You are on page 1of 50

JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

MEDICATION AND RED EYES


More difficult problems in effective treatment arise when the red eyes prove to be a response to the
medications themselves. Various sources have noted the association of conjunctival hyperemia with
virtually all topical IOP-lowering medications -- alpha-adrenergic agonists, beta-adrenergic antagonists,
carbonic anhydrase inhibitors, prostaglandin analogs, and prostamide analogs.[7,8] The class that is
associated with the highest incidence of hyperemia is the prostaglandin analogs. Although the
incidence of initial hyperemia when starting the 3 medications is different -- latanaprost is noted at 5%-
15%,[9] bimatoprost at 15%-45%,[10] and travoprost at 35%-50%[11] -- incidence rates have been shown to
change over time. For example, hyperemia peaks with bimatoprost at day 1 while the vast majority of
cases return to near baseline levels by day 28.[12] It is theorized that the aqueous may need sudden
access to the ocular circulation on initiation of treatment, thereby resulting in an autoregulatory
vasodilatation. After a new homeostasis becomes established, the vessels gradually adapt and the
vasodilatation decreases. Several cross-over studies[13,14] have also noted that patients who have had
previous exposure to prostaglandins display less hyperemia when switched to another drug in the
class, a phenomenon that may be explained by this chain of events.

Based on these findings, it should be emphasized how important it is to educate patients starting on this
class of glaucoma medications that the hyperemia, if it occurs, is usually mild and of short duration.
Given the effective IOP reduction associated with this class, patient management of the early
symptoms while maintaining the same medication may be the best approach.[15] Also of note is the
presence of preservatives in glaucoma medications. They can be a potential agent for erythema and
may be considered in the event of red eye.[16,17]

The alpha-adrenergic agents have been shown to have the highest incidence of true allergic reactions,
although that rate varies widely depending on study. The drug apraclonidine has a reported rate of
14%-48% depending on the concentration from 0.5 to 1%.[3,18] Brimonidine 0.2% has a reported rate
between 4.2-25.7% if both allergic conjunctivitis and contact dermatitis are included. As with defining
ocular allergy, the problem lies with the various interpretations of what comprises an allergic reaction.
For example, a study[19] looking at allergic reactions to brimonidine required only hyperemia and
follicular conjunctivitis for a diagnosis; pruritus, weeping, discharge, or discomfort were not necessary
for the diagnosis of allergic conjunctivitis. The use of such a broad definition may help explain why there
was such a high reported rate of allergic reactions at 25.7%.

In a pivotal study comparing the fixed combination 0.2% brimonidine/0.5% timolol given twice a day
with monotherapy with either timolol or brimonidine given 3 times a day, there was a noted significant
difference in treatment-related adverse events.[20] It was shown that there was a significantly lower rate
of hyperemia (22.8% to 14.5%) and allergic conjunctivitis (9.4% to 5.2%) in the fixed combination group
compared with the brimonidine one. This low rate of treatment-related adverse events in the
brimonidine/timolol group has been seen in Canada where the drug has been in use for over 3

1
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

years.[21,22] The lower level also appears to be sustained over time.[23] There have been several theories
put forward to try to explain this difference; the most persuasive is by Alvarado based on previous
research.[24,25] He has shown in a cell culture model that alpha-adrenergic agonists cause cells to shrink,
thereby opening intercellular spaces within the conjunctiva that would allow a path for pro-inflammatory
mediators, such as drugs, preservatives, airborne allergens, lipid secretion, and other potential toxic
agents, to reach the subconjunctival space. The addition of a beta-blocker has been shown to prevent
this cell shrinkage, thereby stabilizing the conjunctival epithelium as a barrier to the subconjunctival
space. Because it is in the subconjunctival space where the cellular and vascular response to
inflammation is developed, the maintenance of the natural barrier effect of the conjunctiva may explain
the statistically significant reduction in all components of allergy and inflammation comparing the fixed
combination of brimonidine/timolol vs brimonidine alone in the 1-year pivotal study by
Sherwood.[20] Indeed, there is speculation about the role that beta-blockers may play regarding the local
allergic effects of the other glaucoma drug classes. Interesting results have been seen in combining
beta-blockers with prostaglandins as fixed combination in Canada and Europe, where it has been
suggested that the beta-blocker effect may extend to minimizing the hyperemia effect of second-
generation prostaglandins such as travoprost and bimatoprost.[3,7,8,26-28]

DAFTAR ISI

No URAIAN Halaman ( …. s/d ….)


I URAIAN UMUM TENTANG PENYAKIT
II EPIDEMIOLOGI
III PATOLOGI
IV MANIFESTASI KLINIK (Clinical Presentation)
V KAJIAN OBAT (Obat UPP 1 = OTM Oksimetazolin)
VI KAJIAN OBAT LAIN
VII STANDAR TERAPI (ALGORITMA) DAN STRATEGI
TERAPI
VIII IMPLIKASI PENGOBATAN/NURSING IMPLICATION &
EVALUASI KEBERHASILAN TERAPI/TERAPI
OUTCOME
IX REKOMENDASI PENGOBATAN/PENYELESAIAN
KASUS
X INFORMASI KE PROFESIONAL
XI INFORMASI KE NON PROFESIONAL
XII PUSTAKA

2
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

JUDUL TUGAS / SOAL UJIAN :

Tempat Penempelan Soal

Obat A

(OTM Oksimetazolin HCl)

Pasien Wanita/Pria ( ….. tahun)

Penyakit 1 (Konjungtivitis)dan/atauPenyakit 2 (Glaukoma)

Obat B
Catatan :

 Penyakit dan obat bisa lebih dari 1


 SOAL Ujian Praktek sangat bervariasi, jadi menyesuaikan aja dengan JSS nya ya
 Intinya, di UPP 2 kali ini, hampir sama dengan tugas Farmakoterapi dan ada hubungannya dengan
tugas UPP 1

3
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

 Teman, ini hanya JSS. Mau gimana enaknya nulis jurnal tergantung bahasa teman masing2 ya.
Jangan kaku ke JSS aja. Oke.
 Perhatian !!! Menurut pengalaman, bisa saja dalam soal bukan penyakit yang disebutkan tetapi
gejalanya ( sign and symptom) seperti demam,hidung tersumbat,sakit kepala,mual, dll. Jadi, teman2
harus bisa mengasumsikan penyakit disini.
 PUSTAKA
Pustaka yang digunakan dalam UPP 2 ini diantaranya :
- Pharmacoterapy Dipiro, edisi 7 atau 8
- Applied Therapeutic, Koda Kimbell
- AHFS
- Drug Information Handbook (DIH)
- Guideline terbaru dari masing2 penyakit.

Utk buku semuanya ada di ebook ya, kecuali utk AHFS yang terbaru (2014) itu blm ada ebooknya,
tapi aku ada bukunya jadi nanti insyaAllah ada fotokopiannya.

I. URAIAN UMUM TENTANG PENYAKIT

I.1 . Penyakit 1
Penyakit 1 adalah ….

- Definisi penyakit
Mata kemerahan, juga dikenal sebagai konjungtivitis, merupakan salah satu gangguan atau
penyakit pada mata paling umum terjadi baik pada anak-anak maupun dewasa.Konjungtivitis
adalah peradangan konjungtiva, peradangan ini membuat pembuluh darah lebih terlihat dan
memberikan mata warna pink atau kemerahan (CDC, 2012).Konjungtiva adalah lapisan jaringan
yang melapisi bagian depan bola mata (bagian putih mata) dan bagian dalam kelopak mata, tetapi
tidak menutupi kornea. Konjungtiva membantu untuk melindungi mata dari gangguan seperti
asap, bakteri dan alergen di udara, serta efek merugikan dari sinar matahari dan angin. Mata juga
dilindungi oleh kelopak mata, air mata dan kornea (AER).Konjungtivitis adalah peradangan
konjungtiva pada mata, yang menjadi merah, bengkak dan menghasilkan sekret (kotoran pada
mata) dalam menanggapi gangguan tersebut.Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau
virus, alergi dan iritasi fisik atau kimia.Pengobatan tergantung pada identifikasi penyebab dan
keparahan kondisi.

- Klasifikasi penyakit (ditulis singkat aja nanti detailnya ditulis di bagian patofisiologi)
Klasifikasi penyakit menurut ICD-10 versi 2015 :

4
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Pada Bab VII penyakit mata dan adnexa


Kelainan-kelainan konjungtiva (H10-H13)
H10 Konjungtivitis
- Kecuali: keratokonjungtivitis (H16.2)
- H10.0 Konjungtivitis mukopurulenta
- H10.1 Konjungtivitis atopika akut
- H10.2 Konjungtivitis akut lainnya
- H10.3 Konjungtivitis akut, tidak dijelaskan
- Kecuali: ophthalmia neonatorum NOS (P39.1)
- H10.4 Konjungtivitis kronis
- H10.5 Blepharokonjungtivitis
- H10.8 Konjungtivitis lain
- H10.9 Konjungtivitis, tidak dijelaskan
(International Clasification Desease- apps.who.int/ clasifications/ ICD10/browse/ 2015/en)]

I.2 . Penyakit 2
Penyakit glaukoma adalah ….

- Definisi penyakit
Glaukoma adalah kelainan pada mata yang ditandai oleh neuropati optik glaukomatosa dan
hilangnya lapang pandang yang khas, dengan peningkatan tekanan intraokular (TIO) sebagai
salah satu faktor risiko utamanya. Glaukoma dapat menyebabkan kebutaan yang bersifat
ireversibel. (Santosa, 2012).
Glaukoma adalah kelainan pada mata yang dapat menyebabkan neuropati optik, dikarakterisasi
dengan adanya perubahan pada diskus optikus, yang berkaitan erat dengan hilangnya sensitivitas
penglihatan dan penurunan lapangan pandang. Peningkatan tekanan intraokular berperan penting
dalam patogenesis glaukoma (Dipiro2008 hal. 1551)

- Klasifikasi penyakit (ditulis singkat aja nanti detailnya ditulis di bagian patofisiologi)
Kode glaukoma berdasarkan ICD-10 adalah H40.0-H40.9.
Secara umum, glaukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka (glaukoma sudut
lebar) dan glaukoma sudut tertutup (glaukoma sudut lebar). Glaukoma sudut terbuka merupakan
kasus yang lebih banyak dibanding glaukoma sudut tertutup. pada glaukoma sudut terbuka,
dicirikan dengan adanya perubahan diskus optikus dan kehilangan lapangan padang, dengan atau
tanpa peningkatan tekanan intraokular. Glaukoma sudut terbuka dapat diklasifikasikan kembali
menjadi pretrabecular, trabecular dan posttrabecular.
Glaukoma sudut tertutup dicirikan dengan adanya blokade mekanik pada trabecular
meshwork sehingga dapat meningkatkan tekanan intraokular. Glaukoma sudut tertutup primer
dibedakan menjadi CAG(Closed-Angle Glaucoma) dengan pupil terblokir dan tanpa pupil
terblokir. Glaukoma sudut terbuka maupun sudut tertutup dapat disebabkan karena keturunan
(glaukoma primer), kongenital atau akibat penyakit, trauma, operasi, dan obat-obatan (glaukoma
sekunder). (dipiro 2008 hal. 1551).

5
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Keterangan bagan:
 Glaukoma primer : glaukoma yang tidak disebabkan oleh penyakit lain ataupun
karena cacat ketika dilahirkan.
 Glaukoma sekunder : glaukoma yang disebabkan oleh penyakit lain (contohnya
diabetes mellitus dan hipertensi), obat, atau trauma dan dapat mengarah pada
komplikasi yang serius.
 Glaukoma kongenital : glaukoma yang terjadi sejak lahir, karena perkembangan
sistem drainase mata yang abnormal sebelum lahir. Terjadi karena keturunan
(inherited) atau karena perkembangan abnormal selama kehamilan.
 Pupillary block : kondisi terjadinya hambatan aliran aqueous humor normal yang
berasal dari bilik posterior ke bilik anterior melalui pupil. (Salmon, J.R, 2008)
-
[Pustaka : dipiro edisi … halaman … dan/guideline WHO/Curent Medical Diagnosis & Treatment/
Applied Therapeutic (Koda Kimbell) atau buku/jurnal farmakoterapi terkait atau ICD(International
Clasification Desease- apps.who.int/clasifications/ICD10/browse/2010/n).]
II. EPIDEMIOLOGI
II.1. Epidemiologi Penyakit 1 (Konjungtivitis)
Penyebaran penyakit 1 di :
- Dunia
- Indonesia
Tingkat mortalitas (kematian) penyakit 1 :

Konjungtivitis dapat dijumpai di seluruh dunia, pada berbagai ras, usia, jenis kelamin dan
strata sosial. Walaupun tidak ada data yang akurat mengenai insidensi konjungtivitis, penyakit ini
diestimasi sebagai salah satu penyakit mata yang paling umum. (American Academy of
ophthalmology 2013: hlm. 5)
Di Negara maju seperti Amerika, telah diperhitungkan bahwa 6 juta penduduknya telah
terkena konjungtivitis akut (Udeh BL, Schneider JE, Ohsfeldt RL.2008. Cost effectiveness of a
point-ofcare test for adenoviral conjunctivitis. Am J Med Sci. 336(3):254–264) dan diketahui insiden
konjungtivitis bakteri sebesar 135 per 10.000 penderita, baik pada anak-anak maupun pada dewasa
dan juga lansia. (Smith AF, Waycaster C. 2009. Estimate of the direct and indirect annual cost of
bacterial conjunctivitis in the United States. BMC Ophthalmol. 9:13)
Pada 45% kunjungan di departemen penyakit mata di Amerika serikat, 30% adalah keluhan
konjungtivitis akibat bakteri dan virus, dan 15% adalah keluhan konjungtivitis alergi. Konjungtivitis
jugadiestimasi sebagai salah satu penyakit mata yang paling umum di Nigeria bagian timur, dengan

6
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

insidensi 32,9% dari 949 kunjungan di departemen mata Aba Metropolis, Nigeria, pada tahun 2004
hingga 2006.
Insidensi konjungtivitis di Indonesia saat ini menduduki tempat kedua (9,7%) dari10 penyakit
mata utama.Di Indonesia dari 135.749 kunjungan ke departemen mata, total kasus konjungtivitis dan
gangguan lain pada konjungtiva sebanyak 99.195 kasus dengan jumlah 46.380 kasus pada lakilaki
dan 52.815 kasus pada perempuan. Konjungtivitis termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan
terbanyak pada tahun 2009, tetapi belum ada data statistik mengenai jenis konjungtivitis yang paling
banyak yang akurat(Ditjen Yanmed, Kemkes RI, 2010). Sementara di Jambi, hanya didapat data
bahwa konjungtivitis merupakan 10 penyakit terbesar di Poliklinik Mata RSUD Raden Mattaher
Jambi Tahun 2011 dan menempati urutan ke tiga setelah kelainan refraksi dan katarak.

