You are on page 1of 16

MAKALAH PENGENDALIAN MUTU

“ ANALISIS PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CPO (CRUDE PALM


OIL) PADA PT. BUANA WIRA SUBUR SAKTI DI KABUPATEN PASER ”

Oleh :

M. Fajar Wulan

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS,

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena kontribusinya
terhadap perolehan devisa, peluang pengembangan pasar serta penyerapan tenaga kerja, dan
menjadikan Indonesia sebagai eksportir minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil- CPO) nomor satu
di dunia, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel Eksportir CPO Dunia Tahun 2013

No Negara Eksportir Total Ekspor (ton)


1 Indonesia 28.000.000
2 Malaysia 19.700.000
3 Thailand 1.700.000
4 Kolombia 950.000
5 Nigeria 860.000
(sumber: bisnis.com)

Produksi CPO di Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sebagaimana
dapat dilihat dalam Tabel di bawah ini.

Tabel Total Produksi Sawit Indonesia

Tahun Total Produksi (ton)


2008 17.539.788
2009 19.324.294
2010 21.958.120
2011 23.096.541
2012 26.015.518
(Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan)

Era pengembangan kelapa sawit di Kalimantan Timur dimulai pada tahun 1982 yang
dirintis melalui Proyek Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang dikelola oleh PTP VI. Hingga tahun
2012, luas areal kelapa sawit mencapai 961.802 Ha, yang terdiri dari 226.765 Ha sebagai
tanaman plasma / rakyat, 17.237 Ha milik BUMN sebagai inti, dan 717.825 Ha milik
Perkebunan Besar Swasta. Adapun produksi TBS (Tandan Buah Segar) pada tahun 2012 sebesar
5.734.464 ton atau setara dengan 1.032.204 ton CPO (Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan
Timur, 2012) PT. Buana Wirasubur Sakti merupakan satu dari 12 perusahaan perebusan TBS
(Tandan Buah Sawit) yang berada di Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser, yang secara resmi
didirikan pada tahun 1993.
Pada awalnya perusahaan ini hanya memfokuskan pada penanaman kelapa sawit yaitu
pada tahun 1991 hingga tahun 2004 dengan luas areal lahan lebih dari 900 hektar. Pada tahun
2010 PT. Buana Wirasubur Sakti melebarkan sayapnya pada bisnis pemrosesan TBS menjadi
CPO dengan kapasitas produksi perusahaan sebesar 30 TBS/jam yang dapat menghasilkan 120
ton CPO, 30 ton karnel, dan 30 ton cangkang karnel per hari. (tradezz.com_PT. Buana
Wirasubur Sakti)

Pasokan kelapa sawit yang diolah menjadi CPO bersumber dari kebun kelapa sawit milik
PT. Buana Wirasubur Sakti sendiri serta pasokan yang bersumber dari petani sawit di Kecamatan
Kuaro. CPO yang dihasilkan kemudian akan dijual ke pembeli utama yaitu PT. Wilmar, PT
SMART, Tbk, dan PT. KIAT yang dikirim melalui Pelabuhan Tanah Merah di Desa Janju,
Kecamatan Tana Gerogot, Kabupaten Paser. Kegiatan pengendalian mutu yang dilakukan oleh
PT. Buana Wirasubur Sakti untuk menghasilkan produk CPO mengacu pada standar mutu CPO
yang ditetapkan oleh pembeli/pelanggan. Pemerintah sendiri melalui BSN telah menetapkan
standarisasi mutu CPO yang dimuat dalam SNI-01-2901-2006 yaitu:

Tabel Standar Nasional Mutu Kelapa Sawit

No Karakteristik Keterangan
1 Kadar asam lemak bebas < 5,00 %
2 Kadar air < 0,50 %
3 Kadar kotoran < 0,50 %
4 Bilangan Yodium 50-55 g / 100 g TBS
Jingga kemerah-
5 Warna CPO (crude palm oil)
merahan

Dalam praktiknya PT. Buana Wirasubur Sakti belum menetapkan standarisasi mutu CPO
perusahaan. Selama ini standar mutu yang digunakan oleh PT. Buana Wirasubur Sakti mengikuti
kontrak kerja yang ditetapkan oleh pembeli utamanya, yaitu PT. Willmar. Standar mutu yang
ditetapkan oleh PT. Willmar mengikui standar mutu CPO yang ditetapkan oleh BSN melalui
SNI-01-2901-2006. Akan tetapi jika mutu CPO yang dihasilkan melebihi standar kadar mutu
yang ditetapkan, maka PT. Buana Wirasubur Sakti akan memasarkannya kepada pembeli lokal.

