Professional Documents
Culture Documents
I. LATAR BELAKANG
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan
upaya seluruh potensi Bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Terwujudnya derajat kesehatan secara optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku sehat dalam lingkungan yang
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
Salah satu indikator keberhasilan peningkatan derajat kesehatan di suatu wilayah dapat dilihat dari
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Namun kejadian kematian ibu
dan bayi masih ditemukan yang terbanyak terjadi pada saat proses persalinan, hari-hari pertama kehidupan
bayi, pada masa nifas, yang masih menjadi tragedi yang terus terjadi.
Dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) diperlukan upaya
dan inovasi baru, tidak bisa dengan cara biasa biasa saja, upaya untuk menurunkan angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) harus melalui jalan yang cukup panjang, terlebih jika dikaitkan
dengan target MDG’s 2015 yakni menurukan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup (KH), dan angka kematian bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH yang harus dicapai.
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indoneisa masih sangat tinggi,
berdasarkan survey SDKI 2012 bahwa angka kematian ibu (AKI) masih berada pada angka 359 per
100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) tahun 2012 berada pada 32 per 1.000 kelahiran
hidup, angka kematian balita (AKABA) tahun 2012 sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup.
Pada Program Pemerintah sekarang terdapat perubahan program dari MDGs 2015 menjadi SDGs
2030, pada MDGs yang awalnya pada bagian kesehatan terdapat 4 tujuan, 8 target dan 3 indikator berubah
pada bagian kesehatan menjadi 4 tujuan, 19 target dan 31 indikator, dengan terkait kesehatan 4 tujuan, 21
target, dan 18 indikator disertai penekanan pada SDG’s ialah 5P; PEOPLE, PLANET, PEACE,
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 / Sustainable Development Goals (SDGs) terdiri dari 17 goals,
yaitu :
2. Mengakhiri kelaparan, mencari ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang
berkelanjutan (8 target)
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia (13 target)
4. Menjamin pendidikan yang eksklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup
5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan perempuan [ 9 target]
6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang [8 target]
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan dan modern bagi semua orang [5 target]
8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan berkelanjutan, serta kesempatan kerja
penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua orang [11 target]
9. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan
11. Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, berketahanan dan berkelanjutan [10 target]
13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya [5 target]
14. Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta sumber daya laut secara berkelanjutan untuk
15. Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola
hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah,
keadilan bagi semua orang, serta membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh
Diantara beberapa poin diatas, terdapat point khusus untuk sektor kesehatan, yaitu pada point
Unfinished business melanjutkan pembangunan gizi. Pada SDGs diarahkan pada solusi
berkelanjutan, yaitu peningkatan akses pangan dan produksi pertanian. Melalui inovasi strategi, termasuk
implementasi Perpres 42 Tahun 2013 dan kesepakatan ICN2 menuju target WHA 2025.
Pada tahun 2030, mengakhiri kelaparan dan menjamin akses pangan yang aman, bergizi, dan
mencukupi bagi semua orang, khususnya masyarakat miskin dan rentan termasuk bayi, di sepanjang tahun.
Pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target internasional 2025
untuk penurunan stunting dan wasting pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di
Unfinished business:
Perhatian baru:
5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan perempuan [ 9 target]
3. Pendidikan dan informasi kesehatan seksual dan reproduksi pada wanita dan remaja
6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang
[8target]
Tabel 1.
Tabel 2.
CALON DATA TARGET RPJMN DAN RENSTRA DATA TARGET 2019 SUMBER
INDIKATOR ACUAN 2030 2015 -2019 ACUAN
(UN Statistics,
Nov2015)
3.2. Pada 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka
Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH
3.2.1. Angka 40/ 1000 KH 25/ 1000 RPJMN2015 –2019: 32/ 1000 24/ 1000 KH
Direktorat
Kematian Balita (SDKI, 2012) KH Angka Kematian Bayi per KH (SDKI, 2012)
Bina
(AKBa) per (SDKI) 100.000 kelahiran hidup (SDKI,
Kesehatan
1000 kelahiran 2012)
Anak,
hidup
KemkesRI
3.2.2. Angka 19/ 1000 KH 12/1000K RPJMN 2015-2019: 19/ 1000 Target 2025
Kematian (SDKI, 2012) H [tidak ada] KH (SDKI, 9/ 1000 KH
Neonatal per (SDKI) Renstra 2015-2019: 2012) (SDKI)
1000 kelahiran [tidak ada]
K/L Terkait:
hidup INDONESIA NEONATAL
BKKBN,
ACTION PLAN 2025
Kemen PP
Angka Kematian Neonatal
dan PA
per 1000 kelahiran hidup
II. LANDASAN TEORI
Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan yang telah
dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun.
