You are on page 1of 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pengungkapan pikiran dan gagasan melalui karya sastra puisi, baik

dalam bentuk tulisan maupun ketika karya puisi itu dibacakan sangat dipengaruhi

oleh diksi atau pilihan kata. Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan membedakan

secara tepat nuansa-nuansa makna atau situasi dengan gagasan yang ingin

disampaikan.

Diksi menjadi salah satu kekuatan di dalam terbentuknya sebuah puisi.

Penggunaan diksi dalam puisi tidak terlepas dari kosa kata. Agar seorang penyair

mampu mengolah diksi, ia dituntut memiliki pembendaharaan kata yang luas,

memperkaya diri dengan bacaan-bacaan lintas disiplin serta upaya yang tekun untuk

mencari kemungkinan-kemungkinan bentukan komposisi kata yang unik dan

menyarankan kebaruan.

Setiap kata, frasa dan larik yang tertulis di dalam puisi hendaknya bukanlah

sekedar dekorasi semata, melainkan kata-kata yang dipilih itu dapat membekas di

benak pembaca. Membekasnya sebuah ucapan dalam puisi ini sebabkan oleh

pemilihan kata yang tepat sehingga mampu membangkitkan emosi dalam diri

pembaca.

Puisi adalah bahasa perasaan yang dapat memadukan suatu respon yang

mendalam dalam beberapa kata. Terciptanya sebuah puisi bukanlah sesuatu yang

mudah untuk dikerjakan, semua itu membutuhkan proses atau tahapan di dalam

mengerjakannya. Perasaan seorang penyair atau penulis menjadi hal terpenting di

1
2

dalam terciptanya sebuah puisi. Puisi diciptakan dalam suasana perasaan intensif

yang menuntut pengucapan jiwa yang spontan dan padat.

Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat merupakan salah

satu bentuk kegiatan kreatif yang dilakukan oleh manusia di dalam menjalankan

kehidupannya, baik itu dihadirkan dalam proses berfikir ataupun penelaahan penyair

terhadap suatu objek seni. Seiring dengan perkembangannya, puisi telah membingkai

seluruh aspek kehidupan manusia baik itu menyangkut persoalan moralitas, filsafah,

kebijakan, kejahatan, penghianatan, cinta, kekecewaan, kebencian, dan segala sisi

kehidupan manusia lainnya.

Namun, realitasnya masih saja terdapat puisi yang menggunakan pemilihan

kata yang tidak sesuai dan membuat si pembaca menjadi sulit memahami pesan yang

ingin disampaikan. Hal itu dilakukan baik dari pelajar ataupun mahasiswa.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian

dengan judul “Analisis Diksi dalam Puisi Karangan Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 9 Banda Aceh”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimanakah penggunaan diksi dalam puisi karangan siswa SMP Negeri 9

Banda Aceh?
3

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk pengembangan penulisan puisi

dengan menggunakan pilihan kata yang tepat, pembinaan agar kualitas

penggunaan diksi dalam puisi semakin meningkat, dan melestarikan penggunaan

diksi dalam menulis puisi agar puisi yang diciptakan dapat membangkitkan emosi

dalam diri pembaca.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan

diksi pada puisi karangan siswa, mengetahui penggunaan diksi pada puisi

karangan siswa kelas VIII semester 1 SMP Negeri 9 Banda Aceh dan

mendapatkan data penggunaan diksi pada puisi karangan siswa kelas VIII

semester 1 SMP Negeri 9 Banda Aceh.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya pengembangan penulisan puisi. penelitian ini pun dapat

dijadikan masukan untuk penulisan puisi dengan menggunakan pilihan kata yang

tepat, sehingga mampu membangkitkan emosi pembaca ataupun pendengar.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan

kualitas pembelajaran penulisan puisi, khususnya berkaitan dengan penggunaan unsur

fisik puisi. Selain itu dapat dijadikan bahan masukan bagi guru khususnya guru SMP
4

agar lebih kritis dan seksama dalam melihat bakat siswa menggunakan pilihan kata

yang tepat dalam menulis puisi.

1.5 Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan prinsip-prinsip pokok dalam penelitian yang

diyakini kebenarannya oleh peneliti. Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Menulis puisi merupakan salah satu pembelajaran bahasa Indonesia yang

tercantum dalam kurikulum bahasa Indonesia untuk kelas VIII SMP.

2) Menulis puisi harus memahami diksi

3) Penggunaan diksi merupakan bagian terpenting dalam penulisan puisi

1.6 Definisi Operasional

1) Analisis adalah usaha mengamati secara detail sesuatu hal atau benda dengan

cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau penyusunnya

untuk dikaji lebih lanjut.

2) Diksi adalah kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat dan cocok untuk

situasi tertentu.

3) Puisi karangan siswa adalah bentuk puisi karangan siswa kelas VIII Semester

1 SMP Negeri 9 Banda Aceh.


5

1.7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab 1 pendahuluan berisikan latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, anggapan dasar, definisi

operasional dan sistematika penulisan. Bab II berisi landasan teori terdiri dari

pengertian diksi, jenis-jenis diksi, syarat-syarat diksi, pengertian puisi, struktur puisi,

ciri-ciri puisi, jenis-jenis puisi, bahasa puisi, dan pembelajaran puisi di SMP. Bab III

terdiri dari metode penelitian. Bab IV pembahasan, merupakan inti dari penelitian

yang akan membahas tentang analisis diksi dalam puisi karangan siswa kelas VIII

SMP Negeri 9 Banda Aceh. Bab V penutup, terdiri dari simpulan dan saran.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Diksi

Diksi adalah bentuk serapan dari kata diction diartikan sebagai choise and use of

words. Diksi disebut pula pilihan kata. Diksi merupakan hal yang sangat diutamakan dalam

puisi untuk menentukan ketepatan makna. Menurut Sayuti (2008:143), diksi merupakan

salah satu unsur yang ikut membangun keberadaan puisi berarti pemilihan kata yang

dilakukan oleh penyair untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan yang bergejolak.

Finoza (2006:89), mengatakan bahwa diksi atau pilihan kata adalah hasil dari upaya

memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan berbahasa. Keraf, (2008:24)

menambahkan bahwa diksi atau pilihan kata mencakup pengertian kata-kata yang

digunakan untuk menyampaikan gagasan, menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat,

sehingga mampu menentukan gaya yang sesuai dengan situasi.

Aminuddin, (2013:78) diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras yang memiliki

efek keindahan dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga

memperoleh apa yang diharapkan. Kata-kata yang ditulis harus mempertimbangkan makna,

komposisi bunyi, ritma, irama, kedudukan kata di tengah kata lainnya, dan kedudukan kata

dalam keseluruhan teks puisi.

Selanjutnya Siswanto (2008:114) mengatakan bahwa diksi adalah pemilihan kata-kata

yang dilakukan penyair dalam puisinya. Pemilihan kata dalam puisi mempertimbangkan

berbagai aspek estetis, maka kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya itu

bersifat absolut dan tidak bisa diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak

berbeda.

6
7

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi merupakan salah satu

unsur terpenting di dalam puisi. Diksi adalah pilihan kata yang tepat dari hasil memilih

kata-kata yang memiliki keindahan untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan yang

bergejolak. Kata-kata yang ditulis dalam puisi harus mempertimbangkan berbagai aspek

seperti komposisi bunyi, ritma, rima, makna dan lain-lain.

2.2 Jenis-jenis Diksi

Diksi merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang dalam membuat sebuah

puisi sehingga dapat dipahami oleh pembaca ataupun pendengar. ketepatan pemilihan kata

akan sangat berpengaruh dalam pikiran pembaca tentang isi sebuah puisi. Jenis diksi

menurut Keraf, (2008:89-108) adalah sebagai berikut:

1. Denotasi

Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu menunjuk

pada konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan batasan kamus atau defenisi

utama suatu kata. Denotasi mengacu pada makna yang sebenarnya.

2. Konotasi

Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi,

atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi, dan

biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus

atau defenisi utamanya. Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan

sebenarnya.
8

3. Kata Abstrak

Kata abstrak dalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak sukar

digambarkan kerena referensinya tidak dapat diserap dengan pancaindera manusia. Kata-

kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas, dingin, baik, buruk). Pertalian (kuantitas,

jumlah, tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan, penetapan, kepercayaan). Kata-kata

abstrak sering dipakai untuk menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan khusus.