Salah satu cara untuk mengukur mutu produk ialah penerapan quality conrol dengan peta
kontrol (control charts). Fungsi penerapan quality control tersebut adalah untuk melakukan
pengendalian terhadap mutu dari input awal berupa penyelesaian bahan baku, proses produksi ,
sampai kepada proses output barang jadi (finished goods). Dengan adanya penerapan quality
control maka perusahaan dapat melakukan efesiensi proses produk, khususnya dalam industri
pengolahan CPO kelapa sawit.

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut mengenai masalah pengendalian mutu (quality control) dalam hal
pengolehan buah sawit yang ada di PT. Buana Wirasubur Sakti. Untuk itu pada penelitian ini
peneliti mengambil judul “Analisis Pengendalian Mutu (Quality Control) CPO (Crude Palm Oil)
Pada PT. Buana Wirasubur Sakti”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah; Apakah pengendalian mutu CPO yang dilakukan oleh PT. Buana
Wirasubur Sakti sudah memenuhi standar SNI yang ditetapkan oleh BSN.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pengendalian mutu CPO yang dilakukan oleh PT. Buana Wirasubur
Sakti.
2. Untuk mengetahui apakah tingkat mutu CPO yang dihasilkan oleh PT. Buana Wirasubur Sakti
sudah memenuhi standar mutu CPO sesuai dengan standar SNI yang ditetapkan oleh BSN.
BAB II

ISI

2.1 Kerangka Dasar Teori Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pengertian pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar
mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar
pengiriman produk akhir ke konsumen agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan
spesifikasi mutu yang direncanakan (Prawirosentono, 2007:74).

Process Quality Control

Menurut Haming dan Nurnajamuddin (2012:208) SQC (Statistical Quality Control)


merupakan penggunaan metode statistic untuk mengukur kinerja produksi sekaligus untuk
meningkatkan mutu keluaran. Sebaliknya, SPC hanya bermaksud untuk melakukan pengendalian
kinerja proses dengan menggunakan metode statistik. Sehubungan dengan itu, SPC merupakan
bagian dari SQC.

Minyak Sawit Kasar

Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) merupakan minyak nabati berwarna jingga
kemerah-merahan yang diperoleh dari proses ekstraksi daging buah kelapa sawit (mesocarp)
tanaman Elais guinensis Jacq. Minyak sawit kasar terdiri dari gliserida yang tersusun oleh
serangkaian asam lemak. Komponen utama minyak sawit adalah trigliserida dengan sebagian
kecil digliserida dan mono gliserida. Minyak sawit kasar berbentuk semipadat pada suhu kamar.
Warna minyak sawit kasar yang berwarna jingga kemerah-merahan disebabkan oleh komponen
minor yang dmiliki CPO berupa pigmen karoten (ipb.ac.id).

2.2 Metode Penelitian

Histogram
Histogram menunjukkan cakupan nilai suatu perhitungan dan frekuensi dari setiap nilai
yang terjadi. Histogram menunjukkan peristiwa yang sering terjadi dan juga variasi dalam
pengukuran (Heizer dan Render, 2004:268).

