Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat asfiksia yang
disebabkan oleh masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan. Pada suatu kasus
tenggelam korban terbenam dalam air sehingga sistem pernapasannya terganggu
dengan akibat hilangnya kesadaran dan ancaman pada jiwa korban.Pada suatu
kasus tenggelam, seluruh tubuh tidak perlu terbenam di dalam air, asalkan lubang
hidung dan mulut berada di bawah permukaan air sudah memenuhi criteria suatu
kasus tenggelam.1
Jumlah air yang dapat mematikan ialah bila air dihirup oleh paru-paru
sebanyak 2 liter untuk orang dewasa dan sebanyak 30-40 mililiter untuk bayi.3
Menurut WHO Tenggelam atau drowning adalah suatu proses gangguan nafas
yang dialami akibat terendam atau terbenam kedalam cairan. Tenggelam dapat
terjadi di lautan atau pada kasus penurunan kesadaran akibat alkohol, epilepsi,
atau anak kecil pada air dengan ketinggian air 6 inci (15,24 cm). Mekanisme
kematian yang terjadi akibat tenggelam akibat suatu anoksia serebral yang
ireversibel atau yang sering disebut dengan asfiksia.2
B. EPIDEMIOLOGI
Tenggelam merupakan salah satu masalah besar, sehubungan dengan
dampaknya secara global, tenggelam merupakan suatu kasus terabaikan dalam
isu kesehatan masyarakat. Pada tahun 2012, diperkirakan sekitar 372.000 orang
meninggal akibat tenggelam, yang menempatkannya sebagai penyebab kematian
ketiga terbanyak di dunia dimana 91% dari total kematian tersebut terjadi di
negara negara miskin dan berkembang, setengah dari korban tenggelam adalah
mereka yang berusia di bawah 25 tahun, dan lebih sering terjadi pada laki – laki
di bandingkan perempuan. Perkiraan jumlah korban sangat mengkhawatirkan
karena data resmi angka kematian mengeksklusikan kematian tenggelam akibat
bunuh diri dan tenggelam karena bencana banjir, dan insiden transportasi lautan.2
2
Menurut survei WHO yang terakhir terjadi peningkatan 39 – 50%
angka kematian akibat tenggelam di negara – negara maju seperti Amerika
serikat, Australia dan Finlandia, dan peningkatan lima kali lipat lebih besar
di negara negara miskin dan berkembang.2
Berdasarkan studi epidemiologi, tenggelam hampir selalu menempati
sepuluh besar penyebab kematian di seluruh penjuru dunia pada usia 1 – 24
tahun.2
3
dengan garis pantai yang cukup panjang yang memungkinkan terjadinya
tenggelam. Terlebih Indonesia juga merupakan daerah wisata di mana perairan
juga merupakan salah satu daya tarik wisata yang dimiliki.5 Pada negara maju,
korban tenggelam yang bertahan hidup tapi mengalami cedera otak yang berat
yang menyebabkan kelumpuhan dapat menyebabkan tingginya biaya finansial
bagi keluarga yang merawat. Pada waktu yang sama, kurangnya sarana dan
pelayanan medis di negara miskin dan berkembang berarti korban tenggelam yang
selamat dengan kecacatan biasanya tidak dapat hidup lama.2
C. MEKANISME PROSES TENGGELAM
Reaksi awal : usaha bernapas yang berlangsung hingga batas kemampuan
dicapai dimana seseorang harus bernapas, batas kemampuan ditentukan oleh
kominasi antara kadar CO2 yang tinggi dan konsentrasi O2 yang rendah. Menurut
Pearn, batas kemampuan terjadi pada tingkat PCO2 dibawah 55 mmHg saat
terdapat hipoksia dan tingkat PO2 dibawah 100 mmHg saat PCO2 tinggi melewati
batas kemampuan,seseorang menarik napas secara involunter,pada saat ini air
mencapai laring dan trakea, menyebabkan spasme laring yang diakibatkan
tenggelam pada air tawar,terdapat penghirupan sejumlah besar air,tertelan dan
akan dijumpai dalam perut. Selama bernapas di dalam air,penderita mungkin
muntah dan terjadi aspirasi isi lambung. Usaha pernapasan di bawah air akan
berlangsung selama beberapa menit.,hingga pernapasan terhenti. Hipoksia
serebral akan berlanjut hingga irreversible dan terjadi kematian.
