You are on page 1of 10

KERAHASIAAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT AVECIENA

MEDIKA MARTAPURA

Nina Rahmadiliyani1, Faizal2


1
STIKes Husada Borneo
2
Program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan STIKes Husada Borneo
1
ninaroshan.nr@gmail.com, 2faizal@gmail.com

ABSTRACT
Medical records are managed by procedures and standards and policies of the organization. Information on
identity, diagnosis, history of disease, history of examination, and patient medical history are kept conidential
by doctors, dentists, health workers, management oficers and leaders of health care facilities. This study
aims to provide an overview of conidentiality and medical record request process at the Medical Record
Unit of Aveciena Medika Hospital. The research method used is descriptive qualitative method. The data
collection process was done by observation and interview to the oficer of Medical Record Work Unit for 3
people. Result: the implementation of medical record conidentiality is an unwritten agreement, by using oath
to medical recorder, doctor, dentist in stored medical record ile. In the request of medical records relating to
legal aspects, institutions or institutions of the insurer, and the interests of the patient, medical records can
not be borrowed or taken out but are allowed to borrow copies of copies of resumes provided that there is a
cover letter from the court or the insurer and make written permission. Conclusion. Medical Record Work
Unit does not yet have a comprehensive medical records conidentiality policy and is still implemented in
small units in terms of illing room permit. Requests for medical information should be preceded by making
written permission addressed to the leader of the health service facility.
Keywords: Conidentiality, storage of medical records

ABSTRAK
Rekam medis dikelola dengan prosedur dan standar dan kebijakan dari rumah sakit. Informasi tentang identitas,
diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan riwayat pengobatan pasien dijaga kerahasiannya
oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kerahasiaan dan proses permintaan rekam medis di
Unit Kerja Rekam Medis Rumah Sakit Aveciena Medika. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif deskriptif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara kepada petugas
Unit Kerja Rekam Medis sebanyak 3 orang. Hasil: pelaksanaan kerahasiaan rekam medis berupa perjanjian
tidak tertulis, yaitu dengan menggunakan sumpah pada petugas perekam medis, dokter, dokter gigi pada
berkas rekam medis yang disimpan. Dalam permintaan rekam medis yang berkaitan dengan aspek hukum,
institusi atau lembaga dari pihak asuransi, dan kepentingan pasien, rekam medis tidak dapat dipinjam atau
dibawa keluar tetapi diperbolehkan meminjam salinan copy resume dengan syarat ada surat pengantar dari
pengadilan atau pihak asuransi serta membuat izin tertulis. Kesimpulan. Unit Kerja Rekam Medis belum
mempunyai kebijakan kerahasiaan rekam medis secara menyeluruh dan masih dilaksanakan dalam unit-unit
kecil yaitu dalam hal hak akses ruang illing. Permintaan informasi medis harus didahului dengan membuat
izin tertulis yang ditujukan kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Kata Kunci : Kerahasiaan, penyimpanan rekam medis

PENDAHULUAN pada masyarakat. Rumah sakit juga menjadi pusat


pelatihan bagi tenaga kesehatan maupun pusat
Rumah sakit merupakan bagian integral dari
penelitian medis. Dalam Undang-undang No. 44
organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
Tahun 2009 secara tegas menyatakan bahwa rumah
menyediakan pelayanan secara komprehensif dalam
sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyembuhkan penyakit dan pencegahan penyakit
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan


69
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 6 No.2 Oktober 2018
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

secara paripurna yang menyediakan pelayanan, rawat lanjut dalam menangani pasien yang meninggal
jalan, rawat inap, dan gawat darurat. duniapun memerlukan prosedur yang tepat dan
efisien, seperti yang dipaparkan Sunaryo dan
Rekam medis dalam rumah sakit merupakan Sugiarsi (2014) kebijakan prosedur peminjaman dan
dokumen yang sangat penting bagi keseluruhan pemanfaatan dan lama peminjaman dokumen rekam
kerja. Rekam medis dalam Rumah sakit adalah medis pasien meninggal sering belum diatur pada
berkas catatan yang berisi dokumen identitas pasien, pasien meninggal.
hasil pemeriksaan, pengobatan yang diberikan,
serta tindakan dan pelayanan lain pada pasien. Dari sisi lain, Keadaan ruang yang kurang memadai
Catatan tertulis dibuat oleh dokter atau dokter gigi dan belum sesuai dengan ukuran dimensi tubuh
mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada petugas illing rawat jalan menjadikan permasalahan
pasien dalam rangka pelayanan kesehatan, lebih yang semakin kompleks, dan anjurkan untuk
lanjut rekam medis berkenaan dengan kerahasiaan disesuaikan dengan ukuran dimensi tubuh petugas
seperti informasi tentang identitas, diagnosis, illing, sehingga merasa nyaman dalam melakukan
riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pekerjaannya (Putri dkk, 2014). Dari hal tersebut
pengobatan pasien harus dijaga oleh dokter, tenaga maka ruangan yang tepat dan sesuai ukuran menjadi
kesehatan dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting guna menunjang kinerja
(PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008). petugas rekam medis menjadi lebih optimal. Dan
inilah merupakan salah satu kekurangan yang
Dalam perkembangan teknologi informasi terjadi di rumah sakit. Bahkan dalam hal lainpun
menjadikan Rekam medis/rekam kesehatan (kertas) pengelolaan rekam medis belum berjalan dengan
atau rekam kesehatan elektronik digunakan untuk optimal, menjadi kendala tersendiri, meskipun secara
menyimpan data dan informasi pelayanan pasien. kuantitas petugas sudah mencukupi namun belum
Rekam medis dikembangkan secara selektif seperti berkualitas, yang terkait dengan belum memiliki
dengan melaksanakan ataupun mengembangkan standar prosedur pengelolaan rekam medis dan
sejumlah sistem, kebijakan, dan proses pengumpulan uraian tugas rekam medis (Ulfa, 2015)
dan berusaha menyimpannya supaya mudah diakses
serta memiliki sistem keamanan (Hatta, 2013). Dalam pelaksanaan penjajaran dokumentasi rekam
Bahkan untuk menghilangkan data penting dalam medis masih banyak yang belum mempunyai
rekam medis, ada pedoman yang harus diikuti, hal ini prosedur tetap meskipun kebijakannya tercantum
seperti yang dilakukan dengan cara cara membakar dalam prosedur tetap penyimpanan dan pencarian
habis semua berkas rekam medis, ada 13 jenis dokumen rekam medis, didalamnya disebutkan
formulir rekam medis yang tidak dimusnahkan dan bahwa sistem penjajaran dokumen rekam medis
berkas rekam medis yang bernilai guna disimpan menggunakan sistem penjajaran Terminal Digit
permanen dengan cara di scan dan disimpan pada Filing atau sistem akhir angka, sedangkan dalam
hardisk supaya dapat menjaga keutuhan berkas pelaksanaan pengambilan kembali dokumen rekam
rekam medis dari kerusakan dan menghemat ruangan medis dilakukan oleh petugas iling berdasarkan 1
penyimpanan inaktif (Maimun, 2017). digit angka akhir. Saat melakukan penyimpanan dan
pengembalian kembali dokumen rekam medis masih
Dalam hal kepentingan kesehatan pasien, ada hak ditemukan dokumen rekam medis yang salah letak
dari pasien untuk meminta berkas rekam medis (misile), yang disebabkan oleh petugas iling kurang
tersebut dengan melalui pengadilan ataupun fokus dalam melakukan penyimpanan dokumen
permintaan pasien sendiri, Permintaan institusi, rekam medis karena adanya petugas tambahan
untuk kepentingan penelitian, pendidikan, audit dan kesalahan penulisan nomor rekam medis oleh
medis, dengan ketentuan dan batas-batas tertentu petugas pendaftaran. Dari hal tersebut dilakukan
sepanjang tidak merugikan orang lain. Permintaan penjajaran dokumen rekam medis yang Terminal
rekam medis dilakukan secara tertulis dan ditujukan Digit Filing yang benar dan dilakukan pelatihan
kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan. petugas filing terkait dengan sistem penjajaran
Rekam medis merupakan bagian penting dari dokumen rekam medis. Dalam mengatasi terjadinya
pelayanan perawatan pasien di rumah sakit atau kesalahan salah letak (misile) dilakukan dengan
sarana pelayanan kesehatan. Karena data merupakan melakukan penyisiran dokumen rekam medis secara
informasi tentang perawatan kesehatan pasien. Lebih periodik (Anggara dkk, 2015).