4. Kata Konkrit

Kata konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat atau

diindera secara langsung oleh satu atau lebih dari pancaindera. Kata-kota konkrit

menunjuk kepada barang-barang yang aktual dan spesifik dalam pengalaman. Kata kokrit

digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca melebihi

kata-kata yang lain.

5. Kata Umum

Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas, kata-

kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada keseluruhan.

Contoh kata umum: binatang, tumbuh-tumbuhan, kendaraan.

6. Kata Khusus

Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang

khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang khusus. Contoh kata

khusus: elang, sedan.

7. Kata Ilmiah

Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-

tulisan ilmiah. Contoh kata ilmiah: analogi, fragmen, kontemporer.


9

8. Kata Popular

Kata populer adalah kata-kata yang umum digunakan oleh semua lapisan

masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan. Contoh kata populer:

gelandangan, rasa kecewa, bukti

9. Jargon

Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam

bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya.

Contoh jargon: sikon (situasi dan kindisi), pro dank on (pro dan kontra), kep (kapten),

prof (professor).

10. Kata Slang

Kata slang adalah kata-kata nonstandard yang informal, yang disusun secara khas,

bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata salng juga merupakan kata-

kata yang tinggi atau murni. Contoh kata slang: eh ketemu lagi, unyu-unyu, cabi.

11. Kata Asing

Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih

dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya. Contoh kata

asing: computer, cyber, internet, go public.

12. Kata Serapan

Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud

atau struktur bahasa Indonesia. Contoh kata serapan: ekologi, ekosistem, motivasi, musik.

13. Idiom

Idiom adalah pola-pola structural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa

yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara
10

logis atau secara gramatikal dengan bertumpu pada makna kata-kata yang

membentuknya. Contoh kata idiom: makan hati, menerima uang sogok.

2.3 Syarat-syarat Diksi

Semua hal yang dilakukan dalam kehidupan ini haruslah memiliki syarat standar

agar pelaksanaan perbuatan tersebut dapat diterima dengan baik. Sama halnya diksi atau

pilihan kata, agar tercipta kata yang sesuai dengan konteks dibutuhkan dua syarat yaitu

ketepatan kata dan kesesuian kata.

2.2.1 Ketepatan Pemilihan Kata

Penggunaan kata yang tepat dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun

tulisan harus menguasai kosakata secara maksimal agar dapat mengungkapkan gagasan

secara tepat. Berikut Syarat-syarat ketepatan pilihan kata menurut Keraf (2008:88-89).

1. Membedakan makna denotasi dan konotasi secara cermat, denotasi yaitu makna

kata yang sebenarnya dan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi yaitu dapat

menimbulkan makna yang bermacam-macam.

2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya: raya,

besar, agung, akbar dalam pemakaian yang berbeda-beda.

3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaan, misalnya: inferensi

(kesimpulan), dan interferensi (saling mempengaruhi).

4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika

pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian kata menemukan makna yang

tepat di dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektif canggih.
11

5. Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara

tepat, misalnya dilegalisir seharusnya dilegalisasi.

6. Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar,

misalnya: terdiri atas seharusnya terdiri dari.

7. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Untuk mendapatkan

pemahaman yang spesifik, misalnya: bunga (kata umum), tulip (kata khusus).

8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya: isu (berasal

dari Bahasa inggris issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu (dalam Bahasa

Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya)

9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, misalnya: bertemu dan berjumpa,

saya dan aku.

10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat. Kata abstrak misalnya:

kepribadian, pandangan hidup, demokrasi dan kata konkret misalnya: gunung

berapi, kambing, berenang).

2.2.2 Kesesuaian Kata

Pengguna bahasa harus memperhatikan kesesuaian kata, bukan hanya

ketepatan pelihan kata saja. Kesesuaian kata adalah pemilihan kata yang dipergunakan

tidak menggangu suasana atau menyinggung perasaan pembaca atau pendengar.

Perkembangan bahasa sering mengalami perbedaan atau kekurangan ketika

diinterpretasikan, hasilnya banyak kata, frasa maupun klausa yang dianggap kurang

tepat diucapkan.
12

2.4 Pengertian Puisi

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poeisis yang berarti

penciptaan. Dalam bahasa Inggris puisi disebut poetry yang erat dengan poet dan poem.

Mengenai kata poet. Coulter (dalam Tarigan, 2008:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal

dari bahasa Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Istilah ini lama-lama menjadi

semakin sempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun

menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata

kiasan. Puisi merupakan bentuk pengungkapan seorang penyair terhadap perasaannya. Pada

dunia puisi tidak ada batas dalam imajinasinya. Penulis atau pengarang bebas menceritakan

apa saja yang mungkin tidak masuk akal.

Waluyo, (2000:22) puisi adalah karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif.

Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan bahasa kias dan makna lambang

(majas). Dibandingkan dengan bentuk lain, puisi lebih bersifat

konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna. Hal ini disebabkan

terjadi pengkonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi.

Mafrukhi, (2016:71) mengatakan bahwa puisi adalah jenis karya sastra yang

berbentuk singkat berisi kata-kata indah yang digunakan penyair untuk mengekspresikan

gagasan dan pikirannya. Penyair memilih kata-kata yang tepat dan disusun dengan sebaik-

baiknya, sehingga antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya. Puisi

adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan

penyairnya yang ditulis dengan bahasa paling berkesan.


13

Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro, (2005:312) mengatakan bahwa puisi

adalah sebuah genre sastra yang amat memperhatikan pemilihan aspek kebahasaan

sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa puisi adalah bahasa yang “tersaring”.

Samosir (2013:19) mengatakan bahwa puisi adalah sebuah ciptaan manusia berupa

ungkapan jiwa yang ditampilkan secara ekspresif, dituangkan dalam bentuk bahasa indah,

rangkaian bunyi yang anggun, dan memiliki daya tarik bagi para pembaca. Semi (2005:9)

mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran

manusia dalam bahasa emosional dan berirama.

Pradopo (2005:6) menyatakan puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah

dalam hidup. Setiap kata mengandung berbagai makna sehingga mampu mewakili kalimat

yang hendak diungkapkan oleh penulis. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat

mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagian, kegembiraan yang

memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai.

Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan genre sastra

yang mengungkapkan pikiran dan perasaan yang padat dan berirama dalam bentuk larik

dan bait dengan banyak menggunakan bahasa konotatif. Puisi juga mampu menggambarkan

problematika yang berhubungan dengan masalah hakikat manusia, kematian, dan

ketuhanan. Oleh sebab itu, puisi sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia dan alam

sekitarnya.
14

2.5 Struktur Puisi

Puisi ibarat sebuah bangunan. Sebagai bangunan, puisi memiliki unsur-unsur

pembangun yang dapat membuat puisi menjadi hidup. Struktur merupakan keseluruhan

yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar

struktur itu. Sebuah struktur menyiratkan adanya unsur-unsur pembentuk. Puisi adalah

sebuah struktur yang kompleks yang terdiri dari unsur-unsur yang saling berhubungan erat.

Struktur puisi dibedakan menjadi dua, yaitu struktur batin dan struktur fisik.

Struktur batin adalah unsur pembangun puisi yang bersifat tersirat atau terkandung dalam

setiap kata, larik, dan bait puisi. struktur batin puisi terdiri dari tema, rasa, nada, dan

amanat. Struktur fisik merupakan hal yang terlihat atau tersurat dalam puisi, sehingga

secara lahiriah dapat ditangkap oleh indra pembaca. Struktur fisik puisi terdiri atas: diksi,

pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi puisi.

2.5.1 Struktur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi atau disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang

digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Waluyo (2000:27)

berpendapat bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama

membangun bait-bait puisi. Djojosuroto (2005:25), yang termasuk ke dalam struktur

fisik puisi adalah diksi, bahasa kias (figurative language), pencitraan (image), dan

persajakan. Waluyo (2002:71) mengatakan yang termasuk ke dalam struktur fisik

adalah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, dan tipografi.

