You are on page 1of 7

TINJAUAN KHUSUS PERFORMING RIGHT LAGU INDIE BERBASIS NILAI

KEADILAN BERLANDASKAN HUKUM HAK CIPTA

Roni Gunawan, Lilis Safriani, Ratna Adi Sugesti


(NIM. 170710101091, 170710101249, 170710101343)
Fakultas Hukum - Universitas Jember
E-mail : lilissafriani89@gmail.com

Abstract
Indonesia as an archipelago has a very rich diversity of arts and cultures. This is in line with
the diversity of ethnicity, ethnicity, and religion, which as a whole is a national potential that
needs to be protected. Globalization has brought Indonesia to a crossroads between needs and
reality. This situation occurs in one of the areas of intellect tual property law (HKI). (1) One of
the main branches of IPR is copyright. Copyright must be based on the principle of protecting
morals and economic rights of the copyright holder. (2) One intellectual work that enters the
IPR regime and specifically the copyright regime is the creation of songs or music. Music is one
of the main parts of human life. This fact can not be separated from the existence of song or
music creation that is liked by almost everyone on this earth. (3) Because almost all civilizations
of this world have music as a result of their culture. Therefore, music is closely related to the
social life of the community. In Law No. 28 of 2014 concerning Copyright Article 40 states that
protected works include creations in the fields of science, art, and literature. The problems
currently faced by the Indonesian people are the economic rights injustice by the Indie band in
legal relations with rights music and indie songs. The results of this analysis describe how indie
songwriters obtain legal protection, especially economic rights to the performing rights of indie
music and songs according to copyright and Book III of the Civil Code is related to the
principle of justice.

Keywords: Copyright, Indie Songs, Art and culture

Abstrak
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat
kaya. Hal ini sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa, dan agama yang secara
keseluruhan merupakan potensi nasional yang perlu dilindungi. Globalisasi telah membawa
Indonesia ke persimpangan jalan antara kebutuhan dan kenyataan. Situasi ini terjadi pada salah
satu bidang hukum kekayaan intelektual (HKI). Salah satu cabang utama HKI adalah hak cipta.
Hak cipta harus didasarkan pada prinsip melindungi moral dan hak ekonomi dari si pemegang
hak cipta. Salah satu karya intelektual yang masuk rezim HKI dan secara khusus rezim hak cipta
adalah ciptaan lagu atau musik,. Musik merupakan salah satu bagian pokok dalam kehidupan
manusia. Kenyataan ini tidak terlepas dari keberadaan ciptaan lagu atau musik yang disukai oleh
hampir semua orang di muka bumi ini. Karena hampir semua peradaban masyarakat dunia ini
memiliki musik sebagai hasil budaya mereka. Oleh karena itu, musik berhubungan erat dengan
kehidupan sosial masyarakat. Didalam UU Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 40
menyebutkan ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra. Salah satu problematika yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah
ketidakadilan hak ekonomi oleh band Indie di dalam hubungan hukum atas performing rights
music dan lagu indie. Sehingga pencipta lagu indie mendapatkan perlindungan hukum
khususnya hak ekonomi atas performing right musik dan lagu indie menurut hak cipta dan Buku
III KUH Perdata dikaitkan dengan prinsip keadilan.