II.2. Epidemiologi Penyakit 2 (Glaukoma)


(Poin yang dijelaskan sama dengan di penjelasan penyakit 1)

[Pustaka : dipiro edisi … halaman … dan/atau buku/jurnal farmakoterapi


terkait/www.litbang.depkes.go.id/ www.depkes.go.id/ buku asuhan kefarmasian/ International
Clasification Desease/Epidemiologi menurut WHO]

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan global ke-2 terbesar setelah katarak. Pada tahun
2002, 37 juta penduduk dunia mengalami kebutaan dengan penyebab glaukoma 12,3%.Pada tahun
2020 (ditambahkan kata“diperkirakan” ga?)hampir 80 juta penduduk dunia mengalami glaukoma.
Kebutaan bilateral menyerang 8,4 juta penduduk dunia [ada tahun 2010 dan diperkirakan lebih dari
11 juta di tahun 2020, dengan mayoritas kasus adalah glaukoma sudut terbuka.(Epidemiology of
Glaucoma, 2009)
Pada tahun 2010, total pasien glaukoma sudut lebar diIndonesia dan negara Asia Tenggara
lainnya, menduduki urutan ke-8 dengan total pasien 1,4 juta, sedangkan kasus glaukoma sudut
tertutup tercatat 2,1 juta. Pada tahun 2020, total penderita glaukoma di Asia Tenggara diperkirakan
mencapai 6 juta pasien.(Br J Opthalmol 2006;90:262-267)
Prevalensi glaukoma di Indonesia tercatat dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, dengan
prevalensi nasional adalah 4,6%. (Riset Kesehatan Dasar 2007)

III. PATOLOGI
III.1. Patologi Penyakit 1 (Konjungtivitis)
III.1.a. Etiologi/Penyebab Penyakit 1
Penyebab Penyakit 1 adalah …

[dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/
Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal
farmakoterapi terkait]

Konjungtivitis terjadi akibat lemahnya system pertahanan pada konjungtiva. Sistem


pertahanan tersebut meliputi :

7
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

- Temperatur yang lebih rendah dari udara sekitar


- Adanya kelopak mata yang menyibak kotoran
- Adanya air mata untuk membersihkan kotoran
- Adanya lisozim yang berperan sebagai antibakteri
- Adanya immunoglobulin pada air mata
Penyebab utama konjungtivitis yaitu :
- Bakteri, diantaranya : Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Haemaphilus
influenza, Neisseria meningitides, Neisseria gonorrhaea, Clamydia trachomatis
- Virus
- Alergen(serbuk sari dari pohon, tanaman, rumput dan gulma, tungau, debu, jamur, dan
lain-lain)
- Bahan yang dapat mengiritasi (seperti klorin pada kolam renang) yang dapat mengiritasi
mata (CDC, 2012).

III.1.b. Faktor Resiko Penyakit 1


Resiko Penyakit 1 dapat terjadi pada :
(bisa dikaitkan dengan kondisi fisiologis pasien, penyakit lain, dengan gaya hidup, genetik,
konsumsi obat2& makanan tertentu, usia, jenis kelamin, lingkungan, dll)

[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis &


Treatment/ Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau
buku/jurnal farmakoterapi terkait]

Beberapa faktor resiko konjungtivitis, diantaranya yaitu :


 Status sosial ekonomi yang menunjukkan kurangnya kondisi higienis, kebersihan air,
peralatan yang bersih dan memadai, dan edukasi tentang penyakit konjungtivitis
 Kondisi lingkungan yang berdebu dan banyak terpajan sinar matahari
(CDC, 2012)

III.1.c. Patofisiologi / Patogenesis Penyakit 1


(menjelaskan perubahan fisiologis yang diakibatkan oleh proses patologis, jika ada sertai
dengan bagan/gambar perjalanan penyakitnya)

[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis &


Treatment/ Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau
buku/jurnal farmakoterapi terkait]

Konjungtivitis bakteri merupakan hasil infeksi dari bakteri patogen pada jaringan
konjungtiva. Infeksi tersebut menghasilkan reaksi inflamasi dengan berbagai tingkat
keparahan dan manifestasi klinis.(Ocular Therapeutic Handbook. Hal 169)
Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan
kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang
berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva.
Kedua infeksi bakterial memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau
limfositik meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih
ini mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara
mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas.3

8
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi
konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan
sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang
merangsang lakrimasi.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor
lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus
menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata
ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim.
Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema
epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat
edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan
folikel). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel
– sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh –
pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemia yang tampak paling nyata pada
forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan
pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi
tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika pasieh
mengalami keluhan nyeri pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.
(American optometric association, 2010)

III.2. Patologi Penyakit 2 (Glaukoma)


III.2.a. Etiologi/Penyebab Penyakit 2

[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/
Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal
farmakoterapi terkait]

Penyebab spesifik dari neuropati optik glaukomatosa belum jelas diketahui.


Peningkatan tekanan intraokular merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan
perkembangan dan progresifitas glaukoma. Faktor lain yang mempengarui antara lain adalah
iskemia dari syaraf optik,penurunan atau disregulasi aliran darah, eksitotoksisitas,
reaksi autoimun dan proses fisiologis abnormal lainnya. Tekanan intraokular yang tinggi
pada beberapa kondisi tidak menyebabkan adanya kerusakan lapangpandang, sementara
beberapa pasien menunjukkan adanya kerusakan lapang pandang pada nilai tekanan
intraokular normal (glaukoma normal tension). Namun, beberapa studi menunjukkan
penurunan nilai IOP (Intra-ocular Pressure) dapat mengurangi risiko progresivitas
galukoma, dan mencegah onset glaukoma pada pasien yang memiliki hipertensi okular.
(Dipiro 2008 hal. 1554)
Etiologi dari glaukoma sudut tertutup adalah adanya blokade mekanis trabecular
meshwork oleh iris. Hal ini menyebabkan terjadinya fluktuasi IOP yang menyebabkan
munculnya gejala dalam kondisi peningkatan akut. CAG primer terjadi pada pasien yang

9
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

memiliki anterior chamber yang dangkal (sudut antara kornea dan iris sempit atau iris dan
lensa saling menempel/pupillary block. CAG juga dapat terjadi pada kondisi plateau iris (iris
lekuk ke bagian depan sehingga trabecular meshwork tertutup).

III.2.b. Faktor Resiko Penyakit 2

[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/
Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal
farmakoterapi terkait]

Faktor risiko glaukoma sudut terbuka


- Usia  prevalensi meningkat seiring dengan perkembangan usia
- Tekanan intraokular  merupakan satu-satunya faktor risiko yang bisa dimodifikasi.
Prevalensi dan insidensi OAG (Open Angled Glaucoma) meningkat seiring dengan
peningkatan TIO (Tekanan Intraokular)
- Ras  afrika-amerika dan afro-karibean, latin dan kaukasian.
- Riwayat keluarga  risiko meningkat 4-9x lipat
- Pseudoexfoliation
- CCT (central cornea thickness) tiap penurunan 40 μm CCT, risiko meningkat 30-
40%.
- Miopia  peningkatan miopia tinggi semakin meningkatkan risiko glaukoma
- Tekanan perfusi okular
- Kondisi kesehatan lain, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, migrain, apnea dan
Raynaud syndrome
(Terminology and guideline for glaucoma 2014 hal. 82)
- Obat-obatan,
Dalam kondisi glaukoma tidak terkontrol, obat-obatan di bawah ini dapat meningkatkan
tekanan intraokular: (ini ditulisnya kalo misalnya terkait kasus aja deh...)
Glaukoma sudut terbuka Glaukoma sudut tertutup
Kortikosteroid optalmik Antikolinergik topikal
Kortikosteroid sistemik Simpatomimetik topikal
Kortikosteroid nasal Antikolinergik sistemik
Antikolinergik optalmik Antidepresan heterosiklik
Fenoldopam Antihistamin
Suksinilkolin Ipratropium
Vasodilator (low risk) Topiramat
Simetidin (low risk) SSRIs,dll

Faktor Risiko Glaukoma Sudut Tertutup


- Etnis  Asia lebih banyak mengalami kasus glaukoma sudut tertutup.
- Usia tua
- Jenis kelamin  wanita lebih sering mengalami
- Chamber anterior yang dangkal
- Short axial length
- Diameter kornea kecil
(The Epidemiology of Glaucoma, hal. 17-18)

10
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

III.2.c. Patofisiologi / Patogenesis Penyakit

[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis &


Treatment/ Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau
buku/jurnal farmakoterapi terkait]

Glaukoma sudut terbuka


Kerusakan saraf optik pada kasus glaukoma sudut terbuka primer dapat terjadi pada
nilai IOP yang bervariasi. Umumnya nilai IOP 20-30 mmHg selama beberapa tahun sampai
kemudian muncul ciri perkembangan penyakit yang terlihat dari diskus optikus atau
perubahan pada lapang pandang.
Dari faktor-faktor yang tersebut dalam etiologi, hasil akhir yang dapat terjadi dari semua
proses tersebut di atas adalah apoptosis sel ganglion retina, yang menyebabkan degenerasi
axon, dan kehilangan penglihatan secara permanen.
(Dipiro 2008 hal. 1554)
Ketika tekanan intraokular meningkat, gradien tekanan yang melewati lamina cribrosa juga
akan meningkat, sehingga lamina cribrosa dan sel ganglion retina akan mengalami deformasi
dan stres mekanis. Ketika regulasi aliran darah mengalami disregulasi, retina akan
mengalami iskemia-hipoksia sehingga terjadi kerusakan pada retina, dan menyebabkan
kehilangan penglihatan secara permanen.
(Khaw, Peng Tee, 2004)

Glaukoma sudut tertutup


Pada kasus glaukoma sudut tertutup, adanya blokade trabecular meshwork akan
menyebabkan tingginya tekanan intraokular. Tekanan intraokular yang sangat tinggi dapat
menyebabkan kehilangan lapangpandang dalam jangka waktu jam sampai hari.

III.3 Kesimpulan(keterkaitan antara penyakit 1 dan 2)


(Analisis tentang keterkaitan soal : penyakit 1 dengan penyakit 2 )
Pada pasien yang terkena infeksi mata kronis, maka sekresi air mata akan meningkat,
fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi air mata. Apabila pengeluaran air mata
tidak di iringi dengan pembukaan saluran outflow yang seimbang maka lama kelamaan akan
meningkatkan tekanan intraocular sehingga meningkatkan resiko terjadinya glaucoma.
Konjungtivitis unilateral yang di ikuti dengan gejala sakit parah seperti muntah
mungkin saja itu merupakan sinyal penanda bahwa pasien terkena glaucoma, karena semakin
tinggi tekanan intraocular maka akan semakin merah mata.
Infeksi H. pylori dapat mempengaruhi patofisiologi glaucoma dengan melepaskan
berbagai zat proinflamasi dan vasoaktif, serta dengan mempengaruhi proses apoptosis,
parameter yang juga dapat memberi efek kepada mereka sendiri dalam induksi dan/atau
perkembangan neuropati glaukoma. Sulit untuk memahami bagaimana infeksi H. pillory dapat
dihubungkan dengan patologi bervariasi seperti itu. H. pilory sistemik mungkin menginduksi
kerusakan oksidatif yang berhubungan dengan stress oksidatif, infeksi H. pylori dan kerusakan
pada meshwork trabecular dan saraf optic yang menyebabkan terjadinya glaukoma.

11
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Hubungan Obat Konjungtivitis dengan Glaukoma

Agonis α Adrenergik
Agonis α adrenergik mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah di mata sehingga
meningkat tekanan intraocular dan meningkatkan resiko terjadinya glaukoma.

Hubungan Obat Glaukoma dengan Konjungtivitis

Jika konjungtivis muncul bertahap dan dan tidak sembuh selama lebih dari sebulan
kemungkinan pasien alergi terhadap obat glaukoma.

