini pertama di US dan eropa Jurnal The Lancet
34
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/ Applied Therapeutic
(Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal farmakoterapi terkait]
35
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Beberapa terapi nonfarmakologi yang bisa dilakukan jika terapi dengan obat gagal, tidak dapat ditoleransi
atau rumit untuk dilakukan, maka prosedur operasi bisa dilakukan, dengan jenis sebagai berikut:
- Trabeculoplasty (Argon Laser Trabeculoplasty atau Selective Laser Trabeculoplasty), untuk
meningkatkan aliran keluar aquaeous humour
- Trabeculectomy
- Sikloablaso/siklodekstrusi, yaitu penghancuran badan siliari
- Drainage impant surgery
- Laser peripheral iridotomy
(dipiro ed 7, hal 1557)
Gaya hidup pasien glaukoma
- Pasien glaucoma biasanya merasa depresi, stress, sehingga perlu hidup tenang.
- Hindari merokok karena dapat meningkatkan vasokontriksi yang akan mengurangi
peredaran darah ke dalam mata.
- Mencegah kelelahan mata seperti menonton dan membaca buku terlalu lama.
(ilyas, 2007 hal 124-125)
(Strategi terapi adalah persiapan yang dilakukan untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang muncul
terkait kondisi pasien. Stretegi terapi ini diperlukan untuk mempermudah pengambilan keputusan terapi
yang akan diberikan pada pasien.)
36
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
8.1 Penyakit 1
Mengurangi symptom
Mengurangi durasi infeksi
Membasmi bakteri atau virus penyebab infeksi
Mencegah kemungkinan komplikasi dan penularan
8.1.b Efek Samping, toksisitas, dan penanganan (bergantung obat yg ada di soal ya)
Penggunaan OTM Oksimetazolin HCl pada dosis yang berlebihan (dari dosis yang di rekomendasikan )
dan penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan iritasi dan kemerahan pada mata
(rebount hyperemia), pasien harus segera menghentikan penggunaan OTM Oksimetazolin HCl dan
segera pergi ke dokter.
konjungtivitis
37
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
8.2 Penyakit 2
Mempertahankan fungsi penglihatan pasien dan hal lain terkait kualitas hidup pasien, dengan harga yang
tetap (?). harga meliputi efek samping, ketidaknyamanan dan harga yang harus dibayarkan. Pengobatan
glaukoma harus disesuaikan dengan kondisi pasien.
8.2.b Efek Samping, toksisitas, dan penanganan (bergantung obat yg ada di soal ya)
Penyakit 1/Latanoprost
Efek samping : ES utama dari latanoprost adalah adanya pigmentasi pada iris dan daerah
periorbital lainnya, sehingga pasien diharapkan untuk melakukan monitoring rutin mengenai kondisi
mata dan irisnya. Penglihatan buram, rasa terbakar dan pedih di mata, hiperemia konjungtiva,
peningkatan pigmentasi pada iris mata dan jaringan periorbital, pigmentasi bulu mata dan salah arah
tumbuh, fotofobia, konjungtivitis.
Toksisitas : Gejala toksisitas berupa sakit perut, pusing, kemerahan, mual dan berkeringat (melalui
rute intravena)
Penanganan : penanganan simpatomimetik
[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/ Applied Therapeutic
(Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal farmakoterapi terkait]
Monitoring terapi harus dilakukan individualisasi. Beberapa hal yang harus dipantau adalah:
- Respon awal terapi, dilakukan pada 4-6 minggu setelah terapi diberikan. Jika memungkinkan,
terapi diberikan monookular.
- Tekanan intraokular, tiap 3-4 bulan, jika target IOP telah tercapai.
- Pemeriksaan lapangpandang dan perubahan diskus dimonitor tiap tahun atau lebih sering
jika glaukoma belum stabil.
- Kepatuhan dan toleransi pasien terhadap obat yang diberikan
- Pemantauan terhadap kemungkinan efek samping seperti pigmentasi pada iris
- Pemantauan perubahan kondisi pasien, seperti kondisi hamil/menyusui butuh pengkajian
lebih lanjut mengenai obat yang diberikan.
