Professional Documents
Culture Documents
Dosen Penguji :
Bpk Saebani, SKM, MKes
Residen Pembimbing :
dr. Chotimah
Disusun oleh :
Faras Afif Berlian (1261050089)
Priangga Ibrahim A.S (1361050062)
Lisnasari (1361050113)
Stephanie Caroline (1361050171)
Annisa Diah Rachmawati (1361050229)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan segala hikmat
dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan journal reading yang berjudul
“Formaldehyde Poisoning : Two Case Reports”. Pembuatan journal reading ini dibuat
sebagai salah satu syarat kelulusan pada kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik
Melalui kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
dukungan dengan segala cara dalam proses penulisan sampai penyelesaian, terutama
kepada :
1. Bapak Saebani, SKM, M.Kes, selaku penguji journal reading ini, yang telah turut
2. dr. Chotimah selaku residen pembimbing journal reading yang telah meluangkan
waktunya untuk ikut serta membantu dalam memberikan kritik, masukan, dan
ii
Penulis menyadari bahwa journal reading ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki kekurangan journal reading ini di kemudian hari. Penulis juga memohon
maaf jika terdapat kata-kata penulis yang kurang berkenan. Akhir kata, penulis
berharap agar journal reading ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
BAB I JURNAL ........................................................................................................... 1
I. 1 Jurnal Utama.......................................................................................... 1
I. 2 Jurnal Terjemahan ................................................................................. 5
I. 3 Jurnal Pembanding 1 ........................................................................... 12
I. 4 Jurnal Pembanding 2 ........................................................................... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 19
II. 1 Definisi Toksikologi ............................................................................ 19
II. 2 Racun ................................................................................................... 19
II. 3 Pemeriksaan Toksikologi Forensik ..................................................... 23
II. 4 Pengambilan Sampel pada Toksikologi Forensik ............................... 25
II. 5 Definisi Formaldehida ......................................................................... 29
II. 6 Manfaat dan Kegunaan Formaldehida................................................. 30
II. 7 Tanda dan Gejala Formaldehida .......................................................... 30
II. 8 Metabolisme Formaldehida ................................................................. 32
II. 9 Keperluan Penyidik ............................................................................. 34
II. 10 Keracunan ............................................................................................ 35
II. 11 Peracunan ............................................................................................ 35
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 38
III. 1 Kesimpulan .......................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 39
iv
BAB I
JURNAL
I. 1 Jurnal Utama
1
2
3
4
I.2. Jurnal Terjemahan
LAPORAN KASUS
Abstrak
Dua kasus kematian bunuh diri yang berbeda akibat keracunan formaldehida
Berikut konsentrasi formate: Kasus 1 - darah 0,37, vitreous humour 0,12, urin 0,08;
Kasus 2 - darah 0,72, vitreous humour 0,57, urin 0,41 (semua dalam g/L). Metanol juga
chromatography pada kolom silika rtx-BAC1 (30 mx 0,53 mm ID, ketebalan film 3,0