12
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

IV. MANIFESTASI KLINIS (Clinical Presentation)

IV.1. Manifestasi Klinik Penyakit 1

IV.1. a. Gejala Penyakit 1

 Gatal, iritasi, dan/ atau rasa terbakar


 Merasa seperti ada benda asing di mata atau dorongan untuk menggosok mata
 Pengerasan kulit kelopak mata atau kadang-kadang bulu mata terjadi, terutama di pagi hari
 Gejala pilek, flu, atau infeksi pernapasan lainnya juga dapat terjadi
 Kepekaan terhadap cahaya terang kadang-kadang terjadi
 Pembesaran dan/ atau kelembutan, dalam beberapa kasus pada kelenjar getah bening di
depan telinga. Pembesaran ini mungkin terasa seperti benjolan kecil bila disentuh.
(Kelenjar getah bening bertindak sebagai filter dalam tubuh, mengumpulkan dan
menghancurkan virus dan bakteri) agak bingung dengan kata2 nya
 Gejala alergi, seperti hidung gatal, bersin, tenggorokan gatal, atau asma mungkin terjadi
dalam kasus konjungtivitis alergi
(CDC, 2012)

IV.1. b. Tanda Penyakit 1

 Warna merah muda atau merah di bagian sklera mata (seringkali terjadi pada salah satu
mata untuk bakteri dan pada kedua mata untuk virus atau alergi konjungtivitis)
 Pembengkakan konjungtiva (lapisan tipis yang melapisi bagian sklera mata dan bagian
dalam kelopak mata) dan/ atau kelopak mata
 peningkatan keluarnya air mata
 Keluarnya nanah, terutama kuning-hijau (lebih umum pada konjungtivitis bakteri)

Tanda dan gejala yang membedakan konjungtivitis karena bakteri, virus, dan alergi yaitu
 Jika konjungtivitis terjadi disebabkan oleh bakteri, mungkin ditemukan pengerasan kulit
pada kelopak mata dan mengeluarkan sekret berwarna kuning atau kehijauan. Infeksi ini
dapat menyebar pada kedua mata.
 Konjungtivitis yang terjadi karena virus, ditandai dengan kelopak mata berkerak dan air
mata dikeluarkan dalam konsistensi yang lebih kental. Infeksi ini juga dapat menyebar ke
mata yang lain.
 Jika alergi yang menyebabkan konjungtivitis, akan ditemukan gejala yaitu mata gatal,
merah dan air mata yang keluar kental. Jika berada pada lingkungan yang pengap,
kemungkinan terjadi hidung meler atau gatal
(CDC, 2012)

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


Gambaran klinis konjungtivitis
Bakteri Jamur dan
Virus alergi
Purulen Nonpurulen parasit
Sekret Sedikit mengucur sedikit sedikit sedikit
Air mata mengucur sedang sedang sedikit sedang
Gatal Sedikit sedikit - - mencolok

13
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Mata merah Umum umum lokal lokal umum


Nodul Lazim jarang lazim lazim -
preaurikuler
Pewarnaan Monosit, Bakteri, PMN Bakteri, PMN negatif eosinofil
usapan limfosit
Sakit tenggorok Sewaktu- jarang - - -
dan panas yang waktu
menyertai
(sumber : Sidarta I. “Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta. FKUI. Edisi Ketiga. 2010. hal. 121)

IV.1. c. Data Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang Dalam Penegakan Diagnosa Penyakit
konjungtivitis

Diagnosis konjungtivitis bakteri dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

14
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Diagnosis konjungtivitis bakteri

(Chisholm-burns:2008)

Diagnosis dari penyakit ini adalah dengan melihat dari manifestasi klinis. Selain itu juga dapat
dilihat dari pemeriksaan sitologi, pemeriksaan gram dan kultur bakteri untuk mengetahui jenis bakteri
penginfeksi dan sensitivitas antibiotik terhadap bakteri tersebut. (ocular therapeutic handbook, hal 172-173)
Pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru dimana akan terlihat diplococcus di dalam sel
leukosit. Dengan pewarnaan gram akan terdapat sel intraselular atau ekstraselular dengan sifat gram
negatif.Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat. Pengobatan segera dimulai bila
terlihat pada pewarnaan gram positif diplococcus batang intraselular dan sangat dicurigai konjungtivitis
gonore. (IPM hal 128)
Konjungtivitis bakteri akut didiagnosis dengan melihat sejarah pasien dan evaluasi organ mata
meliputi pemeriksaan eksternal, slit-lamp biomicroscopy, dan pengukuran visual acuity. Pemeriksaan
tambahan lainnya antara lain tes kultur, pewarnaan gram, imunoassay, biopsi konjungtiva. (DUR Capsules)

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan
menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis yang penting pada pasien konjungtivitis
adanya riwayat kontak dengan penderita yang sama, riwayat alergi, riwayat hiegienitas, dan riwayat kontak
dengan bahan iritan.
Disamping itu juga perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
 Ketajaman penglihatan
 Pemeriksaan slit lamp
 Pewarnaan sekret mata dengan Giemsa dan Metylen Blue untuk mengetahui penyebabnya
bakteri atau virus dan pemberian KOH untuk yang dicurigai disebabkan jamur
 Kultur kerokan konjungtiva

15
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Diagnosis banding konjungtivitis berdasarkan gambaran klinis :


Tanda Bakterial Viral Alergik Toksik TRIC
(clamidia)
Injeksi Mencolok Sedang Ringan- Ringan- Ringan-
konjungtivitis sedang sedang sedang
Hemoragi + + - - -
Kemosis ++ +/- ++ +/- +/-
Eksudat Purulen atau Jarang, air Berserabut - Berserabut
mukopurulen (lengket), (lengket)
putih
Pseudomembran +/- +/- - - -
Papil +/- - + - +/-
Folikel - + - + +
Nodus
preaurikuler
Panus
(sumber : Sidarta I. “Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta. FKUI. Edisi Ketiga. 2010. hal. 122)

IV.1. d. Kerusakan Organ Target Akibat Penyakit konjungtivitis/ Komplikasi

Penyakit ........ dapat menyebabkan kerusakan organ berikut ini:

- .....................
- ......................

Penyakit konjungtivitis yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1. glaukoma
2. katarak
3. ablasi retina
4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari
blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila
sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat
mengganggu penglihatan, lama-kelamaan orang bisa menjadi buta
7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan

Kerusakan Organ Target/Komplikasi Penyakit Konjungtivitis dapat menyebabkan:


- Ulkus kornea marginal
- Keratitis superfisial
- Blepharitis
- Dacryocystitis

16
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

- Komplikasi sistemik (jarang): arthritis gonorrhoea, endokarditis, septikemia


(Comprehensive ophthalmology, hal 56, 58) ST

IV.2. Manifestasi Klinik Penyakit 2

IV.2. a. Gejala Penyakit 2

Glaukoma sudut terbuka (OAGopen-angle glaucoma): Tidak ada gejala sampai terjadi
kehilangan lapang pandang
Glaukoma sudut tertutup (CAGclosed-angle glaucoma) : pandangan kabur dengan adanya
halos. Episode akut: pusing, mual, muntah, nyeri abdomen, nyeri pada mata, pandangan
berawan.

IV.2. b. Tanda Penyakit 2

OAG
- Adanya perubahan diskus dan kehilangan lapang pandang
- Nilai TIO dapat normal atau meningkat (>21 mmHg)
CAG
- Hiperemic konjunctiva
- Kornea berawan
- Anterior chamber dangkal
- Hiperemic optic disk.
Kenaikan IOP (40-90 mmHg) saat timbul gejala

IV.2. c. Data Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang Dalam Penegakan Diagnosa Penyakit 2

Untuk penegakan diagnosis, pengujian yang dapat dilakukan adalah:


- Pemeriksaan tonometri
Adalah pengukuran tekanan intraokular. Instrumen yang sering digunakan adalah
tonometer Goldmann. Nilai normal TIO adalah 10-21 mmHg.
- Gonioskopi, melihat struktur dan konfigurasi dalam mata anterior chamber angle, seperti
trabecular meshwork, sclera, kanal schlemm dsb, termasuk memeriksa sudut antara iris-
kornea untuk menentukan klasifikasi glaukoma sudut terbuka dan tertutup.
- Pemeriksaan diskus optikus
Diskus optikus adalah bagian dari saraf optik yang tersusun dari sel saraf ganglion retina,
pembuluh darah dan jaringan pengikat (lamina cribrosa). Terdapat bagian kecil bernama
cup yang ukurannya akan menjadi lebih besar jika terjadi kerusakan sel saraf akson.
Beberapa temuan dari pemeriksaan diskus optikus yang mencirikan terjadinya glaukoma
adalah:
a. Rasio cup terhadap disk > 0,5
b. peningkatan ukuran cup secara progresif
c. pemanjangan cup secara vertikal
d. Cup menjadi lebih dalam
e. kerusakan serabut saraf
- Pemeriksaan lapangan pandang
Alat yang digunakan adalah perimeter. Perubahan dalam lapangan pandang, baru dapat
terdeteksi saat telah terjadi kerusakan sel ganglion retina sejumlah 40%.

17
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

(Dipiro 2008 hal. 1553)


(Vaughan & asbury’s General Opthalmology 17th ed)

IV.2. d. Kerusakan Organ Target akibat Penyakit 2/ Komplikasi

Kerusakan paling parah dari glaukoma yang tidak tertangani adalah kehilangan lapangpandang
secara kontinyu sampai akhirnya menyebabkan kebutaan permanen.
Prognosis dari Glaukoma sudut terbuka sangat baik jika terdeteksi dini dan diobati dengan
tepat. Pasien yang telah mendapatkan terapi dan nilai IOP terkontrol, risiko perkembangan
kehilangan lapang pandang sejumlah 8-20%. Pasien yang tidak terkontrol, 80% akan
kehilangan lapang pandang secara kontinyu. Progresivitas dari kebutaan bilateral pada pasien
yang mendapatkan pengobatan adalah 4-22%.
(Dipiro 2008 hal. 1555)

V. KAJIAN OBAT: Mengkaji Obat yang Disebut dalam Soal


V.1. Obat A : Biasanya merupakan obat UPP 1 (OTM Oksimetazolin)
V.1.a. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja (simpatomimetik) dari (oksimetazolin HCL) adalah (oksimetazilin merupakan


amin simpatomimetik direct –acting. Obat ini secara langsung menstimulasi reseptor alfa
adrenergik dari sistem saraf simpatetik dan sedikit atau tidak ada efek pada reseptor beta
adrenergik (AHFS 2014, hal 52:32 online)

Oksimetazolin bekerja pada reseptor alfa adrenergik pada arterioles konjungtiva untuk membuat
vasokontriksi, mengakibatkan penurunan kongesti konjungtiva(USPDI 2007, hal 2243)

V.1.b. Indikasi

OksimetazolinHCl diindikasikan untuk mata merah yaitu dengan mengurangi secara temporer mata
merah yang disertai dengan iritasi ringan pada mata, yang disebabkan oleh alergi, hawa dingin, debu,
asap, angin, berenang dan atau penggunaan kontak lensa. (USPDI 2007, hal 2243)

Oksimetazolin HCl diindikasikan untuk Kongesti konjungtiva yaitu untuk mengurangi secara
temporer kongesti dan kemerahan pada mata akibat iritasi ringan.(AHFS 2014 hal 52:32)

V.1.c. Dosis

Pasien Dosis

Anak – anak usia, Dosis individual harus sesuai petunjuk dokter


Dibawah 6 tahun USPDI 2007 hal 2244

Dewasa dan anak2 usia 6 1-2 tetes mengandung 0,025% oxymetazoline hcl; dosis
tahun ke atas dapat diulang setiap 6 jam sesuai kebutuhan atau
menurut petunjuk dokter
AHFS 2014 52:32

18
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

V.1.d. Aturan Pakai

Berdasarkan dosis dan perhitungan maka aturan pakai obat tetes mata oksimetazolin adalah :

Dewasa dan anak diatas 6 tahun 1-2 tetes, dapat di ulang setiap 6 jam sesuai kebutuhan atau sesuai
dengan petunjuk dokter. Agar sediaan tidak terkontaminasi, jagalah ujung botol tidak terkena tangan
atau benda-benda lain. Tutuplah kembali botol setelah digunakan (AHFS 2014 hal .52:32.., USPDI
2007 hal 2243

V.1.e. Efek Samping


Efek samping yang dapat muncul selama penggunaan (oksimetazolin hcl) antara lain:
- Pada penggunaan berlebihan dan atau penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
hiperemia reaktif (peningkatan iritasi atau kemerahan pada mata)
- Gejala-gejal terjadi pada absorpsi sistemik : denyut jantung yang cepat, tidak terarur atau
keras, sakit kepala, gugup, gemetar, gangguan tidur dan pusing.

(AHFS 2014 hal 52:32..., USPDI 2007, hal 2243)

V.1.f. Kontraindikasi

Penggunaan (oxymetazoline)dikontraindikasikan pada:


- Pasien yang sensitif terhadap oksimetazolin atau dekongestan mata lain, atau komponen
yang terdapat dalam formulasi
(AHFS 2014, hal 52:32)

V.1.g Interaksi Obat

Penggunaan oral Oksimetazolin hcl dengan antidepresan trisiklik atau marotiline : jika absorsi
sistemik oksimetazolin hcl terjadi secara signifikan, penggunaan bersama dapat memperkuat efek
penekan dari oksimetazolin.
USPDI 2007, 2243

V.1.h. Toksisitas dan Penanganannya


 Tidak ada data toksisitas dicantumkan dalam pustaka yang ditemukan pada AHFS. GG, USPDI,
Martindale, Merck Index. Pada penggunaan dosis yang berlebihan (dari dosis yang di
rekomendasikan ) dan penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan iritasi dan
kemerahan pada mata (rebount hyperemia). LD 50 secara oral pada tikus : 10 mg/kg (Merck
Index)

V.1.i. Perhatian/Penggunaan pada kondisi khusus

1. Wanita hamil dan menyusui : oksimetazolin mungkin dapat diabsorsi secara sistemik, Studi belum
pernah dilakukan pada manusia dan hewan.
Permasalahan pada manusia terutama wanita menyusui belum di dokumentasikan: akan tetapi
oksimetazolin mungkin dapat di absorpsi secara sistemik

2. Pediatrik

19
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Periksa ke dokter sebelum menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl kepada anak di bawah 6
tahun mata merah pada anak-anak dapat terjadi bersamaan dengan penyakit seperti alergi, demam,
pilek, dan penyakit campak yang mungkin membutuhkan perhatian pengobatan.