(dipiro 2008 hal. 1558)
(menjelaskan masalah2 apa saja yang dialami dalam menangani kasus UPP 2
ini, terkait dengan penyakit dan obat yang digunakan. Adapun masalah DRP yang bisa
dijelaskanada di bawah dan bagaimana solusipemecahan masalah DRP ini dibawah ini)
38
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Overdosis/keracunan
Penggunaan OTM Oksimetazolin HClpada dosis yang berlebihan (dari dosis yang di
rekomendasikan ) dan penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan iritasi
dan kemerahan pada mata (rebount hyperemia).
(Dipaparkan mengenai evaluasi apa saja yang dilakukan utk memastikan keberhasilan terapi masing2 utk
penyakit 1 dan 2, disertai dengan hasil yang diharapkan dari masing2 parameter yg dievaluasi. jika ada
target yang jelas dari setiap pengobatan di sebutkan disini ya.)
39
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
( Disini dibahas mengenai rekomendasi pengobatan yang diberikan pada pasien, sesuai dengan kasus.
Kita bisa bikin rekomendasi pengobatan untuk berbagai kondisi pasien, yg belum kita ketahui.)
X. INFORMASI KE PROFESIONAL
(format penulisannya digabung antara obat a dan obat b)
XI.1. Obat A (OTM Oksimetazolin HCl)
XI.1.1. Mekanisme Kerja Obat
OTM Oksimetazolin HCl Mekanisme kerja (simpatomimetik) dari (oksimetazolin HCL) adalah
(oksimetazilin merupakan amin simpatomimetik direct –acting. Obat ini secara langsung
menstimulasi reseptor alfa adrenergik dari sistem saraf simpatetik dan sedikit atau tidak ada efek
pada reseptor beta adrenergik (AHFS 2014, hal 52:32 online)
Oksimetazolin bekerja pada reseptor alfa adrenergik pada arterioles konjungtiva untuk membuat
vasokontriksi, mengakibatkan penurunan kongesti konjungtiva (USPDI 2007, hal 2243)
ABSORPSI
Penggunaan topikal larutan optalmik oksimetazolin hcl, memberikan efek vasokontriksi lokal yang
biasanya terjadi dalam beberapa menit dan dapat bertahan sampai 6 jam. Kadang kadang, sejumlah
oksimetazolin mungkin diapsorsi untuk menghasilkan efek sistemik. Onse of action dalam 5 menit,
durasi of action kira-kira 6 jam.
DISTRIBUSIinformasi tentang distribusi dan eliminasi obat oksimetazolin hcl pada manusia
belum tersedia. (AHFS 2014 hal 52:32)
METABOLISMEbelum ada data atau pustaka yang menyebutkan oksimetazolin di metabolisme
(karena efeknya lokal, tidak mengalami metabolisme)
40
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
ELIMINASIinformasi tentang distribusi dan eliminasi obat oksimetazolin hcl pada manusia belum
tersedia. (AHFS 2014 hal 52:32)
Oksimetazolin hcl diindikasikan untuk mata merah yaitu dengan mengurangi secara temporer mata
merah yang disertai dengan iritasi ringan pada mata, yang disebabkan oleh alergi, hawa dingin, debu,
asap, angin, berenang dan atau penggunaan kontak lensa. USPDI 2007, hal 2243
Oksimetazolin hcl diindikasikan untuk Kongesti konjungtiva yaitu untuk mengurangi secara
temporer kongesti dan kemerahan pada mata akibat iritasi ringan. AHFS 2014 hal 52:32
Pasien Dosis
Dewasa dan anak2 usia 6 1-2 tetes mengandung 0,025% oxymetazoline hcl; dosis
tahun ke atas dapat diulang setiap 6 jam sesuai kebutuhan atau
menurut petunjuk dokter
AHFS 2014 52:32
Berdasarkan dosis dan perhitungan maka aturan pakai obat tetes mata oksimetazolin adalah :
Dewasa dan anak diatas 6 tahun 1-2 tetes, dapat di ulang setiap 6 jam sesuia kebutuhan atau sesuia
dengan petunjuk dokter. Agar sediaan tidak terkontaminasi, jagalah ujung botol tidak terkena tangan
atau benda-benda lain. Tutuplah kembali botol setelah digunakan (AHFS 2014 hal .52:32.., USPDI
2007 hal 2243
- Pasien yang sensitif terhadap oksimetazolin atau dekongestan mata lain, atau komponen
yang terdapat dalam formulasi
41
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Wanita hamil dan menyusui : oksimetazolin mungkin dapat diabsorsi secara sistemik, Studi belum
pernah dilakukan pada manusia dan hewan.
