You are on page 1of 15

AKAD IJARAH

Makalah Mata Kuliah Akuntansi Syariah


Kelas 4A S1 Akuntansi

Disusun oleh:
Swanoni Tri Wulandari 5552170017
Dita Sartika 5552170028
Silvie Advenia Ginting 5552170138
Rabin

JURUSAN STRATA SATU (S-1) AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa
kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya. Terimakasih juga kami ucapkan kepada Bu Tenny selaku Dosen mata
kuliah Akuntansi Syariah, yang selalu membimbing dalam pemahaman mengenai
materi. Kepada teman-teman yang telah saling membantu memberikan masukan yang
membangun sehingga makalah ini dapat disusun dengan sebaik dan serapih mungkin.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Tim Penulis

2
AKAD IJARAH

Pengertian Akad Ijarah

Menurut Sayyid Sabiq dalam fiqih sunnah, Al-Ijarah berasal dari kata Al-Ajru
yang berarti Al-Iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat didefinisikan sebagai akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu
dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri. Jadi ijarah dimaksudkan untuk mengambil manfaat atas suatu
barang atau jasa (mempkerjakan seseoranf) dengan jalan penggantian (membayar
sewa atau upah dengan jumlah tertentu).

Dari pengertian di atas, ijarah sejenis dengan akad jual beli namun yang
dipindahkan bukan kepemilikannya tapi hak guna atau manfaat, manfaat dari dari
suatu asset atau dari jasa/pekerjaan.

Apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari


asset yang disewakan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa
berkewajiban menanggu biaya pemeliharaanya selama periode akad atau
menggantinya dengan asset sejenis. Pada hakikatnya pemberi sewa berkewajiban
untuk menyiapkan asset yang disewakan dalam kondisi yang dapat diambil manfaat
darinya.

Penyewa merupakan pihak yang menggunakan/mengambil manfaat atas asset


sehingga penyewa berkewajiban membayar sewa dan menggunakn asset sesuai
kesepakatan (jika ada), tidak bertentangan dengan syariah dan merawat atau menjaga
keutuhan asset tersebut. Apabila kerusakan asset terjadi karena kelalaian penyewa
maka ia berkewajiban menggantinya atau memperbaikinya. Selama masa perbaikan,
masa sewa tidak bertambah. Pemberi sewa dapat meminta penyewa untuk
menyerahkan jaminan atas ijarah untuk menghindari risiko kerugian (ED PSAK 107)

3
Dalam kontrak, tidak boleh dipersyaratkan biaya pemeliharaan akan
ditanggung penyewa karena hal ini dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar).
Hanya biaya pemeliharaan rutin dan tidak material yang dapat ditanggung penyewa,
seperti ganti busi pada mobil yang disewa.

Pengalihan kontrak atau asset yang disewa kemudian disewakan kembali pada
pihak lain boleh dilakukan baik dengan harga yang sama, lebih tinggi atau lebih
rendah asalkan pemberi sewa mengizinkannya. Namun bila disewakan kembali pada
pemberi sewa, maka syaratnya adalah kedua akad (yaitu dari pemberi sewa ke
penyewa pertama atau dari penyewa pertama ke penyewa berikutnya yang tidak lain
pemberi sewa sendiri) harus tunai. Hal ini untuk menghindari transaksi sejenis bai al-
innah yang dilarang secara syariah.

Jenis Akad Ijarah

A. Berdasarkan Objek yang Disewakan


Berdasarkan objek yang disewakan, ijarah dapat dibagi dua, yaitu:
1. Manfaat atas asset yang tidak bergerak seperti rumah atau asset bergerak
seperti mobil, motor, pakaian dan lain sebagainya.
2. Manfaat atas jasa yang berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
B. Berdasarkan PSAK 107
Berdasrakan PSAK 107, ijarah dapat dibagi menjadi tiga, namun yang telah
dikenal secara luas adalah dua jenis ijarah yang disebutkan pertama, yaitu:
1. Ijarah merupakan sewa menyewa objel ijarah tanpa perpindahna risiko dan
manfaat yang terkait kepemilikan asset terkait, dengan atau tanpa wa’ad untuk
memindahkan kepemilikan dari pemilik (mu’jir) kepada penyewa (musta’jir)
pada saat tertentu.
2. Ijarah Muttahiya Bin Tamlik adalah ijarah dengan wa’ad perpindahan
kepemilikan asset yang diijarahkan pada saat tertentu.

