You are on page 1of 3

REFLEKSI KASUS

1. Deskripsi Masalah

Pada tanggal 4-6 juni 2018 saya dan teman teman saya dari PSIK UMY
melaksanakan kegiatan observasi di RSJ Grahasia DIY. Kegiatan tersebut kami kenal
dengan nama Komuda dengan jumlah mahasiswa 55 orang PSIK UMY yang berasal dari
luar jawa semua. Komuda pada kali ini dibagi menjadi dua kloter, setiap kloter dibedakan
berdasarkan jauhnya tempat tinggal orang tua. Pada saat hari pertama tanggal 4 juni 2018
kami dikumpulkan di Gedung diklat RSJ Grahasia Yogyakarta dari pukul 07.00- 11.00
WIB. Didalam Gedung tersebut kami melaksanakan pengenalan terkait prosedur, tata
aturan selama di RSJ Grahasia tersebut dan juga kami mendapat materi terkait panduan
observasi selama di RSJ Grahasia dan tentang Triase klien dengan gangguan jiwa pada saat
kondisi kritis, pengenalan dan arahan tersebut kami laksanakan kurang lebih selama 5 jam,
dan setelah itu ada sesi penyerahan mahasiswa dari dosen PSIK yaitu Bapak Rizal kepada
Pimpinan RSJ Grahasia Yogyakarta.
Setelah melakukan pengenalan dan pembekalan saat melakukan aktivitas di RSJ
Grahasia kami nanti selanjutnya kami dibagi dalam beberapa kelompok dan ruangan, setiap
kelompok rata rata sekitar 3-10 orang karena menyesuaikan populasi paien didalam
bangsal masing masing. Setelah pembagian tersebut selesai kami diajak petugas RSJ
Grahasia tersebut untuk orientasi dan pengenalan ruangan di RSJ tersebut yang akan kami
gunakan selama komuda ini berlangsung. Saya mendapatkan kelompok di ruang Gatotkaca
dengan jumlah mahasiswa PSIK 9 orang. Ruangan Gatotkaca ini terdiri dari kurang lebih
sekitar 20 pasien dan dijaga oleh perawat tetap sekitar 3 orang dan praktikan 4 orang setiap
harinya. Kami melakukan observasi di bangsal Gatotkaca selama 2 hari yaitu mulai tanggal
5-6 juni 2018 dari pukul 07.30 sampai dengan pukul 14.00 WIB. Selama dua hari berada
di sana kami banyak sekali mendapatkan hal-hal baru dan teman teman baru, dan selama
dua hari tersebut kami selalu berbaur dengan pasien yang ada di bangsal tersebut dan
melakukan kegiatan Bersama dengan pasien seperti senam, makan, terapi aktivitas, dll.
Dan selama disana kami sudah ditentukan pasien yang ingin dikaji oleh kepala ruangannya
yaitu dengan bapak mamat. Dan saya mendapatkan pasien dengan gangguan halusinasi
penglihatan.
Setelah melaksanakan observasi selama 2 hari di bangsal Gatotkaca saya
mendapatkan pengalaman yang sangat banyak dan seru, salah satu contohnya adalah
bagaimana cara kita membuat hubungan saling percaya dengan pasien ODGJ dengan
kepribadian yang berbeda beda dan itu saya rasa sangat memberikan pengalaman yang
berarti bagi saya, dan juga selain itu saat melakukan pengamatan saya menemukan hal yang
menurut saya bermasalah. Masalahnya adalah tentang beban kerja perawat yang menurut
saya sangat berat. Dimana di bangsal Gatotkaca hanya ada 3 perawat tetap yang menjaga
pasien sekitar 20 orang. Jumlah perawat yang terbatas apabila di bandingkan dengan
jumlah pasien, terutama pada shift sore dan malam hari di ruang akut menyebabkan beban
kerja perawat yang tinggi. Beban kerja perawat selain akibat dari ketidak seimbangan
tersebut juga berakibat dari beberapa perawat harus menjabat secara struktural sehingga
waktu banyak tersita untuk kegiatan selain di ruang rawat. Selain itu duplikasi beberapa
format dokumentasi keperawatan yang harus dilengkapi selama merawat pasien masih
menjadi hambatan untuk dapat bekerja secara efisien meskipun beberapa format sudah
dimodifikasi dengan bentuk yang lebih sederhana.
2. Perasaan saat menjumpai kasus tersebut
Perasaan yang saya rasakan saat menjumpai kasus tersebut ialah yang pling utama tentunya
prihatin dan khawatir karena tugasnya yang sangat tinggi dan memiliki resiko yang sangat
besar juga, karena dikhwatirkan dengan tugas yang sangat besar tersebut dan harus
menjaga dan menangani sejumlah pasien yang lumayan banyak dan ditambah juga dengan
kasus yang lumayan berat juga seperti halusinasi, RPK, dll akan menghambat perawat
tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan yang baik. Dimana tugas seorang perawat
yang utama salah satunya memberikan asuhan keperawatan.
3. Hal yang positif dan negatif
Hal positif dari masalah tersebut ialah walaupun beban kerja seorang perawat di
bangsal tersebut sangat tinggi karena kurangnya sumberdaya perawat di bangsal tersebut
tetapi semua tugas dan kewajiban untuk merawt dan memberikan asukhan keperawatan
mampu dicapai walaupun harus berkorban sangat berat untuk hal tersebut.
Hal negative dari masalah tersebut ialah dari beban kerja perawat yang sagat tinggi
akan timbul masalah seperti hambatan dalam melakukan asuhan keperawatan yang
makimal untuk mencapai hasil yang diharapkan.
4. Analisis
Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari hasil asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan tersebut beban kerja
merupakan faktor yang harus diperhatikan untuk mendapatkan produktifitas kerja yang
tinggi. Dan salah satu contoh yang terkait dengan hal tersebut ialah harus seimbangnya
antara jumlah perawat dengan jumlah pasien yang ada di ruangan.
5. Kesimpulan dan rencana tindak lanjut
Kesimpulan dari masalah ini adalah kebijakan dari rumah sakit ini harus disesuikan dengan
kondisi terkini, atau bisa menyesuaikan pasien setiap bangsal, dimana ada beberapa
bangsal jumlah perawatnya sama tetapi jumlah pasiennya berbeda beda, sehingga beban
kerja seorang perawat berbeda beda di masing masing bangsal. Dari hal tersebut juga akan
berpengaruh terhadap tingkat keakuratan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan
oleh perawat untuk pasien.
6. Referensi
Manuho, E., Warouw, H., & Hamel, R. (2015). Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja
Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap C1 RSUP PROF.
DR. R. D. KANDOU MANADO.

You might also like