Bagan kendali
Peta Kendali
Kendali Xbar digunakan untuk proses yang memiliki karakteristik yang bersifat kontinu.
Peta ini menggambarkan variasi harga rata-rata dari data yang diklarifikasikan dalam satu
kelompok. Dalam penelitian ini data dikelompokkan berdasarkan satuan waktu hari dimana data
ini diambil. Langkah langkah penentuan peta kendali Xbar adalah dengan menentukan rentang
rata-rata kemudian menentukan batas kontrol serta mengambarkan garis Xbar dan garis batas
kontrol.
Peta Kendali R

Peta kendali R merupakan peta untuk menggambarkan rentang data dari suatu sub grup, yaitu
data terbesar dikurangi data terkecil. Langkah langkah penentuan garis central adalah dengan
menentukan rentang rata-rata kemudian menentukan batas kontrol serta mengambarkan garis R
dan garis batas kontrol.

Menghitung X rata-rata dan R rata-rata (Haming dan Nurnajamuddin, 2012:208):

Perhitungan X rata-rata

Menentukan batas kontrol untuk pembuatan peta kendali X dan R (Haming dan
Nurnajamuddin, 2012:208):
Diagram Sebab Akibat

Menurut Heizer dan Render (2004:265) pembuatan diagram sebab akibat pada umumnya
dimulai dengan 4 kategori yaitu material, mesin/peralatan, manusia, dan metode. Inilah yang
disebut 4M yang merupakan penyebab. Penyebab masing-masing dikaitkan dalam setiap
kategori yang diikat dalam tulang ikan yang diikat dalam tulang yang terpisah sepanjang cabang
tersebut.

2.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan


Histogram
Histogram Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
Dari hasil pengujian kadar Asam Lemak Bebas di atas, maka histogram Kadar Asam
Lemak Bebas dapat di lihat pada Gambar berikut:

Berdasarkan hasil histogram untuk kadar asam lemak bebas, maka dapat dilihat bahwa
rata-rata kadar asam lemak bebas adalah 3,5%, dan tidak terdapat yang berada di luar batas
normal berdasarkan standarisasi yang ditetapkan oleh BSN yaitu kadar Asam Lemak Bebas
maksimum 5%.

Histogram Kadar Air


Dari hasil pengujian kadar Air di atas, maka histogram kadar Air dapat di lihat pada
Gambar berikut:
Berdasarkan hasil histogram untuk kadar air, dapat dilihat bahwa rata-rata kadar air
adalah sebesar 0,36%, dan terdapat 16 atau 16,66% data yang berada di luar batas normal
berdasarkan standarisasi yang ditetapkan oleh BSN yaitu kadar Air maksimum 0,5%.
Histogram Kadar Kotoran
Dari hasil pengujian kadar Air di atas, maka histogram kadar Air dapat di lihat pada Gambar
berikut:

Berdasarkan hasil histogram untuk kadar kotoran, dapat dilihat bahwa rata-rata kadar
kotoran adalah 0,39% dan tidak terdapat data yang berada di luar batas normal berdasarkan
standarisasi yang ditetapkan oleh BSN yaitu kadar kotoran maksimum 0,5%.

Analisis Grafik Kendali (SPC)

Analisis grafik kendali (SPC) digunakan untuk melakukan pengendalian kinerja proses
dengan menggunakan metode statistik. Di dalam grafik kendali terdapat garis batas kendali atas
(UCL) serta garis batas kendali bawah (LCL), kedua garis ini berfungsi untuk menentukan batas
kendali kandungan mutu CPO dalam perhitungan statistik. Berikut tahapan pembuatan grafik
kendali dan R untuk Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air, dan Kadar Kotoran:
Peta dan R untuk Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

Gambar
Grafik kendali Xbar dan R Chart Asam Lemak Bebas

Dari peta kendali Xbar dan R di atas terdapat data yang out of control, yaitu pada data ke 1, 2, 6,
7, 8, 11, 13, 14, 17, 26, dan 28 pada peta kendali Xbar. Untuk peta kendali R terdapat pula data
yang out of control yaitu pada data ke 24 dan 27.
Peta X dan R untuk kadar Air

Gambar
Grafik kendali Xbar dan R Chart Air

Dari peta kendali Xbar dan R untuk kadar air di atas terdapat data yang out of control,
yaitu pada data ke 10, 11, 13, 16, dan 29 pada peta kendali Xbar. Untuk peta kendali R terdapat
pula data yang out of control yaitu pada data ke 15 dan 20.
Peta dan R untuk Kadar Kotoran

Dari peta kendali Xbar dan R untuk kadar kotoran di atas terdapat data yang out of
control yaitu pada data ke 8, 10, 13, 18, 23, 26, dan 29. Untuk peta R terdapat pula data yang out
of control yaitu pada data ke 8, 10, dan 20.