4
3. Jual dan Ijarah adalah transaksi menjual objek ijarah kepada pihak lain dan
kemudian menyewa kembali objek ijarah yang dijual tersebut. Alasan
dilakukannya transaksi tersebut bisa saja si pemilik asset membutuhkan uang,
sementara ia masih memerlukan manfaat dari asset tersebut.
4. Ijarah Lanjut ialah menyewakna lebih lanjut kepada pihak lain atas asset yang
sebelumnya disewa dari pemilik. Jika suatu entitas menyewa objek ijrah untuk
disewa-lanjutkan, maka entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa
tangguhan) untuk pembayaranijarah jangka panjang dan sebagai beban ijarah
untuk sewa jangka pendek.

Dasar Syariah
A. Sumber Hukum Akad Ijarah
1. Al-Quran
 Q.S. Az-Zukhruf: 32
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah
menentukam antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derjat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan yang lain.
Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
 Q.S. Al-Baqarah: 233
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.”
 Q.S. Al-Qasas: 26
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata ‘wahai ayahku jadikanlah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling
baik untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya’.”

5
2. As-Sunnah
 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada
tukang bekam itu.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
 Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda: “Berikanlah upah pekerja
sebelum keringatnya kering.” (H.R. Ibnu Majah)
 “Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.” (H.R.
‘Abd Ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id Al-Khudri)
 Dari Saad bin Abi Waqash r.a., bahwa Rasulullah bersabda: “Dahulu kami
menyewa tanah (dengan jalan membayar dari) tanamn yang tumbuh. Lalu
Rasulullah melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar
membayarnya dengan uang, emas atau perak.” (H.R. Nasa’i)
 Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW Beliau bersabda: “Allah Ta’ala
berfirman: Ada tiga golongan yang pada hari kiamat (kelak) Aku akan
menjadi musuh mereka: (pertama) seorang laki-laki yang mengucapkan
sumpah karena Aku kemudian ia curang, (kedua) seorang laki-laki yang
menjual seorang merdeka lalu dimakan harganya,dan (ketiga) seorang
laki-laki yang mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh itu
mnegerjakan tugas dengan sempurna, namun ia tidak memberikan
upahnya.” (Hasan: Irwa-ul Ghalil no.: 1489 dan Fathul Bari IV:417 No;
2227)
 “Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek.” (H.R.
Ahmad dari Ibnu Mas’ud)

Rukun dan Ketentuan Syariah Ijarah

Rukun Ijarah ada tiga macam, yaitu;

1. Pelaku yang terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa/lessor/mu’jjir dan


penyewa/pengguna jassa/lessee/musta’jir.

6
2. Objek akad ijarah berupa: manfaat asset/ ma’jur dan pembayaran sewa; atau
manfaat jasa dan pembayaran upah.
3. Ijab Qabul/ serah terima.

Ketentuan Syariah;

1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh


2. Objek akad ijarah
a. Manfaat asset/jasa adalah sebagai berikut:
1.) Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.
2.) Harus yang bersifat dibolehkan secara syariah (tidak diharamkan).
3.) Dapat dialihkan secara syariah.
4.) Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan
ketidaktahuan yang dapat menimbulkan sengketa.
b. Sewa dan Upah, yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau
pengguna jasa kepada pemberi sewa atau pemberi jasa sebagai pembayaran
atas manfaat asset atau jasa yang digunakannya.
1.) Harus jelas besarannya dan diketahui oleh para pihka yang berakad.
2.) Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jneis yang serupa
dengan objek akad.
3.) Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran dan waktu,
tempat dan jarak serta lainnya yang berbeda.
c. Ketentuan syariah untuk Ijarah Muntahiya Bit Tamlik
1.) Pihak yang melakukan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik harus melaksanakan
akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan
jual beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah berakhirnya akad
ijarah.
2.) Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah
wa’ad, yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin

7
dilaksanakan, maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang
dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.
3. Ijab Qabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.

Berakhirnya Akad Ijarah

1. Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih dapat berlaku
walaupun dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alasan.
2. Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat
mengehtikan akad ijarah.
3. Terjadi kerusakan asset.
4. Penyewa tidak dapat membayar sewa.
5. Salah satu pihak meninggal dan ahli waris merasa tidak masalah maka akad tetap
berlangsung. Kecuali akadnya adalah upah menyusui maka bila sang bayi atau
yang menyusui meninggal maka akadnya menjadi batal.

PERBEDAAN AKAD IJARAH DAN SEWA

1. Objek
Leasing hanya berlaku untuk sewa menyewa barang saja, jadi hanya manfaat
barang yang menjadi objek leasing. Sedang selain barang, seperti jasa tidak bisa
menjadi objek leasing. Sedangkan objek Ijarah lebih luas, dimana baik barang
maupun jasa dapat menjadi objek ijarah. Jika yang menjadi objek ijarah adalah
barang maka disebut sewa-menyewa, sedang jika yang menjadi objek ijarah
adalah jasa, seperti tenaga kerja maka disebut upah-mengupah.