1. Refleks vagal
Peristiwa tenggelam yang menyebabkan kematian akibat refleks vagal disebut
tenggelam tipe 1. Pada tipe ini,kematian terjadi sangat cepat dan pada
pemeriksaan postmortem tidak ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia
maupun air di dalam paru-parunya sehingga sering disebut tenggelam kering
(dry drowning).
4
2. Spasme laring
Kematian karena spasme laring pada tipe tenggelam umumnya jarang terjadi.
Spasme laring tersebut terjadi karena rangsangan air yang masuk ke laring. Pada
pemeriksaan postmortem ditemukan tanda-tanda asfiksia,tetapi pada paru-parunya
tidak didapatkan tanda adanya air atau benda-benda air lainnya.
5
akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru yang
akan mengakibatkan edema pulmoner,hemokonsentrasi,hipovolemia dan
kenaikan kadar magnesium dalam darah. Hemokonsentrasi akan menyebabkan
sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah jantung.
Kematian terjadi 8-12 menit setelah tenggelam. Pemeriksaan postmortem
ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia,kadar NaCl pada jantung kiri lebih
tinggi dibandingkan jantung kanan,serta ditemukan buih serta benda air pada
paru-paru.
Cara kematian
Peristiwa tenggelam dapat terjadi karena:
1. Kecelakaan
Sering terjadi karena korban jatuh ke laut,danau,sungai dan juga kolam
renang.
2. Bunuh diri
Peristiwa ini terjadi dengan menjatuhkan diri ke dalam air. Terkadang
tubuh pelaku diikat dengan benda pemberat agar tubuhnya dapat
tenggelam.
3. Pembunuhan
Ada banyak cara yang dapat digunakan,misalkan melempar korban ke
laut dengan diikat pada pemberat atatupun dengan memasukkan kepala
korban ke bak berisi air. Dari segi patologik sulit dibedakan antara bunuh
diri dan pembunuhan. Pemeriksaan pada tempat kejadian sangat
membantu. Jika memang benar pembunuhan,maka masih perlu diteliti
apakah korban ditenggelamkan saat masih hidup atau sudah mati.
Pada pemeriksaan mayat tenggelam,hal penting yang perlu ditentukan
pada pemeriksaan adalah :
1. Menentukan indentitas korban
Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain:
Pakaian dan benda milik korban
Warna dan distribusi rambut serta identitas lain
Kelainan atau deformitas dan jaringan parut
6
Sidik jari
Pemeriksaan gigi
Teknik identifikasi lain
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam.
Pada mayat yang masih segar,untuk menentukan apakah korban
masih hidup atau sudah meninggal saat tenggelam dapat diketahui
dari pemeriksaan:
Metode yang memuaskan untuk menentukan apakah orang
masih hidup waktu tenggelam ialah pemeriksaan diatom.
Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat
dibandingkan kadar elektrolit magnesium darah dari bilik
jantung kiri dan kanan.
Benda asing dalam paru dan saluran napas mempunyai nilai
yang menentukan pada mayat yang terbenam selama
beberapa waktu dan mulai membusuk. Demikian pula
dengan isi lambung dan usus.
Pada mayat yangsegar,adanya air dalam lambung dan
alveoli yang secara fisik dan kimia sifatnya sama dengan
air tempat korban tenggelam mempunyai nilai yang
bermakna.
Dengan ditemukannya kadar alkohol tinggi dapat
menjelaskan bahwa korban sedang dalam keracunan
alkohol pada saat masuk ke dalam air.
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis tenggelam
Pada mayat yang segar, gambaran postmortem dapat menunjukkan
tipe tenggelam dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit,
keracunan dan kekerasan lain. Pada kecelakaan di kolam renang
benturan antemortem pada tubuh bagian atas, misal memar pada
muka, perlukaan pada vertebra servikalis dan medula spinalis dapat
ditemukan.