Diagram Sebab Akibat

Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan oleh PT. Buana Wirasubur Sakti adalah TBS yang berasal
dari kebun yang dimiliki oleh perusahaan dan TBS yang berasa dari petani sawit di sekitar
pabrik. Pemasok utama bahan baku (buah sawit) PT. Buana Wirasubur Sakti adalah buah yang
berasal kebun rakyat, hal ini disebabkan perkebunan yan dimiliki perusahaan belum mampu
memenuhi kebutuhan perusahaan. Usia tanam buah sawit yang dimiliki oleh perusahaan masih
muda.

Pasokan buah sawit yang dapat dipenuhi oleh perusahaan hanya 50 ton per-hari
sedangkan kapasitas produksi perharinya sebesar 500 ton. Oleh sebab itu perusahaan untuk
menutupi kekurangan pasokan bahan baku, perusahaan menerima bahan baku yang dihasilkan
oleh kebun masyarakat, dimana pasokan bahan bakunya tidak bisa dikontrol jumlahnya.
Lingkungan Kerja PT. Buana Wirasubur Sakti memiliki luas areal pabrik 2000 m2. Dimana di
dalamnya terdapat bagunan-bagunan pabrik yang terdiri dari pos pengamanan yang berada di
gerbang masuk pabrik, setelah itu terdapat jembatan timbang yang digunakan untuk menimbang
kendaraan yang membawa bahan baku (TBS), kemudian terdapat ruang kantor dan laboratorium
yang dimana digunakan untuk kegiatan administrasi dan laboratorium yang digunakan untuk
tempat pengujian kadar CPO.

Loading ramp merupakan lokasi penumpukan bahan baku (TBS) yang telah melalui
proses penimbangan di jembatan timbang. Kondisi loading ramp yang dimiliki PT. BWS kurang
terawat, jika hujan tempat penumpukan (loading ramp) akan berlumpur dikarenakan loading
ramp yang dimiliki PT. BWS belum memiliki atap. Sehingga, TBS yang akan diolah menjadi
kotor karena terkena lumpur dan kadar air pada buahnya akan bertambah karena tekena air
hujan. Pada bagian produksi, sering terjadi keterlambatan pembuangan limbah hasil produksi
yang terdiri dari janjangan dan ampas TBS. Hal ini tentu saja mempengaruhi kebersihan dari
lokasi produksi. Manusia Karyawan memiliki peranan yang penting terhadap mutu produk yang
dihasilkan. Karyawan produksi yang bertugas atau operator yang bertugas harus berkonsentrasi
penuh dalam mengendalikan mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan TBS
menjadi CPO agar berfungsi sebagaimana mestinya.

Kedisiplinan dan ketelitian merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh
karyawan laboratorium dalam menguji kadar asam lemak bebas, kadar air, serta kadar kotoran
CPO. Ketelitian dibutuhkan karena kegiatan menguji ini merupakan pekerjaan yang memiliki
tanggung jawab yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup produk yang dihasilkan. Selain
itu pula tingkat pengetahuan karyawan akan in process sangat mempengaruhi kinerja karyawan
dalam menjaga pengendalian mutu in process. Mesin Perawatan rutin mesin jarang dilakukan
oleh perusahaan, seringkali penanganan terhadap kerusakan mesin terlambat. Sehingga,
menghambat kinerja perusahaan yang berakibat pada terlambatnya pemrosesan bahan baku
(TBS). Mesin yang digunakan PT. Buana Wirasubur Sakti saat ini adalah mesin baru, sebab
perusahaan meningkatkan kapasitas produksinya yangg sebelumnya 30 ton/jam menjadi 45
ton/jam.