3. Geriatrik
Studi yang sesuai pada hubungan antara umur terhadap efek oksimetazolin belum dilakukan pada
populasi geriatrik. Akan tetapi, tidak ada masalah yang spesifik pada geriatrik ditemukan.

USPDI 2007, 2443

PERINGATAN

- Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap obat tetes mata simpatomimetik atau dekongetan mata
yang lain
- Hati-hati pada kondisi penyakit arteri koroner atau penyakit jantung seperti angina atau hipertensi,
dapat memperparah karena efek induksi obat kardiovaskular. (ini terjadi jika oksimetazolin hcl
diabsorpsi secara sistemik)
- Hentikan penggunaan dan periksa ke dokter jika terjadi sakit pada mata atau terjadi perubahan pada
penglihatan atau jika mata merah atau iritasi tetap berlanjut atau semakin parah, atau mata merah .
setelah menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl lebih dari 72 jam.
- Hentikan penggunaan jika larutan menjadi keruh atau ada endapan atau terjadi perubahan warna
- (penyakit mata, infeksi atau luka-luka) karena(dapat meningkatkan gejala dan memperlambat
pengobatan)
- Glaukoma, penglihatan terbatas, predisposition to....... Karena dapat memicu pelebaran pupil
- Hipertiroid karena dapat memperburuk takikardia dan tekanan darah tinggi
(USPDI 2007 hal 2243)

- Penyakit mata, infeksi atau luka pada mata, karena dapat menutupi gejala-gelala dan menunda atau
memperlambat pengobatan.
- Glaukoma sudut sempit atau cenderung untuk glaukoma, karena dapatmenyebabkan kerusan dengan
dilatasi pupil.
- Hipertensi, jika absorsi sistemik dari oksimetazolin hcl terjadi secara signifikan kondisi hipertensi
dapat di perparah karena efek drug-induksi terhadap kadiovaskular
AHFS 2014, hal 52:32
V.1.j. Penyimpanan

Obat tetes mata oksimetazolin Hcl sebaiknya disimpan pada suhu 15-30 derajat celcius di
tempat kering dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Simpan dalam wadah tertutup
rapat dan hindari pencemaran. Hindari penyimpanan di freezer.

AHFS 2014, hal 55:32 , USPDI 2007 hal 2243

(Biasanya Obat A ini adalah obat yang menjadi tugas kita di UPP 1, jadi teman2 bisa mengacu ke jurnal
UPP 1 Bab II dan jangan lupa cari benang merahnya dengan kasus teman2. Yang dimasukkin )
(AHFS, USPDI, DRUG FACTS,Stockley, DIH dll)

20
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

V.2. Obat 2
V.2.a. Mekanisme Kerja

V.2.b. Indikasi

V.2.c. Dosis

V.2.d. Aturan Pakai

V.2.e. Efek Samping

V.2.f. Kontraindikasi

V.2.g. Interaksi Obat

V.2. h Toksisitas dan Penanganannya

V.2.i. Perhatian/Penggunaan pada kondisi khusus

V.2.j. Penyimpanan

(Biasanya Obat B ini adalah obat tambahan di tugas UPP 2, untuk formatnya bisa mengacu ke jurnal UPP 1
bab II, dan jangan lupa cari benang merahnya dengan obat A dan kasus teman2)
(AHFS, USPDI, DRUG FACTS, Stockley, DIH, dll)

VI. KAJIAN OBAT LAIN


VI. 1 Kajian Obat Lain utk Obat A
VI.1.a Obat lain dalam 1 golongan yang sama (tulis untuk masing-masing obat yang ada di soal)
Cantumkan Bentuk sediaan dan Dosis Regimennya. Misalnya :

Regimen Dosis
Obat Bentuk Sediaan
Dosis per Hari
Naphazoline HCl OTM Anak usia 6 tahun keatas dan
dewasa: 1 samapi 2 tetes 0.01-
0.05% setiap 3-4 jam sekali
Tetrahidrozolin Hcl OTM Anak usia 6 tahun keatas dan
dewasa : 1-2 tetes 0.05% setiap 3-
4 jam sekali

Perbandingan Farmakokinetik

(Misalnya; Obat B kita adalah golongan ACEI yang digunakan untuk mengobati Osteoartritis, maka kita
membandingkan obat B dengan obat ACEI lainnya.)

Parameter Golongan Imidazoline derivat amin


simpatomimetik
Oksimetazoline Naphazoline Tetrahidrozolin
HCl HCl Hcl
Extent of
Pharmacokinetics absorption
(oral) (%)

21
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Absolute
bioavailability
(oral) (%)
Volume of
distribution
Tmax (h)
Protein
binding (%)
Onset
Durasi
Metabolism
Major
metabolites
Half-life,
elimination
(h)
Clearance,
systemic
Excreted
unchanged in
urine (%)
Excreted in
urine (%)
Excreted in
feces (%)
Farmakodinamik Mekanisme Mekanisme kerja Mekanisme Mekanisme
Kerja (simpatomimetik) kerja kerja
dari naphazoline tetrahidrozoline
(oksimetazolin HCL belum HCL belum
HCL)adalah diketahui diketahui
(oksimetazilin secara pasti. secara pasti.
merupakan amin Kebanyakan Kebanyakan
simpatomimetik ahli ahli
direct –acting. farmakologi farmakologi
Obat ini secara percaya percaya bahwa
langsung bahwa obat obat ini
menstimulasi ini langsung langsung
reseptor alfa merangsang merangsang
adrenergik dari pada pada reseptor
sistem saraf reseptor alfa alfa adenergik
simpatetik dan adenergik dari sistem
sedikit atau tidak dari sistem saraf simpatis
ada efek pada saraf dan sedikit atau
reseptor beta simpatis dan tidak
adrenergik sedikit atau berpengaruh
tidak pada reseptor
berpengaruh beta
pada adrenergik.
reseptor
beta

22
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

adrenergik.

23
Oxymetazoline HCl Naphazoline HCl Tetrahidrozolin Hcl

Mekanisme Kerja Mekanisme kerja Mekanisme kerja naphazoline Mekanisme kerja tetrahidrozoline
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN
(simpatomimetik) dari FARMASI
HCL belum diketahui secara(Tim JSS PF Apt
HCL ITBdiketahui
belum Agustussecara
14/15)
pasti.
(oksimetazolin HCL)adalah pasti. Kebanyakan ahli Kebanyakan ahli farmakologi
(oksimetazilin merupakan amin farmakologi percaya bahwa obat percaya bahwa obat ini langsung
simpatomimetik direct –acting. ini langsung merangsang pada merangsang pada reseptor alfa
Obat ini secara langsung reseptor alfa adenergik dari adenergik dari sistem saraf simpatis
menstimulasi reseptor alfa sistem saraf simpatis dan sedikit dan sedikit atau tidak berpengaruh
adrenergik dari sistem saraf atau tidak berpengaruh pada pada reseptor beta adrenergik.
simpatetik dan sedikit atau reseptor beta adrenergik.
tidak ada efek pada reseptor
beta adrenergik
ADME A. ABSORPSI A. Absorbsi A. Absorbsi
Penggunaan topikal Berdasarkan penggunaan Berdasarkan penggunaan topikal
larutan optalmik topikal untuk konjungtiva, larutan tetrahidrozoline HCl
oksimetazolin hcl, vasokonstriksi lokal biasa untuk konjungtiva atau
memberikan efek terjadi dalam waktu 10 membran mukosa hidung,
vasokontriksi lokal yang menit dan dapat bertahan vasokontriksi lokal biasa terjadi
biasanya terjadi dalam selama 2 – 6 jam kadang2 dalam beberapa menit dan
beberapa menit dan dapat naphazolin Hcl dapat dapat bertahan selama 4-8 jam.
bertahan sampai 6 jam. diabsorbsi dan Kadang-kadang, tetrahidrozoline
Kadang kadang, sejumlah menghasilkan efek Hcl dapat diabsorbsi dan
oksimetazolin mungkin sistemik menghasilkan efek sistemik.
diapsorsi untuk B. DISTRIBUSIinformasi B. DISTRIBUSIinformasi tentang
menghasilkan efek tentang distribusi dan distribusi dan eliminasi obat
sistemik. Onse of action eliminasi obat Tetrahidrozolin pada manusia
dalam 5 menit, durasi of oksimetazolin hcl pada belum tersedia.
action kira-kira 6 jam. manusia belum tersedia. C. METABOLISMEbelum ada
C. METABOLISMEbelum data atau pustaka yang
B. DISTRIBUSIinformasi ada data atau pustaka yang menyebutkan Tetrahidrozolin di
tentang distribusi dan menyebutkan metabolisme (karena efeknya
eliminasi obat oksimetazolin di lokal, tidak mengalami
oksimetazolin hcl pada metabolisme (karena metabolisme)
manusia belum tersedia. efeknya lokal, tidak D. ELIMINASIinformasi tentang
C. METABOLISMEbelum mengalami metabolisme) distribusi dan eliminasi obat
ada data atau pustaka D. ELIMINASIinformasi Tetrahidrozolin hcl pada
yang menyebutkan tentang distribusi dan manusia belum tersedia.
oksimetazolin di eliminasi obat
metabolisme (karena oksimetazolin hcl pada
efeknya lokal, tidak manusia belum tersedia.
mengalami metabolisme)
D. ELIMINASIinformasi
tentang distribusi dan
eliminasi obat
oksimetazolin hcl pada
manusia belum tersedia.

Efek samping Pada penggunaan berlebihan Efek samping serius rendah atau Efek samping serius rendah atau
dan atau penggunaan jangka jarang terjadi pada pasien yang jarang terjadi pada pasien yang
panjang dapat menyebabkan menggunakan larutan optalmik menggunakan larutan optalmik
hiperemia reaktif (peningkatan naphazoline HCL. Penggunaan tetrahidrozlin HCL penggunaan
iritasi atau kemerahan pada jangka panjang atau terlalu jangka panjang atau terlalu sering
mata) sering dapat mengiritsi dapat mengiritasi mukosa hidung dan
konjungtiva khususnya pada konjungtiva khususnya pada anak-
anak-anak. Penggunaan pada anak yang disebabkan efek
mata dapat mengakibatkan sistemikpenggunaan intranasal dapat
Gejala-gejal terjadi pada penglihatan kabur terasa menyebabkan rasa tersengat pada
absorpsi sistemik : denyut menyengat atau iritasi, midriasis hidung atau mukosa kering dan
jantung yang cepat, tidak dan menurunkan atau bersin. Penggunaan pada mata
terarur atau keras, sakit kepala, meningkatkan tekanan inokuler. menyebabkan penglihatan kabur,

24
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

gugup, gemetar, gangguan tidur iritasi dan midriasis.


dan pusing.

AHFS 2014 hal 52:32

VI.1.b Obat lain dengan beda golongan (tulis untuk masing-masing obat yang ada di soal)

(menjelaskan obat-obat lain utk hipertensi, karena saya dapet obat A nya Losartan. Obat lainnya ambil
contoh 1 aja dari masing2 golongan)

Parameters
Agen antialergi Dst
(Usp Di 27th hal 972
Farmakodinamik Mekanisme Penghambatan
Kerja degranulasi dari
sintesis sel mast
karena paparan
antigen spesifik,
menghambat
mediator reaksi
alergi tipe 1
Contoh Obat Cromolyn Nedocromil
Dosis Anak diatas 4 tahun 1 - 2 tetes
1-2 tetes dapat 2% 2 kali
diulang setiap 3-4 sehari
jam
Pharmacokinetics Extent of
absorption
(Contoh 1 obat) (oral) (%)
Absolute
bioavailability
(oral) (%)
Volume of
distribution
Tmax (h)
Protein binding
(%)
Onset
Durasi
Metabolism
Major
metabolites
Half-life,
elimination (h)
Clearance,
systemic
Excreted
unchanged in
urine (%)

25
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Excreted in
urine (%)
Excreted in
feces (%)

VI.1.c Penjelasan Pertimbangan dalam Penggunaan

Adapun hal yang harus dipertimbangkan di dalam pemilihan penanganan …. (nama penyakit 1,) adalah ….