μm, Restek # 18001) setelah metilasi in situ menggunakan metanol dan asam sulfat
PENDAHULUAN
Formaldehida tersedia secara luas dan digunakan dalam cairan pengawet, sebagai agen
sterilisasi, sebagai agen fiksatif untuk jaringan untuk preparat histologi, sebagai
fumigan, dan sebagai prekursor kimia. Formaldehida adalah gas, tetapi yang paling
banyak digunakan dalam pelarut air sebagai "formalin" pada konsentrasi hingga 37%
5
w/v. Meskipun penggunaannya sangat luas, laporan keracunan formaldehyde jarang
terjadi. Formaldehyde sendiri memiliki waktu paruh yang sangat singkat dalam tubuh,
tetapi secara ekstensif dan cepat dimetabolisme menjadi asam format (formate), yang
Kasus 1
Seorang laki-laki berusia 84 tahun dengan riwayat penyakit jantung ditemukan tewas
disamping tempat tidurnya. Ia terakhir terlihat masih hidup 9 jam yang lalu. Dilaporkan
Sebuah kaleng lama dari larutan fungisida ditemukan di dapur, tetapi anggota keluarga
percaya bahwa pria itu telah membuang wadah itu dari garasinya sekitar dua hari
sebelum kematiannya. Awalnya kaleng berisi 15 fl oz (445 mL) larutan fungisida dan
ketika diperiksa penyelidik hanya mengandung sekitar 2/3 dari jumlah awal. Namun,
tidak diketahui seberapa banyak, jika ada, mungkin digunakan antara waktu pembelian
awal dan waktu kematian pria itu. Mengingat riwayat kasus, pemeriksa medis tidak
melakukan otopsi tetapi melakukan pemeriksaan eksternal terhadap tubuh korban dan
Kasus 2
Seorang laki-laki berusia 39 tahun dengan riwayat pecandu alcohol kronis ditemukan
tewas diatas tempat tidur. Cairan putih dengan bau formaldehida ditemukan dalam
6
gelas bir di tempat kejadian. Sebuah kaleng Formaldehida Fungisida (berlabel 37%
rumah, di salju. Ada riwayat depresi baru-baru ini terkait dengan masalah perkawinan
Otopsi hanya mengungkapkan penyakit arteri koroner ringan dan perlemakan hati,
formaldehyde dan esophagus, lambung, dan usus kecil hingga ileum digambarkan
toksikologi.
METODE
mendeteksi etanol dan volatil terkait. Darah diperiksa untuk keberadaan obat oleh
benzodiazepin, metabolit kokain, dan opiat. Darah juga discreen dengan gas
kromatografi dengan deteksi spektrometri massa (GC / MS) dalam kombinasi dengan
Etanol dan metanol diukur menggunakan modifikasi prosedur yang diterbitkan . Etanol
dan metanol dikalibrasi dari 0,25 hingga 5,0 g / L (koefisien korelasi tipikal 0,999–
1,000), plus kontrol (etanol minimum empat kontrol positif per run dan metanol dua
7
kontrol positif per run). Kontrol kosong, kalibrator, dan di rumah secara tunggal;
menggunakan sistem kolom ganda 5890 Seri II GC (Agilent). Kolom analitis primer
adalah kolom silika leburan Stabilwax, 30 mx 0,53 mm ID, ketebalan film 1,0 μm
adalah kolom silika rtx-BAC1 leburan, ID 30 mx 0,53 mm, ketebalan film 3,0 μm
(Restek # 18001).
singkat, darah utuh (0,1 mL) atau spesimen lainnya dipipet ke dalam 20 ml headspace
vial. Standar internal metanolat (20 μL 0,125% v / v diisopropil eter dalam metanol)
dan asam sulfat pekat (36M, 20 μL) kemudian ditambahkan, dan vial segera ditutup
natrium formate yang diketahui untuk seluruh darah yang sebelumnya diuji (darah
manusia atau domba segar) pada konsentrasi 0, 0,1, 0,2, 0,5, 1,0, dan 2,0 g / L. Kontrol
darah utuh di rumah secara independen disiapkan pada konsentrasi 0,6 g / L. Kontrol
kosong, kalibrator, dan di rumah dijalankan secara tunggal; spesimen dijalankan dalam
rangkap dua. Kromatografi headspace dicapai menggunakan sistem kolom ganda 5890
8
HASIL DAN DISKUSI
monyet dan melaporkan waktu paruh 1,5 menit, 5 menit setelah infus formaldehyde.
dilihat dan dirawat oleh petugas medis dan meninggal antara 30 menit dan 4 minggu
mL larutan formaldehida 37% dan dirawat di rumah sakit hanya 30 menit kemudian.