Metode Kerja

Pada metode kerja terdapat beberapa tahapan yang dilakukan, intinya ialah merupakan
proses perebusan TBS yang selanjutnya akan menghasilkan CPO. Kualitas metode kerja juga
menentukan hasil CPO yang diproduksi.
Proses ini dipengaruhi oleh bahan baku (TBS), setingan mesin, serta penampungan
sementara hasil prosuksi. Bahan baku (TBS) merupakan hal yang sangat penting harus
diperhatikan oleh karyawan bagian penyortiran, karena akan memberikan efek domino terharap
proses selanjutnya. Kemudian setingan mesin merupakan hal yang juga penting harus
diperhatikan oleh karyawan produksi, karena sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
asam lemak bebas yang akan dihasilkan oleh CPO.

Ketika kadar ALB tidak sesuai, maka dengan segera pihak laboratorium akan melaporkan
/ menegur kepada pihak produksi untuk mengecek / merubah settingan mesin agar tetap menjaga
kadar ALB seperti yang diinginkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis serta pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis


menyimpulkan: Proses Pengendalian Mutu. Standar proses pengendalian mutu yang dilakukan
PT. Buana Wirasubur Sakti sebenarnya telah baik. Akan tetapi dalam penerapannya terdapat
bebrrapa poelanggaran yang terjadi saaat pelaksanaannya. Pelanggaran tersebut antara lain:

1. Stasiun Penerima Buah

Terkadang buah yang diterima di stasiun penerima buah adalah buah yang di bawah standar yang
ditetapkan oleh pabrik, hal ini terpaksa dilakukan agar perusahaan tetap berproduksi.

2. Stasiun Penggilingan dan Pemerasan

Komposisi air yang dimasukkan ke dalam mesin penggilingan dan pemerasan terlalu banyak.
Sehingga CPO yang dihasilkan memiliki kandungan air yang tinggi.

3. Penampungan

Penampungan CPO hasil produksi hanya disimpan di dalam sebuah tanki berkapasitas 150.000
liter. Sehingga, kadar CPO yang dihasilkan setiap kali produksi dapat berubah-ubah apabila
sampai di tempat penampungan akhir.

Tingkat mutu CPO yang dihasilkan PT. Buana Wirasubur Sakti.

1. Histogram

Berdasarkan analisis melalui diagram histogram tiga kadar yang terkandung di dalam CPO yaitu
kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran diketahui bahwa, untuk kadar asam lemak
bebas dan kadar kotoran tidak terdapat data yang berada di luar batas normal yang ditetapkan
oleh BSN. Akan tetapi pada kadar air terdapat 16 sampel berada di atas standar yang ditetapkan
oleh BSN yaitu 0,5%.

2. SPC (Statistical Process Control)

Hasil analisis melalui peta X dan R, diketahui bahwa tingkat pencapaian mutu CPO yang
dihasilkan belum sepenuhnya tercapai. Dimana hasil pemeriksaan sampel CPO melalui kadar
asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran masih terdapat jumlah produk yang berada di
luar batas persyaratan mutu dan penyimpangan kualitas.

Yaitu pada pengujian kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran. Jumlah sampel yang
berada di luar batas kendali menurut peta kontrol Xbar dan R untuk kadar asam lemak bebas
sebanyak sebelas sampel pada peta kendali Xbar dan dua sampel pada peta kendali R. Kemudian,
untuk kadar air terdapet lima sampel pada peta kendali Xbar dan dua sampel pada peta kendali
R. Serta untuk kadar kotoran terdapat tujuh sampel apda peta kendali Xbar dan tiga sampel pada
peta kendali R. Dari analisis diagram sebab akibat dapat diketahui bahwa faktor penyebab
terjadinya penyimpangan kualitas CPO adalah faktor bahan baku, metode kerja, manusia, mesin,
metode kerja, serta lingkungan kerja. Di mana faktor yang secara umum paling berpengaruh
adalah bahan baku, metode kerja, serta manusia.