Kata Kunci : Hak Cipta, Lagu Indie, Seni dan budaya


A. Pendahuluan
Kelahiran dan perkembangan hak cipta dalam ranah hukum benda memiliki
kronologis perjalanan yang panjang dan pernah mengalami masa- masa yang paling
kelam dalam sejarahnya. Secara umum sejarah kelahiran hak cipta dianggap bermula di
inggris pada awal abad ke-17 dan di Perancis pada akhir abad ke-17.(17)
Mengapa sejarah kelahiran hak cipta harus dimulai dari Inggris dan Perancis dan
bukan dari negara Cina? Alasannya sangat sederhana, yaitu karena Inggris dan Perancis
dianggap mewakili dua rezim system hukum yang berlaku didunia pada saat ini. Kedua
system hukum yang berbeda tersebut juga telah melahirkan konsep economic rights dan
moral rights dalam hak cipta. Sejarah kelahiran hak cipta dari kedua negara tersebut,
negara-negara common law lebih mengedepankan aspek hak ekonomi (economic
rights) dari suatu ciptaan dari pada hak perorangan (personal rights) dari pencipta
sebagaimana dipraktikan di negara civil law yang telah melahirkan hak moral (moral
rights) dari pencipta.(18)
Hak pengarang/ pencipta (author right) berkembang dari daratan Eropa yang
menganut system hukum sipil sehingga di negara- negara Eropa terdapat undang-
undang yang mengatur karya cipta tersebut diberi nama Undang-undang Hak Cipta,
seperti di Perancis droit d’aueteur, di Jerman Urheberecht dan Italia diritto d’autore.
Sedangkan istilah hak cipta (copyright) bermula dari negara yang menganut system
common law. (19)
Pada mulanya, hak cipta menggambarkan hak untuk menggandakan atau
memperbanyak suatu karya cipta. Istilah copyright (Hak Cipta) tidak jelas siapa yang
memakainya, tidak ada satupun perundang-undangan yang secara jelas
menggunakannya pertama kali. Pada mulanya, perlindungan juga diberikan kepada
pihak penerbit bukan kepada pencipta (author). Perlindungan yang dimaksud untuk
memberikan jaminan atas investasi penerbit dalam membiayai percetakan suatu karya.
Hal ini sesuai dengan landasan penekanan system hak cipta dalam common law system
yang mengacu pada segi ekonomi. (19)
Hanya saja perkembangan selanjutnya perlindungan dalam hukum hak cipta
bergeser lebih mengutamakan perlindungan kepada penciptanya (author), tidak hanya
untuk si penerbit. Pergeseran tersebut membawa perubahan bahwa kemudian
perlindungan tersebut tidak hanya menyangkut pada bidang hukum, tetpi juga
perlindungan di perluas mencakup bidang drama, music, dan pekerjaan artistik (artistic
work).
Salah satu hak ekonomi dari hak cipta adalah hak pertunjukan (Perfomance
Right). Pertunjukan (Perfomance Right) merupakan hak untuk mengungkapkan karya
seni dalam bentuk pertunjukan atau penampilan oleh pemusik, dramawan, seniman,
maupun peragawati. Setiap orang atau pihak yang ingin menampilkan, atau
mempertunjukan suatu karya cipta harus meminta izin dari si pemilik hak untuk
mempertunjukan (Perfomance Right) tersebut.(?) Hak pertunjukan (Perfomance Right)
diatur dalam Bern Convention, Universal Copyright Convention, dan Rome
Convention.(?) dan juga perjanjian TRIPs.
Pelaku pertunjukan(?) memiliki hak ekonomi, hak ekonomi pelaku pertunjukan
meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin atau melarang pihak lain untuk
tidak melakukan hal-hal yang memang tidak diperbolehkan seperti penyiaran atau
komunikasi atas pertunjukan pelaku pertunjukan, fiksasi pertunjukan yang belum
difiksasi, penyidiaan atas fiksasi yang dapat diakses oleh publik. Namun seiring dengan
perkembangan jaman dan teknologi yang sangat cepat, pengekplotasian hak cipta
melalui perbanyakan dan pengumuman menjadi sangat masif, dan penggunaan dan
pemakaian ciptaan sudah semakin luas dan cepat. Dengan kata lain perkembangan
teknologi membuat arus berita dapat berjalan sangat cepat, sehingga mampu
meniadakan jarak ruang dan waktu antara dua tempat atau lebih.
Sejarah perkembangan lagu atau musik tidak dapat terhindar dari perkembangan
budaya manusia. Hal ini disebabkan karena lagu atau musik merupakan salah satu hasil
dari budaya manusia di samping ilmu pengetahuan, arsitektur, bahasa dan sastra, dan
lain sebagainya.
Selama bagian pertama abad ke-17 seni music berubah dari yang sifatnya yang
liturgis menjadi secular, dari polyphonis menjadi monophonis. Seni musik abad
pertengahan adalah bersifat polyphonis, yang terdiri dari beberapa seri-seri nada yang
mengalir keluar bersama-sama menurut peraturan-peraturan mengkombinasikan melodi,
dengan menciptakan suasana yang agung yang dikehendaki oleh gereja. Opera, bentuk
seni musik secular yang paling tua, muncul di Florence pada akhir abad ke-16. Bagian
kedua dari abad ke 19, yang disebut zaman Hhaydn dan Mozart, telah melihat suatu
revolusi dalam kemahiran seni musik.(151)
Sampai sekitar tahun 1750, perkembangan musik barat sangat berkaitan dengan
gereja, khususnya, karena sampai waktu itu gereja merupakan penyokong utama seluruh
kesenian barat, khususnya di bidang musik. Pada waktu itu, gereja merupakan pusat dari
peradaban Barat.(151)
Sebenarnya secara etimologi, lagu dan musik memiliki perbedaan arti. Lagu
adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan berbagai nada yang berurutan.
Setiap lagu ditentukan oleh panjang pendek dan tinggi rendahnya nada-nada tersebut.
Disamping itu, irama juga memberi corak tertentu kepada suatu lagu. (152) Sedangkan
menurut kamus umum bahasa indoonesia, lagu adalah ragam suara yang berirama.
Sebuah lagu terdiri dari beberapa unsur, yaitu melodi, lirik, aransemen, dan notasi.
Sedangkan pengertian musik adalah bunyi-bunyian. (152) Adapun pengertian
musik menurut ensiklopedia Indonesia lebih lanjut adalah seni menyusun suara atau
bunyi. Musik tidak dibatasi dengan seni menyusun bunyi atau suara indah semata-mata.
Suara atau bunyi sumbang (disonansi) telah lama digunakan, dan banyak komponis
modern bereksperimen dengan suara atau bunyi semacam itu.(152) Musik adalah suara
yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan
terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi- bunyian.
Selain itu, pada saat ini berkembang pula teknologi, seperti: karya cipta
sinematografi, fotografi, rekaman suara, dan penyiaran, juga di lindungi dalam cakupan
hak cipta.(19) Salah satu bentuk hasil perkembangan teknologi adalah ditemukanya
Lembaga Penyiaran yang merupakan penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran
publik , lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga
penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung
hawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan(?) Lembaga
Penyiaran mempunyai berbagai macam bentuk diantaranya adalah Radio(?) yang
merupakan salah satu media yang digunakan oleh musisi-musisi indie untuk
mengedarkan, mengumumkan atau mempublikasikan hasil karya cipta mereka.
Kelompok musik indie adalah kelompok musik yang tidak atau belum berafiliasi
atau terikat kontrak dengan perusahaan rekaman major. Kelompok musik yang
mengeluarkan kumpulan lagu atau album dan tidak memiliki kontrak dengan
perusahaan rekaman disebut indie label. Sedangkan band yang telah terikat kontrak
dengan perusahaan rekaman major akan disebut band major label. Salah satu hal yang
mebedakan antara band indie dengan major label adalah aliran bermusik, dimana band
indie dalam menciptakan sebuah musik atau lagu tidak di dikte oleh pangsa pasar
konvensional, dikarenakan paham bermusik band indie ini ada di komunitas mereka
sendiri, sedangkan band major label dalam menciptakan karya musik atau lagu
berorientasi pada pangsa pasar atau pada aspek ekonomi.
Untuk menarik minat para komunitas indie dalam mengumumkan hasil karya
cipta band/ pencipta musik atau lagu indie, stasiun radio membuka acara segmen musik
indie sebagai wadah berekspresi dan berkreasi bagi band/ pencipta indie. Stasiun radio
memberikan kemudahan bagi pencipta lagu indie untuk mengumumkan hasil karya
ciptanya, diantara kemudahan itu adalah perjanjian dibuat oleh para pihak cukup dengan
lisan atau kesepakatan para pihak (Pasal 1320 KUH Perdata). Dari kesepakatan tersebut
timbul hubungan hukum yang terjadi antara pencipta lagu indie dengan stasiun radio
yang menciptakan akibat hukum beruba hak dan kewajiban dari masing-masing pihak,
dari hak dan kewajiban tersebut terciptalah suatu prestasi. Bentuk-bentuk prestasi
menurut pasal 1234 KUH Perdata adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, tidak
berbuat sesuatu. Berdasarkan tiga cara pelaksanaan kewajiban tersebut, pencipta lagu
indie dengan stasiun radio melaksanakan kewajibannya dengan berbuat sesuatu
berwujud jasa yaitu berupa pengumuman musik atau lagu dalam bentuk promosi musik
atau lagu indie. Pengumuman musik atau lagu indie apabila dihubungkan dengan pasal
1601 KUH Perdata merupakan perjanjian kerja di bidang jasa promosi, dimana para
pencipta lagu indie membuat karya music atau lagu, sedangkan stasiun radio mendiakan
jasa promosi. Namun kenyataan dilapangan , tidak semua pencipta/ band indie merasa
perlu mendapat hak ekonomi, padahal hak mengumumkan sebuah musik atau lagu,
pencipta/ band indie juga memiliki hak ekonomi layaknya sebuah music atau lagu pada
umumnya, sebagaimana tercantum dalam pasal 8 undang-undang Nomor 28 Tahun
2014 Tentang hak Cipta yang menyebutkan bahwa ”Hak ekonomi merupakan hak
eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
ciptaan”.
Hak ekonomi kadang justru tidak menjadi prioritas utama para pencipta musik
atau lagu indie dalam berkarya namun disinilah prinsip keadilan itu harus ditegakkan.
Royalti yang diterima oleh pencipta merupakan bentuk keadilan yang menjadi tolak
ukur dari keseimbangan antara hak dan kewajiban. Dari hasil ekonomi tersebutlah
kreativitas tumbuh dengan pesat, dan hal ini merupakan salah satu tujuan dari
perlindungan hukum hak cipta.
Berdasarkan latar belakang diatas, analisis ini akan menguraikan tentang
bagaimana pencipta lagu indie mendapatkan perlindungan hukum atas performing right
musik dan lagu indie pada stasiun radio sebagai upaya perlindungan hak ekonomi
pencipta lagu indie.
2. Pembahasan

You might also like