Didasarkan pada kondisi kasus yang didapet. Misal: kalau kita pakai lini ke -2 jelasin kenapa ga bisa lini ke-
1

[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/ Applied Therapeutic
(Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal farmakoterapi terkait]

VI.2 Kajian Obat Lain utk Obat B


(mengkaji obat-obat lain utk Obat B. Poin2 yang dipaparkan sama dengan pemaparan obat lain utk obat A)
VI.2.a Obat lain dalam 1 golongan yang sama (tulis untuk masing-masing obat yang ada di soal)
Cantumkan Bentuk sediaan dan Dosis Regimennya. Misalnya :

Regimen Dosis
Obat Bentuk Sediaan
Dosis per Hari

Perbandingan Farmakokinetik

Parameter ARB

Valsartan Kandesartan Irbesartan Telmisartan


Extent of
absorption
(oral) (%)
Absolute
bioavailability
(oral) (%)
Volume of
distribution
Tmax (h)
Pharmacokinetics Protein
binding (%)
Onset
Durasi
Metabolism
Major
metabolites
Half-life,
elimination
(h)

26
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Clearance,
systemic
Excreted
unchanged in
urine (%)
Excreted in
urine (%)
Excreted in
feces (%)
Farmakodinamik Mekanisme
Kerja

VI.2.b Obat lain dengan beda golongan (tulis untuk masing-masing obat yang ada di soal)

Parameters
Dst
Farmakodinamik Mekanisme Kerja
Contoh Obat
Pharmacokinetics Extent of absorption
(oral) (%)
(Contoh 1 obat) Absolute bioavailability
(oral) (%)
Volume of distribution
Tmax (h)
Protein binding (%)
Onset
Durasi
Metabolism
Major metabolites
Half-life, elimination
(h)
Clearance, systemic
Excreted unchanged in
urine (%)
Excreted in urine (%)
Excreted in feces (%)

VI.2.c Penjelasan Pertimbangan dalam Penggunaan

Adapun hal yang harus dipertimbangkan di dalam pemilihan penanganan …. (nama penyakit 1,) adalah ….

Didasarkan pada kondisi kasus yang didapet. Misal: kalau kita pakai lini ke -2 jelasin kenapa ga bisa lini ke-
1

27
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/ Applied Therapeutic
(Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal farmakoterapi terkait]

Latanoprost
Dalam penanganan terapi glaukoma, tidak ada golongan obat yang secara khusus disiapkan sebagai terapi
lini pertama. Beberapa pertimbangan yang menjadi acuan dalam pendekatan terapi farmakologi glaukoma
adalah:
- Efektivitas dalam menurunkan TIO
- Efek samping yang mungkin terjadi, terutama ES sistemik
- Frekuensi pemberian
- Harga

Latanoprost banyak digunakan sebagai terapi pilihan utama untuk pengobatan glaukoma sudut terbuka,
karena penurunan tekanan intraokular yang lebih baik dibanding golongan lainnya (dapat dilihat pada tabel
di VI.1 dan VI,2 di atas). Efek samping yang muncul lebih dapat ditoleransi dan utamanya merupakan efek
samping lokal, dibandingkan dengan golongan betabloker yang menimbulkan berbagai efek samping
sistemik. Frekuensi pemberain latanoprost cukup sekali sehari sehingga memu-dahkan pasien dan
meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Selain itu, analog prostaglandin mampu
menurunkan tekanan intraokular baik pada saat tidur (malam hari) maupun saat siang hari, sementara
golongan betabloker tidak menurunkan TIO pada saat malam hari. Namun, sampai saat ini latanoprost tidak
tersedia dalam bentuk obat generik, sehingga biaya pengobatan akan menjadi mahal. Karena alasan biaya
itulah, bagi beberapa pihak menggunakan betabloker karena dinilai lebih cost-effective dibanding latanoprost
(timolol tersedia dalam bentuk obat generik di indonesia).
(Dipiro 2008 hal. 1558)
(J Indon Med Assoc, volum 62 No:2, Feb 2012)
- Tidak ada kondisi pasien yang kontraindikasi dengan pemberian latanoprost, ATAU
- Pasien memiliki riwayat asma dll yang tidak bisa menerima terapi dengan betabloker
- Tidak diketahui data ekonomi pasien sehingga diasumsikan pasien mampu membeli latanoprost.
ATAU
- Pasien masih termasuk dalam usia produktif, sehingga pemberian latanoprost sekali sehari tidak akan
mengganggu
Kaitan dengan kasus?

Analisis risk-benefit-cost dari penggunaan suatu obat. (misal: Latanoprost dan analog prostaglandin dipilih
jika......, betabloker jika.....). Adapun hal yang harus dipertimbangkan di dalam pemilihan penanganan ….
(nama penyakit,) adalah …. Didasarkan pada kondisi kasus yang didapet. Misal: kalau kita pakai lini ke -2
jelasin kenapa ga bisa lini ke-1

VII. STANDAR TERAPI (ALGORITMA) DAN STRATEGI TERAPI

VI.1. Standar Terapi Penyakit 1

(cantumkan algoritma dari guideline terbaru utk penyakit 1 ya)

VI.1.a Pedoman Terapi Farmakologi Penyakit 1

28
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

(American optometric association2010: hlm 51)

Hiperakut konjungtivitis
Kompres saline hangat
Salep eritromisin, tobramisin, basitrasin 4x1
Fluoroquinolon tiap 2 jam selama 4-7 hari
Akut konjungtivitis
Trimetoprim/polimiksin 1 tetes 4x1 selama 7-10 hari atau
Ofloxacin 1 tetes 4x1 selama 7-10 hari atau
Tobramisin 1 tetes 4x1 selama 7-10 hari atau
Eritromisin salep 2x1 selama 7-10 hari atau
Moxifloxacin 1 tetes 3x1 selama 4-7 hari atau
Gatifloxacin 1 tetes tiap 2 jam selama beraktivitas selama 2 hari, lalu 1 tetes 4x1 selama 3-7 hari
(ocular therapeutic handbook, hal 174)

B. Polymixin kombinasi ED Aminoglikosida ED Fluoroquinolon ED Bacitracin EO Ciprofloxacin EO


(external disease and cornea hal 150-151)

C.

29
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Antibiotik topikal (4x1 sampai 1 mggu) Chloramphenicol, aminoglikosida (gentamicin dan neomycin),
quinolon, polymyxin B, asam fusidat, bacitracin u/ gonococcal : quinolon, gentamicin, chloramphenicol,
bacitracin tiap 1-2 bisa disertai dengan topikal kortikosteroid disertai irigasi (clinical ophthalmology
hal135)

Sebelum didapatkan hasil laboratorium, dapat diberikan antibiotik spektrum luas (contoh :
antibiotika golongan makrolida). Terapi sesuai dengan agen mikrobiologinya, yaitu :
Golongan Obat Keterangan

Kloramfenikol • Bersifat bakteriostatik, tapi menjadi bakterisidal jika konsentrasi


ditingkatkan
• Menghambat sintesis protein pada bakteri dengan mengikat ribosom
subunit 50S
• Efektif untuk bakteri Escherichia coli, Haemophillus influenzae,
Staphylococcus aureus, dan Streptococcus hemolyticus
• Contoh Sediaan :
Larutan OTM kloramfenikol 1% diteteskan 2 tetes setiap 3 jam pada
mata yang terinfeksi

Makrolida(eritromisin) • Bersifat bakteriostatik, tapi menjadi bakterisidal jika konsentrasi


ditingkatkan
• Menghambat sintesis protein pada bakteri dengan mengikat ribosom
subunit 50S
• Efektif untuk bakteri gram positif cocci (staphylococci &streptococci)
and gram positif bacilli; juga efektif pada beberapa gram negatif cocci
(Neisseria species) dan beberapa gram negatif bacilli (beberapa strain
Haemophilus influenzae&Moraxella lacunata)
• Contoh Sediaan :
Salep eritromisin 0.5% diaplikasikan maksimal 6 kali sehari pada mata
yang terinfeksi

Flouroquinolone • Bersifat bakterisidal


• Menghambat DNA girase and topoisomerase IV
(ciprofloxacin,
• Bakteri aerob gram negatif Enterobacteriaceae and Ps. aeruginosa.
oflofloxacin,
Bakteri aerob gram positif, termasuk beberapa bakteri staphylococci
levofloxacin,
yang resisten oxacilin
gatifloxacin,
• Contoh sediaan :
moxifloxacin,
OTM larutan ofloxacin 0.3% diteteskan 1-2 tetes setiap 2-4 jam selama
besifloxacin)
2 hari, kemudian 1-2 tetes 4x sehari selama lebih dari 5 hari

30
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Aminoglikosida • Bersifat bakterisidal


• Menghambat sintesis protein pada bakteri dengan mengikat ribosom
(Tobramisin, gentamisin,
subunit 30S
neomisin
• Bakteri aerob gram positif : Staphylococcus aureus&S. epidermidis.
Bakteri aerob gram negatif : Enterobacter, Escherichia coli,
Haemophilus influenzae, Klebsiella, Neisseria, Moraxella lacunata,
&Proteus
• Bisa diberikan sebagai monoterapi atau dikombinasi dengan antibiotik
lain dan/ atau kortikosteroid
• Contoh sediaan :
Salep tobramisin 0.3% diaplikasikan pada 1,25 cm sekitar
konjungtiva mata yang terinfeksi 2-3 kali sehari
Salep tobramisin 0.3% & dexametason 0.1% iaplikasikan pada 1,25
cm sekitar konjungtiva mata yang terinfeksi 3-4kali sehari

Polipeptida • Sebagai bakterisida atau bakteriostatik tergantung pada konsentrasi obat


• Meningkatkan permeabilitas membran dinding sel bakteri melalui
(polimiksin B, basitrasin)
interaksi dengan komponen fosfolipid dari membran sel
atauMenghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mencegah
penggabungan asam amino dan nukleotida ke dalam dinding sel
• Bakteri gram negatif : Enterobacter aerogenes, Escherichia coli,
Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, dan Pseudomonas
aeruginosa. Bakteri gram positif : Staphylococcus aureus dan beberapa
streptococci
• Contoh sediaan :
Polymyxin B and Neomycin Sulfates, Bacitracin Zinc, and
Hydrocortisone : diaplikasikan pada mata yang terinfeksi 3-4 kali sehari
tergantung tingkat keparahan infeksi

31
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Derivat Sulfonamid • Sebagai bakterisida atau bakteriostatik tergantung pada konsentrasi obat
• Menghambat sintesis protein pada bakteri
(sulfacetamide)
• Bakteri aerob gram positif : S. aureus, S. pneumoniae, & beberapa
streptococci.
• Bakteri aerob gram negatif: H. influenzae, Enterobacter, E. coli,
&Klebsiella
• Bisa diberikan sebagai monoterapi atau dikombinasi dengan antibiotik
lain dan/ atau kortikosteroid
• Contoh sediaan :
OTM Larutan Sulfacetamide 10% diteteskan 1 atau 2 tetes pada
konjungtiva yang terinfeksi setiap 2-3 jam. Pengurangan dosis dan
frekuensi seiring perbaikan infeksi. Digunakan 7-10 hari

Kortikosteroid • Digunakan untuk sifat anti-inflamasi dalam hubungannya dengan terapi


anti infeksi yang tepat dalam beberapa infeksi bakteri mata
(dexametason,
• Kortikosteroid menekan respon inflamasi terhadap mekanik, kimia, atau
hidrokortison,
agen imunologi
prednisolon,
• Kortikosteroid menghambat edema, deposisi fibrin, dilatasi kapiler,
fluorometolon)
leukosit dan migrasi fagosit, di samping itu, obat mengurangi proliferasi
kapiler, proliferasi fibroblast, deposisi kolagen, dan pembentukan bekas
luka yang berhubungan dengan peradangan
• Contoh sediaan :
OTM suspensi Dexamethasone 0.1% untuk inflamasi ringan : 1 atau
2 tetes pada konjungtiva mata 4-6 kali sehari. Untuk inflamasi parah 1
atau 2 tetes pada konjungtiva mata setiap jam. Kurangi dosis dan
frekuensi jika inflamasi membaik.
Salep mata Dexamethasone 0.1% and Tobramycin 0.3% aplikasikan
1.25-cm di sekitar konjungtiva mata yang terinfeksi 3-4 kali sehari

(AHFS, 2011)
Pilihan obat dan dosis serta frekuensi penggunaannya dicantumkan dalam tabel di bawah ini.
(Chisholm-Burns, M. A., et al.).