3.2 Kritik dan Saran

Berdasakan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai


berikut: Dalam penyortiran bahan baku (TBS), perusahaan sebaiknya lebih teliti dan memberikan
sanksi bagi pemasok yang membawa buah mentah atau yang terlalu matang. Sanksinya bisa
berupa potongan pembayaran buah sawit atau buah dikembalikan. Permasalahan pada
lingkungan kerja yang dimiliki oleh perusahaan adalah areal loading yang kurang terawat dan
sampah sisa produksi yang berada di sekitar lokasi produksi. Area loading sebaiknya dibuatkan
atap agar buah yang disimpan sementara sebelum diolah tidak terkena panas berlebih dan hujan.

Pembersihan sampah sisa produksi sebaiknya juga diperhatikan, penumpukan sampah


sisa produksi dapat mempengaruhi kinerja dan konsentrasi karyawan dalam bekerja. Dalam
penerimaan karyawan baru, sebaiknya perusahaan lebih selektif. Agar kedepannya sumber daya
manusia yang dimiliki oleh perusahaan merupakan sumber daya yang memiliki kedisiplinan dan
pengetahuan yang baik. Perawatan terhadap mesin merupakan hal pokok yang harus diperhatikan
perusahaan. Perawatan berfungsi untuk menjaga performa mesin tetap stabil, karena mesin
produksi adalha jantung dari sebuah perusahaan pengolahan kelapa sawit.

karyawan dalam mematuhi metode kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan harus
ditingkatkan. Prosudur dan metode kerja yang tepat akan menghasilkan CPO dengan kualitas
yang baik pula.

Perusahaan sebaiknya menerapkan standar mutu CPO perusahaan, sebab saat ini
perusaan belum memiliki standar mutu CPO.
DAFTAR PUSTAKA

Haming, Murdifin dan Mahfud Nurnajamuddin, 2007, Manajemen Produksi Modern, Jakarta:
Bumi Aksara Handoko, T. Hani, 2000, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Cetakan
Ketigabelas, Yogyakarta: BPFE Heizer, Jay dan Barry Render, 2004, Manajemen Operasi, Edisi
Bahasa Indonesia, Buku Satu, Jakarta: Salemba Empat Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun,
2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: UGM-Press Sumarni, Murti dan John
Soeprihanto, 2000, Pengantar Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan), Cetakan ketiga,
Jakarta: Liberty Prawirosentono Suyadi, 2007, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu
Abad 21, Jakarta: Bumi Aksara Reksohadiprodjo, Sukanto, 1995, Manajemen Produksi dan
Operasi, Yogyakarta: BPFE Zulian Yamit, 2001, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa,
Yogakarta: Ekonomisia Sumber Internet: Badan Standarisasi Nasional, 2006, SNI Crude Palm
Oil, Jakarta.
Company introduction, 2010, “PT. Buana Wirasubur Sakti”,
(http://www.tradezz.com/corp_1333351_PT.-Buana-Wirasubur.htm) diakses tanggal 18 Februari
2014)
Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2012, “Komoditi Kelapa Sawit”.
(http://disbun.kaltimprov.go.id/statis-70-mitra-perusahaan-perkebunan-.html, diakses tanggal 6
Februari 2014)
Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2012, “Mitra Perusahaan Perkebunan”.
(http://disbun.kaltimprov.go.id/statis-70-mitra-perusahaan-perkebunan-.html, diakses tanggal 6
Februari 2014)
Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 “Produksi Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Indonesia,
2008 – 2012”. (http://www.pertanian.go.id/infoeksekutif/bun/BUN-asem2012/Produksi-
KelapaSawit.pdf diakses tanggal 18 Februari 2014)
Fakultas Teknologi Hasil Pertanian Institut Pertanian Bogor, “Kajian Mutu Minyak Sawit”,
(http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53056?show=full diakses tanggal 11 Februari
2014) Julia, Hilda, 2009, Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen CPO (crude palm oil) di
Pabrik Kelapa Sawit Tamiang PT. Padang Palma Permai. Medan: Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

You might also like