9
Meskipun korban dirawat secara agresif, termasuk bikarbonat untuk memperbaiki pH
darah, ia meninggal 28 jam setelah masuk. Konsentrasi formaldehid dan format diukur
selama perawatan, dengan formaldehida sekitar 100 kali lipat lebih rendah dari
konsentrasi formate. Formate memuncak pada lebih dari 0,5 g / L dengan konsentrasi
dilaporkan menelan 100 mL larutan formalin sekitar dua jam sebelum perawatan medis
dimulai. Konsentrasi formaldehida darah memuncak pada 0,01 g / L dan formate pada
1,36 g / L. Metanol juga ada pada konsentrasi yang mencapai 13 mmol / L (0,42 g / L)
pada sekitar 12 jam pasca-masuk. Konsentrasi formate darah postmortem tidak diukur,
tetapi penentuan terakhir dilakukan sekitar lima jam sebelum kematian, adalah 28,4
mmol / L (1,31 g / L). Meskipun dengan perawatan, korban meninggal sekitar 15 jam
setelah konsumsi.
Dalam dua kasus yang dilaporkan di sini, hanya metanol, etanol dan format
yang diukur. Analisis untuk formaldehida tidak dicoba karena waktu paruh pendek dan
format. Metanol ada dalam banyak larutan formaldehida komersial sebagai penstabil
yang ditemukan dalam kasus kami adalah konsisten dengan konsumsi larutan
2 konsisten dengan konsentrasi lebih besar dari 0,5 g / L yang biasanya ditemukan pada
10
kematian yang dikaitkan dengan toksisitas metanol. Akan tetapi, ketentuan format
ditemukan pada Kasus 1 konsentrasi lebih rendah dari yang diharapkan, menunjukkan
bahwa toksisitas formaldehida akut mungkin memainkan peran penting. Dalam kedua
kasus, konsentrasi format yang relatif rendah ditemukan dalam humor vitreus dan urin
juga konsisten dengan kematian cepat yang menyisakan sedikit waktu untuk
kesetimbangan dalam cairan ini. Cara kematian dalam kedua kasus itu dianggap
kematian ini terjadi di lokasi pedesaan yang sama, meskipun 13 tahun terpisah. Korban
dalam Kasus 2 adalah teman dari keluarga Kasus 1, dan dipanggil ke tempat kejadian
KESIMPULAN
Pengukuran formate dalam darah postmortem atau vitreous dapat digunakan untuk
11
I.3 Jurnal Pembanding (1)
12
13
14
15
I.4 Jurnal Pembanding (2)
16
17
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Toksikologi berasal dari Yunani yatitu “toxicos” yang berarti beracun dan
“logos” yang berarti ilmu. Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sumber,
sifat, serta khasiat racun, efek merugikan dari berbagai agen kimiawi, dan pengobatan
pada keracuunan,serta kelainan yang didapatkaan pada korban yang meninggal. 1,2
Toksikologi forensic adalah cabang ilmu forensic yang melihat sisi medikolegal
dari efek yang merusak dari bahan kimiawi pada manusia, yang termasuk di dalamnya
yaitu berupa investigasi kematian akibat keracunan penggunaan obatt atau zat
kimiawi.1
II.2 Racun
Definisi racun itu sendiri adalah suatu zat yang apabila kontak atau masuk
kedalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat merusak fungsi tubuh baik secara kimia
forensic dapat ditemukan klasifikasi racun yang dibagi berdasarkan sifat kimia, fisik
19
Tabel. Klasifikasi racun
20
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi racun yaitu : 2,5
a. Kuantitas
b. Cara masuk
orang yang mengalami keracunan memiliki cara masuk racun yang berbeda beda
contohnya seperti dari yang paling cepat masuk sampai yang paling lambat masuknya
c. Umur
untuk beberapa jenis racun tertentu, orang tua dan anak-anak lebih sensitive terhadap
kandungan kimia misalnya barbiturate. Bayi premature lebih rentan terhadap obat
karena ekskresi melalui ginjal belum sempurna dan aktivitas mikrosom dalam hati
belum cukup.5
d. Kondisi tubuh
Penderita penyakit ginjal umumnya lebih mudah mengalami keracunan. Pada penderita
demam dan penyakit lambung, absorbs dapat terjadi dengan lambat. Bentuk fisik dan
kondisi fisik, misalnya lambung berisi atau kosong, karena orang yang mengkonsumsi
racun secara oral dan dalam keadaan perut kosong, dapat mempercepat efek racun
tersebut.2
21
e. Idiosinkrasi
Idiosinkrasi merupakan efek alergi atau respon anafilaktik pada suatu zat, walaupun
obat atau zat tersebut terbilang aman tetapi dapat menjadi bersifat racun bagi tubuh.5
f. Toleransi
Ketika seseorang menggunakan suatu zat secara rutin, orang tersebut dapat dengan
mudah tertoleransi untuk menggunakan dalam jumlah yang lebih besar lagi, karena
dosis yang biasa telah dipakai tidak memberikan efek pada orang terersebut.