32
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Konjungtivitis Alergi/iritasi
Terapi untuk konjungtivitas alergi dilakukan secara bertahap. Diawal pasien tidak perlu diberi obat dan
hanya diberi air mata artifisial. Larutan air mata buatan ini berguna melarutkan atau menghilangkan alergen
serta membri efek lubrikasi pada mata. Larutan digunakan 2-4 kali sehari sesuai kebutuhan. Ointment dapat
digunakan pada malam hari untuk melebabkan permukaan mata. Gunakan produk yang bebas pengawet
untuk menghindari sensasi sengatan pada mata saat penggunaan produk.
Jika penggunaan air mata buatan tidak cukup, terapi tahap kedua dilakukan dengan menggunakan
antihistamin topikal atau kombinasi antihistamin dan dekongestan. Penggunaan kombinasi lebih afektif
dibandingkan penggunaan obat secara tunggal. Dekongestan merupakan vasokonstriktor yang berefek
mengurangi kemerahan. Dekongestan topikal yang biasa digunakan dalam kombinasi adalah
Oksimetazolin,naphazoline, tetrahydrozoline. Dekongestan topikal dapat menyebabkan rasa terbakar dan
menyengat serta menyebabkan midriasis pada saat digunakan. Penggunaannya dibatasi hanya untuk
maksimal 10 hari. Penggunaan antihistamin topikal dipilih terlebih dahulu dibandingkan penggunaan oral
mengingat kemungkinan adanya efek samping sistemik dari penggunaan secara oral. Antihistamin topikal
juga memberikan efek yang lebih cepat daripada oral. Antihistamin oral baru digunakan ketika gejala
sistemik muncul.
Jika gejala masih berlangsung setelah pemberian obat-obatan di atas, pasien kemudian dapat

33
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

diberi mast cell stabilizer atau agen yang memiliki multi aksi. Mast cell stabilizer jugua dapat digunakan
sebagai profilaksis pada musim dimana alergi sering terjadi. Respon penuh dari penggunaan mast cell
stabilizer ini biasanya terjadi setelah 4-6 minggu.
Jika mast cell stabilizer atau agen multi aksi masih tidak dapat mengobati penyakit pasien, maka dapat
diberikan NSAID topikal. NSAID yang disetujui penggunaannya untuk penggunaan topikal pada mata gatal
adalah ketorolak. Namun, yang perlu diperhatikan juga, penggunaan NSAID dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular.
Jika keseluruhan terapi di atas tidak memberikan efek yang baik, maka sebagai pilihan terakhir
digunakan kortikosteroid topikal jangka pendek dan imunoterapi untuk konjungtivitis alergi (Chisholm-
Burns, M. A., et al.).Koda kimble hal 1317

VI.1.b Terapi Non Farmakologi Penyakit 1

Selain untuk membantu dalam pengobatan dan mencegah keparahan, juga untuk mencegah
penularan pada orang lain, dapat dilakukan hal sebagai berikut :
 Sering mencuci tangan dengan sabun dan air hangat. Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan
pembersih tangan antiseptik berbasis alkohol
 Hindari menyentuh atau menggosok mata
 Cuci kotoran apapun dari sekitar mata beberapa kali sehari. Tangan harus dicuci terlebih dahulu dan
kemudian diseka menggunakan kain lap yang bersih atau kapas yang dapat digunakan untuk
membersihkan daerah mata. Membuang kapas setelah digunakan, jika menggunakan kain lap harus
dicuci dengan air panas dan deterjen. Kemudian mencuci tangan dengan sabun dan air hangat.
 Mencuci tangan setelah menngunakan obat tetes mata atau salep mata
 Jangan menggunakan tetes mata bersama dengan orang lain
 mencuci sarung bantal, seprai, kain lap, dan handuk dalam air panas dan deterjen , tangan harus dicuci
setelah memegang barang tersebut.
 menghindari berbagi handuk, selimut, dan sarung bantal dengan orang lain
 Jangan berbagi riasan mata, make-up wajah, kuas make-up, lensa kontak dan wadahnya, atau kacamata
dengan orang lain
 Hindari berenang dikolam renang umum
 Penggunaan kacamata hitam untuk mencegah fotofobia
 Jangan ditutup dengan perban (Medicinesia, 2012)

VI.2. Standar Terapi Penyakit 2

Analog prostaglandin dipilih sebagai terapi lini pertama di US dan eropa Jurnal The Lancet

VI.2.a Pedoman Terapi Farmakologi Penyakit 2

Pedoman Terapi Farmakologi Penyakit 1


Secara umum, tatalaksana pengobatan glaukoma yang disarankan oleh european glaucoma society adalah:

34
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

(Sumber: European Glaucoma Society 2014)


Secara umum,urutan obat glaukoma yang digolongkan sebagai obat lini pertama adalah: golongan analog
prostaglandin, betabloker, inhibitor karbonik anhidrase, agonis alpha-2 selektif adrenergik. Sedangkan obat
lini ke-2 adalah agonis adrenergik non selektif, parasimpatomimetik.

VI.2.b Terapi Non Farmakologi Penyakit

[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/ Applied Therapeutic
(Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal farmakoterapi terkait]

35
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Beberapa terapi nonfarmakologi yang bisa dilakukan jika terapi dengan obat gagal, tidak dapat ditoleransi
atau rumit untuk dilakukan, maka prosedur operasi bisa dilakukan, dengan jenis sebagai berikut:
- Trabeculoplasty (Argon Laser Trabeculoplasty atau Selective Laser Trabeculoplasty), untuk
meningkatkan aliran keluar aquaeous humour
- Trabeculectomy
- Sikloablaso/siklodekstrusi, yaitu penghancuran badan siliari
- Drainage impant surgery
- Laser peripheral iridotomy
(dipiro ed 7, hal 1557)
Gaya hidup pasien glaukoma
- Pasien glaucoma biasanya merasa depresi, stress, sehingga perlu hidup tenang.
- Hindari merokok karena dapat meningkatkan vasokontriksi yang akan mengurangi
peredaran darah ke dalam mata.
- Mencegah kelelahan mata seperti menonton dan membaca buku terlalu lama.
(ilyas, 2007 hal 124-125)

VI.3 Strategi Terapi

(Strategi terapi adalah persiapan yang dilakukan untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang muncul
terkait kondisi pasien. Stretegi terapi ini diperlukan untuk mempermudah pengambilan keputusan terapi
yang akan diberikan pada pasien.)

VI.3.1 Strategi Terapi Penyakit 1


(misal, penyakit 1 nya adalah hipertensi.
Strategi terapi utk hipertensi :
Identifikasi kondisi pasien yang diperlukan utk pengobatan hipertensi (misalnya : umur; kondisi khusus
seperti hamil, gangguan ginjal, geriatri, dll; adanya penyakit penyerta lain  tetapkan target tekanan
darah terapi non farmakologi, dan pemilihan obat sesuai dengan kondisi pasien  pemantaun hasil
terapi dan efek samping)
Konjungtivitis dapat didiagnosis oleh dokter, perawat , atau penyedia layanan kesehatan lainnya dari
tanda dan gejala, dan riwayat pasien. Sebagai contoh, jika konjungtivitis disertai infeksi telinga dan jika air
mata yang dikeluarkan lebih kental, penyebabnya mungkin bakteri.Walaupun tidak rutin dilakukan, penyedia
layanan kesehatan dapat mengambil sampel yang dikeluarkan mata dari konjungtiva untuk analisis
laboratorium untuk menentukan bentuk infeksi yang dimiliki pasien dan bagaimana cara terbaik untuk
mengobatinya. Dalam beberapa kasus, tes diagnostik tambahan dapat membantu dalam mendiagnosis mata
merah. Pengumpulkan sampel (kultur) untuk kemudian dianalisis. Untuk melakukan hal ini, ia akan menyeka
permukaan mata untuk mengumpulkan sampel. Analisis kultur ini akan membantu menentukan apakah
infeksi disebabkan oleh bakteri atau virus, sehingga bisa ditentukan pengobatan yang tepat (CDC, 2012).

VI.3.2 Strategi Terapi Penyakit 2

VIII. IMPLIKASI PENGOBATAN (Nursing Complication) DAN EVALUASI KEBERHASILAN


TERAPI (Therapy Outcome)

36
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

(Adalah konsekuensi terhadap perawatan suatu penyakit, prosedur, atau pengobatan.)

Berdasarkan kasus, pasien mengalami.......


Hal yang perlu dilakukan adalah melalukan pemeriksaan kondisi pasien, meliputi pemeriksaan gonioskopi,
tonometri dll, sehingga dapat ditegaskan jenis glaukoma yang dialami pasien.
Untuk pasien yang mengalami glaukoma sudut terbuka dengan peningkatan tekanan intraokular, maka harus
dilakukan penetapan target TIO, yang didasarkan pada keparahan glaukoma yang dialami (dililhat dari
data perubahan lapangan pandang yang terjadi), nilai TIO sebelum terapi, usia dan ekspektasi hidup, laju
progresivitas, keberadaan faktor risiko lainnya, efek samping, kondisi pasien dll.
Pemberian terapi antiglaukoma dimulai dengan monoterapi, dipilih dari obat golongan lini pertama.
Pertimbangan dalam pemilihan jenis obat disesuaikan dengan karakterisitik pasien dan sifat obat.
Karakteristik pasien meliputi kepatuhan, kualitas hidup, keamanan, dan gambaran efek klinis. Sifat obat
meliputi mekanisme kerja, efikasi dalam menurunkan TIO, biaya.
Selama pengobatan harus dilakukan monitoring seperti yang akan dijelaskan pada sub bab berikutnya,
termasuk pengecekan cara pakai obat dan kepatuhan dalam penggunaan obat. Pergantian obat (beda
golongan)dilakukan saat obat tidak efektif, target IOP tidak tercapai dan obat tidak dapat ditoleransi dengan
baik. Penambahan obat (menjadi terapi kombinasi) dilakukan jika obat dapat ditoleransi, efektif dalam
menurunkan TIO namun target TIO belum tercapai.
(european glaucoma society)

8.1 Penyakit 1

8.1.a Tujuan Pengobatan

 Mengurangi symptom
 Mengurangi durasi infeksi
 Membasmi bakteri atau virus penyebab infeksi
 Mencegah kemungkinan komplikasi dan penularan

8.1.b Efek Samping, toksisitas, dan penanganan (bergantung obat yg ada di soal ya)

Penggunaan OTM Oksimetazolin HCl pada dosis yang berlebihan (dari dosis yang di rekomendasikan )
dan penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan iritasi dan kemerahan pada mata
(rebount hyperemia), pasien harus segera menghentikan penggunaan OTM Oksimetazolin HCl dan
segera pergi ke dokter.

8.1.c Pemantauan Selama Terapi

(tuliskan parameter apa saja yang perlu dipantau selama pengobatan)

konjungtivitis

 Monitoring progress dan ketepatan pemilihan antibiotik


 Monitoring kemungkinan perubahan terapi
 Monitoring kemungkinan reaksi alergi obat / interaksi obat
 Monitoring kemampuan penglihatan
 Monitoring konjungtiva dengan biomikroskopi
(American optometric association, hlm 39)

37
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

8.2 Penyakit 2

8.2.a Tujuan Pengobatan

Mempertahankan fungsi penglihatan pasien dan hal lain terkait kualitas hidup pasien, dengan harga yang
tetap (?). harga meliputi efek samping, ketidaknyamanan dan harga yang harus dibayarkan. Pengobatan
glaukoma harus disesuaikan dengan kondisi pasien.

8.2.b Efek Samping, toksisitas, dan penanganan (bergantung obat yg ada di soal ya)

Penyakit 1/Latanoprost
Efek samping : ES utama dari latanoprost adalah adanya pigmentasi pada iris dan daerah
periorbital lainnya, sehingga pasien diharapkan untuk melakukan monitoring rutin mengenai kondisi
mata dan irisnya. Penglihatan buram, rasa terbakar dan pedih di mata, hiperemia konjungtiva,
peningkatan pigmentasi pada iris mata dan jaringan periorbital, pigmentasi bulu mata dan salah arah
tumbuh, fotofobia, konjungtivitis.
Toksisitas : Gejala toksisitas berupa sakit perut, pusing, kemerahan, mual dan berkeringat (melalui
rute intravena)
Penanganan : penanganan simpatomimetik

8.2.c Pemantauan Selama Terapi

(tuliskan parameter apa saja yang perlu dipantau selama pengobatan)

[ dipiro edisi … halaman … dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/ Applied Therapeutic
(Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal farmakoterapi terkait]

Monitoring terapi harus dilakukan individualisasi. Beberapa hal yang harus dipantau adalah:
- Respon awal terapi, dilakukan pada 4-6 minggu setelah terapi diberikan. Jika memungkinkan,
terapi diberikan monookular.
- Tekanan intraokular, tiap 3-4 bulan, jika target IOP telah tercapai.
- Pemeriksaan lapangpandang dan perubahan diskus  dimonitor tiap tahun atau lebih sering
jika glaukoma belum stabil.
- Kepatuhan dan toleransi pasien terhadap obat yang diberikan
- Pemantauan terhadap kemungkinan efek samping seperti pigmentasi pada iris
- Pemantauan perubahan kondisi pasien, seperti kondisi hamil/menyusui  butuh pengkajian
lebih lanjut mengenai obat yang diberikan.
(dipiro 2008 hal. 1558)

8.3 DRP (Drug Related Problem)

(menjelaskan masalah2 apa saja yang dialami dalam menangani kasus UPP 2

ini, terkait dengan penyakit dan obat yang digunakan. Adapun masalah DRP yang bisa
dijelaskanada di bawah dan bagaimana solusipemecahan masalah DRP ini dibawah ini)

38
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

 Indikasi tidak terobati


 Pengobatan tanpa indikasi
 Seleksi obat tidak tepat
 Dosis tidak tepat (Dosis lebih/ dosis kurang)
 Gagal menerima obat
 Overdosis/Keracunan
 ADRs
 Interaksi Obat
Kegagalan terapi
Pada kasus ini ada kemungkinan terjadi kegagalan terapi yang disebabkan karena
ketidakpatuhan pasien, dimana penggunaan obat antiglaukoma adalah jangka panjang dan
selama hidupnya, hal ini dikarenakan obat ini bertujuan untuk menjaga IOP agar tetap
berada pada nilai yang tidak menyebabkan kerusakan pada saraf mata.
Oleh karena itu disarankan atau diinformasikan pada pasien bahwa kepatuhan dalam
penggunaan obat dapat mempengaruhi tujuan terapi.

Efek samping obat


Pada kasus ini untuk pengobatan glaucoma menggunakan terapi dengan timolol yang mana
merupakan salah satu dari b-bloker. Berdasarkan pustaka yang ada, efek samping yang
mungkin terjadi adalah konjungtivitis. Adapun efek tersebut timbul terkait dengan
penggunaan obat tetes mata yang dikemas dalam wadah multidose sehingga memungkinkan
terjadinya kontaminasi dari luar, selain itu alasan tersebut didukung dengan pernyataan
bahwa timolol ini digunakan dalam jangka panjang yang mana dengan penggunaan wadah
multidose, hal tesebut memungkinkan terjadinya kontaminasi, sehingga ketika diaplikasikan
pada mata kontaminan tersebut terutama bakteri dapat menginfeksi konjungtiva.