70
Nina Rahmadiliyani dan Faizal. Kerahasiaan Rekam Medis di Rumah Sakit Aveciena Medika Martapura

Dari apa yang disampaikan tersebut diataslah (penyajian data) yaitu peneliti akan menyajikan
yang membuat masalah tidak bisa disederhanakan, data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
namun menjadi kompleks dan peneliti tidak mampu antar katagori.. Menyajikan data yang digunakan
memilah-milah permasalahan tersebut. Permasalahan dalam penelitian sacara deskriptif. Dengan maksud
tersebut menurut peneliti lebih cocok didekati dengan dapat memahami apa yang terjadi dan merencanakan
pendekatan kualitatif dengan alasan bahwa peneliti kerja.Conclusion Drawing / Veriication Langkah
menemukan banyak sekali variabel yang muncul terakhir yang peneliti lakukan adalah menarik
dan tidak mampu membatasi dengan melakukan kesimpulan dan melakukan veriikasi. Kesimpulan
pengontrolan. Peneliti melakukan observasi awal dan dalam penelitian dapat menjawab rumusan masalah
menemukan adanya masalah pada rak penyimpanan dilapangan. Kesimpulan penelitian ini merupakan
rawat jalan yang masih ditempat terbuka, ruang temuan tambahan yang ada yang berupa deskripsi
penyimpanan yang tidak terkunci dan kebijakan atau gambaran kerahasiaan rekam medis.
akses kerahasiaan rekam medis yang belum ada.
Dari beberapa hal tersebut berarti rekam medis
tidak terlindungi oleh hukum, sehingga kerahasiaan HASIL
rekam medis sangat rawan untuk disalah gunakan
oleh pihak lain. Dari paparan tersebut, maka fokus Pelaksanaan Kerahasiaan Rekam Medis
peneliti lebih tertarik untuk lebih menggali proses Berdasarkan hasil observasi di dapat hasil adanya
kerahasiaan rekam medis secara kualitatif, sehingga kebijakan kerahasiaan rekam medis, tanda peringatan
peneliti dalam hal ini akan berusaha membatasi selain petugas dilarang masuk, buku peminjaman,
dengan fokus dalam mendalami bagaimana proses Tracer berkas Rekam Medis yang belum terbentuk,
pelaksanaan kerahasiaan rekam medis di Unit Kerja namun dalam hal keamanan ruang iling terkondisikan
Rekam Medis di Rumah sakit Aveciena Medika dengan baik yaitu menggunakan kunci. Rumah sakit
Martapura” ini mengacu pada kebijakan HPK (Hak Pasien Dan
Keluarga) tentang perlindungan informasi. Dan
dalam waktu dekat rumah sakit akan dilakukan
METODE PENELITIAN akreditasi, sehingga masih tetap menggunakan
format sebelumnya dan belum dirubah sama sekali.
Penelitian kualitatif lebih menekankan makna
Terkait dengan proses pelaksanaan yang berjalan
dilakukan terhadap sekumpulan objek yang bertujuan
masih belum sesuai dalam hal rak penyimpanan
untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi
rekam medis rawat jalan yang tidak berada pada
di lapangan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian
ruang iling. Pada ruang penyimpanan rekam medis
menggunakan metode penelitian kualitatif yang
juga belum ada tanda peringatan “selain petugas RM
digunakan pada objek dengan setting alamiah dan
dilarang masuk”, namun dalam melakukan pelacakan
dimana peneliti adalah merupakan instrument kunci
berkas rekam medis sudah melalui sistem billing
(Sugiyono, 2010). Teknik pengumpulan data dengan
di SIM-RS.
menggunakan triangulasi data observasi, wawancara
dan pengumpulan dokumen. Subjek dalam penelitian Hasil observasi yang dilakukan sesuai dengan
adalah 3 orang yang terdiri dari 2 orang petugas wawancara yang dilakukan kepada informan 1
pendaftaran dan 1 orang koder di unit kerja rekam sebagai berikut:
medis Rumah Sakit Aveciena Medika Martapura.
Pada penelitian ini observasi dengan menggunakan “Untuk kebijakan kerahasiaan rekam medis
daftar Check-list, dan wawancara bebas terpimpin dan memang belum ada tapi kami mengacu pada
menggunakan metode pencatatan langsung, alat tulis kebijakan HPK tentang perlindungan informasi
dan tape recorder. Analisis data dilakukan melalui dikarenakan rumah sakit akan melakukan
3 tahap, yaitu data reduction (reduksi data), data akreditasi, upaya perlindungan informasi nya
display (penyajian data), dan Conclusion Drawing ada, missal nya dilakukan sumpah kerahasiaan
/ Verification.. secara rinci dijelaskan sebagia informasi pasien.Untuk penerapannya kemarin
berikut. Data Reduction (Reduksi Data)Peneliti itu kita ada melakukan sumpah, sumpah
akan melakukan Reduksi data dengan merangkum, menjaga kerahasiaan informasi medis, sumpah
memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal kepada seluruh petugas rekam medis atau
yang penting, dicari pola dan tema. Data Display tenaga medis lainnya” (Informan 1).