Adapun struktur fisik puisi akan dijelaskan sebagai berikut:


15

1. Diksi

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang digunakan dalam puisi. kata-katanya

merupakan hasil pertimbangan baik itu dalam makna, susunan bunyinya, maupun

hubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Kata-kata dalam

puisi bersifat konotatif. Makna dari kata-kata itu mungkin lebih dari satu dan

mempunyai efek keindahan. Bunyinya harus indah dan memiliki keharmonisan dengan

kata-katanya. Cara menyusun urutan kata-kata bersifat khas karena teknik penyair

yang satu dengan penyair lainnya berbeda. Perbedaan teknik itu berupa cara menyusun

urutan kata, baik urutan dalam tiap baris maupun urutan dalam suatu bait puisi.

a. Pembendaharaan Kata

Pembendaharaan kata ini sangat penting untuk kekuatan ekspresif dan

menunjukkan ciri khas penyair. Selain memilih kata-kata berdasarkan makna yang

akan disampaikan dan tingkat perasaan serta suasana bantinnya, penyair juga

dilatarbelakangi oleh faktor sosial budaya penyair. Maka tidak heran jika penyair

satu dengan yang lain berbeda dalam memilih kata-katanya. Suasana perasaan

penyair, kadar emosi, cinta, benci, rindu, dan sebagainya menentukan pemilihan

kata.

b. Urutan Kata (word order)

Urutan kata dalam dalam puisi tidak dapat dipindah-pindahkan tempatnya

meskipun maknanya tidak berubah oleh pemindahan tempat itu. Menurut Waluyo

(2000:75) mengemukakan bahwa setiap penyair mempunyai cara dan kekhasan

dalam menyusun urutan kata. Berikut contoh puisi yang bersifat duka karya Chairil

Anwar:
16

Kelam dan angin lalu mempesiang diriku

menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin

malam tambah merasuk, rimba jadi memati tugu

di karet, di karet (daerahku y.a.d.) sampai juga deru angin

aku berbenah dalam kamar

dalam diriku jika kau datang

dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu

tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

tubuhku diam dan sendiri

cerita dan peristiwa beralaku beku.

(“yang terempas dan yang putus”, 1949)

Pada puisi di “yang terempas dan yang putus” susunan kata-kata dalam puisi

tersebut tidak dapat diubah walaupun perubahan itu tidak mengubah makna. Penyair

telah memperhitungkan secara matang susunan kata-kata tersebut, agar kata-kata

magis tidak hilang maka penyair tidak mengubah urutan katanya. Jika kalimat

/menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin/ diganti dengan /juga menggigir di

mana ruang yang kuingin/, maka nada sedih sedih yang ditimbulkan dalam puisi di

atas akan berkurang.

c. Daya Sugesti Kata-kata

Selain cara penyusunan kata-kata yang khas, penyair juga harus

mempertimbangkan daya sugesti. Artinya kata-kata itu seolah memancarkan daya

gaib yang mampu memberikan sugesti kepada pembaca, agar pembaca dapat
17

merasakan isi puisi yang dibaca atau didengar. Berikut contoh puisi yang memiliki

daya sugesti

Tuhanku /Dalam termangu /aku masih menyebut namaMu /Biar susah sungguh

/mengingat Kau penuh seluruh/cayaMu panas suci/tinggal kerdip lilin di kelam

sunyi/Tuhanku /Aku hilang bentuk /remuk /Tuhanku /aku mengembara di negeri

asing /Tuhanku/ di pintuMu aku mengetuk / Aku tidak bisa berpaling.

(“Doa”, 1943)

Pada puisi “doa” Kata-kata: /cayamu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam

sunyi/, /hilang bentuk/, /remuk/, /mengembara di negeri asing/, /di pintuMu aku

mengetuk/, /aku tidak bisa berpaling/, kata-kata ini mampu mensugesti pembaca.

Untuk menyatakan bahwa penyair ragu terhadap Tuhan, penyair cukup menyatakan

“termangu”. Untuk menyatakan imannya yang kecil, penyair menyatakan “tinggal

kerdip lilin di kelam sunyi”.

2. Pengimajian

Pengimaji atau pencitraan adalah gambaran imajinasi yang bersifat indrawi,

seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Kosasih (2017:98) mengatakan bahwa

pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau

imajinasi. Menurut Siswanto (2008:118) imaji dapat dibagi menjadi tiga yaitu: (1) imaji

suara (auditif), (2) imaji penglihatan (visual), dan (3) imaji raba atau sentuh (imaji

taktil). Imaji ini membangun puisi seolah-olah pembaca dapat merasakan apa yang

dialami penulis puisi. Berikut contoh imaji suara (auditif) pada puisi “Rakyat” karya

Hartojo Andangdjaja.
18

Rakyat

Rakyat ialah kita

Beragam suara di langit tanah tercinta

Suara bangsi di rumah berjenjang bertangga

Suara kecapi di pegunungan jelita

Suara bonang mengambang di pendapa

Suara kecak di muka pura

Suara tifa di hutan kebun pala

Rakyat ialah suara beraneka

3. Kata Konkret

Menurut Sukino (2010:127) kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh

penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan

maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Kata yang dapat ditangkap dengan indra

yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau

lambang. Contoh puisi gadis peminta-minta karya Toto Sudarto Bachtiar.

Gadis peminta-minta

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil

Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka

Tengadah padaku pada bulan merah jambu

Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa ingin aku ikut,

Gadis kecil berkaleng kecil


19

Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok

Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlap

Gembira dari kemayaan riang.

Duniamu yang lebih tinggi dari Menara katedral

Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu murni,

terlalu murni untuk dapat membagi dukaku.

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil

Bulan di atas itu taka da yang punya

Dan kotaku, oh kotaku

Hidupnya tak lagi punya tanda.

Pada sajak “gadis peminta-minta” penyair melukiskan gadis itu benar-benar

seorang pengemis gembel, maka penyair menggunakan kata-kata “gadis kecil berkaleng

kecil”. Lukisan itu lebih konkret daripada “gadis peminta-minta” atau “gadis miskin”.

Untuk melukiskan tempat tidur pengap di bawah jembatan yang hanya dapat untuk

menelentangkan tubuh, penyair menulis: “pulang ke bawah jembatan yang melulur

sosok”. Untuk memperkonkret dunia pengemis yang penuh kemayaan, penyair menulis:

hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlap/gembira dari kemayaan riang.

4. Bahasa Figuratif (Majas)

Bahasa berkias yang dapat menghidupkan efek dan menimbulkan konotasi

tertentu Soedjito (dalam Siswanto 2008:120). Bahasa figuratif menyebabkan puisi

menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna

(Waluyo, 2000:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapun macam-macam majas
20

antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,

anafora, pleonasme, antitesis, alusi, klimaks, antiklimaks, satire, parsprototo, totem

proparte, hingga paradoks.

5. Versifikasi

Versifikasi menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi

pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. rima mencakup (1) onomatope

(tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutardji

C.B.) (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan

awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya

(Waluyo, 2000:92), dan (3) pengulangan kata/ungkapan.

Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi. Berikut ini salah satu contoh

lirik puisi yang menggunakan persamaan bunyi dalam puisi menyesal karya Ali

Hasjmy.

Menyesal

Pagi ku hilang sudah melayang

Hari muda ku sudah pergi

Sekarang petang datang membayang

Batang usia ku sudah tinggi

Aku lalai dipagi hari

Beta lengah dimasa muda

Kini hidup meracun hati

Miskin hidup miskin harta


21

6. Perwajahan Puisi (Tipografi)

Ciri-ciri yang dapat dilihat dari bentuk puisi adalah perwajahan. Perwajahan ini

adalah pengaturan dan penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi. Menurut Aminuddin

(2002:146) mengatakan bahwa tipografi berperan untuk menampilkan aspek artistik

visual dalam puisi dan menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu.

Aspek tipografi biasanya lebih mudah ditangkap oleh pembaca puisi karena

tipografi dapat diamati secara kasat mata. Menurut Waluyo (2000:97) mengatakan

bahwa tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan

drama. Bentuk-bentuk tipografi dalam sebuah puisi berguna untuk menumbuhkan kesan

tersendiri di dalam puisi, seperti halnya seorang penyair pujangga baru yang menulis

tipografi puisi sebagai berikut:

Rasa baru

Zaman beredar!

