Professional Documents
Culture Documents
1. Posisi Geotektonik
Posisi geotektonik adalah letak suatu tempat yang merupakan cekungan sedimentasi yang
keberadaannya dipengaruhi oleh gaya – gaya tektonik lempeng. Adanya gaya – gaya
tektonik ini akan mengakibatkan cekungan sedimentasi menjadi lebih luas apabila terjadi
proses penurunan dasar cekungan atau menjadi lebih sempit apabila terjadi proses
penaikan dasar cekungan. Proses tektonik dapat pula diikuti oleh perlipatan perlapisan
batuan ataupun patahan. Apabila proses yang disebut terakhir ini terjadi, satu cekungan
sedimentasi akan dapat terbagi menjadi dua atau lebih sub cekungan sedimentasi dengan
luasan yang relatif kecil. Kejadian ini juga akan berpengaruh pada penyebaran lapisan
(seam) batubara yang terbentuk. Makin dekat cekungan sedimentasi batubara terbentuk
atau terakumulasi terhadap posisi kegiatan tektonik lempeng, maka kualitas batubara
yang dihasilkan akan semakin baik.
2. Topografi (morfologi)
Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena
menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk
3. Iklim
Kelembaban mengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai tergantung posisi
geografi dan dipengaruhi oleh posisi geotektonik Tropis dan subtropis sesuai untuk
pertumbuhan yang optimal hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7-9
tahun dengan ketinggian pohon mencapai 30 m. Sedang iklim yanng lebih dingin
ketinggian pohon hanya mencapai 5-6 meter dalam waktu yang sama.
4. Penurunan cekungan
5. Umur geologi
Unsur utama pembentuk batubara dengan lingkngan tertentu dan sebagai faktor penentu
tipe batubara, evolusi kehidupan menciptakan kondisi yang berbeda selama masa sejarah
geologi
7. Dekomposisi
Merupakan bagian dari tansformasi biokimia material organik yang merupakan titik awal
seluruh alterasi
Selama proses ini terjadi pengurangan kandungan air, oksigen dan zat terbang (CO2, CO,
CH4 dll).
Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier,
yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada
umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur
Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar
Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang
mirip dengan kondisi kini. Beberapa di antaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas
muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini
terbentuk pada kondisi di mana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke
dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan
menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya,
endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur
endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip
dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian
besar Kalimantan.