Overdosis/keracunan
Penggunaan OTM Oksimetazolin HClpada dosis yang berlebihan (dari dosis yang di
rekomendasikan ) dan penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan iritasi
dan kemerahan pada mata (rebount hyperemia).

8.4 EVALUASI KEBERHASILAN TERAPI (Therapy Outcome)

(Dipaparkan mengenai evaluasi apa saja yang dilakukan utk memastikan keberhasilan terapi masing2 utk
penyakit 1 dan 2, disertai dengan hasil yang diharapkan dari masing2 parameter yg dievaluasi. jika ada
target yang jelas dari setiap pengobatan di sebutkan disini ya.)

Evaluasi yang dilakukan untuk menilai keberhasilan terapi pasien adalah :

a. Gejala dan tanda penyakit konjungtivitis berkurang


b. Durasi infeksi berkurang
c. Keluhan pasien berkurang atau hilang
d. Bakteri atau virus penyebab infeksi hilang

39
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

e. Pasien mampu melakukan aktivitas


EVALUASI KEBERHASILAN TERAPI Glaukoma

b. Tekanan intraokular mencapai target TIO yang diharapkan. Target IOP


disesuaikan dengan kondisi pasien.
c. Berkurangnya progresivitas kehilangan lapangpandang
d. Obat dapat ditoleransi dengan baik (ES minimal)
e. .....

( dipiro edisi … halaman … dan/atau buku/jurnal farmakoterapi terkait)

IX. REKOMENDASI PENGOBATAN/PENYELESAIAN KASUS

( Disini dibahas mengenai rekomendasi pengobatan yang diberikan pada pasien, sesuai dengan kasus.
Kita bisa bikin rekomendasi pengobatan untuk berbagai kondisi pasien, yg belum kita ketahui.)

X. INFORMASI KE PROFESIONAL
(format penulisannya digabung antara obat a dan obat b)
XI.1. Obat A (OTM Oksimetazolin HCl)
XI.1.1. Mekanisme Kerja Obat

OTM Oksimetazolin HCl Mekanisme kerja (simpatomimetik) dari (oksimetazolin HCL) adalah
(oksimetazilin merupakan amin simpatomimetik direct –acting. Obat ini secara langsung
menstimulasi reseptor alfa adrenergik dari sistem saraf simpatetik dan sedikit atau tidak ada efek
pada reseptor beta adrenergik (AHFS 2014, hal 52:32 online)

Oksimetazolin bekerja pada reseptor alfa adrenergik pada arterioles konjungtiva untuk membuat
vasokontriksi, mengakibatkan penurunan kongesti konjungtiva (USPDI 2007, hal 2243)

XI.1.2. Profil Biofarmasi-Farmakokinetik (ADME)


OTM Oksimetazolin HCl

ABSORPSI
Penggunaan topikal larutan optalmik oksimetazolin hcl, memberikan efek vasokontriksi lokal yang
biasanya terjadi dalam beberapa menit dan dapat bertahan sampai 6 jam. Kadang kadang, sejumlah
oksimetazolin mungkin diapsorsi untuk menghasilkan efek sistemik. Onse of action dalam 5 menit,
durasi of action kira-kira 6 jam.

(AHFS 2014, hal 52:32; USPDI 2007, hal 2243)

DISTRIBUSIinformasi tentang distribusi dan eliminasi obat oksimetazolin hcl pada manusia
belum tersedia. (AHFS 2014 hal 52:32)
METABOLISMEbelum ada data atau pustaka yang menyebutkan oksimetazolin di metabolisme
(karena efeknya lokal, tidak mengalami metabolisme)

40
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

ELIMINASIinformasi tentang distribusi dan eliminasi obat oksimetazolin hcl pada manusia belum
tersedia. (AHFS 2014 hal 52:32)

XI.1.3. Indikasi Utama


OTM Oksimetazolin HCl

Oksimetazolin hcl diindikasikan untuk mata merah yaitu dengan mengurangi secara temporer mata
merah yang disertai dengan iritasi ringan pada mata, yang disebabkan oleh alergi, hawa dingin, debu,
asap, angin, berenang dan atau penggunaan kontak lensa. USPDI 2007, hal 2243

Oksimetazolin hcl diindikasikan untuk Kongesti konjungtiva yaitu untuk mengurangi secara
temporer kongesti dan kemerahan pada mata akibat iritasi ringan. AHFS 2014 hal 52:32

XI.1.4. Dosis dan Aturan Pakai

Pasien Dosis

Anak – anak usia, Dosis individual harus sesuai petunjuk dokter


Dibawah 6 tahun USPDI 2007 hal 2244

Dewasa dan anak2 usia 6 1-2 tetes mengandung 0,025% oxymetazoline hcl; dosis
tahun ke atas dapat diulang setiap 6 jam sesuai kebutuhan atau
menurut petunjuk dokter
AHFS 2014 52:32

Berdasarkan dosis dan perhitungan maka aturan pakai obat tetes mata oksimetazolin adalah :

Dewasa dan anak diatas 6 tahun 1-2 tetes, dapat di ulang setiap 6 jam sesuia kebutuhan atau sesuia
dengan petunjuk dokter. Agar sediaan tidak terkontaminasi, jagalah ujung botol tidak terkena tangan
atau benda-benda lain. Tutuplah kembali botol setelah digunakan (AHFS 2014 hal .52:32.., USPDI
2007 hal 2243

XI.1.5. Efek Samping


 Efek samping yang dapat muncul selama penggunaan (oksimetazolin hcl) antara lain:
- Pada penggunaan berlebihan dan atau penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan hiperemia
reaktif (peningkatan iritasi atau kemerahan pada mata)
- Gejala-gejal terjadi pada absorpsi sistemik : denyut jantung yang cepat, tidak terarur atau keras, sakit
kepala, gugup, gemetar, gangguan tidur dan pusing.

AHFS 2014 hal 52:32..., USPDI 2007, hal 2243)


XI.1.6. Kontraindikasi

Penggunaan (oxymetazoline)dikontraindikasikan pada:

- Pasien yang sensitif terhadap oksimetazolin atau dekongestan mata lain, atau komponen
yang terdapat dalam formulasi

41
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

AHFS 2014, hal 52:32


XI.1.7. Peringatan/Perhatian pada kondisi khusus
Perhatian/Penggunaan pada kondisi khusus

Wanita hamil dan menyusui : oksimetazolin mungkin dapat diabsorsi secara sistemik, Studi belum
pernah dilakukan pada manusia dan hewan.
Permasalahan pada manusia terutama wanita menyusui belum di dokumentasikan: akan tetapi
oksimetazolin mungkin dapat di absorpsi secara sistemik

Pediatrik
Periksa ke dokter sebelum menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl kepada ana di bawah 6
tahun mata merah pada anak-anak dapat terjadi bersamaan dengan penyakit seperti alergi, demam,
pilek, dan penyakit campak yang mungkin membutuhkan perhatian pengobatan.

Geriatrik
Studi yang sesuai pada hubungan antara umur terhadap efek oksimetazolin belum dilakukan pada
populasi geriatrik. Akan tetapi, tidak ada masalah yang spesifik pada geriatrik ditemukan.

USPDI 2007, 2443

PERINGATAN

- Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap obat tetes mata simpatomimetik atau
dekongetan mata yang lain
- Hati-hati pada kondisi penyakit arteri koroner atau penyakit jantung seperti angina atau
hipertensi, dapat memperparah karena efek induksi obat kardiovaskular. (ini terjadi jika
oksimetazolin hcl diabsorpsi secara sistemik)
- Hentikan penggunaan dan periksa ke dokter jika terjadi sakit pada mata atau terjadi
perubahan pada penglihatan atau jika mata merah atau iritasi tetap berlanjut atau semakin
parah, atau mata merah . setelah menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl lebih dari
72 jam.
- Hentikan penggunaan jika larutan menjadi keruh atau ada endapan atau terjadi perubahan
warna
- (penyakit mata, infeksi atau luka-luka) karena( dapat meningkatkan gejala dan
memperlambat pengobatan)
- Glaukoma, penglihatan terbatas, predisposition to....... Karena dapat memicu pelebaran
pupil
- Hipertiroid karena dapat memperburuk takikardia dan tekanan darah tinggi
USPDI 2007 hal 2243

(USPDI 2007, hal 2243))


- Penyakit mata, infeksi atau luka pada mata, karena dapat menutupi gejala-gelala dan
menunda atau memperlambat pengobatan.
- Glaukoma sudut sempit atau cenderung untuk glaukoma, karena dapatmenyebabkan
kerusan dengan dilatasi pupil.
- Hipertensi, jika absorsi sistemik dari oksimetazolin hcl terjadi secara signifikan kondisi
hipertensi dapat di perparah karena efek drug-induksi terhadap kadiovaskular

42
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

AHFS 2014, hal 52:32

XI.1.8. Interaksi Obat

Penggunaan oral Oksimetazolin hcl dengan antidepresan trisiklik atau marotiline : jika absorsi
sistemik oksimetazolin hcl terjadi secara signifikan, penggunaan bersama dapat memperkuat efek
penekan dari oksimetazolin. USPDI 2007, 2243

XI.1.9. Toksisitas dan Penanganan


Tidak ada data toksisitas dicantumkan dalam pustaka yang ditemukan pada AHFS. GG, USPDI,
Martindale, Merck Index. Pada penggunaan dosis yang berlebihan (dari dosis yang di
rekomendasikan ) dan penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan iritasi dan
kemerahan pada mata (rebount hyperemia). LD 50 secara oral pada tikus : 10 mg/kg (Merck
Index)

XI.1.10. Obat yang tersedia (di pasaran)


OTM Oksimetazolin Hcl : Visine LR : Oksimetazolin Hcl 0,025% 6 ml(Pfizer) harga 8.600
(AHFS,2014)

XI.1.11. Pemilihan Obat terkait kondisi pasien


sediaan (oksimetazolin HCL 0,025%) dipilih dilihat dari indikasinya untuk mata merah akibat iritasi
ringan yang disebabkan oleh alergi, hawa dingin, debu, asap angin berenang, atau penggunaan kontak
lensa
Pemilihan indikasi tersebut didasarkan pada kesesuaian pustaka dan kejelasan dosis dan pemakaian
pada indikasi tersebut selain itu juga didasarkan pada kesesuaian kekuatan sediaan yang akan dibuat

XI.1.12. Informasi Penting Terkait Penyakit dan Obat


- Penyakit yang dialami pasien adalah konjungtivitis yaitu penyakit peradangan pada mata
yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, iritasi, dan alergi.
- Dalam menentukan pengobatan harus diketahui penyebab penyakit sehingga dapat dipilih
pengobatan yang tepat.
- sediaan (oksimetazolin HCL 0,025%) dipilih dilihat dari indikasinya untuk mata merah
akibat iritasi ringan yang disebabkan oleh alergi, hawa dingin, debu, asap angin berenang,
atau penggunaan kontak lensa
- Pemilihan indikasi tersebut didasarkan pada kesesuaian pustaka dan kejelasan dosis dan
pemakaian pada indikasi tersebut selain itu juga didasarkan pada kesesuaian kekuatan
sediaan yang akan dibuat
- Hentikan penggunaan dan periksa ke dokter jika terjadi sakit pada mata atau terjadi
perubahan pada penglihatan atau jika mata merah atau iritasi tetap berlanjut atau semakin
parah, atau mata merah . setelah menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl lebih dari
72 jam.
- Hentikan penggunaan jika larutan menjadi keruh atau ada endapan atau terjadi perubahan
warna

43
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

XI.1.13. Cara Penyimpanan

Obat tetes mata oksimetazolin Hcl sebaiknya disimpan pada suhu 15-30 derajat celcius di
tempat kering dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Simpan dalam wadah tertutup
rapat dan hindari pencemaran. Hindari penyimpanan di freezer.

AHFS 2014, hal 55:32 , USPDI 2007 hal 2243

(bab V.1. bisa menjadi acuan pedoman teman2 dalam menyelesaikan sub bab ini atau bab VI
Informasi Obat ke Profesional Kesehatan di UPP 1, dengan catatan Obat A di UPP 2 sama
dengan obat di UPP 1)

(AHFS, USPDI, DRUG FACTS, dll)


XI.2. Obat B
XI.2.1. Mekanisme Kerja Obat

XI.2.2. Profil Biofarmasi-Farmakokinetik (ADME)

XI.2.3. Indikasi Utama

XI.2.4. Dosis dan Aturan Pakai

XI.2.5. Efek Samping

XI.2.6. Kontraindikasi

XI.2.7. Perhatian/ Penggunaan pada kondisi khusus

XI.2.8. Interaksi Obat

XI.2.9. Toksisitas dan Penanganan

XI.2.10. Obat yang tersedia (di pasaran)

XI.2.11. Pemilihan Obat terkait kondisi pasien

XI.2.12. Informasi Penting Terkait Penyakit dan Obat

XI.2.13. Cara Penyimpanan

(bab V.2. bisa menjadi acuan pedoman teman2 dalam menyelesaikan sub bab ini)
(AHFS, USPDI, DRUG FACTS, dll)

XI. INFORMASI KE NON PROFESIONAL


(format penulisannya digabung antara obat a dan obat b)

11.1. Khasiat Obat

44
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Obat A Oksimetazolin HClmerupakan obat imidazzolin derivat amin simpatomimetik yang


digunakanuntukmengobati/ menangani kongesti kongjutiva danakanmemberikanefek mengurangi mata
merah dan iritasiringan pada mata, yang disebabkan oleh alergi, hawa dingin, debu, asap, angin,
berenang dan atau penggunaan kontak lensa.