8
2. Metode Pembayaran
Dalam leasing, metode pembayaran yang digunakan hanya bersifat not contingent
to performance atau pembayaran yang tidak tergantung pada kinerja objek yang
disewa. Jadi biaya sewa yang dibayarkan tidak tergantung pada apakah barang
tersebut dapat memenuhi kebutuhan penyewa atau tidak. Berbeda dengan Ijarah
yang metode pembayarannya terbagi menjadi dua yaitu pertama yang tergantung
pada kinerja objek sewa, seperti dalam kasus upah pekerja borongan yang
bergantung pada hasil kerjaan. Kedua, pembayaran tidak tergantung pada kinerja
objek sewa, seperti sewa-menyewa ruko untuk dagang, biaya sewa tidak
bergantung pada hasil penjualan, tapi berdasarkan jangka waktu sewa.
3. Perpindahan Kepemilikan
Pada leasing dikenal dua istilah yaitu operating lease dan financial lease.
Dalam Operating lease tidak ada perpindahan kepemilikan, sedang financial
lease ada opsi perpindahan kepemilikan objek sewa diakhir periode (prakteknya
sudah disepakati diawal). Ijarah sama dengan operating lease yang tidak ada
perpindahan kepemilikan. Tapi jika penyewa berkeinginan memiliki objek sewa,
maka di awal akad pemberi sewa dapat menjanjikan dengan akad wa’ad untuk
memindahkan kepemilikan barang tersebut ke penyewa diakhir masa sewa.
Proses perpindahan kepemilikan dalam ijarah ada dua yaitu dengan akad jual
(bai’) atau hibah. Dalam ijarah, skema ini disebut akad Ijarah Muntahiya
BitTamlik (IMBT).
4. Sewa – Beli (Lease-Purchase)
Sewa-beli adalah varian lain dari leasing, dimana terdapat dua kontrak yang
berjalan bersamaan yaitu kontrak sewa sekaligus beli. Dalam akad ijarah tidak
dikenal skema ini, karena tidak sesuai dengan prinsip syariah. Dimana dua
kontrak dalam satu akad hukumnya haram, karena timbul Gharar.

9
5. Beli dan Sewa kembali (sale and lease back)
Skema ini terjadi jika: A menjual barang X ke B, tetapi karena A masih ingin
memiliki barang X, maka B menyewakannya kembali ke A dengan kontrak
financial lease atau IMBT. Skema ini dibolehkan dalam akad syariah. Skema
yang dilarang adalah jika untuk memiliki barang X, B menjual ke A. Sebab
skema ini adalah bai’ Inah yang terlarang dalam akad syariah.

Pembiayaan Ijarah

Pembiayaan Ijarah adalah Penyediaan dana oleh bank untuk nasabah dalam rangka
pemindahan hak guna/manfaat atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu
sendiri. Bank sebagai pemberi sewa, sedang nasabah sebagai penyewa.

Beberapa transaksi yang berkaitan dengan pembiayaan ijarah diantaranya adalah (1)
biaya perolehan aset ijarah; (2) penyusutan aset ijarah; (3) pendapatan ujroh; dan (4)
biaya perbaikan aset.

1. Biaya Perolehan Aset Ijarah

Objek ijarah diakui pada saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan.
Perlakuan akuntansi biaya perolehan objek ijarah dalam bentuk aset tetap sama
dengan perlakuan akuntansi aset tetap, dimana biaya perolehan aset meliputi:

a. Harga beli, termasuk biaya hukum dan broker, bea impor dan pajak pembelian
yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi diskon pembelian dan
potongan lainnya;

10
b. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi
dan kondisiyang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan maksud
manajemen; dan
c. Estimasi awal biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset dan biaya
restorasi lokasi.
Objek sewa yang diperoleh bank disajikan sebagai aset Ijarah.

Contoh kasus
Tanggal 02 September 2016, disepakati transaksi ijarah antara Bank Berkah
Sejahtera dan tuan Zaki atas manfaat aset berupa ruko. Atas kesepakatan tersebut,
Bank membeli sebuah ruko yang diinginkan oleh nasabah dengan biaya perolehan
sebesar Rp 250.000.000.

 Jurnal saat pengakuan aset ijarah:

02 Sept 2016 Dr Aset Ijarah Rp 250.000.000

Cr Kas Rp250.000.000

2. Penyusutan Aset Ijarah

Karena secara kepemilikan, aset ijarah adalah milik bank, maka tanggungjawab
penyusutannya ada pada bank. Bank secara rutin harus melakukan penyusutan
aset ijarah, seperti penyusutan aset tetap.