71
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 6 No.2 Oktober 2018
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

Hasil wawancara menunjukan bahwa Rumah Sakit kerahasiaan rekam medis dan lebih mengacu pada
belum mempunyai kebijakan kerahasiaan rekam kebijakan HPK (Hak Pasien Dan Keluarga) yang
medis dan mengacu pada Kebijakan HPK (Hak dirasa HPK lebih sesuai dengan instrumen penilaian
Pasien Dan Keluarga). Salah satu upaya penerapan akreditasi.
kerahasiaan rekam medis dengan melakukan sumpah
kepada seluruh petugas yang ada di rumah sakit Proses Permintaan Rekam Mekam Medis
untuk menjaga kerahasiaan informasi rekam medis Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kepada
baik itu informasi identitas pasien, diagnosis, riwayat petugas tentang proses permintaan rekam medis
penyakit, riwayat pemeriksaan maupun riwayat didapat, buku peminjaman rekam medis dan tracer
pengobatan. berkas Rekam Medis dan alur permintaan atau
peminjaman rekam medis tidak ada.
Hasil wawancara yang dilakukan pada informan 2
yaitu: Hasil wawancara tentang proses permintaan rekam
medis kepada informan yaitu sebagai berikut
“satu upayanya dalam menjaga kerahasiaan
rekam medis yaitu di rumah sakit di ruang rekam “untuk alur peminjaman belum ada tapi
medis selalu di kunci dan hanya orang-orang prosedur atau pelaksaannya kalau rekam medis
yang berkepentingan boleh masuk”.(informan itu dipinjam oleh pihak ke-3 harus ada surat
2). pengantar” (informan 1).
Hasil wawancara menunjukan bahwa rumah sakit Hasil wawancara informan 1 mengenai permintaan
belum mempunyai kebijakan kerahasiaan rekam rekam medis untuk kepentingan berobat pasien,
medis dan salah satu upaya yang dilaksanakan permintaaan pengadilan, kepentingan pasien sendiri,
untuk menjaga kerahasiaan rekam medis yaitu pada kepentingan asuransi dan penelitian sebagai berikut:
ruang penyimpanan rekam medis selalu dikunci
dan hanya petugas yang berkepentingan yang boleh “untuk kepentingan berobat pasien setelah
masuk seperti dokter, perawat ataupun tenaga medis melakukan pendaftaran rekam medis nya
lainnya untuk melengkapi pencatatan ataupun untuk langsung dicari apabila tidak ada dibuatkan
kepentingan pasien. yang baru, untuk kasus hukum harus ada surat
perintah atau pengantar, untuk kepentingan
Hasil observasi diatas juga didukung wawancara pasien sendiri, pasien tidak boleh membawa ke
yang dilakukan pada informan 3 mengenai proses luar rumah sakit, kalau pihak asuransi hanya
pelaksanaan kerahasiaan rekam medis yaitu: diberi copy resume saja, untuk kepentingan
penelitian juga harus ada surat penelitian”
“kebijakan khusus tentang kerahasiaan
(informan 1)
setahu saya belum ada, untuk proses menjaga
kerahasiaannya ruang iling selalu dikunci” Hasil wawancara menunjukan bahwa Proses
permintaan rekam medis untuk kepentingan pasien
Upaya pelaksanaan kerahasiaan rekam medis yaitu untuk berobat. Untuk pasien rawat jalan, pasien
seluruh petugas rekam medis disumpah untuk mendaftar di bagian pendaftaran kemudian rekam
menjaga kerahasiaan informasi rekam medis baik medis di carikan dan langsung di antar ke poli
itu informasi identitas pasien, diagnosis, riwayat tujuan pasien. Untuk pasien rawat inap setelah
penyakit, riwayat pemeriksaan maupun riwayat melakukan pendaftaran, pasien tersebut dicarikan
pengobatan kepada pihak-pihak atau golongan yang rekam medis lamanya dan apabila rekam medis
tidak berkepentingan. Salah satu upayanya dalam lamanya tidak ditemukan maka akan langsung
menjaga kerahasiaan rekam medis di Rumah Sakit dibuatkan rekam medis baru. Proses permintaan
dalam segi keamanannya ruangan iling selalu dalam rekam medis untuk memenuhi permintaan penegak
keadaan terkunci dan dalam hal akses nya pada hukum. Rekam medis dapat dipinjam untuk kasus
ruangan iling hanya memberi wewenang kepada hukum karna berkas rekam medis dijadikan sebagai
petugas yang berkepentingan seperti dokter, perawat bukti pengadilan dan harus ada surat atau izin tertulis
ataupun tenaga medis lainnya untuk melengkapi kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan
pencatatan ataupun untuk kepentingan pasien.
Proses permintaan rekam medis untuk kepentingan
Hasil wawancara dapat di simpulkan bahwa rumah pasien itu sendiri. Rekam medis tidak dapat dipinjam
sakit belum membuat kebijakan yang mengatur oleh pasien namun hanya boleh meminjam resume