Alam bertukar!

Sasana terisi nyanyian hidup.


Kita manusia
Terkarunia

Badan, jiwa, bekal serta cukup.


Marilah bersama
Berdaya upaya.
Mencemerlangkan apa yang redup.

Memperbaharu

Segala laku,
22

Mengembangkan semua kuncup.

Biar terbuka

Segenap Rasa

Rasa baharu, dasar harmoni hidup

2.5.1 Struktur Batin Puisi

Struktur batin puisi merupakan kesatuan makna puisi secara keseluruhan

yang tidak dapat dipisahkan dengan struktur fisik. Makna struktur batin itu dengan

istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi yakni: tema (sense), perasaan

(felling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca puisi (tone), dan amanat

(intentioni).

1. Tema (sense)

Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang dan menjadi dasar bagi

puisi yang diciptakan penyair. Tema puisi berhubungan erat dengan penyairnya,

terutama pada konsep-konsep yang diimajinasikannya. Tarigan 2008:10)

mengemukakan bahwa setiap puisi mengandung suatu “subject metter” itulah yang

dimaksud dengan istilah tema. Tema merupakan gagasan pokok tersirat dalam

keseluruhan isi puisi. perasaan-perasaan yang diungkapkan merupakan penggambaran

suatu batin. Tema dalam puisi harus bersifat lugas, objektif, dan khusus.

2. Perasaan (felling)

Rasa adalah sikap sang penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung

dalam puisinya (Tarigan, 2008:11). Perasaan penyair ikut serta dalam puisi. oleh
23

karena itu, suatu tema yang sama sering kali menghasilkan puisi yang berbeda

tergantung dengan perasaan penyairnya dalam menciptakan sebuah puisi.

3. Nada (tone)

Nada dalam puisi adalah sikap penyair kepada pembaca (Jabrohim, 2003:66).

Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarigan (2000:18) bahwa nada adalah sikap sang

penyair terhadap pembacanya atau dengan kata lain sikap sang penyair terhadap para

penikmat karyanya. Dalam menulis puisi, penyair bisa bersikap menggurui,

mengejek, menasihati, atau menyindir meski kadang sikap itu disamarkan melalui

gaya bahasa dan saran retorika yang dipakai dalam puisi.

4. Amanat (Intentioni)

Amanat atau tujuan dalam puisi ialah hal yang mendorong penyair untuk

menciptakan puisinya. Amanat berbeda dengan tema. Dalam puisi, tema berkaitan

dengan arti sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra. Arti puisi

bersifat lugas, objektif, dan khusus sedangkan makna bersifat kias, subjektif, dan

umum (Jabrohim, 2003:67). Amanat dalam sebuah puisi dapat bersifat interpreatif,

artinya setiap orang mempunyai penafsiran makna yang berbeda dengan yang lain

(Waluyo, 2000:131).

2.6 Ciri-ciri Puisi

Karya sastra berkembang dalam bentuk prosa, puisi, dan drama. Karya sastra adalah

karya yang inkonvensional atau menyimpang dari pola karya sastra pada umumnya. Setiap

penyair menulis puisi dengan corak khas puisi pada jaman kepenyairannya. Setiap periode

angkatan ciri-ciri puisi mengalami perkembangan dan perubahan.


24

Menurut Waluyo (2000:64), ciri-ciri puisi sebagai berikut:

a. Puisi bergaya mantra menggunakan sarana kepuitisan berupa: ulangan kata,

frasa, atau kalimat;

b. Banyak diciptakan puisi konkret sebagai puisi eksperimen;

c. Kata-kata daerah (sub kultur) banyak dipergunakan, memberi warna daerah

dan memiliki efek ekspresif;

d. Asosiasi bunyi banyak dipergunakan untuk memperoleh makna yang baru;

e. Puisi-puisi imajisme banyak ditulis; dalam puisi ini banyak digunakan kiasan,

alegori ataupun parable (seperti Dewa Ruci, Pariksit, Nabi nuh, dan

sebagainya);

f. Gaya penulisan banyak yang prosasis;

g. Banyak ditulis puisi lugu, mempergunakan pengungkapan gagasan secara

polos, dengan kata-kata serebral, dan kalimat biasa yang polos;

h. Banyak kata-kata tabu digunakan, baik dalam konteks puisi main-main,

protest (pamflet) maupun puisi konkret.

Puisi diciptakan dengan berbagai unsur bahasa, estetika yang saling melengkapi

sehingga terbentuk makna yang bertautan (Djojosuroto, 2005:11). Puisi adalah bentuk

karya sastra yang paling tua, sejak kelahirannya puisi sudah memiliki ciri-ciri yang khas.

Walaupun puisi mengalami pekembangan dan perubahan setiap periodenya, namun bentuk

karya puisi memang dikonsep oleh penciptanya sebagai puisi yang dapat membangkitkan

emosi pembaca.
25

2.7 Jenis-jenis Puisi

Puisi menyentuh wilayah rasionalitas, patriotisme, cinta, kemerdekaan, dan

kebebasan menelusuri gaun-gaun rindu terhadap sang kekasih, tanah air, Tuhan, dan

sesama manusia. Pengungkapannya mempunyai kisah Panjang, kepedihan, dan berbagai

tema lainnya.

Berbagai macam puisi tercipta dengan tema beragam dan menjadi wadah puisi-puisi

yang semula hanya sekumpulan kata yang tidak berarti menjadi sekumpulan kata yang

hidup dan bermakna. Waluyo (2000:135-144) jenis-jenis puisi adalah sebagai berikut:

1. Puisi Naratif, Lirik dan Deskriptif

Cleanth Brooks (dalam Waluyo:2000), menyebut adanya puisi naratif, dan puisi

deskriftif. Klasifikasi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan

yang hendak disampaikan.

a. Puisi naratif adalah jenis puisi yang mengungkapkan suatu kisah, cerita atau

pengalaman penyair.

b. Puisi lirik merupakan jenis puisi yang mengungkapkan lirik atau gagasan pribadi

penyair. Penyair menyuarakan pikiran dan perasaannya lebih berperan dalam puisi

lirik ini. Jenis puisi lirik meliputi elegi, ode, dan serenada. Elegi merupakan jenis

puisi yang mengungkapkan perasaan duka, kecewa atau kesedihan. Ode adalah

jenis puisi yang mengungkapkan pujaan dan kekaguman terhadap seseorang,

sesuatu hal, atau sesuatu keadaan. Serenada merupakan jenis puisi yang

mengungkapkan kisah percintaan yang dapat dinyanyikan.

c. Puisi deskriptif merupakan jenis puisi yang mendeskripsikan kesan terhadap suatu

peristiwa-peristiwa, benda-benda, atau gejala dan fenomena yang menarik


26

perhatian penyair. Menurut Kosasih (2017:108) menyatakan bahwa penyair

bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau suasana

yang dipandang menarik perhatian

2. Puisi Auditorium dan Puisi Kamar

Puisi auditorium atau puisi mimbar adalah puisi yang cocok dibacakan di

auditorium, di atas mimbar, atau di depan oaring banyak. Keindahan dan semangat yang

terdapat dalam jenis puisi ini semakin bergelora ketika dibacakan dengan suara lantang,

sebagaimana layaknya seseorang yang sedang berpidato. Sedangkan puisi kamar adalah

puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja.

3. Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisik

David Daiches (dalam Waluyo:2000) menyebut adanya puisi fisik, puisi platonik,

dan puisi metafisik. Puisi fisikal bersifat realistis, artinya mengambarkan kenyataan apa

adanya. Sesuatu yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan. Puisi platonik

adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Puisi

tentang ide dan cita-cita dapat dikategorikan sebagai puisi platonik.

Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca

merenungkan kehidupan dan ketuhanan. Puisi religius di satu sisi dapat disebut sebagai

puisi platonik (menggambarkan gagasan penyair) dan di sisi lain dapat pula disebut

sebagai puisi metafisik (mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan ketuhanan)

4. Puisi Subjektif dan Puisi Objektif

W.H. Hudson (dalam Waluyo:2000) menyatakan adanya puisi subyektif dan puisi

objektif. Puisi subjektif disebut juga puisi personal, yakni puisi yang mengungkapkan

gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair. Sedangkan puisi objektif
27

disebut juga puisi impersonal, yakni puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri

penyair itu sendiri.