Besarnya tingkat kematian dan penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir
Infant Mortality Rate atau Angka kematian bayi adalah banyaknya bayi yang meninggal
sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Indikator ini
terkait langsung dengan terget kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi
dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung
AKB relevan dipakai untuk memonitor pencapaian terget program karena mewakili
komponen penting pada kematian balita. Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat
diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian
di fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian Bayi (AKB)
di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas, dan Survei
Angka Kematian Bayi ( AKB ) merupakan salah satu indikator yang paling menonjol dalam
menilai derajat kesehatan adalah Angka Kematian Bayi (AKB = IMR). Angka Kematian Bayi
dihitung dari banyaknya kematian bayi berusia kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada waktu
yang sama. Manfaat dari IMR ini, adalah untuk mengetahui gambaran tingkat permasalah kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal,
status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial
ekonomi.
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah lahir sampai bayi belum
berusia tepat satu tahun. Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :
Gambar 1.
II.1.2. ANGKA KEMATIAN IBU ( AKI )
AKI adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait
dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam
masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu
(AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi
dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama
untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk
dukun dan meningkatkan peran Bidan. Harapan kita agar bidan di desa benar-benar sebagai
ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR).
Angka Kematian Ibu (AKI) diperoleh melalui berbagai survey yang dilakukan
secara khusus seperti survey di Rumah Sakit dan beberapa survey di masyarakat dengan
cakupan wilayah yang terbatas. Dengan dilaksanakannya Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) dan Survey Demografi & Kesehatan Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah
Angka kematian ibu diketahui dari jumlah kematian karena kehamilan, persalinan
dan ibu nifas per jumlah kelahiran hidup di wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Angka
Kematian Ibu (AKI) diperoleh melalui berbagai survey yang dilakukan secara khusus
seperti survey di Rumah Sakit dan beberapa survey di masyarakat dengan cakupan wilayah
yang terbatas. Dengan dilaksanakannya Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan
Survey Demografi & Kesehatan Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian AKI
Angka kematian ibu diketahui dari jumlah kematian karena kehamilan, persalinan
dan ibu nifas per jumlah kelahiran hidup di wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Angka
Kematian Ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan
melahirkan yang dipengaruhi oleh : keadaan sosial ekonomi dan kesehatan menjelang
kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya
dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetric.
Berdasarkan SKDI 2012 tentang angka kematian bayi, angka kejadian Kematian
Janin Dalam Rahim (KJDR) di Indonesia masi tinggi dibandingkan Negara di Asia
Tenggara seperti, Singapura (26.3%), Indonesia (25,2%), Thailand (21,1%), dan Malaysia
(10,5%).
Menurut WHO tahun 2000 kematian perinatal adalah 400/100.000 orang, sehingga
kematian perinatal terjadi 1,2-1,5 menit. Setiap tahunnya angka kematian janin dalam rahim
mengalami peningkatan di Eropa utamanya Belanda angka KJDR meningkat sekitar 2.5%
dari kehamilan yang disebabkan oleh rhesus darah. Di Indonesia, KJDR dapat terjadi
karenan faktor gizi yaitu 1,2% di Sulawesi Selatan berdasarkan data dinkes tahun 2009
terdapat 630 kasus dan tahun 2010 terdapat 925 kasus, sedangkan pada puskesmas
Ge’tengan selama akhir tahun 2018 terdapat 3 dari 9 kasus kematian bayi.
Komplikasi obstetrik :
Kehamilan ektopik
Infeksi nifas
Preeklamsia/eklamsia
Penyakit jantung
Infeksi
Asfiksia neonatorum
Trauma kelahiran
Imaturitas, dll.
5) Perdarahan
b) Kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli kesehatan
d) Pendaftaran kelahiran dan kematioan janin serta kematian bayi secara sempurna.
e) Perbaikan kesehatan ibu dan pengawasan antenatal yang baik, antara lain
memperbaiki keadaan gizi ibu dan menemukan high risk mothers untuk dirawat
dan diobati.
f) Ibu dengan high risk pregnancy hendaknya melahirkan di rumah sakit yang
i) Perbaikan resusitasi bayi yang lahir dengan asfiksia dan perbaikan dalam teknik