7
4. Faktor – faktor yang berperan pada proses kematian
D. KLASIFIKASI TENGGELAM
1. Typical drowning (wet drowning)
Pada typical drowning ditandai dengan adanya hambatan pada saluran
napas dan paru karena adanya cairan yang masuk ke dalam tubuh. Pada
keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah korban
8
tenggelam.Kematian terjadi setelah korban menghirup air. Jumlah air yang
dapat mematikan, jika dihirup paru-paru adalah sebanyak 2 liter untuk
orang dewasa dan 30-40 ml untuk bayi4
2. Atypical drowning
Pada atypical drowning ditandai dengan sedikitnya atau bahkan tidak
adanya cairan dalam saluran napas. Karena tidak khasnya tanda otopsi
pada korban atypical drowning maka untuk menegakkan diagnosis
kematian selain tetap melakukan pemeriksaan luar juga dilakukan
penelusuran keadaan korban sebelum meninggal dan riwayat penyakit
dahulu.4
Atypical drowning dibedakan menjadi :
2.1. Dry Drowning
Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan,
akibat spasme laring. Menurut teori adalah bahwa ketika sedikit air
memasuki laring atau trakea, tiba-tiba terjadi spasme laring yang
dipicu oleh vagal refleks. lendir tebal, busa, dan buih dapat terbentuk,
menghasilkan plug fisik pada saat ini. Dengan demikian, air tidak
pernah memasuki paru-paru akan menyebabkan keadaan asfiksia, dan
akan menyebabkan kematian.10Istilah dry drowning digunakan untuk
menggambarkan keadaan dimana pada jenazah saat dilakukan otopsi
tidak ditemukan adanya cairan dalam saluran pernapasan dan paru-
paru. Cairan tidak ditemukan karena sudah diserap masuk ke dalam
sirkulasi pulmonal. Hal ini berarti istilah dry drowning/ dry-lung
drowning ialah bila tenggelam dalam air tawar yang hipotonis.11
2.2. Tenggelam di Air Dangkal
Pada kondisi ini, tenggelam terjadi pada air dengan ketinggian yang
dangkal, tapi cukup untuk menenggelamkan bagian mulut atau
hidung. Biasanya terjadi akibat kecelakaan pada orang cacat atau anak
kecil, epilepsi, keadaan mabuk, koma, atau orang dengan trauma
kapitis.10
9
2.3. Immersion syndrome (vagal inhibition)
Terjadi dengan tiba-tiba pada korban tenggelam di air yang sangat
dingin (< 20oC atau 68oF) akibat reflek vagal yang menginduksi
disaritmia yang menyebabkan asistol dan fibrilasi ventrikel sehingga
menyebabkan kematian.10
2.4.Secondary drowning
Pada jenis ini, korban yang sudah ditolong dari dalam air tampak sadar
dan bisa bernapas sendiri tetapi secara tiba-tiba kondisinya memburuk.
Pada kasus ini terjadi perubahan kimia dan biologi paru yang
menyebabkan kematian terjadi lebih dari 24 jam setelah tenggelam di
dalam air. Kematian terjadi karena kombinasi pengaruh edema paru,
aspiration pneumonitis, gangguan elektrolit (asidosis metabolik).10
10
- Hiperkalemia - Hipokalemia
- Hiponatremia - Hipernatremia
- Hipoklorida - Hiperklorida
Gambar 3. Buih Bercampur Darah Keluar melalui Mulut dan Hidung Jenazah
Tenggelam
11
Perbedaan pada Pemeriksaan Dalam Jenazah
Pada pemeriksaan dalam, dapat ditemukan perbedaan yang signifikan pada
korban tenggelam dalam air tawar dan dalam air asin. Dimana pada saat otopsi,
sternum diangkat maka ditemukan gambaran paru yang lebih besar dan
mengembang pada jenazah yang tenggelam di air asin dibandingkan jenazah yang
tenggelam di air tawar. Pada jenazah tenggelam di air asin paru-paru relatif lebih
basah dan tampak lebih biru keunguan dibandingkan jenazah tenggelam di air
tawar. Pada jenazah tenggelam di air tawar paru-paru teraba seperti spons dan
krepitasi positif dan paru-paru tampak merah pucat.11
12
Gambar 4. Mekanisme Kematian Akibat Tenggelam dalam Air Tawar
13
Mekanisme Kematian Akibat Tenggelam
Tenggelam dapat menyebabkan kematian melalui berbagai mekanisme,
mekanisme tersebut ialah sebagai berikut:
14
merah. Akibat penggenceran darah yang terjadi, tubuh mencoba mengatasi
keadaan ini dengan melepaskan ion kalium dari serabut otot jantung sehingga
terjadi perubahan keseimbangan kadar ion kalium dan kalsium dalam serabut otot
jantung dapat menyebabkan terjadinya fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan
darah, kemudian menyebabkan kematian karena anoksia otak. Kematian dapat
terjadi dalam waktu 5 menit.1
F. PEMERIKSAAN LUAR
Penurunan suhu mayat (algor mortis), berlangsung cepat, rata-rata 5⁰F
(0,55oC)per menit. Suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam
waktu 5 atau 6 jam waktu ini dapat menjadi lebih lama bila korban
tenggelam di air dingin, karena suhu tubuh juga akan menurun dan akan
memerlukan waktu yang lebih lama untuk kembali ke suhu lingkungan.