5. Puisi Konkret

Puisi konkret adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan

bentuknya dari sudut penglihatan. Dalam puisi konkret, tanda baca dan huruf-huruf

sangat potensial membentuk gambar yang memiliki arti. Gambar wujud fisik yang

“kasat mata” lebih dipentingkan daripada makna yang ingin disampaikan.

6. Puisi Diafan, Gelap dan Prismatik

Puisi diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali menggunakan

pengimajian, kata konkret, dan Bahasa figurative sehingga bahasanya mirip dengan

bahasa sehari-hari (Waluyo, 2000:140). Biasanya para pemula dalam hal ini menulis

puisi cenderung menghasilkan karya dalam jenis ini. Mereka belum mampu

mempermainkan kiasan, majas, dan sebagainya.

Puisi gelap adalah puisi yang terlalu banyak menggunakan majas dan sukar untuk

ditafsirkan. Puisi prismatik penyair mampu menyelaraskan kemampuan mencipta majas,

verifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu

mudah untuk menafsirkan makna puisi.

7. Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif

Puisi parnasian adalah puisi yang diciptakan karena ilmu pengetahuan dan bukan

didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi inspiratif adalah

puisi yang diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-benar masuk

terlibat ke dalam puisi tersebut.


28

8. Puisi Stanza

Stanza adalah kumpulan larik sajak yang menjadi satuan struktur saja ditentukan

oleh jumlah larik, pola mantra, atau rima, dan bait. Jenis puisi stanza biasanya terdiri

atas 8 baris. Stnanza berbeda dengan oktaf, karena oktaf terdiri atas 16 atau 24 baris.

Aturan pemberian dalam oktaf adalah 8 baris dalam tiap bait.

9. Puisi Demonstrasi dan Pamflet

Puisi demonstrasi menyaran pada puisi-puisi Taufik Ismail atau puisi-puisi

angkatan 66. Puisi-puisi demonstrasi adalah endapan dari pengalaman fisik, mental, dan

emasional selama para penyair terlibat dalam demonstrasi 1966. Puisi pamflet juga

mengungkapkan protes sosial. Disebut puisi pamflet karena bahasanya adalah bahasa

pamflet. Kata-kata yang muncul biasanya berupa proses pemikiran atau perenungan

yang mendalam.

10. Alegori

Puisi alegori sering mengungkapkan cerita yang isinya dimaksudkan untuk

memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama. Jenis puisi alegori yang terkenal

adalah parabel yaitu dongeng perumpamaan. Cerita berbingkai seperti “Panca Tantra”,

“1001 Malam”, “Bayan Budiman” dapat diklasifikasikan sebagai parabel

2.8 Bahasa Puisi

Puisi sebagai salah satu bentuk kreasi seni, menggunakan bahasa sebagai media

pemaparnya. Bahasa di dalam karya sastra, lebih-lebih bahasa puisi, berbeda sifatnya

dengan bahasa sehari-hari yang dititikberatkan pada kepentingan praktis saja Djojosuroto

(2005:13). Puisi memiliki bahasa yang khas. Hal ini dikarenakan bahasa dalam puisi
29

merupakan bentuk idiosyncratic di mana tebaran kata yang digunakan merupakan hasil

pengolahan dan ekspresi individual pengarangnya.

Bahasa puisi bersifat konotatif. Konotasi yang dihasilkan bahasa puisi lebih banyak

kemungkinannya daripada konotasi yang dihasilkan bahasa prosa dan drama. Oleh sebab

itu, puisi sulit ditafsirkan maknanya secara tepat tanpa memahami konteks yang dihadirkan

dalam puisi. puisi diciptakan penyair dalam suasana perasaan, pemikiran, dan citarasa yang

khas sehingga bersifat khas pula.

2.8.1 Penyimpangan Bahasa

Penyimpangan bahasa dalam puisi sering menjadi ciri dari suatu angkatan atau

periode sastra. Penyimpangan bahasa itu disebabkan bahasa puisi bersifat tidak stabil.

Menurut Geoffry (dalam Waluyo, 2000) ada Sembilan jenis penyimpangan bahasa yang

sering dijumpai dalam puisi yaitu:

1. Penyimpangan Leksikal

Kata-kata yang digunakan dalam puisi menyimpang dari kata-kata yang

digunakan sehari-hari. Penyair memilih kata-kata yang sesuai dengan

pengucapan jiwanya atau kata-kata itu disesuaikan dengan estetika tertentu.

2. Penyimpangan Semantis

Makna dalam puisi tidak menunjuk pada suatu makna, tetapi menunjuk pada

makna ganda. Makna kata-kata tidak selalu sama dengan makna dalam bahasa

sehari-hari.

3. Penyimpangan Fonologis

Untuk kepentingan rima, penyair sering mengadakan penyimpangan bunyi.

Dalam puisi Chairil Anwar “Aku”, kata “perih” diganti dengan “peri”.
30

4. Penyimpangan Morfologis

Penyair sering melanggar kaidah morfologis secara sengaja. Selain untuk

keindahan bunyi, hal ini juga dimaksudkan untuk menunjukkan kekhasan,

keindividuan, dan kebaruan.

5. Penyimpangan Sintaksis

Kata-kata dalam puisi tidak membangun kalimat, tetapi membangun larik atau

baris. Larik-larik puisi tidak harus berupa kalimat karena makna yang

dikemukakan mungkin lebih luas dari sutu kalimat.

6. Penyimpangan Dialek

Untuk mengungkapkan makna yang diinginkan, suasana, dan perasaan yang

sesuai sering kali penyair menggunakan dialek. Bila dialek ini diungkapkan

dalam bahasa Indonesia, ada kandungan makna yang hilang.

7. Penyimpangan Register

Register adalah ragam bahasa yang digunakan kelompok atau profesi tertentu

dalam masyarakat. Waluyo (2000:69) mengatakan bahwa register disebut juga

dialek profesi. Seringkali dialek profesi tidak diketahui secara luas oleh

pembaca, apalagi jika register itu diambil dari bahasa daerah yang kurang

didengar oleh masyarakat pemakai bahasa lainnya.

8. Penyimpangan Historis

Penyimpangan historis berupa penggunaan kata-kata kuno yang sudah tidak

digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaannya dimaksudkan

untuk mempertinggi nilai estetis.


31

9. Penyimpangan Grafologis

Dalam menulis kata-kata, kalimat, larik, dan baris, penyair sengaja melakukan

penyimpangan dari kaidah bahasa yang biasa berlaku. Huruf besar dan tanda-

tanda baca tidak dipergunakan sebagaimana mestinya. Hal itu digunakan

penyair untuk memperoleh efek estetik.

2.9 Pembelajaran Puisi di Sekolah Menengah Pertama

Proses pembelajaran yang berlangsung dalam suatu kelas merupakan bentuk

interaksi yang terjadi, baik antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran tersebut, tejadi aktifitas belajar yang telah direncanakan oleh

guru dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai pedoman

pembelajaran yang akan dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung.

Salah satu materi yang diajarkan di SMP adalah menulis puisi. Menulis puisi adalah

suatu kegiatan intelektual, yakni kegiatan yang menuntut seseorang harus benar-benar

cerdas, menguasai bahasa, mempunyai wawasan luas dan peka perasaannya. Menulis puisi

bermula dari proses kreatif, yakni mengembangkan fakta-fakta emprik yang kemudian

diwujudkan dalam bentuk puisi. untuk menuangkannya ke dalam bentuk tulisan, kita harus

memahami unsur-unsur pembentuk puisi (Jabrohim, 2003:31-33).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif. Artinya data yang dianalisis dan

hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angka-angka atau

koofesien tentang hubungan antar variabel. Sugiyono (2016:15) mengatakan bahwa

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positif,

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument purposive dan snowbaal,

Teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada

generalisasi.