Permasalahan pada manusia terutama wanita menyusui belum di dokumentasikan: akan tetapi
oksimetazolin mungkin dapat di absorpsi secara sistemik
Pediatrik
Periksa ke dokter sebelum menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl kepada ana di bawah 6
tahun mata merah pada anak-anak dapat terjadi bersamaan dengan penyakit seperti alergi, demam,
pilek, dan penyakit campak yang mungkin membutuhkan perhatian pengobatan.
Geriatrik
Studi yang sesuai pada hubungan antara umur terhadap efek oksimetazolin belum dilakukan pada
populasi geriatrik. Akan tetapi, tidak ada masalah yang spesifik pada geriatrik ditemukan.
PERINGATAN
- Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap obat tetes mata simpatomimetik atau
dekongetan mata yang lain
- Hati-hati pada kondisi penyakit arteri koroner atau penyakit jantung seperti angina atau
hipertensi, dapat memperparah karena efek induksi obat kardiovaskular. (ini terjadi jika
oksimetazolin hcl diabsorpsi secara sistemik)
- Hentikan penggunaan dan periksa ke dokter jika terjadi sakit pada mata atau terjadi
perubahan pada penglihatan atau jika mata merah atau iritasi tetap berlanjut atau semakin
parah, atau mata merah . setelah menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl lebih dari
72 jam.
- Hentikan penggunaan jika larutan menjadi keruh atau ada endapan atau terjadi perubahan
warna
- (penyakit mata, infeksi atau luka-luka) karena( dapat meningkatkan gejala dan
memperlambat pengobatan)
- Glaukoma, penglihatan terbatas, predisposition to....... Karena dapat memicu pelebaran
pupil
- Hipertiroid karena dapat memperburuk takikardia dan tekanan darah tinggi
USPDI 2007 hal 2243
42
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Penggunaan oral Oksimetazolin hcl dengan antidepresan trisiklik atau marotiline : jika absorsi
sistemik oksimetazolin hcl terjadi secara signifikan, penggunaan bersama dapat memperkuat efek
penekan dari oksimetazolin. USPDI 2007, 2243
43
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Obat tetes mata oksimetazolin Hcl sebaiknya disimpan pada suhu 15-30 derajat celcius di
tempat kering dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Simpan dalam wadah tertutup
rapat dan hindari pencemaran. Hindari penyimpanan di freezer.
(bab V.1. bisa menjadi acuan pedoman teman2 dalam menyelesaikan sub bab ini atau bab VI
Informasi Obat ke Profesional Kesehatan di UPP 1, dengan catatan Obat A di UPP 2 sama
dengan obat di UPP 1)
XI.2.6. Kontraindikasi
(bab V.2. bisa menjadi acuan pedoman teman2 dalam menyelesaikan sub bab ini)
(AHFS, USPDI, DRUG FACTS, dll)
44
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Obat B
Obat AOksimetazolin HCl dengandosis 1-2 tetes diteteskan pada mata, dapat diulang tiap 6 jam sesuai
kebutuhan atau menurut petunjuk dokter)
(AHFS 2014,, USPDI)
Pemakaian obat dapat dihentikan bila gejala pada mata tidak lagi terjadi /Atau atas anjuran dokter
Obat B
Aturan Pakai pemakaian kedua obat ini seperti apa? Apa boleh digabung atau diberi jeda?
Obat B
- Pasien yang sensitif terhadap oksimetazolin atau dekongestan mata lain, atau komponen
yang terdapat dalam formulasi
Bila andamemiliki/ beradapadakondisitersebutsegeraberitahukanpadadokter.
Obat B
45
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Obat A tidak ada data tentang interaksi obat Oksimetazolin HCl bila digunakan sebagai OTM
Obat B
Wanita hamil dan menyusui : oksimetazolin mungkin dapat diabsorsi secara sistemik, Studi belum
pernah dilakukan pada manusia dan hewan.