72
Nina Rahmadiliyani dan Faizal. Kerahasiaan Rekam Medis di Rumah Sakit Aveciena Medika Martapura

medisnya saja dan itupun dalam bentuk copy atau rawat jalan setelah disesuaikan menjadi 185,5 cm,
salinannya, karena berkas rekam medis milik pihak Panjang rak menjadi 142,5 cm, Lebar rak menjadi
Rumah Sakit dan isi nya adalah milik pasien 54 cm, Jarak antar rak menjadi 102 cm, luas ruangan
menjadi 35,69m2. Artinya dengan keadaan ruangan
Proses permintaan rekam medis untuk permintaan kurang memadai dan belum sesuai dengan ukuran
institusi atau lembaga misalnya dari pihak asuransi dimensi tubuh petugas iling rawat jalan menjadikan
di Rumah Sakit. Pihak institusi atau pihak asuransi kerja tidka optimal. Lebih lanjut hal tersebut juga
tidak bisa meminjam rekam medis pihak asuransi didukung penelitian (Oktamianiza dan Andriani,
hanya hanya diperbolehkan resume medis nya 2016). Bahwa kondisi fisik ruangan terhadap
saja dan itu pun harus ada surat pengantar dan kinerja petugas dalam pengelolahan rekam medis
izin tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan menunjukkan bahwa luas ruangan pengilahan data
kesehatan. Proses permintaan rekam medis untuk 3,8m x 3,4m, luas ruangan penyimpanan (I) 3,8m
kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis. x 7,4m. Luas ruangan penyimpanan (II) 1,7m x
Untuk kasus tersebut informasi tentang identitas, 10,6m. Suhu ruangan rekam medis 29oC - 31oC.
diagnosa, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan pencahayaan diruangan rekam medis 21,6 Lux –
dan riwayat pengobatan dapat dibuka dengan catatan 142,2 Lux. Hal ini sangat mempengaruhi kinerja
tidak menyebutkan identitas pasien dan tetap harus petugas rekam medis, sehingga kondisi ruangan
melakukan izin tertulis kepada pimpinan sarana rekam medis belum memenuhi standar luas, suhu dan
pelayanan kesehatan. pencahayaan mempengaruhi kerja perekam medis
Berdasarkan paparan tersebut diatas dapat diambil dalam melakukan tugasnya.
simpulan untuk alur peminjaman rekam medis belum Begitu pentingnya kebijakan yang berkaitan
optimal, prosedur peminjaman rekam medis dari dengan kerahasiaan rekam medis, maka ada atuaran
pihak ke-3 harus ada surat pengantar dan disertai dalam alur prosedur penyimpanan. Hal ini sejalan
keterangan untuk meminjam, sedangkan untuk dengan penelitian (Ratnasari dan Sugiarsi, 2016).
keperluan asuransi hanya memperbolehkan meng- Bahwa standar prosedur operasional yang berlaku
copy resume karena berkas rekam medis milik rumah meliputi Input data Sistem Informasi Rekam Medis
sakit dan isi nya milik pasien, untuk kasus tersebut meliputi nomor rekam medis, nama, alamat, umur,
pihak asuransi harus membuat surat permintaan jenis kelamin, tujuan periksa, cara bayar, tracking
tertulis, untuk kasus hukum rekam medis dapat masuk, outget, user simpan, master pasien. Dalam
dipinjam dikarenakan rekam medis dijadikan sebagai pemantauan dokumen rekam medis petugas iling
bukti dan harus ada surat pengantar permintaan dari menggunakan komputerisasi dan manual. dalam
pengadilan. pemantauan dokumen rekam medis masih terdapat
miss ile karena petugas yang kelelahan dan juga
faktor usia sehingga dapat memperlambat dalam
PEMBAHASAN pelayanan. Sedangkan dalam transaksi dokumen
Pelaksanaan kerahasiaan rekam medis masih terdapat rekam medis petugas iling menggunakan tracer
kendala dalam hal rak penyimpanan rekam medis baik peminjaman dokumen rekam medis maupun
rawat jalan yang tidak memiliki ruang iling. Alasan pengembalian dokumen rekam medis. Ouput dari
yang diperoleh adalah untuk mempercepat pelayanan sistem informasi rekam medis dibagian iling dapat
poliklinik. Di rumah sakit memerlukan ruang rekam diketahui jumlah dokumen rekam medis yang
medis dan harus ada memiliki tracer. Petunjuk dipinjam.
keluar/tracer sangat penting. Dalam hal iiling pun
Upaya pelaksanaan dalam menjaga kerahasiaan
memerlukan ruang yang sesuai. Hal tersebut sesuai
rekam medis di rumah sakit tersebut yaitu dengan
dengan pernyataan menurut Dirjen Yanmed, (2006)
melakukan janji sumpah tidak tertulis seluruh
bawa tracer merupakan alat yang penting untuk
petugas rekam medis baik informasi identitas pasien,
mengawasi penggunaan rekam medis. Hal ini sejalan
diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan
dengan penelitian (Putri dkk, 2014) yang meneliti
maupun riwayat pengobatan kepada pihak-pihak
tentang tata ruang tempat penyimpanan dokumen
atau golongan yang tidak berkepentingan. Salah
rekam medis ditinjau dari aspek antropometri
satu upaya dalam menjaga kerahasiaan rekam medis
untuk ukuran tata ruang iling rawat jalan yang
di Rumah Sakit Aveciena Medika Martapura yaitu
disesuaikan dengan data antropometri petugas iling
dalam segi keamanannya ruangan iling selalu dalam