15
Lebam mayat (livor mortis), akan tampak jelas pada dada bagian depan,
leher, kepala, dan ekstremitas yang merupakan bagian yang tergantung ke
bawah saat bagian badan mayat terapung ke permukaan akibatnya
menyebabkan darah statis pada daerah tersebut. Lebam mayat berwarna
merah terang. Sebagai hasil dari pembekuan OxyHb.
16
dalam air hangat). Gambaran ini tidak mengindikasikan bahwa mayat
ditenggelamkan, karena mayat lamapun bila dibuang kedalam air akan
keriput juga.
17
laut, dahan dan batu yang tergenggam. Ini menunjukkan bahwa waktu
korban mati, berusaha mencari pegangan lalu terjadi kaku mayat.
Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat
terjadi akibat persentuhan korban dengan dasar sungai atau terkena benda-
benda disekitarnya. Luka-luka tersebut seringkali mengeluarkan darah,
sehingga tidak jarang korban dianiaya sebelum ditenggelamkan.4
Pada temperatur rata – rata, hal – hal berikut dapat dipakai untuk
menentukan berapa lama tubuh sudah terendam:
Jika tidak ada kerutan pada jari, telapak tangan maka baru beberapa jam.
Jika tampak pengerutan jari, telapak tangan dan kaki, antara setengah hari
sampai tiga hari.
Tanda pembusukan awal, sering pada kepala, leher, abdomen dan kaki 4 –
10 hari.
Pembengkakan wajah dan abdomen, dengan vena yang terlihat jelas dan
terkelupasnya epidermis pada tangan, kaki dan kulit kepala : 2 – 4 minggu.
Terkelupasnya kulit secara menyeluruh, otot dengan tulang – tulang yang
terlihat, tampak sebagian telah saponifikasi : 1 – 2 bulan.
G. PEMERIKSAAN DALAM
Saluran napas (trakea dan bronkus) ditemukan adanya buih/busa halus
dan benda asing (pasir, tumbuh – tumbuhan air). Buih tersebut berupa
campuran antara eksudat protein dan surfaktan yang bercampur dengan
cairan tempat tenggelam. Biasa berwarna putih, sampai merah muda dan
kemerahankarena bercampur dengan darah.
Paru-paru tampak membesar, memenuhi seluruh rongga paru-paru
sehingga tampak impresi dari iga-iga pada paru-parunya. Oleh karena
pembesaran paru-paru akibat kemasukan air, maka pada perabaan akan
terasa crepitasi oleh karena air. Edema dan kongesti paru-paru dapat
sangat hebat dimana bila berat paru-paru normal adalah 200-300gr,
sekarang bisa mencapai lebih dari 1 kilogram. Dalam saluran pernafasan
18
yang besar seperti trakea, bronkus, dan bronkhioli, dapat ditemukan
benda-baenda asing, tampak secara makroskopik misalnya tumbuhan air,
pasir, lumpur, dsb. Tampak secara mikroskopik diantaranyaa telur cacing
dan diatome (ganggang kersik).
Pleura dapat berwarna kemerahan dan pada daerah subpleural mungkin
terdapat petechie-petechie, tapi dengan adanya air yang masuk maka hal
ini tidak lagi berupa titik-titik (karena terjadi hemolisa) melainkan berupa
bercak-bercak dan bercak-bercak ini disebut bercak-bercak paltauf, yang
berwarna biru kemerahan.4
Pada pemeriksaan lambung sering ditemukan pasir, hidupan akuatik dan
juga batuan silt akibat daripada air yang tertelan saat terjadi tenggelam.
Ada beberapa ahli patologis berpendapat bahwa air bias masuk secara
pasif ke dalam lambung akibat daripada turbulansi air berbanding air yang
masuk secara aktif ketika terjadi tenggelam. Manakala beberapa ahli
patologis yang lain pula berpendapat bahwa relaksasi sphincter
gastrophageal lambung yang terjadi pada postmorterm menyebabkan air
masuk ke lambung dan mengisi ruangan lambung. Oleh kerana itu, air di
didalam lambung tidak bisa digunakan sebagai satu tanda tenggelam.