g.Terakumulasi
Ketika sebuah racun telah diekskresi, racun tersebut dapat terakumulasi dan
menyebabkan toksisitas ketika diberikan dosis berulang untuk waktu yang lama.2
a. Kasus pembunuhan
Racun dikonsumsi atau digunakan seseorang pada dirinya sendiri dengan tujuan
22
Racun yang biasanya tersimpan pada tempat penyimpanan bersamaan dengan zat
yang tidak beracun, contoh zat tersebut tidak sengaja terkonsumsi oleh anak-anak.
Korban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan, yang sejak
semula sudah dicurigai kemartian akibat keracunan dan kasus yang sampai saat
setempat (Scene Investigation) terdapat kecurigaan terjadi keracunan, bila pada otopsi
tertentu,misalnya lebam mayat yang tidak biasa , luka bekas suntikan sepanjang vena
dan keluarnya buih dari mulut dan serta bila pada otopsi tidak ditemukan penyebab
penyebab kematian dan menentukan cara kematian. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
2. Pemeriksaan luar
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk pemeriksaan luar kasus kecracunan
diantaranya :2
23
a. Bau
bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa yang sekiranya ditelan oleh
korban. Segera setelah pemeriksa berada di samping mayat ia harus menekan dada
mayat untuk menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa keluar dari lubang-
b. Segera
Pemeriksa harus berada di samping mayat segera mungkin dan pemeriksa juga harus
menekan dada mayat dan menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa keluar
c. Pakaian
Pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan oleh tercecernya racun
yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak berwarna coklat karena asam sulfat
d. Lebam mayat
Warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai makna, karena warna lebam
mayat pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit.2
Pada keracunan arsen kronik ditemukan hiperpigmentesi atau melanosis dan keratosis
pada telapak tangan dan kaki. Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan akibat keracunan
perak (Ag) kronik (deposisi perak dalam jaringan ikat dan korium kulit). Kulit akan
berwarna kuning pada keracunan tembaga (Cu) dan fosfor akibat hemolysis juga pada
keracunan insektisida hidrokarbon dan arsen karena terjadi gangguan fungsi hati.2,6
24
f. Kuku
Pada keracunan arsen kronik dapat ditemukan kuku yang menebal yang tidak teratur.
g. Rambut
Kebotakan (alopesia) dapat ditemukan pada keracunan talium, arsen, air raksa dan
boraks. Metode pemeriksaan pada rambut adalah dengan ekstrak dan pretreatment.2
h. Sklera
Tampak ikterik pada keracunan zat hepatotoksik seperti fosfor, karbon tetraklorida.
Untuk memastikan dimana racun itu berada, semua tergantung dari jenis kasus itu
sendiri yang didasarkan dari anamnesa dan tanda klinis yang dijumpai pada
pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Pada korban yang meninggal, diperlukan
informasi sisa racun dan dicocokkan dengan kelainan yang dijumpai pada jenazah.