73
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 6 No.2 Oktober 2018
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

keadaan terkunci dan dalam hal akses nya pada dipergunakan untuk peralatan dan ruangan, Tata
ruangan iling hanya memberi wewenang kepada kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan
petugas yang berkepentingan seperti dokter, perawat medis mudah distandarisasikan, memungkinkan
ataupun tenaga medis lainnya untuk melengkapi peningkatan eisiensi kerja petugas penyimpanan.
pencatatan ataupun untuk kepentingan pasien. Kekurangannya petugas menjadi lebih aktif, karena
Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut Hatta menangani unit rawat jalan dan unit rawat inap dan
(2013) bahwa kerahasiaan adalah proteksi terhadap tempat penerimaan pasien harus bertugas selama
rekam medis dan informasi lain pasien dengan 24 jam. Hal ini sesuai dengan penelitian (Sari dan
cara menjaga informasi pasien dan pelayanannya. Masturoh, 2017). Sistem peyimpanannya yang
Dalam pelayanan kesehatan, informasi itu hanya digunakan adalah desentralisasi, sedangkan untuk
diperuntukkan bagi pihak tenaga kesehatan yang penjajarannya middle digit iling dengan modiikasi.
berwenang. Informasi yang terdapat dalam rekam Penyebab ketidaktersediaan yaitu terbatasnya SDM,
medis sifatnya rahasia. Apa yang ditulis dokter yang kesalahan penyimpanan, dokumen rekam medis
bersifat rahasia bagi pasien tidak dibaca oleh orang dibawa pasien, terbatasnya sarana dan prasarana,
lain. Sehingga menyebabkan dokter perlu share kesalahan penulisan nomor. Dampaknya pembiayaan
dengan dokter lain dan ada persetujuan pasien karena klaim kurang sesuai, hangusnya klaim, tidak
dalam hal demikian dokter konsultan akan membaca terdapatnya laporan klaim, terganggunya pengobatan
segala rekaman dan catatan dokter pertama (Hanaiah pasien, dan pasien menunggu lama. Terdapat
dan Amir, 2008) kesamaan ketidaktersediaan dokumen rekam medis
yang hilang jika dilihat berdasarkan hari kunjungan
Sjamsuhidajat, Dkk (2006) mengemukakan bahwa sebelumnya dan saat terjadi kehilangan, yaitu pada
setiap dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran hari kamis
wajib menyimpan kerahasiaan yang menyangkut
riwayat penyakit pasien yang tertuang dalam rekam Kebijakan memiliki peran yang vital, sedangkan
medis.Rahasia kedokteran tersebut dapat dibuka kebijakan merupakan pedoman untuk menentukan
hanya untuk kepentingan pasien untuk memenuhi atau melaksanakan program dan kegiatan, adapun
permintaan aparat penegak hukum (hakim majelis), fungsi dari kebijakan itu sendiri yaitu memberikan
permintaan pasien sendiri atau berdasarkan ketentuan petunjuk, rambu dan signal penting dalam menyusun
perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan program kegiatan, memberikan informasi mengenai
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, rahasia bagaimana srategi akan di laksanakan, memberikan
kedokteran baru dapat dibuka bila diminta oleh arahan kepada pelaksana, Untuk kelancaran dan
hakim majelis di hadapan sidang majelis. Dokter keterpaduan upaya mencapai visi misi sasaran dan
bertanggung jawab atas kerahasiaan rekam medis tujuan, menyelenggarakan pengelolaan urusan tata
sedangkan kepala sarana pelayanan kesehatan usaha. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
bertanggung jawab menyimpan rekam medis Indonesia No 377 tahun 2007 tentang Standar
Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan,
Ruang filing dalam hal sistem penyimpanan dalam batasan dan ruang lingkup pada poin ke-2
berkas Rekam Medis dapat menggunakan sistem tentang aspek hukum dan etika profesi menyebutkan
desentralisasi yaitu berkas rawat jalan dan rawat bahwa membuat standar dan pedoman manajemen
inap tidak ditempatkan pada satu folder. Ruang informasi kesehatan meliputi aspek legal dengan
iling atau ruang penyimpanan juga termasuk dalam unsur keamanan (safety), kerahasiaan (conidential),
hal kerahasiaan dan keamanan menurut Diirjen sekuritas, privasi serta integritas data.
Yanmed (2006) menjelaskan Sistem Penyimpanan
rekam medis sistem penyimpanan Desentralisasi Proses kerahasiaan informasi medis seperti identitas,
kelebihan eisiensi waktu, sehingga pasien mendapat diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan,
pelayanan lebih cepat, beban kerja yang dilaksanakan dan riwayat pengobatan pasien oleh tenaga medis
petugas lebih ringan namun kekurangan bias terlaksana oleh tenaga medis yang bersangkutan
terjad duplikasi dalam pembuatan rekam medis dengan rekam medis. akan tetapi ada beberapa
dan biaya yang diperlukan untuk peralatan dan hal yang belum memerlukan pembenahan. Dalam
ruangan lebih banyak. Sedang sistem penyimpanan menjaga kerahasiaan rekam medis masih belum
Sentralisasi, Kelebihannya mengurangi duplikasi sesuai karena pihak Unit Kerja Rekam Medis
dalam pemeliharaan dan penyimpanan berkas menggunakan sistem desentralisasi di karenakan
rekam medis, mengurangi jumlah biaya yang untuk memudahkan pelayanan poliklinik. Hal