Obat B

11. 2 Dosis dan Aturan Pakai

Obat AOksimetazolin HCl dengandosis 1-2 tetes diteteskan pada mata, dapat diulang tiap 6 jam sesuai
kebutuhan atau menurut petunjuk dokter)
(AHFS 2014,, USPDI)

Pemakaian obat dapat dihentikan bila gejala pada mata tidak lagi terjadi /Atau atas anjuran dokter

Obat B

Aturan Pakai pemakaian kedua obat ini seperti apa? Apa boleh digabung atau diberi jeda?

11. 3 Efek Samping dan Penanganannya


Obat APenggunaan berlebihan dan atau penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan hiperemia
reaktif (peningkatan iritasi atau kemerahan pada mata).
Gejala-gejala terjadi pada absorpsi sistemik : denyut jantung yang cepat, tidak terarur atau keras, sakit
kepala, gugup, gemetar, gangguan tidur dan pusing.\ (AHFS 2014, A to Z Drug Facts, USPDI, Drug
Information Handbook)
Jika efek samping yang dialami tidak hilang setelah penghentian obat/ setelah dilakukan penanganan
yang disarankan, segera hubungi dokter.

Obat B

11.4 Kontraindikasi dan Penjelasannya

Obat APenggunaan (oxymetazoline)dikontraindikasikan pada:

- Pasien yang sensitif terhadap oksimetazolin atau dekongestan mata lain, atau komponen
yang terdapat dalam formulasi
Bila andamemiliki/ beradapadakondisitersebutsegeraberitahukanpadadokter.

Obat B

11.5 Interaksi Obat

45
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

Obat A tidak ada data tentang interaksi obat Oksimetazolin HCl bila digunakan sebagai OTM
Obat B

11.6 Peringatan/Perhatian khusus

Obat APerhatian/Penggunaan pada kondisi khusus

Wanita hamil dan menyusui : oksimetazolin mungkin dapat diabsorsi secara sistemik, Studi belum
pernah dilakukan pada manusia dan hewan.
Permasalahan pada manusia terutama wanita menyusui belum di dokumentasikan: akan tetapi
oksimetazolin mungkin dapat di absorpsi secara sistemik

Pediatrik
Periksa ke dokter sebelum menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl kepada ana di bawah 6
tahun mata merah pada anak-anak dapat terjadi bersamaan dengan penyakit seperti alergi, demam,
pilek, dan penyakit campak yang mungkin membutuhkan perhatian pengobatan.

Geriatrik
Studi yang sesuai pada hubungan antara umur terhadap efek oksimetazolin belum dilakukan pada
populasi geriatrik. Akan tetapi, tidak ada masalah yang spesifik pada geriatrik ditemukan.

USPDI 2007, 2443

PERINGATAN

- Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap obat tetes mata simpatomimetik atau
dekongetan mata yang lain
- Hati-hati pada kondisi penyakit arteri koroner atau penyakit jantung seperti angina atau
hipertensi, dapat memperparah karena efek induksi obat kardiovaskular. (ini terjadi jika
oksimetazolin hcl diabsorpsi secara sistemik)
- Hentikan penggunaan dan periksa ke dokter jika terjadi sakit pada mata atau terjadi
perubahan pada penglihatan atau jika mata merah atau iritasi tetap berlanjut atau semakin
parah, atau mata merah . setelah menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl lebih dari
72 jam.
- Hentikan penggunaan jika larutan menjadi keruh atau ada endapan atau terjadi perubahan
warna
- (penyakit mata, infeksi atau luka-luka) karena( dapat meningkatkan gejala dan
memperlambat pengobatan)
- Glaukoma, penglihatan terbatas, predisposition to....... Karena dapat memicu pelebaran
pupil
- Hipertiroid karena dapat memperburuk takikardia dan tekanan darah tinggi
USPDI 2007 hal 2243

(USPDI 2007, hal 2243))


- Penyakit mata, infeksi atau luka pada mata, karena dapat menutupi gejala-gelala dan
menunda atau memperlambat pengobatan.
- Glaukoma sudut sempit atau cenderung untuk glaukoma, karena dapatmenyebabkan
kerusan dengan dilatasi pupil.

46
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

- Hipertensi, jika absorsi sistemik dari oksimetazolin hcl terjadi secara signifikan kondisi
hipertensi dapat di perparah karena efek drug-induksi terhadap kadiovaskular

AHFS 2014, hal 52:32

Obat B

11.7 Terapi non farmol

Obat A
Selain untuk membantu dalam pengobatan dan mencegah keparahan, juga untuk mencegah
penularan pada orang lain, dapat dilakukan hal sebagai berikut :
 Sering mencuci tangan dengan sabun dan air hangat. Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan
pembersih tangan antiseptik berbasis alkohol
 Hindari menyentuh atau menggosok mata
 Cuci kotoran apapun dari sekitar mata beberapa kali sehari. Tangan harus dicuci terlebih dahulu dan
kemudian diseka menggunakan kain lap yang bersih atau kapas yang dapat digunakan untuk
membersihkan daerah mata. Membuang kapas setelah digunakan, jika menggunakan kain lap harus
dicuci dengan air panas dan deterjen. Kemudian mencuci tangan dengan sabun dan air hangat.
 Mencuci tangan setelah menngunakan obat tetes mata atau salep mata
 Jangan menggunakan tetes mata bersama dengan orang lain
 mencuci sarung bantal, seprai, kain lap, dan handuk dalam air panas dan deterjen , tangan harus dicuci
setelah memegang barang tersebut.
 menghindari berbagi handuk, selimut, dan sarung bantal dengan orang lain
 Jangan berbagi riasan mata, make-up wajah, kuas make-up, lensa kontak dan wadahnya, atau kacamata
dengan orang lain
 Hindari berenang dikolam renang umum
 Penggunaan kacamata hitam untuk mencegah fotofobia
 Jangan ditutup dengan perban (Medicinesia, 2012)

Obat B

Beberapa terapi nonfarmakologi yang bisa dilakukan jika terapi dengan obat gagal, tidak dapat ditoleransi
atau rumit untuk dilakukan, maka prosedur operasi bisa dilakukan, dengan jenis sebagai berikut:
- Trabeculoplasty (Argon Laser Trabeculoplasty atau Selective Laser Trabeculoplasty), untuk
meningkatkan aliran keluar aquaeous humour
- Trabeculectomy
- Sikloablaso/siklodekstrusi, yaitu penghancuran badan siliari
- Drainage impant surgery
- Laser peripheral iridotomy

47
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

(dipiro ed 7, hal 1557)


Gaya hidup pasien glaukoma
- Pasien glaucoma biasanya merasa depresi, stress, sehingga perlu hidup tenang.
- Hindari merokok karena dapat meningkatkan vasokontriksi yang akan mengurangi
peredaran darah ke dalam mata.
- Mencegah kelelahan mata seperti menonton dan membaca buku terlalu lama.
(ilyas, 2007 hal 124-125)

11. 8 Informasi Penting Terkait Penyakit dan Obat

- Obat A
- Penyakit konjungtivitis muncul dengan tanda dan gejala Jika alergi yang menyebabkan
konjungtivitis, akan ditemukan gejala yaitu mata gatal, merah dan air mata yang keluar
kental. Jika berada pada lingkungan yang pengap, kemungkinan terjadi hidung meler atau
gatal
- Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan cara membersihkan kebersihan
lingkungan, tidak melakukan kontak dalam bentuk apapun dengan penderita, hindari
pencetus alergi atau ititasi
- OTM Oksimetazolin HCl dosis 1-2 tetes diteteskan pada mata, dapat diulang tiap 6 jam
sesuai kebutuhan atau menurut petunjuk dokter). Pemakaian obat dapat dihentikan bila
gejala pada mata tidak lagi terjadi /Atau atas anjuran dokter
Cara penggunaan obat tetes mata yang benar:

a Cucilah tangan anda dengan air dan sabun.


b. Pastikan kondisi ujung botol tetes tidak rusak.
c. Condongkan kepala ke belakang, tarik kelopak bawah mata menggunakan jari telunjuk sehingga
kelopak mata membentuk kantung.
d. Pegang botol tetes dengan menggunakan tangan yang lainnya sedekat mungkin dengan kelopak
mata tanpa menyentuhnya. Tekan botol tetes secara perlahan sampai jumlah tetes cairan yang
dibutuhkan masuk ke dalam kantung kelopak bawah mata. Jangan mengedip.
e. Tutup mata selama 2-3 menit. Bersihkan cairan berlebih pada wajah dengan menggunakan tisu.
f. Jangan menyeka atau membilas ujung botol tetes.
g. Pasang kembali tutup botol tetes mata dengan rapat.
h. Cucilah tangan anda dengan air dan sabun untuk membersihkan sisa obat yang mungkin
menempel.
- Hentikan penggunaan dan periksa ke dokter jika terjadi sakit pada mata atau terjadi
perubahan pada penglihatan atau jika mata merah atau iritasi tetap berlanjut atau semakin
parah, atau mata merah . setelah menggunakan obat tetes mata oksimetazolin hcl lebih dari
72 jam.
- Hentikan penggunaan jika larutan menjadi keruh atau ada endapan atau terjadi perubahan
warna
- Apabila lupa menggunakan OTM:
- Segera diaplikasikan ketika ingat

48
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

- Jangan diaplikasikan ketika mendekati waktu dosis berikutnya

Obat B

11.9. Cara Penyimpanan


Obat A

Obat tetes mata oksimetazolin Hcl sebaiknya disimpan pada suhu 15-30 derajat celcius di
tempat kering dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Simpan dalam wadah tertutup
rapat dan hindari pencemaran. Hindari penyimpanan di freezer.

Obat B

(bab V.1. bisa menjadi acuan pedoman teman2 dalam menyelesaikan sub bab ini atau bab VI
Informasi Obat ke Profesional Kesehatan di UPP 1, dengan catatan Obat A di UPP 2 sama
dengan obat di UPP 1)

(AHFS, USPDI, DRUG FACTS, dll)

XII. PUSTAKA
- CDC (Centers for Disease Control and Prevention). 2012. Conjunctivitis (Pink Eye).
http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html
- Medicinesia. 2012. Infeksi pada Mata (Virus dan
Bakteri).http://www.medicinesia.com/harian/infeksi-pada-mata-virus-dan-bakteri/
- (International Clasification Desease- apps.who.int/ clasifications/ ICD10/browse/ 2015/en)
- American Academy of ophthalmology 2013: hlm. 5
- (Udeh BL, Schneider JE, Ohsfeldt RL.2008. Cost effectiveness of a point-ofcare test for
adenoviral conjunctivitis. Am J Med Sci. 336(3):254–264)
- Smith AF, Waycaster C. 2009. Estimate of the direct and indirect annual cost of bacterial
conjunctivitis in the United States. BMC Ophthalmol. 9:13)
- Optometric Clinical practice Guideline, 2010, American optometric association
- Onofrey, Bruce E.; Skorin, Leonid; Holdeman, Nicky R, 2005, Ocular Therapeutics
Handbook: A Clinical, USA: Manual, 2nd Edition, Lippincott Williams & Wilkins
- Sidarta I, 2010,“Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga”. Jakarta: FKUI, hal. 121
- Brian K. Alldredge, [et al.]. 2013, Koda-Kimble and Young’s applied therapeutics : the
clinical use of drugs.-10th ed., USA: LIPPINCOTTWILLIAMS &WILKINS
- Mc Evoy, Gerald K., Elaine KS., Jane M., et al, 2014, AHFS Drug Information 2014,
Bethesda: American Society of Health-System Pharmacists Inc, hal 52:32
- The United States Pharmacopoeia Convention, 2007, Drug Information For Health Care
Professionals, 27 th ed, Rookville: The United States Pharmacopeial Convention Inc hal
2243

49
JSS UJIAN PRAKTEK PELAYANAN FARMASI (Tim JSS PF Apt ITB Agustus 14/15)

- Dipiro, Joseph T., et al, 2008, Pharmacotherapy: A pathophisologic approach, 7th ed, New
York: Mc Graw Hill, hal 1551-1563
- Santosa, Wahyu Budi. 2012. Dari betabloker ke Analog Prostaglandin: Lini Pertama
dalam Terapi Glaukoma dalam J Indon Med Assoc Vol 62, No. 2.
- Salmon, J.R, 2008. Glaukoma. In: Paul R, Whitcher, J.P, ed. Oftalmologi UmumVaughan &
Asbury. Ed. 17. Jakarta: EGC, 212-224.
- Quigley, Broman. The Number of People with glaucoma worldwide in 2010 and 2020
dalam Br J Opthalmol 2006; 90:262-267.
- Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007
- Giangiacomo, Annette. The Epidemiology of Glaucoma.Hal 17-18
- Khaw, Peng Tee. 2004. Primary Open Angle Glaucoma dalam The Lancet vol. 363
- Vaughan & Asbury’s. Geeneral Ophthalmology 17th ed. New York: McGraw HillIkatan
Sarjana Farmasi Indonesia. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan
- Sidarta ,Ilyas, 2007, Glaukoma (tekanan bola mata tinggi) ed 3 , Jakarta: Cv Agung Seto

50

You might also like