Selanjutnya menentuksn sampel dan jumlah sampel yang perlu diambil untuk
25
Tabel. Jumlah Pengambilan Sampel
Sumber : Skoop G, Heidelberg, Mayer LV, Munchen. Recommendation for sampling postmortem
investigation.
https://www.gtfch.org/cms/images/stories/files/Recommendations%20for%20sampling%20postmorte
m%20specimens%20(Appendix%20D).pdf
26
Lebih baik mengambil bahan dalam keadaan segar dan lengkap pada waktu otopsi
dari pada kemudian harus mengadakan penggalian kubur untuk mengambil bahan-
bahan yang diperlukan dan melakukan analisis toksikologik atas jaringan yang sudah
setelah kita sisihkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan histopatologik. Secara
a. Lambung dan isinya. Lambung perlu diikat dan dipindahkan ke dalam wadah kosong
dan dicatat. Jika ditemukan benda mencurigakan contohnya seperti sisa tablet yang
tidak tercerna, benda tersebut perlu di keringkan dan dipisahkan dari lambung.
b. Seluruh usus dan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan pada usus
c. Pengambilan darah dari jantung dilakukan secara terpisah dari sebelah kanan dan
sebelah kiri masing-masing sebanyak 50 ml. Darah tepi sebanyak 30-50ml, diambil
dari vena iliaka komunis bukan dari vena porta. Pada korban yang masih hidup, darah
27
e. Ginjal, diambil keduanya yaitu pada kasus keracunan logam berat khususnya atau
f. Otak, diambil secukupnya sekitar 50 gram. Khusus untuk keracunan kloroform dan
sianida, dimungkinkan karena otak terdiri dari jaringan lipoid yang mempunyai
g. Seluruh urin diambil karena pada umumnya racun akan diekskresikan melalui urin,
khususnya pada tes penyaring untuk keracunan narkotika, alcohol dan stimulant.
Pada pemeriksaan intoksikasi , digunakan alcohol dan larutan garam jenuh pada
sampel padat atau organ. NaF 1% dan campuran NaF dan Na Sitrat digunakan untuk
sampel cair. Sedangkan natrium benzoate dan phenylmercuric nitrate khusus juntuk
pengawet urine. Selain pengambilan sampel melalui otopsi secara diseksi. Alat-alat
untuk diagnose seperti endoskopi dan MRI dapat digunakan untuk melihat kelainan
internal tanpa melakukan diseksi pada tubuh korban. Akan tetapi, diseksi tetap menjadi
28
II.5 Definisi Formaldehida
aldehida dan salah satu molekul organik yang paling sederhana. Zat ini mudah terbakar,
gas yang tidak berwarna dengan bau tajam dan mudah terpolimerasis pada suhu kamar
dan salah satu polusi udara terbesar dalam ruangan. Formaldehida mudah terserap
melalu saluran pernapasan dan saluran pencernaan, dan dimetabolisme menjadi asam
format pada mukosa hidung, hepar, dan eritrosit pada organisme hidup, lalu
dieksresikan juga melalui urin dan feses atau diubah menjadi karbonmonoksida dan
alam atau buatan manusia. Tetapi zat ini tidak terakumulasi pada lingkungan, karena
zat ini akan rusak dalam beberapa jam oleh matahari atau karena bakteri yang terdapat
daam tanah dan air. Manusia, hewan dan tumbuhan sebenarnya memproduksi
formaldehida dengan level yang rendah dalam proses metabolisme normal dan zat ini
udara domestik, kosmetik, asap rokok, dan polusi udara yang tercemar di kota akibat
pembakaran tidak sempurna (contohnya: metana atau gas lain, kayu, batu bara,
tembakau dan bahan bakar) dan semua produk yang mengandung formaldehida. 13
29
II.6 Manfaat dan Kegunaan
bangunan, kertas, karpet, tekstil, cat, dan beberapa produk rumah tangga. Formaldehida
juga digunakan dalam pembuatan melamin, selain itu digunakan sebagai pengawet,
zat pengeras dan pereduksi, penghambat korosi dan agen sterilisasi. Digunakan juga