74
Nina Rahmadiliyani dan Faizal. Kerahasiaan Rekam Medis di Rumah Sakit Aveciena Medika Martapura

ini sesuai dengan penelitian Rusdiansyah (2011) pengadilan dapat memerintahkan saksi ahli untuk
yang menyatakan agar rekam medis tidak jatuh menanyakan arti dan maksud yang terkandung
ke tangan yang tidak mempunyai wewenang dan didalamnya (Rustiyanto, 2009).
dari penyalahgunaan informasi yaitu dengan cara
membuat kebijakan atau Standar Operasional Unit Kerja Rekam Medis Rumah belum mempunyai
Prosedur yang betujuan untuk menjaga kerahasiaan tracer, Petunjuk keluar/tracer menurut Dirjen
dan keamanan rekam medis. Pernyataan diatas Yanmed (2006) yaitu suatu alat yang penting untuk
didukung dengan penelitian Andria dan Sugiarti, mengawasi penggunaan rekam medis. Dalam
(2015).Penyediaan dokumen rekam medis. Alur pengunaanya diletakkan sebagai pengganti pada
penyediaan dokumen rekam medis pasien lama di tempat berkas rekam medis yang di ambil dari rak
rawat jalan 100% tidak sesuai. Hal ini disebabkan penyimpanan. Petunjuk keluar tetap berada pada
karena jumlah kunjungan pasien lama meningkat, rak ile tersebut. Sampai berkas rekam medis yang
petugas yang kurang, kapasitas rak penyimpanan dipinjam kembali ke tempat semula. Hambatan:
kurang, sistem penjajaran tidak berurutan dan kenyataan sekarang yang dihadapi adalah masih
tidak adanya tracer. Kesimpulannya penyediaan banyak rumah sakit kekurangan tenaga rekam
dokumen rekam medis pasien lama terlambat dan medis untuk mengelola dokumen medis. Solusi
alur penyediaan dokumen rekam medis pasien lama dari permasalahan ini adalah melakukan pelayanan
di rawat jalan tidak sesuai. Untuk memecahkan kesehatan partnership yang menempatkan health
masalah tersebut ada baiknya jika kualitas pelayanan provider dan health receiver dalam suatu pola
lebih ditingkatkan khususnya dalam hal kecepatan kemitraan (partnership). Saran, pelayanan kesehatan
penyediaan dokumen rekam medis supaya mendayagunakan tenaga rekam medis (Judi,
2017).
Proses permintaan atau peminjaman rekam medis
untuk alur peminjaman rekam medis belum ada Ketentuan pengeluaran rekam medis yaitu (1)
atau belum pernah dilakukan oleh orang atau rekam medis tidak boleh boleh keluar dari ruang
lembaga lain. dalam prosedur peminjaman rekam penyimpanan tanpa ada kartu peminjaman rekam
medis dari pihak ke-3 harus ada surat pengantar dan medis, peraturan ini tidak hanya berlaku bagi orang-
disertai keterangan untuk meminjam, sedangkan orang diluar rekam medis, tetapi juga bagi petugas
untuk keperluan asuransi dengan memperbolehkan rekam medsi sendiri. (2) seseorang yang meminjam
meng-copy resume karena berkas rekam medis rekam medis, berkewajiban untuk mengembalikan
milik rumah sakit dan isi nya milik pasien, untuk dalam keadaan baik dan tepat waktunya. (3) Rekam
kasus tersebut pihak asuransi harus membuat surat medis tidak dibenarkan berada diluar rumah sakit,
permintaan tertulis, sedangkan untuk kasus hukum kecualiatas perintah pengadilan. (4) Dokter-dokter
rekam medis dapat dipinjam dikarenakan rekam atau pegawai rumah sakit yang berkepentingan dapat
medis dijadikan sebagai bukti dan harus ada surat meminjam rekam medis untuk dibawa ke ruang kerja,
pengantar permintaan dari pengadilan. Unit Kerja tetapi harus dikembalikan pada akhir jam kerja. (5)
Rekam belum mempunyai alur pemberian informasi Jika beberapa rekam medis akan digunakan selama
atau alur permintaan rekam medis.Alur pemberian beberapa haru, rekam medis tersebut disimpan
informasi rekam medis kepada pihak ke-3 (Asuransi, dalam tempat sementara di ruang rekam medis.
pengadilan, dan lain-lain), yang pertama harus ada (6) Kemungkinan rekam medis dipergunakan oleh
surat kuasa dari pasien. Pemegang kuasa harus beberapa orang, dan berpindah dari satu orang ke lain
menunjukan identitas diri (sebagai karyawan suatu orang harus dilakukan dengan cara mengisi “Kartu
perusahaan asuransi atau pengadilan), kemudian Pindah Tangan”.
harus memperoleh ijin dari pimpinan saran pelayanan Pemanfaatan informasi pada dokumen rekam
kesehatan kesehatan setelah disetujui oleh komite medis pasien meninggal mempunyai prosedur
medis & rekam medis dan diperbolehkan meminjam tetap mengenai dokumen rekam medis pasien
atau menyalin salinan resume medis. meninggal di RSUD Karanganyar hanya memuat
Pemaparan informasi dipengadilan, pihak rumah tentang pengertian dokumen kematian, tujuan
sakit dapat memberikan salinan rekam medis dan serta pembuatan surat kematian segera setelah
bila diminta aslinya harus ada permintaan secara pasien dinyatakan meninggal. Pihak yang pernah
tertulis dan ada tanda terima dari pengadilan. Bila memanfaatkan dokumen rekam medis pasien
ada keraguan tentang isi rekam medis, maka pihak meninggal adalah bidan, peneliti, asuransi jasa

75
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 6 No.2 Oktober 2018
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