3.2 Populasi/Sumber Data

Sumber data merupakan pusat untuk memperoleh data penelitian. Sumber

data dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh

tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri atas 2 kelas paralel yaitu kelas VIII-1 dengan

jumlah siswa 26 orang dan kelas VIII-2 dengan jumlah siswa 24 siswa. Jumlah

keseluruhan siswa yaitu 50 orang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan Teknik tes. Tes

dilakukan untuk memperoleh data tentang penggunaan diksi dalam puisi karangan

siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh. Tes yang diberikan berupa tes unjuk

32
33

kerja dalam bentuk essai. Siswa diberi tugas untuk menulis puisi karangan sendiri

dengan judul ditentukan oleh peneliti.

Kriteria Penilaian

No Kriteria yang dinilai Skor

1 Ketepatan pemilihan kata dalam menulis 50

puisi

2 Kesesuaian diksi dengan makna kata 50

pada tiap bait puisi

3 tipografi

Jumlah 100

Jika siswa memiliki nilai efektif >65, maka siswa tersebut dianggap telah mampu

menggunakan diksi dalam puisi secara tepat dan sesuai dengan kaidah bahasa.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik atau

prosedur analisis diksi yang terdiri dari beberapa langkah antara lain:

1) Mengidentifikasi kesalahan

Mengidentifikasi kesalahan berarti melihat, menemukan, dan memastikan

bahwa diksi yang digunakan dalam puisi karangan siswa sesuai dengan kaidah

bahasa. Mengidentifikasi kesalahan dalam sebuah puisi dapat dilakukan

dengan cara membaca puisi yang akan dianalisis, menandai penggunaan diksi
34

yang kurang tepat dalam puisi tersebut, dan memastikan bahwa penggunaan

diksi itu benar-benar salah atau tidak sesuai dengan kaidah bahasa.

2) Mendeskripsikan kesalahan

Mendeskripsikan kesalahan artinya memaparkan atau menggambarkan setiap

kesalahan secara jelas dan terperinci.

3) Menerangkan kesalahan

Menerangkan kesalahan, artinya menjelaskan dengan jelas setiap kesalahan

yang terdapat dalam data.

4) Mengevaluasi kesalahan

Mengevaluasi kesalahan artinya memberikan penilaian terhadap kesalahan-

kesalahan yang terdapat dalam data.

5) Menyimpulkan

Menyimpulkan artinya peneliti memberikan simpulan tentang penggunaan

diksi dalam puisi karangan siswa.


35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh yang

berjumlah 50 siswa. Data dalam penelitian ini penulis dapati dengan cara membaca

semua lembaran hasil puisi karangan siswa. Adapun data penulis maksud adalah

lembaran kerja siswa dalam menulis puisi. setelah hasil kerja siswa dikumpulkan

penulis menganalisis satu persatu sesuai dengan penggunaan diksi dalam puisi

tersebut.

4.2 Pengelompokan Data

No Jenis penggunaan diksi persentase

1 Pemilihan kata yang tepat dalam menulis puisi

2 Kesesuaian diksi dengan makna kata pada tiap

bait puisi

3 Tipografi penulisan kata, larik, dan bait dalam

puisi

4.3 Analisis Data

Hasil penelitian yang akan disajikan yaitu hasil analisis penggunaan diksi

dalam puisi karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh. Adapun seluruh

jumlah data ialah 100 data penggunaan dari 150 data, yaitu penggunaan pemilihan

kata yang tepat sebanyak 50 penggunaan, kesesuaian diksi dengan makna kata pada
36

tiap bait puisi sebanyak 27 dan tipografi penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi

sebanyak 23.

4.4 Analisis Penggunaan Diksi dalam Puisi

Dalam melakukan analisis penggunaan diksi dalam puisi karangan siswa kelas

VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh, penulis membaca dan menganalisis penggunaan

diksi dalam puisi karangan siswa tersebut dilakukan dengan cara mengurutkan

penggunaan diksi yang benar dan salah berdasarkan aspek penelitian yang telah

dijelaskan pada teknik pengolahan dan analisis data. Sesuai dengan judul penelitian,

maka berikut ini penulis akan menjelaskan penggunaan diksi yang benar dan salah

dalam puisi karangan siswa tersebut sebagai berikut:

Data satu

Guru

Guruku

kaulah jembatanku

engkaulah pahlawanku

tanpa mu aku tak akan berhasil

Guruku

kaulah sahabatku

engkau lah kunci kelulusanku

dengan didikanmu aku berhasil dan sukses


37

Analisis:

a. Ketepatan pemilihan kata

Pada bait pertama ketepatan pemilihan kata sudah tepat dan pada bait kedua

ketepatan pemilihan kata sudah tepat pula.

b. Kesesuaian diksi dengan makna kata pada tiap bait

Makna dalam puisi di atas tersampaikan dengan menarik dan indah. Makna

katanya pun dapat dicerna dengan baik. Pilihan kata dalam puisi ini

menggambarkan seorang siswa yang mengagumi kebaikan seorang guru.

c. Tipografi penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi

Tipografi pada puisi di atas cukup menarik. Penulisannya rata kiri. Bagian kanan

tulisan terlihat tidak teratur. Pada setiap awal kalimat dan baris tanpa ada tanda

baca. Puisi terdiri dari 2 bait yang baitnya tidak terdapat kesamaan dalam tiap

baris.

Data dua dan tiga

Guru

guru

engkau bagai rembulan

yang menerangi hari-hariku

engkau tak pernah lelah mengajar kami

dari tidak bisa menjadi bisa

guru

engkau yang selalu sabar dengan sikapku


38

engkau yang selalu mengajarkanku

engkau selalu mendengarku

engkau yang tau dengan sifatku

guru

terima kasih jasamu terlalu besar

tak kan sanggup balas

engkaulah yang selalu sabar menghadapi sikapku

yang lasak, ceroboh, dan selalu membantahmu

Penjelasan:

a. Ketepatan pemilihan kata

Pada bait pertama ketepatan pemilihan kata sudah tepat, Bait kedua ketepatan

pemilihan kata sudah tepat dan pada bait ketiga, larik kedua ketepatan pemilihan

katanya kurang tepat seharusnya takkan sanggup kumembalas

b. Kesesuaian diksi dengan makna kata pada tiap bait

Makna dalam puisi di atas tersampaikan dengan menarik dan indah. Makna

katanya pun dapat dicerna dengan baik. Pilihan kata dalam puisi ini

menggambarkan seorang siswa yang mengagumi kesabaran seorang guru.

c. Tipografi penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi

Tipografi pada puisi di atas tidak terdiri dari 4 baris pada tiap baitnya. Melainkan

terdiri dari 5 baris pada tiap baitnya. Selain itu, setiap baris tidak diawali dengan

huruf kapital. Puisi terdiri dari 3 bait yang bait 1 baris ke 2 dan bait ke 3 baris ke 4

memiliki kesamaan kata-katanya.


39

Data empat

Guru

oh guruku

engkaulah yang mengajariku

sehingga aku bisa belajar dengan baik

dan sehingga aku berhasil

oh guruku

engkaulah pahlawan tanpa jasa

engkaulah yang membuat aku bahagia

tanpa mu akulah tidak seperti ini

dan saya mengingat jasamu

yang engkau mengajariku sampai bisa

dan saya sangat bahagia

yang engkau mengajariku hingga bisa

Penjelasan:

a. Ketepatan pemilihan kata

Bait pertama ketepatan pemilihan kata sudah tepat

Bait kedua ketepatan pemilihan kata sudah tepat

Bait ketiga

b. Kesesuaian diksi dengan makna kata pada tiap bait


40

Makna dalam puisi di atas tersampaikan dengan menarik dan indah. Makna

katanya pun dapat dicerna dengan baik. Pilihan kata dalam puisi ini

menggambarkan seorang siswa yang mengagumi kebaikan seorang guru.

c. Tipografi penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi

Tipografi pada puisi di atas tampak jelas berbentuk pola segi tiga dari bait pertama

hingga bait kedua.