kayu. Selain itu, banyak digunakan dalam medis dan pekerja dalam bidang ini mungkin
terpapar sangat banyak. Secara khusus, ahli anatomi dan mahasiswa kedokteran yang
menjalani sesi diseksi adalah subjek yang paling umum yang dapat terpapar dengan
gas formaldehida.13
korosif terhadap selaput lendir saluran pencernaan disertai mual, muntah, rasa perih
yang hebat dan perforasi lambung. Efek sistemik dapat berupa depresi susunan syaraf
pusat, koma, kejang, albuminuria, terdapatnya sel darah merah di urine (hematuria) dan
asidosis metabolik. Dosis fatal formalin melalui saluran pencernaan pernah dilaporkan
sebesar 30 ml. Formaldehid dapat mematikan sisi aktif dari protein- protein vital dalam
Akibatnya fungsi sel akan terhenti. 14 Pada dasarnya, formaldehid dalam jaringan tubuh
30
sebagian besar akan dimetabolisme kurang dari 2 menit oleh enzim formaldehid
dehidrogenase menjadi asam format yang kemudian diekskresikan tubuh melalui urin
dan sebagian diubah menjadi CO2 yang dibuang melalui nafas. (BPOM). Konsumsi
cairan yang mengandung 10-40% formaldehida dapat menyebabkan iritasi berat dan
peradangan pada mulut, tenggorok dan lambung. Nyeri lambung yang parah dapat
formaldehida yang encer (0,03-0,04%) dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada
bagian atas dan mata. 14 Konsentrasi 0,5 sampai 2,0 ppm dapat mengiritasi mata, hidung
dan tenggorok pada beberapa orang. Konsentrasi 3 sampai 5 ppm dapat menyebabkan
mata berair pada beberapa orang. Konsentrasi 10 sampai 20 ppm dapat menyebabkan
sulit bernapas dan rasa terbakar pada hidung dan tenggorok, batuk dan rasa perih berat
pada mata dan 25 sampai 30 ppm dapat menyebabkan cedera berat saluran napas dan
dapat mengarah pada edema paru dan pneumonia. Konsentrasi 100 ppm berbahaya
31
II.8 Metabolisme formaldehida
mudah larut dalam air. Setelah diabsorbsi, formaldehid dengan cepat didistribusikan ke
otot, usus, hati dan jaringan lain. Formaldehid akan dimetabolisme menjadi asam
sendiri merupakan metabolit intermediet yang normal di dalam sel pada metabolisme
serin, glisin, metionin dan kolin di dalam tubuh manusia. Formaldehid juga dihasilkan
plasma berkisar 1-1,5 menit. Formaldehid diekskresi dalam bentuk asam format yang
Enzim formaldehid dehidrogenase adalah enzim oksidatif yang berada di sitosol dan
mitokondria. Level tertinggi enzim ini berturut-turut terdapat di hepar, ginjal, paru-
paru dan mukosa lambung. Paparan formalin mempengaruhi kerusakan sel hepar
aerobik.
32
Perubahan formaldehid menjadi asam format oleh enzim formaldehid
lebih lambat, sehingga terakumulasi di dalam darah. Hal ini menyebabkan penurunan
(F-THF-DH). Produk metabolit lain yang pernah dilaporkan di tikus adalah N,N’-
melalui urin, feses dan paru-paru. Asam format berlebih yang tidak termetabolisme
juga menumpuk di dalam hepar. Akibatnya, asam format menghambat langsung kerja
enzim sitokrom oksidase, sebuah enzim rantai transport elektron terminal pada
Hasilnya, proses transport elektron terhambat. Akhirnya sintesis ATP terhambat dan
sel mengalami kerusakan pada sitoskeleton dan membran selnya. Proses osmotik pada
sel pun terhambat dan apabila jejas tidak dihilangkan, maka dapat terjadi degenerasi
33
II.9 Keperluan Penyidik
meninggal secara spesifik harus dibuktikan keberadaan racun tersebut dalam tubuh dan
efeknya pada tubuh. Maka penyidik dapat memanggil dokter sebagai saksi ahli yang
dapat mengidentifikasi jenis racun dan perkiraan cara masuknya ke dalam tubuh.