Otak, ginjal, hati dan limpa mengalami pembendungan.
Bila terjadi hemolisis maka akan terjadi bercak hemolisis pada dinding
aorta.
Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit di antara septum
interalveolar. Mungkin terdapat bercak – bercak perdarahan yang disebut
bercak Paltauf akibat robeknya penyekat alveoli (Polsin). Petekie
subpleural dan bula emfisema jarang terdapat dan ini bukan merupakan
tanda khas tenggelam tetapi mungkin disebabkan oleh usaha respirasi.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diatome
Umumnya diatome dikenal sebagai ganggang yang hidup di dalam
air. Setiap jenis air memiliki keanekaragaman diatome tersendiri. Diatome
19
merupakan organisme mikroskopik algae uniseluler yang autotropik di
alam dan memiliki berbagai macam jenis yang dapat ditemukan di air laut
dan air tawar . Diatome ini memiliki tulang silica berbentuk dua valve.
Pada diatome kelas Bacillariophyceae terbagi atas dua bagian
yaitu,central dan Pennales atas dasar kesimetritannya. Ada sekitar 10,000
jenis dan 174 jenis diatom, mempunyai ukuran dan bentuk berbeda
berkisar antara 1 ke 500 µm. Diatoms biasanya ditemukan di dalam air
seperti kolam, danau, sungai, kanal dan lain lain, akan tetapi
konsentrasinya dapat tinggi atau rendah di dalam air tertentu, tergantung
pada musim. Berdasarkan karakteristik lain yaitu kedalaman air tidak
didapatkan bukti adanya pertumbuhan diatom di bawah 100m.11
Pada saat tenggelam berlangsung, diatom masuk ke rongga paru-
paru seseorang yang terbuka ketika air terisap, dan air yang masuk
menekan rongga paru-paru dan memecahkan alveoli. Melalui alveoli yang
pecah diatoms dapat masuk ke jantung, hati, ginjal, sumsum tulang dan
otak. Pada diameter dan ketebalan alveoli paru-paru diketahui sangat kecil
akan tetapi tidak mustahil semua diatom-diatom dapat masuk ke dalam
organ dan rongga paru-paru dimana dapat menembus melalui jaringan
kapiler ini disebut “ Drowning Associated Diatoms” (DAD).11
20
Pada forensik investigasi, dalam memecahkan kasus tenggelam,
salah satu hal termudah mendeteksi adanya diatom pada viscera tubuh
yang tenggelam, Pada kasus tenggelam ante mortem maka didapatkan
diatom pada putative drowning medium. Untuk mencari diatome, paru-
paru harus didestruksi dahulu dengan asam sulfat dan asam nitrat,
kemudian disentrifuse dan endapannya dilihat dibawah mikroskop. Paru-
paru, hati, ginjal, dan bone marrow telah di analisa dan kesimpulan telah
diambil berdasarkan ditemukannya atau tidak ditemukannnya organisme
ini. Saat ini penggunaan analisa diatome cenderung digunakan pada sistem
yang tertutup seperti sumsum tulang femur atau kapsul ginjal dari tubuh
yang belum membusuk. Diagnosis pada kasus tenggelam dari analisa
diatome harusnya positif tenggelam bila ditemukan diatom minimal diatas
20 diatom / 100 ul lapangan pandang kecil (terdiri atas 10 cm dari sample
paru-paru) dan 50 diatom dari beberapa organ, selanjutnya sebaiknya
diatom yang ditemukan harusnya cocok dari sumsum tulang dan tempat
dimana tenggelam, ini merupakan bukti yang kuat yang dapat mendukung
dan dapat menyimpulkan seseorang tenggelam pada saat masih hidup atau
tidak. Pada beberapa literature telah berusaha untuk mengembangkan
beberapa informasi penting tentang tipe diatom yang spesifik, dimana
umumnya masuk pada bermacam organ dalam tubuh seorang yang
tenggelam.11
Sample air dari putative drowning memiliki beberapa ragam
spesies diatom yang berhubungan dengan tubuh korban yang tenggelam.
21
Asterionella sp. Cymatopleura sp.
Coscinodiscus sp.