Objek ijarah berupa aset tetap disusutkan sesuai dengan kebijakan penyusutan
untuk aset sejenis selama umur manfaatnya (umur ekonomi). Kebijakan
penyusutan yang dipilih harus mencerminkan pola konsumsi yang diharapkan
dari manfaat ekonomi di masa depan dari objek ijarah. Umur ekonomis dapat
berbeda dengan umur teknis. Misal, mobil yang dapat dipakai selama 10 tahun di-

11
ijarah-kan dengan akad IMBT selama 5 tahun. Dengan demikian, umur
ekonomisnya adalah 5 tahun (PSAK 107 par 11-12).

Akumulasi penyusutan/amortisasi dari aset Ijarah disajikan sebagai pos lawan


aset Ijarah. Beban penyusutan/amortisasi aset Ijarah disajikan sebagai
pengurang pendapatan Ijarah pada laporan laba rugi.

Contoh kasus :
Aset ijarah berupa ruko yang disewa oleh tuan Zaki, diasumsikan memiliki umur
ekonomis 10 tahun dan disusutkan dengan metode garis lurus. Nilai penyusutan
per tahun Rp 25.000.000 (10% x 250 juta) atau Rp 2.083.333 per bulan.

 Jurnal transaksi penyusutan perbulan:

30 Sept 2016 Dr Beban Penyusutan Aset Ijarah Rp 2.083.333

Cr Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah Rp2.083.333

3. Pendapatan Sewa

Keuntungan yang diperoleh dari transaksi ijarah adalah berupa ujrah atau
pendapatan sewa yang dibayarkan oleh nasabah. Pendapatan ujrah selama masa
akad diakui pada saat manfaat atas aset ijarah telah diserahkan kepada penyewa
(nasabah). Bank dapat mengakui pendapatan ujrah secara akrual berupa piutang
pendapatan ujrah yang diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan pada akhir
periode pelaporan (PSAK 107 par. 14-15).

Contoh kasus

12
Disepakati antara bank dan tuan Zaki harga sewa ruko Rp 30.000.000 per tahun
untuk jangka waktu 5 tahun. Pembayaran dilakukan secara angsuran per bulan
setiap tanggal 02 sebesar Rp 2.500.000.

 Jurnal transaksi saat pembayaran :

02 Okt 2016 Dr Kas Rp 2.500.000

Cr Pendapatan Ujroh Rp2.500.000

 Jurnal jika pada saat tanggal tagih, nasabah tidak melakukan pembayaran:

02 Okt 2016 Dr Piutang Ijarah Rp 2.500.000

Cr Pendapatan Ujroh Rp2.500.000

 Jurnal pada saat nasabah melakukan pembayaran:

05 Okt 2016 Dr Kas Rp 2.500.000

Cr Piutang Ijaroh Rp2.500.000

4. Biaya Perbaikan Aset Ijarah

Jika terdapat perbaikan aset ijarah, maka biaya perbaikan tersebut menjadi
tanggungan Bank. perbaikan tersebut dapat dilakukan oleh bank secara langsung
atau dilakukan oleh nasabah penyewa atas persetujuan bank (PSAK 107 par.18).

13
Biaya perbaikan aset Ijarah, baik yang dilakukan oleh pemilik maupun yang
dilakukan oleh nasabah dengan persetujuan pemilik dan biaya tersebut
dibebankan kepada pemilik, diakui sebagai beban Ijarah. Sedang biaya perbaikan
aset Ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap sebanding
dengan bagian kepemilikan masing masing (PSAK 107 par.16-17).
Biaya perbaikan aset ijarah disajikan sebagai biaya operasional pada laporan laba
rugi.

Contoh kasus
Tanggal 20 Oktober 2016 terjadi kerusakan atap ruko dan dilakukan perbaikan
seharga Rp 500.000 yang langsung diperbaiki oleh pihak bank.

 Jurnal transaksi

20 Okt 2016 Dr Beban Perbaikan Aset Rp 500.000

Cr Kas Rp500.000

14
DAFTAR PUSTAKA

GHAZALY ABDUL RAHMAN dkk. FIQH MUAMALAT Jakarta:KENCANA.2012


Huda,Qomarul.Fiqh muamalah.Yogyakarta:teras.2011
Suhendi, Hendi . FIQH MUAMALAH. Jakarta:PT RAJA GRAFINDO
PERSADA.2002
Syafei, Rachmat. FIQIH Muamalah. Bandung:CV PUSTAKA SETIA. 2001
Wardi Muslich, Ahmad. Fiqh Muamalat.Jakarta:Amzah.2010

15

You might also like