Adapun pasal yang membahas penyidikan tersebut adalah pasal 133 KUHAP yang
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
34
II.10 Keracunan
Dalam hal peristiwa bunuh diri yang melibatkan orang lain maka orang tersebut dapat
dikenai sanksi hokum sesuai dengan Pasal 345 KUHP yang menyatakan bahwa
dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri.”
II.11 Peracunan
Racun juga dapat dipakai sebagai alat untuk membunuh dengan meracuni orang lain.
dibuktikan terlebih dahulu. Hal ini berkaitan dengan Pasal 340 KUHP yang
pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu
Jika seseorang korban diracuni bukan atas kemauan sendiri atau bukan karena bunuh
diri dan diduga dilakukan oleh pihak lain, maka tersangka dapat dipidanakan atas dasar
penganiayaan.
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
35
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 352
1. Selaian daripada apa yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka
lamanya tiga bulan atau denda sebanyak - banyaknya Rp 4500. Hukuman ini
Pasal 353
4. Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, sitersalah dihukum penjara selama -
36
Pasal 354
Pasal 355
Pasal 356
Pidana yang ditentukan dalam pasal 351,353,354, dan 355 dapat ditambah dengan
sepertiga:
1. Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya
atau anaknya;
2. Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena
3. Jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi
37
BAB III
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
bangunan, sebagai pengawet, zat pengerasan dan reduksi, penghambat korosi dana gen
sterilisasi.
Formaldehida diproduksi dalam level yang rendah oleh manusia dalam proses
metabolism yang normal, tetapi pada level formaldehida yang tinggi didalam tubuh
pertama dapat dilihat dengan penanganan khusus yang cepat dan tepat korban dapat
diselamatkan.
asam format akan mengakibatkan asidosis. Formaldehida bersifat asam dan dapat
menyebabkan korosi pada organ-organ dalam tubuh. Dapat dilihat pada jurnal
pembanding kedua didapatkan hasil otopsi pada laki-laki berusia 42 tahun yang bunuh
diri dengan formaldehida didapatkan kerusakan pada lambung, usus, paru, dan ginjal.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
11. Socieety of forensic toxicologist, Inc (SOFT) and The American Academy of
Forensik Sciences (AAFS). Forensik toxicology laboratory guidelines.
SOFT/AAFS:2006.
12. Mohanty MK, Arum M, Merezea RG,Palmar V. Autopsy: changing trends. Int
J of Medical Toxicology and Forensic.
13. Abdu H, Kinfu Y, Agalu A. Toxic effects of formaldehyde on the nervous
system. International Journal of Anatomy and Physiology. 2014 Januari; 3.
14. Registry AfTSaD. Center Disease of Control. [Online]. [cited 2018 Mei 18.
Available from: https://www.atsdr.cdc.gov/mmg/mmg.asp?id=216&tid=39
15. Badan Pengawas Obat dan Makanan. [Online].; 2006 [cited 2018 Mei 20.
Availablefrom:
https://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/berita/139/BAHAN-
BERBAHAYA-YANG-DILARANG-UNTUK-PANGAN.html
16. Kum S, Sandikci M, Eren U , Metin N. Effects of formaldehyde and xylene
inhalations on fatty liver and kidney in adult and developing rats. Medwell
Journal. 2010; 9(2): 396-401
17. WHO Regional Office of Europe. Air Quality Guidelines [internet]
Copenhagen:WHO; 2001 [cited 2012 Jan 28]. Available from:
http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0014/123062/AQG2ndEd_5_8
Formaldehyde.pdf
18. Klaassen CD. Casarett and Doull’s Toxicology the basic science of poisons.
New York : Mc Graw Hill; 2001; 59, 134-219 ,894-97 27) Rose RL, Levi PE.
Reactive methabolite. In : Hodgson E (editor). A textbook of modern toxicology.
Ed 3. New Jersey : Wiley interscience; 2004; 149-61
40