Permasalahan pada manusia terutama wanita menyusui belum di dokumentasikan: akan tetapi
oksimetazolin mungkin dapat di absorpsi secara sistemik
Pediatrik
Periksa ke dokter sebelum menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl kepada ana di bawah 6
tahun mata merah pada anak-anak dapat terjadi bersamaan dengan penyakit seperti alergi, demam,
pilek, dan penyakit campak yang mungkin membutuhkan perhatian pengobatan.
Geriatrik
Studi yang sesuai pada hubungan antara umur terhadap efek oksimetazolin belum dilakukan pada
populasi geriatrik. Akan tetapi, tidak ada masalah yang spesifik pada geriatrik ditemukan.
PERINGATAN
- Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap obat tetes mata simpatomimetik atau
dekongetan mata yang lain
- Hati-hati pada kondisi penyakit arteri koroner atau penyakit jantung seperti angina atau
hipertensi, dapat memperparah karena efek induksi obat kardiovaskular. (ini terjadi jika
oksimetazolin hcl diabsorpsi secara sistemik)
- Hentikan penggunaan dan periksa ke dokter jika terjadi sakit pada mata atau terjadi
perubahan pada penglihatan atau jika mata merah atau iritasi tetap berlanjut atau semakin
parah, atau mata merah . setelah menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl lebih dari
72 jam.
- Hentikan penggunaan jika larutan menjadi keruh atau ada endapan atau terjadi perubahan
warna
- (penyakit mata, infeksi atau luka-luka) karena( dapat meningkatkan gejala dan
memperlambat pengobatan)
- Glaukoma, penglihatan terbatas, predisposition to....... Karena dapat memicu pelebaran
pupil
- Hipertiroid karena dapat memperburuk takikardia dan tekanan darah tinggi
USPDI 2007 hal 2243
46
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
- Hipertensi, jika absorsi sistemik dari oksimetazolin hcl terjadi secara signifikan kondisi
hipertensi dapat di perparah karena efek drug-induksi terhadap kadiovaskular
Obat B
Obat A
Selain untuk membantu dalam pengobatan dan mencegah keparahan, juga untuk mencegah
penularan pada orang lain, dapat dilakukan hal sebagai berikut :
Sering mencuci tangan dengan sabun dan air hangat. Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan
pembersih tangan antiseptik berbasis alkohol
Hindari menyentuh atau menggosok mata
Cuci kotoran apapun dari sekitar mata beberapa kali sehari. Tangan harus dicuci terlebih dahulu dan
kemudian diseka menggunakan kain lap yang bersih atau kapas yang dapat digunakan untuk
membersihkan daerah mata. Membuang kapas setelah digunakan, jika menggunakan kain lap harus
dicuci dengan air panas dan deterjen. Kemudian mencuci tangan dengan sabun dan air hangat.
Mencuci tangan setelah menngunakan obat tetes mata atau salep mata
Jangan menggunakan tetes mata bersama dengan orang lain
mencuci sarung bantal, seprai, kain lap, dan handuk dalam air panas dan deterjen , tangan harus dicuci
setelah memegang barang tersebut.
menghindari berbagi handuk, selimut, dan sarung bantal dengan orang lain
Jangan berbagi riasan mata, make-up wajah, kuas make-up, lensa kontak dan wadahnya, atau kacamata
dengan orang lain
Hindari berenang dikolam renang umum
Penggunaan kacamata hitam untuk mencegah fotofobia
Jangan ditutup dengan perban (Medicinesia, 2012)
Obat B
Beberapa terapi nonfarmakologi yang bisa dilakukan jika terapi dengan obat gagal, tidak dapat ditoleransi
atau rumit untuk dilakukan, maka prosedur operasi bisa dilakukan, dengan jenis sebagai berikut:
- Trabeculoplasty (Argon Laser Trabeculoplasty atau Selective Laser Trabeculoplasty), untuk
meningkatkan aliran keluar aquaeous humour
- Trabeculectomy
- Sikloablaso/siklodekstrusi, yaitu penghancuran badan siliari
- Drainage impant surgery
- Laser peripheral iridotomy
47
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
- Obat A
- Penyakit konjungtivitis muncul dengan tanda dan gejala Jika alergi yang menyebabkan
konjungtivitis, akan ditemukan gejala yaitu mata gatal, merah dan air mata yang keluar
kental. Jika berada pada lingkungan yang pengap, kemungkinan terjadi hidung meler atau
gatal
- Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan cara membersihkan kebersihan
lingkungan, tidak melakukan kontak dalam bentuk apapun dengan penderita, hindari
pencetus alergi atau ititasi
- OTM Oksimetazolin HCl dosis 1-2 tetes diteteskan pada mata, dapat diulang tiap 6 jam
sesuai kebutuhan atau menurut petunjuk dokter). Pemakaian obat dapat dihentikan bila
gejala pada mata tidak lagi terjadi /Atau atas anjuran dokter
Cara penggunaan obat tetes mata yang benar:
48
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
Obat B
Obat tetes mata oksimetazolin Hcl sebaiknya disimpan pada suhu 15-30 derajat celcius di
tempat kering dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Simpan dalam wadah tertutup
rapat dan hindari pencemaran. Hindari penyimpanan di freezer.