22
Melosira sp. (Auxospores) Amphiprova sp
Tenggelam pada air tawar seperti kolam, danau, sungai dan kanal
ditemukan Navicula pupula, N. cryptocephara, N. graciloides, N.
meniscus, N. bacillum, N. radiosa, N. simplex, N. pusilla, Pinnularia
mesolepta, P. gibba, P. braunii, Nitzscia mesplepta, Mastoglia
smithioi, Cymbella cistula, Camera lucida, Cymbella cymbiformis
Cocconeis diminuta dan banyak spesies diatome lainya ditemukan
pada air tawar. Pinnularia borealis ditemukan pada air tawar yang
dingin, Pinnularia capsoletaditemukan pada air tawar yang dangkal.
Selama proses monitor air sungai yang berterusan didapatkan adanya
diatom pada air dan tisu sel yang mana diatom yang paling sering
ditemukan adalah Navicula, Diatoma, Nitzschia, Stephanodicus,
Fragilaria, Gomphonema, Gyrosigma, Melosira, Achnanthes,
Amphora, Cocconeis, Cyclotella, dan Cymbella.
23
Anomoeneis sp.
Surirella sp.
24
Pengetahuan tentang diatom berhubungan dengan tenggelam selalu
berhubungan dengan forensic dalam mengdiagnosis pada kasus tenggelam.
Pada penelitian yang lebih lanjut tentang morfologi dan kehidupan diatom
yang berbeda pada beberapa macam air di daerah yang spesifik dapat juga
membantu lebih baik memecahkan kasus tenggelam.. adanya diatome
pada kasus tenggelam ante-mortem tergantung pada tipe, ukuran dan
densitas diatom yang dilihat pada medium putative tenggelam. Tidak dapat
disangkal bahwa diatom-diatom kecil seperti (Diatoma, Cyclotella,
Epithemia dll.) mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk memasuki
organ tubuh berbanding diatom dengan ukuran yang lebih besar (Synedra)
yang mana bisa juga ditemukan di dalam organ tubuh jika mereka
mempunyai kemampuan untuk berfragmentasi yang cukup. Diatom yang
sering dijumpai pada organ tubuh pada kasus tenggelam adalah Navicula,
Nitzschia, Synedra ulna, Achnanthidium dan Cyclotella karena banyak
terdapat di air dan ukurannya yang optimum.11
25
Gettler chloride
Berat jenis :
Tes juga dilakukan untuk elemen lain pada darah, seperti membandingkan
grafitasi spesifik darah pada kanan dan kiri atrium. Semua tes yang telah disebut
di atas tidak pasti dan tidak mendukung dalam menyimpulkan tenggelam.7
26
BAB III
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Szpilman D, Bierens J.J.M, Handley A.J, Orlowski J.P. Current Concepts
Drowning. N Engl J Med 2012;366:2102-10.
2. Global Report on Drowning : Preventing A Leading Killer. World Health
Organization 2014.
3. World Health Organization. Chapter 2 : Drowning and Injury Prevention.
Guidelines for Safe Recreational Water Enviroments. 2014.
4. Di Maio D, Di Maio V. Section 15 : Death by Drowning In: Forensic
Pathology. New York: CRC Press; 2001. Page 395-403
5. Prawedana H.K, Suarjaya P.P. bantuan hidup dasar dewasa pada near
drowning di tempat kejadian. Bagian/SMF Ilmu Anesthesiologi dan Terapi
Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah, Denpasar.
6. Shattock M.J, Tipton M.J. ‘Autonomic Conflict’ : a different way to die
during cold water immersion ?. J Physiol 590.14 (2012) pp 3219–3230.
7. Dolinak D, Matshes E.W, Lew E.O. Section 9 : Drowning. Forensic
Pathology Principles and Practice.California : ELSEVIER. 2005. Page
227-37.
8. James J.P, Jones R, Karch S.B, Manlove J. Section 16 : Immersion and
drowning in Simpson’s Forensic Medicine 13th ed. London : Hodder &
Stoughton Ltd. 2013. Page 163 - 68
9. Adelman H.C, Kobilinsky L. Section 7 :Asphyxia/Anoxic Deaths in
Forensic Medicine : Inside Forensic Science. New York :Infobase
Publishing. 2007. Page 50 – 59.
10. Bardale R. Section 15 : Violent Asphyxia Drowning in Principle of
Forensic Medicine & Toxicology. New Delhi :Jaypee Brothers Medical
Publishers Ltd. 2011. Page 304 – 313.
11. Dr. Mukesh Kumar Thakar, Deepali Luthra,Rajvinder Singh. A Fluorocent
Survey of Diatome Distribution Patterns In Some Small Water Bodies
(Lakes And Saravars), J Punjab Acad Forensic Med Toxicol 2011;11(2):
81-86
28