Data lima

Guru

oh guruku jasamu tak dapat kubalas

dari aku tidak bisa baca hingga sampai

bisa kau mengajarkanku tanpa kenang Lelah

kau adalah pahlawan tanpa jasa

oh guruku kau mengajarkan kami

begitu banyak ilmu hingga kami mengetahui

semua tentang yang ada dunia ini

kau begitu berharga bagi kami

kau adalah orang tua kedua kami

yang mengajarkan kami baanyak hal

hingga kami sampai bagini

dari kami tidak tahu apa-apa tentang dunia ini


41

dan kau datang mengajarkan kami

dengan semangat tanpa kenang Lelah

dengan kasih sayang mu kau mengajarkan kami

secara perlahan-lahan hingga kami bisa

kami tidak tau cara membalas jasamu

yang sangat besar itu kami hanya

dapat mengucapkan terima kasih guruku

jasamu akan kukenang selalu

Penjelasan:

Data enam

Guru

Guru

Engkaulah pahlawanku

Engkaulah pahlawan tanpa jasa

Engkaulah yang mendidikku

Dari kecil hingga dewasa

Engkaulah yang mengajariku

Dari aku tidak bisa

Menjadi bisa

Guru

Engkaulah yang slalu sabar

Dengan apa sikap-sikap ku


42

Aku begitu lasak, ceroboh, dan melawanmu

Tapi kau selalu sabar

Dengan menghadapiku

Tah apa yang harus akku balas

Dgn smua jasa-jasamu

Guru

Terima kasih atas jasa-jasamu

Engkaulah yang selalu menegurku jika akuk salah

Engkaulah yang selalu menasehatiku

Engkaulah yang tau apa isi hatiku

Penjelasan:

Data tujuh

guru adalah pahlawan bangsa yang tidak ada jasa

karena guru memiliki kelebihan untuk mengajarkan anak murit

nya untuk bisa jadi pandai dan guru tidak lelah dan capek

guru adalah orang tua kedua kita dia selalu mengajarku

penjelasan:

Data delapan

Guru

oh guruku engkaulah pahlawanku

engkaulah lampu pelita sinarku

engkau sangat berarti bagiku


43

engkaulah yang mengajarkanku sampai bisa

oh guruku engkau lah jasa bagiku

aku akan membalas jasamu

oh guruku tanpamu aku ini tdk bisa apa-apa

engkau bagaikan bulan purnama dalam hidupku

oh guruku engka mengajarkan ku sampai bisa

kami akan membalas jasamu sepertimu

engkaulah ibu kedua dari orang tua kami

kasih sayangmu luar bisa bagiku

kau memberikan ilmu mu kepada kami

ibu biar pun kami itu bandel ataupun mengejekmu

engkau tetap bersabar menghadapinya

maaf kan kami yang bandel ini guruku

penjelasan:

Data sembilan

guruku

oh guru…

engkau adalah pahlawan tanpa jasa

engkau telah mengajari kami banyak hal

engkau telah mengajari kami berdoa

engkau mengajari kami sampai bisa

oh guru…
44

engkau kadang-kadang memarahi kami kalau kami salah

engkau telah menganggap kami sebagai anak mu sendiri

engkau mengajari kami dari yg bodoh menjadi pintar

dan engkau mengajar kami kalau tidak di jempat

penjelasan:

Data sepuluh

Guruku

guruku…

engkaulah yang mengjariku tentang banyak hal

sehingga aku bisa tau segala-galanya

tanpamu…aku bukan apa-apa

tanpamu…aku bukan siapa-siapa

guruku…

engkaulah yg selalu mengurku bila aku salah

yg selalu menasehatiku

nasehatmu akan aku ingat sampai hari tua

guruku…

terima kasih atas jasamu

terima kasih karena engkau telah sabar dlm mendidikku

guruku…engkau adalah pahlawan tanpa jasa

engkau adalah pahlawan tanah airku

kata terima kasihku takkan sebanding dengan jasamu…

penjelasan:
45

Data sebelas

Guruku

wahai guruku…

engkaulah guru tanpa jasa

dan kau tidak pernah lelah

menunjukkan ajal mu…

oh guruku…

sebagaimana kau tlah

mendidik dan menga jarkanku…

walau banyak hal yang kau hadapi

terima kasih kau tlah sabar mendidikku

engkau bagaikan matahari bersinar

dan ilmumu berikan

bagaikan…embun menetes di hatiku…

penjelasan:

Data dua belas

guru

oh…guru engkau adalah pahlawanku

engkau mengajarku hingga aku bisa

engkau selalu memberikan aku nasehat

nasehat yang sangat membantuku dimasa depan


46

guru engkau mengajarku sampai aku bisa

guru engkau sangat sabar menghadapin diriku

bila walaupun aku nakal dan suka membuatmu

marah tapi engkau tetap sabar terhadapku

oh guru bila walaupun engkau marah

kepadaku marah tidak perarti sayang

marahmu adalah sayang kepadaku

engaku ingin aku menjadi orang sukser

Data tiga belas

Guru

oh…guruku…engkaulah pahlawanku

engkaulah pahlawan ku tanpa jasa

engkaulah yang mengajarku hingga aku pintar dan berani

tak menghitung waktumu yang banyak keluar untuk mengajarku

tak kau kira lelahmu dlm mengajariku

dan susah patah dlm engkau mengajarku dari aku bodoh hingga pintar

dan engkau selalu bersabar dlm tingkah laku ku padamu

engkaulah yang mengajariku dengan penuh kesabaran

guruku engkaulah yang mengajariku dgn kasih sayang mu

guruku engkaulah yang mengajariku dgn kelembutan yg sangat halus

guruku akan ku kenang jasamu untukku


47

guruku ku ucapkan trima kasih ku padamu

guru begitu banyak nasehat yg kaau berikan padaku

yg bisa membantuku untuk mencapaikan cita-citaku

guru…ku ucapkan padamu trima kasih atas semuanya

guruku ku ucapkan trima kasih atas jasmu padaku…

Data empat belas, lima belas, enam belas, dan tujuh belas

Tanah Airku

tanah airku…

tanah airku adalah tumpah darahku

di sanah airku bawah oleh ombak

dan ku di hanyutkan di air

tanah airku

membelit tanggan di tanah

antara gundukan pohonan pinak

lembang mengema di dua kaki

jamrut di air tipis menurun

jamrut di pucuk-pucuk

seruling di pasir ipis, merdu

butangra- tangkuban perahu

penjelasan:
48

Data delapan belas

Tanah Airku

Tanah airku

Tempat aku berpijak

Tempat dimana aku dilahirkan

Oh, tanah airku…

Saat ini aku berteduh padamu

Engkau tak akan aku lupakan

Engkau kan ku kenang selama hayatku

Bila kita berpisah…

Jiwa dan raga ku akan tetap bersamamu

Oh tanah airku

Betapa besarnya jasa mu pada negara

Selama aku masih hidup

Ku akan selalu berpegang teguh padamu

Oh, tanah airku…

Penjelasan:
49

Data Sembilan belas

Tanah Airku

Tanah airku

Tempat aku tinggal

tempat aku dilahirkan

Dan tempat aku dibesarkan

Oh tanah airku

Saat ini aku berpacu dengan mu

Engkau tak akan kamu tinggalkan

Engkau akan kukenang selama hidupku

Bila kita berpisah…

Jiwa dan ragaku akan bersamamu

Penjelasan:

Data dua puluh

Tanah Airku

Indonesia adalah tanah airku tercinta tidak bisa kita lupakan seumur hidup para

pahlawan sudah membela negara kita yang sekarang sudah merdeka

Cut nyak dien adalah pahlawan indonesia yang sudah berperang membela

negara Indonesia yang sekarang sudah merdeka

Penjelasan:
50

Data dua puluh Satu

Guru

Guru

Guru adalah pahlawan tanpa jasa

Yang telah membimbingku

Yang telah mengajariku sampaai saat ini

Oh guruku…

Terimakasih telah memberikan ilmu kepadaku

Terimakasih telah mengajariku, membimbingku

Guruku terimakasih kau bagaikan mentari di dalam hidupku

Terimakasih guruku

Penjelasan:

Data dua puluh dua, dua puluh tiga

Guru

guru ku tersayang

guruku tercinta

tanpamu apa jadinya aku

tak bisa baca tulis

mengerti banyak hal

guruku terima kasih ku

kaulah pahlawan tanpa jasa

orang yang slalu menyayangiku


51

kaulah orang yang selalu tabah

menghadapi semua masalah ku

kau yang selalu memberikan

ilmu yang besar kepadaku

guru kaulah pelita bagi hatiku

kau bagaikan orang yang slalu

ada dihatiku…

aku tidak akan bisa membalas jasa-jasamu

penjelasan:

Data dua puluh empat, dua puluh lima, dua puluh enam, dua puluh tujuh, dua puluh

delapan

Guru

paculah kudamu wahai guruku

lawanlah bebatuan terjal

ingat engkau adalah harapan bangsa

nasib generasi bangsa ini engkaulah yang menentukan

kau mengajarkan kami

tentang mana warna yang indah

tentang angka yang harus dihitung

tentang ilmu kebaikan dari dirimu

maafkan kami bila telag membuatmu kecewa


52

jasa-jasmu akan kami semat abadi

untuk mendidik kami

padamu kami mengenal banyak hal

untuk sesama guru yang mulia

jasa kalian akan selalu kami kenang

tetaplah menjadi pelita untuk anak bangsa

terima kasih guruku engkau pahlawanku

penjelasan:

Data dua puluh sembilan

oh guru

oh guruku yg aku sayang dan yg aku gemari,

engkaulah selama ini yg elah mengajariku dari aku tak bisa sampai

sekarang aku menjadi bisa karna engkaulah ini semua terjadi,

engkau tak pernah lelah untuk mengajari kami

oh, guruku engkau bagai pelita dalam hidup kami, yang tidak bisa kami lupakan.

Engkau tak pernah bosan untuk mengajari kami, walaupun terkadang kami pernah

membuat engkau marah tapi kau tidak pernah mengeluh guruku

Penjelasan:
53

Data tiga puluh dan tiga puluh satu

Guru

guruku

engkau telah mengajar kan ku

memberi aku ilmu

guruku…engkau telah berjasa kepada ku

terima kasih guru engkau telah mengajarkan ku tanpa balasan apapun

oh guruku tanpamu akuk tidak bisa seperti ini

engkaulah guru yang tanpa balasan apapun itu

guruku engkaulah pelita hidupku

engkau tidak pernah bosan dan letih untuk mengajarkanku

oh guru ku…meski pun kami telah melukai hatimu

tapi guru tidak pernah memarahi kami

tanpa mu apa jadinya kami

tanpamu kami tidak bisa baca tulis

terima kasih guru engkau telah memberi ilmu kepada kami semua

Penjelasan:

Data tiga puluh dua

Guru

kaulah pelita dalam kegelapan

kau menerangi duniaku


54

kamu memberi ilmu tanpa kenal Lelah

kau menyayangi dengan ikhlas

kau meneuntunku kejalan yang benar

kaulah pahlawanku

kaulah patriotku

tanpamu aku bagaikan burung tak bersayap

tidak berguna

terimakasih guru telah menjadikan hidupku penuh makna

terimakasih tak akan henti ku ucapakan untukmu

penjelasan:

Data tiga puluh tiga dan data tiga puluh empat

Guru

guru kau adalah pahlawan tanpa jasa

guru tanpamu bagaimana nasib bangsa ini

guru kaulah yg mengajarkan A sampai Z

guru kau yang memberi tahu 1 sampai 100

utuk semua guru yang mulia

jasa kaliam akan selalu kami kenang

tetaplah menjadi putra untuk bangsa

terima kasih guru engkaulah pahlwanku

guru kau yang memberitahu warna


55

guru kau pengganti orang tua di sekolah

guru kau sangat sabar saat mengajariku

guru kau memberi semua ilmu mu

penjelasan:

Data tiga puluh lima

Guru

Oh guruku

Engkau adalah orang kedua kami

Di sekolah engkau sanagtlah berjasa

Begiku kau tidak pernah kenal Lelah untu mengajariku

Senyum manismu sangat menenangkan hati ini

Oh guruku

Tanpamu aku tidak bisa apa-apa

Tanpamu akku tidak bisa membaca

Menulis mengenal segala sesuatu

Setiap perkataan yang keluar dari mulut bibirmu sangat berarti

Bagi kami kau sangat penyabar

Menghadapi kami

Terima kasih karna kau sudah sangat berjasa bagiku

Jasamu tidak akan pernah lupa di dalam benakku


56

Terimakasih guruku

Penjelasan:

Data tiga puluh enam dan tiga puluh tujuh

Guru

Oh guruku yang tercinta

Kau telah mengajariku dengan baik

Dan engkau telah memberi ilmu

Aku sangat senang belajar dengan mu

Oh guruku tanpamu aku tidak bisa belajar

Kau telah membuat ku menjadi pintar

Kau sangat baik denganku

Tanpamu aku tidak bisa membaca

Oh guruku

Senyummu sangat manis di depan ku

Dan aku tidak bisa jauh darimu

Terima kasih guruku telah mengajarku

Penjelasan:

Data tiga puluh delapan

Guru

Oh guruku

Engkau adalah orang tua kedua ku


57

Engkaulah yang telah mendidik ku

Dari kelas 1 sampai sekarang ini

Oh guruku

Engkau mengajarkan kami

Dengan penuh kasih sayang

Dan dengan hati yang ikhlas

Oh guruku

Engkau mengajari kami

Dan meninggalkan tugas yang lain

Demi kami

Oh guruku

Terimakasih telah memberi ilmu kepadaku

Engkau adalah pahlawan tanpa jasa

Terima kasih oh guruku

Penjelasan:

Data tiga puluh sembilan

Guru

Guruku

Betapa besar jasamu

Kau membimbingku tiada henti

Pengorbananmu sangat berarti

guruku

terik dan hujan tidak menghalangi langkahmu


58

mengajari kami tiada henti

agar kami menjadi pintar

Data empat puluh

Cita-citaku

Engkau ku kejar tak kenal henti

sekolah adalah cara mendapatkannya

Lelah tak kuhiraukan

Demi cita-citaku

Perjuangan Panjang untuk mendapatkannya

Berdoa dan usaha caranya

Gantung cita-cita setinggi angkasa

Agar kelak tercapai semua

Data empat puluh satu

Cita-citaku

Berlari

Ku tembus duri

Bersama cita-citaku yang bertanjuk

Dahulu

Ku gapai cita-cita

Dalam mimpi redup mimpi

Ku peluk
59

Dalam rangkaian matahari, bintang, dan bulanku

Bersama cia-citaku

Ke depannya nantik

Ku kejar cita-citaku

Dan ku wujdukan dlm degup hatiku

Data empat puluh dua

Tanah Airku

Kaulah tanah airku

Kaulah indonesiaku

Tempat dimana kudilahirkan

Dengan keanekaragaman

Bahasa dan budaya menghiasi kehidupan

Tak goyang karna satu tujuan

Negeri damai kebanggaan

Indonesia tercinta

Penjelasan:

Data empat puluh tiga

Tanah Airku

Kita lahir di Indonesia dan dibesarkan di Indonesia tapi kita harus membela

negara kita jangan sampai kita dijajah oleh negara yang tidak bertanggung

jawab kita tidak boleh lemah dan kita tidak boleh bodoh karena kita harus

merdeka melawan penjajah


60

Penjelasan:

4.4.2 Analisis Kesesuian Diksi dengan Makna Kata

Daftar Pustaka

Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Algesindo.

--------. 2002. Teori dan Apresiasi Puisi. Semarang: Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Semarang Press.
61

Djojosuroto, Kinayati. 2005. Puisi Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa.

Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Jabrohim, ed. 2003. Metedologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha


Pustaka.

Kosasih. E. 2017. Bahasa Indonesia SMP/MTs kelas VIII. Jakarta: Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan.

Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mafrukhi, dkk. 2016. Mari Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Nurgiantoro. 2005. Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University press.

Pradopo, Rachmad Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Samosir, Tiorida. 2013. Apresiasi puisi. Bandung: Yrama Widya.

Sayuti, Suminto A. 2008. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.

Semi, Atar. 2005. Anatomi Sastra. Jakarta: Angkasa Raya.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukino. 2010. Menulis itu Mudah. Yogyakarta: Pustaka Populer.

Tarigan, H.G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

Waluyo, J. Herman.2000. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga

You might also like