raharja, kepolisian, serta PPAT. Dalam peminjaman medis mengenai dirinya, hal ini bertujuan untuk
dan pemanfaatan dokumen rekam medis pasien melindungi rumah sakit dari tuntutan yang lebih
meninggal belum diatur pada prosedur tetap RSUD jauh. Untuk melengkapi persyaratan bahwa surat
Karanganyar.Kesimpulan dari penelitian ini adalah kuasa/ persetujuan tindakan medis harus ditanda
RSUD Karanganyar sudah mempunyai prosedur tangani oleh orang yang bersangkutan, ruah sakit
tetap mengenai kebijakan dokumen rekam medis menyediakn formulir surat kuasa, dengan demikian
pasien meninggal tetapi belum mengatur prosedur tanda tangan dapat diperoleh pada saat pasien
peminjaman, pemanfaatan dan lama penyimpanan tersebut masuk dirawat. Revitalisasi pengelolaan
dokumen rekam medis pasien meninggal (Sunaryo rekam medis dalam pemberdayaan petugas rekam
dan Sugiarsi, 2014). medis menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
pengetahuan dan keterampilan pada praktis rekam
Dalam Permekes 269 tahun 2008 Bab IV Pasal 10 medis dengan kenaikan sebesar 21-23% yaitu
yang berisi, Informasi tentang identitas, diagnosis, membandiingkan antara hasil post test dan pre test
riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat sehingga disimpulkan bahwa pelatihan intensif dapat
pengobatan dapat dibuka dalam hal: (1) Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktisi
kepentingan kesehatan pasien. (2) Memenuhi rekam medis (Wijaya dan Siswati, 2016).
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegak hukum atas perintah pengadilan. (3) Ketentuan-ketentuan berikut secara umum dapat
Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri. (4) dijadikan pedoman bagi setiap rumah sakit, kecuali
Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan jika ada ketentuan-ketentuan khusus yang ditetapkan
perundang-undangan. (5) Untuk kepentingan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku
penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang yaitu: (1) Setiap informasi yang bersifat medik yang
tidak menyebutkan identitas pasien. (6) Permintaan dimilki oleh rumah sakit tidak boleh disebarluaskan
rekam medis untuk tujuan tersebut di atas harus oleh pegawai rumah sakit itu sendiri, kecuali bila
dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana ada pimpinan rumah sakit mengizinkan (2) Rumah
pelayanan kesehatan. sakit menggunakann rekam medis dengan cara yang
dapat membahayakan kepentingan pasien kecuali
Dirjen Yanmed, 2006 menyebutkan informasi medis jika rumah sakit itu sendir akan menggunakan
seorang pasien dapat diberikan kepada pihak-pihak; rekam medis tersebut bila perlu unutk melindungi
(1) Asuransi. (2) Pasien/keluarga pasien. (3) Rumah dirinya atau mewakilinya. (3) Para asisten dan dokter
sakit yang menjadi tempat rujukan. (4) Dokter lain yang bertanggun jawab dapat berkonsultasi dengan
yang merawat pasien. (4) Kepolisian. (5) Untuk bagian rekam medis andaikata ada keragu-raguan.
keperluan pengadilan. (4) Dokter tidak boleh memberikan persetujuan
Fitur keamanan data pasien pada sistem informasi kepada perusahaan atau asuransi atau badan lain
rawat jalan berbasis komputerisasi didapat keamanan untuk memperoleh rekam medis. (5) Badan-badan
data di BBKPM Surakarta dalam hal otentikasi sosial boleh mengetahui isi data sosial dari rekam
petugas mempunyai hak untuk mengubah password, medis, apabila mempunyai alasan-alasan yang syah
dalam hal otorisasi petugas mempunyai hak untuk untuk memperoleh informasi, namun untuk data
mengases menu yang berbeda, itur interditas pada medisnya tetap diperlukan surat persetujuan dari
item data sudah ada pembeda, pada itur pemulihan pasien yang bersangkutan. (6) Permohonan pasien
pasca bencana sistem pernah eror ketika listrik mati untuk memperoleh informasi mengenai catatan
dan belum ada uninterruptible power supply (UPS) dirinya dirinya diserahkan kepada dokter yang
untuk menanggulangnya, penyimpanan data pada merawat nya. (7) Permohonan permintaan informasi
simks menggunakan 2 media yaitu hardisk utama harus secara tertulis, permohonan informasi secara
dan hardisk ekternal, manfaat dar itur keamanan ini lisan sebaiknya ditolak. (8) Informasi rekam medis
adalah untuk menanggulangi ancaman dari berbagai hanya dikeluarkan dengan surat kuasa yang ditanda
gangguan seperti human eror, natur, technical dan tangani dan diberi tanggal oleh pasien/keluarga
faktor kesengajaan (Dyah dkk, 2013). pasien. (9) Informasi di dalam rekam medis boleh
diperlihatkan kepada perwalian rumah sakit yang
Pemberian informasi medis harus mengikuti prosedur sah untuk melindungi kepentingan rumah sakit
yang berlaku, informasi medis dapat diberikan, dalam hal yang bersangkutan dengan pertanggung
apabila pasien menandatangani serta memberi kuasa jawaban. (10) Informasi boleh diberikan kepada
kepada pihak ketiga untuk mendapatkan informasi rumah sakit lain, tanpa surat kuasa yang ditanda