Obat B
(bab V.1. bisa menjadi acuan pedoman teman2 dalam menyelesaikan sub bab ini atau bab VI
Informasi Obat ke Profesional Kesehatan di UPP 1, dengan catatan Obat A di UPP 2 sama
dengan obat di UPP 1)
XII. PUSTAKA
- CDC (Centers for Disease Control and Prevention). 2012. Conjunctivitis (Pink Eye).
http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html
- Medicinesia. 2012. Infeksi pada Mata (Virus dan
Bakteri).http://www.medicinesia.com/harian/infeksi-pada-mata-virus-dan-bakteri/
- (International Clasification Desease- apps.who.int/ clasifications/ ICD10/browse/ 2015/en)
- American Academy of ophthalmology 2013: hlm. 5
- (Udeh BL, Schneider JE, Ohsfeldt RL.2008. Cost effectiveness of a point-ofcare test for
adenoviral conjunctivitis. Am J Med Sci. 336(3):254–264)
- Smith AF, Waycaster C. 2009. Estimate of the direct and indirect annual cost of bacterial
conjunctivitis in the United States. BMC Ophthalmol. 9:13)
- Optometric Clinical practice Guideline, 2010, American optometric association
- Onofrey, Bruce E.; Skorin, Leonid; Holdeman, Nicky R, 2005, Ocular Therapeutics
Handbook: A Clinical, USA: Manual, 2nd Edition, Lippincott Williams & Wilkins
- Sidarta I, 2010,“Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga”. Jakarta: FKUI, hal. 121
- Brian K. Alldredge, [et al.]. 2013, Koda-Kimble and Young’s applied therapeutics : the
clinical use of drugs.-10th ed., USA: LIPPINCOTTWILLIAMS &WILKINS
- Mc Evoy, Gerald K., Elaine KS., Jane M., et al, 2014, AHFS Drug Information 2014,
Bethesda: American Society of Health-System Pharmacists Inc, hal 52:32
- The United States Pharmacopoeia Convention, 2007, Drug Information For Health Care
Professionals, 27 th ed, Rookville: The United States Pharmacopeial Convention Inc hal
2243
49
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)
- Dipiro, Joseph T., et al, 2008, Pharmacotherapy: A pathophisologic approach, 7th ed, New
York: Mc Graw Hill, hal 1551-1563
- Santosa, Wahyu Budi. 2012. Dari betabloker ke Analog Prostaglandin: Lini Pertama
dalam Terapi Glaukoma dalam J Indon Med Assoc Vol 62, No. 2.
- Salmon, J.R, 2008. Glaukoma. In: Paul R, Whitcher, J.P, ed. Oftalmologi UmumVaughan &
Asbury. Ed. 17. Jakarta: EGC, 212-224.
- Quigley, Broman. The Number of People with glaucoma worldwide in 2010 and 2020
dalam Br J Opthalmol 2006; 90:262-267.
- Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007
- Giangiacomo, Annette. The Epidemiology of Glaucoma.Hal 17-18
- Khaw, Peng Tee. 2004. Primary Open Angle Glaucoma dalam The Lancet vol. 363
- Vaughan & Asbury’s. Geeneral Ophthalmology 17th ed. New York: McGraw HillIkatan
Sarjana Farmasi Indonesia. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan
- Sidarta ,Ilyas, 2007, Glaukoma (tekanan bola mata tinggi) ed 3 , Jakarta: Cv Agung Seto
50