76
Nina Rahmadiliyani dan Faizal. Kerahasiaan Rekam Medis di Rumah Sakit Aveciena Medika Martapura

tangai oleh pasien berdasarka permintaan dari rumah SIMPULAN


sakit itu yang menerangkan bahwa pasien tersebut
Unit Kerja Rekam Medis di Rumah Sakit Aveciena
sekarang dalam perawatan mereka. (11) Dokter dari
Medika Martapura belum mempunyai kebijakan
luar rumah sakit yang mencari keterangan mengenai
kerahasiaan rekam medis namun pihak Rumah Sakit
pasien pada suatu rumah sakit harus memilik surat
Aveciena Medika mengacu pada kebijakan Hak
kuasa dari pasien tersebut. (12) Ketentuan ini
Pasien dan Keluarga. Proses pelaksanaan kerahasiaan
tidak saja berlaku bagi bagian rekam medis, tetapi
rekam medis di Unit Kerja Rekam Medis Rumah
juga berlaku bagi semua orang yang menangan
Sakit Aveciena Medika sudah dilaksanakan dengan
rekam medis dibagian perawatan, bangsal-bangsal
baik yaitu dalam hal hak akses ruang illing. Namun
dan lain-lain. (13) Rekam medis yang asli tidak
masih terdapat kekurangan yaitu pada ruang illing
boleh dibawa keluar rumah sakit, kecuali bila atas
rekam medis rawat inap belum mempunyai tanda
permintaan pengadilan, dengan surat kuasa khusus
peringatan selain petugas Rekam medis dilarang
tertulis dari pimpinan rumah sakit. (14) Rekam medis
masuk.
tidak boleh diambil dari tempat penyimpanan untuk
dibawa kebagian lain dari rumah sakit, kecuali jika Proses permintaan rekam medis oleh pihak ke-3
diperlukan untuk transaksi dalam kegiatann rumah misal nya pihak asuransi atau pengadilan di Rumah
sakit itu. (15) Dengan persetujuan pimpinan rumah Sakit Aveciena Medika hanya memperbolehkan
sakit, pemakaian rekam medis untuk keperluan riset memberikan salinan resume medis kepada pihak
diperbolehkan. Mereka yang bukan dari staf medis yang bersangkutan. Permintaan informasi medis
rumah sakit, apa bila ingin melakukan riset harus harus didahului dengan membuat izin tertulis
memperoleh persetujuan tertulis dari pimpinan yang ditujukan kepada pimpinan sarana pelayanan
rumah sakit. (16) Bila suatu rekam medis diminta kesehatan.
untuk dibawa kepengadilan segala ikhtiar hendaklah
dilakukan suapya pengadilan menerima salinan
rekam medis yang dimaksud. Apabila hakim meminta
yang aslii tanda terima harus diminta dan disimpan DAFTAR PUSTAKA
di folder sampai rekam medis yang asli tersebut
kembali. (17) Fakta bahwa seorang majikan telah
Andria F.D., Sugiarti I. 2015. Tinjuan Penyediaan
membayar atau telah menyetujui untuk membayar
Dokumen Rekam Medis di RSUD Dr. Soekardjo
ongkos rumah sakit bagi seorang pengawal nya. Kota Tasikmalaya. Jurnal Manajemen
Tidak dapat dijadikan alasan bagi rumah sakit Informasi Kesehatan Indonesia. Vol 3 nomer
untuk memberikan informasi medis pegawai 2 Oktober 2015.
tersebut kepada majikan tadi. (18)Pengesahan untuk
memberikan informasi hendaklah berisi indikasi Anggara D.C., Lestari T., Harjanti. 2015. Tinjauan
mengenai periode-periode perawatan tertentu.Surat Pelaksanaan Sistem Penjajaran Dokumen
kuasa/persetujuan itu hanya berlaku untuk informasi Rekam Medis pada Bagian Filing di Rumah
medis termasuk dalam jangka waktu/tanggal yang Sakit Ken Saras Ungaran. Jurnal Manajemen
ditulis didalamnya (Dirjen Yanmed, 2006). Informasi Kesehatan Indonesia. Vol 3 nomer
1 Maret 2015.
Sjamsuhidajat (2006) mengungkapkan Rahasia
kedokteran tersebut dapat dibuka hanya untuk Dirjen Yanmed. 2006. Pedoman Penyelenggaraan
kepentingan pasien untuk memenuhi permintaan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di
aparat penegak hukum (hakim majelis), permintaan Indonesia. Jakarta :
pasien sendiri atau berdasarkan ketentuan perundang- Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
undangan yang berlaku. Berdasarkan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana, rahasia kedokteran Dyah S., Rohmadi., Mulyono S. 2013. Tinjauan Fitur
(isi rekam medis) baru dapat dibuka bila diminta Keamanan Data Pasien pada Sistem Informasi
oleh hakim majelis di hadapan sidang majelis. Dokter Rawat Jalan Berbasis Komputerisasi di Balai
dan dokter gigi bertanggung jawab atas kerahasiaan Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta
rekam medis sedangkan kepala sarana pelayanan tahun 2013. Jurnal Manajemen Informasi
kesehatan bertanggung jawab menyimpan rekam Kesehatan Indonesia. Vol 1 nomer 2 Oktober
medis. 2013.

77
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 6 No.2 Oktober 2018
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

Hanaiah, M.J & Amir, A. 2008, Etika Kedokteran Rusdiansyah, 2011. Tinjauan Kerahasiaan dan
dan Hukum Kesehatan, Ed.4. Jakarta: EGC. keamanan rekam medis rawat jalan Di Badan
Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum
Hatta, G.R. 2013. Pedoman Manajemen Informasi Ratu Zalecha Martapura, Banjarbaru: Stikes
Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Husada Borneo. Karya Tulis llmiah.
Jakarta: UI Press.
Rustiyanto, Ery. 2009. Etika Profesi: Perekam Medis
Judi. 2017. Tata Kelola Dokumen Rekam Medis Informasi Kesehatan, Yogyakarta: Penerbit
sebagai Upaya Menjaga Rahasia Medis di Graha Ilmu.
Pelayanan Kesehatan. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia. Vol 5 nomer Sari A.O.P., Masturoh I. 2017. Gambaran
1 Maret 2017. Ketidaksediaan Dokumen Rekam Medis Rawat
Jalan di RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan
No 377 tahun 2007 tentang Standar Profesi Indonesia. Vol 5 nomer 1 Maret 2017.
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan
Maimun N. 2017. Analisis Pelaksanaan Penyimpanan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Berkas Rekam Medis yang tidak di Musnahkan Bandung: Alfabeta.
di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru.
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Sunaryo T.S., Sugiarsi S. 2014. Kajian Pemanfaatan
Indonesia. Vol 5 nomer 1 Maret 2017. Informasi pada Dokumen Rekam Medis
Pasien Meninggal di Rumah Sakit Umum
Notoatmodjo, 2010.Metodologi Penelitian Daerah Karanganyar. Jurnal Manajemen
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Informasi Kesehatan Indonesia. Vol 2 nomer
Oktamianiza., Andriani. S. 2016. Tinjaun Kondisi 1 Maret 2014.
Fisik Ruangan terhadap Kinerja Petugas Syamsuhidajat, Dkk, 2006. Manual Rekam Medis,
dalam Pengelolaan Rekam Medis di RSUD Jakarta : Konsil kedokteran Indonesia.
M. Zein Painan. Jurnal Manajemen Informasi
Kesehatan Indonesia. Vol 4 nomer 1 Maret Ulfa, H.M. 2015. Analisis Pelaksanaan Pengelolaan
2016. Rekam Medis di Puskesmas Harapan Raya
Kota Pekanbaru. Jurnal Manajemen Informasi
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/ Kesehatan Indonesia. Vol 3 nomer 2 Oktober
MENKES/PER/III/2008. Jakarta. 2015.
Putri, A.F., Triyanti, E., Setiadi, D. 2014. Analisi Undang-Undang Republik Indonesia No 44, 2009.
Tata Ruang Tempat Penyimpanan Dokumen Rumah Sakit, Jakarta : Dewan Perwakilan
Rekam Medis Pasien di Tinjau dari Aspek Rakyat Republik Indonesia
Antropometri Petugas Rekam Medis. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia. Wijaya L., Siswati. 2016. Revitalisasi Pengelolaan
Vol 3 nomer 1 Oktober 2014 Rekam Medis dalam Pemberdayaan Petugas
Rekam Medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Ratnasari A.N., Sugiarsi S. 2016. Sistem Informasi Tiara dan Klinik Taman Anggrek. Jurnal
Rekam Medis di Bagian Filing di Rumah Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia. Vol
Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Jurnal 4 nomer 2 Oktober 2016
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia.
Vol 4 nomer 1 Maret 2016.

78

You might also like